Top Banner

of 25

Masalah Penelitian

Jan 14, 2016

Download

Documents

Wong

Tugas MatKul
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Mojokerto, 10 Pebruari 2006

MASALAH PENELITIAN1.Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah, bila dalam peneliti telah dapat menemukan masalah yang betul-betul masalah, maka pekerjaan penelitian 50 % telah selesai (Prof. Dr. Sugiyono, 1999, 25).2.Masalah merupakan kesenjangan/perbedaan apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi (Bambang Tri Cahyono, 1996, 7).3.Hal-hal yang dapat dipermasalahkan dalam penelitian adalahmasalah(problem)ataupeluang (opportunity)yang didefenisikan dengan jelas, baik keluasannya maupun kedalamannya.Masalahdiartikan sebagai suatu situasi dimana suatu fakta yang terjadai sudah menyimpang dari batasan toleransi yang diharapkan. Sedangkanpeluangadalah suatu kondisi eksternal yang menguntungkan jika dapat dirah dengan usaha-usaha tertentu tetapi dapat juga secara langsung atau tidak langsung menjadi ancaman bila peluang itu dapat dimanfaatkan oleh pesaing (Husein Umar, SE, MM, MBA., 1999, 8).4.Masalah riset merupakan suatu pernyataan informasi spesifik yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk membantu memecahkan masalah keputusan manajemen. Ketikamasalah/peluangtelah diketahui maka sebuah riset akan mendapatkan gambarannya (C. McDanieldan R. Gates, 2001, 52).5.Penelitian dapat diawali dengan adanya keingintahuan yang kuat dari peneliti,tanpa adanya kejadian yang sangat istimewa(negatif/positif), seseorang bisa melakukan penelitian karena ada sesuatu hal yang ingin diketahuinya sendiri guna kepentingan ilmunya sendiri. Seseorang yang tertarik dalam bidang ilmu manajemen dapat saja meneliti efektivitas gugus kendali mutubukan untuk kegunaan praktis, tetapi semata-mata inginmembuktikan teoriyang dipelajarinya, atau untuk menyusun suatu teori yang baru (Hasan Mustafa, 1997)6.Permasalahan yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut:Pertama, peneliti memilikikeahliandalam bidang yang dikaji.Kedua, tingkatkemampuanpeneliti memang sesuai dengan tingkat kemampuan yang diperlukan untuk mememecahkan permasalahan yang ada.Ketiga, Peneliti memilikisumber dayayang diperlukan.Keempat, peneliti telah mempertimbangkan kendalawaktu, dana,dan berbagaikendala laindalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan (Mudrajad Kuncoro, Ph.D, 2003, 26)7.Petunjuk untuk mengatasi penentuan masalah: 1). Tentukan secara tentatif atau coba-coba suatu topik, lalu pilihlah judul penelitian 2). Buat sketsa mengenai interrelasi dan perurutan-perurutan dari masalah-masalahnya pada secarik kertas, 3). Membahas luasnya area topik, dan berusaha menemukan aspek-aspek kesulitannya, yaitu pusat-pusat simpul yang harus diurai, 4) Dengan persoalan-persalan tersebut baca secara selektif buku-buku referensi, catatan-catatan, dokumen-dokumen, naskah-naskah, laporan-laporan, majalah, dan materi informatif lainnya yang telah dibuat penulis-penulis lain, dan ada sangkut pautnya dengan masalah yang tengah kita garap (Dra. Kartini Kartono, 1980, 55)8.Masalah penelitian dapat dilihat dalam tiga bentuk: 1).Exploratory Research(Riset untuk menemukan sesuatu): Ini adalah suatu riset yangmemecahkan problem/isu/topik baru yang sangat sedikit diketahui, sehingga ide riset sebelumnya tidak dapat diformulasi denan baik pada tahap awal. Persoalnnya dapat datang dari bagian disiplin ilmu, baik itu suatu tak-teki riset teoritis atau riset yang mempunyai dasar empiris, 2).Testing out research(Riset untuk menguji coba sesuatu), dalam riset ini kita mencoba untuk menemukan batas dari generalisasi yang diusulkan sebelumnya. Pada umumnya ini adalah riset dasar, misalnya apakah suatu teori dapat diterapkan pada suhu tinggi, jumlah testing yang dilakukan tidak terbatas dan terus menerus, karena dengan ini kita mampu untuk memperbaiki dengan menspesifikasi, momodifikasi, mengklarifikasi generalisasi yang dikembangkan oleh disiplin ilmu kita yang penting. 3).Problem Solving Research(Riset untuk memecahkan masalah): dari riset jenis ini kita mulai dari adanya suatu masalah dalam dunia nyata dan membawa semua sumber daya inteelktual untuk memecahkan masalahnya. Permasalahan harus dapat ditentukan secara jelas dan metode pemecahan masala harus ditemukan. Orang yang bekerja dalam cara ini harus menciptakan dan mengidentifikasi pemecahan masalah sebelumnya dalam setiap langkah. Ini biasanya melibatkan sejumlah teori dan metode, kadang-kadang melintas lebih dari satu disiplin, karena masalah dunia nyata pada umumnyamessy(kacau) dan tidak dapat dipecahkan dalam batas sempit dari satu disiplin akademis (Prof. Dr. Ir. Jacub Rais, M.Sc., 2003)9.Yang disebut dengan masalah penelitian adalah hal-hal yang berkaitan dengan: masalah/problema (problem), peluang (opportunity), ketertarikan (anxiety), keraguan/ketidakpastian(uncertainty), ketiadaan (blankness), kelangkaan (rarely), kemerosotan (decline), ketertinggalan (left behind) (Azuar Juliandi, 2004, 8).PENEMUAN DAN SUMBER MASALAH10.Penemuan Masalah: Kegiatan untuk menemukan permasalahan biasanya didukung olehsurvai ke perpustakaanuntuk menjajagi perkembangan pengetahuan dalam bidang yang akan diteliti, terutama yangdiduga mengandung permasalahan. Kegiatan penemuan permasalahan yang didukung oleh survai ke perpustakaan untuk mengenali perkembangan bidang yang diteliti. Pengenalan ini akan menjadi bahan utama deskripsi latar belakang permasalahan dalam usulan penelitian (Prof. Dr. Achmad Djunaedi, 2000)11.Penemuan Masalah:a.Pasif: Masalah penelitian yang ditemui secarapasifadalah penelitian yang datang berdasarkan autoritas. Misalnya permintaan penelitian yang datang dari pimpinan suatu lembaga penelitian, atau penelitian pesanan dari suatu sponsor. Untuk hal semacam itu masalah penelitian sudah ada dengan sendirinya, sehingga sebagai peneliti kita tinggal merumuskan obyeknya dan meneruskan tahap-tahap penelitian selanjutnya.b.Aktif: Cara-caraaktifmerupakan penemuan masalah yang dieksplorasi secara mandiri oleh peneliti, dalam menemukan fenomena-fenomena yang dianggap penting dan harus segera dipecahkan (Muhammadi, 2004).12.Sumber Masalah:a. Formal, terdiri dari:a.1.Rekomendasi penelitian: Masalah dapat ditelusuri dari hasil penelitian orang lain. Sebuah penelitian memiliki bagian kesimpulan dan saran, dari bagian inilah seorang peneliti menemukan masalah dengan menganalisis adanya kemungkinan untuk melanjutkan penelitian tersebut sebagai upaya untuk mengkaji hal-hal yang belum terungkap, mengulang penelitian tersebut untuk memperkaya teori, dan hal-hal lain yang mungkin ditemukan dari analisis hasil penelitian orang lain.a.2.Analogi: Analogi merupakan penemuan masalah dengan cara mengadaptasi masalah dari suatu pengetahuan dan menerapkannya ke bidang pengetahuan si peneliti baru, dengan adanya persyaratan bahwa kedua bidang tersebut harus memiliki kesesuaian dalam hal-hal yang penting.a.3.Renovasi: Renovasi juga merupakan sebuah metode menemukan masalah penelitian yakni dengan cara mengganti suatu unsur yang tidak sesuai lagi dengan suatu teori, untuk meningkatkan kebenaran suatu teori.a.4.Dialektikal: Dialektikal adalah bantahan terhadap suatu teori tertentu.Ekstrapolasi: Cara penemuan masalah dengan ekstrapolasi adalah dengan membuattrendsuatu teori atautrendpermasalahan yang dihadapi.a.5.Morfologi: Morfologi merupakan pengujian kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam sebuah permasalahan yang kompleks.a.6.Dekomposisi: Dekomposisi merupakan cara penjabaran suatu permasalahan ke dalam komponen-komponennya.a.7.Agregasi: Agregasi adalah kebalikan dari dekomposisi. Peneliti dapat mengambil hasil-hasil penelitian atau teori dari beberapa bidang atau beberapa penelitian dan mengumpulkannya untuk membentuk suatu permasalahan yang lebih rumit dan kompleks.b. Nonformal, terdiri dari:b.1.Konjektur: Konjektur adalah permasalahan yang ditemukan dengan naluriah (fakta apresiasi individu terhadap lingkungannya), dan tanpa dasar-dasar yang jelas. Bila kemudian dasar-dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah.b.2.Fenomenologi: Menemukan permasalahan-permasalahan baru yang berhubungan dengan fenomena-fenomena yang dapat diamati.b.3.Konsensus: Penemuan permasalahan dari hasil kesepakatan-kesepakatan, misalnya kesepakatan para ahli dalam suatu bidang yang sama.b.4.Pengalaman: Pengalaman juga merupakan sumber permasalahan yang dapat dijadikan kajian penelitian, baik pengalaman yang gagal maupun pengalaman yang sukses di masa lalu (Prof. Dr. Achmad Djunaedi, 2000)13.Sumber Masalah:a.Paper:mempelajari dokumen, buku, majalah, laporan penelitian atau penemuan sebelumnya.b.Personal:melakukan wawancara atau diskusi dengan para ahli atau orang-orang yang ada pada lokasi penelitian.c.Place:mengamati daerah/lokasi penelitian yang akan diteliti(Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2002, 41).14.Sumber Masalah:a.Penelitian terdahulub.Pengamatan di lapanganc.Diskusi, ceramah, kuliahd.Dosen para peneliti dan para ahlie.Bibliografi (daftar kepustakaan) (Drs. Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Achmadi, 2004, 61).15.Sumber Masalah:a.Bacaan berupa jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, disertasi, buku teks, dan internet.b.Seminar, lokakarya, diskusi, dan lain-lain pertemuan ilmiah.c.Pernyataan pemegang otoritas.d.Pengamatane.Pengalamanf.Intuisi (Prof. Dr. H. Sarmanu, M.S., 2004, 14).16.Sumber Masalah:a.Pengalamanb.Literatur yang dipublikasikan: buku, teks, jurnal, text databasec.Literatur yang tidak dipublikasikan: skripsi, tesis, disertasi, paper, makalah-makalah seminar (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999, hal. 43)17.Sumber Masalah:a.Literatur: Literatur atau bahan bacaan yang berhubungan dengan minat dan pngetahuan peneliti.b.Pengalaman pribadi: Semakin banyak pengalaman seseorang baik peneliti maupun manajer akan semakin banyak permasalahan yang didapatkan untuk penelitian (Mudrajad Kuncoro, Ph.D. 2003, 24).JUDUL PENELITIAN18.Proses penting dalam sebuah penelitian adalah pemilihan topik. Topik (topic) adalah pokok permasalahan dari suatu penelitian. Sebagian orang menyebutnya sebagai tema pokok dari suatu persoalan, atau dengan kata lain topik lebih menonjolkan inti dari permasalahan/persoalan, dan dapat menegaskan batas-batas dari masalahnya, serta mengarahkan penentuan judul (Kartono, 1980, 61).

