Guru Pengampu : Yoza Mahendrata SE. Materi Bab 5 – “Indonesia Merdeka” – “DARI RENGASDENGKLOK HINGGA PEGANGSAAN TIMUR” Kami yang kini terbaring antara Kerawang-Bekasi tidak bisa berteriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, Terbayang kami maju dan berdegap hati? .............. Kami mati muda.Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami. Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa .......... (Charil Anwar dalam Sajak Kerawang-Bekasi)
22
Embed
Materi Bab 5 – “Indonesia Merdeka” · 2020. 4. 16. · Materi Bab 5 – “Indonesia Merdeka” ... (Rumah Sejarah Rengasdengklok) Setelah mendapat pinjaman perlengkapan dari
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Guru Pengampu : Yoza Mahendrata SE.
Materi Bab 5
– “Indonesia Merdeka” –
“DARI RENGASDENGKLOK HINGGA PEGANGSAAN
TIMUR”
Kami yang kini terbaring antara Kerawang-Bekasi tidak bisa berteriak
“Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi
mendengar deru kami, Terbayang kami maju dan berdegap hati?
..............
Kami mati muda.Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
..........
(Charil Anwar dalam Sajak Kerawang-Bekasi)
.
Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan Revolusi), 2012.
Teks proklamasi dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur
No. 56 Jakarta. Bagaimana proses terjadinya proklamasi kemerdekaan? Berikut
ulasannya
1. Jepang Kalah Perang dengan Sekutu
Tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan Nagasaki di bom atom oleh sekutu.
Ledakannya seperti gunung api yang jatuh ke bumi. Setelah itu tanggal 15 Agustus 1945
Jepang menyerah pada sekutu tanpa syarat karna faktor pengeboman kota Hirosima dan
Nagasaki. Sebelum Jepang menyerah pada sekutu, komando tentara Jepang wilayah
selatan memberikan dan menyepakati kemerdekaan Indonesia tanggal 7 September
1945. Tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk Dokuritsu Junbi Inkai atau Panitian Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) di setujui oleh Jendral Terauchi dan diketuai oleh Ir.
Soekarno dan wakil Drs. Moh Hatta dan tugasnya melanjutkan BPUPKI.
Beranggotakan dengan 21 orang dan berasal dari berbagai daerah.
1. Jawa 12 Wakil
2. Sumatra 3 Wakil
3. Sulawesi 2 Wakil
4. Kalimantan 1 Wakil
5. Sunda Kecil 1 Wakil
6. Maluku 1 Wakil
7. Golongan penduduk Cina 1 Wakil
Tanggal 9 Agustus 1945, Jendral Terauchi memanggil Sukarna, Muh. Hatta, dan
Rajiman Wedyodiningrat untuk pergi ke Dalat, Saigan (salah satu pusat tentara Jepang).
12 Agustus 1945 Jendral Terauchi mengucapkan selamat atas terpilihnya Sukarno dan
Muh. Hatta sebagai ketua dan wakil ketua PPKI. 14 Agustus 1945 Sukarno, Muh. Hatta
dan Rajiman Wedyodiningrat kembali ke Jakarta.
2. Perbedaan Pendapat dan Penculikan
Tanggal 15 Agustus merupakan hari yang menegangkan bagi Jepang dan Indonesia,
karena itu merupakan titik akhir melajutkan PD II. Para pejuang melancarjan gerakan
“bawah tanah”. Sutan Syahir merupakan tokoh muda yg mengetahui beriya penyerahan
Jepang terhadap sekutu. Hari rabu 15 Agustus 1945 pada pukul 22.00 WIB, para
pemuda dipimpin oleh Wikana, Sukarni, dan Darwis datang ke rumah Sukarno di Jalan
Pangesan 56, Jakarta, memaksa memproklamasikan kemerdekaan paling lambat
tanggal 16 Agustus 1945. Para pemuda gagal memaksa Sukarno dan Golongan Tua.
