Top Banner
Masukkan photo cover disini) Analisa Pemasaran Beras Aceh Bahagian Utara-Medan Mercy Corps Indonesia Analisa Pasar Beras: Banda Aceh, Aceh Besar and Pidie 1
27

MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Jul 04, 2015

Download

Documents

yoccy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Masukkan photo cover disini)

AnalisaPemasaran Beras

Aceh Bahagian Utara-Medan

Mercy CorpsIndonesia

Juni 2008

Analisa Pasar Beras: Banda Aceh, Aceh Besar and Pidie1

Page 2: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Daftar Isi

1. PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1. Pentingnya Beras ...............................................................................1

1.2. Status Industri Beras Aceh Saat Ini...............................................2

2. RANTAI NILAI BERAS ACEH BAHAGIAN UTARA-MEDAN..................2

2.1. Latar Belakang.....................................................................................2

2.2. Pasar dan Pelaku Pasar yang Berhubungan...............................3

2.3. Peta Komprehensif.............................................................................7

3. KESEMPATAN UNTUK MELAKUKAN INTERVENSI DI WILAYAH BANDA ACEH & ACEH BESAR....................................................................9

3.1. Permintaan............................................................................................9

3.2. Kendala dan Solusi.............................................................................9

4. LAMPIRAN.......................................................................................................12

Analisa Pasar Beras: Aceh utara - Medan

Page 3: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Daftar TabelTabel 1. Kecukupan Beras di Aceh Besar (2006) ................................................ 3

Tabel 2. Konsumen Beras di Aceh ........................................................................ 3

Tabel 3. Teknologi, Produksi dan Konsumsi Beras di Aceh Besar dan Pidie (2007-2008) ...................................................................................... 5

Tabel 4. Kreasi Tambah Nilai dan Marjin Pemasaran pada Rantai Nilai Beras di Aceh Besar dan Banda Aceh (per kg) ...................................... 6

Tabel 5. Kendala dan Solusi Rantai Nilai Beras……………………………..........10

Daftar Gambar

Gambar 1: Hubungan Industri Beras di Hulu dan Hilir...................................1

Gambar 2: Rantai Nilai Beras dari Aceh Utara hingga Medan..................8

Analisa Pasar Beras: Aceh utara - Medan

Page 4: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

1. PENDAHULUAN

1.1. Pentingnya Beras

Beras merupakan aspek yang sangat penting terhadap dunia pangan, tenaga kerja dan sistem kesehatan Indonesia. Industri beras Indonesia mempekerjakan lebih dari 12 juta orang, mewakili jumlah tenaga kerja terbesar di negara. Petani skala kecil memainkan peranan terbesar di pasar, bahkan pada tingkat pengolahan dimana hanya 5.5 persen dari kapasitas menggiling padi oleh penggiling padi yang berskala besar.

Sebagai pendukung utama terhadap pangan Indonesia, beras adalah kunci agar tercapainya ketahanan pangan nasional. Disamping keamanan pasar, beras dapat menyediakan:

“(a) Stabilitas politik: jika tidak ada persediaan beras domestik yang mencukupi pada tingkat harga yang terjangkau, konsumen cenderung panik. Huru-hara beras memberikan kontribusi pada jatuhnya kekuasaan seorang presiden, baik Presiden Sukarno dan Presiden Soeharto. (b) Pemeliharaan lingkungan dan kebudayaan: sawah irigasi yang berproduksi memberikan kontribusi yang positif bagi kesuburan tanah, pencegahan banjir di daerah kota dan untuk konservasi keanekaragaman hayati. Tradisi kultur yang berhubungan dengan siklus beras dapat terpelihara. (c) Kesehatan masyarakat: produksi beras irigasi membuat suasana di daerah pedesaan menjadi sejuk dan menjadikan aliran air di desa terus mengalir. Di masa lampau dapat mengurangi resiko suasana lingkungan yang tidak sehat dan yang terakhir adalah meningkatkan sanitasi di daerah pedesaan. (d) Generasi ketenagakerjaan: beras merupakan kegiatan yang paling padat karya di daerah pedesaan. Terserapnya tenaga kerja di daerah pedesaan akan mengurangi tingkat pengangguran di daerah pedesaan. Hal ini mampu mengurangi migrasi dari daerah pedesaan ke kota yang berlebihan serta mengurangi kepadatan kota. (e) Distribusi pendapatan: produksi beras yang padat karya ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan serta mengurangi kemiskinan masyarakat pedesaan. Hal ini memberikan kontribusi suatu perbaikan yang positif dalam distribusi pendapatan. (f) Persaingan tenaga kerja-pasar: beras adalah upah dasar yang bagus untuk tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian. Persediaan yang kompetitif dan stabil memberikan kontribusi pada biaya yang stabil dan kompetitif. Hal ini, pada akhirnya, memberikan inspirasi untuk mengembangkan tenaga kerja yang padat karya di sub-sektor non-beras. (g) Stabilitas ekonomi: Persediaan beras yang memadai memberikan kontribusi pada stabilitas harga serta meningkatkan iklim investasi domestik.”1

Di Aceh, sektor pertanian menyerap hampir 60% dari jumlah tenaga kerja, membuatnya menjadi pemberi kerja terbesar di wilayahnya2. Sektor pertanian sangat penting bagi 23% dari perekonomian masyarakat Aceh3 dan terdiri dari lima sub-sektor, termasuk tanaman pangan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan dimana tanaman pangan memiliki peranan yang paling penting.

Diantara seluruh tanaman pangan yang ada, beras merupakan hal terpenting dalam memberikan kontribusi pada sektor ketenagakerjaan, mata pencaharian dan pembangunan daerah pedesaan, menciptakan industri di daerah hulu dan hilir yang menghasilkan lapangan pekerjaan dan pendapatan, seperti terlihat pada Gambar 1. Yang termasuk dalam industri hulu ini adalah produksi dan penjualan benih, pupuk, peralatan pertanian dan pestisida; yang termasuk dalam industri hilir adalah penggilingan padi, transportasi untuk menjual beras yang sudah digiling atau produk turunannya4.

Gambar 1: Hubungan Industri Beras di Hulu dan Hilir

1 Dillon et al (1999) dari Sawit, M.H dan Lokollo, E. M (2008).2

World Bank dan Bank Indonesia, “Aceh Economic Update,” April 2008.3 World Bank dan Bank Indonesia, “Aceh Economic Update,” April 2008.4 Sawit, M.H. and Lokollo, E. M., “kekuatan impor beras di Indonesia,” p.29-31, 2008.

