BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena
adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana
individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang
lain, masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang
penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai
faktor penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial (Stuart
& Sundeen, 2006). Salah satu bentuk dari gangguan jiwa adalah
halusinasi yaitu gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi. Individu merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat &
Akemat,2009. Hal 109). Terapi aktifitas kelompok merupakan suatu
psikoterapi yang dilakukan bersama-sama dengan jalan berdiskusi
satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapi
atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Yosep, 2009. Hlm.
356). Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek
keperawatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok
merupakan hal yang penting dari keterampilan terapeutik dalam
keperawatan (Purwaningsih, 2009. Hlm. 32). Setelah dilakukan terapi
aktivitas kelompok, penderita mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya dalam bentuk : klien dapat mempersepsikan stimulus yang
dipaparkan kepadanya dengan tepat, penderita juga dapat
menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami (
Kaliat & Akemat, 2004. Hlm.16).
Berdasarkan data WHO tahun 2001 (dalam Yosep, 2009. Hal.18)
memperkirakan ada sekitar 250 juta jiwa orang di dunia mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil riset kesehatan
dasar(Riskesdas) yang dilakukan Kementrian Kesehatan pada tahun
2007, prevalensi masalah mental emosional yakni depresi dan
ansietas sebanyak 11,60% dari jumlah penduduk Indonesia sekitar
24.708.000 jiwa. Kemudian prevalensi gangguan jiwa berat yakni
psikosis sekitar 0,46%. Sedangkan berdasarkan data profil kesehatan
Indonesia ( 2008 ), menunjukkan bahwa dari 1000 penduduk terdapat
185 penduduk mengalami gangguan jiwa. Hasil survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2007 diketahui bahwa prevalensi gangguan jiwa
per 1000 anggota rumah tangga terdapat 140/1000 penduduk usia 15
tahun keatas, dan diperkirakan sejak awal tahun 2009 jumlah
penduduk yang mengalami gangguan jiwa sebesar 25% dari populasi
penduduk Indonesia.
Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur menyatakan,
pada tahun 2010, penduduk jawa timur yang mengalami gangguan jiwa
sebanyak 0,9 persen. Artinya, jumlah penduduk Jawa timur saat ini
sebanyak 37 juta jiwa, maka 0,9 persennya sebesar 333.000 orang
mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tahun 2010, yang
dilakukan Kementrian Kesehatan Nasional, mengatakan bahwa Kabupaten
Malang yang mengalami gangguan jiwa mencapai 23% atau sekitar 585
ribu orang dari total penduduk sebanyak 2,4 juta orang. Berdasarkan
data yang diperoleh di Ruangan Kakaktua dan Sedap Malam RSJ
Dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang, pada tahun 2012 ( Bulan
Januari-November) jumlah pasien yang mengalami gangguan halusinasi
sebanyak 395 orang.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang
pasien dengan halusinasi , diperoleh data sebagai berikut: sebanyak
5 orang (50%) dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, 2
orang (20%) yang dapat mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain, sedangkan 3 orang (30%) tidak
mampu untuk mengontrol halusinasi.
Halusinasi biasanya berkembang melalui empat fase yaitu, pada
fase pertama atau fase comforting klien mengalami stress, cemas,
perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan
tidak dapat diselesaikan. Pada fase kedua atau fase condemming (
ansietas berat ) pasien memiliki karateristik halusinasi yang
menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan
berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang
tidak jelas. Sedangkan pada fase ketiga atau fase controlling yaitu
pengalaman sensori menjadi berkuasa. Mulai adanya bisikkan, suara,
isi halusinasi semakin menonjol, mengusai dan mulai mengontrol
klien. Pada fasse keempat atau fase conquering atau panic yaitu
dimana klien lebur dalam halusinasinya. Halusinasi yang dirasakan
berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien
menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan, (Farida
& Yudi, 2010, Hal.106).
Penatalaksaan gangguan jiwa meliputi pengobatan medis dan non
medis. Pengobatan yang dilakukan secara medis yaitu dengan
obat-obatan psikotropik, elektrokonvulsi (ETC), sedangkan secara
non medis meliputi terapi lingkungan sosial , psikolog, proses
asuhan keperawatan yang berkesinambungan,serta terapi modalitas :
Terapi Aktivitas Kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok sendiri
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang
saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium
tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki
perilaku lama yang maladaptive ((Keliat dan Akemat, 2004, hal.1).
