BAB II MASJD DAN TA’MIR MASJID DALAM ISLAM A. Masjid dan Manjemen Masjid 1. Pengertian Masjid Secara bahasa sering kali kita jumpai bermacam-macam cara, untuk memperjelas dalam ejaan yang dimiliki oleh bahasa tertentu, apa lagi dalam bahasa Indonesia. Namun akan lebih baiknya kita ketahui dahulu apa yang dimasud dengan Masjid. Kata Masjid berasal dari bahasa arab yaitu sajada yang berbentuk fi‟il madhi, yang berarti tempat sujud didalam fi‟il mudhori‟ berubah menjadi yasjudu yang artinya telah sujud (menundukkan kepala sampai ketanah) , jama‟ dari kata sujudan sedangkan pertambahan huruf mim di awalnya terjadilah isim makan. Sehingga berubah menjadi Masjidun yang menunjukkan tempat sujud. Setelah dipakai untuk bahasa Indonesia tersebut mengalami perubahan cara penyebutannya, sehingga huruf a diganti dengan huruf e hal ini di dipengaruhi oleh unsur bahasa, yang di kenal dengan imbuhan. Sehingga terbentuklah dari kata ma menjadi me sehingga manjadi “Mesjid” Dengan kata lain tempat tersebut bukanlah tertuju kepada hanya satu Masjid, tetapi setiap masjid diseluruh jagat raya ini, dan bukan pula di tunjukkan hanya kepada seorang saja akan tetapi kepada semua umat Islam yang ada di dunia ini. 1 1 .Sidi Gazalba,Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, pustaka antara, Jakarta, 1964, hlm 112, 16
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
MASJD DAN TA’MIR MASJID DALAM ISLAM
A. Masjid dan Manjemen Masjid
1. Pengertian Masjid
Secara bahasa sering kali kita jumpai bermacam-macam cara, untuk
memperjelas dalam ejaan yang dimiliki oleh bahasa tertentu, apa lagi dalam
bahasa Indonesia. Namun akan lebih baiknya kita ketahui dahulu apa yang
dimasud dengan Masjid. Kata Masjid berasal dari bahasa arab yaitu sajada yang
berbentuk fi‟il madhi, yang berarti tempat sujud didalam fi‟il mudhori‟ berubah
menjadi yasjudu yang artinya telah sujud (menundukkan kepala sampai ketanah) ,
jama‟ dari kata sujudan sedangkan pertambahan huruf mim di awalnya terjadilah
isim makan. Sehingga berubah menjadi Masjidun yang menunjukkan tempat
sujud. Setelah dipakai untuk bahasa Indonesia tersebut mengalami perubahan cara
penyebutannya, sehingga huruf a diganti dengan huruf e hal ini di dipengaruhi
oleh unsur bahasa, yang di kenal dengan imbuhan. Sehingga terbentuklah dari
kata ma menjadi me sehingga manjadi “Mesjid” Dengan kata lain tempat tersebut
bukanlah tertuju kepada hanya satu Masjid, tetapi setiap masjid diseluruh jagat
raya ini, dan bukan pula di tunjukkan hanya kepada seorang saja akan tetapi
kepada semua umat Islam yang ada di dunia ini.1
1.Sidi Gazalba,Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, pustaka antara,
Jakarta, 1964, hlm 112,
16
Secara Istilah Masjid merupakan banguan berbentuk tembok yang terbuat
dari berbagai bahan bangunan, sama halnya dengan sebuah gedung. Bahkan
Masid mempunyai keistimewahan ketimbang dengan sebuah rumah yang megah
karena Masjid merupakan tempat yang suci dan di sucikan. berangkat dari hal
inilah bahwa tidak benar Masjid adalah tempat menghubungkan dengan Ilahi
semata. Sebuah banguan fisik yang bertembok bagaikan sebuah kubus kosong,
maka kubus tersebut akan bernilai tinggi bila di isi dengan bahan atau barang yang
bernilai. Sebaliknya bila kita hanya memanfaatkannya hanya sebagai kotak yang
tidak mempunyai nilai, maka ia akan hampa dari pandangan kita, begitu juga
sebuah Masjid yang ada.
