Top Banner
MEDIA PRESENTASI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS Makalah Oleh Dewa Gede Agus Putra Prabawa, S.Pd., M.Pd. Disajikan dalam Diklat Membuat Media Pembelajaran Berbasis ICT untuk Guru SD Se-Kota Singaraja 30 Desember 2014 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Desember 2014
19

Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

Mar 29, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

1

MEDIA PRESENTASI PEMBELAJARAN

KONSTRUKTIVIS

Makalah

Oleh

Dewa Gede Agus Putra Prabawa, S.Pd., M.Pd.

Disajikan dalam Diklat Membuat Media Pembelajaran Berbasis ICT

untuk Guru SD Se-Kota Singaraja

30 Desember 2014

Jurusan Teknologi Pendidikan

Fakultas Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Desember 2014

Page 2: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

1

A. Konsepsi Konstruktivisme

Apa itu konstruktivisme? Tidak ada konsistensi tentang arti

konstruktivisme. Konstruktivisme bukanlah teori, tetapi sebuah epistemologi atau

penjelasan filosofis tentang sifat pembelajaran (Hyslop-Margison & Strobel dalam

Schunk, 2012). Konstruktivisme menekankan bagaimana pengetahuan dibangun

bukan bagaimana pengetahuan diperoleh. Asumsi utama dari konstruktivisme

adalah siswa merupakan peserta didik yang aktif membangun pengetahuan bagi

diri mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari kepala

pendidik ke kepala peserta didik. Peserta didiklah yang harus mengartikan apa

yang akan dibelajarkan pendidik agar menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang

dibangun tidak sekali jadi dan deterministik. Misalnya, membangun pengetahuan

tentang air. Anak yang tinggal di pegunungan dan jauh dari pantai tentu hanya

tahu bahwa rasa air adalah tawar. Seiring terjadinya interaksi dengan lingkungan,

anak akan menginterpretasikan bahwa selain tawar, rasa air juga asin. Setelah tahu

bahwa rasa air tawar dan asin, konstruksi pengetahuan tentang air bertambah ke

sifat-sifat air dan seterusnya. Jadi, perjalanan anak mengkonstruksi pengetahuan

tentang air tidak sekali jadi, akan tetapi membutuhkan waktu untuk berproses.

Proses belajar peserta didik terjadi bukan dengan merekam informasi

tetapi menafsirkannya. Peserta didik sebagai subjek yang secara aktif membangun

(konstruksi) representasi mental mereka sendiri. Proses belajar terjadi ketika

peserta didik memilih informasi yang relevan, mengaturnya menjadi struktur yang

koheren dan menafsirkannya melalui apa yang mereka sudah ketahui atau

pengetahuan awal yang dimiliki (Mayer, 2008).

Peran pendidik sebaiknya tidak mengajar dalam artian menyampaikan

materi pelajaran dengan cara tradisional. Pendidik juga harus membangun situasi-

situasi yang dapat merangsang peserta didik terlibat secara aktif dengan materi

pembelajaran melalui pengolahan materi dan interaksi sosial. Pendidik harus

menciptakan lingkungan pembelajaran yang kaya (beragam aktivitas dan sumber

belajar) dan memberikan kesempatan peserta didik untuk bereksplorasi secara

aktif. Pengaturan seperti ini akan menunjang konstruksi pengetahuan secara aktif.

Analoginya yaitu pendidik ibarat orang tua di desa yang memfasilitasi anak-

anaknya memetik mangga. Dulu orang tua di desa tidak langsung memetikkan

Page 3: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

2

mangga buat anak-anaknya, tetapi

menyediakan tangga, tongkat panjang

yang ujungnya berisi pengait, atau tali

yang disimpul kemudian ditaruh di kaki

(Gambar 1). Anak dapat memilih alat

sesuai pengetahuan, kemampuan, dan

minatnya agar dapat memetik mangga.

Apabila anak naik menggunakan tangga,

orang tua biasanya menuntun pelan-

pelan dan menopang pantatnya agar ia

yakin, berani, dan berhasil sampai di

atas memetik mangga. Anak yang

memilih menggunakan tongkat, dituntun

berkonsentrasi dan memilih posisi agar

tidak tertimpa mangga, sedangkan anak

yang memilih dengan cara memanjat

menggunakan tali yang simpul, ditopang

pantatnya agar berhasil naik. Apabila

ada anak yang sudah pernah menggunakan tongkat atau tangga, tentu akan merasa

tertantang menggunakan tali simpul, karena lebih sulit dari pada menggunakan

tangga maupun tongkat. Analogi tersebut, mencerminkan bahwa peran pendidik

adalah sebagai orang yang merancang aktivitas pembelajaran, fasilitator,

pembimbing, dan pemotivasi. Pendidik mesti kreatif merancang aktivitas

pembelajaran yang beragam. Peserta didik diberikan kesempatan membangun

pengetahuan sesuai caranya sendiri dan difasilitasi sumber belajar yang beragam.