Sedangkan penatalaksanaan khusus pada pasien dengan Halusinasi
adalah Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi yaitu upaya
untuk memfasilitasi kemampuan klien dalam mengenal dan mengontrol
halusinasinya (Keliat dan Akemat, 2004, hal.81).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengambil kasus
Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Masalah Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dengan Diagnosis
Medis Skizofrenia Hebefrenik di ruang Puri Mitra Permata Harapan
RSJ Menur Surabaya
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan dan fenomena di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana asuhan
keperawatan jiwa pada Ny. C dengan diagnosa keperawatan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum :
Untuk memberikan gambaran nyata tentanf pemberian asuhan
keperawtan jiwa pada pasien dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran
1.3.2 Tujuan khusus :
1. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan jiwa pada kliem
Ny. C dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
2. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan jiwa pada pada klien Ny.
C dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
3. Menyusun perencanaan keperawatan jiwa pada klien Ny. C dengan
masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
4. Melakukan implementasi pada klien Ny. C dengan masalah
gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
5. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien Ny. C dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Responden
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan klien sebagai
proses untuk mempercepat penyembuhan pada masalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran
1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan atau kebijaksanaan untuk
mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kejiwaan khususnya
dalam memberikan tindakan pada klien dengan masalah gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran
1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai informasi
tambahan khususnya tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
1.4.4 Bagi Peneliti
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan peneliti lain dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan masalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran
BAB II
LANDASAN TEORI
I. Kasus (Masalah Utama)
Halusinasi
II. Konsep Dasar Halusinasi
A. Definisi
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau
bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun
histerik (Maramis, 2004).
B. Klasifikasi
a. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau
bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan dan
menakutkan.
b. Halusinasi pendengaran
Mendengarkan suara atau kebisingan suara yang jelas ataupun yang
kurang jelas, dimana terkadang suara tersebut memerintahklien untuk
melakukan sesuatu.
c. Halusinasi penghidu
Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses,
parfum, atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca
serangan stroke, kejang atau demensia.
d. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine feses atau yang
lainnya.
e. Halusinasi perabaan
Merasa mengalami nyeri, rasa tersertrum atau ketidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas.
f. Halusinasi conesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
g. Halusinasi kinestetika
Merasakan pergerakan sementara berdiritanpa bergerak.
C. Rentang respon
Respon adatif Respon maladaptif
Pikiran logisDistorsi pikiranWaham
Persepsi akuratIlusiHalusinasi
Emosi konsistenMenarik diriSulit berespon
Perilaku sesuaiReaksi emosi berlebihan / diamPerilaku
disorganisasi
Hubungan sosialPerilaku yang tidak biasaIsolasi sosial
D. Penyebab
1) Faktor Predisposisi
Kaji faktor predisposisi yang pada munculnya biologi seperti
pada halusinasi antara lain :
a. Faktor genetis
b. Faktor neurobiologi
c. Faktor neurotransiniter
d. Teori virus
e. Psikologi
2) Faktor Presipitasi
Kaji gejala-gejala pencetus neurobiologis meliputi :
a. Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, kelelahan, infeksi,
obat ssp, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
b. Lingkungan : lingkungan yang memasuki, masalah di rumah
tangga, sosial, tekanan kerja, kurangnya dukungan sosial,
kehilangan kebebasan hidup.
c. Sikap/ prilaku merasa tidak mampu (harga diri rendah), putus
asa merasa gagal, kehilangan rendah diri, merasa malang, perilaku
agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan
E. Tanda dan gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering
didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah
atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti
sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasiyang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau
dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis bersdasarkan
halusinasi :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1. Menyeringai/tertawa tidak sesuai
2. Menggerakkan bibir tanpa bicara
3. Gerakan mata cepat
4. Bicara lambat
5. Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1. Cemas
2. Konsentrasi menurun
3. Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1. Cenderung mengikuti halusinasi
2. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3. Perhatian atau konsentrasi menurut dan cepat berubah
4. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1. Pasien mengikuti halusinasi
2. Tidak mampu mengendalikan diri
3. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
4. Beresiko mencederai diri, orangn lain, dan lingkungan
F. Akibat
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Menurut
Townsend, M.C suatu keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri
sendiri maupun orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan
terhadap diri sendiri dan orang lain dapat menunjukan perilaku:
Data subyektif:
a. Mengungkapkan, mendengar atau melihat obyek yang
mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut cemas dan khawatir
Data obyektif
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
III. Proses Terjadinya Masalah
1. Fase pertama (fase comforting)
a. Bisa disebut fase comforting atau fase menyenangkan
b. Termasuk golongan nonpsikotik
c. Karakteristik fase ini, seperti :
1) Mengalami stres
2) Cemas
3) Perasaan perpisahan
4) Rasa bersalah
5) Kesepian memuncak dan tidak dapat diselesaikan
6) Melamun
7) Mulai memikirkan hal yang menyenangkan.
