Demam TyphoidDefinisiEnteric fever, typhoid fever, adalah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat padasaluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gsngguan
padasaluran pencernaan dan gangguan
kesadaran.EtiologiDemamtyphoiddisebabkanolehSalmonella
entericaserovar typhi (S. Typhi),bakteri gram negatif, motil dan
tidak menghasilkan spora. Kuman ini dapat hidup baikdalam suhu
tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih rendah, serta mati
dalam suhu700C ataupun oleh antiseptic. Sangat mirip namun tidak
terlalu menyebabkan kesakitan yangberat disebabkan oleh S.
Paratyphi Adan terkadang oleh S. Paratyphi B (Schotmulleri) dan
S.Paratyphi C (Hirschfeldii).Salmonella thyphosamempunyai 3 macam
antigen, yaitu:Antigen O = Ohne Hauch = antigen somatic (tidak
menyebar), dari tubuh kumanAntigen H = Hauch (menyebar), terdapat
pada flagel dan bersifat termolabilAntigen Vi= Kapsul = merupakan
kapsul yang meliputi tubuh kuman danmelindungi antigen O terhadap
fagositosis.Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia
akan menimbulkan pembentukkan tigamacam antibodi yaitu
agglutinin.Salmonella thyphosajuga dapat memperoleh plasmidfaktor R
yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple
antibiotik.Sampai saat ini,demam tifoid masih merupakanmasalah
kesehatankarena :kesehatan lingkungan yang kurang memadaiPenyediaan
air minum yang tidak memnuhi syaratSerta tingkat sosial-ekonomi dan
pendidikanyang kurangEpidemiologiBesarnya angka pasti kasus demam
tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karenapenyakit ini dikenal
mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data
WorldHealth Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat
sekitar 17 juta kasusdemam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi
600.000 kasus kematian tiaptahun.Di negaraberkembang, kasus demam
tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95%merupakan
kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15 - 25
kali lebihbesar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di
Indonesia kasus ini tersebar secara merata diseluruh propinsi
dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan
didaerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000
dan 1.5 juta kasus pertahun. Umur penderita yang terkena di
Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91%kasus.
PatogenesisKumanSalmonella typhimasukkedalamtubuh
manusiabersamamakanandanminumanyangtidak higienis yang
terkontaminasi feces atau urine secara fecal and oral transmission.
Pada saatmelewati lambung,dengan suasana asam (PH < 2), sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asamlambung dan sebagian lagi masuk
usus halus, dan di usus halus tepatnya di ileum dan yeyunum
akanmenembus dinding usus.Penyakit ini timbul tergantung pada
beberapa faktor, antara lain ; (1) jumlah organisme yangditelan,
(2) kadar keasaman dalam Iambung. Untuk dapat menimbulkan infeksi,
diperlukan S. typhisebanyak 105-109 yang tertelan. Dan keasaman
lambung dapat menghambat multiplikasi salmonelladan pada pH 2,0
sebagian besar kuman akan terbunuh dengan cepat. Di dalam usus
halus (laminapropria) kuman tersebut akan berkembang biak kemudian
diserap dan difagosit oleh sel-sel fagositterutama makrofag. Dari
tempat ini kuman akan masuk kedalam jaringan limfoid (terutama
plaquepeyeri)dan jaringan limfoid mesenterium.Setelah menyebabkan
peradangan dan nekrosis setempat, kuman akan lewat pembuluh
limfemasuk ke peredaran darah dan terjadi bakteriemia primer yang
asimptomatis. Kemudian kumanakan masuk kedalam organ-organ system
retikulo endotelial (RES) terutama di hepar dan limpasehingga organ
tersebut akan membesardisertai nyeri pada perabaan.Ditempat
inikumanakandifagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak
difagosit, berkembang biak. Pada akhir masainkubasi 5-9 hari kuman
kembali masuk ke peredaran darah menyebar ke seluruh tubuh
sehinggaterjadi bakteriemia sekunder yang simptomatis (menimbulkan
gejala klinis). Dan sebagian kumanmasuk ke organ tubuh terutama
limpa, kandung empedu yang selanjutnya akan dikeluarkan kembalidari
kandung empedu ke rongga usus halus bersama dengan asam empedu.
