Masalah KesehatanGangguan yang ditandai oleh adanya
gejala-gejalaanxietas (kecemasan) dandepresibersama-sama, dan
masing-masing gejala tidak menunjukkanrangkaian gejala yang cukup
berat untuk dapat ditegakkannya suatudiagnosis tersendiri. Untuk
gejala anxietas, beberapa gejala autonomik harusditemukan, walaupun
tidak terus menerus, di samping rasa cemas ataukhawatir
berlebihan.
Hasil Anamnesis (Subjective)
KeluhanBiasanya pasien datang dengankeluhan fisikseperti: nafas
pendek/cepat,berkeringat, gelisah, gangguan tidur, mudah lelah,
jantung berdebar,gangguan lambung, diare, atau bahkan sakit kepala
yang disertai dengan rasacemas/khawatir berlebihan.
Allo dan Auto Anamnesis tambahan:a. Adanya gejala seperti minat
dalam melakukan aktivitas/semangat yang menurun, merasa
sedih/murung, nafsu makan berkurang atau meningkat berlebihan,
sulit berkonsentrasi, kepercayaan diri yang menurun, pesimistis.b.
Keluhan biasanya sering terjadi, atau berlangsung lama, dan
terdapat stresor kehidupan.c. Menyingkirkan riwayat penyakit fisik
dan penggunaan zat (alkohol, tembakau, stimulan, dan lain-lain
Faktor Risikoa. Adanya faktor biologis yang mempengaruhi, antara
lain hiperaktivitas sistem noradrenergik, faktor genetik.b. Ciri
kepribadian tertentu yang imatur dan tidak fleksibel, seperti ciri
kepribadian dependen, skizoid, anankastik, cemas menghindar.c.
Adanya stresor kehidupan.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana
(Objective)
Pemeriksaan FisikRespirasi meningkat, tekanan darah dapat
meningkat, dan tanda lain sesuaikeluhan fisiknya.
Pemeriksaan penunjangLaboratorium dan penunjang lainnya tidak
ditemukan adanya tanda yangbermakna. Pemeriksaan laboratorium
bertujuan untuk menyingkirkandiagnosis banding sesuai keluhan
fisiknya.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis KlinisDiagnosis klinis ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik.Kriteria diagnosis berdasarkan ICD
10, yaitu: adanyagejala-gejala kecemasandan depresi yang timbul
bersama-sama, dan masing-masing gejala tidakmenunjukkan rangkaian
gejala yang cukup berat untuk dapat ditegakkannyasuatu diagnosis
tersendiri.a. Gejala-gejala kecemasan antara lain: 1. Kecemasan
atau khawatir berlebihan, sulit berkonsentrasi 2. Ketegangan
motorik: gelisah, sakit kepala, gemetaran, tegang, tidak dapat
santai 3. Aktivitas autonomik berlebihan: palpitasi, berkeringat
berlebihan, sesak nafas, mulut kering,pusing, keluhan lambung,
diare.b. Gejala-gejala depresi antara lain: 1. Suasana perasaan
sedih/murung. 2. Kehilangan minat/kesenangan (menurunnya semangat
dalam melakukan aktivitas) 3. Mudah lelah 4. Gangguan tidur 5.
Konsentrasi menurun 6. Gangguan pola makan 7. Kepercayaan diri yang
berkurang 8. Pesimistis 9. Rasa tidak berguna/rasa bersalah
Diagnosis Bandinga. Gangguan Cemas (Anxietas) Organikb. Gangguan
Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zatc. Gangguan Depresid.
Gangguan Cemas Menyeluruhe. Gangguan Panikf. Gangguan
Somatoform
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaana. Non-farmakologi 1. Konseling dan edukasi pada
pasien dan keluarga Karena gangguan campuran cemas depresi dapat
mengganggu produktivitas pasien, keluarga perlu memahami bahwa hal
ini bukan karena pasien malas atau tidak mau mengerjakan tugasnya,
melainkan karena gejala-gejala penyakitnya itu sendiri, antara lain
mudah lelah serta hilang energi. Oleh sebab itu, keluarga perlu
memberikan dukungan agar pasien mampu dan dapat mengatasi gejala
penyakitnya. Gangguan campuran anxietas dan depresi kadang-kadang
memerlukan pengobatan yang cukup lama, diperlukan dukungan keluarga
untuk memantau agar pasien melaksanakan pengobatan dengan benar,
termasuk minum obat setiap hari. 2. Intervensi Psikososial Lakukan
penentraman (reassurance) dalam komunikasi terapeutik, dorong
pasien untuk mengekspresikan pikiran perasaan tentang gejala dan
riwayat gejala. Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik
dan psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku, psikologik dan
emosi berpengaruh mengeksaserbasi gejala somatik yang mempunyai
dasar fisiologik. Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan
follow-up, bagaimana menghadapi gejala, dan dorong untuk kembali ke
aktivitas normal. Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafas dalam)
Anjurkan untuk berolah raga teratur atau melakukan aktivitas yang
disenangi serta menerapkan perilaku hidup sehat. Ajarkan untuk
selalu berpikir positif dan manajemen stres dengan baik.