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan1

Page 5: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

1.2. Status Industri Beras Aceh Saat ini

Konflik yang berkepanjangan dan bencana Tsunami 2004 telah merugikan industri beras masyarakat Aceh. Terjadinya konflik selama bertahun-tahun mendorong keluarnya investor agribisnis dan pemimpin Aceh serta memperpanjang rantai persediaan, dimana para pedagang memisahkan para petani Aceh dari standar dan harga para pembeli. Lebih jauh lagi, tsunami telah menghancurkan 6,930 hektar sawah di Aceh Besar, sebuah wilayah utama produksi padi. Sebelum tsunami, lebih dari 41,164 hektar di Aceh Besar sedang berada dalam proses budidaya padi. Hampir serupa, kapasitas pengolahan untuk para penggiling padi di Aceh Besar mengalami penurunan sebesar 57 ton antara tahun 2004 dan 2006.

Sebagai pendukung utama tanaman pangan, industri beras adalah suatu indikator transisi Aceh dari pertanian sebagai penyambung hidup kepada peningkatan pendapatan rakyat serta penguatan pasar. Wawancara dengan produsen padi untuk sawah tadah hujan di Aceh menyoroti bahwa banyak pihak yang melihat padi sebagai tanaman untuk ketahanan pangan rumah tangga, tapi tidak sebagai sumber pendapatan utama yang dapat diandalkan. Secara umum, sebuah keluarga Aceh akan menggunakan 25 persen dari pendapatannya untuk membeli beras dalam rangka menyokong kebutuhan konsumsi rumah tangga. Dengan adanya permasalahan mengenai harga pangan dunia akhir-akhir ini yang mengakibatkan naiknya bahan bakar minyak dan biaya produksi, produksi bio-BBM serta perubahan iklim, terdapat kesempatan untuk para petani padi di Aceh untuk meningkatkan penjulannya dengan harga yang lebih tinggi. Bagaimanapun juga, kesempatan ini berhubungan erat dengan kemampuan petani untuk dapat mengambil keuntungan dari penggilingan padi di masa yang akan datang (tempat dimana dilakukan pertambahan nilai), dan berhubungan dengan tindakan-tindakakan dari pemerintah/BULOG yang mengatur permasalahan pasar beras melalui pembelian, penjualan dan penyimpanan beras pada tingkat yang rendah.

Usaha rekonstruksi tsunami telah mengubah struktur ekonomi Aceh secara luar biasa, dan akan terus berlanjut pada tahun-tahun yang akan datang. Dalam waktu jangka pendek, rekonstruksi telah membawa sektor ekonomi jauh dari sektor manufaktur dan pertambangan dan menggandakan persentase keterlibatan dalam sektor perdagangan, konstruksi dan transportasi. Hal itu juga telah menjadikan wilayah Aceh sebagai sebuah pasar untuk berinvestasi, mengungkap kondisi sektor perdagangan dan pengolahan yang bergantung kepada Medan dan menyangga resiko petani dengan bantuan keuangan substansial dan bibit. Pertanyaan-pertanyaan yang ada tetap mengenai bagaimana investasi-investasi tersebut akan memberikan dampak pada industri pertanian dalam waktu jangka panjang, serta tipe kepemimpinan lokal yang seperti apa yang akan muncul dalam industri beras. Yang terlihat jelas disini adalah ini merupakan waktu transisi yang sangat penting agar memungkinkan para produsen dan pengolah lokal mampu bersaing

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan2

INDUSTRI HILIR

KONSUMEN AKHIR

INDUSTRI HULU

Benih

.

Pestisida

Industri Padi Industri Beras(Penggiling Padi)

Tepung Beras

Hotel/Restorant /

Warung

Makanan

RT Pedesaan

RT Perkotaan

TranportasiPedagang

(Layanan Jasa)

Jalur Barang Jalur Layanan

Alat Pertanian

Pupuk

Page 6: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

dengan produk impor, serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam industri beras dapat memberikan dampak yang luas kepada industri makanan lainnya di wilayah Aceh.

2. RANTAI NILAI BERAS ACEH BAHAGIAN UTARA - MEDAN

2.1. Latar Belakang

Laporan ini menganalisa rantai nilai beras dari wilayah Aceh Utara hingga Medan dengan meneliti pasar-pasar yang ada di wilayah Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie dan Medan.

Medan merupakan pasar yang sangat penting untuk rantai nilai beras Aceh. Hampir setengah dari beras yang dikirim ke Medan berasal dari Aceh, dan kebanyakan datang dari Aceh bahagian utara. Ada tiga alasan utama kenapa gabah, beras dan produksi lainnya dikirim dan dijual dari Banda Aceh, Aceh Besar dan Pidie ke Medan:

Pertama, Aceh Besar dan Pidie merupakan produser beras. Tahun 2006, sebagai contoh, Aceh Besar telah memproduksi beras lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah yang bisa dikonsumsi oleh penduduknya (lihat tabel 1), sehingga membuat para produsen menjual selebihnya ke semua pembeli dan pedagang eceran di Medan. Jumlah produksi yang lebih di Pidie disebabkan oleh penggunaan sistem irigasi yang memungkinkan padi bisa ditanam sepanjang tahun (padi-padi). Meskipun terjadi surplus produksi beras secara keseluruhan di wilayah Aceh Besar, masih banyak desa-desa di wilayah kabupaten Aceh Besar dimana para petani non-irigasi hanya bercocok tanam selama masa musim hujan dan yang menjadi jaringan konsumen. Juga, sementara wilayah Aceh Besar dan Pidie memproduksi beras secara surplus, masih terdapat permintaan akan beras yang berkualitas tinggi yang tidak terpenuhi di wilayah ini sehingga harus di impor dari Medan, seperti yang nanti akan dijelaskan di laporan.

