SEKILAS TENTANG MEKANISME KOPING Dr. Suparyanto, M.Kes SEKILAS TENTANG MEKANISME KOPING 1. Definisi Mekanismie Koping Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang di tujukan untuk penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang di gunakan untuk melindungi diri (Gail. W. Stuart, 2006) Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaiakan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif , perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stress yang dihadapi. Kemampuan koping diperlukan manusia untuk mampu bertahan hidup di lingkungannya yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan pemecahan masalah dimana seseorang menggunakannya untuk mengelola kondisi stress. Dengan adanya penyebab stress / stressor maka orang akan sadar dan tidak sadar untuk bereaksi untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam keperawatan konsep koping sangat perlu karena semua pasien mengalami stress, sehingga sangat perlu kemampuan untuk mengatasinya dan kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stress yang merupakan faktor penentu yang terpenting dalam kesejahteraan manusia ( Keliat, 2007) Mekanisme koping merupakan perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan seseorang untuk membantu melindungi terhadap perasaan yang tidak berdaya dan ansietas, kadang mekanisme pertahanan diri menyimpang dan tidak lagi mampu untuk membantu seseorang seseorang dalam menghadapi stressor. (Patricia & Anne Griffin, 2005) Mekanisme pertahanan ego adalah reaksi individu untuk memperlunak kegagalan, menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SEKILAS TENTANG MEKANISME KOPINGDr. Suparyanto, M.Kes
SEKILAS TENTANG MEKANISME KOPING
1. Definisi Mekanismie KopingMekanisme koping merupakan tiap upaya yang di tujukan untuk penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang di gunakan untuk melindungi diri (Gail. W. Stuart, 2006)
Mekanisme koping merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaiakan masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif , perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stress yang dihadapi. Kemampuan koping diperlukan manusia untuk mampu bertahan hidup di lingkungannya yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan pemecahan masalah dimana seseorang menggunakannya untuk mengelola kondisi stress. Dengan adanya penyebab stress / stressor maka orang akan sadar dan tidak sadar untuk bereaksi untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam keperawatan konsep koping sangat perlu karena semua pasien mengalami stress, sehingga sangat perlu kemampuan untuk mengatasinya dan kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stress yang merupakan faktor penentu yang terpenting dalam kesejahteraan manusia ( Keliat, 2007)
Mekanisme koping merupakan perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan seseorang untuk membantu melindungi terhadap perasaan yang tidak berdaya dan ansietas, kadang mekanisme pertahanan diri menyimpang dan tidak lagi mampu untuk membantu seseorang seseorang dalam menghadapi stressor. (Patricia & Anne Griffin, 2005)
Mekanisme pertahanan ego adalah reaksi individu untuk memperlunak kegagalan, menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan yang menyakitkan karena pengalaman yang tidak enak dan juga untuk mempertahankan perasaan layak serta harga diri. (W.F.Maramis. 2005)Koping itu sendiri dimaknai sebagai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan atau luka atau kehilangan atau ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan – tuntutan yang penuh dengan tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kat lain koping adalah bagaimana reaksi orang ketika mengahadapi stress atau tekanan.(siswanto, 2007)
Koping adalah semua aktivitas kognitif dan motorik yang di lakukan ole orang sakit untuk mempertahankan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi tubuh yang rusak dan membatasi kerusakan yang tidak bisa di pulihkan.( Z.J.Lpowski. 2011)
Koping adalah perubahan kognitif perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. (Lazarus, 1976 dikutip siswanto)
Mekanisme koping adalah peroses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis.(Rasmun, 2004)
2. Macam-macam kopingKoping dapat diidentifikasi melalui respon manifestai ( tanda dan gejala) koping dapat dikaji melalui beberapa aspek yaitu fisiologis dan psikologis (Kelliat, 2007) koping yang efektif menghasilkan adaptif sedangkan yang tidak efektif menyebabkan maladaptif.
1. FisiologisManifestasi stress pada aspek fisik bergantung pada:a.Persepsi/ penerimaan individu pada stressb.Keefektifan pada strategi koping
2. PsikologisDalam aspek ini di bagi menjadi dua yaitu cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas dan berorientasi pada pembelaan ego
a. Cara penyesuaian yang berorientasi pada tugasCara penyesuaian ini bertujuan menghadapi tuntutan secara sadar, realistic, obyektif, rasional.
Cara ini mungkin terbuka atupun mungkin terselubung dan dapat berupa:1). Serangan atau menghadapi tuntutan secara frontal2). Penarikan diri atau tidak tahu akan hal itu3). Kompromi
Umpamanya bila seseorang gagal dalam suatu usaha, maka mungkin ia akan bekerja lebih keras(serangan) atau menghadapinya secara terang terangan ataupun menarik diri dan tidak mau berusaha lagi(penarikan diri) atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah (kompromi)
b. Cara penyesuaian yang berorientasi pada pembelaan ego atau pembelaan diri. Sering disebut mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna untuk melindung diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.
3. Jenis-jenis kopingLazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:1. Tindakan langsung (Direct Action) koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan dan luka. Ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang di alami.
Ada empat macam koping jenis tindakan langsung:a. Mempersiapkan diri untuk menghadapi lukaIndividu melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut.
b. AgresiAgresi adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut.
c. Penghidaran (Avoidance)Tindakan ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya sehingga individu memilh cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut
d. ApatiJenis koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara individu yang bersangkutan tidak bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut.
2. Peredaan atau Peringanan (pallitation) koping jenis ini mengacu pada mengurangi atau menghilangkan atau mentoleransi tekanan-tekanan kebeutuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa di artikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
Ada 2 macam koping jenis peredaan atau pallitation:a. Diarahkan pada gejala (Symptom Directed Modes)Macam koping ini digunakan bila gejala-gejala gangguan muncul dari diri individu, kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman tersebut.
b. Cara Intrapsikis ( Intrapsykis Modes)Koping jenis ini peredaan dengan cara intra psikis adalah cara-cara yang menggunakan perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah defense mechanism ( mekanisme pertahanan diri)
Macam-macam mekanisme pertahanan diri (defense mechanism atau pembelaan ego)1. Fantasi: Memuaskan keinginan yang terhalang dengan prestasi dan khayalan.
2. Penyangkalan: Melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan, dengan menolak menghadapi hal itu, sering dengan melarikan diri seperti menjadi sakit atau kesibukan dengan hal-hal lain.
3. Rasionalisasi: Berusaha membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal dan dapat dibenarkan sehingga dapat di setujui oleh diri sendiri dan masyarakat.
4. Identifikasi: Menambah rasa harga diri, dengan menyamakan dirinya dengan orang atau institusi yang mempunyai nama
5. Introyeksi: Menyatukan nilai dan norma luar dengan sturktur egonya sehingga individu tidak tergantung pada belas kasihan, hal-hal itu yang dirasakn sebagai ancaman luar.
6. Represi: Mencegah pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke alam sadar.7. Regresi : Mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah, dengan respon yang
kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.8. Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik.9. Penyusunan reaksi: Mencegah keinginan yang berbahaya, bila di ekspresikan dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.
10. Sublimasi: Mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan sexual dalam kegiatan non sexual
11. Kompensasi: Menutupi kelemahan, dengan menonjolkan sifat yang dinginkan atau pemuasan secara berlebihan dalam suatu bidang karena mengalami frustasi dalam bidang lain.
12. Salah pindah: Melepaskan perasaan yang terkekang, biasanya permusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu.
13. Pelepasan: Menebus dan dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tak bermoral.
14. Penyekatan emosional: Mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif untuk melindungi diri sendiri dari kesakitan.
15. Isolasi: memutuskan pelepasan afektif karena keadaan yang menyakitkan atau memisahkan sikap-sikap yang bertentangan, dengan tembok-tembok yang tahan logika.
16. Simpatisme: berusaha memperoleh simpati dari orang lain dan demikian menyokong rasa harga diri, meskipu gagal.
17. Pemeranan: Menurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan yang terlarang, dengan membiarkan ekspresinya. (W.F.Maramis, 2005)
Pada dasarnya mekanisme pertahanan diri terjadi tanpa disadari dan bersifat membohongi diri sendiri terhadap realita yang ada, baik realita yang ada diluar (fakta atau kebenaran) maupun realita yang ada di dalam ( dorongan atau impuls atau nafsu). Mekanisme pertahanan bersifat menyaring realita yang ada sehingga individu bersangkutan tidak bisa memahami hakekat dari keseluruhan realita yang ada. Ini membuat sebagian besar ahli menyatakan koping jenis mekanisme pertahanan diri merupakan yang tidak sehat kecuali sublimasi.
Mekanisme pertahanan tidak dapat disadari, akan dapat disadari melalui refleksi diri yang terus menerus. Dengan cara begitu individu bisa mengetahui jenis meekanisme pertahanan diri yang biasa dilakukan dan kemudian menggantikannya dengan koping yang lebih konstruktif.
