Top Banner
Ferdinand de Saussure 1.1 Biografi Ferdinand de Saussure Ferdinand de Saussure (lahir di Jenewa, 26 November 1857 – dari keluarga Protestan Perancis (Huguenot) yang ber-emigrasi dari daerah Lorraine ketika perang agama pada akhir abad ke-16, meninggal di Vufflens-le- Château, 22 Februari 1913 pada umur 55 tahun) adalah linguis Swedia yang dipandang sebagai salah satu Bapak Linguistik Modern dan semiotika. Karya utamanya, Cours de linguistique générale diterbitkan pada tahun 1916, tiga tahun setelah kematiannya, oleh dua orang mantan muridnya, Charles Bally and Albert Sechehaye, berdasarkan catatan-catatan dari kuliah Saussure di Paris. Konsepnya yang paling terkenal adalah pembedaan tanda bahasa menjadi dua aspek, yaitu signifiant (yang memaknai) dan signifie (yang dimaknai). Dalam semiologi, Saussure berpendapat bahwa bahasa sebagai “suatu sistem tanda yang mewujudkan ide” dapat dibagi menjadi dua unsur: langue (bahasa), sistem abstrak yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat yang digunakan sebagai alat komunikasi, dan parole (ujaran), realisasi individual atas sistem bahasa. Sejak kecil, Saussure memang sudah tertarik dalam bidang bahasa. Pada tahun 1870, ia masuk Institut Martine, di Paris. Dua tahun kemudian (1872), ia menulis “Essai sur les langues” yang ia persembahkan untuk ahli linguistik pujaan hatinya (yang menolong dia untuk masuk ke Institut Martine, Paris), yakni Pictet. Pada tahun 1874 ia belajar fisika dan kimia di universitas Genewa (sesuai tradisi keluarganya), namun 18 bulan kemudian, ia mulai belajar bahasa sansekerta di Berlin. Rupanya, Saussure semakin tertarik pada studi bahasa, maka pada 1876-1878 ia belajar bahasa di Leipzig; dan pada tahun 1878-1879 di Berlin. Di perguruan tinggi ini, ia belajar dari tokoh besar linguistik, yakni Brugmann dan Hübschmann. Ketika masih mahasiswa, ia telah membaca karya ahli linguistik Amerika, William Dwight Whitney yang membahas tentang The Life and Growth of Language: and outline of Linguistic Science (1875); buku ini sangat mempengaruhi teori linguistiknya di kemudian hari. Pada tahun 1878, Saussure menulis buku tentang Mémoire sur le systéme primitif des voyelles dans les langues indo-européennes (Catatan Tentang Sistem Vokal Purba Dalam Bahasa-bahasa
24

Materi Semiotika

Jan 21, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Materi Semiotika

Ferdinand de Saussure1.1 Biografi Ferdinand de Saussure

Ferdinand de Saussure (lahir di Jenewa, 26 November1857 – dari keluarga Protestan Perancis (Huguenot) yangber-emigrasi dari daerah Lorraine ketika perang agamapada akhir  abad ke-16,  meninggal di Vufflens-le-Château, 22 Februari 1913 pada umur 55 tahun) adalahlinguis Swedia yang dipandang sebagai salah satu BapakLinguistik Modern  dan semiotika. Karya utamanya, Coursde linguistique générale  diterbitkan pada tahun 1916,tiga tahun setelah kematiannya, oleh dua orang mantanmuridnya, Charles Bally and Albert Sechehaye, berdasarkancatatan-catatan dari kuliah Saussure di Paris. Konsepnyayang paling terkenal adalah pembedaan tanda bahasamenjadi dua aspek, yaitu signifiant (yang memaknai) dansignifie (yang dimaknai). Dalam semiologi, Saussureberpendapat bahwa bahasa sebagai “suatu sistem tanda yangmewujudkan ide” dapat dibagi menjadi dua unsur: langue(bahasa), sistem abstrak yang dimiliki bersama oleh suatumasyarakat yang digunakan sebagai alat komunikasi, danparole (ujaran), realisasi individual atas sistem bahasa.Sejak kecil, Saussure memang sudah tertarik dalam bidangbahasa. Pada tahun 1870, ia masuk Institut Martine, diParis. Dua tahun kemudian (1872), ia menulis “Essai surles langues” yang ia persembahkan untuk ahli linguistikpujaan hatinya (yang menolong dia untuk masuk ke InstitutMartine, Paris), yakni Pictet. Pada tahun 1874 ia belajarfisika dan kimia di universitas Genewa (sesuai tradisikeluarganya), namun 18 bulan kemudian, ia mulai belajarbahasa sansekerta di Berlin. Rupanya, Saussure semakintertarik pada studi bahasa, maka pada 1876-1878 iabelajar bahasa di Leipzig; dan pada tahun 1878-1879 diBerlin. Di perguruan tinggi ini, ia belajar dari tokohbesar linguistik, yakni Brugmann dan Hübschmann.Ketika masih mahasiswa, ia telah membaca karya ahlilinguistik Amerika, William Dwight Whitney yang membahastentang The Life and Growth of Language: and outline ofLinguistic Science (1875); buku ini sangat mempengaruhiteori linguistiknya di kemudian hari. Pada tahun 1878,Saussure menulis buku tentang Mémoire sur le systémeprimitif des voyelles dans les langues indo-européennes(Catatan Tentang Sistem Vokal Purba Dalam Bahasa-bahasa