Table 1 Kecukupan Beras di Aceh Besar. (2006)

Item Jumlah

Populasi 302,428

Konsumsi per kapita (kg/tahun) 130

Total consumsi (ton/tahun) 39,316

Total produksi (ton/tahun) 1) 85,091

Surplus (ton/tahun) +45,775

Produksi sebagai % dari konsumsi 2) 216%

Sumber: ICASEPS wawancara lapangan dan Aceh in Figure, 20061) Ini adalah beras ; produksi padi 135,065 ton/tahun 2) = produksi beras/ total konsumsi

Kedua, beberapa produsen dan pedagang lebih memilih menjual padi ke Medan karena pembeli di Medan cenderung membayar langsung secara tunai, sedangkan pembeli di Banda Aceh rata-rata membayar satu bulan setelah pengiriman5.

Ketiga, pasar Medan bisa menyerap semua jenis kualitas padi dari Aceh. Walaupun padi yang dihasilkan masyarakat Aceh dianggap “lebih bersih” daripada padi lainnya, namun lebih banyak memiliki kualitas yang rendah dan rasanya kurang disukai oleh konsumen tingkat atas di wilayah Banda Aceh dan sekitarnya. Akibatnya, terjadilah pengiriman kembali beras yang berkualitas tinggi dari Medan ke Aceh untuk memenuhi permintaan konsumen tingkat atas di Aceh, kebanyakan dari mereka yang “Setia Merek” terhadap merek Medan adalah mereka yang menyukai beras putih dan berkualitas tinggi. Tabel 2 menjelaskan tentang hubungan kualitas beras dan konsumen yang dikatagorikan ke dalam dalam istilah “rendah,” “menengah” dan “tinggi”

Tabel 2. Pasar akhir konsumen untuk beras giling di Aceh

Karakter beras Kategori

konsumen% Bagian

PasarKualitas Warna % Rusak Kelembutan Kebersihan

5 Kecuali selama musim sepi ketika persediaan beras terbatas dan semua transaksi biasanya dalam bentuk tunai

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan3

Page 7: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Rendah Kekuningan > 25 % Keras Kotor Bawah < 25 %

Menengah broken white 10 – 25% Menengah Cukup bersih Menengah < 65 %

Tinggi/premiumPutih

mengilap< 10% Lembut Bersih Atas 10–20 %

Sumber: ICASEPS, wawancara pedagang beras dan RMUs, 2008

2.2. Pasar dan Pelaku Pasar yang Berhubungan

Dengan luasnya dampak beras pada ekonomi regional, begitu banyaknya pasar dan pelaku pasar yang berhubungan dengan rantai nilai beras di Aceh Bahagian Utara dan Medan dan yang termasuk di dalamnya: penyedia saprodi, produsen irigasi dan non-irigasi, pedagang pengumpul di desa, penggiling padi, pedagang grosir, pedagang eceran dan lainnya yang mendukung industri tersebut.

Penyedia saprodi seperti pedagang benih, perusahaan penyewaan peralatan dan penyedia pestisida dan pupuk yang sering memiliki kantor pusat di Jakarta dan memiliki distributor lokal di Aceh. Penyedia input seringkali disediakan oleh pemerintah atau NGO secara cuma-cuma. UNSYIAH dan institusi penelitian lain mulai memperkenalkan varietas benih baru ke Aceh. Pemerintah memberikan subsidi pada BBM dan pupuk sehingga mempengaruhi harga dan input untuk para petani dan pedagang beras. Kekurangan persediaan pupuk saat ini serta biaya yang tinggi memberikan peluang terciptanya sebuah peluang pasar bagi para penyedia kompos.

Petani padi digolongkan menjadi dua kategori: petani irigasi dan non-irigasi. Tujuan utama dari semua petani adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Irigasi memainkan peran penting dalam hal kapasitas seorang petani untuk memproduksi beras, dimana hanya sedikit petani non-irigasi yang mampu memproduksi beras di luar kebutuhan konsumsi mereka. Beras yang diproduksi di luar kebutuhan konsumsi (surplus) 6 dijual ke pasar.

Petani irigasi memiliki akses air selama setahun penuh dan melakukan salah satu dari tiga cara: sebagai pemilik (yaitu tuan tanah), pelaksana (yaitu petani bagi hasil) atau pemilik-pelaksana. Biasanya, pelaksana harus mengembalikan satu per tiga dari produksi musiman mereka kepada pemilik, Sehingga mengurangi panen yang mereka bawa ke rumah. Pemilik-pelaksana kemungkinan besar memiliki surplus yang lebih besar yang dapat dipasarkan karena mereka dapat menyimpan seluruh panen mereka.

Pola penanaman yang umum untuk sawah yang menggunakan irigasi adalah padi-padi, atau dua musim padi setiap tahunnya. Musim pertama ditanam selama musim hujan di Aceh bahagian Utara pada bulan September atau Oktober, dan dipanen di bulan Pebruari. Musim kedua ditanam selama musim kemarau, pada bulan Pebruari atau Maret, dan dipanen di bulan Juni atau July. Karena petani di wilayah irigasi mampu menanam padi sebanyak dua kali dalam setahun, mereka biasanya memiliki surplus yang signifikan yang bisa dipasarkan dan dipandang sebagai produsen beras.

Petani non- irigasi atau tadah hujan menanam padi hanya sekali dalam setahun dan meninggalkan lahan mereka selama sisa tahun (pola padi-kosong). Pada musim tidak tanam padi, para petani ini biasanya

6 Rara-rata, petani dengan lahan 0.4 H atau lebih dapat memproduksi beras dalam jumlah yang lebih banyak daripada untuk konsumsi rumah tangga mereka sendiri, sehingga membuat mereka menjadi produsen (net produsen).

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan4

Konsumen: Lhok Nga dan Peukan Bada Sawah di Aceh Besar dan Banda Aceh terkena dampak buruk dari tsunami, menghancurkan sekitar 17 persen dari total area yang produktif, dengan kerusakan terbesar terjadi di wilayah Aceh Besar. Beberapa wilayah produksi beras dapat diselamatkan, seperti wilayah produksi yang utama yaitu Sibreh, Samahani dan Indrapuri. Bagaimanapun juga, di Lhoknga dan Peukan Bada, wilayah dimana Mercy Corps telah lebih fokus memberikan bantuannya menyatakan bahwa tingkat endapan sediment mencapai lebih dari 20 sentimeter sehingga menyebabkan sawah rusak dan mengalami peningkatan jumlah hama seperti tikus, babi, dan burung. Wilayah-wilayah tersebut merupakan area sawah non-irigasi dan petani biasanya memiliki hasil panen yang hanya cukup untuk konsumsi rumah tangga saja. Sejak tsunami, produksi menurun dan menyebabkan banyak rumah tangga berusaha membeli beras untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

Page 8: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

menanam kedelai, kacang dan kacang hijau. Petani non irigasi umumnya memproduksi beras kurang dari yang mereka butuhkan untuk konsumsi rumah tangga, membuat mereka menjadi konsumen beras. Hasil panen mereka yang rendah juga diperburuk oleh sistem drainase yang buruk. Para petani yang terkena dampak tsunami di wilayah Aceh Besar banyak yang masuk ke dalam kategori ini.