Sumber: Diolah dari Kartono, 1980, 6118.Untuk penelitian kuantitatif, judul penelitian secara eksplisit menunjukkan variabel yang akan diteliti, terutama variabel independen dan variabel dependennya, sedangkan variabel moderator, intervening, atau variabel kontrolnya dapat digambarkan dalam paradigma penelitian, dengan demikian judul menjadi singkat (Prof. Dr. Sugiyono, 2004, 64).

Latar Belakang Masalah

Identifikasi Penelitian

Identifikasi Masalah

Batasan Masalah

Sumber: Sugiyono, 2004, 6419.Judul penelitian yang lengkap diharapkan mencakup: 1). Sifat dan jenis penelitian, 2). Objek yang diteliti, 3). Subjek penelitian, 4). Lokasi/daerah penelitian, 5). Tahun/waktu terjadinya peristiwa. Apabila judul penelitian ditulis singkat, maka perlu ditambahkan dengan jelas penegasan judul dan batasan masalah, penegasan ini ditulis dalam bagian pendahuluan, laporan penelitian, dan tentu saja pada waktu penyusunan desain penelitian (Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2002, 34).20.Judul penelitian yang dipilih harus mampu menggambarkan tujuan dari penelitian, menarik, menggambarkan isi, lokasi atau subjek penelitian, dan periode pengamatan (Mudrajad Kuncoro, Ph.D., 2003, 291).21.Judul perlu singkat tapi bermakna dan tentu saja harusjelas terkaitdenganisinya. Bila judul memang tidak dapat dipersingkat, meskipun tetap panjang, maka judul dapat dibuat bertingkat, yaitu judul utama, dan anak judulLATAR BELAKANG MASALAH22.Latar belakang masalah berisiinformasitentang suatumasalahdan ataupeluangyang dapat dipermasalahkan agar ditindaklanjuti lewat penelitian, termasuk hal-hal yang melatarbelakanginya (Husein Umar, SE, MM, MBA., 2001, 238).23.Latar belakang masalah berisi tentangsejarahdanpersitiwa-peristiwayang sedang terjadipada suatu proyek penelitian, tetapi dalam peristiwa itu, nampak adanyapenyimpangan-penyimpangandari standar yang ada, baik standar keilmuan maupun aturan-aturan. Dalam latar belakang ini peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah ini, peneliti harus dapat menunjukkan adanya suatu penyimpangan, dan menuliskan mengapa hal itu perlu diteliti (Prof. Dr. Sugiyono, 1999, 302).24.Latar belakang masalah adalah segalainformasiyang diperlukan untuk memahami rumusan masalah yang disusun oleh peneliti (Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 33).25.Pendahuluan/latar belakang masalah adalah memberikan gambaran yang jelas mengenai pemikiran ilmiah, dengan caramengemukakan masalahdan menghadapkanpada beberapapustakayang relevan yang dapat menuntun pembaca menuju kepada pemikiran logis (David Lindsay, 1986, 87)26.Konsep-konsepdanteori-teori ilmiahsebagai sumber masalah dapat dikutip dari literatur yang dipublikasikan: buku teks, jurnal, text database, dan dari literatur yang tidak dipublikasikan: skripsi, tesis, disertasi, paper, makalah-makalah seminar (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999, 43).27.Bagian latar belakang masalah menjelaskanmengapasuatu penelitian dilaksanakan danapayang ingin dicapai atau diketahui dari pelaksanaan penelitian tersebut.Faktadandatayang mendukung harus dicantumkan (Dermawan Wibisono, 2000, 304).28.Banyak orang mengalami kesulitan dalam memutuskan apa yang akan dimasukkan dalam pendahuluan/latar belakang masalah, hasil-hasil penelitian apa yang perlu dikutip, mana yang akan diberikan dalam pendahuluan/latar belakang masalah dan mana yang tidak perlu. Jawabnya mudah, hanyabahan-bahan yang mengarah kepada hipotesislahyang digunakan. Bahan-bahan tersebut disusun menuruturutan yang logis. (David Lindsay, 1986, 8).29.1). Latar belakang masalah harus memuatfaktor-faktorapa saja yang menjadi perhatian anda untuk dijadikan suatu latar belakang. Itulah yang disebut denganlatar belakang faktual(identifikasi masalah yang relevan). 2). Latar belakang memuat berbagaiinformasi kasus, baik secara langsung lewatpengamatandi masyarakat maupun lewatbuku-buku referensi,danhasil-hasil penelitianlain yang sejenis, ini disebutlatar belakang teoritis. Peneliti menghubungkan kasus yang satu dengan yang lain, Bagaimanakasus-kasus kontemporerberhubungan dengankasus-kasus terdahulu, dan bagaimana antarateori-teoriyang dapat menjelaskan fenomena perubahan tersebutdari waktu ke waktu. 3) Latar belakang merupakantonggak problematikyang berisiberbagai persoalanyang akan dijawab dalam bab-bab selanjutnya. Latar belakang memberialur berpikirsehingga mempermudah peneliti untuk mensistematisir persoalan yang ingin dipecahkan. Setiap masalah yang akan dijawab sebaiknya diutarakan sebagai problematik yang akan dibahas dalam bab-bab berikutnya (Dr. Andrik Purwasito, DEA, 2004).30.Hal-hal yang perlu dikemukakan dalam latar belakang masalah:Mengapapenelitimemilih isu tertentu?Apakegunaan penelitian tersebut untuk kepentingan praktis atau teoretis? Agar peneliti dapat menyusun latar belakang penelitiannya dengan baik maka dia harus membekali diri denganbanyak informasitentang isu penelitiannya baik yangberdimensi praktisdanteoritis. Seorang peneliti dengan isu "motivasi kerja", harus dapat menjelaskan mengapa dia meneliti isu tersebut, apa akibat positif yang bisa ditimbulkan dari penelitian dengan isu tersebut. Dalam latar belakang peneliti bisa sajamencantumkan dataataupendapat-pendapatorang lain guna memperkuat alasan penelitiannya (Mustafa, 1997).31.Latar belakang masalah berisiargumentasimengapa penelitian ini penting dilakukan. Menggambarkan situasi dan kondisi baik secara makro maupun mikro serta dilengkapi denganfaktadandata-data lapangan. Menunjukkan sebab-sebab muncul dan terjadinya masalah. Dikotomi, antara apa yang seharusnya terjadi dan kenyataan yang ada. Munculnya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kenyataan. MengemukakanKajian teoritisdibandingkan dengan fenomena yang ada, sehingga penelitian ini menjadi menarik, memberi manfaat besar dan memang urgen untuk dilakukan (W. Gede Merta, 2004, 11).32.Dalam latar belakang penelitian dikemukakan mengenai pentingnya penelitian itu dilaksanakan. Disini penting disebutkan secara jelas, apa masalahnya dan apa akibat dari permasalahan tersebut. Untuk mencari permasalahan mungkin dapat digunakan analisis dengan pokok masalah. Pentingnya penyantuman ringkasantinjauan pustakayang relevan adalah untuk memberikan informasi yang memungkinkan pembaca dapat memahami dan menilai hasil penelitian dalam bidang yang diteliti yang pernah ada serta memberikan justifikasi dari perlakuan yang akan diuji pada metodologi. Disamping itu juga untuk mencegah adanya duplikasi penelitian (Tim Ahli BPPT-PAATP, 1998).33.Pada pendahuluan (red: latar belakang masalah) biasanya peneliti mengungkapkanalasan utamamengapa yang bersangkutan memilih masalah tertentu yang akan diteliti sehingga pihak pembaca dapat memahami mengenai pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dari sisi ilmiah. Pada bagian ini pula, peneliti boleh menuliskan keinginan peneliti untuk mengungkapkan suatugejala/konsep/dugaanyang sedang dipikirkan (Jonathan Sarwono, 2002).34.Latar belakang berisi uraian singkat mengenai lingkungan di seputar masalah yang akan diteliti. Lingkungan tersebut bisa meliputi: 1).Peristiwa tertentuyang menyebabkan proposal diperlukan, 2).Belum tuntasnya literaturdalam menjawab permasalah atau fenomena tertentu(Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 86).35.Dua pertanyaan perlu dijawab dalam rangka mengisi bagian latar belakang ini, yaitu: Mengapa kita memilih permasalahan ini? Apakah ada opini independen yang menunjangdiperlukannya penelitian ini?Untuk menjawab pertanyaan mengapa kita memilih permasalahan ini?, maka langkah pertama, kita perlu memilih bidang keilmuan yang kita ingin lakukan penelitiannya.Pemilihan bidang tersebut diteruskan ke sub-bidang dan seterusnya hingga sampai pada topik tertentu yang kita minati. Langkah kedua, kita perlu melakukan kajian terhadap pustaka berkaitan .kemajuan terakhir ilmu pengetahuan dalam topik tersebut untuk mencari peluang pengembangan atau pemantapanteori. Minat maupun peluang tersebut seringkali didorong oleh isu nyata dan aktual yangmuncul di jurnal