Page 2: Materi Semiotika

Indo-Eropa). Pada tahun 1880 ia mendapat gelar doktor(dengan prestasi gemilang: summa cum laude) dariuniversitas Leipzig dengan disertasi: De l’emploi dugénetif absolu en sanscrit (Kasus Genetivus Dalam BahasaSansekerta) dan pada tahun yang sama, ia berangkat keParis.Tahun 1881 menjadi dosen di salah satu universitas diParis. Setelah lebih dari sepuluh tahun mengajar diParis, ia dianugrahkan gelar profesor dalam bidang bahasaSansekerta dan Indo-Eropa dari Universitas Genewa. Berkatketekunanya mendalami struktur dan filsafat bahasa,Saussure C. Menurut beliau, prinsip dasar strukturalismeadalah bahwa alam semesta terjadi dari relasi (forma) danbukan benda (substansial)1.2       PANDANGAN SAUSSURE YANG MEMPENGARUHI LEVIS-STRAUSSFerdinand de Saussure (1857-1913) merupakan penemulinguistik modern (Modern Linguistics). Gagasan terbesarde Saussure adalah pada teori umum sistem tanda (generaltheory of sign system) yang disebutnya dengan ilmuSemiologi (Semiology) (Winfried Noth, 1995; 56). Sebagaipenemu konsep linguistik modern, wajar jika de Saussuredianggap sebagai orang yang paling berpengaruh terhadapteori Strukturalisme.Terobosan pemikiran de Saussure dimulai pada pemikirannyamengenai hakekat gejala bahasa. Pemikiran ini kemudianmelahirkan konsep struktural dalam bahasa dan jugasemiologi atau yang sekarang disebut dengan semiotik(Ahimsa, 2006). Ada lima pandangan de Saussure yangmempengaruhi Levi-Strauss dalam memandang bahasa. Yaitu:                 1. Signified (tinanda) dan signifier(penanda)Bahasa adalah suatu sistem tanda (sign). De Saussureberpendapat bahwa elemen dasar bahasa adalah tanda-tandalinguistik atau tanda kebahasaan (linguistic sign), yangwujudnya tidak lain adalah kata-kata.Tanda adalah juga kesatuan dari suatu bentuk penanda yangdisebut signifier, dengan sebuah ide atau tinanda yangdisebut signified, walaupun penanda dan tinanda tampaksebagai entitas yang terpisah-pisah namun keduanya hanyaada sebagai komponen dari tanda. Tandalah yang merupakanfakta dasar dari bahasa (Culler; 1976, 19 via Ahimsya,

Page 3: Materi Semiotika

2006 h. 35). 2    Form (wadah) dan content (isi)Wadah atau form adalah sesuatu yang tidak berubah. Dalamkonsep ini, isi boleh saja berganti tetapi makna dariwadah masih tetap berfungsi. Untuk menjelaskan konsep inimemang agak sulit. Kiasan yang sering digunakan untukmenggambarkan kedudukan wadah (form) dan isi adalahpergantian salah satu fungsi dari komponen permainancatur.3    Bahasa (Langue) dan Tuturan (Parole)Konsep langue merupakan aspek yang memungkinan manusiaberkomunikasi dengan sesama. Inilah kenapa languemembicarakan juga aspek sosial dalam linguistik. Dalamlangue terdapat norma-norma, aturan-aturan antarpersonyang tidak disadari tetapi ada pada setiap pemakaibahasa. Disisi lain parole merupakan tuturan yangbersifat individu, ia bisa mencerminkan kebebasan pribadiseseorang.4    Sinkronis (Synchronic) dan Diakronis (Diachronic)De Saussure meyakini akan adanya proses perubahan bahasa.Oleh karena itu keadaan ini menuntut adanya perbedaanyang jelas antara fakta-fakta kebahasasan sebagai sebuahsistem, dan fakta-fakta kebahsaan yang mengalami evolosi(Culler, 1976, via Ahimsa, 2006; 46). Karena sifatnyayang evolutif maka tanda kebahasaan sepenuhnya tundukpada proses sejarah.5    Sintagmatik dan ParadigmatikDalam kontek ini de Saussure menyatakan bahwa manusiamenggunakan kata-kata dalam komunikasi bukan begitu sajaterjadi. Tetapi menggunakan pertimbangan-pertimbanganakan kata yang akan digunakan. Kita memiliki kata yangmau kita gunakan sebagaimana penguasaan bahasa yang kitamiliki. Disinilah hubungan sintagmatik dan paradigmatikitu berperan.Hubungan sintagmatik dan paradigmatik terdapat dalamkata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-katasebagai konsep (Ahimsa, 2006; 47).2.1              TINJAUAN TEORITIK tentang SEMIOTIK2.1.1        Tokoh SemiotikKalau kita telusuri dalam buku-buku semiotik yangada,hampir sebagian besar menyebutkan bahwa ilmu semiotikbermula dari ilmu linguistik dengan tokohnya Ferdinand de

Page 4: Materi Semiotika

de Saussure (1857 – 1913). de Saussure tidak hanyadikenal sebagai Bapak Linguistik tetapi juga banyakdirujuk sebagai tokoh semiotik dalam bukunya Course inGeneral Linguistics (1916).Selain itu ada tokoh yang penting dalam semiotik adalahCharles Sanders Peirce (1839 – 1914) seorang filsufAmerika, Charles Williams Morris (1901 – 1979) yangmengembangkan behaviourist semiotics. Kemudian yangmengembang-kan teori-teori semiotik modern adalah RolandBarthes (1915 – 1980), Algirdas Greimas (1917 – 1992),Yuri Lotman (1922 – 1993), Christian Metz (193 – 1993),Umberco Eco (1932),dan Julia Kristeva (1941). Linguisselain de Saussure yang bekerja dengan semioticsframework adalah Louis Hjlemslev (1899 – 1966) dan RomanJakobson (1896 – 1982). Dalam ilmu antropologi ada ClaudeLevi Strauss (1980) dan Jacues Lacan (1901 – 1981) dalampsikoanalisis.Strukturalisme adalah sebuah metode yang telah diacu olehbanyak ahli semiotik, hal itu didasarkan pada modellinguistik struktural de Saussure. Strukturalis mencobamendeskripsikan sistem tanda sebagai bahasa-bahasa,Strauss dengan mith, kinship dan totemisme, Lacan denganunconcious, Barthes dan Greimas dengan grammar ofnarrative. Mereka bekerja mencari struktur dalam (deepstructure) dari bentuk struktur luar (surface structure)sebuah fenomena. Semiotik sosial kontemporer telahbergerak di luar perhatian struktural yaitu menganalisishubungan – hubungan internal bagian-bagian dengan a selfcontained system, dan mencoba mengembangkan penggunaantanda dalam situasi sosial yang spesifik.Melihat kenyataan di atas dapat dikatakan bahwapembicaraan tentang strukturalisme dalam konteks perkem-bangan kajian budaya harus dilakukan dalam konteksperkembangannya ke semiotik yang seolah-olah lahirsesudahnya. Sebenarnya bibitnya telah lahir bersama dalamkuliah-kuliah Ferdinad de Saussure yang sekaligusmelahirkan strukturalisme dan semiotik (oleh de Saussuredisebut semiologi yaitu ilmu tentang kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat) (Hoed, 2002:1). Jadi tidak dapatdisangkal lagi bahwa lahirnya semiotik khususnya di Eropatidak dapat dilepaskan dari bayangan strukturalisme yangmendahuluinya dalam perkembangan ilmu pengetahuan budaya.

