Abstrak Banjir rob (pasang air laut) yang terus menerus menerjang kota Semarang memerlukan solusi alternatif yang dapat digunakan dalam penuntasan masalah besar kota Semarang ini. Permasalahannya, faktor-faktor apa yang menyebabkan pasang air laut di Semarang sampai menerjang dan merusak permukiman warga sekitar Tanjung Mas Semarang. Dengan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alternatife penyelesaian, serta besar pengaruhnya, dan kebijakan untuk pembangunan sarana pondasi yang mampu menanggulangi pasangnya air laut sampai ke permukiman penduduk, alternative penanggulangan dapat diusulkan dengan lebih efektif. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Kata kunci: Analytical Hierarchy Process, banjir rob
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Abstrak
Banjir rob (pasang air laut) yang terus menerus menerjang kota Semarang
memerlukan solusi alternatif yang dapat digunakan dalam penuntasan masalah besar
kota Semarang ini. Permasalahannya, faktor-faktor apa yang menyebabkan pasang air
laut di Semarang sampai menerjang dan merusak permukiman warga sekitar Tanjung
Mas Semarang. Dengan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
alternatife penyelesaian, serta besar pengaruhnya, dan kebijakan untuk pembangunan
sarana pondasi yang mampu menanggulangi pasangnya air laut sampai ke permukiman
penduduk, alternative penanggulangan dapat diusulkan dengan lebih efektif. Analytical
Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP menguraikan masalah multi faktor atau multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu
representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level
dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu
masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang
kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih
terstruktur dan sistematis.
Kata kunci: Analytical Hierarchy Process, banjir rob
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan wilayah sangat rentan terhadap tekanan lingkungan
baik yang berasal dari darat maupun dari laut. Salah satu tekanan yang akhir-akhir ini
mengancam keberlangsungan wilayah pesisir di seluruh belahan dunia adalah adanya
kenaikan muka air laut. Problema rob dan penurunan permukaan tanah di Semarang
merupakan masalah daerah kota Semarang yang merupakan wilayah pesisir.
Subdirektorat Hidrogeologi Geologi Tata Lingkungan (Bandung) tahun 1994 telah
melakukan suatu penelitian. Terungkap, penurunan permukaan tanah di Semarang Utara
dalam beberapa tahun ini mencapai sekitar 20 cm. Penurunan permukaan tanah, antara
lain terlihat di Muara Kali Garang serta pesisir utara Semarang, telah menyebabkan lantai
bangunan retak-retak. Hal ini diperburuk adanya intrusi air laut. Penelitian yang
dilaksanakan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Undip bekerjasama dengan
Bapedalda Kodya Semarang tahun 1995 menunjukkan, intrusi air laut telah sampai di
wilayah Simpang Lima, Jrakah atau Pasar Djohar yang terletak tak kurang dari 10
kilometer dari pantai. Dari hasil ini dapat dibayangkan apa yang terjadi pada kompleks
Tanah Mas yang berada kurang satu kilometer dari pantai.
Ada beberapa hal yang menyebabkan rob di semarang antara lain :
1. Pembangunan Daerah Bawah (khususnya pelabuhan) yang kurang terkontrol.
Pengerukan yang dilakukan di kawasan pelabhan agar kapal bisa berlabuh
menyebabkan penurunan air tanah yang cukup signifikan. Nilai penurunan tanah
mencapai 10cm/tahun.
2. Kondisi Tanah di daerah bawah. Struktur tanah di daerah pantai dan kawasan
Semarang bawah merupakan tanah aluvial dengan kadar lempung dan tanah lano
yang cukup besar, dengan kedalaman 40 - 100 meter. Sehingga, tanah ini terus
melakukan konsolidasi (pemadatan). Hal ini diperparah oleh pembangunan yang
juga tak terkontrol (di luar kawasan pelabuhan). Pembangunan yang luar biasa ini
berdampak lurus dengan penurunan air tanah, yang pada akhirnya menyebabkan
intrusi air laut ke dalam tanah.
3. Pembangunan yang luar biasa di Semarang (bukan hanya di kawasan bawah, pun
juga diatas) ternyata kurang (tidak) diimbangi oleh perencanaan dan penanganan
sistem drainase yang baik. Dan selain menyebabkan rob, hal ini juga berdampak
positif pada terjadinya banjir di Semarang.
Untuk menanggulangi dampak buruk dari rob pasang air laut tersebut, perlu
adanya upaya atau alternatif-alternatif tindakan yang harus dilakukan pemerintah kota
Semarang.
1.2 Tinjauan Pustaka
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode AHP. Metode AHP
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah
sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang
kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian
atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada
pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai
pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas
paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode
AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu
hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai
pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai
persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang
cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada
pertimbangan yang telah dibuat.
Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini
adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang
kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan
dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan
bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu
memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak
yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna
mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari
perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis
berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita
secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
(Saaty, 1993).
Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip