MELIHAT AGRIBISNIS SEBAGAI PELUANG WIRAUSAHA Slamet Widodo Apa itu agribisnis? Seringkali kita mendengar istilah agribisnis, bahkan di kampus kita sendiri terdapat sebuah program studi yang bernama agribisnis. Salah satu langkah yang paling mudah dalam memahami sebuah istilah adalah dengan menggunakan pendekatan bahasa atau harfiah. Soekartawi (1993) mengemukakan bahwa agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnisberarti usaha komersial dalam dunia perdagangan. Pertanian sendirimempunyai dua pengertian, yaitu pertanian dalam arti sempit dan pertanian dalam arti luas. Dalam arti sempit, pertanian menunjuk pada kegiatan pertanian rakyat berupa cocok tanam atau melakukan budidaya tanaman pangan atau tanaman semusim seperti padi, jagung, kedele, ubi kayu, dan sebagainya. Sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti sempit, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Banyak pendapat tentang batasan dan ruang lingkup agribisnis, tergantung pada unit dan tujuan analisis. Secara tradisional, oleh Biere (1988) agribisnis diartikan sebagai aktivitas-aktivitas di luar pintu gerbang usahatani (beyond the farm gate, off-farm) yang meliputi kegiatan industri dan perdagangan sarana produksi usahatani, kegiatan industri yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan beserta perdagangannya, dan kegiatan yang menyediakan jasa yang dibutuhkan seperti misalnya perbankan, angkutan, asuransi atau penyimpanan. Dalam agribisnis, segala aktivitas pertanian didasarkan pada prinsip ekonomi sehingga agribisnis menurut Downey dan Erickson (1987) terdiri dari tiga sektor secara ekonomi saling berkaitan. Ketiga sektor agribisnis tersebut 1
15
Embed
MELIHAT AGRIBISNIS SEBAGAI PELUANG · PDF fileDalam arti sempit, pertanian menunjuk pada ... ubi kayu, dan sebagainya ... teknikteknik bertani, beternak, berkebun, dan bertambak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MELIHAT AGRIBISNIS SEBAGAI PELUANG WIRAUSAHA
Slamet Widodo
Apa itu agribisnis?
Seringkali kita mendengar istilah agribisnis, bahkan di kampus kita sendiri
terdapat sebuah program studi yang bernama agribisnis. Salah satu langkah yang
paling mudah dalam memahami sebuah istilah adalah dengan menggunakan
pendekatan bahasa atau harfiah. Soekartawi (1993) mengemukakan bahwa
agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri berasal dari bahasa Inggris,
agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial dalam dunia perdagangan.
Pertanian sendiri mempunyai dua pengertian, yaitu pertanian dalam arti
sempit dan pertanian dalam arti luas. Dalam arti sempit, pertanian menunjuk pada
kegiatan pertanian rakyat berupa cocok tanam atau melakukan budidaya tanaman
pangan atau tanaman semusim seperti padi, jagung, kedele, ubi kayu, dan
sebagainya. Sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian dalam arti
sempit, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
Banyak pendapat tentang batasan dan ruang lingkup agribisnis, tergantung
pada unit dan tujuan analisis. Secara tradisional, oleh Biere (1988) agribisnis
diartikan sebagai aktivitasaktivitas di luar pintu gerbang usahatani (beyond the
farm gate, offfarm) yang meliputi kegiatan industri dan perdagangan sarana
produksi usahatani, kegiatan industri yang mengolah produk pertanian primer
menjadi produk olahan beserta perdagangannya, dan kegiatan yang menyediakan
jasa yang dibutuhkan seperti misalnya perbankan, angkutan, asuransi atau
penyimpanan.