d. Perilaku fase ini, seperti :
1) Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
2) Menggerakan bibir tanpa suara
3) Pergerakan mata cepat
4) Respon verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya
5) Suka menyendiri
2. Fase kedua (fase codemming)
a. Bisa disebut fase codemming atau ansietas berat halusinasi
menjadi menjijikan
b. Termasuk golongan psikotik ringan
c. Karakteristik fase ini, seperti :
1) Pengalaman sensori yang menjijikan dan menakutkan
2) Kecemasan meningkat
3) Melamun dan berfikir sendiri jadi dominan
4) Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas
5) Klien tidak ingin orang lain tau dan dapat mengontrol
d. Perilaku fase ini, seperti :
1) Meningkatnya tanda-tanda system saraf otonom
2) Seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah
3) Klien asyik dengan halusinasi dan tidak dapat membedakan
realitas
3. Fase ketiga (fase controling)
a. Bisa disebut fase controling atau ansietas berat : pengalaman
sensorik berkuasa
b. Termasuk golongan psikotik
c. Karakteristik fase ini, seperti :
1) Halusinasi semakin menonjol
2) Halusinasi dapat menguasai klien sehingga menjadi terbiasa
dan tidak berdaya melawannya
d. Perilaku fase ini, seperti :
1) Kemauan untuk dikendalikan halusinasinya
2) Perhatian hanya beberapa menit atau detik
3) Tanda fisik pasien berkeringat
4) Tremor
5) Tidak mampu mematuhi perintah
4. Fase keempat (fase conquering)
a. Bisa disebut fase conquering atau panic
b. Termasuk golongan psikotik
c. Karakteristik fase ini, seperti :
1) Halusinasi berupa menjadi mengancam
2) Halusinasi memerintah dan memarahi klien, membuat klien
menjadi takut
3) Tidak berdaya hilang control
4) Tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di
lingkungan
d. Perilaku fase ini, seperti :
1) Panik akibat terror
2) Potensi bunuh diri
3) Perilaku kekerasan
4) Agitasi
5) Menarik diri
IV. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan /
pendengaran
Isolasi sosial : Menarik diri
Gangguan konsep diri (Harga Diri Rendah)
V. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
VI. Rencana Keperawatan
No
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.
2.
3.
4.
5.
Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Pasien dapat mengenal halusinasinya.
Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
Pasien dapat mengontrol halusinasinya
Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan K.H :
a. Membalas sapaan perawat
b. Ekspresi wajah bersahabat.
c. Mau berjabat tangan
d. Mau menyebut nama
Pasien dapat mengenal halusinasinya dengan K.H :
a. Pasien dapat menimbulkan waktu timbul halusinasinya.
b. Pasien dapat mengidentifikasi, kapan frekuensi situasi saat
terjadi halusinasi.
c. Pasien dapat mengungkapkan parasaannya saat muncul
halusinasi.
Pasien dapat mengidentifikasi tindakan yang dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya.
Pasien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya dengan cara
melakukan kegiatan.
Pasien dapat menggunakan obat dengan benar untuk mengendalikan
halusinasinya
Sp1 :
1. Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapiotik.
a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama yang disukai pasien
d. Jelaskan maksud dan tujuan interaksi pada pasien.
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya
Dengarkan ungkapan pasien dengan empati
a. Tanyakan apa yang dilihat dari halusinasinya.
b. Tanyakan kapan halusinasinya datang.
c. Tanyakan apa isi halusinasinya.
d. Bantu pasien mengenal halusinya.
Sp2 :
1. Identifikasi bersama pasien, tindakan yang bisa dilakukan
bila terjadi halusinasi.
2. Diskusi manfaat dan cara yang digunakan pasien, jika
bermanfaat berikan pujian.
3. Bantu pasien cara memutuskan halusinasi secara bertahap.
4. Melatih pasien mengendalikan halusinasinya dengan
bercakap-cakap kepada pasien lainnya.
Sp3 :
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasinya dengan cara
melakukan kegiatan.
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal harian.
