MODUL V ORGANISASI DAN MANAJEMEN BISNIS DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI Prof.Dr.Sam’un Jaja Raharja, M.Si PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PADJADJARAN MEI, 2013
MODUL V ORGANISASI DAN MANAJEMEN BISNISDESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASIProf.Dr.Sam’un Jaja Raharja, M.Si
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNISFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS PADJADJARANMEI, 2013
MODUL V
DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI
SAM’UN JAJA RAHARJA
----------------------------------------------------------------------------------------PENGANTAR
Modul ini merupakan modul kelima dari
sembilan modul yang berjudul desain dan struktur
organisasi yang terbagi dalam satu kegiatan belajar.
Setelah mempelajari dan menyelesaikan modul ini
secara umum, diharapkan Anda dapat mampu memahami
desain dan struktur organisasi beserta hal hal yang
harus dipertimbangkan dalam desain organisasi
beserta memahami jenis jenis dari struktur
organisasi.
Secara khusus, setelah mempelajari modul ini Anda
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan Desain Organisasi
2. Menjelaskan Diferensiasi
3. Menjelaskan Integrasi
4. Menjelaskan Struktur Organisasi
5. Menjelaskan Struktur Organisasi Organik
6. Menjelaskan Struktur Organisasi Mekanik
7. Menguraikan Jenis jenis Struktur Organisasi
KEGIATAN BELAJAR 1
Desain dan struktur organisasi---------------------------------------------------------------------------------------
A. Desain Organisasi
Desain organisasi adalah suatu model yang dipilih
oleh organisasi untuk melakukan koordinasi dan
pengendalian tugas-tugas dalam organisasi termasuk di
dalamnya bagaimana seluruh anggota organisasi
dimotivasi agar mengeluarkan segenap energi dan
kemampuannya untuk memaksimalkan kemampuan dan
sumberdaya organisasi dalam memproses, menciptakan
menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi organisasi baik
barang maupun jasa.
Jones (2001: 34-58) mengemukakan beberapa
tantangan dalam mendesain organisasi yaitu;
diferensiasi, diferensiasi - integrasi, sentralisasi-
desentralisasi dan standardisasi – penyesuaian bersama
(mutual adjusment)
Tantangan tersebut dimaksudkan bahwa dalam desain
organisasi senantiasa akan ditemui dua situasi yang
dilematis antara dua kutub yang saling berseberangan.
Situasi tersebut mengharuskan pimpinan organisasi atau
perusahaan melakukan pilihan-pilihan desain mana yang
paling efektif, produktif dan juga efisien bagi
organisasinya. Setiap pilihan mempunyai konsekuensi-
konsekuensi sesuai dengan kelebihan dan kekurangan
masing-masing desain.
B. Diferensiasi Diferensiasi menurut Jones adalah “ the process by
which an organization allocates people and resources to organizational
task and establishes the task and authoriity relationship that allow the
organization to achieve its goals. Pada intinya pendapat Jones
tersebut ingin mengemukakn bahwa diferensiasi pada
dasarnya adalah sesuatu proses yang dilakukan oleh
pimpinan organisasi dengan cara membagi-bagi anggota
organisasi berikut sumberdaya yang diperlukan ke dalam
bidang-bidang tugas sesuai kebutuhan organisasi. Pada
saat bersamaan pembagian bidang-bidang tugas tersebut
disertai dengan tugas pokok, fungsi, wewenang dan
tanggung jawab setiap bidang.
Konsep diferensiasi dapat juga disamakan dengan
konsep pembagian kerja (division of works) dan jika
sudah menyangkut sumberdaya manusia bisa diartikan
sebagai spesialisasi organisasi. Tinggi rendahnya
tingkat diferensiasi ditentukan oleh seberapa besar
organisasi. Pada organisasi kecil tingkat diferensiasi
cenderung rendah, karena pembagian kerjanya tidak
terlalu banyak, 1 – 2 bidang tugas saja. Semakin besar
organisasi, maka tingkat diferensiasinya menjadi
semakin tinggi. Hal ini karena semakin besar
organisasi, pembagian bidang tugas menjadi semakin
banyak baik dalam cakupan bidang tugas fungsi maupun
kedalaman bidang (tingkatan atau level strata
organisasi
Bangunan dasar difrerensiasi adalah peran-peran
organisional yang harus dilakukan oleh seseorang dalam
organisasi. Jones (2001:36) mendefinisikan
“organizational role is a set of task-related behaviors required of a person
by his or her position in an organization”
Ada keterkaitan antara peran seseorang, tugas yang
harus dilakukan dengan penggunaan sumberdaya dan
capaian tujuan organisasi. Jones (2001:36) menyatakan
dalam kalimat berikut “A person who is given role with identifiable
tasks and responsibilities can held accountable for the resources used to
accomplish the duties of that position.” Pernyataan Jones ini
ingin menunjukkan bahwa tugas-tugas yang harus diemban
oleh seseorang harus jelas dan rinci, dapat
diidentifikasi batas-batas tugas dan tanggung
jawabanya. Dengan batas-batas yang jelas maka
penggunaan sumberdaya dapat dipertanggungjawabkan
ketika yang bersangkutan menyelesaikan kewajibannya
sesuai dengan posisinya.
Dalam pembagian bidang-bidang tugsa dalam
pengelolaan organisasi sebagaimana dikemukakan di atas
terdapat tugas dan fungsi, wewenang dan tanggung jawab
pada setiap setiap bidang.
Tugas pokokdan fungsi (dalam hal ini fungsi)
menurut Jones (37) adalah “ a function is a subunit composed of
a group of people, working together, who posses similar skills or use the
same kind of knowledge, tool, or technicques to perform their jobs.”
Fungsi dalam pernyataan Jones adalah fungsi unit-unit
atau bidang tugas dalam organisasi. Tentu berbeda
dengan fungsi masinga individual, dimana fungsi
individual adalah peran-peran yang harus dijalankan
dalam organisasi sebagaimana dikemukakan pada paparan
sebelumnya
Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi maka
seseorang harus mendapatkan pelimpahan wewenang dari
pimpinan atau dari organisasi. Pelimpahan pimpinan bisa
dalam perintah langsung yang mungkin tidak tercantum
dalam uraian “organizational role” , tugas yang
sifatnya tidak permanen, tetapi hanya dalam jangka
waktu dan peran tertentu. Kewenangan yang paling tinggi
dan permanen adalah kewenangan yang tercantum dan
melekat pada jabatan atau pekerjaan seseorang
sebagaimana tercantum dalam surat keputusan, dalam
uraian struktur dan tata kerja organisasi.