4. Jenis-jenis koping yang konstruktif atau yang sehatHarber & Runyon (1984) yang di kutip dalam siswanto menyebutkan jenis-jenis koping yang di anggap konstruktif, yaitu:
1. Penalaran (Reasioning)Yaitu pengguanaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilh salah satu alternative yang di anggap paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevanberkaitan dengan persoalan yang di hadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif pemecahannya, kemudian memilh alternatif yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungan yang di peroleh paling besar.
2. ObjektifitasYaitu kemampuan untuk membedakan antara-antara komponen emosional dal logis dalam pemikiran, penalaran, maupun tingkah laku. Kemampuan untuk melakukan koping jenis ini masyarakat individu yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk mengelola emosinya sehingga individu mampu memilah dan membuat keputusan yang tidak semata di dasari oleh pengaruh emosi.
3. KonsentrasiYaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada pesoalan yang sedang di hadapi.
4. HumorYaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak terasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor. Humor memungkinkan individu yang bersangkutan untuk memandang persoalan dari sudut manusiawinya, sehingga persoalan di artikan secara baru, yaitu sebagai persoalan yang biasa, wajar dan dialami oleh orang lain juga.
5. SupresiYaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih konstruktif. Koping supresi juga mengandaikan individu memililki kemampuan untuk mengelola emosi sehingga pada saat tekanan muncul , pikiran sadarnya tetap bisa melakukan control secara baik
6. Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidakjealasan tersebut. Kemampuan melakukan toleransi mengandaikan individu sudah memiliki perspektif hidup yang matang, luas dan memeiliki rasa aman yang cukup.
7. EmpatiYaitu kemampuan untuk melihat sesuatau dari pandangan orang lain. Kemampuan empati ini memungkinkan individu mampu memperluas dirinya dan mengahayati perspektif pengalaman orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi semakin kaya dalam kehidupan batinnya.
APA (1994) yang menerbitkan DSM-IV juga menyebutkan sejumlah koping yang sehat merupakan bentuk penyesuaian diri yang paling tinggi dan paling baik dibandingkan dengan jenis koping lainnya. Maka jenis koping yang sehat lainnya adalah:
1. AntisipasiAntisipasi merupakan berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik – konflik emosional atau pemicu stress baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat dari konflik atau stress tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
2. AfiliasiAfiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Dia mampu mencari sumber-sumber dari orang lain dan mendapatkan dukungan dan pertolongan.
3. AltruismeMerupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain.
4. Penegasan diri (self assertion)Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stress dengan cara mengekspresikan perasaan dan pikiran secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
5. Pengamatan diri( self observation)Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif peroses – peroses kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan setrusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin dalam.
5. Sumber kopingMenurut Wiscar dan Sandra Sumber koping terdiri menjadi 2 faktor. Faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).
1. Faktor dari dalam meliputi : umur dimana semakin tinggi umur koping individu semakin baik, kesehatan dan energi , system kepercayaan termasuk kepercayan ekstensial (iman, kepercayaan, agama) komitmen atau tujuan hidup, pengalaman masa lalu, tingkat pengetahuan atau pendidikan semakin tinggi individu mudah untuk mencari informasi, jenis kelamin perempuan lebih sensitive dari laki-laki, perasaan seseorang seperti harga diri, control dan kemahiran, keterampilan, pemecahan masalah. Teknik pertahanan, motivasi
2. Faktor dari luar meliputi: dukungan sosial, sumber material atau pekerjaan, pengaruh dari orang lain, media massa. Dukungan sosial sebagai rasa memiliki informasi terhadap seseorang atu lebih dengan tiga ktegori yaitu dukungan emosi dimana seseorang merasa dicintai, dukungan harga diri dimana mendapat pengakuan dari orang lain akan kemampuan yang dimiliki, perasaan memiliki dalam sebuah kelompok.