Ini dilakukan mengingat peserta didik adalah insan yang memiliki potensi, ide,

minat, motivasi, dan kemampuan yang beragam. Sangat keliru apabila itu

diseragamkan seperti nampak pada Gambar 2. Dalam pembelajaran di kelas

bentuk aktivitas pembelajaran yang konstruktivis yaitu peserta didik mengamati

fenomena-fenomena, mengumpulkan data, menguji dugaan, membuat proyek,

bekerjasama dan berkolaborasi dengan orang lain.

Gambar 1. Aktivitas yang Beragam

Gambar 2. Aktivitas yang Seragam

Page 4: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

3

B. Konsepsi Media dan Media Presentasi Pembelajaran

Secara etimologi media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak

dari kata medium yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. The Association

for Educational Communication and Technology (AECT) (dalam Asyhar, 2011)

mendefinisikan media sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan

informasi. Sementara itu, media pembelajaran menurut Reiser dan Gange (dalam

Gagne et al, 1992) adalah sarana yang digunakan untuk mengkomunikasikan

pesan pembelajaran. Media pembelajaran di samping dapat digunakan untuk

menyampaikan informasi, juga dapat digunakan menciptakan suatu kondisi yang

merangsang siswa belajar mengkonstruksi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

baru.

Sejalan dengan perkembangan istilah media pembelajaran, muncul istilah

multimedia dan multimedia pembelajaran. Multimedia menurut Mayer (2001)

mempresentasikan dua unsur yaitu teks (teks bisa disajikan secara lisan atau

tercetak) dan gambar (dapat berupa ilustrasi, foto, animasi, atau video). Definisi

lainnya menjelaskan bahwa multimedia merupakan cara mempresentasikan pesan

menggunakan tiga atau lebih media dalam lingkungan berbasis komputer seperti

teks, narasi, dan gambar/diagram, animasi, dan video (Collins et al, 1997: 4).

Pemanfaatan media dalam pembelajaran merupakan salah satu cara untuk

menciptakan pembelajaran yang konstruktivis. Media yang digunakan

mempresentasikan pesan pembelajaran tidak semata menyajikan isi/pesan, akan

tetapi dapat merangsang siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran melalui

pemanfaatan objek multimedia yaitu teks, gambar, suara, animasi, dan video.

Adanya penggabungan objek multimedia dalam media pembelajaran, sehingga

muncul istilah multimedia pembelajaran. Multimedia pembelajaran adalah

penyajian kata-kata dan gambar yang dimaksudkan untuk meningkatkan

terjadinya proses belajar (Mayer, 2001).

Media presentasi pembelajaran secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran oleh pendidik

kepada peserta didik. Digunakannya objek multimedia dalam media presentasi

pembelajaran, Wahono et al (2007) mengklasifikasi jenis multimedia

Page 5: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

4

pembelajaran menurut kegunaannya menjadi dua yaitu multimedia presentasi

pembelajaran dan multimedia pembelajaran mandiri.

Pertama, multimedia presentasi pembelajaran adalah alat bantu guru dalam

proses pembelajaran di kelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan.

Pesan dalam multimedia presentasi pembelajaran berupa poin-poin materi yang

disajikan (explicit knowledge) dan bisa saja ditambahi dengan multimedia linear

berupa film dan video untuk memperkuat pemahaman siswa. Software yang bisa

digunakan mengembangkan multimedia presentasi pembelajaran adalah software

presentasi seperti open office impress, microsoft powerpoint, adobe reader, dan

lain-lain.

Kedua, multimedia pembelajaran mandiri. Jenis multimedia pembelajaran

ini dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri alias tanpa bantuan guru.

Multimedia pembelajaran mandiri harus dapat memadukan explicit knowledge

(pengetahuan tertulis yang ada di buku dan artikel) dan tacit knowledge. Tentu

karena menggantikan guru, harus ada fitur assessment untuk latihan, ujian, dan

simulasi termasuk tahapan pemecahan masalahnya. Multimedia pembelajaran

mandiri menyediakan siswa lingkungan belajar yang fleksibel, di mana dan kapan

pun siswa dapat mempelajari materi sesuai dengan kecepatan belajar masing-

masing. Software yang dapat digunakan mengembangkan multimedia

pembelajaran mandiri adalah adobe captivate, adobe flash, dan lain-lain.