Berbagai macam bentuk bangunan fisik Masjid yang megah dan romantis,
namun tidak seharusnya yang terukir dalam tuntunan Rasulullah Saw, hal ini
hanya realita kondisi masyarakat sekarang, Masjid bukanlah suatu gedung yang
bernilai sempurna. tetapi hanya mempunyai nilai satu diantara yang lainnya itu
diantara yang lainnya mengartikan Masjid hanya tempat ibadah semata
Posisi Masjid dengan berbagai kondisi fisik dan apa yang terkandung
didalamnya sekarang dituntut lebih fungsional. Dengan demikian kita harus
membuka hati dan memahami lebih luas bahwa Masjid bukanlah selembar
sajadah akan Masjid adalah sebuah bangunan yang mempunyai berbagai macam
fungsi yang dapat membawa kesempurnaan semua umat Islam.2
2 Sumoto akib, Majalah Suara Masjid, no 187, 1990, hlm 4.
Pada masa rasulullah dan zaman ke emasan islam terdahulu masjid ketika
itu dijadikan bagaikan sebuah gedung yang ditegakkan oleh seorang kepala
keluarga, dengan kata lain bisa di jadikan serba guna, begitu juga pada zaman
daulah ummayyah masjid berfungsi sebagai tempat ibadah, selain itu juga
merupakan sentral kegiatan umat. Dan tidak hanya berfungsi sebagaimana yang
kita ketahui sekarang ini, masjid yang ada tampaknya kurang berfungsi
sebagimana mestuinya masjid yang di contohkan pada zaman rasul. Pada masa
daulah umayyah terdahulu. Masjid disamping sebagai tempat ibadah juga
dijadikan pusat kehidupan ilmu pengetahuan termasuk pendidikan moral di
dalamnya tersebut. kemudian sejarah islam mencatat bahwa yang dibangun
rasulullah saw yang pertama kali bukanlah rumah, sekolah atau pun bangunan
lainnya. akan tetapi yang dibangun pertama kali adalah Masjid. Dan kita ketahui
bahwa didalam diri rasul sendiri adalah contoh yang mulia. Pendirian Masjid
pertama dalam islam adalah Masjid quba masjid ini mempunyai potensi vital
dalam menyatukan umat. Karena membangunya terdapat unsur ketaqwaan
kepada-nya, walaupun bentuk konstruksinya sangat sederhan. pada zaman
sekarang ini ketaqwaan itu bersifat universal. salah satu unsur orang yang
bertaqwa adalah orang yang dapat memakmurkan masjid atau memanfaatkan
fungsinya dengan jalan pendidikan. Didalam konteks kelembagaan dan struktur
kepengurusan (pemimpin) nya, maka masjid dapat dikatakan suatu tempat yang
merupakan tempat pembinaan manusia seutuhnya. Seperti yang di cita-citakan
oleh bangsa Indonesia di dalam UUD 1945 GBHN.
Dengan demikian Masjid merupakan sekolah yang kedua bagi umat Islam.
Di dalam masjid dapat di selenggarakan berbagai macama aktifitas belajar dan
mengajar ke ilmuan, baik dalam bentuk formal maupun tidak, begitu juga dalam
keagamaan maupun umum, walaupun realitasnya belum tembus kepada
sasarannya. Mengapa demikian sebagai sekolah dikarenakan Masjid adalah suatu
tempat terutama diperuntukkan bagi bagi pembinaan generasi muda dan anaka-
anak dalam rangka mempersiapkan meraka sebagai penerus, cita-cita dan
perjuang bangsa sesuai dengan falasafah pancasila.