b. Farmakologi: 1. Untuk gejala kecemasan maupun depresinya,
diberikan antidepresan dosis rendah, dapat dinaikkan apabila tidak
ada perubahan yang signifikan setelah 2-3 minggu: fluoksetin
1x10-20 mg/hari atau sertralin 1x25-50 mg/hari atau amitriptilin
1x12,5-50 mg/hari atau imipramin1-2x10-25 mg/hari. Catatan:
amitriptilin dan imipramin tidak boleh diberikan pada pasien dengan
penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati untuk pasien lansia
karena efek hipotensi ortostastik (dimulai dengan dosis minimal
efektif). 2. Pada pasien dengan gejala kecemasan yang lebih dominan
dan atau dengan gejala insomnia dapat diberikan kombinasi
Fluoksetin atau sertralin dengan antianxietas benzodiazepin.
Obat-obatan antianxietas jenis benzodiazepin yaitu: diazepam 1 x
2-5 mg atau lorazepam 1-2x0,5-1 mg atau klobazam 2 x 5-10 mg atau
alprazolam 2 x 0,25-0,5mg. Setelah kira-kira 2-4 minggu
benzodiazepin ditappering-off perlahan, sementara antidepresan
diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum di tappering-off. Hati-hati
potensi penyalahgunaan pada alprazolam karena waktu paruh yang
pendek.
Kriteria RujukanPasien dapat dirujuk setelah didiagnosis
mengalami gangguan ini, terutamaapabila gejala progresif dan makin
bertambah berat yang menunjukkan gejaladepresi seperti pasien
menolak makan, tidak mau merawat diri, adaide/tindakan bunuh diri;
atau jika tidak ada perbaikan yang signifikan dalam2-3 bulan
terapi.
Sarana PrasaranaTidak ada sarana prasarana khusus.
PrognosisPada umumnya prognosis gangguan ini adalah bonam.
Sensasi anxietas / cemas sering dialami oleh hampir semua
manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang
difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala
otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah,
dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama
kecemasan cenderung bervaniasi, pada setiap orang tidak sama.
Dalam praktek sehari-hani anxietas sering dikenal dengan istilah
perasaan cemas, perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya,
dimana istilah tersebut lebih merujuk pada kondisi normal.
Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologik.
Anxietas sendiri mempunyai rentang yang luas dan normal sampai
level yang moderat misalnya pertandingan sepak bola, ujian,
wawancara untuk masuk kerja mempunyai tingkat anxietas yang
berbeda.
Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada
gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan
dapat juga sebagai kondisi normal.Anxietas normal sebenarnya
sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang
keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan
anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar
yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar
secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.
Anxietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut
serangan datang mendadak dan cepat menghilang. Anxietas kronik
biasanya berlalu untuk jangka waktu lama walaupun tidak seintensif
anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini oleh
pasien biasanya dirasakan cukup gawat untuk mempenganuhi prestasi
kerjanya.
Bila dilihat dan segi jumlah, maka orang yang menderita anxietas
kronik jauh lebih banyak daripada anxietas akut.
DIFINISI ANXIETAS
Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak
menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang
akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa
reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi
seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut,
dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala
atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai
dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. ( Harold I. LIEF)
Anenvous condition of unrest ( Leland E. HINSIE dan Robert S
CAMBELL)
Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan
oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan
membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang
individu atau kelompok biososialnya. ( J.J GROEN)
GEJALA UMUM ANXIETAS
Gejala psikologik:Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak
nyata, takut mati , takut gila, takutkehilangan kontrol dan
sebagainya.
Gejala fisik:Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala
terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal,
diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan
lain-lain.Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik
seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa
harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung
berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan;
kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus
menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret;
kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak
spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini
tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik,
melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1
keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh
pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.