ilmiah terbaru atau artikel koran bermutu atau pidato penting dan aktual,atau direkomendasikan oleh penelitian sebelumnya.. Ini semua merupakan opini independen yang menunjang diperlukannya penelitian yang diusulkan tersebut (Prof. Dr. Achmad Djunaedi, 2002, 4).36.Pada latar belakang masalah, isu yang mendorong dilakukannya penelitian harus jelas (dukunglah dengan fakta tertulis daripustaka, terutamajurnal ilmiah terbaru).Pemilihan kasus harus jelasalasannya (alasan karena peneliti berasal dari kota/daerah yang dijadikan kasus bukan merupakan alasan ilmiah). Tunjukkan bahwa kasus yang dipilihbersifat unik dibandingkan kondisi umumnya(yang sudah menjadi teori/pengetahuan yang umum) (Prof. Dr. Achmad Djunaedi, 2002, 15).37.Sistematika isi latar belakang masalah dapat diawali darivariabel dependenbaru kemudianvariabel dependen independen(lihat contoh pada lampiran:Andrew Hale Feinstein dan William F. Harrah, 2001)IDENTIFIKASI MASALAH38.Pada umumnya identifikasi masalah dilakukan daripermasalahan umumyang berhubungan dengan keahlian yang dipunyai dan menarik untuk dipecahkan. Kemudian dari permasalahan umum yang telah ditentukan diambil suatupermasalahan spesifik(red: batasan masalah) dan lebih memungkinkan untuk diteliti (Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 26). Dalam penyusunan identifikasi masalah diperlukan komunikasi yang baik antara manajer dengan peneliti. Identifikasi masalah memerlukan kreativitas, pengetahuan, pengalaman, dan kadang-kadang juga keberuntungan (Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 27).39.Tahap identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupamencari masalahyang sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui penelitian.Semua masalahyang ada pada obyek penelitiandikemukakan, baikmasalah yang akan ditelitimaupuntidak diteliti. Masalah yang diteliti umumnya merupakan variabel dependen. Berdasarkan masalah yang diketahui tersebut selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang diteliti itu kedudukannya dimana diantara masalah yang akan diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah yang diteliti. Masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variabel. (Prof. Dr. Sugiyono, 1999, 303-304).40.Tahap identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari sebanyak-banyaknya masalah yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui penelitian. Pencarian masalah-masalah ini bertumpu padamasalah pokokyangtercermin pada bagian latar belakang masalah(Husein Umar, SE, MM, MBA., 2001, 68).41.Peranan identifikasi masalah dalam proses pengembangan perumusan masalah, yaitu prosespenyaringanmulai dari yangumumsampai dengan masalah yangkhusus. Masalah dimulai dari adanya pemikiran concern yang sedang dihadapi atau yang akan dihadapi, kemudian masalah pemikiran tersebutdipersempitmenjadi proses penyaringanperumusan masalahdan pada tahap ketiga menjadi penyaringan pemilihan masalah yang akan diteliti dengan disertaitujuanpenelitiannya (Jonathan Sarwono, 2002) .42.Identifikasi masalah adalah tahappermulaan penguasaan masalahdimana suatu objek dalam suatujalinan situasi tertentudapat dikenali sebagai suatu masalah (Suriasumantri dalam Harun Sitompul, 2001, 6)43.Identifikasi masalah adalahsekelompok aspekyang berada di sekitar masalah utamayang dapat diteliti untuk menjawab permasalahan utama(Husein Umar, SE, MM, MBA., 2001, 238).44.Identifikasi artinyamerinci masalahsehingga dapat diketahui dengan jelas. Kalau misalnya masalahnya menyangkut dengan disiplin kerja di instansi atau organisasi X, maka peneliti harus menjelaskan secara rinci tentang masalah disiplin kerja tersebut. Uraiannya berisi tentang pelanggaran-pelanggaran yang banyak dilakukan pegawai, atau perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Misalnya, ada aturan yang mengharuskan pegawai masuk kerja pukul 07.00, tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Indentifikasi masalah sebaiknya disertai dengan data yang mendukungnya. Berapa banyak pegawai yang selalu datang terlambat? Berapa lama waktu keterlambatan tersebut? Di bagian mana yang paling banyak terjadi keterlambatan? Pegawai dari golongan mana yang paling banyak terlambat? (Mustafa, 1997)45.Identifikasi permasalahan penelitian adalahpernyataan singkattentang permasalahan yang akan dipecahkan dan merupakanintisari dari latar belakang masalah. Penentuan pilihan dan penegasan permasalahan yang akan diteliti. Masalah adalah sesuatu yang penting untuk mendapatkan pemecahan, dan merupakan gap antara teori dengan kenyataan, antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dari banyak masalah yang mungkin dihadapi, maka akan ditentukan pokok permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian. Rumusan pokok permasalahan biasanya berupa kalimat tanya (W. Gede Merta, 2004).46.Yang dimaksud denganmengidentifikasi masalahialah peneliti melakukan tahap pertama dalam melakukan penelitian, yaitumerumuskan masalahyang akan diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian, karena semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan masalah. Tanpa perumusan masalah yang jelas, maka peneliti akan kehilangan arah dalam melakukan penelitian (Mungkin Jonathan Sarwono, 2002).47.Permasalahan di sekeliling kita sangat banyak, peneliti tinggalmengidentifikasi, setelah masalah diidentifikasi selanjutnyadipilih salah satu masalahyang paling layak (red: batasan masalah), kemudian masalah yang telah dipilih perludirumuskan(Prof. Dr. H. Sarmanu, M.S., 2004, 14).48.Masalah-masalah yang disajikan pada bagian Identifikasi masalah umumnya disajikan dalam bentuk kalimatpertanyaanataukalimat pernyataan(Husein Umar, SE, MM, MBA., 1999a, 16).49.Contoh identifikasi masalah yang berbentuk pertanyaan: 1). Seberapa besar pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja keuangan perusahaan, 2). Seberapa besar pengaruh orientasi etka terhadap kinerja keuangan perusahaan, 3). Seberapa besar pengaruh budaya organisasi dan orientasi etika terhadap kinerja perusahaan secara simultan (Erni R. Ernawan, 2004, 19)BATASAN MASALAH50.Bagian iniberkaitan eratdenganidentifikasi masalah. Jika peneliti memilikiketerbatasan, masalah-masalah yang telah diidentifikasi mungkintidak dapat diteliti semuanya, melainkan hanya beberapa saja/dibatasi (Husein Umar, SE, MM, MBA., 1999, 17).51.Batasan masalah menggambarkanruang lingkuppenelitian yangtidak terlalu luas. Masalah umum yang ada perlu dibatasi secara khusus (sempit) dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori, dan sebagainya. sehingga penelitian dapat dilakukan lebih mendalam.Masalah yang dibatasiini menjadivariabeldi dalam penelitian (Prof. Dr. Sugiyono, 1999, 303)52.Jika masalah terlalu umum atau meluas, ini berarti terlalu kabur sehingga tidak dapat diuji oleh peneliti (Kerlinger, 2000, 38)53.Setelah masalahdiidentifikasiselanjutnyadipilih salah satu masalah yang paling layak untuk diteliti(Prof. Dr. H. Sarmanu, M.S., 2004, 14).RUMUSAN MASALAH54.Rumusan masalah dapat diformulasikan dalam sebuahpertanyaan penelitian. Pertanyaan ini nantinya akan terjawab setelah ada hasil penelitian yang diperoleh dari pembahasan/analisa (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999, 49; Husein Umar, SE, MM, MBA., 2001, 69).55.Rumusan masalah adalahkalimat tanyaataupertanyaanyang menanyakan hubungan apakah yang terdapat antara dua variabel atau lebih (Fred. N. Kerlinger, 2001, 28-29).56.Perumusan masalah harus disertai latar belakang masalah (Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 33). Perumusan masalahdiidentifikasimelalui proseswawancara, observasi, dan survey literatur. (Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 44).57.Sering dijumpai usulan penelitian yang memuat latar belakang permasalahan secara panjang lebar tetapi tidak diakhiri (atau disusul) oleh rumusan (pernyataan) permasalahan. Pernyataan permasalahan sebenarnya merupakankesimpulandari uraian latar belakang tersebut. Castette dan Heisler menjelaskan bahwa secara keseluruhan ada 5 macam bentuk pernyataan permasalahan, yaitu: (1) bentuk satu