Sehubungan dengan hal tersebut, sebagaimana yang telah di ungkapkan
oleh Husin Naparin pendidikan Islam adalah pendidikan yang berasaskan kepada
ajaran atau tuntunan agama Islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi-
pribadi muslim. Tujuan pendidikan Islam adalah identik dengan tujuan dengan
hidup setiap orang muslim yaitu menjadi hamba Allah. Untuk mencapai sasaran
ini maka tidak diragukan bahwa Masjid adalah sarana yang efektif. Nabi
Muhammad Saw malakukan hal ini di dalam membina masyarakat muslim di
Madinah. Masjid Nabawi telah berfungsi menyampaikan risalah pendidikan Islam
sesempurnanya.3Sedangkan pengertian kata Masjid, banyak dalam kitab suci Al
Qur‟an, terulang samapai 28 kali, tersebar diberbagai ayat dan dann surah al–
qur‟an, dalam ilmu tafsir, kata-kata atau kalimat yang di ulang- ulang dalam al-
qur‟an, menunjukkan bahwa kata-kata tersebut mengandung makna yang sangat
penting, sebagaimana kata Masjid diulang sebanyak 28 kali dalam alqur‟an
3. Husin Nafarin, majalah , suara Masjid, no 187, bulan april, 1990, hlm 28
menunjukkan betapa pentingnnya kedudukan dan fungsi masjid dalam ajaran
Islam.
a. Fungsi masjid pada masa Rasulullah Saw sampai sekarang
1. Memahami Masjid sebagai tempat ibadah ( Shalat ) untuk mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara berzikir, memohon ampunan kepada Allah Swt,
serat sebagai pembinaan umat Islam sebagimana yang digambarkan al qu‟an
dan di contohkan oleh Nabi.
2. Memahami Masjid hanya sebagai tempat melaksanakan sholat saja.
Pemahaman ini yang masih mendominasi pemahaman umat Islam di
Indonesia terhadap Masjid, sama halnya dengan agama-agama lainnya
terhadap tempat ibadahnya, yaitu hanya tempat ritual semata. Dari kedua
pemahaman tentang Masjid di atas merupakan salah satu indikator kualitas
pemahaman umat Islam terhadap agamanya. Oleh sebab itu kualitas dan
kondisi umat di satu tempat dapat tercermin dari pemahaman dan
pemanfaatan mereka terhadap Masjid. Pemahaman umat Islam tentang
konsepsi Masjid secara benar merupakan barometer untuk mengukur kualitas
masyarakat muslim dimana pun mereka barada. Apabila umat Islam
memahami seperti katagori pertama, maka berarti tujuan menciptakan
masyarakat Muslim yang sejahtera yang bahagia di dunia dan akhirat dapat
tercapai. Namun sebaliknya umat Islam memahami dan melaksanakan Masjid
seperti katagori kedua, maka kondisi Masjid itu berada dalam dalam keadaan
krisis sekalipun berbentuk bangunan yang mewah,4
4. Syahidin, Pemberdayaan umat berbasis Masjid, alfabeta, Bandung, 2003, hlm 1
3. Sebagai pusat kebudayaan
Dalam ajaran Islam sistem sosial dan budaya tercermin dari ajarannya, hal itu
adanya agama karena adanya manusia. Dengan demikian manusia lah yang
menciptakan kebudayaan tersebut. Kebudayaan itu sendiri merupakan hasil
dari daya cipta manusia, dengan demikian kebudayaan itu bisa bersifat fisik
dan non fisik. Kebudayan yang bersifat fisik seperti bangunan candi-
candi,bangunan gedung dan lain sebagainya. Sedangkan yang non fisik
seperti sistem norma, adat istiadat, seni ilmu pengetahuan dan lain
sebagainya.
4. Sebagai pusat politik dan ekonomi
Seperti yang kita ketahui bahwa nabi Muhammad Saw adalah seorang tokoh
atau pemimpin umat Islam yang pertama, dan diwajibkan untuk mencontoh
tentang kepemimpinan yang diterapkan oleh nabi Muhammad Saw.