C. Prinsip Desain Media Presentasi Pembelajaran

Tujuan penggunaan objek multimedia dalam media presentasi

pembelajaran adalah memudahkan dan mengoptimalkan pemahaman peserta didik

terhadap konten pembelajaran melalui sajian kata-kata (lisan maupun tulisan) dan

gambar (bergerak maupun diam). Sajian kata dan gambar dapat efektif apabila

memperhatikan prinsip-prinsip sajian multimedia pembelajaran. Ada beberapa

prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan mendesain media presentasi

pembelajaran (Mayer & Moreno, 2002; Mayer & Moreno, 2003).

1. Prinsip Multimedia

Prinsip multimedia artinya peserta didik belajar akan lebih mudah belajar

ketika pesan pembelajaran disajikan menggunakan kata-kata dan gambar daripada

kata-kata saja. Dasar prinsip ini ialah peserta didik dapat membangun hubungan

Page 6: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

5

pengetahuan ketika kata-kata dan gambar disajikan secara bersamaan daripada

hanya menggunakan kata-kata saja. Mayer (2003) mencontohkan materi pada

buku teks pelajaran yang disajikan dengan kata-kata tercetak dan disertai gambar

lebih baik dari pada disajikan dengan kata-kata saja. Demikian pula, penggunaan

kata lisan dan gambar bergerak pada sajian materi berbasis komputer. Penelitian

menunjukkan bahwa sajian kata-kata secara lisan dan animasi (gambar bergerak)

mampu memudahkan proses belajar peserta didik (Mayer & Anderson dalam

Mayer, 2003).

2. Prinsip Kedekatan Ruang

Prinsip kedekatan ruang artinya peserta didik akan lebih mudah

menginterpretasi pesan ketika sajian teks berdekatan dengan gambar daripada

berjauhan dengan gambar. Dasar pemikirannya adalah peserta didik lebih mampu

membangun hubungan mental antara kata-kata dan gambar ketika kedua metode

penyampaian tersebut berdekatan satu sama lain. Sebaliknya, ketika kata dan

gambar tidak berdekatan satu sama akan menyulitkan peserta didik memproses

informasi. Posisi gambar dan teks tergantung penekannnya. Apabila teks yang

lebih ditekakan, maka posisi teks adalah di sebelah kiri dan gambar di sebelah

kanan. Apabila gambar yang difokuskan dan teks hanya sebagai keterangan, maka

posisikan gambar di sebelah kiri dan teks di sebelah kanan.

3. Prinsip Kedekatan Tempo (Waktu)

Prinsip kedekatan tempo dimaksudkan bahwa peserta didik akan lebih

mudah memproses informasi ketika kata-kata (teks atau narasi) dan gambar

(gambar diam atau animasi) disajikan dalam waktu yang sama daripada disajikan

secara terpisah atau dalam waktu yang berbeda. Asumsinya peserta didik mampu

membangun hubungan mental dalam memori kerja ketika kata-kata dan gambar

disajikan dalam waktu yang sama.

4. Prinsip Koherensi (Keselarasan)

Prinsip koherensi memberikan landasan pengembangan media presentasi

bahwa peserta didik dapat belajar lebih optimal ketika kata-kata dan gambar

memiliki keselarasan dan pendidik harus berani membuang gambar yang tidak

relevan. Menambahkan kata atau gambar yang tidak relevan ke dalam media

Page 7: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

6

dapat mengganggu salah satu proses kognitif dan dapat mendorong peserta didik

untuk memperhatikan kata atau gambar yang tidak relevan tersebut. Akibat

lainnya yaitu dapat mengganggu proses kognitif peserta didik dalam mengatur

kata atau gambar menjadi sebuah pemahaman yang utuh.

5. Prinsip Modalitas

Prinsip modalitas artinya peserta didik dapat belajar lebih mudah ketika

kata dan gambar disajikan dalam penginderaan yang berbeda. Pesan pembelajaran

lebih baik disajikan dengan animasi dan narasi daripada narasi dan teks. Dasar

pemikirannya adalah saluran visual peserta didik mungkin menjadi kelebihan

beban ketika kata-kata dan gambar keduanya disajikan secara visual. Peserta didik

harus memproses teks dan animasi pada layar melalui mata. Dengan demikian,

peserta didik tidak memiliki kapasitas kognitif banyak untuk membangun

hubungan antara kata-kata dan gambar.

6. Prinsip Redundansi

Prinsip redundansi yaitu menghindari tipe sajian pesan secara berlebihan.

Prinsip ini mengasumsikan bahwa siswa dapat belajar lebih optimal melalui

animasi dan narasi daripada animasi, narasi, dan teks pada layar. Apabila pesan

sudah disajikan dengan animasi dan narasi maka tidak perlu lagi disajikan dengan

teks yang panjang. Asumsi prinsip redundansi sama dengan prinsip modalitas.