Page 5: Materi Semiotika

Perkembangan dari strukturalis ke semiotik dapat dibagidua yakni yang sifatnya melanjutkan sehingga ciri -ciristrukturalismenya masih sangat kelihatan (kontinuitas)danyang sifatnya mulai meninggalkan sifat strukturalismeuntuk lebih menonjolkan ke -budayaansebagai sistem tanda (evolusi).2.1.2        Makna kata ‘ tanda ‘Bagi de Saussure, bahasa terdiri atas sejumlah tanda yangterdapat dalam suatu jaringan sistem dan dapat disusundalam sejumlah struktur. Setiap tanda dalam jaringan itumemiliki dua sisi yang tak terpisahkan seperti duahalaman pada selembar kertas. de Saussure memberikancontoh kata arbor dalam bahasa Latin yang maknanya‘pohon’. Kata ini adalah tanda yang terdiri atas dua segiyakni /arbor/ dan konsep pohon. Signifiant /arbor/disebutnya sebagai citra akustik yang mempunyai relasidengan konsep pohon (bukan pohon tertentu) yaknisignifie. Tidak ada hubungan langsung dan alamiah antarapenanda ( signifier) dan petanda (signified). Hubunganini disebut hubungan yang arbitrer. Hal yang mengabsahkanhubung -an itu adalah mufakat (konvensi) …’a body ofnecessary conventions adopted by society to enablemembers of society to use their language faculty (deSaussure, 1986:10).Oleh sebab itu bahasa sebagai sebuah sistem dapatdikatakan lahir dari kemu –fakatan (konvensi) di atasdasar yang tak beralasan ( unreasonable) atau sewenang-wenang. Sebagai contoh, kata bunga yang keluar dari mulutseorang penutur bahasa Indonesia berkorespondensi dengankonsep tentang bunga dalam benak orang tersebut tidakmenunjukkan adany a batas-batas (boundaries) yang jelasatau nyata antara penanda dan petanda, melainkan secaragambling mendemonstrasikan kesewenang-wenangan itu karenabagi seorang penutur bahasa Inggris bunyi bunga itu tidakberarti apa-apa.Petanda selalu akan lepas dar i jang-kauan dankonsekuensinya, makna pun tidak pernah dapat sepenuhnyaditangkap, karena ia berserakan seperti jigsaw puzzlesdisepanjang rantai penanda lain yang pernah hadirsebelumnya dan akan hadir sesudahnya, baik dalam tataranpara –digmatik maupun sintagmatik. Ini dimung-kinkan

Page 6: Materi Semiotika

karena operasi sebuah sistem bahasa menurut de Saussuredilandasi oleh prinsip negative difference, yakni bahwamakna sebuah tanda tidak diperoleh melalui jawaban ataspertanyaan what is it, melainkan melalui penemuan akanwhat is not (Budiman, 2002:30). Kucing adalah kucingkarena ia bukan anjing atau bajing.Dengan demikian ilmu yang mempe -lajari tentang tanda-tanda adalah semiotik. Semiotics is concerned witheverything that can be taken as a sign. Semiotics adalahstudi yang tidak hanya merujuk pada tanda (signs) dalampercakapan sehari -hari, tetapi juga segala sesuatu yangmerujuk pada bentuk-bentuk lain seperti words, images,sounds, gesture , dan objects. Sementara de Saussure me-nyebut ilmu ini dengan semiologi yakni sebuah studitentang aturan tanda –tanda sebagai bagian dari kehidupansosial ( a science which studies the role of signs as apart of social life). Bagi Peirce (1931), semiotics wasformal doctrine of signs which was closely related tologic. Tanda menurut Peirce adalah something which standsto somebody for something in some respect or capacity.Kemudian ia juga mengatakan bahwa every thought is asign.van Zoest (1993) memberikan lima ciri dari tanda.Pertama, tanda harus dapat diamati agar dapat berfungsisebagai tanda. Sebagai contoh van Zoest menggambarkanbahwa di pantai ada orang-orang duduk dalam kubanganpasir, di sekitar kubangan di buat semacam dindingpengaman (lekuk) dari pasir dan pada dinding itudiletakkan kerang -kerang yang sedemikian rupa sehinggamembentuk kata ‘Duisburg’ maka kita mengambil kesimpulanbahwa di sana duduk orang-orang Jerman dari Duisburg.Kita bisa sampai pada kesimpulan itu, karena kita tahubahwa kata tersebut menandakan sebuah kota di RepublikBond. Kita mengangg ap dan menginterpretasikannya sebagaitanda.Kedua, tanda harus ‘bisa ditangkap’ merupakan syaratmutlak. Kata Duisburg dapat ditangkap, tidak pentingapakah tanda itu diwujudkan dengan pasir, kerang atauditulis di bendera kecil atau kita dengar dari oranglain.Ketiga, merujuk pada sesuatu yang lain, sesuatu yangtidak hadir. Dalam hal ini Duisburg merujuk kesatu kota

Page 7: Materi Semiotika

di Jerman. Kata Duisburg merupakan tanda karena ia‘merujuk pada’, ‘menggantikan’, ‘mewakili‘ dan‘menyajikan’.Keempat, tanda memiliki sifat representatif dan sifat inimempunyai hubungan langsung dengan sifat inter-pretatif,karena pada kata Duisburg di kubangan itu bukannya hanyaterlihat adanya pengacauan pada suatu kota di Jerman,tetapi juga penafsiran ‘di sana duduk -duduk orangJerman’.Kelima, sesuatu hanya dapat merupa -kan tanda atas dasarsatu dan lain. Peirce menyebutnya dengan ground (dasar,latar) dari tanda. Kita menganggap Duisburg sebagaisebuah tanda karena kita dapat membaca huruf-huruf itu,mengetahui bahwa sebagai suatu kesatuan huruf-huruf itumembentuk sebuah kata, bahwa kata itu merupakan sebuahnama yakni sebuah nama kota di Jerman. Dengan perkataanlain, tanda Duisburg merupakan bagian dari suatukeseluruhan peraturan, perjanjian dan kebiasaan yangdilembagakan yang disebut kode. Kode yang dimaksud dalamhal ini adalah kode bahasa. Walaupun demikian ada jugatanda yang bukan hanya atas dasar kode. Ada tanda jenislain yang berdasarkan interpretasi individual daninsidental atau berdasarkan pengalaman pribadi.2.1.3        SemiotikSemiotik atau ada yang menyebut dengan semiotika berasaldari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Istilahsemeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratikatau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologidan diagnostik inferensial (Sobur, 2004:95).Tanda padamasa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk padaadanya hal lain.Secara terminologis, semiotik adalahcabang ilmu yang berurusan dengan dengan pengkajian tandadan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, sepertisistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda (vanZoest, 1993:1).Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luasobyek – obyek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaansebagai tanda. Ahli sastra Teew (1984:6) mendefinisikansemiotik adalah tanda sebagai tindak komunikasi dankemudian disempurnakannya menjadi model sastra yangmempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakikiuntuk pemahaman gejala susastra sebagai alat komunikasi