4. Anjurkan pasien untuk mengikuti TAK.
Sp4 :
1. Identifikasi kemmapuan atau pengetahuan klien mengenai obat -
obatan klien tentang obat yang di minum.
2. Anjurkan pasien bicara dengan dokter cara menfaat dan efek
samping obat yang dirasakan.
3. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa konsultasi.
4. Bantu pasien menggunakan obat dengan benar, dengan prinsip 5
benar obat.
5. Evaluasi kembali kemampuan kliuen dalam obat - obatan, cara ,
manfaat dan akibat yang timbul.
Hubungan saling percaya merupakan langkah awal menentukan
keberhasilan rencana selanjutnya.
Mengetahui apakah halusinasi datang dan menentukan tindakan yang
tepat atas halusinasinya.
Membantu pasien menentukan cara mengetahui halusinasinya periode
berlangsung halusinasinya periode berlangsung halusinasi.
Membantu pasien menentukan cara mengetahui halusinasinya periode
berlangsung halusinasinya periode berlangsung halusinasi.
1. Memberi support pada pasien.
2. Menambah pengetahuan pasien untuk melakukan tindakan
pencegahan halusinasi.
Partisipasi pasien dalam kegiatan tersebut membantu pasien
beraktifitas sehingga halusinasinya tidak muncul.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny.C dengan Masalah Utama Gangguan
Persepsi : Halusinasi Pendengaran dengan
Diagnosa Medis Skizofrenia Hebefrenik di Ruang Puri Mitra RSJ.
Menur Surabaya.
I. PENGKAJIAN
Ruangan rawat: Ruang Puri Mitra RSJ. Menur Surabaya
Tanggal rawat: 8 Januari 2015
1. Identitas klien
Inisial: Ny C
Jenis kelamin: Perempuan
Umur: 29 tahun
Informan: Pasien dan rekam medis
Tanggal pengkajian:13 Juanuari 2015
No. RM: 02-77-XX
2. Alasan masuk
Alasan masuk : Seminggu terakhir klien dirumah sering bicara dan
cekikian sendiri. Klien mengatakan karena ayahnya capek merawatnya
,maka ayah klien membawanya ke RSJ Menur.
Keluhan utama : klien mengatakan sering mendengar suara-suara
yang membuat klien merasa ketakutan mendengar suara tersebut
3. Faktor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu
Klien pernah mengalami keadaan seperti ini (ngomel dan cekikikan
sendiri) tahun 2005, klien hanya diperiksakan ke poli RSJ Menur.
Sehabis itu klien hanya dikontrolkan ke RSJ Menur, klien kontrol
tidak teratur. Kunjungan terakhir tanggal 1 Desember 2015.
b. Pengobatan sebelumnya
Dalam pengobatan klien kurang berhasil, kontrol klien tidak
teratur. klien meminum obatnya pada saat di rumah sakit dan saat di
rumah pasien jarang meminum obatnya, meminumnya saat ingat
saja.
c. Pengalaman Kekerasan
Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik maupun kekerasan
Masalah keperawatan: ketidakefektifan program pengobatan
d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Sepupu klien atau putra dari kakak ibu klien ada yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping keluarga :
Penurunan
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien tidak memiliki pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
4. Fisik
a. Tanda vital
TD : 110/70 mmHgN : 102 x/menit S : 36,5oC P : 16 x/menit
b. Ukur
TB : 158cmBB : 51kg
c. Keluhan fisik
Pasien tidak pernah mengalami masalah pada bagian fisiknya, dan
pasien tidak pernah mengeluh sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Psikososial
a. Genogram
Klien anak kedua dari empat bersaudara, klien tinggal bersama
ayah dan ibunya serta adik lelakinya. Sepupu klien ada yang
mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping keluarga :
Penurunan
Keterangan:
= Laki-laki = Klien= Ibu ...=Tinggal serumah
= Perempuan = Bapak= Meninggal
b. Konsep diri
1) Gambaran diri: klien seorang wanita, klien mengatakan kalau
dirinya jelek. Bagian tubuh yang paling dia sukai adalah kakinya
karena kecil.
2) Identitas: klien mengatakan bernama CR panggilannya R, klien
berusia 29 tahun dan pendidikan terakhir SMA
3) Peran: klien dirumah sebagai anak dan membantu ibunya
bersih-bersih rumah seperti menyapu dan merapikan tempat tidur.
4) Ideal diri: tidak terkaji karena klien berbicara ngelantur
dan jawaban berubah-ubah.