Dalam agribisnis, segala aktivitas pertanian didasarkan pada prinsip
ekonomi sehingga agribisnis menurut Downey dan Erickson (1987) terdiri dari
tiga sektor secara ekonomi saling berkaitan. Ketiga sektor agribisnis tersebut
1
adalah (a) the input supply sector, (b) the farm production sector, dan (c) the
product marketing sector. Keterkaitan antara ketiga sektor tersebut dapat dilihat
pada Gambar 1. The input supply sector atau sektor pemasok input pertanian
merupakan sektor yang memberikan pasokan bahan dan peralatan pertanian untuk
beroperasinya the farm production sector (Beierlein. dkk., 1986). Sektor ini
memasok pakan ternak atau ikan, benih, pupuk, bahan bakar minyak, pestisida,
alat, mesin pertanian, dan sebagainya. Istilah yang seringkali digunakan adalah
saprodi (sarana produksi) atau saprotan (sarana produksi pertanian).
Gambar 1. Keterkaitan Input, Budidaya dan Pemasaran dalam Agribisnis
The farm production sector atau sektor budidaya pertanian merupakan
sektor yang mengubah input pertanian menjadi output atau komoditas primer hasil
pertanian. Sektor ini meliputi pertanian dalam arti luas, yaitu budidaya tanaman,
peternakan, perikanan, dan kehutanan. Komoditas primer yang dihasilkan oleh
sektor ini adalah bahan pangan (padi, jagung, kedele, dan sebagainya), daging,
2
ikan, telur, susu, sayur atau hortikultura, serat, dan kayu. The product marketing
sector atau pemasaran hasil pertanian melibatkan individu atau perusahaan yang
menangani dan mengolah komoditas primer hasil budidaya pertanian sampai ke
konsumen akhir. Branson dan Norvel (1983) mendefinisikan pemasaran sebagai
proses memenuhi kebutuhan manusia dengan menghadirkan produk kepada
mereka dalam bentuk yang cocok serta pada tempat dan waktu yang tepat.
Adanya perubahanperubahan dalam struktur produksi pertanian dan
semakin meningkatnya kebutuhan koordinasi baik secara horizontal maupun
vertikal dalam sektor agribisnis dipandang perlu untuk memperluas definisi
tradisional di atas. Definisi yang lebih lengkap mengenai agribisnis diberikan oleh
pencetus awal istilah agribisnis yaitu Davis dan Goldberg (1987) sebagai berikut:
"Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture and
distribution of farm supplies; production activities on the farm; and storage,
processing and distribution of commodities and items made from them". Definisi
inilah yang sekarang sering digunakan dalam literatur manajemen agribisnis
(Sonka dan Hudson 1989).
Antara definisi yang diajukan oleh Davis dan Goldberg dengan pandangan
tradisional mengenai sektor agribisnis terdapat perbedaan yang sangat penting.
Perbedaan yang pertama adalah definisi Davis dan Goldberg secara eksplisit
memasukkan subsektor produksi pertanian menjadi bagian dari sektor agribisnis.
Perbedaan yang kedua, dalam definisi Davis dan Goldberg memasukkan pula
konsumen sebagai bagian dari sektor agribisnis. Salah satu alasan yang penting
untuk memasukkan konsumen dalam sektor agribisnis adalah pengakuan tentang
adanya permintaan konsumen yang selalu meningkat terhadap produkproduk
baru dan dampak yang ditimbulkannya pada produksi, pengolahan dan distribusi
produk. Oleh karena itu, keberhasilan usaha dalam sektor agribisnis
membutuhkan pemahaman tentang kebutuhan, kegunaan dan preferensi konsumen
baik di pasar domestik maupun di pasar internasional.
Peran agribisnis dalam perekonomian
3
Ditinjau dari struktur perekonomian nasional, sektor pertanian menempati
posisi yang penting dalam kontribusinya terhadap PDB. Pada saat krisis,
sumbangan sektor pertanian terhadap PDB mengalami peningkatan paling besar
dibanding sektor lainnya. Dari segi penyerapan tenaga kerja, pada tahun 2003
sektor pertanian mampu menyerap sekitar 46 persen, paling tinggi di antara
sektorsektor lain (Yudhoyono, 2004). Disisi lain kita perlu mencermati
menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional dimana
mulai tahun 19691973 atau Pelita I kontribusi sektor pertanian sebesar 33,69 %)
sedangkan pada akhir tahun 2004 tercatat kontribusi sektor pertanian terhadap
struktur perekonomian nasional sebesar 15,39% (Berita Resmi StatistikBPS,
2004).