Tabel 3 pada halaman berikut ini membandingkan enam orang petani untuk menggambarkan biaya produksi padi dan hasil yang relevan untuk rumah tangga di wilayah Aceh Besar dan Pidie.

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan5

Page 9: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Tabel 3. Teknologi, Produksi dan Konsumsi beras di Aceh Besar and Pidie (2007-2008)

Karakteristik tingkat rumahtangga

Lokasi 1) / Produsen

Ng.UmbangLhok nga

Aceh Besar

Mon CutLhok Nga

Aceh Besar

Tmb.BaruKt.malaka

Aceh Besar

Tmb.BaruKt.malaka

Aceh Besar

Aneuk GleeAceh Besar

Jeumpa PidiePidie

Status petani Konsumen Konsumen Produser Producer Producer Producer

Rata-rata luas sawah 2) (ha/rt)

0.25 0.4 0.25 0.25 0.5 0.25

Produksi beras tahunan (kg/rumah tangga) 3) 281 1,260 603 754 1,508 928

Konsumsi beras tahunan (kg/rumah tangga)

600 730 548 584 626 730

Contoh Petani Sarbini Muhibullah Jammiliah Abdullah K. Serbaguna K. Jmp Indah

Pola penanaman Padi-Kacang Padi-kosong Padi-Padi Padi-Padi Padi-Padi Padi-Padi

Sumber air/ketersediaan Tadah hujan Tadah hujan Irigasi Irigasi Irigasi Irigasi

Jenis padi Ciherang IR 64IR 64,

CiherangIR 64

Cibogo, Cigelis

Ciherang, Mekong ga

Luas lahan (ha) 1 0.47 0.25 0.50 0.50 0.25

Pemakaian musiman

Penyewaan traktor (Rp.000)

1,000 450 250 400 425 250

Persiapan tanah lainnya (Rp.000)

- - 50 - - 150

Bibit 5) (kg) 25 20 30 20 20 10

Biaya tanam 6) (Rp.000) 300 150 100 150 450 150

Pupuk (IDR.000) 698 - 160 423 248 295

Pengendalian hama & rumput liar (Rp.000)

200 125 100 - 300 200

Biaya panen 6) (Rp.000) 570 250 250 300 450 200

Nilai tenaga kerja keluarga (opportunity cost)( Rp.000)

2,500 1,175 625 1,250 1,250 625

Produksi musiman

Padi yang dihasilkan (kg) 2,500 1,645 1,000 2,500 2,500 1,375

Pembagian petani atasi padi yang dihasilkan (kg)1) 2,500 1,645 670 1,675 1,675 1,031

Sama dengan beras (kg) 1,125 1,481 603 1,508 1,508 928

Biaya unit produksi beras (Rp.000/kg) 3) 2.16 1.34 1.58 1.03 1.22 1.38

Harga jual gabah (Rp.000/kg) 3) 2.70 2.70 2.60 2.60 2.50 2.50

Pendapatan musiman

Total biaya produksi (Rp.000)

5,393 2,210 1,575 2,583 3,058 1,900

Panghasilan bersih (Rp.000)

6,750 4,442 1,742 4,355 4,188 2,578

Pendapatan bersih (Rp.000)

1,357 2,232 167 1,772 1,130 678

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan6

Page 10: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Penyedia jasa terpadu diantara para RMUs di Aceh Besar Pak Muchtar adalah seorang prosesor yang berpengalaman dan memiliki beras dengan merknya sendiri yang dikenal dengan nama Bunga Teratai. Karena banyak petani yang tidak memiliki fasilitas penyimpanan, maka selama musim panen pelanggan Pak Muchtar menyimpan gabahnya yang basah di tempat Pak Muchtar dan ia akan mengeringkannya terlebih dahulu sebelum memprosesnya. Untuk setiap 1 ton gabah kering Panen (GKP) yang disimpan akan dikonversikan menjadi 900 kg gabah kering giling (GKG) yang mana akan dikonversikan lagi menjadi 640 kg beras. Untuk jasa-jasa tersebut – penyimpanan, pengeringan dan penggilingan, Pak Muchtar membebankan biaya sebanyak 140 kg, menyisakan 500 kg beras unutk petaninya. Muchtar mendapatkan tambahan penghasilan melalui penjualan dedak. Untuk setiap 1 ton padi kering yang ia giling menghasilkan 150 kg dedak yang ia jual dengan harga antara Rp. 800,- (kualitas rendah) hingga Rp. 1200,- (kualitas terbaik).

Sumber: data utama dari wawancara dengan petani perorangan dan kelompok petani, ICASEPS 1) Desa, kecamatan dan kabupaten; 2) luas lahan mayoritas petani di desa yang dimaksud; 3) Beras bersih yang didapat petani (responden) = 0.9 x 0.5 x bagian padi petani; 4) IDR.000 = Indonesian Rupiah x 1,000; 5) Bibit hibrida = IDR 45,000/kg dan non-hibrida = IDR 7,000/kg; 6) pekerja yang bukan keluarga; 7) Pelaksana/petani bagi hasil harus menyerahkan sejumlah bagian dari padi kepada pemilik/tuan tanah.

Pedagang Pengumpul Desa membeli semua surplus padi yang bisa dipasarkan dari produsen atau pemilik sesuai dengan harga pasar yang sudah mereka tentukan.

Penggiling skala kecil dan menengah yang juga dikenal sebagai RMUs atau unit penggiling padi, membeli padi di tingkat kecamatan dari kolektor desa atau langsung dari petani/pemilik (melalui kolektor desa yang menerima komisi untuk pengaturan transaksi). Lebih kecil lagi, pelaksana RMUs lokal juga dapat berfungsi sebagai penyedia modal informal untuk para petani.