Sekitar pukul 24.00 WIB, diadakan pertemuan di jalan Ciki, Jakarta. Para pemuda yang
datang ialah Sukarni, Yusuf Kunto, Chaerul Saleh, dan Shodanco Singgih yang di
tunjuk memimpin pertemuan tersebut.
Sumber: Disparbud.jabarprov.go.id (Rumah Sejarah Rengasdengklok)
Setelah mendapat pinjaman perlengkapan dari Markas Peta, Singgih bersama
penembak mahir Sutrisno, Sukarni, dan Wikana, dan dr. Muwardi kemudian pergi
menuju rumah Moh Hatta untuk ikut keluar kota. Kemudian para pemuda ke rumah
Sukarno dan ia setuju asal Fatmawati, Guntur, dan Moh. Hatta ikut. Baru sekitar pukul
04.00 WIB tanggal 16 Agustus 1945 para pemuda dan rombongan menuju
Rengasdengklok. Daerah ini dipilih karena terpencil yaitu 15 km dari Kedunggede,
Karawang dan adanya hubungan baik antara Daidan Peta Purwakarta dan Daidan
Jakarta. Ketika sampai mereka disambut oleh Shodanco Subeno dan Affan. Mereka di
tempatkan di rumah Djiaw Kie Song yang simpati kepada perjuangan bangsa Indonesia.
Gagal memaksa Sukarno menyatakan kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang.
Tetapi Sukarno akan memproklamasikan kemerdekaan jika sudah kembali ke
Jakarta Lalu Sukarno bersedia memproklamasikannya sekitar pukul 10.00 WIB.
Pertemuan PPKI tanggal 16 Agustus 1945 mengalami ketegangan, karena ketua dan
wakilnya tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo lalu mencarinya. Akhirnya telah terjadi
kesepakatan antara Wikana, Ahmad Subarjo ditunjukan dan diantarkan Ke
Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto.
Ahmad Subarjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 untuk menjemput rombongan
Sukarno. Kecurigaan menyelimuti para pemuda. Akhirnya Ahmad Subarjo memberika
Jaminan jika besok 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12.00 tidak ada kemerdekaan
taruhannya nyawa Ahmad Subarjo. Dizinkan oleh Shodanco Subeno untuk kembali ke
Jakarta.
3. Perumusan Teks Proklamasi hingga Pagi
Rombongan Sukarno dan Golongan Tua menuju kediaman Nishimura, untuk
mengadakan rapat persiapan kemerdekaan. Sukarno juga tidak mengharap bantuan
Jepang. Sukarno kembali ke rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1.
Rombongan untuk berkumpul dengan tokoh nasional dan seluruh anggota PPKI, para
pemimpin pemuda, pemimpin pergerakan, dan beberapa anggota Chou Sangi On yang
ada di Jakarta. Mereka berjumalah 40-50 orang. Rumah laksamana Maeda dianggap
aman dari anggota Rikugun (angkatan Darat Jepang/Kampetai) yang ingin
menggagalkan proklamasi kemerdekaan. Maeda adalah kepala perwakilam extra-
teritorial yang harus dihormati Rikugun.
Setelah tiba di rumah laksamana Maeda, lalu Sukarno dan Muh. Hatta diantarkan
menemui Gunseikan Yamato (Kepala Pemerintahan Militer Jepang). Tetapi ia menolah
menerima Sukarno-Hatta pada waktu tengah malem. Dengan ditemani Maeda,
Shigetada Nishijirma dan Tornego Yodshizumi serta Miyoshi sebagai penterjemah,
mereka menemui Somuboco (Mayor Jendral) Otoshi Nishimura (Direktur/Kepala
Departemen Umum Pemerintahan Jepang), dengan maksud menjajaki sikapnya
terhadap pelaksanaan proklamasi. Pertemuan tersebut tidak dicapai kata sepakat anta
Sukarno Hatta denganpihak Nishimura. Pihak Sukarno ingin menekankan kepada
Nishimura untuk menyerahkan masalah kemerdekaan kepada PPKI. Pihak Nishimura
menegaskan garis pangkiam tentara ke-XVI di jawa, bahwa tidak diperbolehkan lagi
mengubah status quo.