pertanyaan(question); (2) bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan yang spesifik; (3) bentuk satu penyataan(statement) disusul oleh beberapa pertanyaan(question). (4) bentuk hipotesis; dan (5) bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis (Prof. Dr. Achmad Djunaedi, 2000, 6).58.Meskipun dapat berupa kalimat berita, sebaiknya pertanyaan penelitian berupa kalimat tanya (yang diakhiri dengan tanda tanya). Bila pertanyaan penelitian lebih dari satu, maka semua pertanyaan haruslah berada dalam satu payung (satu sistem). Bila tidak, maka akan terasa mengerjakan dua tesis sekaligus atau lebih. Untuk memperjelas payung tersebut dapat pula ditulis satu pertanyaan besar yang memayungi sejumlah pertanyaan kecil. Bila perlu, beri penjelasan tentang beberapa istilah dan letakkan penjelasan tersebut di bawah daftar pertanyaan penelitian (Prof. Dr. Achmad Djunaedi, 2002, 15).TUJUAN PENELITIAN59.Tujuan penelitian menunjukkan hal-hal yang ingin dicapai, sesuai dengan pokokpermasalahan. Tujuan penelitian biasanya diawali dengan kata-kata seperti : untuk mengetahui, menghitung, menganalisis, membedakan, dan lain-lain (W. Gede Merta, 2004, 11).60.Tujuan penelitian berkaitan dengan pertanyaan penelitian, tapi tingkatan tujuan tergantung hasil kajian pustaka. Beberapa tingkatan atau macam tujuan penelitian, antara lain: (1)mengeksplorasi;misal: mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi.... (2)mendeskripsikan;misal: mendeskripsikan pola ....; mendeskripsikan perkembangan .....; mendeskripsikan kategori ....(3)menguji hipotesis;misal: menguji hipotesis bahwa tidak ada hubungan antara .... dengan .... (4)mengevaluasi;misal: mengevaluasi ketepatan pemilihan lokasi ibukota ... dengan kriteria akademis. Sebaiknya dirumuskan suatu tujuan bagi setiap pertanyaan penelitian. Tujuan untuk masing-masing pertanyaan penelitian dapat berbeda, tergantung pada status/ujung pengetahuan yang ada saat ini(state of the art)hasil kajian pustakabagi masing-masing pertanyaan penelitian (Prof. Dr. Achmad Djunaedi, 2002, 15-16).61.Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan, misalnya jika rumusan masalahnya apakah ada pengaruh latihan terhadap produktivitas kerja pegawai, maka tujuannya adalah ingin mengetahui apakah ada hubungan antara latihan dan produktivitas kerja pegawai dan kalau ada seberapa besar. Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabnya terletak pada kesimpulan penelitian (Prof. Dr. Sugiyono, 1999, 305).MANFAAT PENELITIAN62.Hasil penelitian harus bermanfaat bagi:a.Penelitib.Instansi/lembaga tempat penelitianc.Universitasd.Peneliti pada masa mendatang (Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, 2002, 28-29).63.Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan penelitian. Kalau penelitian dapat tercapai dan rumusan masalah terjawabdengan akurat, maka apa dan bagi siapa hasil penelitian tersebut bermanfaat. Setidaknya penelitian bermanfaat untuk:a.Kegunaan teoritis: untuk mengembangkan ilmub.Kegunaan praktis: membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang diteliti (Prof. Dr. Sugiyono, 1999, 305).64.Kegunaan (red: manfaat) penelitian merupakan uraian tentang manfaat dari hasil atau temuan penelitian. Kalau ternyata terbukti bahwa ada hubungan antara gaji pegawai dengan semangat kerja mereka, lalu apa manfaat dari temuan tersebut bagi lingkungan di mana penelitian dilangsungkan?(Hasan Mustaf, 1997)LANDASAN TEORI65.Teori merupakan suatu kumpulankonstrukataukonsep,defenisidanpreposisiyang menggambarkan fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antar variabel dengan tujuan untuk menjelaskan (memprediksi) fenomena alam (Fred N. Kerlinger, 2000, 48).66.Uraian teori merupakan uraian sistematis tentang teori yang diambil berdasarkanpendapat pakarataupenulis buku, danhasil-hasil penelitianyang relevan dengan variabel penelitian (Prof. Dr. Sugiyono, 1999, 43).67.Langkah-langkah penyusunan uraian teori:Menetapkan variabel: Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.Baca buku dan hasil penelitian: Cari sumber-sumber bacaan yang relevan: buku kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi.Deskripsi teori: Cari defenisi setiap variabel pada berbagai sumber bacaan, bandingkan antara suatu sumber dengan sumber lain, pilih defenisi yang sesuai dengan penelitian, juga cari uraian rinci tentang ruang lingkup setiap variabel dan kedudukan antara variabel yang satu dengan yang lain dalam penelitian itu.Analisa kritis teori: Lakukan analisa kritis, renungkan, dan buat rumusan dengan bahasa sendiri.Analisis komparatifterhadap teori dan hasil penelitian: membandingkan , memadukan dan mereduksi antara satu teori dengan teori lainnya.Sintesa/kesimpulandari teori : dari analisa kritis diperoleh kesimpulan yang sifatnya sementara (Prof. Dr. Sugiyono, 1999, 46).68.Tinjauan pustaka atau studi literatur merupakan langkah penting di dalam penelitian. langkah ini meliputi identifikasi, lokasi, dan analisis dari dokumen yang berisi informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian secara sistematis. Dokumen ini meliputijurnal, abstrak, tinjauan buku, data statistik, dan laporan penelitianyang relevan. Melalui langkah ini penyusunanhipotesisjuga lebih baik karena pemahaman permasalahan yang diteliti akan lebih mendalam. Dengan mengetahui berbagaipenelitian yang sudah ada, peneliti akan menjadi lebih tajam dalam melakukan interprestasi hasil penelitian (Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 28). Karena teori merupakan bagian dalam proses mendapatkan ilmu, bab inidiawalidengan uraian mengenaiesensi ilmu, dilanjutkan dengan menyorotibangunan dasar teori(red:grand theory), menyusunkerangka teoritisdan mengajukanhipotesis(Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 37)69.Dalam penelitian ilmiah, selain dari buku referensi digunakan juga sumber-sumber berikut: buku tesk (text book), jurnal,periodical,year book,buletin,annual review,off print(kiriman artikel dari pengarang),reprint(artikel mandiri yang dicetak ulangdari majalah ilmiah yang pernah diterbitkan),recent advance(sejenis majalah ilmiah), bibliografi,handbook, manual (buku petunjuk) (Mohammad Nazir, Ph.D., 1999, 128-131).70.Selain tersusun dari rangkaian teori yang merupakan hasil telaah pustaka, landasan teori juga dibangun dari hasil-hasil penelitian yang mendahului (Drs. Cholid Narbuko, Drs. H. Abu Achmadi, 2004, 61).71.Penelaahan kepustakaan bertujuan untuk mencari landasan teoritik dan empirik untuk penelitian yang dikerjakan. Landasan teoritik dan empirik dapat bersumber daribuku bacaanantara lain buku teks, jurnal, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, internet, dan lain-lain karya ilmiah (Prof. Dr. H. Sarmanu, M.S., 2004, 15).72.Sumberpustaka cetakdibedakan dalam bentuk: buku, artikel atau bab dalam buku yang diedit, artikel dalam jurnal, dan naskah yang tidak diterbitkan. Sumberpustaka elektronisdibedakan dalam dua macam, yaitu: situs web/internet, dan CD-ROM (Prof. Dr. Achmad Djunaedi, 2002, 28).73.Penggunaan media internet untuk penelusuran pustaka banyak membantu peneliti di Indonesia. Kendala klasik yang dijumpai oleh para peneliti di negara kita, terutama masalah kelangkaan publikasi terbaru karena masalah pendanaan dan kecepatan akses dapat ditanggulangi dengan pemanfaatan sumber informasi dari internet (Prof. Dr. C. Hanny Wijaya, 2004, 117)74.Mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam mencari informasi tentang penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, untuk itu mahasiswa dan peneliti dapat menggunakan referensi yang bersumber dari internet, sepertiNetwork of Digital Library of Theses and Disertation (NDLTD) Nasional(Onno W. Purbo, Ph.D, Intan Ahmad, Ph.D, Ismail Fahmi, ST, 2001, 29)75.Masalahplagiatismekarya akhir mahasiswa S-1, sebenarnya dapat diatasi dengan metode memperbolehkan mahasiswa menggunakan referensi internet dalam penelitian mereka. Kekhawatiran para pendidik bahwa penggunaan internet dapat menunjang plagiatisme adalah sesuatu yang tidak beralasan. Ada beberapa alasan jika referensi diperbolehkan:1). Karena skripsi/tesis tersebut dapat mudah diakses melalui internet, maka akan banyak orang yang bisa membacanya. 