6. Penggolongan mekanisme kopingMekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995), yaitu:
a. Mekanisme Koping AdaptifMekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
b. Mekanisme Koping MaladaptifMekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.Menurut Stuart & Sudden rentang mekanime koping digambarkan sebagai berikut: Sekema Mekanisme Koping
Jadi karakteristik mekanisme koping adalah sebagai berikut:a.Adaptif, jika memenuhi keriteria sebagai berikut:1.Masih mengontrol emosi pada dirinya dengan cara berbicara pada orang lain2.Melakukan aktifitas yang kontruktif3.Memiliki persepsi yang luas4.Dapat menerima dukungan dari orang lain5.Dapat memecahkan masalah secara efektif
b.Maladaptif1.Perilaku cenderung merusak2.Melakukan aktifitas yang kurang sehat seperti obat-obatan dan alkohol.3.Tidak mampu berfikir apa-apa atudisorientasi4.Perilaku cenderung menghindar atau menarik diri5.Tidak mampu menyelesaikan masalah. (Stuart & Sudden, 2008)
7. Strategi kopingPara ahli menggolongkan dua strategi koping yang biasanya di gunakan oleh individu:
1. Problem-solving focused copingDimana individu secara aktif mencari penyelesaian masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.
2. Emotion-focused copingDimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangaka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan di timbulkan suatu kondisi dari suatu tekanan.
8. Faktor yang mempengaruhi kopingCara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu, yaitu:
1. Kesehatan fisikMerupakan hal yang penting karena dalam hal mengatasi stress individu dituntut menggunakan energy yang lebih besar.
2. Keyakinan atau pandangan positifKeyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting yang akan mengarahkan individu pada ketidak berdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping.
3. Keterampilan memecahkan masalahKetrampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah, dengan tujuan untuk alternative tindakan.
4. Keterampilan sosialKeterampilan ini meliputi kemampuan berkomunikasi dan bertingkah laku sesuai norma sosial di masyarakat
5. Dukungan sosialDukungan ini meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional serta pengaruh dari orang lain( teman, keluarga, guru, petugas kesehatan, dll)
6. Materi atau PekerjaanLingkungan pekerjaan dapat menjadikan sesorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
7. UmurUmur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik
8. Jenis kelaminBahwa jenis kelamin adalah faktor penting dalam perkembangan koping seseorang.
9. PendidikanBimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.(ahyarwahyudi,2010)
9. Metode kopingAda dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell, 1977 yang di kutip Rasmun, dua metode tersebu antara lain:
1. Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang lama.
Contohnya adalah:1. Berbicara dengan orang lain”curhat” (curah pendapat dari hati ke hati) dengan teman,
keluarga, atau profesi tentang masalah yang di hadapi.2. Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang di hadapi.3. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan
supranatural.4. Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau masalah.5. Membuat berbagai alternatif tindakan atau untuk mengurangi situasi6. Mengambil pelajaran dan peristiwa atau pengalaman masa lalu.
2. Metode jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress atau ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif untuk di gunakan dalam jangka panjang.
Contohnya adalah:1. Menggunakan alcohol atau obat2. Melamun atau fantasi3. Mencoba melihat asoek humor dari situasi yang tidak menyenangkan4. Tidak ragu, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.5. Banyak tidur6. Banyak merokok7. Menangis8. Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah. (Rasmun,2004)
10. Tipe Skala Pengukuran KopingSkala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2010).
Berbagai skala koping yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, pendidikan dan sosial antara lain adalah:
1.Skala likertSkala likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skal likert, maka variabel yang akan di ukur di jabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator tersebut di jadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif samapai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata antara lain:a.Sangat setuju a. Selalub.Setuju b. Seringc.Ragu- ragu c. Kadang-kadangd.Tidak setuju d. Tidak pernahe.Sangat tidak setuju
a.Sangat positif a. Sangat baikb.Positif b. Baikc.Negatif c. Tidak baikd.Sangat negative d. Sangat tidak baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat di beri skor, misalnya:1.Setuju/ Selalu/ Sangat positif diberi skor 52.Setuju / Sering / positif diberi skor 43.Ragu-ragu/ Kadang-kadang/ Netral di beri skor 34.Tidak setuju/ Hampir tidak pernah/ Negatif di beri skor 25.Sangat tidak setuju/ Tidak pernah di beri skor 1
Pernyataan negatif1.Setuju / Selalu / Sangat positif diberi skor 12.Setuju / Sering / Positif di beri skor 23.Ragu-ragu / Kadang-kadang / Netral di beri skor 34.Tidak setuju/ Hampir tidak pernah/ negative di beri skor 45.Sangat tidak setuju/ Tidak pernah di beri skor 5
Tingkatan koping dinilai dari hasil jawaban kuesioner dengan Model Skala Likert yang dikategorikan menjadi koping positif atau adaptif dan negatif atau maladaptif. Agar perbandingan itu mempunyai arti, haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok itu sendiri yang berarti harus mengubah skor individual menjadi skor standar. Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model likert adalah skor T, yaitu :