Kemudian kuman akanmenginvasi epitel usus kembali dan menimbulkan
tukak yang berbentuk lojong padamukosa diatas plaque peyeri.Tukak
tersebut dapatmengakibatkan terjadinya perdarahandan perforasi usus
yang menimbulkan gejala peritonitis.Pada masa bakteriemia kuman
mengeluarkan endotoksin yang susunan kimianyasama dengan somatic
antigen (lipopolisakarida).Endotoksin sangat berperan
membantuproses radang lokal dimana kuman ini berkembang biak yaitu
merangsang sintesa danpelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang. Selanjutnya zatpirogen yang beredar di
darah mempengaruhi pusat termoregulator di hypothalamusyang
mengakibatkan terjadinya demam. Sedangkan gejala pada saluran
pencernaandisebabkan oleh kelainan pada usus.Manifestasi
KlinisGejala demam tifoid pada anak-anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderitadewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-14
hari, selama dalam masa inkubasi dapat ditemukan gejalaprodromal,
yaitu: anorexia, letargia, malaise, dullness continuous headache,
non productive cough,bradicardia.Kemudian menyusul gejala-gejala
klinis yang biasaditemukan, yaitu1.DemamPada kasus-kasus yang khas,
demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remittent dan
tidakterlalu tinggi. Pada minggu I,suhu tubuh cenderung meningkat
setiap hari, biasanya menurunpada pagi hari dan meningkat pada sore
dan malam hari. Dalam mingguII,penderita terusberada dalam keadaan
demam. Dalam minggu IIIsuhu berangsur-angsur turun dan
normalkembali pada akhir minggu III.2.Gangguan saluran cernaPada
mulut; nafas berbau tidak sedap (halitosis), bibir kering, dan
pecah- pecah (rhagaden), lidahditutupi oleh selaput putih kotor
(coatted tongue) ujung serta tepinya kemerahan, semakin keujung
semakin kotor dan biasanya terjadi pada minggu ke-2. Pada abdomen
dapat dijumpaiadanya kembung (meteorismus). Hepar dan lien yang
membesar disertai nyeri pada perabaan.Biasanya terdapat juga
konstipasi pada anak yang lebih tua dan remaja, akan tetapi dapat
juganormal bahkan terjadi diare pada anak yang lebih
muda.3.Gangguan kesadaranUmumnya kesadaran penderita menurun walau
tidak terlalu dalam, berupa apatis sampaisomnolen.Disamping
gejala-gejala diatas yang biasa ditemukan mungkin juga dapat
ditemukan gejala-gejala lain:yRoseola atau rose spot; pada
punggung, upper abdomen dan, lower chest dapat ditemukan rosespot
(roseola), yaitu bintik-bintik merah dengan diameter 2-4 mm yang
akan hilang denganpenekanan dan sukar didapat pada orang yang
berkulit gelap. Rose spot timbul karena embolisasibakteri dalam
kapiler kulit. Biasanya ditemukan pada minggu pertama
demam.yBradikardiarelatif; kadang-kadang dijumpai bradikardia
relatifyangbiasanya ditemukan padaawal minggu ke IIdan nadi
mempunyai karakteristik notch (dicrotic notch).Relapse
(kekambuhan)Keadaan berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis,
akan tetapi berlangsung lebih ringandan singkat. Terjadi dalam
minggu ke IIsetelah suhu badan normal kembali atau setelah
terapidihentikan. Pada kultur darah menjadi positif kembali,
meskipun titer antibodi terhadap antigen 0,H, Vi, dan rose spot
tidak tampak. Gejala yang timbul pada kekambuhan/relapse lebih
ringan dansingkat dibanding penyakit awal.Menurut teorinya, relapse
terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidakdapat
dimusnahkan oleh antibiotik. Atau mungkin terjadi pada waktu
penyembuhan.KomplikasiKomplikasi typoid dapat terjadi pada
:1.Intestinal(usus halus) :Umumnya jarang terjadi, tapi sering
fatal, yaitu:a.Perdarahan (haemorrhage) usus.Bervariasi dari
mikroskopik sampai terjadi melena dan kalau sangat berat dapat
disertaiperasaan nyeri perut dengan tanda-tanda syok, berupa
penurunan suhu tubuh dan tekanandarah yang drastis, sudden
tachycardia.b.Perforasi ususTimbul pada minggu ketiga atau setelah
itu dan sering terjadi pada distal ileum.Apabila hanya terjadi
perforasi tanpa peritonitis hanya dapat ditemukan bilaterdapat
udara dalam rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang
danterdapat udara bebas (free air sickle) diantara hati dan
diafragma pada foto Rontgen abdomen yang dibuat dalam posisi
tegak.c.PeritonitisDitemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut
yang hebat, dinding abdomentegang (defense musculair) dan nyeri
tekan.2. EkstraintestinalTerjadi umumnya karena lokalisasi
peradangan akibat sepsis (bakteriemia):a.Liver, gallbladder, dan
pankreasDapat terjadi mild jaundice pada enteric fever oleh karena
terjadi hepatitis typhosa,kolesistitis, kholangitis atau hemolisis.
Dapat juga terjadi pankreatitis.b.KardiorespiratoryToxic
rnyocarditis adalah penyebab kematian yang signifikan pada daerah
endemik. Haltersebut terjadi pada pasien yang sangat parah seka!i
dan ditandai o!eh takikardia, nadi danbunyi jantung yang lemah,
hipotensi, dan EKG yang abnomal.Bronkitis ringan sering terjadi,
bronchopneumonia .c.Nervous systemBerupa disorientasi, delirium,
meningismus, meningitis (jarang), encephalomyelitisd.Hematologi dan
renalTerjadi DIC yang subclinical pada typhoid fever yang mana
merupakan manifes hemolytic-uremic syndrom, dan hemolisis.
Glomerulonefritis, pielonefritis, dan
perinefritis.DiagnosakerjaDiagnosa dapat ditegakkan dengan anamnesa
dan pemeriksaan fisik. Untuk memastikandilakukan pemeriksaan
laboratorium. Namun pada minggu pertama biasanya hasil
laboratoriumditemukan
negatif.PemeriksaanLaboratorium1.Pemeriksaanyangmenyokongdiagnosis.a.Pemeriksaan
darah tepi.Terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif,
neutropenia pada permulaan sakitMungkin juga terdapat anemia dan
trombositopenia ringan.b.Pemeriksaaan Sumsum tulangTerdapat
gambaran sumsum tulang berupa hiperaktif RES dengan adanya sel
makrofag,sedangkan sistem eritropoesis,granulopoesis,
trombopoesisberkurang.2.PemeriksaanuntukmembuatdiagnosaBiakan
empedu untuk menemukan Salmonella dan pemeriksaan Widal ialah
pemeriksaan yangdigunakan untuk menbuat diagnosa tifus abdominalis
yang pasti. Kedua pemeriksaan perludilakukan pada waktu masuk dan
setiap minggu berikutnya.a.Biakan empedu
80% pada minggu pertama dapat ditemukan kuman di dalam darah
penderita. Selanjutnyasering ditemukan dalam urin dan fecesdan akan
tetap positif untuk waktuyang lama.b.Widal testDasar pemeriksaan
ialah reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur
dengansuspensi antigen salmonella. Untuk membuat diagnosa
dibutuhkan titer zat anti terhadapantigen 0. Titer terhadapantigen
0yang bernilai 1/200 (di RSUD Koja >1/80) atau lebihdan atau
menunjukkan kenaikan yang progresif pada pemeriksaan 5 hari
berikutnya (naik 4 xlipat) mengindikasikan infeksi akut. Titer
tersebut mencapai puncaknya bersamaan denganpenyembuhan penderita.