D. Merancang Visual Media Presentasi Pembelajaran

Ada beberapa panduan mendasar dalam merancang visual media

presentasi pembelajaran. Perancangan visual mencakup: 1) pengaturan tara ruang,

2) pemilihan warna, 3) pengaturan huruf dan teks, 4) pengaturan gambar, 5)

pengaturan animasi, transisi, sound effect, dan catatan kaki.

1. Pengaturan Tata Ruang

Hal yang harus ditentukan dalam pengaturan tata ruang adalah memastikan

unsur-unsur apa saja yang disertakan dalam media presentasi pembelajaran.

Pengaturan mesti memperhatikan sebuah pola dasar bagaimana mata audien atau

peserta didik memandang pesan yang disajikan. Peserta didik akan cenderung

memandang pesan dari kiri atas ke kanan, karena pola ini mengikuti kebiasaan

membaca. Pengaturan visual mencakup lima prinsip yaitu: 1) prinsip perataan, 2)

Page 8: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

7

prinsip bentuk sajian, 3) prinsip aturan sepertiga, 4) prinsip kedekatan, dan 5)

prinsip pengarah.

Prinsip perataan yaitu tempatkan teks dan gambar utama di dalam satu

visual sehingga unsur tersebut mencerminkan hubungan visual satu sama lain.

Peserta didik akan memandang pesan sebagai satu kesatuan ketika ujung dari

pesan tersebut sama rata pada garis horisontal maupun vertikal. Perhatikan

Gambar 3.

Gambar 3. Perataan Gambar dan Teks

Prinsip bentuk sajian yaitu menyusun pesan (teks maupun gambar)

dalam sebuah bentuk yang akrab bagi para peserta didik. Gunakan pola yang

menarik dan memfokuskan perhatian peserta didik. Bentuk yang dapat digunakan

yaitu lingkaran, segi tiga atau persegi. Bentuk lainnya yaitu dapat meniru huruf

alfabetis seperti huruf S, Z, L, T, dan U. Penempatan teks dan gambar tentu saja

mengikuti bentuk yang digunakan.

Gambar 4. Rantai Makanan Menggunakan Bentuk L

Page 9: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

8

Prinsip aturan sepertiga yaitu penempatan teks dan gambar yang

tersusun di sepanjang garis yang membagi visual menjadi tiga bagian berdasarkan

pentingnya. Posisi yang paling dominan adalah pada posisi perpotongan garis-

garis pembagi tiga bagian horisontal atau vertikal, terutama pada perpotongan kiri

atas. Perhatikan Gambar 5.

Gambar 5. Contoh Aturan Sepertiga

Prinsip kedekatan sama seperti prinsip yang diungkapkan Mayer yaitu

teks dan gambar disusun dalam posisi yang berdekatan. Posisikan gambar dan

teks secara berdekatan dan jauhkan unsur yang tidak memiliki kaitan. Prinsip ini

akan membantu peserta didik mengkategorikan, mengkaitkan, dan

menghubungkan pesan.

Gambar 6. Prinsip Kedekatan

Page 10: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

9

Prinsip pengarah berfungsi menyampaikan arah alur atau siklus maupun

prosedur dari makna pesan yang akan disampaikan. Gunakan anak panah atau

animasi untuk memperjelas arah alur/siklus/prosedur. Gambar 7 merupakan

tampilan penggunaan anak panah yang menjelaskan proses metamorfosis pada

katak.

Gambar 7. Penggunaan Anak Panah Sebagai Pengarah

2. Pemilihan Warna

Penggunaan warna sangat menentukan kenyamanan peserta didik melihat

pesan yang dipresentasikan. Pemilihan warna berdasarkan kesukaan atau hobi

merupakan hal yang keliru. Pett dan Wilson (dalam Smaldino et al, 2008)

menyatakan bahwa: 1) pemilihan warna harus konsisten di seluruh material, 2)

gunakan warna yang sangat jenuh untuk material yang ditujukan kepada anak-

anak, 3) perhatikan makna warna, misalnya merah dan kuning bermakna hangat,

biru dan hijau bermakna sejuk, 4) perhatikan latar belakang budaya peserta didik

dalam memilih warna, misalnya di negara-negara barat warna hitam merupakan

warna berkabung, sementara di Cina dan Jepang warna putih merupakan warna

berkabung.

Ada beberapa prinsip sederhana memilih kombinasi warna teks dan latar

belakang dalam membuat media presentasi yaitu: 1) jika warna latar belakang

gelap maka warna teks terang. Jika warna latar belakang terang, maka teks gelap.