Kewenangan sendiri didefinisikan sebagai berikut
“authority is power to hold of people accountable for their actions and to
make decisions concerning the use organizational resources” (Jones,
2001: 37) Definisi Jones ini menyiratkan (1) bahwa
kewenangan terletak pada tangan pimpinan, pada
tingkatan manapun posisi pimpinan berada baik di
puncak, menengah, maupun bawah (2) kewenangan
diwujudkan dalam bentuk pengambilan keputusan baik yang
bersifat tertulis, terencana maupun spontanitas (3)
bahwa kewenangan yang dimilikinya membuat tindakan yang
dilakukan oleh pimpinan memiliki akuntabilitas (dasar,
proses dan hasil akhir) harus dapat diterima secara
rasional dan dipertanggungjawabkan dalam penggunaan
orang-orang dan sumberdaya organisasi.
Batas-batas kejelasan kewenangan dan tanggung
jawab yang dituntut dari seorang pimpinan maupun bukan
(hanya)dapat diketahui jika diferensiasi peran-peran
dalam organisasi yang diterjemahkan ke dalam peran
individual dalam organisasi dibuat secara jelas (clearly)
Bagaimana menjamin seseorang menggunakan
kewenangan yang dimiliki untuk mengerjakan perannnya
menurut bidang tugasnya dan fungsi yang ditentukan?
Maka dalam hal ini diperlukan suatu suatu control dari
pemberi wewenang untuk melakukan koordinasi dan
memberikan motivasi kepada para anggota organisasi
untuk bekerja dalam koridor kepentingan dan tujuan
organisasi
a) Diferensiasi berdasarkan fungsi dan divisi
Diferensiasi berdasarkan fungsi dan divisi dikenal
juga dengan istilah diferensiasi horisontal yang dapat
didefinisikan (Jones, 2001 : 40) “ the way an organization
groups organizational tasks into roles and roles into sub units (functions
and divisions)
Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara
diferensiasi fungsi dan divisi. Diferensiasi ini tetapi
mengacu kepada bidang tugas yang sama. Perbedaannya
pada tingkatannya dimana divisi adalah sekumpulan
fungsi-fungsi yang memiliki bidang tugas yang sama
untuk menghasilkan produk atau jasa tertentu Secara
umum ada lima fungsi dalam organisasi (Jones, 2001:38)
yaitu support function, production function, maintenance function,
adaptive function dan managerial function. Namun dalam
penerapannya disesuaikan dengan ukuran organisasi.
Semakin besar organisasi, dan organisasi semakin
kompleks, kelima fungsi ini semakin lengkap. Semakin
kecil organisasi, dimana organisasi tidak terlalu
kompleks, hanya fungsi-fungsi inti saja yang dalam
organisasi
(1) Fungsi pendukung
Fungsi ini menjalankan bidang tugas memfasilitasi
organisasi berkaitan dengan hubungan organisasi
dengan lingkungan luar organisasi. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka fungsi pembelian bahan
baku, fungsi penjualan dan pemasaran serta fungsi
advokasi dan hubungan masyarakat termasuk ke dalam
fungsi
(2) Fungsi produksi
Fungsi produksi berkaitan dengan tugas-tugas
mengelola proses pengolahan agar masukan bahan baku
dengan membuat produk dengan memberikan nilai
tambah yang lebih besar. Termasuk dalam hal ini
operasi produksi, pengendalian produksi dan
pengendalian kualitas.
(3) Fungsi pemeliharaan
Fungsi ini berkaitan dengan pemeliharaan
kepersonaliaan (mulai dari penarikan, pelatihan,
peningkatan kemampuan), fungsi pemeliharaan
peralatan, dan fungsi pemeliharaan janitor dan
lingkungan kantor secara umum
(4) Fungsi adaptasi
Fungsi bagaimana organisasi menyesuaikan diri secara
terus menerus terhadap perubahan dalam
lingkungannya. Termasuk ke dalam hal ini adalah
penelitian dan pengembangan, penelitian pasar,
perencanaan jangka panjang. Kesemuanya dilakukan
dengan cara belajar dari dan berupaya mengelola
lingkungan
(5) Fungsi Manajerial
Aktivitas fungsi ini memfasilitasi pengendalian dan
koordinasi di antara berbagai bagian dalam
organisasi. Termasuk ke dalam fungsi ini adalah
pembagian fungsi pada level pimpinan puncak seperti
menyusun kebijakan dan strategi, pimpinan menengah
mengelola sumber-sumberdaya dengan cara membagi dan
mengalokasi sesuai arahan dari kebijakan dan
strategi yang telah ditetapkan, dan pimpinan tingkat
bawah mengawasi dan melaksanakan secara langsung
kegiatan harian di tempat kerja
b) Diferensiasi berdasarkan hirarki
Diferensiasi berdasarkan hirarki adalah
diferensiasi yang didasarkan atas klasifikasi orang
atas dasar kewenangan dan ranking. Diferensiasi
berdasarkan hirarki disebut juga diferensiasi vertikal.
Jones (2001:39) mendefinisikan “ the way an organization
design its hierarchy of atuhority and creates reporting relationship to link
organizational roles and sub units”
Pada dasarnya diferensiasi berdasarkan hirarki
menetapkan pembagian kewenangan antar tingkatan dalam
organisasi termasuk di dalamnya tingkatan dalam
mengontrol kegiatan organisasi, dan hubungan perintah
dan pelaporan. Penggabungan antara diferensiasi
horisontal dan vertikal menghasilkan sebuah bagan
struktur organisasi yang selama ini dikenal.
Gambar 1 Struktur Organisasi
C. Integrasi
Diferensiasi horisontal yang membagi orang-orang
ke dalam fungsi dan divisi akan menyebabkan setiap
orang fokus pada bidangnya. Hal ini akan mendorong
setiap orang menjadi spesialis dan ahli di bidangnya.
Namun demikian, saking fokus dan spesialnya setiap
orang di bagian masing-masing memunculkan kecenderungan
yang disebut subunit orientation (Jones, 2001:41) “a tendency to view
one’s role in the organization strictly from the persepective of the time
frame, goals and interpersonal orientations of one’s subunit.” Dalam
bahasa sehari-hari sering mendengar istilah ego
sektoral tiada lain adalah orientasi sub unit. Hal ini
akan menghambat komunikasi dan saling belajar antara
satu unit dengan unit lain.