RMU skala menengah dan besar di Medan membeli dari pedagang yang lebih besar di tingkat daerah. RMU menjual beras ke pedagang eceran atau pedagang grosir dan beras ke pedagang. Harga jual beras di pedagang eceran secara umum ditemukan lebih tinggi daripada harga jual grosiran. Tabel 4 di bawah ini mengilustrasikan pemberian nilai tambah di setiap tingkat yang dimulai dari produsen hingga ke pedagang eceran dan mengungkapkan bahwa keuntungan terbesar didapatkan oleh para pedagang grosir.

Hanya 5.5 persen kapasitas menggiling dilakukan oleh penggiling besar, RMU kecil dan menengah di Aceh dan Medan melakukan sebagian besar kegiatan penggilingan padi. Proses penggilingan padi mengubah padi menjadi beras yang siap dikonsumsi dengan cara penyimpanan secara borongan, pengeringan, penggolongan padi, penggilingan, pengemasan dan pengiriman ke pasar yang menjadi target. Kapasitas pemrosesan RMU rata-rata antara tiga sampai delapan ton perhari dan harga padi tergantung pada kualitasnya. Akhir-akhir ini, penggilingan padi di Aceh sama kualitasnya dengan penggilingan padi di Medan. Para stakeholder industri memperkirakan bahwa Aceh memerlukan sembilan RMU tambahan yang modern agar dapat bersaing dengan kapasitas penggilingan padi di Medan.

Hubungan kepercayaan berada diantara para produsen dengan kolektor dan penggiling lokal. Bagaimanapun juga, meskipun para penggiling padi memiliki akses kepada kualitas produk dan informasi pasar dari Aceh dan Medan, saat ini hal tersebut tidak disampaikan kepada para petani untuk meningkatkan produksi berasnya. Hasilnya, transparansi mengenai harga berada pada tingkat yang rendah dari rantai nilai.

Tabel 4. Kreasi Tambah Nilai dan Marjin Pemasaran pada Rantai Nilai Beras

Di Aceh Besar and Banda Aceh (per kg)

Saluran PemasaranHarga Beli

TransportPe-

ngeringanPenggilingan Grading Pengemasan

Pe-ngiriman

Harga jual

Mar-jin

1. Petani/penanam               4514  2. Kolektor desa 4514 50           4614 503. Kolektor Kecamatan 4614 50           4714 504. Penggiling/prosesor 4714   300 100 100 5300 865. Pedagang grosir/

pedagang di Medan5300

 50

   

  

  

70 

100 

5620 

100 

6. Pedagang grosir di Banda Aceh** 5300             5385 85

7. Toko desa kecil (kedai)*** 5350 50           5500 100

8. RMU Menengah- Besar di Medan yang membeli beras dari pedagang grosir. 5620             5820 200

9. Pedagang eceran 5820               6000  180

Sumber: data utama ICASEPS

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan7

Page 11: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Catatan: Penggiling/prosessor menjual beras mereka ke pelanggan yang berbeda-beda (5,6 dan 7); marjin untuk agen pedagang dikirim ke Medan termasuk komisi 25 Rupiah per kg untuk agen di Medan.* Di tingkat pertanian, sekitar 1,736 kg padi basah dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg padi.** Pasar Kampung Baru.*** Toko desa membeli padi dari RMUs dan pedagang grosiran di pasar.

Pedagang Besar membeli padi dari kolektor dan/atau beras dan dedak dari RMU, dimana pengiriman mencapai 100 ton setiap minggu dari Aceh ke Medan. Tergantung pada musim dan harga pasar di Medan, pedagang besar akan menjual padi, beras, dedak atau karung beras kepada pedagang eceran, dimana dedak atau karung adalah produk yang paling menguntungkan. Pedagang yang sama ini seringkali kembali ke Aceh dari Medan dengan membawa beras yang sudah dikemas dan diproses untuk dijual ke pedagang Aceh baik pedagang grosiran ataupun eceran.

Pedagang eceran termasuk toko kecil yang disebut kedai, supermarket, kios kecil seperti warung, restoran, distributor di tingkat kabupaten, atau pedagang klontong (pakan ternak dan biskuit).

Lainnya yang mendukung industri ini termasuk:

Kepemimpinan Lokal

Asosiasi ada pada tingkat produksi dan pengolahan dan sekarang ini diaktifkan kembali pasca konflik. KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) merupakan asosiasi para petani secara umum yang berada di tingkat propinsi dan kabupaten dan PERPADI merupakan Asosiasi Penggilingan Beras

Kelompok Petani berfungsi untuk membagi informasi dan menerima bantuan teknis tapi jarang dipergunakan untuk bernegosiasi atau menjual produk secara bersama-sama.

Kejruen Blang adalah pemimpin tradisional Aceh yang mengatur manajemen air dan prakiraan cuaca (kapan waktu yang tepat untuk menanam padi).

Layanan bantuan teknis disediakan terutama oleh pemerintah berupa penyuluhan, BPP, (Badan Penyuluhan Pertanian) dan juga BPTP (Badan Penelitian dan Teknologi Pertanian). Beberapa perusahaan benih dan pestisida juga menyediakan tenaga penyuluhan. Terdapat kesenjangan bantuan teknis kepada para produsen (petani) karena BPP hanya aktif dengan program pemerintah, dan tidak ada bantuan teknis yang diamati dari stakeholder lainnya.

Layanan bantuan keuangan untuk para petani padi dan pengusaha agribisnis yang berhubungan menunjukkan kesenjangan yang signifikan. Pembiayaan dilakukan secara luas oleh para pemberi pinjaman informal, tapi tidak dari lembaga keuangan mikro. Kurangnya informasi yang dapat dipercaya mengenai produksi beras, siklus panen dan investasi pemerintah memberikan kontribusi pada industri tersebut sebagai industri yang dilihat memiliki resiko yang tinggi oleh banyak institusi perbankan dan bukan sebagai sebuah kesempatan pasar yang belum dimanfaatkan. Hal yang serupa adalah banyak petani yang diwawancarai melihat bank sebagai birokrasi dan sulit untuk diakses (yaitu tidak menawarkan transaksi yang lebih baik daripada pemberi pinjaman atau toke). Sebagai hasilnya, kebanyakan transaksi diatur oleh kebutuhan akan uang tunai daripada kualitasnya.