Page 8: Materi Semiotika

yang khas di dalam masyarakat mana pun. Semiotikmerupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaantanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannyadipelajari secara lebih sistematis pada abad kedua puluh.Para ahli semiotik modern mengatakan bahwa analisissemiotik modern telah di –warnai dengan dua nama yaituseorang linguis yang berasal dari Swiss bernama Ferdinandde Saussure (1857 – 1913) dan seorang filsuf Amerika yangbernama Charles Sanders Peirce (1839 – 1914). Peircemenyebut model sistem analisisnya dengan semiotik danistilah tersebut telah menjadi istilah yang dominandigunakan untuk ilmu tentang tanda. Semiologi de Saussureberbeda dengan semiotik Peirce dalam beberapa hal, tetapikeduanya berfokus pada tanda. Seperti telah disebut-kandi depan bahwa de Saussure menerbit -kan bukunya yangberjudul A Course in General Linguistics (1913).Dalam buku itu de Saussure memba -yangkan suatu ilmu yangmempelajari tanda -tanda dalam masyarakat. Ia jugamenjelas -kan konsep-konsep yang dikenal dengan dikotomilinguistik. Salah satu dikotomi itu adalah signifier dansignified (penanda dan petanda). Ia menulis… thelinguistics sign unites not a thing and a name,but aconcept and a sound image a sign . Kombinasi antarakonsep dan citra bunyi adalah tanda ( sign). Jadi deSaussure mem-bagi tanda menjadi dua yaitu komponen,signifier (atau citra bunyi) dan signified (atau konsep)dan dikatakannya bahwa hubungan antara keduanya adalaharbitrer.Semiologi didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatandan tingkah laku manusia membawa makna atau selamaberfung si sebagai tanda, harus ada di belakang sistempembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda, di sana ada sistem (de Saussure,1988:26). Sekalipun hanyalah merupakan salah satucabangnya, namun linguistik dapat berperan sebagai modeluntuk se-miologi. Penyebabnya terletak pada ciri arbiterdan konvensional yang dimiliki tanda bahasa. Tanda -tandabukan bahasa pun dapat dipandang sebagai fenomena arbiterdan konvensional seperti mode, upacara, kepercayaan danlain -lainya.Dalam perkembangan terakhir kajian mengenai tanda dalammasyarakat didominasi karya filsuf Amerika. Charles

Page 9: Materi Semiotika

Sanders Peirce (1839 – 1914). Kajian Peirce jauh lebihterperinci daripada tulisan de Saussure yang lebihprogramatis. Oleh karena itu istilah semiotika lebih lazim dalam dunia Anglo-Sakson, dan istilah semiologilebih dikenal di Eropa Kontinental. Siapakah Peirce? Charles Sanders Peirce adalah seorangfilsuf Amerika yang paling orisinal dan multidimensioanl.Bagi teman -teman sejamannya ia terlalu orisional. Dalamkehidupan bermasyarakat, teman-temannya membiarkannyadalam kesusahan dan meninggal dalam kemiskin-an Perhatianuntuk karya-karyanya tidak banyak diberikan oleh teman -temannya. Peirce banyak menulis, tetapi kebanyakantulisannya bersifat pendahuluan, sketsa dan sebagianbesar tidak diterbitkan sampai ajalnya. Baru pada tahun1931 – 1935 Charles Hartshorne dan Paul Weiss menerbitkanenam jilid pertama karyanya yang berjudul CollectedPapers of Charles Sanders Pierce. Pada tahun 1957, terbitjilid 7 dan 8 yang dikerjakan oleh Arthur W Burks. Jilidyang terakhir berisi bibliografi tulisan Pierce.Peirce selain seorang filsuf juga seorang ahli logika danPeirce memahami bagaimana manusia itu bernalar. Peirceakhirnya sampai pada keyakinan bahwa manusia ber pikirdalam tanda. Maka diciptakannyalah ilmu tanda yang iasebut semiotik. Semiotika baginya sinonim dengan logika.Secara harafiah ia mengatakan “Kita hanya berpikir dalamtanda”. Di samping itu ia juga melihat tanda sebagaiunsur dalam komunikasi. Semakin lama ia semakin yakin bahwa segala sesuatuadalah tanda artinya setidaknya sesuai cara eksistensidari apa yang mungkin (van Zoest, 1993:10). Dalamanalisis semiotiknya Peirce membagi tanda berdasarkansifat ground menjadi tiga kelompok yakni qualisigns,sinsigns dan legisigns. Qualisigns adalah tanda-tandayang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat. Contoh,sifat merah merupakan qualisgins karena merupakan tandapada bidang yang mungkin. Sinsigns adalah tanda yangmerupakan tanda atas dasar tampiln ya dalam kenyataan.Semua pernyataan individual yang tidak dilembagakanmerupakan sinsigns. Sebuah jeritan bisa berartikesakitan, keheranan atau kegembiraan. Legisigns adalahtanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatuperaturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah

Page 10: Materi Semiotika

kode. Tanda lalu lintas adalah sebuah legisigns. Begitujuga dengan mengangguk, mengerutkan alis, berjabat tangandan sebagainya.Untuk tanda dan denotatumnya Peirce memfokuskan diri padatiga aspek tanda yaitu ikonik,indeksikal dan simbol.Ikonik adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagaipenanda yang serupa dengan bentuk obyeknya (terlihat padagambar atau lukisan). Indeks adalah sesuatu yangmelaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkanpetandanya, sedangkan symbol adalah penanda yangmelaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidahsecara kovensi telah lazim digunakan dalam masyarakat.Tabel berikut menunjukkan hubungan ketiganya.Model tanda yang dikemukakan Peirce adalah trikotomisatau triadik, d an tidak memiliki ciriciri strukturalsama sekali (Hoed, 2002:21). Prinsip dasarnya adalahbahwa tanda bersifat reprsentatif yaitu tanda adalahsesuatu yang mewakili sesuatu yang lain ( something thatrepresent ssomething else). Proses pemakna-an tanda padaPeirce mengikuti hubungan antara tiga titik yaiturepresentamen (R) – Object (O) – Interpretant (I). Radalah bagian tanda yang dapat dipersepsisecara fisikatau mental, yang merujuk pada sesuatu yang diwakiliolehnya (O). Ke -mudian Iadalah bagian dari proses yangmenafsirkan hubungan antara R dan O.Oleh karena itu bagi Pierce, tanda tidak hanyarepresentatif, tetapi juga inter -pretattif. Teori Peircetentang tanda mem-perlihatkan pemaknaan tanda seagaisuatu proses kognitif dan bukan sebuah struktur. Prosesseperti itu disebut semiosis. Seperti terlihat pada tabeldi atas bahwa Peirce membedakan tanda menjadi tiga yaituindeks, ikon dan simbol.Bagaimanakah hubungan ikon, indeks dan simbol? Sepertiyang dicontohkan Hoed (2002:25), apabila dalam perjalananpulang dari luar kota seseorang melihat asap mengepul dikejauhan, maka ia melihat R. Apa yang dilihatnya itumembuatnya merujuk pada sumber asap itu yaitu cerobongpabrik (O). Setelah itu ia menafsirkan bahwa ia sudah mendekatisebua h pabrik ban mobil. Tanda seperti itu disebutindeks, yakni hubungan antara R dan O bersifat langsungdan terkadang kausal. Dalam pada itu apabila seseorang