Rasulullah tidak hanya menjadi seorang pemimpin dalam agama saja, akan
tetapi dalam kenegaraan ia juga seorang pemimpin yang patut kita teladani.
Manusia pilihan ini bukan hanya sebagai propesi sebagai Imam dalam
pengabdianya kepada Allah semata, akan tetapi didalam pemerintahan ia juga
seorang pemimpin, termasuk dalam memipin perang-perang yang terjadi pada
masa itu. Pada masa kejayaan Islam dahulu Nabi Muhammad Saw, semua
permasalahan yang dihadapi oleh semua masyarakat dan pasukan perang
mereka pecahkan dan mengatur strategi perang dilakukan di Masjid.
Dalam masjid Nabi memimpin sholat sebagai imam dan juga
memecahkan masalah–masalah masyarakat sebagai pemimpin masyarakat,
kemudian menyusun strategi dalam menghadapi lawan. Dengan demikian
imam sholat itu sekalian juga “imam” dalam sosial dan politik.
Istilah politik dalam negara biasanya diarahkan kepada bentuk
sosial,ekonomi dan kenegaraan atau strategi dalam menghadapi lawan baik
itu yang bersifat kesuksesan maupun yang bersifat kehancuran atau
peperangan. Semua itu dilakukan pada masa nabi Muhamamad Saw
dituntaskan di Masjid.
Berbicara masalah ekonomi, memang tempat tidakan riil ekonomi,
misalnya hubungan antara modal dan kerja, pembagian zakat ( pembagian
kekayaan ) dan lain sebagainya. “Dengan demikian jelaslah bahwa
sesunggunya disinilah terletak fungsi masjid dalam kehidupan ekonomi, yaitu
mengingati, mengawasi, menuntun pemikiran dalam kegiatan dan tindakan
ekonomi.”
5. Masjid dan lembaga pendidikan
Dalam konteks ini, Masjid merupakan lembaga dalam masyarakat (Islam)
untuk mencari ilmu pengetahuan, bila kita kembali kepada dinul Islam, maka
tempat yang pertama untuk memperoleh ilmu tersebut adalah Masjid. Sesuai
dengan tujuan dalam agama Islam bahwa Allah menciptakan manusia itu
hanyalah untuk membentuk insan yang seutuhnya (sempurna) dengan kata
lain manusia yang mempunyai kebahagiaan baik di dunia maupum diakhirat.
Islam mempunyai tempat yang harmonis di dalam melaksanakan
pendidikan yakni di Masjid, mengapa demikian karena dalam Islam ilmu itu
sendiri bersumber kepada Al- Qur‟an dan hadits. Sedangkan masjid sendiri adalah
lembaga yang lengkap dalam Islam. Sidi Gazalba juga mengatakan “pada masa
nabi Muhammad Saw dan masa yang segera menyusul sesudah itu, ajaran Islam
diberikan dan diterima di Masjid. Semua permasalahan di selesaikan di Masjid
apalagi masalah pendidikan.5
Fasilitas yang lengkap dan semangat masyarakat dalam membangunya.
Semua permasalahan yang terjadi yang dihadapi semua umat Islam semuanya
dilakukan di Masjid pada zaman Rasululah apalagi masalah yang berkaitan
dengan masalah pendidikan agama. Agama Islam menjadi produk Insan Kamil itu
tentunya telah mempunyai tempat yang baik untuk membentuk Insan Kamil itu
sendiri. Dimana dalam jangka waktu dua puluh empat jam (dalam sehari
semalam) mereka, telah bertemu dengan sesama jama‟ah ditempat yang baik tadi
yaitu Masjid. Untuk mengembalikan situasi sekarang ini, dimana tampaknya suatu
hal yang aneh jika gedung dijadikan tempat pendidikan, namun kalau kita melihat
kembali kebelakang, pada masa ke emasan rasulullah Saw dan juga para sahabat.