Bagaimana menghindari hal tersebut? Disinilah
fungsi integrasi diperlukan. Integrasi sendiri
diartikan sebagai “the process of coordinating various tasks,
functions and divisions so that they work together and not at cross-
purpose” (Jones, 42) .Fungsi integrasi dapat dilakukan
dengan cara kooperasi, koordinasi dan komunikasi di
antara unit atau bagian yang terpisah
Tabel 1 Contoh Mekanisme Integrasi
Mekanisme
Integrasi
Penjelasan
Hirarki Otoritas Mekanisme yang dibuat denganmenempatkan seorang pegawai dalam leveltertentu dengan membuat laporan khususkepada siapa yang ditentukan
Kontak langsung Pimpinan melakukan pertemuan secaratatap muka untuk mengkoordinasikanaktivitas
Peran pengubung Seorang pimpinan tertentu yang ditunjukdan diberi tanggung jawab untukmengkoordinasikan bersama denganpimpinan bagian ain atas nama keduaunit tersebut
Satuan Tugas Seorang pimpinan yang ditunjuk untukmemimpin suatu komite khususmengkoordinasi lintas kegiatan danfungsi
Tim Pimpinan secara teratur mengadakanpertemuan dengan komite tetap untukmengkoordinasikan kegiatan
Integrasi Peran Membentuk suatu peran baru atau khususuntuk mengkoordinasikan kegiatan duaatau lebih fungsi atau divisi
Integrasi Bagian Pembentukan bagian baru untukmengkoordinasikan kegiatan beberapafungsi atau divisi
Sumber : diadaptasi dari Jones (2001 : 42)
Diferensiasi dan integrasi dalam organisasi
merupakan dua hal yang saling berhadapan, namun
diperlukan karena saling melengkapi. Oleh karena itu
yang perlu diperhatikan oleh pimpinan puncak organisasi
bagaimana menciptakan keseimbangan antara diferensiasi
dan integrasi. Diferensiasi yang berlebihan akan
mengakibatkan aktivitas organisasi sulit untuk
dikendalikan. Integrasi yang berlebihan akan
mengakibatkan keleluasaan tiap bagian organisasi
menjadi terhambat, karena setiap keputusan (yang harus
diambil cepat sekalipun), harus selalu dilaporkan atau
dikoordinasikan lebih dahulu, yang berarti menjadi
lambat
Jones (2001: 46) mengemukakan ada dua hal yang
harus diperhatikan ketika akan mendesain diferensiasi
sekaligus integrasi; (1) carefully guide the process of
differentiation so that it develops the core competences that give the
organization a competitive advantage; (2) carefully integrate the
organization by choosing appropriate integrating mechanisms that allow
sub units to cooperate and that build up the organization’s core
competences.
Diferensiasi vertikal membagi orang atau kelompok
atau bagian dalam organisasi ke dalam tingkatan atau
level-level tertentu yang disebut dengan hirarki.
Diferensiasi vertikal berkaitan dengan tingkat seberapa
besar kewenangan sekaligus tanggung jawab yang harus
dipikul oleh seseorang sesuai dengan posisi dalam
hirarki tersebut. Dalam diferensiasi vertikal akan
ditemukan dua hal yang saling berhadapan yaitu
sentralisasi dan desentralisasi. Pengertian
sentralisasi dan desentralisasi dikemukakan oleh Jones
(2001: 47) dimana sentralisasi adalah “an organizational
set up whereby the authority to make important decisions is retained by
managers at the top of hierarchy. Sedangkan desentralisasi “an
organizational setup whereby the authority to make important decisions
about organizationa resources and to initiate new projects is delegated to
managers at all levels in the hierarchy” Keseimbangan antara
desentralisasi dan sentralisasi akan membuat organisasi
menjadi berjalan secara efektif.
Kelebihan sentralisasi terletak pada keefektifan
pimpinan dalam memusatkan dan mengkoordinasikan
kegiatan secara terfokus. Namun karena semua terletak
pada pimpinan, dapat mengakibatkan beban yang berlebih
pada pimpinan, karena harus mengurus hal-hal teknis
sehari-hari dan juga hal-hal strategis yang bersifat
jangka panjang. Beban berlebih membuat pimpinan yang
semula fokus menjadi tidak fokus lagi mana yang akan
menjadi titik berat pekerjaan dan prioritas pimpinan.
Tambahan lagi sentralisasi yang terlalu ketat akan
mematikan inisiatif, karena takut dengan risiko dan
sangsi dari pimpinan
Sedangkan kelebihan desentralisasi tertelak pada
keleluasaan pimpinan organisasi pada level bawah
mengambil keputusan yang diperlukan di tempat mereka
bekerja. Keleluasaan ini juga sekaligus memperlihatkan
seberapa tinggi kemampuan yang dimiliki oleh pimpinan
pada organisasi di level bawah diperlihatkan dengan
ketepatan dan keakuratan dalam mengambil keputusan
tersebut. Keleluasaan juga memberikan pelatihan tidak
langsung dalam mengambil risiko atas keputusan yang
dibuatnya.
Kekurangan dari desentralisasi adalah delegasi
yang diberikan terlalu luas dan tanpa batas-batas yang
jelas. Hal ini akan mengakibatkan kesulitan dalam
merencanakan dan mengkoordinasikan setiap kegiatan
organisasi. Desentralisasi yang terlalu longgar
dikhawatirkan para pimpinan akan mendahulukan pemenuhan
kepentingan bagian-bagiannya saja namun beban
sumberdaya menjadi tanggung jawab organisasi secara
keseluruhan
D. Integrasi Melalui Standarisasi, Peraturan
dan Norma Kegiatan dalam organisasi sejatinya dilakukan oleh
orang-orang per orang dalam organisasi tersebut. Dalam
melaksanakan kegiatan tersebut orang-orang melakukan
berbagai tindakan yang disebut perilaku, yang kemudian
disebut perilaku organisasi. Sejatinya perilaku yang
diharapkan dari setiap orang dalam organisai adalah
perilaku yang sesuai dengan tuntutan dan peraturan
organisasi. Untuk menjamin perilaku yang sesuai dengan
tuntutan organisasi maka dibuatlah peraturan sehingga
perilaku menjadi standar. Prosesnya disebut
standarisasi. Standarisasi (Jones, 2001: 49) adalah
“conformity to specific models or examples-defined by sets of rules and
norms-that considered proper in given situation.” Sedangkan rules “
formal , written statement that specify the apropriate means for reaching
desired goals.” Adapun norms “ standars or styles of behavior that are
considered acceptable or typical for a group of people” (jones, 2001: 51)
Dalam perjalanannya kadang-kadang perilaku
tertentu diperlukan. Namun ketika itu harus dilakukan
sering dihadapkan pada dua hal (1) tidak ada standar
yang jelas untuk menjadi bahan rujukan, sehingga kalau
dilakukan dikhawatirkan melanggar peraturan (2)
perilaku yang harus diambil bertentangan dengan standar
yang ada. Dalam kondisi seperti ini maka perilaku harus
disesuaikan atau kompromi sesuai dengan situasi dan
kondisi. Kompromi atas keadaan ini sering disebut
mutual adjusment. Mutual adjusment “the compromise that emerges
when decision making and coordination are evolutionary processses and
people use their judgment rather than standarized rules to adress the
problem” (Jones, 2001 : 51). Penyesuaian melalui koordinasi
secara bertahap atas dasar pembenaran bersama
(judgement) merupakan inti dari mutual adjusment
Rules dan formalisasi merupakan dua sisi dalam satu
mata uang yang sama. Semakin banyak aturan tertulis
yang digunakans sebagai standar dalam berperilaku,
bekerja, bertindak dan mengambil keputusan dalam
organisasi, artinya semakin terstandarisasi, maka
organisasi tersebut semakin mendekati formalisasi.