Page 11: Materi Semiotika

melihat potret sebuah mobil, maka ia melihat sebuah Ryang membuatnya merujuk pada suatu O yakni mobil yangbersangkutan. Proses selanjut -nya adalah menafsirkan,misalnya sebagai mobil sedan berwarna hijau miliknya (I).Tanda seperti itu disebut ikon yakni hubungan antara Rdan O menunjukkan identitas.Akhirnya apabila di tepi pantai se -seorang melihatbendera merah (R), maka dalam kognisinya ia merujuk pada‘larangan untuk berenang’ (O). Selanjutnya ia menafsirkanbahwa ‘adalah berbahaya untuk berenang disitu’ (I). Tandaseperti itu disebut lambang yakni hubungan antara R dan Obersifat konvensional.Peirce juga mengemukakan bahwa pemaknaan suatu tandabertahap -tahap. Ada tahap kepertamaan (firstness) yaknisaat tanda dikenali pada tahap awal secara prinsip saja.Firstness adalah keberadaan seperti apa adanya tanpamenunjuk ke sesuatu yang lain , keberadaan darikemungkinan yang potensial. Kemudian tahap ‘kekeduaan’( secondness) saat tanda dimaknai secara individual, dankemudian ‘keketigaan’ ( thirdness) saat tanda dimaknaisecara tetap sebagai kovensi. Konsep tiga tahap inipenting untuk memahami bahwa dalam suatu kebudayaan kadarpemahaman tanda tidak sama pada semua anggota kebudayaantersebut. Salah seorang sarjana yang secara konservatifmenjabarkan teori De de Saussure ialah Roland Barthes(1915 – 1980). Ia menerapkan model De de Saussure dalampenelitiannya tentang karya – karya sastra dan gejala-gejala kebudayaan, seperti mode pakaian. Bagi Bartheskomponen – komponen tanda penanda – petanda terdapat jugapada tanda -tanda bukan bahasa antara lain terdapat padabentuk mite yakni keseluruhan si stem citra dankepercayaan yang dibentuk masyarakat untuk memp-ertahankan dan menonjolkan identitasnya (deSaussure,1988).Selanjutnya Barthes (1957 dalam de Saussure) menggunakanteori signifiant - signifie yang dikembangkan menjaditeori tentang metabaha sa dan konotasi. Istilahsignifiant menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi(C). Namun Barthes mengatakan bahwa antara E dan C harusada relasi (R) ter-tentu, sehingga membentuk tanda( sign, Sn). Konsep relasi ini membuat teori tentangtanda lebih mungkin berkembang karena relasi ditetapkan

Page 12: Materi Semiotika

oleh pemakai tanda. Menurut Barthes, ekspresi dapatberkembang dan membentuk tanda baru, sehingga ada lebihdari satu dengan isi yang sama. Pengem-bangan ini disebutsebagai gejala meta -bahasa dan membentuk apa yangdisebut kesinoniman (synonymy).Setiap tanda selalu memperoleh pe -maknaan awal yangdikenal dengan dengan istilah denotasi dan oleh Barthesdisebut sistem primer. Kemudian pengembangan -nya disebutsistem sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi disebut metabahasa. Sistem sekunder ke arah isi disebutkonotasi yaitu pengembangan isi sebuah ekspresi. Konsepkonotasi ini tentunya didasari tidak hanya oleh pahamkognisi, melainkan juga oleh paham pragmatik yaknipemakai tanda dan situasi pemahamannya. Dalam kaitan dengan pemakai tanda, kita juga dapatmemasukkan perasaan sebagai (aspek emotif) sebagai salahsatu faktor yang membentuk konotasi. Model Barthesdemikian juga model De de Saussure tidak hanya diterapkanpada analisis bahasa sebagai salah satu aspek kebudayaan,tetapi juga dapat digunakan untuk menganalisis unsur -unsur kebu-dayaan.Semiotik yang dikembangkan Barthes juga disebut dengansemiotika konotatif. Terapannya juga pada karya sastratidak sekadar membatasi diri pada analisis secara semiosis, tetapi juga menerapkan pendekatan konotatif padaberbagai gejala kemasyarakatan. Di dalam karya sastra iamencari arti ’kedua’ yang tersembunyi dari gejalastruktur tertentu (van Zoest, 1993:4).Aliran semiotik yang dipelopori oleh Julia Kristeva disebut semiotika eksplanatif. Ciri aliran ini adalah adanyasasaran akhir untuk mengambil alih kedudukan filsafat.Karena begitu terarahnya pada sasaran, semiotik initerkadang disebut ilmu total baru ( de nieuwetotaalwetwnschap). Dalam semiotik ini pengertian tandakehilangan tempat sentralnya. Tempat itu diduduki olehpengertian produksi arti.Penelitian yang menilai tanda terlalu statis, terlalunonhistoris, dan terlalu reduksionalis, diganti olehpenelitian yang disebut praktek arti ( betekenispraktijk). Para ahli semiotika jenis ini tanpa merasakeliru dalam bidang metodologi, mencampurkan analisismereka dengan pengertian-pengertian dari dua aliran