2). Jika banyak orang yang dapat membaca skripsi/tesis tersebut, maka semakin mudah kita mengetahui kalau ada orang yang menjiplak untuk kepentingan pribadinya. 3). Jika kita merasa banyak orang yang sudah tahu dan membaca sebuah tesis, maka keinginan untuk menjiplak otomatis akan terhambat, karena pasti akan ketahuan. 4). Proses kontrol dan evaluasi terhadap skripsi/tesis bukan hanya pada saatdefenseatau sidang akhir saja yang hanya dihadiri penguji dan sipervisor. Dengan informasionline, akhirnya pengujian dilakukan oleh masyarakat luas. Masyarakat akan bisa menilai kualitas tesis terhadap tesis sejenis sebelumnya (Onno W. Purbo, Ph.D, Intan Ahmad, Ph.D, Ismail Fahmi, ST, 2001, 9).76.Sumber referensi dari internet: Etika ilmu pengetahuan yang berlaku dalam penulisan/publikasi menuntut kita untuk menghormati karya cipta. Jika kita menggunakan materi dari karya seseorang atau organisasi dalam tulisan kita, kita dituntut untuk mencantumkan nama penciptanya dan sumbernya [alamatwebsite/ url: http, gopher, ftp] dan tanggal kita mengunjungiwebsitetersebut atau tanggal men-download filedariwebsite. Dalam hal di mana penciptanya mempersyaratkan ijin, kita dapat menhubungi pemilik hak cipta (misalnya dengan e-mail). Mengutip tanpa menyebut penciptanya merupakan tindakan penjiplakan (plagiat) (Prof Ir. Rudy C Tarumingkeng, PhD, 2003).77.Cara yang dapat digunakan untuk mensosialisasikan penggunaan internet (online) dalam penelitian mahasiswa adalah: 1). Dosen memperbolehkan dan mungkin mewajibkan mahasiswa yang sedang melakukan penelitian mencantumkan referensi yang dikutip dari situs-situs internet. 2). Jika memungkinkan dosen mendampingi mahasiswa dalam melakukan penelusuran referensi. Untuk hal ini dosen pembimbing perlu menyediakan waktu khusus bagi mahasiswa. 3). Jika metode kedua tidak memungkinkan, mahasiswa dapat melakukan penelusuran sendiri, untuk kemudian menunjukkanprintouthasil penelusuran, sebelum penulisan dilakukan. Cara ini dapat menghindari mahasiswa melakukan penjiplakan penuh hasil tulisan dari internet untuk penulisan mereka, karena adanya kontrol dari dosen. Hal utama dalam pemanfaatan sarana internet ini adalah kejujuran dalam penulisan sumber referensi (Azuar Juliandi, 2002, 31).KERANGKA KONSEPTUAL78.Kerangka teoritis membantu peneliti dalam penentuan tujuan dan arah penelitiannya dan dalam memilih konsep-konse yang tepat guna pembentukan hipotesis-hipotesisnya (Melly G. Tan dalam Koemtjaraningrat, 1991, 21)79.Dalam kerangka pemikiran, peneliti harus menguraikan konsep atau variabel-variabel penelitiannya secara lebih rinci. Dia tidak hanya mendefinisikan variabel-variabel tadi, tetapi juga menjelaskan keterkaitan di antara variabel-variabel tadi. Dalam meruraikan kerangka pikirannya , peneliti tidak sekedar memfokuskan pada variabel-variabel penelitiannya saja tetapi juga harus menghubungkan konsep penelitian dalam kerangka yang lebih luas lagi. Misalnya jika peneliti ingin mengetahui apakah ada korelasi antara gugus kendali mutu dengan tingkat produktivitas, maka peneliti menguraikan apa itu gugus kendali mutu, apa itu produktivitas, bagaimana hubungan di antara kedua variabel itu, lalu bagaimana keterkaitannya dengan organisasi secara menyeluruh.Akhir kerangka pemikiran dapat disusun dalam bentuk model, yaitu abtraksi dari pemikiran-pemikiran yang melandasi penelitian. Model kerangka pemikiran bisa sama dengan model penelitian, tetapi juga bisa berbeda. Model penelitian cenderung lebih memusatkan pada variabel- variabel penelitian yang memang benar-benar akan diteliti, sedangkan model kerangka pemikiran lebih luas lagi. Misalnya, Model : K=f(m,k) - Kinerja adalah fungsi dari motivasi dan kemampuan, tetapi penelitian hanya ingin mengetahui hubungan antara motivasi dengan kinerja. Dengan demikian dalam model kerangka pemikiran ada tiga variabel, sedangkan di model penelitian hanya ada dua variabel (Hasan Mustafa, 1997).80.Kerangka teoritis adalah suatumodelyang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Teori ini secara logis menceratidokumentasi-dokumentasi dari riset-riset sebelumnyayang terdapat pada suatuarea masalah yang samasecara umum. Membangun kerangka konseptual akan dapat membantu kita dalam mengendalikan maupun menguji suatu hubungan, serta meningkatkan pengetahuan atau pengertian kita terhadap suatu fenomena yang diamati.Dari kerangka teoritis hipotesis dapat dibangununtuk melihat apakah formula dari teori tersebut valid atau tidak (Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 37). Kerangka teoritis adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, hal ini merupakan jaringan hubungan antarvariabel yang secara logis diterangkan, dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survey literatur (Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 44).81.Kerangka teoritis dibuat berupa skema sederhana yang menggambarkan secara singkat proses pemecahan masalah yang dikemukakan dalam penelitian. skema sederhana yang dibuat kemudian dijelaskan secukupnya mengenai mekanisme kerja faktor-faktor yang timbul. (Cholid Narbuko, H. Abu Achmadi, 2004, 140).82.Kerangka konseptual adalah kerangka teori yang diperoleh dari penelaahan studi kepustakaan yang manfaatnya dapat dipergunakan untuk memudahkan dalam memahami hipotesis yang diajukan. Kerangka konseptual berisi pengaruh, hubungan antar variabel atau perbedaan (Prof. Dr. H. Sarmanu, M.S., 2004, 6).HIPOTESIS83.Karakteristik hipotesis yang baik: konsisten dengan penelitian sebelumnya, penjelasan masuk akal, perkiraan yang tepat dan dapat terukur, dapat diuji(Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 48). Hipotesis diklasifikasikan sebagaihipotesis penelitiandanhipotesis statistik. Hipotesis penelitian dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (deklaratif), sedangkan hipotesis statistik dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) (Mudrajad Kuncoro, PhD, 2003, 49).84.Dalam hubungannya dengan hipotesis dalam suatu penelitian, sebuah teori adalah perumusan sementara tentang suatu kemungkinan dalil. Teori sebagai titik permulaan bersumbernya hipotesis yang akan dibuktikan (Cholid Narbuko, H. Abu Achmadi, 2004, 28).85.Kegunaan pokok statistik inferensial ialah menguji hipotesis penelitian dengan menguji hipotesis statsitik.Hipotesis substansiadalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai relasi antara dua variabel atau lebih sesuai dengan teori. Hipotesis substansial tidak dapat diuji, agar dapat diuji harus terlebih dahulu diterjemahkan menjaditerm-term operasionalatauterm-terms statistikyang disebut denganhipotesis statistik.Hipotesis statistikadalah pernyataan mengenai relasi statistik yag dijabarkan dari relasi-relasi yang terungkap dalam hipotesis substansi. Cara merumuskannya, pertama tuliskan hipotesis statistik yang mencerminkan arti operasional eksprimental yang terkandung dalam hipotesis substansi (contoh: H1: MA>MB), kemudian menuliskan hipotesis nol sebagai batu uji bagi hipotesis tipe pertama (contoh: Ho: MA=MB) (Fred N. Kerlinger, 2000, 329-332)86.Beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam menyusun hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:Hendaknya disusun dalam kalimat pernyataan bukan pertanyaanDisusun secara padat maknaHendaknya dapat diuji kebenarannyaMenyatakan pengaruh, hubungan atau perbedaan diantara variabelFormula penulisannya jangan digunakan H0 danH1 (Prof. Dr. H. Sarmanu, M.S., 2004, 6).DEFENISI OPERASIONAL87.Defenisi operasional adalah mendefenisikan suatu variabel yang akan diamati dalam proses dengan mana variabel itu akan diukur (L.N. Jewel dan Marc Siegal, 1998, 27)88.Defenisi operasional tak lain dari pada mengubah konsep-konsep yang berupka konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati, dan dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Young dalam Mely G. Tan dalam Koentrjaraningrat, 1991, 23).89.Operasionalisasi variabel merupakanproses mengubah definisi nominal menjadi