Formalisasi sendiri diartikan sebagai “the use of written
rules and procedures to standardize operations” (Jones, 2001 :
50). Sebaliknya semakin sedikit aturan tertulis yang
digunakan maka organisasi tersebut semakin mendekati
mutual adjusment.
Dalam hal ini memang terjadi suatu paradoks,
disatu pihak norma dan aturan diperlukan untuk
menstandarisasi perilaku, namun akan cenderung
menghambat karena segala sesuatu menjadi
tersentralisasi. Disisi lain, dalam perjalanan dapat
saja ditemukan cara-cara dan kesempatan yang lebih baik
untuk mencapai tujuan organisasi, tetapi tidak ada
dalam standar maupun SOP. Mengapa hal ini terjadi? Hal
ini terjadi karena sifat dan karakter manusia memiliki
keterbatasan rasional (bounded rationality).
Keterbatasan inilah yang menyebabkan (1) tidak
semua kejadian di masa datang dapat diprediksi secara
lengkap dan sempurna (2) mengakibatkan rumusan perilaku
tidak dapat seluruhnya disusun dan ditulis dalam
petunjuk tertulis (written rules). (3) Ketidaklengkapan
written rules mengakibatkan tidak adanya panduan bertindak
ketika mengalami atau menemukan atau menghadapi suatu
situasi baru yang tidak pernah diprediksi
Karena itulah maka mutual adjusment menjadi penting
ketika hal-hal sebagaimana point 2 dan 3 terjadi. Namun
demikian lagi-lagi manusia memiliki sifat opportunistic
behavior. Dengan alasan tidak ada dalam writtten rules, maka
tindakan atau perilaku yang mutual adjusment diakukan
sesuai dengan selera, bahkan mengarah kepada pencapaian
tujuan kepentingan pribadi (self interest), bukan
kepentingan pencapaian tujuan organisasi
E. Struktur OrganisasiDesain atau desain-desain organisasi sebagaimana
sudah diuraikan di atas sangat berpengaruh terhadap
tingkah laku orang-orang dalam organisasi, dus, juga
berpengaruh terhadap prestasi dan kinerja individu
maupun organisasi secara keseluruhan. Jika diterapkan
secara konsisten, maka desain organisasi yang dipilih
atau dibangun akan tergambar dalam struktur organisasi.
Struktur Organisasi memiliki tiga komponen:
1. Kompleksitas
Mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam
organisasi. Termasuk di dalamnya tingkat spesilisasi
atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di
dalam hirarki organisasi, tingkat sejauh mana
organisasi tersebar secara geografis.
2. Formalitas
Tingkat sejauh mana sebuah organisasi menyandarkan
dirinya pada peraturan dan prosedur untuk mengatur
perilaku para pegawainya
3. Sentralisasi
Mempertimbangkan di mana letak dari pusat
pengambilan keputusan. Di beberapa organisasi,
pengambilan keputusan sangat disentralisasi dimana
masalah-masalah dialirkan ke atas dan para pimpinan
puncak memilih keputusan yang dianggap paling tepat.
Pada kasus lainnya, pengambilan keputusan cenderung
bersifat didesentralisasi.
Sebuah organisasi bukan disentralisasi atau
didesentralisasi tapi cenderung disentralisasi atau
cenderung didesentralisasi.
Secara garis besar ada dua macam struktur
organisasi yaitu struktur mekanik dan struktur organik
1. Struktur Mekanik
Pengertian mekanik dapat dipersamakan dengan
mesin. Oleh karena itu struktur organisasi yang
mekanik, kurang lebih sama dengan struktur yang disusun
sebagaimana mesin dengan cara bekerja dan tahapan-
tahapan pekerjaan yang harus ditempuh ditulis secara
jelas dalam buku petunjuk manual atau manual prosedur.
Jones (2001:53) menyatakan bahwa struktur mekanik
didesain untuk mendorong seseorang bertingkah laku
dalam cara yang dapat diprediksi dan akuntabel.
Struktur ini dicirikan dengan pengambilan
keputusan yang terpuast, para bawahan pelaksna diawasi
secara ketat dan informasi umumnya mengalir secara satu
arah vertikal ke bawah, terurai secara jelas. Tugas-
tugas dalam organisasi mekanik dipersamakan dengan
peran yang dimainkan dan sudah terurai secara jelas
pula. Dalam lingkungan yang stabil dan dapat
diprediksi, struktur mekanik sangat cocok. Demikian
pula dengan organisasi yang pekerjaan-pekerjaannya
berulang-ulang dan homogen, maka struktur ini pas untuk
diterapkan.
2. Struktur Organik
Berkebalikan dengan struktur mekanik, maka desain
struktur organik tidak ditulis secara lengkap dan detil
dalam petunjuk kerja. Oleh karena itu tingkah laku
disesuaikan dengan keadaan, situasi dan kondisi yang
dihadapi. Hal ini sesuai dengan istilah organik itu
sendiri. Organik atau organism artinya sesuatu yang
hidup, tumbuh dan berkembang. Siklus kehidupan,
pertumbuhan dan perkembangan mengikuti dan senantiasa
menyesuaikan dengan keadaan di sekelilingnya. Jika
organism tersebut tidak mampu menyesuaikan maka organism
tersebut akan mati.
Demikian juga halnya dengan organisasi yang
didesain dengan struktur organik didasarkan pada asumsi
bahwa tingkah laku orang dan organisasi secara
keseluruhan harus senantiasa menyesuaikan diri dengan
situasi dan kondisi lingkungan jika organisasi ingin
tetap bertahan, tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu
struktur organik sesuai dengan lingkungan yang berubah
dengan cepat memerlukan inisiatif semua level anggota
organisasi, tanpa harus menunggu petunjuk dan keputusan
dari pimpinan yang lebih atas.