2) Latar belakang harus sederhana, tidak bersifat grafis, dan biasanya harus

Page 11: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

10

memiliki satu warna saja. Hindari latar

belakang berupa wallpaper yang ramai

karena dapat mengalihkan perhatian

peserta didik. 3) Kalau latar belakang

memakai dua warna, usahakan salah

satunya berdekatan pada roda warna

(Gambar 8). 4) Warna abu-abu dihindari,

baik pada teks maupun latar belakang.

Lebih detail Smaldino et al (2008)

merangkum kombinasi warna latar belakang dan teks yang baik seperti tersaji

pada Tabel 1.

Tabel 1. Kombinasi Warna Latar belakang dan Teks

Warna Latar

Belakang

Warna Teks Penegasan

Putih Biru tua, hitam, hijau tua, merah

tua, ungu

Merah, jingga

Biru Kuning muda, putih Kuning, merah

Kuning muda Violet, cokelat, hitam Merah

Coklat kemerahan Putih Hitam

Skema warna pada Tabel 1 adalah sebagai saran umum, bukan sebagai

aturan mutlak karena dalam situasi apa pun terdapat banyak faktor yang

memberikan dampak pada perpaduan warna dan warna-warna tertentu akan cocok

dipadukan bersama. Pembuat media presentasi barangkali akan tergoda

menggunakan perpaduan warna. Hal itu memang tidak salah, namun perlu

diperhatikan ada beberapa warna apabila dipadukan, pesan yang disampaikan

menjadi tidak jelas dan tidak nyaman dilihat. Kombinasi warna latar belakang dan

teks yang buruk tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Kombinasi Warna yang Buruk

Warna Latar

Belakang

Warna teks

Hijau Merah

Hitam Merah

Hitam Hijau

Hitam Biru

Gambar 8. Roda Warna

Page 12: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

11

Warna-warna yang terlihat bagus pada layar komputer mungkin tidak

sama saat diproyeksikan. Untuk itu, dianjurkan untuk melakukan uji coba

presentasi guna menentukan warna-warna terproyeksi secara efisien

menyampaikan pesan pembelajaran.

3. Aturan Huruf dan Teks

Jenis huruf (font) dapat mempengaruhi kenyamanan peserta didik

menyimak pesan yang dipresentasikan. Gunakan jenis huruf Sans Serif atau jenis

huruf yang polos (tidak ada hiasan) seperti Arial, Verdana, Tahoma, Helvetica,

dan sejenisnya. Jangan gunakan jenis huruf Serif seperti Times News Roman,

Courier, atau Courier New. Demi komunikasi yang baik, sebaiknya sajian pesan

tidak menggunakan lebih dari dua jenis huruf. Begitu juga dengan penggunaan

huruf besar utamakan pada judul, sedangkan frasa yang terdiri dari tiga kata atau

lebih ditulis dengan huruf kecil.

Ukuran huruf untuk penulisan judul gunakan 32 point atau lebih besar.

Ukuran sub judul gunakan 30 point atau lebih besar. Ukuran teks/uraian gunakan

ukuran 24 point atau lebih besar.

Teks dalam media presentasi sangat diperlukan dan bukan berarti banyak

teks itu akan lebih baik. Banyak teks dalam media presentasi tidak bedanya

dengan menyalin ringkasan isi buku ke dalam media presentasi. Jumlah teks tidak

boleh dari tiga blok informasi pada masing-masing slide atau tidak lebih dari tujuh

baris (tidak termasuk judul).

Ada beberapa aturan dalam menulis teks yaitu: a) hindari penempatan

informasi pada kolom (kecuali menyampaikan data tertentu). b) Maksimal kata

dalam slide adalah 25 kata. Smaldino et al (2008) menyarankan gunakan kata

seminimum mungkin. Jika ada banyak kata dalam satu slide, dapat dilanjutkan

pada slide kedua. Usahakan satu slide presentasi menyajikan satu konsep.

Menyajikan banyak konsep dalam satu slide presentasi akan memaksa peserta

didik untuk segera menginterpretasi pesan karena slide akan berganti. Banyaknya

konsep dalam satu slide, juga akan memaksa untuk memasukkan teks lebih

banyak lagi. c) Bulleted list digunakan secara konsisten dan tidak lebih dari 6

bulleted dalam satu slide. d) Hindari pemisahan kata di akhir baris. e) Hindari

Page 13: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

12

cetak miring dan disarankan menggunakan garis bawah, tanda kutip atau cetak

tebal untuk memberikan penekanan.