Page 13: Materi Semiotika

hermeutika yang sukses zaman itu, yakni psikoanalisis danmarxisme (van Zoest, 1993:5).Tokoh semiotik Rusia J.U.M. Lotman mengungkapkan bahwa …culture is constructed as ahierarchy of semantic systems(Lotman, 1971:61). Pernyataan itu tidaklah berlebihankarena hirarki sistem semiotik atau sistem tanda meliputiunsur (1) sosial budaya, baik dalam konteks sosial maupunsituasional, (2) manusia sebagai subyek yang berkreasi,(3) lambang sebagai dunia simbolik yang menyertai prosesdan mewujudkan kebudayaan, (4) dunia pragmatik ataupemakaian, (5) wilayah makna. Orientasi kebudayaanmanusia sebagai anggota suatu masyarakat bahasa salahsatunya tercermin dalam sistem kebahasaan maupun sistemkode yang digunakannya.Adanya kesadaran bersama terhadap sistem kebahasaan,sistem kode dan pemakaiannya, lebih lanjut juga menjadidasar dalam komunikasi antar -anggota masyarakat bahasaitu sendiri. Dalam kegiatan komunikasinya, misalnyaantara penutur dan pendengar, sadar atau tidak, pastilahdilakukan identifikasi. Identifikasi tersebut dalam halini tidak terbatas pada tanda kebahasaan, tetapi jugaterhadap tanda berupa b unyi prosodi, kinesik, maupunkonteks komunikasi itu sendiri. Dengan adanyaidentifikasi tersebut komunikasi itu pun menjadi sesuatuyang bermakna baik bagi penutur maupun bagi penanggapnya.2.1.4        Macam – macam SemiotikSampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilanmacam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalamSobur, 2004). Jenis -jenis semiotik ini antara lainsemiotik analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic,kultural, naratif, natural, normatif, sosial, struktural.Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisissistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotikberobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyekdan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkanmakna adalah beban yang terdapat dalam lambang yangmengacu pada obyek tertentu.Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikansistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun adatanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikansekarang. Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotikyang khusus memper hatikan sistem tanda yang dihasilkan

Page 14: Materi Semiotika

oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yangkhusus menelaah sistem tanda yang ada dalam kebudayaanmasyarakat. Semiotik naratif adalah semiotik yangmembahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitosdan c erita lisan (folklore). Semiotik natural atausemiotik yang khusus menelaah sistem tanda yangdihasilkan oleh alam. Semiotik normatif merupakansemiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuatoleh manusia yang berwujud norma-norma. Semiotik sosialmerupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yangdihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baiklambang kata maupun lambing rangkaian kata berupakalimat. Semiotik struktural adalah semiotik yang khususmenelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melaluistruktur bahasa.2.1.5        Bahasa sebagai Sistem SemiotikBahasa dalam pemakaiannya bersifat bidimensional. Disebutdengan demikian, karena keberadaan makna selain ditentu-kan oleh kehadiran dan hubungan antar -lambang kebahasaanitu sendiri, juga ditentukan oleh pemeran serta kontekssosial dan situasional yang melatarinya. Dihubungkandengan fungsi yang dimiliki, bahasa memiliki fungsieksternal juga fungsi internal. Oleh sebab itu selaindapat digunakan untuk menyampaikan informasi danmenciptakan komunikasi, juga untuk mengolah informasi dandialog antar -diri sendiri.Kajian bahasa sebagai suatu kode dalam pemakaian berfokuspada (1) karakteristik hubungan antara bentuk, lambangatau kata satu dengan yang lainnya, (2) hubungan antar –bentuk kebahasaan dengan dunia luar yang di -acunya, (3)hubungan antara kode dengan pemakainya. Studi tentangsistem tanda sehubungan dengan ketiga butir tersebut baikberupa tanda kebahasaan maupun bentuk tanda lain yangdigunakan manusia dalam komunikasi masuk dalam ruanglingkup semiotik (Aminuddin, 1988:37).Sejalan dengan adanya tiga pusat kajian kebahasaan dalampemakaian, maka bahasa dalam sistem semiotik dibedakandalam tiga komponen sistem. Tiga komponen tersebutadalah: (1) sintaktik, yakni komponen yang be rkaitandengan lambang atau sign serta bentuk hubungan-nya, (2)semantik, yakni unsur yang ber -kaitan dengan masalahhubungan antara lambang dengan dunia luar yang diacunya,

Page 15: Materi Semiotika

(3) pragmatik, yakni unsur ataupun bidang kajian yangberkaitan dengan hubungan antara pemakai dengan lambangdalam pemakaian.Ditinjau dari sudut pemakaian, telah diketahui bahwa alatkomunikasi manusia dapat dibedakan antara media berupabahasa atau media verbal dengan media non -bahasa ataunonverbal. Sementara media kebahasaan itu, ditinjau darialat pemunculannya atau chanel dibedakan pula antaramedia lisan dengan media tulis. Dalam media lisanmisalnya, wujud kalimat perintah dan kalimat tanya denganmudah dapat dibedakan lewat pemakaian bunyisuprasegmental atau pemunculan kinesik, yakni gerakbagian tubuh yang menuansakan makna tertentu. Kaidahpenataan kalimat selalu dilatari tendesi semantistertentu. Dengan kata lain sistem kaidah penataan lambangsecara gramatis selalu berkaitan dengan dengan stratamakna dalam suatu bahasa. Pada sisi lain makna sebagailabel yang mengacu realitas tertentu juga memiliki sistemhubungannya sendiri (Aminuddin, 1988:38).Unsur pragmatik yakni hubungan antara tanda denganpemakai ( user atau interpreter),menjadi bagian dari sistem semiotik sehi ngga jugamenjadi salah satu cabang kajiannya karenakeberadaantanda tidak dapat dilepaskan dari pemakainya. Bahkanlebih luas lagi keberadaan suatu tanda dapat dipahamihanya dengan mengembalikan tanda itu ke dalam masyarakatpemakainya, ke dalam konteks sosial budaya yang dimiliki.Hal itu sesuai dengan pernyataan bahwa bahasa adalahcermin kepribadian dan budaya bangsa. Sehubungan denganitu Abram’s (1981: 171) mengungkapkan bahwa the focus ofsemiotic interest is on the underlying system oflanguage, not on the parole.3.1  KESIMPULANHari-hari ini bahasa dipandang begitu penting oleh kaumstrukturalis dan filsuf lainnya. Mengapa? Karena bahasaadalah alat aktualisasi dan artikulasi diri. Kita mampumemaknai pengalaman kita lewat bahasa. Bahasa adalah alatatau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuksaling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewattulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengantujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawanbicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat

Page 16: Materi Semiotika

menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku,tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkandirinya dengan segala bentuk masyarakat.Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadifungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umumadalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, danalat untuk mengadakan integrasi-interaktif dan adaptasisosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalahuntuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno,dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.Walaupun demikian, kita harus mengakui bahwa ada banyak sisi negative dari bahasa. Dewasa ini, bahasa bukan hanyadifungsikan sebagai media komunikasi tetapi bahasa juga menjadi medan persembunyian diri. Bahasa menjadi ranah memperjuangkan ideologi-ideologi tersembunyi yang sering menindas dan mendatangkan neraka bagi yang lain.