5) Harga diri: tidak terkaji karena klien berbicara ngelantur
dan jawaban berubah-ubah.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri
c. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti adalah ibunya, karena ibunya
mengajarkan sholat dirumah
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan kelompok di
kampungnya, saat di RSJ klien meninggalkan TAK dan Kegiatan
Rehabilitasi dengan alasan capek.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien susah dalam berhubungan dengan orang lain. Klien hanya mau
berinteraksi dengan orang lain ketika ditanya atau diajak
komunikasi
Masalah Keperawatan : Hambatan interaksi social
d. Spiritual
1) Nilai dari keyakinan : klien mengatakan beragama islam
2) Kegiatan ibadah:Klien tidak pernah sholat ketika di rumah
sakit.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
6. Status mental
a. Penampilan
Klien menggunakan baju rumah sakit dengan rapi, rambut bersih
dan kuku pendek.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Pembicaraan
Nada bicara klien pelan, respon untuk menjawab lama dan
ngelantur/inkoheren
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal
c. Aktivitas motorik
Klien sering berada di tempat tidur dan jarang berinteraksi
dengan pasien lain.
Masalah Keperawatan : Menarik Diri
d. Alam perasaan
Klien mengatakan ketakutan jika suara-suara itu muncul, klien
sering terlihat menutupi telinganya dengan bantal atau
tangannya.
Masalah Keperawatan : Ansietas
e. Afek
Afek klien labil, tiba-tiba klien tersenyum sendiri di sela-sela
pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Hambatan Komunikasi verbal
f. Interaksi selama wawancara
Bila diajak bicara kontak mata kurang dan terkadang klien
tiba-tiba diam saat diajak bicara.
Masalah Keperawatan : Hambatan komunikasi verbal
g. Persepsi Halusinasi
Klien mengatakan mendengarkan suara lelaki yang
memanggil-manggil namanya itu berkata (perkataan kotor) dan palsu,
suara datang tiba-tiba saat dia melamun. klien merasa ketakutan dan
klien mengatakan astaghfirullahaladzim ketika suara itu muncul.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
h. Proses pikir
Flight of ideas. Ketika diajak berbicara, topik pembicaraan
klien berubah-ubah. Ketika ditanya klien menjawab berkali-kali
dengan jawabanya yang berbeda.
Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
i. Isi pikir
Tidak ditemukan gangguan isi pikir
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
j. Tingkat kesadaran
Klien berbicara ngelantur dan pembicaraan sering
berubah-ubah.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir.
k. Memori
Klien tidak dapat menceritakan masa lalunya dengaan benar karena
perkataan klien sering berubah-ubah.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi klien mudah beralih, klien sering berpindah-pindah
topik pembicaraan. Klien dapat menulis nama lengkap dan alamat
rumah klien. Klien mampu membaca dan berhitung sederhana.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
m. Kemampuan penilaian
Klien mengatakan terganggu dengan suara-suara yang
didengarnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
n. Daya tilik diri
Pasien mengetahui kalau sekarang dia di rumah sakit jiwa, klien
mengaku disini untuk refresing.
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
7. Kebutuhan pulang
1) Kemampuan pasien memenuhi / menyediakan kebutuhan
Ketika tiba waktu makan, klien harus dijemput dan diarahkan oleh
perawat ke meja makan untuk mengambil makanan
Masalah Keperawatan: Gangguan pemeliharaan kesehatan
2) Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Klien mandi, BAK, BAB dilakukan sendiri. Klien menggosok giginya
setiap kali mandi. Kuku klien terlihat bersih.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Klien mengatakan makan 3X sehari dan mendapatkan makanan ringan
2X sesuai menu rumah sakit. Nafsu makan klien baik. Klien memiliki
alergi udang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
Klien mengatakan tidak sulit untuk tidur, klien tidur siang,
klien tidak tau tidur malam jam berapa, dan klien bangun jam 6
sehabis subuh. Klien terlihat menutup telinganya dengan tangan
setiap kali tidur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3) Kemampuan Klien
Klien tidak bisa mengantisipasi kegiatannya. Klien hanya mampu
melaksanakan sesuai arahan petugas kesehatan pada saat minum obat
klien tidak mampu mem. Klien tidak berinisiatif melakukan
sendiri.