Tabel Perbandingan Struktur Mekanik-Organik
Struktur Mekanik Struktur OrganikIndividual SpecializationSetiap pekerja bekerja secara terpisahdan terspesialisasi dalam satu tugaskerja yang terurai dengan jelas
Joint- Specialization
Setiap pekerja bekerja secara bersama dantindakan-tindakan mereka terkoordinasiuntuk meneumukan dan menentukan cara-caraterbaik dalam mengerjakan (mengunjukkan)pekerjaan
Simple Integrating MechanismsHirarki kewenangan terurai secara jelasdan digunakan sebagai alat mekanismeintegrasi yang utama
Complex Integrating-MechanismsSatuan Tugas dan Tim sebagai mekanisme utama integrasi
CentralizationKewenangan untuk mengawasi ataumengontrol berada di puncak pimpinanorganisasi. Sebagian besar komunikasibersifat vertikal
DecentralizationKewenangan untuk mengawasi atau mengontroldidelegasi kepada seluruh anggotaorganisasi di semua level organisasi. .Sebagian besar komunikasi bersifat lateral(mendatar, antar fungsi, tanpa harus selalumelapor terlebih dahulu ke pimpinan puncak
StandardizationMenggunakan secara ekstensif peraturan
Mutual AdjusmentMenggunakan secara ekstensif hubungan tatap
dan SOP untuk mengkoordinasikan tugas,dan proses kerja dapat diprediksi
muka untuk mengkoordinasikan tugas, danproses kerja relatid sulit diprediksi
Status-Consciusness InformalOrganizationSetiap pekerja secara ketat melindungi,menutup, atau menjaga wilayah kewenangandan tanggungjawabnya dari (intervensi)pihak atau orang lain
Status-Consciusness Informal OrganizationSetiap pekerja berbagi ilmu dan ketrampilanyang dimilikinya dengan orang lainkewenangan dan tanggungjawabnya berubahsepanjang waktu
Sumber : diadaptasi dari Jones (2001 : 54)
3. Memilih Desain dan Struktur Organisasi : Pendekatan
Kontingensi
Apa yang harus dijadikan dasar oleh pimpinan
organisasi ketika menentukan dan memutuskan desain dan
struktur organisasi. Ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan yaitu situasi khusus yang dihadapi
organisasi seperti lingkungan, teknologi yang digunakan,
sifat dari pekerjaan yang dilakukan dan jenis,
kualifikasi dan kualitas sumberdaya manusia yang
dimiliki oleh organisasi. Jones (2001 : 57) mengemukakan
tentang kontingensi “aproach in which the design organization’s
structure must match the sources of uncertainty facing an organization.”
Pernyataan Jones tentang uncertainty dimaksudkan
bahwa lingkungan organisasi merupakan suatu kondisi yang
memang tidak pasti sesuai dengan hakekat lingkungan yang
berubah dari waktu-waktu ke waktu. Demikian juga dengan
teknologi, sifat pekerjaan dan kondisi sumberdaya
manusia yang berbeda-beda dari setiap organisasi,
merupakan sumber-sumber ketidakpastian dan menjadi dasar
menggunakan pendekatan kontingensi dalam mendesain dan
menyusun struktur organisasi.
4. Disain Organisasi Berdasarkan Kewenangan dan
Pengendalian
Keputusan untuk memilih desain struktur
organisasi yang sentralistik atau desentralistik bentuk
organisasi (dalam bentuk organigram organisasi)
mempengaruhi hirarki organisasi, rentang kendali,
pengambilan keputusan dan komunikasi secara efektif.
Dalam tinjauan hirarki organisasi dikenal dua jensi
yaitu organisasi yang tall (gemuk) dan flat (ramping
mendatar). Organisasi tall adalah organisasi yang
relatif memiliki banyak jenjang dalam hirarki dikaitkan
dengan ukuran organisasi. Sedangkan organisasi flat
adalah organisasi yang relatif memiliki sedikit jenjang
dalam hirarki dikaitakan dengan ukuran organisasi.
Pada organisasi yang gemuk biasanya akan
memunculkan masalah-masalah komunikasi, masalah
motivasi dan biaya birokrasi. Masalah komunikasi dengan
membayangkan panjangnya alur yang harus ditempuh dari
jenjang paling atas sampai dengan jenjang paling bawah.
Masalah komunikasi dalam bentuk lambatnya suatu
keputusan dilaksanakan, distorsi informasi dari atas ke
bawah termasuk informasi asal bapak senang (ABS),
bahkan manipulasi informasi untuk kepentingan sendiri.
Masalah motivasi dimana pada organisasi tall,
kekuasaan kewenangan, peran dan tanggung jawab relatif
kecil dan sedikit dibanding dengan organisasi flat.
Hal ini biasanya berbanding dan sebanding dengan
motivasi untuk bekerja lebih giat dan menghasilkan
pekerjaan yang lebih baik. Masalah biaya birokrasi
berkaitan dengan banyaknya jenjang dalam organisasi.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
1
Semakin banyak jenjang, semakin banyak pimpinan tiap
jenjang maka semakin besar pula biaya birokrasi.
Berkaitan dengan masalah-masalah yang timbul dalam
organisasi yang berbentuk tall, C Northocote Parkinson
melakukan kajian atas meningkatnya jumlah jumlah
pimpinan organisasi dan petugas pada angkatan laut
Inggris, sementara pada saat yang sama jumlah pekerjaan
(dalam bentuk perbaikan dan pemeliharaan kapal angkatan
perang) justru menurun. Menurut Parkinson bertambahnya
jumlah pimpinan dan jenjang hirarki disebabkan oleh dua
hal; (1) setiap pejabat menginginkan jumlah bawahan
yang lebih banyak dan bukan pesaingnya. (2) Pejabat—
pejabat tersebut menciptakan dengan sengaja pekerjaan-
pekerjaan (yang tidak perlu) untuk setiap pegawai.
Untuk menghindari masalah-masalah dalam organisasi
sebagaimana disinggung dalam Hukum Parkinson, maka
perlu ada suatu dasar atau asumsi yang menjadi rujukan
dalam menentukan jumlah jenjang dalam sebuah
organisasi. Asumsi tersebut menentukan berapa jumlah
jenjang minimal atau kalau bisa menemukan jumlah
jenjang ideal dalam sebuah organisasi, sehingga
didapatkan suatu kondisi yang tidak kelebihan pegawai
yang akhirnya akan membebani biaya organisasi atau
kekurangan pegawai sehingga setiap pegawai mengalami
“overloaded”.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
2
Jones menyebut asumsi tersebut sebagai principle of
minimum chain of command yaitu “An organizational should choose
the minimum number of hierarchical levels consistent with its goals and
the environment in which exists” (Jones, 2001 : 69). Untuk
menentukan jumlah jenjang organisasi, ada 3 (tiga)
faktor penting yang mempengaruhi yaitu : diferensiasi
horisontal, sentralisasi dan standarisasi.
Suatu organisasi yang dibagi secara horisontal
sesuai dengan spesialisasi atau divisi, maka organisasi
tersebut akan bertipe stuktur flat atau mendatar.
Organisasi yang didesain secara sentralistisik, maka
organisasi tersebut akan bertipe tall atau fat (gemuk).