MEMBACA SEMIOTIKA WAKTU DALAM FILM “AU HASARD BALTHAZAR”

Film layaknya sebuah dongeng selalu mengenai sebuah cerita, baik fiksi maupun non fiksi. Dongeng lebih dulu hadir mengawali munculnya film. Dalam dongeng diceritakan bagaimana seorang bercerita dan berbagi pengalaman, imajinasi maupun pengetahuan kepada oranglain, baik dalam jumlah kecil atau banyak. Cerita yang disampaikan berkembang dari waktu ke waktu melalui berbagai medium. Sebut saja Wayang, Tobradourdan masih banyak lagi, kemudian yang paling baru adalah film. Cerita yang disampaikan dalam dongeng pada dasarnya adalah sebuah narasi, baik narasi waktumaupun narasi peristiwa. Film memiliki karakteristik yang kurang lebih seperti itu, karena selalu

Page 17: Materi Semiotika

mengandung kedua narasi tersebut. Ungkapan ini memberikan sebuah ruang interpretasi mengenai tanda-tanda yang muncul dalam kedua narasi tersebut. Tak ayal, film dipastikan mengandung pertanyaan mengenai tanda dan makna. Fenomena ini membuat semiotika sebagai sebuah disiplin ilmu memberikan sebuah penawaran pemaknaan terhadap film.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, semiotika banyak dijadikan sebagai sebuah acuan dalam membaca tanda dalam film. Film “Au Hasard Balthazar” merupakan sebuah film yang ditulis dan disutradarai oleh RobertBrensson pada tahun1966. Film ini menceritakan mengenai kisah keledai yang teraniaya bernama Balthazar. Kisah ini juga merupakan cerminan dari kisah seorang perempuan bernama Marie yang memberi nama pada keledai itu. Keledai sebagai stereotype binatang bodoh dan dungu digambarkan memiliki kemampuan mengingat dan ikatan emosional dengan orang-orang yang peduli kepadanya. Namun dalam artikel ini tidak membahas keseluruhan dari film yangdianggap fenomemal pada masanya itu, namun akan mengambil sebagian kecil sebagai bahan kajian, yaitu mengenai semiotika waktu (semiotic of time) dalam film tersebut.  Melalui sebuah narasi waktu dan peristiwa,film ini memiliki beberapa penanda yang mengandung makna tertentu. Menurut Marcel Danesi (2010), narasi adalah teks yang terdiri dari penanda-penanda yang dicirikan dengan beberapa aspek, yaitu plot, setting dan karakter.

Page 18: Materi Semiotika

Film ini memiliki beberapa plot, dimana didalamnya mengisahkan apa sebenarnya yang dikisahkan dalam narasi tersebut. Plot  yang menceritakan kehidupan keledai dari ketika masih kecil hingga dewasa hingga mati merupakan sebuah durasi. Dalam semiotika waktu durasi adalah gerak maju yang berkelanjutan dari masasekarang yang bergerak ke masa depan, ketika bergerakmaju maka ia akan bertambah (Piliang, 2013). Durasi pada dasarnya tidak dapat dikuantifikasi kecuali dengan waktu. Waktu sendiri pada dasarnya bersifat metaforik karena berdasar buatan manusia, contohnya tanggal dan jam. Sementara itu setting yang digunakan dalam film ini merupakan cerita masa lalu yang terjadi di sebuah daerah pinggiran/ pedesaan di Prancis. Setting juga bisa dikatakan sebagai setting waktu, artinya waktu terjadi dan peristiwa terjadi dalam film ini. Waktu ini dipahami sebagai sebuah artikulasi pada teks, dimana peristiwa itu berlangsung.

Narasi waktu

Cerita ini menyajikan sebuah dongeng  panjang yang dipadatkan oleh durasi, yaitu durasi film selama kurang lebih 01.30 menit. Durasi yang dimampatkan juga ditunjukkan oleh pergantian waktu yang berselangbeberapa menit untuk menggantikan beberapa tahun yangtelah berlalu. Setelah menghabiskan masa kanak-kanak yang membahagiakan Marie dan Jaques berpisah. Pada time code ke 00:05:58 Jacques menyampaikan salam perpisahan kepada Marie dan Balthazar karena

Page 19: Materi Semiotika

keluarganya harus pindah. Sebelum pergi Jacques berkata “see you next year” kemudian melambaikan tangan kepada mereka. Kemudian gambar yang muncul adalah dissolve to seorang laki-laki yang mencambuk Balthazar. Transisi gambar yang digunakan ini menunjukkan sebuah pergantian waktu. Merujuk pada salam perpisahan, maka kata “bertemu tahun depan” telah ditemukan pada masa itu, yaitu dimana ketika Balthazar berada di tangan majikan baru. Artinya tahun depan yang tidak menentu pada pertemuan kembalihadir disaat Balthazar dipelihara secara kejam oleh majikannya.

Transisi gambar  dissolve merupakan sebuah penanda waktu, dengan pergantian gambar seperti ini memberikan makna cerita selanjutnya.  Teknik ini digunakan untuk memberikan makna pergantian waktu yang panjang. Durasi terbatas yang dimiliki oleh film, membuatnya harus dipadatkan. Kepadatan cerita ini diukur dalam durasi, yaitu beberapa tahun digantikan dengan beberapa menit. Transisi ini seringdigunakan untuk menceritakan sebuah waktu yang berlalu atau bisa juga digunakan untuk menceritakan kejadian dilain tempat. Dengan begitu rangkaian cerita menjadi lebih pendek daripada waktu sebenarnya.

Kisah tentang kehidupan yang dialami Balthazar setelah besar digambarkan kurang lebih dalam beberapamenit diawal. Gambaran ini ditunjukkan melalui penanda waktu “Years Go By” pada time code ke 00:06:55.

Page 20: Materi Semiotika

Diceritakan bahwa kehidupan keledai itu mengalami perjalanan kehidupan yang berat, antara lain harus bekerja keras dan dipaksa oleh majikan. Selain itu Balthazar juga sering disiksa agar mau melakukan pekerjaannya. Perpindahan gambar dari kaki Balthazar ke kakinya yang lain saat bekerja menggunakan teknik dissolve menceritakan rangkaian kehidupannya saat itu. Sebuah narasi waktu yang dimunculkan dalam scene ini menggambarkan ringkasan kehidupan saat keledai itu besar, sehingga muncul makna kesedihan. Hal ini berbanding terbalik saat ia masih kecil dan memiliki teman bermain Jaques dan Marie yang baik kepadanya.