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik
4) Klien memiliki sistem pendukung
Klien memiliki sitem pendukung keluarga , klien dijenguk
keluarga dan dibawakan pakaian ganti serta makanan ringan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5) Apakah klien menikmati saat bekerja yang menghasilkan atau
hobi
Klien mengatakan suka bermain bulu tangkis dengan adik
lelakinya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Mekanisme koping
Adaptif
a. Bicara dengan orang lain: tidak
b. Mampu menyelesaikan masalah: tidak
c. Teknik relokasi: tidak
d. Aktifitas konstruktif: tidak
e. Olahraga: tidak
f. Lainnya: tidak
Maladaptif
a. Minum alkohol: tidak
b. Reaksi lambat / berlebihan: iya
c. Bekerja berlebihan: tidak
d. Menghindar: tidak
e. Menciderai diri: tidak
f. Lainnya: tidak
Masalah Keperawatan: Koping individu tidak efektif
9. Masalah psikososial dan lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok,
Spesifik klien mendapat dukungan dari keluarga, keluarga klien
sekali menjenguk klien..
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan,
Spesifik klien acuh dengan lingkungan sekitarnya, klien lebih
sering menyendiri dan bermalas-malasan di tempat tidur dan kurang
berinteraksi dengan klien lain.
c. Masalah dengan pendidikan,
Spesifik klien lulusan SMA, klien tidak pernah tidak naik
kelas.
d. Masalah dengan pekerjaan,
Spesifik klien tidak bekerja, klien hanya membantu ibunya
bersih-bersih rumah.
e. Masalah dengan perumahan,
Spesifik klien tinggal bersama ayah, ibu dan adik lelaki
klien.
f. Masalah dengan ekonomi,
Spesifik kebutuhan klien ditanggung oleh keluarganya.
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan,
Spesifik klien mampu mengikuti apa yang diarahkan oleh petugas
kesehatan, seperti mandi, senam, makan, minum obat dll.
h. Masalah lainnya, spesifik tidak ada
Masalah Keperawatan : Ketidakmampuan
10. Data lain-lain
Tanggal : 10 Januari 2015 , Hasil Laboratorium
Parameter
Hasil
Unit
Normal Range
CBL :
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
RDW
PDW
MPV
P-LCR
8,0
4,88
12,7
38,7
79,3
26,0
32,8
345
13,1
10,4
8,7
15,5
103/uL
106/uL
g/dl
%
fL
pg
g/dl
103/uL
%
fL
fL
%
4.8 - 10.8
4.2 - 6.1
12 - 18
37 - 52
79 - 99
27 - 31
33 - 37
150 - 450
11.5 - 14.5
9 - 17
9 - 13
13 - 43
DEFERENTAL :
NEUT%
LYMPH
MXD%
NEUT#
LYMPH#
MXD#
LED
59
31
10
4,7
2,5
0,8
42-67
%
%
%
103/uL
103/uL
103/uL
mm/jam
50 - 70
25 - 40
25 - 30
2 - 7.7
0.8 - 4
2 - 7.7
11. Aspek medik
Diagnosis medik: Skizofrenia Hebefrenik
Terapi medik:
a. Clozapine2x25 mg 1-0-1
b. Trihexyphenidyl 2x25mg 1-0-1
c. Triflourophenidine 2x5 mg 1-0-1
12. Daftar Masalah Keperawatan
a. Ketidakefektifan program pengobatan
b. Ketidakefektifan koping keluarga: penurunan
c. Gangguan konsep diri
d. Hambatan komunikasi verbal
e. Hambatan interaksi social : menarik diri
f. Ketidakmampuan
g. Gangguan Proses Pikir
h. Ancietas
i. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
j. Gangguan pemeliharaan kesehatan
k. Ketidakefektifan program terapeutik
l. Koping individu tidak efektif
m. Kurang pengetahuan
13. Daftar diagnosis keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
ANALISA DATA SINTESA
Nama : Ny.C
NIRM: 02-77-XX
Ruangan: Puri Mitra RSJ Menur
Tgl
Data
Etiologi
Masalah
TTD
13-01-2015
DS :
Klien mengatakan mendengar suara lelaki yang memanggil namanya
berkata JK dan palsu.
Suara tersebut datang tiba-tiba ketika dia melamun
Klien merasa terganggu dan ketakutan dengan suara itu.
Klien mengatakan astaghfirullahaladzim saat suara itu
muncul.
DO :
Klien sering tersenyum sendiri disela lamunan ataupun
pembicaraannya.
Klien terlihat sering malas-malasan dikasur dengan menutup
telinganya dengan tangan atau bantal.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri ( Akibat
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan / pendengaran
( CP
Isolasi sosial : Menarik diri ( Etiologi
Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
I
B
P
I
P
B