definisi operasional. Misalnya definisi nominal dari disiplin adalah "tingkat kepatuhan seseorang kepada aturan-aturan yang dikeluarkan oleh organisasi". Definisi operasionalnya: Masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 14.00, setiap tanggal 17 mengikuti apel, tidak merokok di tempat yang ada larangan merokok, meminta ijin kepada yang berwenang jika meninggalkan kantor pada saat jam kerja, dan lain sebagainya. Definisi operasional tidak boleh mempunyai makna yang berbeda dengan definisi nominal. Oleh karena itu sebelum menyusun defenisi operasional, peneliti harus membuat definisi nominal terlebih dahulu variabel penelitiannya. Definisi nominal dari variabel penelitian seharusnya secara eksplisit telah dinyatakan dalam kerangka pemikiran.Definisi nominal dapat diangkat dari berbagai pendapat para akhli yang memang banyak membicarakan, menulis tentang variabel yang ditelitinya. Kalau variabelnya adalah "Peran Kepala Desa", maka peneliti harus mempelajari konsep "peran Kepala Desa". Apa itu peran?. Peneliti tidak bisa hanya mengutip satu atau dua pendapat saja. Makin banyak pendapat para akhli yang dikutip, makin besar kemungkinan kebenaran makna definisi nominal variabel penelitiannya. Untuk memudahkan, langkah awal yang bisa diambil guna menyusun definisi nominal variabel penelitian adalah melihat kamus umum. Kalau variabel tersebut berasal dari kata asing, misalnya dari bahasa Inggeris, maka kamus bahasa Inggeris yang dipakai. Baru setelah itu mencari dari buku-buku khusus yang membahas konsep atau variabel penelitiannya. Jika buku yang dibacanya cukup tebal sehingga sulit menemukan kata yang dicarinya, manfaatkan indeks yang ada di buku tersebut. Melalui indeks, peneliti dapat dengan mudah menemukan nomor halaman di mana kata yang dimaksudkan dibahas (Hasan Mustafa, 1997).90.Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-hal yang dianggap penting. Definisi operasional tidak sama dengan definisi teoritis. Definisi operasional hanya berlaku pada area penelitian yang sedang dilakukan, sedangkan definisi teoritis diambil dari buku-buku literatur dan berlaku umum. Contohdefinisi operasional :Periklananadalah seluruh biaya iklan yang dikeluarkan oleh perusahaan baik melalui radio, surat kabar, majalah, televisi, brosur dan papan reklame, tiap-tiap tahunnya selama lima tahun dari tahun 1995 sampai tahun 1999.Penjualanadalah seluruh hasil penjualan bersih, kredit maupun kontan, yaitu seluruh hasil penjualan kotor setelah dikurangi potongan-potongan penjualan, baik berupa diskon maupun pengembalian penjualan, yang diperoleh perusahaan setiap bulan selama tiga tahun terakhir, terhitung mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 (W. Gede Merta, 2004).91.Definisioperasionalialahspesifikasikegiatanpenelitidalammengukurataumemanipulasisuatuvariabel.Definisioperasionalmemberibatasanatauartisuatuvariabeldenganmerincihalyangharusdikerjakanolehpenelitiuntukmengukurvariabeltersebut. Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Young, dikutip oleh Koentjarangningrat). Penekanan pengertian definisi operasional ialah pada kata dapat diobservasi. Apabila seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama. Ada tiga pendekatan untuk menyusun definisi operasional, yaitu disebut Tipe A, Tipe B dan Tipe C. 1)Definisi Operasional Tipe A:Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata. Contoh: Konflik didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama,tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya. 2).Definisi Operasional Tipe B:Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana obyek tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya. Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.3).Definisi Operasional Tipe C:Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa obyek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitik-karaktersitik statisnya. Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat (Jonathan Sarwono, 2002).SUMBER DATA/ POPULASI DAN SAMPEL92.Ada data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh orang lain) dari sumber utama, guna kepentingan penelitiannya, yang sebelumnya tidak ada. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan penelitiannya. Data aslinya tidak diambil peneliti tetapi oleh pihak lain. Misalnya data tentang upah pegawai, jika jumlah upahnya diperoleh berdasarkan wawancara dengan pegawai yang bersangkutan, maka data upah tersebut adalah data primer. Jika data tentang upah tersebut dikutip oleh peneliti dari Daftar Upah Pegawai yang telah tersedia, maka data upah ini adalah data sekunder(Hasan Mustafa, 1997).93.Secara umum jumlah sampel minimal yang dapat diterima untuk suatu studi tergentung dari jenis studi yang dilakukan. Beberapa pedoman yang dianjurkan menurut Gy dan Diehl, adalah: 1). Untuk studi deskriptif, sampel 20 % dari populasi dianggap merupakan jumlah amat minimal. Untuk populasi yang lebih kecil setidaknya 20 % mungkin diperlukan. 2). Untukstudi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji ada tidaknya hubungan, 3). Untuk studi kausal komparatif, minimal 30 subjek pergrup umumnya dianjurkan, 4). Untuk studi eksprimen minimal 15 subjek pergrup umumnya dianjurkan.94.Metode pengambilan sampel secara acak terstratifikasi (stratified random sampling) adalah metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari strata tersebut (Sugiartoet.al., 2001, 73)95.Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan; sedang data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau pertama. Jika data sekunder dapat kita peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia, misalnya di perpustakaan, perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, biro pusat statistik, dan kantor-kantor pemerintah; maka data primer harus secara langsung kita ambil dari sumber aslinya, melalui nara sumber yang tepat dan yang kita jadikan responden dalam penelitian kita (Jonathan Sarwono, 2002).96.Menentukanjumlah sampel dapat digunakan dengan cara:a. Meneliti harga proporsi (Cahyono, 1996, 95-97) dengan dua kriteria:- Menentukan ukuran sampel dari populasi yang tidak diketahui jumlahnya (infinitive), dengan rumus:z2.p.qn=(d)2Keterangan: n = jumlah sampel, p= estimator proporsi populasi, q= 1-p, z= harga standar norma, tergantung dari harga yang digunakan, d= penyimpangan yang ditolerir. Contoh: Sebuah survey pendapat pasien rumah sakit tentang mutu pelayanan kepadanya selama berobat. Penyimpangan proporsi padacoefisient0,95 adalah 5 %. Tidak ada informasi lain tentang kasus yang diteliti. Dalam kasus ini d=5 % = 0,05 pada harga=1-0,95=0,05. Tidak ada informasi (data sekunder) tentang harga p, maka p dianggap = 0,5, sehingga q=1-0,05=0,5, maka:(1,960)2. (0,5).(0,5)n== 384,16384 orang(0,05)2- Menentukan ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya (finitive), dengan rumus:N.z2.p.qn =d2.(N-1) +z.p.qKeterangan: n= jumlah sampel, p= estimator proporsi populasi=0,5, q=1-p=1-0,5, z= harga standar norma, tergantung dari harga yang digunakan=1,960, d= penyimpangan yang ditolerir=0,05, N= jumlah unit populasi=500. Contoh: Jika diketahui N=500 orang, maka:500.(1,960)2. (0,5).(0,5)n==276,37276 orang(0,05)2.(500-1) + (1.960).(0.5).(0.5)b. Rumusan Slovin (Umar, 2002, 141):NN=1+Ne2Keterangan: n= Ukuran sampel, N= Ukuran populasi, e= Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambailan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (dalam penelitian ini digunakan 1 % atau 0,01). Contoh: Jumlah anggota pada suatu populasi=249, maka jumlah sampenya adalah:249n== 71,35,71 orang1+249X0,012c. Menggunakan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu (Sugiyono, 1999, 81)Tabel ini dikembangkan dari dari Isaac & Michael dengan rumus sebagai berikut:2.N.P.Qs =d2(N-1) +2.P.Q2dengan dk=1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10%, P=Q=0,5, d=0,05, s=jumlah sampel.Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi mulai 10 sampai dengan 1.000.000, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentudengan Taraf Kesalahan 1%, 5% , Dan 10 %NsNsNs