Keterangan :
Skor responden pada skala koping yang hendak diubah menjadi skor T = Mean skor kelompoks = Deviasi standar skor kelompokUntuk mengetahui koping responden relatif lebih positif atau adaptif bila nilai T > mean T sedangkan pada koping relatif negatif atau maladaptif bila T≤ mean T, yaitu kopinf adaptif jika T skor > 50, koping maladaptif jika T skor ≤ 50 (Azwar, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahyarwahyudi.2010. Konsep Diri dan Mekanisme Koping dalam Proses Keperawatan.Wordpress.com(Online)(diaksespadatang11 februari2010)
2. Alimul, H. aziz. 2007. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
Rineka Cipta.5. Depkes RI. 2007. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta:
Bhakti Husada.6. Djuanda, Adhi. 2008 (Ed. 5. Cet. 3). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit
FK Universitas Indonesia7. Gail W. Stuart. 2006. (Ed. 5.Cet 1). Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta : EGC8. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates9. Jajeli, Rois. 2012. Jatim Peringkat Pertama Jumlah Penderita Kusta di Indonesia,
(Online), http://surabaya.detik.com (diakses: tanggal 6 April 2012)10. Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.11. Nursalam. 2008. (Edisi 2). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.12. Nursalam. 2011. (Edisi 2). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika13. Potter, Patricia A.; Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
konsep, proses, dan praktik. Jakarta: Penerbit EGC14. Rasmun, 2004. Stres, Koping dan Adaptasi, Sagung Seto, Jakarta.15. Siswanto.2004 Kesehatan Mental, konsep, cakupan dan perkembangannya. CV. Andi
Offeset, Yogyakarta16. Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. dan R&D. Bandung: Alfabeta.17. Syahrial. 2010. Chapter I, (Online), http://repository.usu.ac.idf (diakses: 29 April 2012)18. W.F.Maramis. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya19. Zulkifli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Sumatra Utara:
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, (Online) http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-zulkifli2.pdf (diakses : tanggal 10 April 2012)
Tulisan tiga
Pengertian coping dan jenis-jenis stress coping (koping) stress
Ψ Definisi CopingStrategi coping merupakan suatu upaya individu untuk menanggulagi stress yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.Coping yang efektif untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
Ψ Jenis-jenis Koping Stressa. Koping psikologispada umunya gejala yang ditimbulkan akibat stress psikologis tergantung pada dua factor, yaitu:
1. bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stressor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan individu tersebut terhadap stressor yang diterimanya.
2. keefektifan strategi koping yang digunakan oindividu, artinya dalam menghadapi stressor, jika strategi yang digunakan efektif maka menghasilkan adaptasi yang baik dan menghasilkan suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis.
b. Koping psiko-sosialyang biasa dilakukan individu dalam psiko-sosial adalah menyerang, menarik diri, dan kompromi.
1. perilaku menyerangIndividu menggubakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Perilaku yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap sasaran atau objek dapat berupa benda, barang, orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam, dan marah yang memanjang. Sedangkan tindakan yang konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadap rasa ketidaksenangannya.
2. perilaku menarik diriMenarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara fisik dan psikologis individu secara sadar meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor. Misalnya: individu melarikan diri dari stress,
menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologois individu menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
3. KompromiKompromi adalah merupakan sikap konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, secara umum kompromo dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.Kaitan antara koping dengan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism), ada ahli yang melihat defense mechanism sebagai salah satu jenis koping (lazarus, 1976). Ahli lain melihat antara koping dan mekanisme pertahanan diri sebagai dua hal yang berbeda. (harber dan runyon, 1984).
Ψ Jenis-jenis koping yang konstruktif dan positif (sehat)Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat) Harmer dan Ruyon (1984), menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif yaitu:
1. Penalaran (reasoning)Yaitu penggunaan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternative pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternative yang dianggap paling menguntungkan.individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi yang relevan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi, kemudian membuat alternative-alternatif pemecahannya, kemudian memilih alternative yang paling menguntungkan resiko kerugiannya paling kecil dan keuntungannya yang diperoleh paling besar.
2. ObjektifitasYaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran,dan penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan dengan yang tidak berkaitan. Kemampuan untuk melakukan koping jenis obyektifitas mensyaratkan individu yang bersangkutan memiliki kemampuan mengelola emosinya sehingga individu mampu memilih dan membuat yang tidak semata didasari oleh pengaruh emosi.
3. KonsentrasiYaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataanya, justru banyak individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi tekanan. Perhatian mereka malah terpecah-pecah dalam berbagai arus pemikiran yang justru membuat persoalan yang menjadi semakin kabur dan tidak terarah.
4. Penegasan diri (self assertion)Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu strss dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain. menjadi assertif tidak sama dengan tindakan agresi. Sertif adalah menegaskan apa yang dirasakan, dipikiran oleh individu yang bersangkutan, namun dengan menghormati dengan pemikiran dan perasaan orang lain. dewasa ini pelatihan-pelatihan dibidang asertifitas mulai banyak dilakukan untuk memperbaiki relasi antar manusia.
5. Pengamatan diri (self observation)Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku,motif,cirri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam. Pengamatan diri mengandaikan individu memiliki kemampuan untuk melakukan transedensi, yaitu kemampuan untuk membuat jarak antara diri yang diamati dengan diri yang mengamati. Perkembangan kognitif dan latihan-latihan melakukan introspeksi yang dilakukan sejak remaja, akan mempertajam untuk melakukan pengamatan diri.
Mekanisme koping adalah usaha individu untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).
Menurut Keliat (1999, dalam Suliswati, 2005), mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam.
Mekanisme koping merupakan cara pemecahan masalah. Menurut Suliswati dkk (2005) dan Stuart dan Sundeen (1997), individu dapat menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber tersebut adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya. Dengan sumber tersebut individu dapat mengambil strategi koping yang efektif.
Apabila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang digunakan yaitu menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri dengan orang lain.
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik ada dua yaitu:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari, dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres denagan cara perilaku menyerang, perilaku menarik diri, perilaku kompromi.
2. Mekanisme pertahanan ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri sendiri.
Mekanisme Koping dan Strategi Koping
Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut.
Mekanisme koping bersumber dari ego, sering di sebut sebagai mekanisme pertahanan mental, yaitu yang terdiri dari; denial ( menyangkal) menghindarkan realitas
ketidak setujuan dengan mengabaikan atau menolah untuk mengenalinya, projeksi yaitu mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain, regresi yaitu menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang lebih awal, displacement (mengisar) yaitu mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak membahayakan, mencari dukungan sosial seperti keluarga mencari dukunga atau bantuan dari kelurga, tetangga, teman atau keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji ulang kejadian stres agar lebih dapat menanganinya dan menerimanya, mencari dukungan spiritual seperti mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah, dan yang terakhir adalah menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan orang lain.
Sedangkan mekanisme koping yang berorientasi pada tugas di gunakan untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenuhi kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasipada tugas yaitu; prilaku menyerang (Fight), prilaku menarik diri (withdrawl), dan kompromi (Rasmun, 2004).
Pada perilaku menyerang, individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Prilaku yang di tampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif yaitu tindakan agreesif (menyerang) terhadap obyek, dapat berupa benda, barang, orang lain atau bahkan terhadap diri sendiri. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif, yaitu dengan kata-kata terhadap rasa ketidak senangannya. Seperti kompromi juga merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah. Lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.
Perilaku menarik diri adalah perilaku yang menunjukkan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara physik dan psikologis individu secara sadar pergi meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stressor misalnya; individu melarikan diri dari sumber stres, menjauhi sumber beracun, polusi dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu (Ramun, 2004).
Selain mekanisme koping, juga di kenal istilah strategi koping. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi (Rasmun, 2004).
Menurut Stuart dan Sundeen (1995) Mekanisme koping juga dapat di golongkan menjadi 2 (dua) yaitu: mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptif.
1. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif (kecemasan yang dianggap sebagai sinyal peringatan dan individu menerima peringatan dan individu menerima kecemasan itu sebagai tantangan untuk di selesaikan).
2. Mekanisme koping maladaptif adalah mekanisme yang menghambat fungsi integrasi, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar dan aktivitas destruktif (mencegah suatu konflik dengan melakukan pengelakan terhadap solusi).
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari (Lazarus & Folkman, 1984).
Ahyar (2010), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping, yaitu; kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial dan materi.
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar. Sementara itu keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe : problem-solving focused coping.
Pada sisi lain keterampilan juga menjadi salah satu sumber koping, yaitu keterampilan memecahkan masalah dan keterampilan sosial. Keterampilan memecahkan masalah meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan
yang tepat. Sedangkan keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat. Dukungan sosial dan materi juga merupakan faktor strategi koping.
Dukungan sosial meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Sedangkan materi merupakan dukungan sumber daya berupa uang, barang barang dapat dibeli.