Tentulah tidak akan terjadi seperti saat ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
al abrasyi sebagai berikut.Dalam masa keemasan Islam pertama Masjid, pemuda-
pemuda Islam, dan orang-orang yang telah berumur sama-sama duduk di Masjid
untuk duduk mengikuti semua pelajaran-pelajaran yang diberikan, diantara
5. sidi gazalba, Masjid pusat ibadah dan kebudayaan Islam, Jakarta, pustaka antara, cet II
1964,hlm, 202
mereka yang telah menjadi siswa di masjid itu adalah Ali bin abi thalib dan
Abdullah bin abbas.
Pendidikan dalam Islam rapat sekali hubungannya dengan Masjid. Kaum
muslim telah memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah, sebagai pendidikan
hukum-hukum agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan
pemimpin-pemimpin militer dan bahkan sebagai Istana tempat menerima duta-
duta besar asing, sebagai pusat kehidupan kerohanian, sosial, politik sehingga
Masjid-Masjid itu disebut sebagai “ Rumah Allah Swt “. Untuk memasuki Masjid
tidak harus meminta izin terlebih dahulu, baik itu untuk kegiatan ibadah, seperti
sholat lima waktu dan lain sebagainya.
Berdasarkan dari pendapat abrasyi diatas bahwa dapat hal ini sejalan
dengan keadaan sekarang ini. bahkan fungsi Masjid sebagai lembaga politik,
sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. kemudian abrasyi juga mengatakan
“bahwa tradisi rasulullah Saw bahwa beliau duduk dimasjid nabawi di kota
Madinah untuk memberikan pelajaran kepada semua para sahabat mengenai
masalah-masalah keagamaan dan masalah yang berkaitan dengan duniawi.6 Ada
sumber lain juga yang mengatakan bahwa fungsi masjid itu juga adalah sebagai
lembaga pendididkan , baik itu pendidikan yang bersifat formal maupun yang non
formal lainnya.7
6. Athiyah al- abrasyi ,dasar-dasar pokok pendidikan, bulan bintang, Jakarta, hlm 58 7. Husin Nafarin, suara Masjid,no 187, bulan april, 1990, hlm23
2. Visi dan Misi Masjid
Ta‟mir Masjid perlu menerapkan prinsip – prinsip organisasi yang baik
agar usaha-usaha yang dilakukan dalam mencapai visi dan misi dapat berlangsung
dengan hasil yang memuaskan. Dalam menerapkan prinsi-prinsip kepengurusan
Masjid di perlukan sikap kritis yang selalu di barengi dengan nilai-nilai Islam,
penerapannya sebagi berikut.8
1. Visi - visi Masjid diantaranya
a. Menjadikan Masjid ramai di kunjungi oleh jama‟ah
b. Menjadikan Masjid berkembang dengan besar dan lebih indah
c. Menjadikan jama‟ah Masjid lebih bahagia, di dunia dan di akhirat
2. Misi –misi Masjid diantarnya
a. Menjalin silaturrahim sesama jama‟ah Masjid
b. Meningkatkan ekonomi jama‟ah
c. Menjadikan jama‟ah memiliki akhlak yang baik
d. Menjadikan jama‟ah lebih meningkatkan Iman dan taqwa kepada Allah
SWT.
Visi dan Misi Masjid akan berjalan dengan baik dan lancar jika
rencananya itu disesuaikan dengan kemampuan pelaksanaan dan keadaan.Setiap
rencana hendaknya di buat berdasarkan musyawarah dan dibuat sebaik mungkin.
Dalam menyusun program kerja Masjid tentunya harus memerlukan dua bidang
agar program kerja akan berjalan dengan baik diantaranya:9
1. Program pembinaan atau pengembangan fungsi dan peran masjid sebagai