Titer terhadapantigen Htidak diperiukan untuk diagnosa, karenadapat
tetap tinggi setalah mendapat imunisasi atau bila penderita telah
lama sembuh. Titer thdantigen Vi juga tidak untuk diagnosa karena
hanya menunjukan virulensi dari kuman. Tidakselalu widal positif
walaupun penderita sungguh-sungguh menderita tifus abdominalis.
Danwidal juga bukan merupakan pemeriksaan untuk menentukan
kesembuhan penderita.Sebaliknya titer dapat positif pada keadaan
berikut:yTiter 0 dan H tinggi karena terdapatnya aglutinin normal,
karena infeksi basil coli patogendalam usus.yPada neonatus, zat
anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui plasenta.yTerdapatnya
infeksi silang dengan rickettsia (Weil Felix).yAkibat imunisasi
secara alamiah karena masuknya basil peroral atau pada keadaan
infeksi.Penelitian oleh Darmowandowo di RSU Dr.Soetomo Surabaya
(1998) mendapatkanhasil uji Widal dengan titer >1/200 pada 89%
penderita.Pada minggu pertama biasanya ditemukan negatif, namun
dapat diulang pada minggu keduadapat ditemukan kenaikan titer 4x,
bisa juga langsung dilakukan pemeriksaan pada
mingguke-2.Diagnosabanding-Paratifoid fever (A, B, C), gejala
lebihringan dibanding typhoid fever.-Influenza :panas
tinggi-Dengue: panas mendadak tinggi cepat-
MalariaTatalaksanaSebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati
di rumah dengan tirah baring, isolasi yangmemadai, pemenuhan
kebutuhan cairan, nutrisi serta pemberian antibiotik. Sedangkan
untuk kasusberat harus dirawat di rumah sakit agar pemenuhan
cairan, elektrolit serta nutrisi disampingobservasi kemungkinan
timbul penyulit dapat dilakukan dengan seksama.Pengobatan yang
diberikan yaitu:1.Isolasi penderita dan desinfeksi
pakaian2.Perawatan yang baik untuk hindari komplikasi, mengingat
sakit yang lama, Iemah dananoreksia. Dengan jadwal obat, makan
minum yang cukup serta kebersihan diri danruangan pasien3.Istirahat
selama demam sampai dengan 2 minggu hingga normal kembali,
yaituistirahat mutlak, segala aktifitas diusahakan ditempat tidur.
Seminggu kemudian bolehduduk dan selanjutnya boleh berdiri dan
berjalan.4.Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan
tinggi protein. Bahanmakanan tidak boleh mengandung banyak serat,
tidak merangsang dan tidakmenimbulkan banyak gas. Susu 2x satu
gelas sehari perlu diberikan.5.Antibiotika:Kloramfenikol;masih
merupakan pilihan pertama pada pengobatan penderita demamtifoid.
Dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/hari dibagi 4x pemberian selama
10-14 hari.Dosis maksimal 2 g/hari. Hari pertama setengah dosis
dulu, selanjutnya diberikan sesuaidosis diatas, karena kalau diberi
dalam dosis yang penuh maka kuman akan banyakyang mati dan sebagai
akibatnya endotoksin meningkat dan demam akan bertambahtinggi.