1%5%10%1%5%10%1%5%10%

101010102801971551382800537310247

151514142902021581403000543312248

201919193002071611433500558317251

252423233202161671474000569320254

302928273402251721514500578323255

353332313602341771555000586326257

403836353802421821586000598329259

454240394002501861627000606332261

504744424202571911658000613334263

555148464402651951689000618335263

6055514946027219817110000622336263

6559555348027920217315000635340266

7063585650028520517620000642342267

7567625955030121318230000649344268

8071656260031522118740000563345269

8575686565032922719150000655346269

9079726870034123319575000658346270

95837571750352238199100000659347270

100877873800363243202150000661347270

110948478850373247205200000661347270

1201028983900382251208250000662348270

1301099588950391255211300000662348270

140116100921000399258213350000662348270

150122105971100414265217400000663348270

1601291101011200427270221450000663348270

1701351141051300440275224500000663348270

1801421191081400450279227550000663348270

1901481231121500460283229600000663348270

2001541271151600469286232650000663348270

2101601311181700477289234700000663348270

2201651351221800485292235750000663348270

2301711391251900492294237800000663348271

2401761421272000498297238850000663348271

2501821461302200510301241900000663348271

2601871491332400520304243950000663348271

27019215213526005293072451000000664349272

Sumber: Sugiyono, 1999, 81.d. Tabel Krejcie (Sugiyono, 1999a, 65)Menentukan jumlah sampel dengan Tabel Krejcie sama dengan penentuan sampel dari Isaac dan Michael, tanpa perlu melihat taraf kesalahan tertentu.Penentuan Sampel Dari KrejcieNSNSNS

10102201401200291

15142301441300297

20192401481400302

25242501521500306

30282601551600310

35322701591700313

40362801621800317

45402901651900320

50443001692000322

55483201752200327

60523401812400331

65563601862600335

70593801912800338

75634001963000341

80664202013500346

85704402054000351

90734602104500354

95764802145000357

100805002176000361

110865502267000364

120926002348000367

130916502429000368

14010370024810000370

15010875025415000375

16011380026020000377

17011885026530000379

18012390026940000380

19012795027450000381

200132100027875000382

2101361100285100000384

Sumber: Sugiyono, 1999a, 6597.Tidak semua penelitian mempunyai populasi. Kalau penelitiannya adalah tentang sistem kerja di satu departemen, maka penelitiannya tidak mempunyai populasi. Departemen yang ditelitinya bukan disebut sampel tetapi dinamakan unit analisis. Jika dalam penelitian mengambil beberapa orang untuk diwawancarai untuk memperoleh keterangan tentang sistem kerja di departemen tersebut, maka mereka bukan dinamakan sampel, tetapi responden. Tetapi jika peneliti yang sama ternyata ingin mengetahui pendapat pegawai di depatemen tadi, maka peneliti perlu menentukan sampel. Dalam kasus terakhir ini unit analisisnya adalah individu (Hasan Mustaf, 1997). TEKNIK PENGUMPULAN DATA98.Beberapa teknik pengambilan data yang umum digunakan dalam penelitian sosial antara lain adalah wawancara, kuesioner, dan studi dokumentasi, dan observasi. Untuk masing-masing teknik pengambilan digunakan instrumen pengambilan data yang berbeda. Wawancara menggunakan panduan wawancara dan bisa dilengkapi dengan alat perekam suara (tape-recorder), kuesioner menggunakan daftar pertanyaan tertulis, studi dokumen dengan alat catat mencatat atau tustel, observasi dengan tustel, catatan, atau alat lainnya (Hasan Mustafa, 1997).99.Instrumen pengumpulan data:NoJenis MetodeJenis Instrumen

1Angket (Questionnaire)a.Angket (questionnaire)b.Daftar cocok (checklist)c.Skala (scale)d.Inventori (inventory)

2Wawancara (Interview)a.Pedoman wawancara (interview guide)b.Daftar cocok (checklist)

3Pengamatan (Observation)a.Lembar pengamatanb.Panduan pengamatanc.Panduan observasi (observation sheetatauobservation cshedule)d.Daftar cocok (checklist)

4Ujian (Test)a.Soal ujian (soal tes atau tes) (contoh: tes kepribadian, tes bakat, tes prestasi, tes intelgensi, tes sikap)b.Inventori (inventory)