Derap langkah dipercepat pada time code ke 00:07:45 merupakan sebuah petanda bahwa Balthazar ingin segeramelepaskan diri dari siksaan yang terus dialami bersama dengan majikannya. Kesedihan yang dirasakan berusaha dia bandingkan dengan keadaan saat masih kecil dahulu sehingga ia tidak mau lagi merasakan siksaan itu lagi. Brensson berusaha menggambarkan kesedihan akan siksaan yang dialami Balthazar dengan diam, namun kemudian pada saatnya nanti ia akan pergi. Kesedihan dalam jangka waktu tertentu itu merupakan sebuah kumpulan dari peristiwa-peristiwa yang sudah lama dirasakannya. Menurut Yasraf A Pilliang durasi narasi adalah hubungan antara durasi dalam peristiwa dan durasi dalam narasi itu sendiri (2013). Durasi yang dialaminya memberikan makna sebuah siksaan panjang sehingga ketika Balthazar melepaskan diri terangkum dalam satu scene. Plot dari kejadian-kejadian menyiksa dan menyedihkan yang

Page 21: Materi Semiotika

dialaminya adalah sebuah durasi narasi. Durasi narasiitu terkumpul dalam satu adegan yaitu saat membawa beban rumput kemudian menjatuhkan majikannya.

Narasi peristiwa

Setelah melepaskan diri dari majikannya, Balthazar teringat akan kejadian menyenangkan saat masih kecil di suatu tempat sehingga ia berlari menuju rumah yangmembesarkannya di waktu kecil. Peristiwa masa kecil yang dialaminya merupakan sebuah cerita yang berusahaditemukan kembali dengan mencari tempat tersebut, dimana semua kenangan indah dilalui disana. Penanda ini memberikan makna bahwa peristiwa yang dialami Balthazar selama ini diluar sana adalah menyedihkan, kembali ke tempat asal merupakan sebuah keinginan yang lama untuk bisa terwujud. Kemudian saat ia melewaati bangku dimana Jaques menuliskan janjinya, memberikan makna akhirnya kembali lagi. Rumah yang memberikan kenangan pada masa kecil hingga kembalinyake tempat itu merupakan sebuah peristiwa panjang dalam durasi hidupnya. Peristiwa yang terjadi dalam durasi masa kecil hingga dewasa dikembalikan lagi pada saat bertemu dengan Marie. Perubahan sebagai penanda waktu yang telah lama berganti muncul dalam scene ini, dimana akhirnya Balthazar kembali bertemu dengan Marie.

Perubahan memberikan penanda waktu. Peritiwa yang terjadi pada masa anak-anak hingga ke dewasa merupakan titik dimana durasi perubahan terjadi.

Page 22: Materi Semiotika

Ketika Marie bertemu Balthazar saat sudah besar merupakan tanda dari waktu. Waktu telah begitu lama berlalu hingga akhirnya berubah, Marie telah dewasa begitu juga Balthazard. Perubahan yang ditandai dengan perubahan gambar menunjukkan perubahan waktu (image of time). Perubahan gambar merupakan sebuah pergerakan waktu, dengan berubahnya Marie dewasa menunjukkan perubahan. Penanda ini memberikan makna waktu berlalu begitu cepat, hingga akhirnya sekarang sudah berbeda lagi.

Berbagai peristiwa telah dilalui oleh mereka bersama dengan waktu, tempat dan cerita masing masing. Begitujuga dengan Jaques yang kembali karena perjanjiannya dengan Marie yang dituliskan di bangku dekat rumahnya. Jaques mengajak Marie untuk menikah, namun ditolak karena Marie merasa perasaanya sudah tidak sama lagi seperti ketika masih kecil. Kehidupan Marieberbeda dengan yang diharapkan waktu kecil, karena merasa dirinya tidak baik untuk Jaques. Meskipun Jaques bersikukuh untuk tetap menikahi Marie dengan kondisinya sekarang ini, namun tetap ditolaknya karena apa yang terjadi dan janji masa lalu berbeda dengan saat itu. Duduk berdua di bangku yang sama pada saat kecil dan saat dewasa merupakan sebuah narasi peristiwa yang panjang. Masa lalu dengan durasi panjangnya memberikan makna perubahan, selain perubahan fisik perubahan segalanya berdampak juga pada perubahan perasaan. Perubahan yang terjadi terusmenerus tersebut oleh Henri Bergson disebut sebagai duree (dalam Yasraf A. Pilliang, 2013). Duree adalah

Page 23: Materi Semiotika

perubahan terus menerus yang heterogen atau becoming. Duree tidak dapat diubah karena selalu menuju kepada masa depan. Secara terus menerus duree menciptakan kebaruan dan secara intrinsik sangat sulit untuk diprediksi karena merupakan sumber yang tidak pernah habis dari kebebasan.

Ketika Jaques mencari Marie di rumahnya, ibunya menjawab “Marie pergi dan tak akan pernah kembali”. Durasi akan muncul kembali menjadi pemisah, sehingga akan muncul narasi baru dari durasi baru. Misalkan saja mereka bertemu kembali , maka akan muncul durasibaru dan narasi baru. Namun ucapan itu merupakan penanda bahwa narasi telah usai bersamaan dengan kepergian Marie. Begitu juga dengan yang dialami olehBalthazar, ia mengakhiri narasi dari durasi panjang kisah hidupnya. Kisah hidup yang berdekatan dengan Marie. Peristiwa kematian adalah akhir dari cerita, hal ini menandakan penanda waktu pada kehidupan Balthazar telah usai, maka ia tidak akan memiliki narasi peristiwa dan waktu lagi. Balthazar yang mati di sebuah perbukitan dan dikelilingi domba-domba ingin menggambarkan bahwa dunia tidak lagi bersamanya, sekumpulan domba telah pergi meninggalkannya dengan kisah hidupnya. 

Anggar Erdhina Adi, Anggota Forum Studi Kebudayaan

Daftar Pustaka

Page 24: Materi Semiotika

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta; JalasutraBarthes, Roland. 2012. Elemen-elemen Semiologi. Yogyakarta; JalasutraPilliang, Yasraf A. 2013. Materi Kuliah Semiotika. Bandung; Magister Desain ITB