Kloramfenikol tidak boleh diberikan bila jumlah leukosit < 2000/
ul.Selain itu dapat juga diberikan:Ampisilin;dengan dosis 100-200
mg/kgBB/hari dibagi 4 x pemberian secara oral atausuntikan IV
selama 14 hari.Amoksilin;dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 x
yang memberikan hasil yang setaradengan kloramfenikol walaupun
penurunan demam yang Iebih lama.Kotrimoxazol (trimethoprim 80 mg +
sulphametoxazole 400 mg);dengan dosis 10mg/kgBB/hari dibagi 2 x
pemberianPada kasus-kasus demam tifoid yang disebabkan S.typhi yang
resisten terhadap berbagaiobat diatas (MDR= multidrug resistance),
terdiri atas:Seftriakson;dengan dosis 50-80 mg/kgBB/hari, dosis
tunggal selama 10 hari.Sefiksim;dengan dosis 10-12 mg/kgBB/hari
peroral, dibagi dalam 2 dosis selama 14 hari.Gol.quinolon;
siprofloksasin,10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis atauofloksasin,
10-15mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sudah dipakai untuk pengobatan.
Demam biasanya turundalam 5 hari. Lama pengobatan 2-10 hari.6.Bila
terdapat komplikasi harus diberikan terapi yangsesuai. Misalnya:
pemberian cairanintravena untuk penderita dehidrasi dan asidosis.
Pemberian antipiretik masih kontroversial, disatu pihak demam
diperlukan untuk efektifitas respon imun dan pemantauan
keberhasilanpengobatan, namun di pihak lain ketakutan akan
terjadinya kejang dan kenyamanan anakterganggu, sering membutuhkan
antipiretik. Dianjurkan pemberian bila suhu di atas
38,50C.Pemberian kortikosteroid dianjurkan pada demam tifoid berat,
misalnya bila ditemukan statuskesadaran delirium, stupor, koma,
ataupun syok.Deksamethasondiberikan dengan dosis awal 3mg/kgBB.
diikuti dengan 1 mg/kgBB setiap 6 jam selama 2
hari.PencegahanSecara umum, setiap individu harus memperhatikan
kualitas makanan dan minuman yangdikonsumsi baik cara pembuatan
sampai tempat penjajaannya. Kuman S.typhi akan mati apabiladipanasi
dalam air setinggi 57Cuntuk beberapa menit atau dangan proses
iodinasi/klorinasi.Penurunan endemisitas suatu negara/daerah
tergantung pada baik buruknya pengadaan saranaair, pengaturan
pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap higiene
pribadi, dan
pendidikan kesehatan masyarakat. Pencegahan dapat dilakukan
dengan imunisasi, yaitu imunisasiaktif terutama diberikan dengan
orang yang kontak dengan pasien typhoid (pada kejadian luar
biasadan turis yang akan kedaerah endemik). Kemudian dengan vaksin
polisakarida (capsulas Vipolysacharide) pada umur 2 tahun atau
lebih dan diulang setiap 3 tahun sekali, sedangkan vaksintyphoid
oral (Ty21-a) diberikan pada usia > 6 tahun dengan interval
selang sehari (hari 1, 3, dan 5)dan diulang tiap 3-5 tahun sekali.
Vaksin ini belum beredar diIndonesia, direkomendasikan untukturis
yang bepergian ke daerah endemik.PrognosisUmumnya prognosis tifus
abdominalis pada anak baik asalkan penderita cepat datang
berobatdan istirahat total. Prognosis menjadi buruk bila terdapat
gejala klinis yang berat seperti:yHiperpireksia atau febris
kontinua.yKesadaran yang menurun sekali; sopor, koma,
delirium.yKomplikasi berat; dehidrasi dan asidosis, peritonitis,
bronchopneumonia.yKeadaan gizi buruk (malnutrisi energi
protein).
Daftar Pustaka1.Berhaman, Kliegman, Jenson, Nelson Teksbook Of
Pediatrics, 16th Edition, WB. SaundersCompany; 2007; Page
845-848.2.Staf Pengajar Ilmu Kesehatan FKUI. Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak. Bagian Ilmu KesehatanAnak FKUI, 1974.3.Widodo D.
2007. Demam tifoid. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Departemen
PenyakitDalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
:Jakarta.hal. 1756-1752.