5Dokumentasia.Daftar cocok (checklist)b.Tabel

Sumber: Drs. Riduwan, MBA, 2002, 25-31100.Perbedaan angket dengan skala psikologis:a.Data yang diungkap oleh angket berupa data faktual atau yang dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek (misal pilihan metode KB, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga, penghasilan rata-rata perbulan, jenis film yang disukai, opini atau pendapat suatu isu, dan semacamnya), sedangkan data yang diungkap oleh skala psikologi berupa konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (misal tendensi agresivitas, sikap terhadap sesuatu,self-esteem, kecemasan laten, strategi menghadapi masalah, orientasi seksual, minat,locus ofcontrol, motivasi belajar, kepemimpinan, dan semacamnya).b.Pertanyaan dalam angket berupa pertanyaan langsung terarah kepada informasi mengenai data yang hendak diungkap. Data termaksud berupa fakta atau opini yang menyangkut diri responden. Hal ini berkaitan denga asumsi dasar penggunaan angket yaitu bahwa responden merupakan orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri. Pada skala psikologi, pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indiaktor perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan. Pertanyaan yang diajukan memang dirancang untuk mengumpulkan sebanyak mungkin indikasi dari aspek kepribadian yang lebih abstrak.c.Responden terhadap angket tahu persis apa yang dipertanyakan dalam angket dan informasi apa yang dikehendaki oleh pertanyaan yang bersangkutan. Responden terhadap skala psikologi sekalipun memahami isi pertanyaan, biasanya tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut.d.Jawaban dari angket tidak dapat diberi skor (dalam arti harga atau nilai) melainkan diberi angka koding (coding) sebagai identifikasi atau klasifikasi jawaban. Respon terhadap skala psikologi diberi skor lewat proses penskalaan (scalling)e.Angket dapat mengungkap informasi tentang banyak hal, sedangkan skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal (undimensional)f.Karakteristik yang disebutkan pada poin (b) dan (d) di atas menyebabkan data hasil angkettidak perlu diuji lagi reliabilitasnyasecara psikometris.Reliabilitashasil angket terletak pada terpenuhinya asumsi bahwa responden akan menjawab secara jujur seperti apa adanya. Pada sisi lain, hasil ukur skala psikologi harus teruji reliabilitasnya secara psikometris dikarenakan relevansi isi dan konteks kalimat yang digunakan sebagai stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadaperror.g.Validitas angket lebih ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap, sedangkan validitas skala psikologi lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur dan operasionalisasinya (Drs. Saifuddin Azwar, MA, 2002, 5-7).101.Reliabilitas:a.Reliabilitas memiliki berbagai nama lain seperti keterpercayan, keterandalan, keajegan, kestablan, konsistensi, namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.b.Makna reliabilitas dapat dipahami dalam dua hal:-Reliabilitas alat ukur: berkaitan erat dengan masalah error pengukuran (error of measurement). Error pengukuran sendiri menunjuk pada seauhmana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok subjek yang sama-Reliabilitas hasil ukur: berkaitan erat dengan error dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu kepada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbedac.Dalam riset yang menggunakan alat ukur sebelumnya yang telah teruji reliabilitasnya, komputasi koefisien reliabilitas hasil ukur bagi subjek penelitian tersebut pun masih tetap perlu dilakukan, karena subjek penelitian berbeda dengan subjek yang dijadikan dasar pengujian reliabilitas alat ukur semula/sebelumnya (Drs. Saifuddin Azwar, MA., 2001,4-5).102.Validitas:a.Validitas berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukuran memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebutb.Validitas juga berarti aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu menungkapkan data dengantepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut (Drs. Saifuddin Azwar, MA., 2001,5).103.Metode pendekatan reliabilitas:a.Pendekatan tes ulang: tes dilakukan dua kali pada sekelompok subjek dengan tenggang waktu diantara keduia penyajian tersebutb.Pendekatan bentuk pararel: tes yang akan diestimasi reliabilitasnya harus ada pararelnya, yaitu tes lain yang sama tujuan ukurnya dan setara isi aitemnya baik secara kualitas maupun kuantitasnya, dengan kata lain harus ada dua tes kembar.c.Pendekatan konsistensi internal: tes dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek (single trial administration), ini dilakukan untuk melihat konsistensi antaritem atau anatra bagian dalam tes itu sendiri, untuk itu setelah skor setiap aitem dieroleh dari sekelompk subjek, tes dibagi menjadi beberapa belahan (Drs. Saifuddin Azwar, MA., 2001,36-43).104.Metode pendekatan validitas:a.Validitas isi: validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat pertimbangan ahli (proffesional judgement). Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (komprehensif, relevan, dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur) atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Estimasi validitas ini tidak menggunakan statistik apapun tetapi menggunakan analisis rasional. Selanjutnya validitas isi terbagi dua:a.1. Validitas muka: penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes, apabila panmpilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkapkan apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka telah terpenuhi.a.2. Validitas logik: disebut juga validitas sampling (sampling validity), yakni menunjuk kepada sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur. Tes harus dirancang benar-benar hanya berisi aitem yang relevan dan perlu menjadi tes secara keseluruhan. Suatu objek yang hendak diungkap oleh tes harus dibatasi terlebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkretb.Validitas konstruk: tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teoritik yang hendak diukur. Caranya dapat diawali dengan batasan mengenai variabel yang hendak diukur, kemudian batasan variabel tersebut dinyatakan sebagai bentuk konstruk logis menurut konsep yang didasari oleh suatu teori tertentu, dari teori itu kemudian ditarik semaam konsekuensi paraktis mengenai hasil tes pada kondisi tertentu, konsekuensi inilah yang kemudian diuji, apabila hasilnya sesuai dengan harapan, maka tes itu dianggap memiliki validitas konstrak yang baik. Validitas konstruk dapat dicapai melalui beberapa cara:b.1. Studi mengenai perbedaan diantara kelompok-kelompok yang menurut teori harus berbeda.b.2. Studi mengenai pengaruh perubahan yang terjadi dalam diri individu dan linkungannya terhadap hasil tesb.3. Studi mengenai korelasi diantara berbagai variabel yang menurut teori mengukur aspek yang sama.b.3. Studi mengenai korelasi antaritem atau antarbelahan tes.c.Validitas berdasarkan kriteria; menghendaki adanya kriteria eksternal (skor tes atau ukuran lain yang relevan) yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Untuk melihat tingginya validitas dilakukan komputasi korelasi antara skor tes dengan skor kriteria eksternal. Prosedur validasi berdasarkankriteria menghasilkan dua macam validitas:c.1. Validitas prediktif (predictive validity): validitas ini penting artinya bila tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai prediktor bagi performansi di masa datang, misal seleksi mahasiswa baru. Untuk menguji validitas prediktif tes seleksi tersebut diperlukan kriteria performansi yang akan datang, yang dalam hal ini adalah indeks prestasi setelah calon mahasiswa diterima menjadi mahasiswa dan menempuh pelajaran beberapa semester. Nilai keduanya dikorelasikan.c.2. Validitas konkuren (concurrent validity): Apabila skor tes dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor termaksud merupakan koefisien validitas konkuren. Misalnya menggunakan skalaself conceptdengan skalaTSCS(Tennesee Self Concept Scale). (Drs. Saifuddin Azwar, MA., 2001,45-53).105.Metode untuk mengukur reliabilitas: 1).Test-Retest Reliability: Pengukuran reliabilitas dengan berulang kepada responden yang sama beberapa kali. Jika koefisien di atas 0,8 maka derajat reliabilitas cukup baik; 2).Pararel Forms Reliability: menyuruh suatu sampel dari partisipan mengambil dua bentuk dari instrumen yang sama dalam waktu yang singkat antara kedua pelaksanaan tes. Kemudian ditentukan koefisien korelasi untuk kedua set dari score, seperti dalam pelaksanakan test-retest reliability. 3). Internal Consistency Reliability: mengetahui bahwa instrumen adalah konsisten di antara item pertanyaan, hal tersebut disebut mengukur instrumen dengan konsep tunggal, atausingle administration.Metoda yang umum digunakan untuk menentukan konsistensi internal adalahsplit-half methode,Kuder-Richardson methode(K-R 20), dan (Jeffrey A. Gliner dan George A. Morgan 2000, 313-314)106.Metode mengukur validitas: 1).Face Validity:Suatu instrumen dikatakan kepada mempunyaiface validityjika isi menunjukkan kesesuaian dengan tujuan instrumen.2).Content validity: mengacu pada isi nyata dari instrumen atau isi yang menjadi bagian instrumenmewakili konsep yang sedang dicoba untuk diukur. Proses menentukan content validity selalu dimulai dengan sebuah defenisi dari konsep yang diukur, kemudian menelusuri literatur untuk melihat bagaimana konsep tersebut ditunjukkan dalam literatur, selanjutnya item-item disusun menjadi suatu bentuk tes, dan meninjau ulang item-item tersebut 3).Criterion-Related Validity: Validitas ini mengacu pada memvalidasi instrumen terhadap beberapa bentuk dari kriteria eksternal. Prosedur valditas inipada umumnya menetapkan suatu koefisien korelasi antara kriteria instrumen melawan kriteria instrumen eksternal; 4).Construct validity: merupakan proses untuk melihat konstruk instrumen yang disusun mengcaku kepada teori-teori yang mendasarinya dan tes-tes yang telah digunakan dalam waktu yang panjang (Jeffrey A. Gliner dan George A. Morgan 2000, 323)107.Validasi skala: 1).Validasi multitrait methode:mengkorelasikan nilai-nilai suatu skala pengukuran dari bermacam-macam tes yang berbeda, misalnnya suatu skala memiliki responden dikotomi (dua pilihan) dengan skala lain yang memiliki respon non-dikotomi (lima pilihan). 2). Validasi konkuren: melihat kesesuaian antara hasil ukur skala dengan hasil ukur instrumen lain yang sudah teruji kualitasnya atau dengan ukuran-ukuran yang dianggap dapat menggambarkan aspek yang diukur tersebut secara reliabel. Dalam hal ini instrumen yang dianggap relevan itu diberlakukan sebagai kriteria validasi (Drs. Saifuddin Azwar, MA, 2002, 101-102).108.Penafsiran koefisien vaiditas bersifat relatif, tidak ada batasan universal yang menunjuk kepada angka minimal yang harus dipenuhi agar suatu skala psikologi dikatakan valid. Suatu hal yang harus ddisadari bahwa dalam estimasi validitas pada umumnya tidak dapat dituntut suatu koefisien yang tinggi sekali dibanding koefisien reliabilitas. Koefisien validitas yang tidak begitu tinggi, katakanlah di sekitar angka 0,50 akan lebih datp diterima dan diangap memuaskan daripada koefisien reliabilitas dengan angka yang sama.Seberapa tinggi koefisien validitas yang dianggap memuaskan, Cronbach mengatakan bahwa jawabannya yang paling masuk akal adalah yang tertinggi yang dapat anda peroleh. Hal ini dipertegas lagi olehnya dalam kaitan dengan fungsi tes untuk memprediksi hasil suatu prosedur seleksi. Dikatakannya bahwa koefisien yang berkisar antara 0,30 sampai 0,50 telah memberikan suatu konstribusi yang baik terhadap efisiensi suatu lembaga pelatihanApakah suatu koefisiendianggap memuaskan atau tidak, penilaiannya dikembalikan kepada pihak pemakai skala. Dalam riset yang kesimpulannya didasarkan pada hasil ukur suatu skala atau suatu tes adalah sangat penting untuk menyajikan koefisien validitas instrumen ukur tersebut disamping pelaporan koefisien reliabilitasnya. Hal itu dimaksudkan agar pembaca hasil riset dapat mengevaluasi sejauh mana data hasil riset dapat dipercaya, dan sejauh mana skalayang bersangkutan dapat bermanfaatdalam pengambilan keputusan (Drs. Saifuddin Azwar, MA, 2002, 103-104).109.Pengujian validitas dan reliabilitas: korelasikan nilai masing-masing nomor pertanyaan dengan nilai totalnya, kemudian uji signifikannya dengan uji t ata membandingkan dengan r tabel, atau dengan SPSS. Jika nilai t hitung>t tabel, atau r hitung>r tabel, atau nilai r yang diikuti harga p