BULOG adalah badan pemerintah nasional yang didirikan untuk menstabilkan harga beras agar dapat melindungi konsumen yang miskin. BULOG membeli beras berkualitas rendah dan menengah, kemudian menyimpannya (15 juta ton) dan menjualnya kembali dengan bekerjasama dengan pedagang grosir dan pedagang eceran di wilayah kabupaten. Kadang-kadang BULOG bekerja langsung melalui pemimpin desa agar dapat menjangkau konsumen yang berpendapatan rendah. Di Aceh, BULOG secara aktif menjual beras kepada masyarakat lokal namun saat ini tidak membeli beras dari para produsen Aceh.

Industri pendukung yang berhubungan termasuk industri ternak, transportasi, BBM dan pupuk. Pihak lainnya yang berhubungan dengan industri produk beras adalah industri pakan ternak dan tepung beras.

2.3. Peta komprehensif

Peta berikut ini (Gambar 2) mengilustrasikan hubungan antara para pelaku yang ada dalam rantai nilai beras dari Aceh bahagian Utara hingga Medan.

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan8

Page 12: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan9

Page 13: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Gambar 2: Rantai Nilai Beras dari Aceh Bahagian Utara hingga Medan

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan10

Page 14: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

3. KESEMPATAN UTUK MELAKUKAN INTERVENSI DI WILAYAH BANDA ACEH & ACEH BESAR

3.1. Permintaan

Pasar-pasar akhir berikut ini menawarkan potensi yang terbaik dalam rangka meningkatkan pendapatan para produsen yang menjadi target:

Dedak dan pakan ternak. Meningkatnya harga bahan bakar minyak dan bensin menyebabkan berkurangnya keuntungan RMU dan menggiring mereka untuk mencari tingkat pengembalian yang lebih sesuai dengan jumlah modal yang ditanam. Produk turunan padi, khususnya dedak, menghasilkan marjin keuntungan yang lebih tinggi daripada beras. Perusahaan pakan ternak seperti Charoen Phokpand dan Sierad mendapatkan permintaan tertinggi untuk dedak di wilayah Medan dan Sumatera Utara. Industri ternak ayam yang menggunakan dedak untuk pakan ternak, juga berkembang dengan cepat di daerah dan mempercepat arus permintaan akan dedak.

Penanganan paska panen yang baik merupakan hal yang penting untuk dapat memproduksi dedak berkualitas tinggi. Harga yang dibayar untuk padi ditentukan oleh kondisi penanganan pasca panen. Gabah kering giling (GKG), yang membutuhkan penanganan tambahan, biasanya dijual dengan harga yang lebih tinggi daripada gabah Kering Panen (GKP). Wawancara dengan pemilik RMU di Medan mengindikasikan bahwa penanganan pasca panen yang buruk oleh petani Aceh telah menjadi hambatan bagi petani Aceh untuk menerima harga yang lebih tinggi untuk padi mereka.

Ada kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi melalui pengolahan pasca panen yang lebih baik serta perluasan pasar melalui pengembangan produksi dedak.

Semua tipe konsumen beras di Medan Kebanyakan padi yang diproduksi di Aceh dan dijual di Medan dibeli dan digiling oleh RMU skala menengah dan kemudian dijual untuk konsumsi para pekerja perkebunan yang dianggap sebagai konsumen bawah hingga menengah.

Ada potensi untuk terus mensuplai pasar ini, khususnya untuk para pekerja perkebunan di Sumatra Utara dan Pekan Baru.

Konsumen atas di Aceh Sejak bencana tsunami, dan bertambahnya pekerja, hotel dan restaurant, permintaan untuk padi putih berkualitas bagus di Banda Aceh meningkat. Secara budaya, orang Aceh memilih nasi putih yang berkualitas bagus, dan bahkan lebih cocok bagi orang yang tinggal di Aceh yang kelas sosial dan pendapatannya tinggi ( contohnya, konsumen akhir kelas tinggi). Sekarang ini beras yang kualitasnya tinggi didatangkan dari Medan.

Ada potensi untuk lebih jauh memproduksi beras yang berkualitas tinggi, tidak patah dan putih untuk pasar ini dan memutus persediaan yang datang dari Medan.

Beras export merupakan permintaan yang tinggi secara global, walaupun ada persaingan wilayah yang sangat kuat dengan beras yang di export dari Thailand, Vietnam dan Philippines.

Dengan harga yang meningkat secara global, ada kesempatan bagi Indonesia untuk mengekspor ke Malasyia dan Ciina (karena lahan pertanian dijadikan untuk penggunaan indutri, dan bencana alam telah merusak persediaan beras)

Panen permintaan lokal di Banda Aceh termasuk kedelai, kacang, semangka, dan kacang hijau. Panen ini memiliki keuntungan ganda dalam peningkatan pendapatan dan meningkatkan kembali nitrogen di dalam tanah (kecuali semangka).

Ada potensi untuk menggantikan persediaan yang datang dari Medan.

3.2. Kendala dan Solusi

Berdasarkan permintaan pasar, ada dua kesempatan utama untuk para partisipan rantai nilai beras dari Banda Aceh dan Aceh Besar: k ualitas yang ditingkatkan dan produksi yang lebih besar lagi.

Pertama, para pelaku pasar di Aceh bisa dan seharusnya mendapatkan bagian dengan adanya peningkatan permintaan regional atas produk beras berkualitas menengah sampai tinggi menggantikan beras impor dan olahan di pasar lokal – hal ini dapat dilakukan dengan ditingkatkannya teknologi pasca panen dan peningkatan jalur informasi antara para penggiling dan produsen.

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan11

Page 15: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Kedua, terdapatnya peluang untuk peningkatan produksi untuk semua kualitas beras beserta turunannya di pasar regional. Petani non irigasi (yaitu beras-kosong) dapat meningkatkan produktivitas mereka melalui irigasi dan teknologi lain; meningkatnya produksi petani mengarah pada kesempatan pasar yang lebih luas lagi untuk semua pihak yang terlibat dalam rantai nilai.