Sementara organisasi yang didesain dengan menetapkan
standarisasi (terstandarisasi), maka hirarki atau
jenjang organisasi digantikan oleh standar operasi
organisasi tersebut. Dengan demikian organisasi yang
didesain melalui standar akan cenderung bertipe
struktur flat.
5. Struktur Organisasi
Setelah mendesain organisasi termasuk pemilihan
desain-desain yang akan diterapkan dalam organisasi,
maka langkah selanjutnya adalah memilih dan menetapkan
struktur organisasi. Struktur organisasi pada dasaranya
bagaimana tugas pokok dan fungsi dari masing-masing
orang-orang dikelompokkan dan selanjutnya
dikoordinasikan sehingga memberikan konstribusi secara
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
3
maksimal bagi keunggulan organisasi, baik dalam arti
secara internal menjadi lebih efektif dan efisien,
maupun secara eksternal menjadi lebih baik dibanding
pesaing.
Secara garis besar struktur organisasi dapat
dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu struktur fungsional
dan struktur produk. Struktur fungsional adalah desain
struktur organiasi yang mengelompokkan orang-orang atas
dasar keahlian atau pengalaman atau atas dasar
penggunaan sumberdaya yang sama (Jones, 2001 : 93)
Sedangkan struktur produk adalah desain struktur
organisasi yang mengelompokkan orang atas dasar jenis
hasil kegiatan (jasa) atau output yang dihasilkan atau
jenis produksi yang dihasilkan (produk). Struktur
produk kadang juga disebut dengan struktur divisi. Hal
ini karena pada perusahan yang sudah mengalami
pertumbuhan yang besar, biasanya dibagi divisi
berdasarkan produk yang dihasilkan. Walaupun demikian
penggunaan istilah divisi juga dapat mengacu kepaada
wilayah yang dilayani secara geografis. Oleh karena itu
struktur divisi bisa berdasarkan produk atau wilayah.
Pada kondisi suatu organisasi mengalami keterbatasan
sumberdaya, maka sering digunakan struktur matriks.
Pada uraian ini akan dikemukakan secara ringkas
struktur fungsional, struktur divisional dan struktur
matriks
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
4
a. Struktur Fungsional
Pemilihan struktur fungsional ini didasarkan pada
asumsi bahwa setiap orang akan menjadi ahli dan
spesialis di bidangnya, karena tugas-tugas yang
diberikan sesuai dengan keahlian dan secara terus
menerus bergelut dan belajar di bidangnya. Dengan
demikian pemilihan struktur ini setidaknya harus
didasarkan pada hal-hal berikut (1) awal rekruitmen
pegawai ditetapkan berdasarkan kebutuhan spesialisasi
dan keahlian tertentu (2) jenis kegiatan organisasi
bersifat tunggal (baik produk maupun jasa) atau
setidaknya pada lini produk yang sama. (3) proses
produksi dilakukan pada lokasi yang satu lokasi atau
lokasi yang saling berdekatan (4) barang atau jasa yang
dihasilkan hanya dijual kepada satu jenis pelanggan
atau satu kelompok pelanggan yang sama.
Gambar 2 Struktur Fungsional
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
5
Kendati demikian, terdapat beberapa masalah jika
memilih struktur fungsional. Jones (2001: 95-96)
mengidentifikasi lima masalah yaitu : masalah
komunikasi, masalah pengukuran kinerja, masalah lokasi,
masalah pelanggan dan masalah stratejik. Masalah
komunikasi timbul karena terjadinya jarak antar satu
fungsi dengan fungsi yang lain, perbedaan persepsi
dalam memandang masalah dari tiap fungsi.
Masalah pengukuran kinerja terjadi karena semakin
banyak bidang fungsi yang harus dikontrol, semakin
banyak pula kegiatan-kegiatan harus dinilai berdasarkan
kinerja atau konstribusi masing-masing kegiatan
tersebut. Karena banyaknya, maka sulit untuk menentukan
satu format evaluasi yang menjadi standar keseluruhan
untuk mengukur hal tersebut. Hal ini akan menimbulkan
masalah subyektivitas dalam penilaian konstribusi atau
partisipasi masing-masing fungsi terhadap keseluruhan
kinerja organisasi.
Masalah lokasi ini timbul manakala organisasi
tumbuh menjadi besar dan membuka berbagai perwakilan di
tiap daerah. Organisasi dengan struktur fungsional akan
mengalami kesulitan untuk mengendalikan operasi atau
kegiatan perusahaan yang tersebar secara geografis.
Masalah pelayanan pelanggan timbul manakala para
pelanggan ingin dilayani sesuai dengan keinginan dan
yang paling cocok sesuai dengan selera mereka. Kondisi
ini sulit diatasi ketika organisasi menjadi semakin
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
6
besar dengan menggunakan struktur fungsional, karena
masing-masing fungsi organisasi seperti produksi,
pemasaran terfokus pada masing-masing bidang, sementara
pelanggan membutuhkan suatu pendekatan yang merupakan
“tailorisasi” keseluruhan fungsi tersebut secara
terpadu.
Masalah stratejik timbul karena banyaknya waktu
yang diperlukan oleh pimpinan dan hari-harinya hanya
diisi untuk melakukan koordinasi dengan seluruh fungsi,
dan hampir tidak ada waktu untuk melakukan perencanaan
atau pemikiran yang bersifat jangka panjang.
Apabila organisasi-organisasi tersebut dengan
struktur fungsional mengalami hal yang disebutkan di
atas, maka perlu dilakukan rekayasa ulang (reengineering).
Reengineering is the fundamental rethinking anda radical redesign of
business processes to achieve dramatic improvements in critical,
contemporary measures of performance such as cost, quality, service and
speed (Jones, 2001 : 97)
Rekayasa ulang kadang-kadang merubah secara total
cara pandang dan cara kerja selama ini. Cara yang
paling sederhana untuk melakukan rekayasa ulang disain
organisasi adalah merubah cara pandang atau cara kerja
antar fungsi (between function), menjadi lintas fungsi (cross
function) dimana kegiatan organisasi dilakukan secara
across function (melintasi fungsi). Perubahan ini pada
awalnya akan menimbulkan kebingungan, siapa bekerja
untuk siapa, siapa bertangungjawab kepada siapa. Namun
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
7
jika orientasi seluruh anggota organisasi diarahkan
pada keluaran (output) perusahaan, bukan pada input
(tugas) maka hal ini akan menjadi terbiasa.