4. Aturan Penggunaan Gambar

Gambar merupakan komponen utama atau penjelas teks dalam media

presentasi. Gambar mampu memvisualkan pesan. Semakin visual media

presentasi semakin mudah orang mengingat pesan. Memilih gambar yang tepat

untuk menjelaskan pesan bukanlah mudah. Diperlukan kecermatan dalam

memproduksi maupun memilih gambar yang sudah ada. Apabila pesan yang

disampaikan berupa gambaran perilaku peserta didik di desa ketika tidak ada

guru, maka ambilah kamera kemudian potret peristiwa tersebut. Hal ini akan lebih

kontekstual daripada menggunakan gambar peserta didik yang ada di kota yang

jelas berbeda lingkungan dan karakteristiknya. Ketika memotret sisakan lebih

banyak ruang kosong di depan benda atau peristiwa tersebut ketimbang di

belakangnya. Tujuannya agar ada tempat membubuhkan teks, sehingga gambar

dapat menyampaikan pesan secara utuh.

Ada beberapa prinsip penggunaan gambar. Pertama, gambar harus

kontras dan jelas. Warna gambar harus kontras dengan latar belakang untuk

menonjolkan pesan yang terkandung dalam gambar. Gambar tidak buram dan

usahakan memilih gambar yang memiliki resolusi standar sehingga tidak pecah

ketika diproyeksikan. Kedua, penggunaan gambar garis hitam (sketsa) lebih

disukai daripada gambar abu-abu. Gambar sketsa akan lebih jelas menyajikan

objek dari pada gambar bitmap yang berwarna abu-abu (perhatikan Gambar 9 dan

10). Ketiga, gambar berwarna terang lebih disukai daripada hitam putih.

Keempat, hilangkan elemen-elemen yang tidak perlu pada sebuah gambar, seperti

latar belakang dari suatu objek yang dapat mengalihkan perhatian peserta didik.

Gambar 9. Sketsa/Vector Gambar 10. Bitmap Abu-abu

Page 14: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

13

5. Animasi, Transisi, Sound Effect, dan Catatan Kaki

Animasi dalam media presentasi digunakan untuk mengatur urutan teks

maupun gambar. Terdapat berbagai jenis animasi dalam Ms. Powerpoint. Tentu

tidak semua animasi tersebut diterapkan pada teks dan gambar. Bervariasinya

animasi teks dan gambar akan cenderung membuat peserta didik bingung pada

pesan yang disajikan. Prinsip penggunaan animasi pada teks maupun gambar

yaitu animasi masuk dari kiri atau mengintip dari kiri atau berupa mesin tik

perlahan muncul kemudian hilang secara perlahan ke kanan. Prinsip ini sama

seperti gaya mata membaca dari kiri ke kanan.

Jenis animasi yang perlu dihindari yaitu: 1) animasi teks dan gambar

yang berterbangan, 2) teks maupun gambar bergerak secara spiral, 3) teks maupun

gambar masuk dari bawah, 4) teks maupun gambar masuk dari kanan. Godaan

dalam menggunakan animasi adalah menambahkan animasi pada setiap teks dan

gambar. Hal ini perlu hindari, karena tidak semua objek tepat dianimasikan dan

perlu disesuaikan dengan karakteristik pesan.

Transisi yang digunakan ketika perpindahan slide usahakan konsisten.

Hindari penggunaan jenis transisi yang beragam dan sound efek saat perpindahan

slide, karena dapat membingungkan peserta didik. Pilih jenis transisi yang

nyaman di mata peserta didik dan sesuai karakteristik pesan yang disampaikan.

Misalnya fade smoothly atau fade through black.

Kurangi penggunaan sound effect pada slide presentasi. Sebaiknya sound

effect disertakan apabila itu dijadikan contoh materi. Sebaiknya fokuskan

presentasi pada konten ketimbang disesakkan oleh banyaknya sound effect.

Gunakan catatan kaki untuk mengidentifikasi slide. Catatan kaki dapat

memberikan informasi mengenai nama pembuat presentasi, topik presentasi, dan

tanggal pembuatan/presentasi. Catatan kaki jangan sampai menghalangi pesan

atau lebih menonjol dari pesan.

E. Struktur Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

Media presentasi pembelajaran tidak semata hanya mengkonkretkan pesan

dan memudahkan peserta didik mengingat pesat, namun yang terpenting adalah

mampu merangsang peserta didik terlibat secara aktif membangun pengetahuan.

Cara yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan peristiwa pembelajaran yang

Page 15: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

14

diungkapkan Gagne et al (1992) ke dalam media presentasi pembelajaran. Tujuan

pengintegrasian adalah memfasilitasi peserta didik mengeksplorasi topik dan

menggeneralisasikan pengetahuannya. Menurut Mayer et al (1999) pembelajaran

konstruktivis terjadi ketika siswa secara aktif membangun representasi mental

secara bermakna dari pesan atau informasi yang disajikan melalui media.