Nishimura melarang rapat PPKI untuk pelaksanaan kemerdekaan RI. Dapat
disimpulkan oleh Sukarno-Hatta bahwa tidak ada gunanya membicarakan kemerdekaan
dengan pihak Jepang, tetapi hanya ingin untuk tidak menghalangi kemerdekaan
proklamasi Indonesia.
Setelah pertemuan itu, Soekarno dan Moh. Hatta kembali kerumah Maeda. Diruang
makan Maeda, dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ketika
peristiwa itu berlangsung Maeda tidak hadir, tetapi Miyosi sebagai orang kepercayaan
Nashimura bersama Sukarni, Sudiro, dan B. M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta,
dan Ahmad Soebarjo membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Soekarno pertama kali menuliskan kata pernyataan “PROKLAMASI”. Soekarno
kemudian bertanya kepada Moh. Hatta dan Ahmad Soebarjo. “ Bagaimana bunyi
rancangan pada draft pembuka UUD?” kedua orang yang ditanya pun tidak ingat persis.
Ahmad Soebarjo kemudian menyampaikan kalimat “kami bangsa Indonesia dengan ini
menyatakan Kemerdekaan Indonesia”. Moh. Hatta menambahkan kalimat : “Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Soekarno menuliskan, “Jakarta,
17-8-’45 wakil-wakil bangsa Indonesia”, sebagai penutup.
Pukul 04.00 WIB dini hari, Soekarno minta persetujuan dan minta tanda tangan kepada
semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia. Para pemuda menolak dengan
alasan sebagian yang hadir banyak yang menjadi kolabulator Jepang. Sukarni
mengusulkan agar teks proklamasi ditanda tangani oleh 2 orang tokoh, yakni Soekarno
dan Moh. Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima. Dengan beberapa
perubahan yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti
Melik untuk diketik.
Demikian pertemuan dini hari itu menghasilkan naskah Proklamasi. Agar seluruh
rakyat Indonesia mengetahuinya, naskah itu harus disebarluaskan. Sukarni
mengusulkan agar naskah tersebut dibacakan di Lapangan Ikada, yang telah
dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk mendengar pembacaan
naskah proklamasi. Tetap Soekarno tidak setuju, karena tempat itu adalah tempat umum
yang dapat memancing bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang. Beliau sendiri
mengusulkan agar proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No.
56. Usul tersebut disetujui dan naskah proklamasi dibacakan bersama Hatta di tempat
itu pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 di tengah-tengah bulan
Ramadhan (bulan Puasa).
4. Pembaca Proklamasi Pukul 10.00 Pagi
Pada pukul 5 pagi tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin dan pemuda keluar dari
rumah Laksamana Maeda dengan di liputi kebanggaan. Mereka telah sepakat untuk
memproklamasikan kemerdekaan di rumah Sukarno diJl. Pegangsaan Timur No. 56
pada pukul 10 pagi. Sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada B.M. Diah untuk
memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia. Semua alat
komunikasi di gunakan untuk menyambut proklamasi. Pamflet, pengeras suara, dan
mobil-mobil di kerahkan ke segenap penjuru kota.
Tanpa diduga, pada hari itu barisan pemuda berbondong-bondong menuju Lapangan
Ikada. Para pemuda datang ke tempat itu, karena informasi yang disampaikan dari
mulut ke mulut bahwa Proklamasi akan di selenggarakan di Lapangan Ikada. Rupanya
Jepang telah mencium kegiatan para pemuda malam itu, sehingga mereka berusaha
untuk menghalang-halanginya. Lapangan Ikada telah dijaga oleh pasukan Jepang yang
bersenjata lengkap.