Walaupun infrastruktur telah siap dalam rangka memperluas pasar beras di Aceh bahagian Utara, namun perlu ditingkatkan lagi agar dapat bersaing dalam hal kualitas dengan proses pengolahan di Medan. Aceh Besar dan Medan dua-duanya memiliki kapasitas penggilingan untuk mendukung produksi beras yang berasal dari Aceh, tetapi peningkatan kualitas akan memerlukan penanaman modal tambahan untuk memiliki teknologi penggilingan yang modern. Hal yang menarik adalah adanya permintaan yang begitu tinggi terhadap padi di Aceh Besar yang mana harga yang dibayar oleh para RMU kepada para petani untuk padinya lebih tinggi seiring dengan meningkatnya kuantitas padi yang dijual. Sebagai tambahannya, pedagang dan RMU melakukan penambahan nilai yang banyak sehingga mereka dapat memainkan peranan penting dalam rangka meningkatkan rantai persediaan beras di daerah.

Dengan melihat adanya kesempatan-kesempatan ini serta mendukung rantai nilai beras di Banda Aceh dan Aceh Besar maka dapat tercipta perekonomian yang sehat dan dapat menciptakan pekerjaan, meningkatkan pendapatan serta membantu para pengusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan lokal.

Membangun potensi-potensi yang ada dalam rangka mengembangkan pasar beras regional serta mengatasi kendala-kendala yang ada akan secara dramatis meningkatkan kompetisi dan pendapatan para pelaku yang ada dalam rantai nilai beras.

Tabel 5 di bawah ini mengidentifikasikan kendala-kendala utama dalam mengembangkan industri beras serta menyoroti tentang intervensi-intervensi yang mungkin dilakukan oleh para stakeholder di lingkungan masyarakat rantai nilai beras Aceh. Solusi-solusi ini akan berhasil hanya jika ada usaha yang terkoordinasi sehingga dapat menguatkan para pelaku pasar lokal untuk melakukan perubahan, beserta NGO dan badan-badan pendukung lainnya untuk mengadopsi peranan sebagai fasilitator (daripada menjadi penyedia langsung) agar memungkinkan kita untuk keluar dengan baik.

Tabel 5. Kendala dan Solusi Rantai Nilai Beras

Kendala Solusi

Infrastruktur Infrastruktur air yang tidak memadai sangat membatasi produksi (karena kurangnya teknologi, keuangan, alur advokasi dengan pemerintah).

Endapan lumpur tsunami menghalangi para petani untuk mulai bertani padi kembali di banyak desa di wilayah Aceh Besar.

1. Membersihkan lahan sawah yang terkena dampak tsunami.

2. Memperkenalkan teknologi irigasi yang terjangkau melalui lembaga keuangan mikro/ match grants.

3. Mengadvokasi pemerintah agar mengalokasikan dananya dan terus memberikan solusi tentang irigasi dan drainase.

4. Menyediakan/berbagi biaya untuk menyelesaikan masalah drainase dan membangun kapasitas masyarakat untuk dapat mengelola drainase.

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan12

Page 16: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Kendala Solusi

Persediaan saprodi dan produksi

Hasil produksi yang rendah yang disebabkan karena mahalnya bibit atau input yang tidak dapat diakses, kurangnya informasi mengenai cara bertani yang baik dan teknologi, serta pertanian tidak dilihat sebagai suatu profesi yang menguntungkan.

5. Menstimulasi usaha kompos melalui media, match grants/loan guarantees untuk merangsang kompetisi, atau langkah-langkah awal microfranchising.

6. Menyediakan informasi untuk para petani mengenai cara menyeleksi bibit .

7. Mengkomunikasikan sistem produksi beras dan keahlian di bidang teknologi (SRI, dll) untuk para petani melalui media.

8. Mengkomunikasikan produksi beras dan musim pasca panen dan keahlian teknologi (SRI, ICM, dll) kepada para petani melalui ketua tani, penyuluh lapangan atau penyedia saprodi – penghubung yang mungkin antara petani dengan R&D yang baru adalah melalui penyuluh lapangan.

9. Melakukan kampanye ‘beras sebagai kesempatan usaha’ dengan memberikan gambaran tentang proyeksi pendapatan (media) melalui pemimpin lokal.

Informasi Pasar dan Hubungannya

Para petani dan penggiling di wilayah Aceh Besar tidak kompetitif yang disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai standar para pembeli, kurangnya informasi tentang cara menilai kualitas serta industri yang berhubungan

10. Mempresentasikan kesempatan usaha kepada para penggilingan agar menjadikan keahlian dalam penanganan pasca panen sebagai pelayanan terpadu kepada para petani. Memberikan TOT kepada para penggiling.

11. Pertemuan stakeholder secara rutin untuk berbagi informasi mengenai teknologi budidaya padi, pengetahuan dan bekerja sama dalam hal pemberian bantuan teknis.

12. Menyediakan informasi (harga, standar pembeli, curah hujan, cuaca) kepada para petani dan penggiling melalui media.

13. Melakukan kontes untuk mengidentifikasi pemimpin dari para petani padi (kelompok ).

14. Mempromosikan transaksi berkelompok di antara para petani dan penggiling melalui penetapan jumlah minimum untuk volume penjualan

15. Bekerja dengan penggiling untuk memperkenalkan sistem penggolongan dan standarisasi yang sesuai dengan permintaan pasar.

16. Menciptakan kampanye ‘Belilah Produk Lokal’ melalui para pemimpin lokal, media dan pengecer. Menddidik para pengecer dan konsumen mengenai merk lokal/bagaimana mengidentifikasinya, keuntungan membeli produk lokal, dan bahwa kualitas beras lokal terus meningkat (untuk ke depannya dapat mengarah pada penciptaan merk Aceh).

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan13

Page 17: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Kendala Solusi

Akses Keuangan Pertanian dilihat sebagai sektor yang memiliki resiko tinggi oleh institusi-institusi pemberi pinjaman. Kurangnya akses terhadap keuangan mengakibatkan rendahnya nilai transaksi yang disebabkan oleh kurangnya dana tunai serta rendahnya kualitas dari peralatan pemrosesan.

17. Memperkenalkan/memperluas pembiayaan di sektor pertanian kepada MFI yang menjadi target (pendidikan mengenai kesempatan, pengembangan produk, pemasaran).

18. Mengidentifikasi para pelaku pasar beras yang potensial dan memfasilitasi mereka agar dapat mengakses MFI (menyediakan loan fund/gurantees) – juga mendorong BPP dan para pelaku lain untuk memberikan acuan kepada MFI.

19. Memfasilitasi hubungan-hubungan yang ada kepada para investasi kelompok/pemprakarsa tentang teknologi penggilingan yang berkualitas tinggi di Aceh.