Ada sembilan peristiwa pembelajaran yang dapat diintegrasikan dalam

media presentasi pembelajaran yaitu: 1) menarikan perhatian siswa, 2)

penyampaian tujuan belajar, 3) mengaktifkan pengetahuan awal, 4) menyajikan

isi, 5) memberi bimbingan belajar, 6) memberi kesempatan latihan atau unjuk

kerja, 7) memberi umpan balik, 8) melakukan penilaian, 9) meningkatkan retensi

dan transfer pengetahuan.

1. Menarik Perhatian Siswa

Cara yang digunakan menarik perhatian siswa yaitu sajikan judul yang

menantang dan gunakan pertanyaan-pertanyaan. Judul merupakan titik awal

sebagai penarik perhatian siswa. Rumusan judul tidak mesti ditulis dengan

kalimat yang kaku. Judul dapat ditulis dengan kalimat yang menantang dan

menarik. Contoh judul yang kaku adalah “tata surya” diubah menjadi “ada apa di

luar angkasa?”. Judul juga dapat sekaligus dijadikan pertanyaan. Cara kedua,

gunakan pertanyaan-pertanyaan. Pilih pertanyaan yang merangsang siswa berpikir

dan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru.

Pertanyaan dapat menggunakan teks dan gambar yang sesuai topik untuk

mengaktifkan siswa. Pertanyaan yang diajukan akan memberikan deskripsi awal

bahwa materi pembelajaran yang akan dipelajari menarik, menantang, dan

bermanfaat di kehidupan dunia nyata.

2. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran disajikan setelah penyampaian judul atau pertanyaan.

Tujuan pembelajaran diperlukan supaya siswa terarah dan mengetahui apa yang

harus dicapai. Siswa wajib menyimak dan memahami maksud tujuan

pembelajaran sebelum siswa melangkah ke penyajian isi. Tulis tujuan

pembelajaran secara umum, sehingga tidak terlalu banyak dibaca oleh peserta

didik. Kalau tujuan diuraikan panjang lebar, siswa akan menganggap

pembelajaran sulit dilaksanakan.

Page 16: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

15

3. Mengaktifkan Pengetahuan Awal

Peserta didik adalah insan yang berpotensi dan telah memiliki

pengetahuan awal sebelum materi dibelajarkan. Antara peserta didik satu dengan

lainnya memiliki kadar pengetahuan awal yang berbeda-beda. Pengetahuan awal

sangat membantu peserta didik menginterpretasikan materi yang akan dipelajari.

Dalam media presentasi pembelajaran pengetahuan awal dapat diaktifkan dengan

cara menyajikan gambar/video/animasi yang relevan dengan topik. Peserta didik

diminta memberikan pendapat tentang gambar/video/animasi yang disajikan

dalam media presentasi.

4. Sajikan Isi

Sajikan isi atau pesan pembelajaran menggunakan berbagai objek

multimedia yaitu teks, gambar, audio, video, dan animasi. Uraikan isi secara

komunikatif artinya dalam media presentasi pembelajaran antara teks, gambar,

audio, video, animasi, maupun simulasi bersifat proporsional. Media

pembelajaran tidak didominasi oleh teks. Uraian menggunakan bahasa yang tepat,

padat, komunikatif, dan sesuai dengan tingkat pengetahuan siswa. Pemaparan isi

disajikan seolah-olah sedang berkomunikasi dengan siswa.

Uraian komunikatif saja belumlah cukup. Diperlukan sentuhan kreatif

dengan memberikan contoh, analogi atau ilustrasi yang relevan dan kontekstual

menggunakan teks, gambar, animasi, video, maupun simulasi. Penyajian contoh

dilakukan untuk memudahkan dan memperdalam pemahaman siswa.

5. Memberi Bimbingan Belajar

Selama sajian isi, penting juga disajikan bimbingan atau bantuan belajar

kepada peserta didik. Pada media presentasi, bimbingan dapat diberikan melalui

pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur pikir peserta didik. Perlu

diperhatikan agar bimbingan tidak diberikan secara berlebihan. Ketika peserta

didik belajar perkalian 2x4 adalah 8. Kemudian diberikan pertanyaan berapakah

perkalian 2x2x2? Peserta didik dibimbing menemukan persamaan perkalian

tersebut, hingga ia paham bahwa kedua konsep perkalian tersebut adalah sama.

Page 17: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

16

6. Latihan

Ketika peserta didik sudah memahami pesan, selanjutnya deep

understanding dioptimalkan melalui suruhan latihan dan tugas-tugas. Bentuk

latihan dan tugas disesuaikan dengan kompetensi yang dinyatakan dalam tujuan

pembelajaran. Tuntutan latihan misalnya eksplorasi pemahaman, memecahkan

masalah, mempraktikkan prosedur, membuat desain, dan membuat produk.