Pada pagi hari itu juga, rumah Sukarno dipadati oleh sejumlah massa. Untuk mejaga
keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr. Muwardi meminta Latief Hendraningrat
beserta beberapa anak buahnya untuk berjaga-jaga di sekitar rumah sukarno. Sementara
itu, Walikota Jakarta, Suwiryo memerintahkan kepada Wilopo untuk mempersiapkan
peralatan yang diperlukan seperti mikrofon. Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada
S. Suhud untuk menyiapkan tiang bendera. S.Suhud mendapatkan bendera Merah Putih
dari ibu Fatmawati. Bendra dijahit ibu Fatmawati sendiri dan ukurannya sangat besar
(tidak standar). Bendera Merah Putih yang di jahit Fatmawati dikenal dengan bendera
pusaka. Sejak tahun 1969 tidak lagi di kibarkan dan diganti dengan bendera duplikat.
Tokoh-tokoh yang hadir, antara lain Mr. A. A. Maramis, dr. Buntaran Martoatmojo,
Mr. Latuharhary, Abikusno Cokrosuyoso, Ki Hajar Dewantara, Dll.
Acara yang di rencanakan pada upacara besejarah itu adalah; Pertama pembaccan teks
proklamasi; kedua, pengibaran bendera Merah Putih; dan Ketiga, sambutan walikota
Suwiryo dan dr. Muwardi dari keamanan.
5. Kebahagiaan Rakyat atas Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 22 Agustus, Jepang akhirnya secara resmi mengumumkan penyerahan
kepada Sekutu. Baru pada bulan September 1945, Proklamasi diketahui wilayah-
wilayah yang terpencil. Keempat penguasa kerajaan yang ada di Jawa Tengah
menatakan dukungan mereka kepada Republik, yaitu Yogyakarta, Surakarta,
Pakualaman, dan Mangkunegaraan.Euforia revolusi segera melanda negara ini,
khususnya kaum muda yang merespon kegairahan dan tantangan kemerdekaan.
Laskar Masyumi dan Barisan Hizbullah, menerima banyak pejuang baru dan ikut
bergabung dalam kelempok-kelempok bersenjata islam lainnya yang umumnya disebut
Barisan Sabilillah, yang kebanyakan dipimpin oleh paea Kiai.
Proklamasi kemerdekaan akan disebarluaskan melalui radio, tetapi Jepang menentang
upaya penyiaran tersebut, dan malah memerintahkan agar para pernyiar meralat berita
proklamasi sebagai sesuatu kekeliruan. Oleh karna itu, pada tanggal 20 Agustus 1945
pemancarnya disegel dan parapegawainya dilarang masuk. Mereka kemudian membuat
pemancar baru di Menteng 31. Di samping menggunakan radio, para wartawan juga
menybar luaskan berita proklamasi melalui media cetak.Tanggal 3 September 1945,
para pemuda mengambil alih kereta api termasuk bengkel di Manggarai. Tanggal 5
September 1945, Gedung Radio Jakarta dapat dikuasai. Tanggal 11 September 1945,
seluruh Jawatan Radio berhasil dikuasai oleh Republik. Oleh karena itu, tanggal 11
September dijadikan hari lahir Radio Republik Indonesia (RRI).
Tanggal 19 Agustus 1945 Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VIII
telah mengirim kawat ucapan selamat kepada Presiden Sukarno dan Wakil Presiden
Moh. Hatta atas berdirinya Negara Republik Indonesia dan atas terpilihnya dua tokoh
tersebut sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Kemudian untuk mempertegas sikapnya,
Sri Sultam Hamengkubuwana IX dan Sri Paku Alam VII pada tanggal 5 September
1945 mengeluarkan amanat antara lain sebagai berikut :
1. Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah
istimewa dari Negara Indonesia.
2. Sri Sultan sebagai kepala daerah dana memegang kekuasaan atas Negeri
Ngayogyakarta Hadiningrat.
3. Hubungan antara Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat dengan pemerihtah pusat
Negara RI bersifat langsung. Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa betanggung
jawab kepada Presiden.
Amanat Sri Paku Alam VIII sama dengan amanat Sri Sultan Hamengkubuwana IX.