Peranan atau sumbangan agribisnis terhadap output nasional di berbagai
negara diperlihatkan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 tersebut terlihat bahwa peranan
sektor pertanian dalam perekonomian cenderung menurun sejalan dengan
peningkatan pendapatan per kapita. Hal ini mencerminkan suatu proses
tranformasi struktural. Pada Tabel 1, India yang pendapatan per kapitanya paling
rendah dibandingkan dengan negaranegara lain, sektor pertaniannya mempunyai
sumbangan yang paling tinggi sebesar 27 persen terhadap GDP (Gross Domestic
Product), sebaliknya Amerika Serikat yang mempunyai pendapatan per kapita
paling tinggi, sektor pertaniannya mempunyai sumbangan yang paling kecil
sebesar 1 persen terhadap GDP.
Tabel 1. Pangsa agribisnis dalam GDP di beberapa negara
2 Biaya Tidak Tetap Pembelian bakalan Pakan hijauan Pakan konsentrat Ampas tahu Obatobatan Upah tenaga kerja
03.600.0001.350.000
750.000400.000
4.000.000
10.000.0002.700.0001.350.000
900.000250.000
3.000.0003 Penerimaan
Penjualan hasil Pupuk kandang
15.000.0001.000.000
27.500.000750.000
4 Biaya Total 11.700.000 18.500.0005 Penerimaan Total 16.000.000 28.250.0006 Keuntungan (NP) 4.300.000 9.750.0007 ROI 36,75 % 52,70 %8 B/C rasio 1,37 1,539 BEP volume produksi 47 34
10 BEP harga penjualan 195.000 370.000Sumber; Data primer diolah.Keterangan : Periode usaha pembibitan selama 8 bulan, sedangkan usaha penggemukan selama 6
bulan.
Usaha penggemukan kambing memberikan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan usaha pembibitan. Periode usaha juga lebih cepat, usaha
pembibitan membutuhkan waktu minimal 8 bulan, sedangkan usaha
penggemukan hanya membutuhkan waktu 6 bulan. Resiko kegagalan lebih besar
pada usaha pembibitan. Resiko terbesar adalah tingkat keberhasilan hidup anak
dari lahir, sapih hingga menjadi bakalan sangat bervariasi dan tergantung dengan
lingkungan. Selain itu persentase bunting dan jumlah ratarata anak per kelahiran
turut menentukan keberhasilan usaha ini. Pemilihan induk dan pejantan yang
unggul menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan usaha pembibitan.
Pada usaha penggemukan, resiko kegagalan usaha terbesar adalah pada
fluktuasi harga pasar. Namun dengan perencanaan yang matang, musim panen
12
dapat tepat dengan musim permintaan kambing yang tinggi. Selain itu, pemasaran
dapat dilakukan langsung ke rumah pemotongan hewan atau pedagang daging
kambing sehingga dapat memangkas rantai pemasaran. Usaha ini dapat lebih
memberikan keuntungan dengan melakukan penjualan langsung berupa karkas.
Untuk menekan biaya, usaha penggemukan memanfaatkan bibit hasil
usaha pembibitan sebagai bakalan. Langkah ini dapat mengurangi biaya yang
harus dikeluarkan apabila mendatangkan bakalan dari luar. Selain itu seleksi atas
bakalan dapat dilakukan dengan lebih baik. Usaha menekan biaya produksi
dilakukan pula dengan menggunakan limbah industri tahu sebagai bahan pakan
tambahan, sehingga mengurangi penggunaan pakan konsentrat.
Ditinjau dari titik impas pengembalian modal (BEP), usaha pembibitan
baru dapat mencapai titik impas apabila harga yang berlaku di pasar mencapai
Rp.195.000,00 dan volume produksi mencapai 47 ekor. Tingkat BEP tersebut
dapat dikatakan mudah untuk dicapai, harga normal bakalan kambing di pasaran
berkisar antara Rp.200.000,00 hingga Rp.300.000,00. Ratarata jumlah anak
setiap kelahiran (liter size) mencapai 1,6 hingga 1,8 sehingga untuk mencapai
jumlah anak sebanyak 47 ekor hanya membutuhkan angka liter size sebesar 1,34
saja.
Usaha penggemukan mencapai BEP pada tingkat harga sebesar
Rp.370.000,00 dan volume produksi mencapai 37 ekor. Harga normal yang
berlaku di pasar untuk kambing dewasa berkisar antara Rp.450.000,00 hingga
Rp.750.000,00. Tingkat mortalitas untuk kambing bakalan hingga mencapai
dewasa sangat rendah, sehingga pencapaian dapat dipastikan usaha penggemukan
kambing dapat melampau BEP.
Usaha pembuatan tahu juga telah layak secara ekonomi untuk
dikembangkan. Untuk setiap proses produksi, usaha ini mampu memberikan
keuntungan sebesar Rp.255.810,00 dengan biaya total yang dikeluarkan sebesar
Rp.2.230.690,00 atau dengan kata lain tingkat pengembalian atas modal (ROI)
sebesar 11,47 %. Usaha ini mempunyai B/C rasio sebesar 1,11 sehingga layak
untuk diusahakan. Selain dari hasil produksi tahu, usaha ini mendapatkan hasil
13
sampingan berupa ampas tahu. Ampas tahu merupakan salah satu bahan pakan
bagi hewan ternak yang mempunyai nilai gizi tinggi.
Tabel 2. Analisis kelayakan usaha industri tahu dalam setiap proses produksi
2 Biaya Tidak Tetap Pembelian bahan baku utama Pembelian bahan baku penunjang Biaya listrik Bahan bakar Upah tenaga kerja
2.000.00058.7505.000
54.000100.000
3 Penerimaan Penjualan tahu Ampas tahu
2.304.000182.500
4 Biaya Total 2.230.6905 Penerimaan Total 2.486.5006 Keuntungan (NP) 255.8107 ROI 11,47 %8 B/C rasio 1,119 BEP volume produksi 46
10 BEP harga penjualan 46.473Sumber ; Data primer diolah.
Daftar Pustaka
Agricultural Marketing. Mc GrawHill Book Company, New York. Sonka, S.T. and Hudson, M.A., 1989, Why Agribusiness Anyway?. Agribusiness: An International Journal 5, 30514.
Beierlein, James G., Kenneth C. Schneeberger, and Donald D. Osburn. 1986. Principles of Agribusiness Management. PrenticeHall, New Jersey.
Biere, A.W., 1988. 'Involvement of agricultural economics in graduate agribusiness programs: an uncomfortable linkage'. Western Journal of Agricultural Economics 13, 128133.
14
Branson, Robert E. and Douglas G. Norvell. 1983. Introduction to Agricultural Marketing. Mc GrawHill Book Company, New York.
Davis, J.H. and Goldberg, R., 1987, A Concept of Agribusiness. Graduate School of Business Administration. Harvard University. Cambridge.
Downey, W. David and Steven P. Erickson. 1987. Agribusiness Management, Second Edition. Mc Graw Hill Book Company, New York.
Pasaribu, M., 1999. Kebijakan dan Dukungan PSDPU dalam Pengembangan Agropolitan. Makalah pada Seminar Sehari Pengembangan Agropolitan dan Agribisnis serta Dukungan Prasarana dan Sarana. Jakarta, 3 Agustus 1999.
Soekartawi. 1993. Analisis Usahatani. Rajawali Press. Jakarta
Sumodiningrat, Gunawan, 2000. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian. PT.Bina Rena Pariwisata. Jakarta.
Yudhoyono, S.B. 2004. Pembangunan Pertanian dan Perdesaan sebagai Upaya Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran: Analisis EkonomiPolitik Kebijakan Fiskal. Ringkasan Disertasi. Sekolah Pasca SarjanaIPB. Bogor.
Daftar Rujukan
Widodo, Slamet. 2007. Pengembangan Potensi Agribisnis Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren; Kajian Ekonomi dan Sosiokultural. Laporan Penelitian Dosen Muda. LPPM Universitas Trunojoyo. Bangkalan.