Rekayasa ulang disain organisasi yang lebih
kompleks harus dilakukan apabila organisasi menghadapi
hal-hal berikut;
(a) Terjadinya peningkatan diferensiasi vertikal
Hal ini terjadi apabila pengendalian dalam
organisasi diarahkan secara vertikal dari atas ke
bawah, yang ditunjukan dalam peningkataan jumlah
jenjang dalam tataran secara vertikal, pengambilan
keputusan cenderung dipusatkan pada pimpinan puncak
dan penggunaan aturan, SOP dan norma organisasi
cenderung lebih banyak digunakan dalam menstandarkan
kegiatan atau perilaku
(b) Terjadinya peningkatan diferensiasi horisontal
Hal ini terjadi apabila pengendalian dalan
organisasi diarahkan secara horisontal, yang
ditunjukkan dalam pembentukan fungsi-fungsi yang
sama dalam setiap sub unit organisasi, dimana setiap
sub unit memiliki masing-masing fungsi tertentu (dan
hampir sama) yang digunakan dalam mencapai tujuan
masing-masing unit.
(c) Meningkatknya kebutuhan integrasi
Karena terjadinya peningkatan diferensiasi vertikal
maupun horisontal, maka kebutuhan integrasi antar
sub unit dalam organisasi menjadi meningkat untuk
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
8
mengkoordinasikan yang bisa dalam bentuk team,
satuan tugas, dan peran pemersatu (integrator).
b. Struktur Divisi
Struktur organisasi, apapun bentuk pilihan yang
ditetapkan pada dasarnya adalah upaya pimpinan dan atau
pemiliki membagi dan memecah pekerjaan agar dapat
dilakukan secara efektif dan efisien. Pemecahan dan
pembagian pekerjaan tersebut dapat dilakukan menurut
fungsi (struktur fungsional sebagaimana telah
dikemukakan di atas), lokasi, maupun produk atau jasa
yang dihasilkan atau bahkan menurut kelompok pelanggan
perusahaan Hal yang terakhir ini dikenal dengan
struktur divisi.
Struktur divisi menurut Jones (2001 : 100) adalah
pengelompokan fungsi-fungsi berdasarkan kepada
permintaan-permintaan yang spesifik atas produk, pasar
atau pelanggan.
Jika persoalan kritis (critical point) perusahaan terletak
pada jumlah dan tingkat kompleksitas produksi yang
dihasilkan perusahaan, maka sebaiknya struktur
organsiasi didesain dalam bentuk struktur produk.
Jika persoalan kritis (critical point) perusahaan terletak
pada unit kerja yang salin berjauhan baik lokasi
produksi maupun lokasi distribusi, maka sebaiknya
struktur organsiasi didesain dalam bentuk struktur
georrafis.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
9
Jika persoalan kritis perusahaan pada kebutuhan untuk
memberikan pelayanan yang lebih spesifik, unik dan
berbeda bagi setiap pelanggan, maka sebaiknya
struktur organisasi didesain dengan struktur
pelanggan
Gambar 3 Struktur Divisi
Ada beberapa keunggulan yang dimiliki oleh
perusahaan jika memilih struktur berdasarkan divisi
yaitu efektivitas, kemampulabaan dan promosi bagi
pimpinan divisi
Organisasi menjadi lebih berhasil guna (efektif)
karena ada kejelasaan tugas dan tanggung jawab
setiap divisi dan setiap divisi dapat berkonsentrasi
penuh pada bidang tugasnya.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
10
Setiap divisi merupakan pusat laba (profit centre)
bagi perusahaan. Hal ini karena setiap divisi
menjalankan sebagian dari tugas perusahaan yang
berkaitan dengan produksi, penjualan maupun layanan
pada konsumen atas produk dan dan penjualan
tersebut. Suasana ini akan memacu setiap divisi
untuk berkompetisi menunjukkan kinerja terbaiknya
Mendorong promosi bagi para pimpinan divisi yang
menunjukkan kierja terbaiknya untuk naik ke jenjang
yang lebih tinggi.
Sedangkan kelemahan dari struktur ini yang mungkin
akan ditemui dalam organisasi perusahaan adalah masalah
koordinasi, transfer pricing, biaya birokrasi dan
komunikasi;
Masalah koordinasi dan pengelolaan pada kantor pusat
perusahaan. Kantor pusat perusahaan akan mengalami
kesulitan koordinasi ketika masing-masing divisi
cenderung memiliki rencana sendiri, sesuai
desentralisasi yang diberikan, yang kadang tidak
sejalan dengan rencana jangka panjang perusahaan
Masalah koordinasi antar divisi dimana masing-masing
divisi ingin mengunjukkan kinerja terbaiknya, tetapi
saat yang bersamaan akan berusaha sekaligus bersaing
untuk mendapatkan sebanyak mungkin sumberdaya
perusahaan dari kantor pusat.
Masing-masing perusahaan hanya mementingkan tujuan
masing-masing divisinya, sehingga akan cenderung
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
11
“menjual” pada bagian lain hal-hal yang berkaitan
dengan infomasi dan inovasi, padahal masih dalam satu
organisasi. Hal ini dikenal dengan istilah “transfer
pricing problem”
Membengkaknya biaya birokrasi, desain struktur divisi
menyebabkan setiap divisi “full complement” dalam
arti semua fungsi bisnis yang dibutuhkan dalam
struktur harus ada. Hal ini menimbulkan biaya
organisasi yang lebih besar, dibanding misalnya
dengan struktur fungsional.
Masalah komunikasi, terkait dengan jalur informasi
yang sangat panjang, keputusan menjadi lebih lambat
c. Struktur Matriks
Struktur Matriks pada umumnya digunakan pada
organisasi yang menggunakan information and technology
communication dan diterapkan pada organisasi dengan
jumlah sumberdaya manusia yang terbatas khususnya
tenaga ahli. Dengan struktur matriks sumberdaya tenaga
ahli dapat digunakan secara optimal, dimana dua unit
kerja yang berbeda mempunyai kesempatan untuk
menggunakan tenaga ahli tersebut. Struktur matriks
lazim disebut dengan “organisasi dua atasan” Jones
mengatakan “two boss employees who report to two supervisors; the
product team manager dan the functional manager” (Jones, 2001 :
116).
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
12
Gambar 4 Struktur Matriks
Terdapat beberapa keunggulan dengan menggunakan
struktur matriks bagi organisasi perusahaan yaitu;
Pertama, struktur ini efisien dalam penggunaan
sumberdaya manusia, Kedua dapat mengatasi masalah
hambatan-hambatan dalam organisasi fungsional yang
cenderung mementingkan fungsi masing-masing
Kedua, kemungkinan terbukanya komunikasi lintas
fungsi dan unit dan hal ini akan mendorong
terjadinya “sharing knowledge” dan dengan demikian
masing-masing dapat saling belajar untuk
mengembangkan kemampuan masing-masing. Komunikasi
yang terjadi memungkinan penggunaan perangkat
teknologi seperti dikemukakan di atas
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
13
Ketiga, memaksimalkan pendayagunaan tenaga-tenaga
professional dan secara fleksibel dapat berpindah
dari satu unit ke unit lain pada saat dibutuhkan
Keempat, struktur matriks sekaligus dapat
meningkatkan efisiensi biaya dan meningkatkan
kualitas. Hal ini terjadi karena kualitas secara
teknis merupakan tugas pokok unit fungsional,
sementara efisiensi biaya menjadi tanggung jawab
unit produk.