Hanya saja kata Sri Sultan Hamengkubuwana IX’ diganti dengan ‘Sri Paku Alam VIII’
dan ‘Negeri Ngayogyakarta Hadininggrat’ Diganti dengan ‘Negeri Paku Alaman’.
Memasuki bulan september 1945 di surabaya terjadi perebutan senjata di gudan Don
Bosco. Rakyat surabaya juga merebut marks pertahanan jepang di jawa timur, serta
pangkalan Angkatan Laut di ujung sekaligus merebut pabrik pabrik yang tersebar di
sana
Pada tanggal 19 September 1945, seorang bernama ploegman di bantu kawan
kawannya mengibarkan bendera merah putih biru di atas Hotel Yamato. Residen
sudirman segera memperingatkan agar ploegman dan kawan kawannya menurunkan
bendara tersebut. Peringatan itu tidak mendapat tanggapan.hal ini telah mendorong
kemarahan para pemuda surabaya. Para pemuda surabaya kemudian menyerbu Hotel
Yamato. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel dan menurunkan bendara
merah putih biru, kemudian merobek bagian birunya, setelah itu, bendera tersebut di
kibarkan kembali sebagai bendera merah putih.
Indonesia telah merdeka paada tanggal 17 agustus. Bangsa indonesia dimensin sosial,
sebagai rakyat yang merdeka tidak lagi merupakan kelompok 2 atau 3, tetapi sederajat
dengan masyarakat dan bangsa lain.
Sumber: Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia, 1994.
MENGANALISIS TERBENTUKNYA NKRI
1. Pengesahan UUD 1945 Dan Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melakukan siding yang menghasilkan persetujuan
dan pengesahan UUD ( Undang Undang Dasar ), yang kemudian dikenal sebagai UUD
1945. Sebelum konsep itu disahkan, atas prakarsa Moh.Hatta, berdasarkan pesan dari
tokoh Kristen di Indonesia Bagian Timur, sila pertama dasar negara yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi :Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya:, diubah menjadi “Ketuhanan
Yang Maha Esa”.
Setelah proklamasi, PPKI melakukan rapat pertama di Pejambon (sekarang dikenal
sebagai gedung pancasila). Sekitar pukul 11.30, siding pleno dibuka di bawah pimpinan
sukarno. Kemudian dilaksanakan acara pemandangan umum, yang dilanjutkan dengan
pembahasan bab demi bab dan pasal demi pasal. Sidang dilanjutkan dengan pemilihan
presiden dan wakil presiden. Sebagai dasar hukum pemilihan presiden dan wakil
presiden tersebut, harus disahkan dulu pasal 3 dari aturan peralihan. Ini menandai untuk
pertama kalinya presiden dan wakil presiden dipilih oleh PPKI.
2. Pembentukan Departemen Dan Pemerintahan Daerah
Sidang PPKI dilanjutkan kembali pada tanggal 19 Agustus 1945. Acara yang pertama
adalah membahas hasil kerja panitia kecil yang dipimpin oleh Otto Iskandardinata.
Sebelum acara dimulai, presiden Sukarno ternyata telah menunjuk Ahmad Subarjo,
Sutarjo Kartohardikusumo, dan Kasman Singodimejo sebagai panitia kecil yang
ditugasi merumuskan bentuk departemen bagi pemerintahan RI, tetapi bukan
personalianya (pejabatnya).
Otto Iskandardinata menyampaikan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya. Hasil
keputusannya tentang pembagian wilayah NKRI menjadi delapan Provinsi, yaitu
sebagai berikut:
1. Jawa Barat 2. JawaTengah
3. Jawa Timur 4. Borneo (Kalimantan)
5. Sulawesi
6. Maluku 7. Sunda Kecil
8. Sumatra
Di samping delapan wilayah tersebut, masih ditambah daerah Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Surakarta. Setelah itu, sidang dilanjutkan mendengarkan laporan Ahmad Subarjo, mengenai pembagian departemen atau kementrian. Adapun hasil yang
disepakati, NKRI terbagai atas 12 Departemen sebagai berikut :
1. Kementrian Dalam Negeri 2. Kementrian Luar Negeri