Kebijaksanaan & Advokasi

Tidak ada lembaga yang terorganisir yang bertugas untuk melobi di industri beras (kombinasi hubungan pasar yang lemah dengan Medan dan kelpmpok etnis pedagang).

Kebijakan tidak ditetapkan oleh para pelaku yang representatif di industri beras (contoh: impor beras, perubahan BULOG ,dll).

Ketergantungan pasca masa bantuan dapat membatasi kewirausahaan.

20. Mempelajari lebih lanjut mengenai industri beras dan BULOG untuk mengidentifikasi kesempatan-kesempatan advokasi.

21. Mengadvokasi INGO dan masyarakat pendonor untuk mengadopsikan pendekatan pengembangan pasar ke bidang pertanian..

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan14

Page 18: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

4. LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Daftar Responden Rantai Nilai Beras di Banda Aceh dan Aceh Besar 5 February 2008

No. Nama Alamat

1. Sarbini Ds. Naga Umbang, Kecamatan Lhok Nga

2. Zulkifili Ds. Keuneu’ue, Kecamatan Peukan Bada

3. Sjarifuddin Kilang 85, Desa Lampaya

Kecamatan Lhok Nga

4. Kelompok tani “bahagia” Ketua Kel. Muhibbullah

Desa Moncut, Kecamatan Lhok Nga

5. Kilang H. Ibrahim

Operator Pak Armia

Desa

Kecamatan Samahani

6. Kilang Bunga Teratai

H. Muchtar

Desa Aneuk Galeung

Kecamatan Kuta Makmur

7. Syafrul Maedi (Bumi Makmur)

Pasar Lambaro

8. Hamdan (kolektor desa) Desa Mon’i

Kecamatan Samahani

9. Abdullah (Petani) Desa Tumbuh Baru

Kecamatan Kuta Malaka

10. Bu Jamaliah (Petani) Desa Tumbuh Baru

Kecamatan Kuta Malaka

11. Asian Development Bank

(Gerry Shea) dan Tengku Mahmud

Kantor Diperta

Jl. Tengku Nyak Makam

12. T. Iskandar (Ketua BPTP) BPTP NAD

Jl. T. Nyak Makam

13. H. Sulaiman (Pedagang eceran)

Pasar Lambaro, Aceh Besar

14. Marwan (AMS) Pedagang grosir

Pasar Kampung Baru, Banda Aceh

15. Kadistan NAD (Ir. Thurmizi)

Kantor Diperta

Jl. Tengku Nyak Makam

16. Bate Iskandar

(Staf Ahli Gubernur NAD)

CV. Seulawah Indah

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan15

Page 19: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

No. Nama Alamat

17. Dr. Achie dan Munaidi Yasin (investor) untuk RMU Modern

Ds. Geulempang Minyeuk

Kecamatan Geulempang Tiga

Kabupaten Pidie

18. T. Zulkifli (Data sir Prima Tani)

Ds. Jeumpa

Kecamatan Geulempang Tiga

Kabupaten Pidie

19. H. Sjarifuddin (RMU ISH) Ds. Geulempang Minyeuk

Kecamatan Geulempang Tiga

Kabupaten Pidie

20. Yusuf (kolektor data) Dusun Meunasah Bueuleun

Ds. Geulempang Minyeuk

Kecamatan Geulempang Tiga

Kabupaten Pidie

21. Mustafa (Pedagang eceran) at Pasar Geulempang Minyeuk

Ds. Geulempang Minyeuk

Kecamatan Geulempang Tiga

Kabupaten Pidie

22. Nazaruddin (PPL Meuredeu)

Desa Meuredeu

Kabupaten Pidie jaya

23. Rahman (ARACO)

Agen pedagang grosir

Pasar Beureneun

Kabupaten Pidie

24. Acuan (UD. Modal Nekat)

Pedagang Beras grosir besar dari Medan

Jalan Teuku Umar

Banda Aceh

25. Zunnisam Umar

“Blang Rakal”

Jl. Sultan Malikul Saleh No. 7A

Lamlagang – Banda Aceh

26 T. Azharsyah

Distan

Jl. T. Nyak Makam

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan16

Page 20: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

Lampiran 2. Daftar Unit Penggilingan Padi di Aceh

No. Kabupaten2004 2006 Perubahan 2004-2006

PPK/RMU PPB Total PPK/RMU PPB Total PPK/RMU PPB Total123456789

1011121314151617

Aceh BesarPidie BireuenAceh UtaraAceh TengahAceh TimurLangsaA. TamiangA. TenggaraGayo LuesAceh JayaAceh BaratNagan RayaAceh SelatanAceh SingkilA. Barat DayaBener Meriah

91261

93163

2778

369

1301263

11084

1621066

8

319052431212

08513

301120

010

0

122351145206

3990

377

1351366

14095

1821076

8

36357

343

2112

331

104121043848310

10819

164829201236

01117

100

110400

52405

326314

1483

42121

131043958314

10819

-60.4436.78

-96.77-73.62-92.5943.59

0.00-55.07-20.00

0.00-84.13-60.91

0.00-48.77

0.0063.64

137.50

-48.39-46.67-44.23-53.49

0.00200.00

-37.50

240.000.00

-100.00-100.00

0.00-100.00

--100.00

-

-57.3815.38

-77.93-69.42-64.1064.44

0.00-45.45-10.37

0.00-84.85-69.29

0.00-54.4040.0042.11

137.50Total NAD 1,430 328 1,758 1,060 205 1,265 -25,87 -37,50 -28,04

PPK/RMU : kapasitas < 1 ton/jamPPB : kapasitas 1-3 ton/jamSumber: Laporan Tahunan Distan, 2004 & 2006

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan17

Page 21: MC Rice Market Analysis N Aceh-Medan Bahasa Final Ridlwan

www.mercycorps.orghttp://indonesia.mercycorps.org

Banda AcehJl. Sultan Mansursyah No. 7

Peuniti Kampung, AteukBaiturrahman Banda Aceh – 23244

Tel.. +62 (0651) 21757

MeulabohJl. Iskandar Muda No. 37, Kel. Ujong Kalak

Kec Johan Pahlawan, Aceh BaratTel. 62 (655) 700 6367

JakartaJl. Kemang Selatan I/3 Bangka

Jakarta Selatan 12730Tel. (62-21) 719-4948

[email protected]

Analisa Pasar Beras: Aceh Bahagian Utara - Medan18