7. Umpan Balik

Umpan balik diberikan setelah siswa mengerjakan soal-soal latihan atau

tugas kinerja. Bentuk umpan balik dapat berupa ungkapan “Anda Benar” atau

“Anda Belum Tepat”. Respon ini lebih memotivasi dan humanis ketimbang

dinyatakan dengan kata-kata “ Anda Salah”. Caranya menyajikan feedback yaitu

hubungkan (hyperlink) soal-soal ke feedback benar ataupun belum tepat.

Umpan balik tingkat penguasaan kompetensi (kinerja) dapat diukur

menggunakan rubrik penilaian yang telah ditetapkan. Berdasarkan rubrik tersebut

dapat dikategorikan kemampuan setiap peserta didik, misalnya sangat baik, baik,

cukup, kurang, dan sangat kurang. Umpan balik ini dapat memberikan klarifikasi

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada proses belajar peserta didik.

8. Penilaian

Mempertegas kembali pemahaman peserta didik, pada media presentasi

dapat disajikan penilaian berupa soal-soal pilihan ganda atau uraian. Penilaian

yang dilakukan diharapkan dapat menjadi deskripsi kekurangan-kekurangan

peserta didik dan mampu meningkatkan pemahaman dan aplikasi pada proses

belajar berikutnya.

9. Meningkatkan Retensi dan Transfer Pengetahuan

Peserta didik disediakan kesempatan yang luas untuk memanfaatkan

(transfer) pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dikuasai dalam situasi

yang berbeda. Suruhan yang dapat disajikan dalam media presentasi adalah

pencantuman tugas rumah atau tugas lain yang dianggap relevan.

Page 18: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

17

DAFTAR PUSTAKA

Asyar, H. R. 2011. Kreatif mengembangkan media pembelajaran. Jakarta: Gaung

Persada.

Collins, J., Hammond, M. and Wellington, J. 1997. Teaching and learning with

multimedia. New York: Taylor & Francis e-Library.

Gagne, R. M., Briggs, L. J., & Wager, W. W. 1992. Principles of instructional

design (4th ed.). Forth Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich College

Publishers.

Mayer, R. E. & Moreno, R. 2002. Animation as an aid to multimedia learning.

Educational Psychology. 14(1). 87-99. Tersedia pada http://ydraw.com/wp-

content/uploads/2012/04/Stop-Motion-Aids-Multimedia-Learning.pdf.

(Diakses tanggal 22 Juni 2013).

Mayer, R. E. & Moreno, R. 2003. Nine ways to reduce cognitive load in

multimedia learning. Educational Psychologist. 38(1). 43–52. Tersedia pada

http://www.uky.edu/~gmswan3/544/9_ways_to_reduce_CL.pdf. (Diakses

tanggal 22 Juni 2013).

Mayer, R. E. 2001. The cambridge handbook of multimedia learning. University

of California, Santa Barbara. Tersedia pada http://assets.cambridge.org/

97805218/38733/excerpt/9780521838733_excerpt.pdf. (Diakses tanggal 5

Februari 2012).

Mayer, R. E. 2008. Learning and instruction. New Jersey: Pearson Education,

Inc.

Mayer, R. E., Moreno, R., Boire, M., & Vagge, S. 1999. Maximizing

constructivist learning from multimedia. Journal of Educational

Psychology. 91(4). 638-643. Tersedia pada http://visuallearningresearch.

wiki.educ.msu.edu. (Diakses tanggal 26 Juni 2013).

Schunk, D. H. 2012. Learning theories: An education perspective (Six edition).

(Terjemahan Eva Hamdiah & Rahmat Fajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Smaldino, S. E., Lowther, D. L., & Russell, J. D. 2008. Instructional technology

& media for learning: Teknologi pembelajaran dan media untuk belajar.

(Terjemahkan Arif Rahman). Jakarta: Kencana.

Wahono, R. S., Budiwaspada, A. E., Chaeruman, U., Kusnendar, A., &

Tirtidijaya, I. 2007. Panduan pengembangan multimedia pembelajaran.

Jakarata: Depdiknas.

Page 19: Media Presentasi Pembelajaran Konstruktivis

18

Lampiran 1

LATIHAN MEMBUAT MEDIA PRESENTASI

1. Buatlah media presentasi pembelajaran untuk sebuah topik pembelajaran.

2. Terapkan prinsip-prinsip desain visual media presentasi pembelajaran.

3. Integrasikan peristiwa pembelajaran Gagne untuk menciptakan media

presentasi pembelajaran yang konstruktivis.

~ Selamat Berkarya ~