Sekalipun ada beberapa keunggulan, struktur
matriks juga mengandung sejumlah kelemahan, yang
mungkin akan dialami perusahaan jika diterapkan secara
mutlak
Peran dan tanggungjawab yang mendua (ambigu). Hal ini
terjadi karena sifat dari organisasi matriks yang
memiliki dua pimpinan, misalnya unit fungsional dan
unit produk sebagaimana sudah diuraikan pada
deskripsi keunggulan. Unit fungsional mementingkan
kualitas, yang mungkin akan menimbulkan penambahan
biaya. Sementara pimpinan unit produk mementingkan
efisiensi biaya. Hal ini akan menimbulkan
kebingungan bahkan konflik
Masalah yang berkaitan dengan kewenangan yang tidak
jelas akan mengundang “intervensi” dari pimpinan
yang lebih tinggi. Hal ini terjadi ketika muncul
konflik antara unit fungsional dan unit produk.
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
14
Intervensi tentu saja menimbulkan ketergantungan
pasa pimpinan juga sekaligus menimbulkan beban kerja
tambahan jika konflik selalu muncul
Organisasi matriks sering menimbulkan tekanan dan
ketidakpastian karena meskipun sudah digambarkan
dalam bagan bagaimana hubungan koordinasi antar
unit, dalam praktek koordinasi tidak secara otomatis
berjalan dengan baik
Munculnya pemimpin informal, sebagai akibat dari
kekosongan dan ketidakpastian kewenangan dan
tanggung jawab, sementara hubungan kerja, pelaporan
sedikit banyak membutuhkan suatu situasi yang “ajeg”
dalam periode waktu tertentu (tidak setiap saat
berubah). Dalam situasi ini orang-orang yang
terlibat dalam organisasi akan mencari “figur” yang
pantas dijadikan pegangan untuk menjadi tempat
konsultasi mengatasi berbagai persoalan pekerjaan.
Pada saat inilah muncul pemimpin informal, yang
mengarah kepada situasi munculnya kelompok-kelompok
dalam organisasi.
Sayangnya situasi seperti digambarkan di atas
memunculkan intervensi pimpinan, mengarah kepada
sentralisasi kewenangan dan kekuasaan, justru
akhirnya menjauh dari hakekat organisasi matriks
yang fleksibel, namun menjadi birokratis
d. Struktur Campuran (Hybrida)
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
15
Struktur ini digunakan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan yang dialami pada struktur fungsional, divisi
maupun pada struktur matriks. Dalam penerapannya
terjadi penggabungan struktur fungsional dan produk
dikombinasikan sekaligus dengan tekanan inti pada unit
produk, sementara unit fungsional ditempatkan pada
posisi staf pimpinan puncak. Struktur cocok diterapkan
apabila perusahaan semakin berkembang dan wilayah
geografis semakin luas.
e. Evaluasi Struktur
Struktur organisasi senantiasa harus dievaluasi
secara berkala untuk mengetahui apakah ada hambatan-
hambatan, konflik, kebingungan, hambatan komunikasi dan
hambatan eksekusi sebuah keputusan. Apabila hal ini
terjadi menandakan bahwa struktur yang ada sudah tidak
cocok lagi dan memerlukan penyesuaian. Namun demikian,
pada akhirnya keberhasilan sebuah organisasi berrjalan
secara efektif dan efisien, pada akhirnya tergantung
kepada orang-orang yang berada dalam organisasi
tersebut. Struktur organisasi yang didesain denhan
bagus, ramping, efisien, fleksibel tidak akan berarti
apa-apa sampai ada komitmen, kesungguhan, spirit atas
visi dan misi serta strategi untuk tujuan organisasi
tertanam, mencerap dan menjadi bagian dari mindset
seluruh anggota organisasi
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
16
RANGKUMANDesain organisasi adalah suatu model yang dipilih
oleh organisasi untuk melakukan koordinasi dan
pengendalian tugas-tugas dalam organisasi termasuk di
dalamnya bagaimana seluruh anggota organisasi
dimotivasi agar mengeluarkan segenap energi dan
kemampuannya untuk memaksimalkan kemampuan dan
sumberdaya organisasi dalam memproses, menciptakan
menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi organisasi baik
barang maupun jasa. Setelah mendesain organisasi
termasuk pemilihan desain-desain yang akan diterapkan
dalam organisasi, maka langkah selanjutnya adalah
memilih dan menetapkan struktur organisasi.
Struktur organisasi pada dasaranya bagaimana tugas
pokok dan fungsi dari masing-masing orang-orang
dikelompokkan dan selanjutnya dikoordinasikan sehingga
memberikan konstribusi secara maksimal bagi keunggulan
organisasi, baik dalam arti secara internal menjadi
lebih efektif dan efisien, maupun secara eksternal
menjadi lebih baik dibanding pesaing. Secara garis
besar struktur organisasi dapat dibagi dalam 2 (dua)
jenis yaitu struktur fungsional dan struktur produk.
Struktur fungsional adalah desain struktur organiasi
yang mengelompokkan orang-orang atas dasar keahlian
atau pengalaman atau atas dasar penggunaan sumberdaya
yang sama . Sedangkan struktur produk adalah desain
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
17
struktur organisasi yang mengelompokkan orang atas
dasar jenis hasil kegiatan (jasa) atau output yang
dihasilkan atau jenis produksi yang dihasilkan
(produk).
LATIHANUntuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di
atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Jelaskan definisi dari desain organisasi dan
struktur organisasi.
2. Ada beberapa tantangan dalam mendesain
organisasi yaitu diferensiasi dan integrasi,
jelaskan maksud dari diferensiasi dan
integrasi tersebut
3. Jelaskan yang dimaksud dengan struktur
mekanik dan stuktur organik dan jelaskan
perbedaan keduanya
4. Mengapa suatu stuktur organisasi perlu
dilakukan evaluasi, jelaskan!
5. Carilah suatu perusahaan yang memiliki
struktur fungsional dan gambarkan!
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
18
Daftar Pustaka
Jones, Gareth R. 2001. Organizational Theory : Text and Cases.New Jersey: Prentice Hall
Robbins. 1994. Teori Organisasi : Struktur, Desain & Aplikasi.Diterjemahkan oleh : Jusuf Udaya. Jakarta : Arcan
Robbins, Stephen P & Mary Coulter. 2010. Manajemen.Jilid 1. Diterjemahkan oleh : Bob Sabran.Jakarta : Erlangga
ORGANISASI DAN MANAJEMEN Bisnis---------------------------------------------------------
19