GANGGUAN ANXIETAS
Beberapa teori tentang gangguan anxietas:
1. TEORI PSIKOLOGIS Teori Psikoanalitik Teori perilaku Teori
Eksistensial2. TEORI BIOLOGIS Susunan Saraf Otonom Neurotransmiten
Penelitian genetika Penelitian Pencitraan Otak
Teori psikoanalitik:Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai
sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif
terhadap tekanan dari dalam diri. misal dengan menggunakan
mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan
keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala anxietas. Jika represi
tidak berhasil sebagai suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme
pertahanan yang lain misalnya konvensi, regresi, ini menimbulkan
gejala.Teori perilaku:teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan
adalah suatu respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan
spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk memiliki respon
kecemasan internal dengan meniru respon kecemasan orang
tuanya.Teori eksistensial:Konsep dan teori ini adalah, bahwa
seseorang menjadi menyadari adanya kehampaan yang menonjol di dalam
dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada penerimaan tentang
kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat
dihindari. Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan
eksistensi tersebut.Sistem saraf otonom:Stimuli sistem saraf otonom
menyebabkan gejala tertentu. Sistem kardiovaskular takikardi,
muskular nyeri kepala, gastrointestinal diare dan
sebagainya.Neurotransmiter:Tiga neurotrasmiter utama yang
berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang
dan respon terhadap terapi obat yaitu : norepinefrin, serotonin dan
gamma-aminobutyric acid.Penelitian genetika:Penelitian ini
mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan gangguan panik
memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita
gangguan.Penelitian pencitraan otak:Contoh: pada gangguan anxietas
didapati kelainan di korteks frontalis, oksipital, temporalis. Pada
gangguan panik didapati kelainan pada girus para hipokampus.
BENTUK GANGGUAN ANXIETAS
Gangguan Panik Gangguan Fobik Gangguan Obsesif-kompulsif
Gangguan Stres Pasca Trauma Gangguan stres Akut Gangguan Anxietas
Menyeluruh.
GANGGUAN PANIK
Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa
agorafobia dan gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan
panik ini harus ada serangan panik.
GAMBARAN KLINIS
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau
serangan panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi
setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau
trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap
kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik.
Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan
cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang
kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya
tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa
kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian.
Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan
berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan.
Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.Agorafobma :
pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan
sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka
harus ditemani setiap kali mereka keluar rumah.
GEJALA PENYERTA
Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan
agorafobia, pada beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan
bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan
bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan
panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan
mental.
DIAGNOSA BANDING
Penyakit kardiovaskuler : anemia, hipertensi, infark
iniokardium, dsb.Penyakit pulmonum : asma, hiperventilasi, emboli
paru-paru.Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi,
inigrain, tumor, dsb.Penyakit endokrin : diabetes, hipertroidisme,
hipoglikemi, sindroma pramestruasi, gangguan menopause,
dsb.lntoksikasi obat, putus obat.Kondisi lain : anafilaksis,
gangguan elektrolit, keracunan logam berat, uremia dsb
PEDOMAN DIAGNOSTIK AGORAFOBIA
Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana
kemungkinan sulit meloloskan diri Situasi dihindari, misal jarang
bepergian Kecemasan atau penghindaran fobik bukan karena gangguan
mental lain, misal fobia sosial
PEDOMAN DIAGNOSTIK GANGGUAN PANIK
Serangan panik rekuren dan tidak diharapkan Sekurangnya satu
serangan , diikuti satu atau lebih : kekawatiran menetap akan
mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti serangan,
perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan Serangan
panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi
medis umum Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain. misal gangguan obsesif - kompulsif. Gangguan
panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agorafobia
TERAPI
Konseling dan medikasi.Konseling:ajari pasien untuk diam
ditempat sampai serangan panik berlalu, konsentrasikan diri untuk
mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan
pernafasan. Identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan
cara menghadapi rasa takut saya tidak mengalami serangan jantung,
hanya panik, akan berlalu.Medikasi :banyak pasien tertolong melalui
konseling dan tidak membutuhkan medikasi. Bila serangan sering dan
berat, atau secara bermakna dalam keadaan depresi beri antidepresan
(imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100 150 mg malam
selama 2 minggu ). Bila serangan jarang dan terbatas beri anti
anxietas, jangka pendek (lorazepam 0,5 1 mg 3 dd 1 atau alprazolam
0,25 1 mg 3 dd 1) hindari pemberian jangka panjang dan pemberian
medikasi yang tidak perlu.
GANGGUAN FOBIK
Penelitian epidemiologis di Amerika Serikat menemukan 5 10
persen populasi menderita gangguan ini.FOBIAadalah suatu ketakutan
yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari
terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti.Fobia
spesifik:takut terhadap binatang, badai, ketinggian, penyakit,
cedera, dsbFobia sosial:takut terhadap rasa memalukan di dalam
berbagai lingkungan sosial seperti berbicara di depan umum, dsb
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak
beralasan (obyek /situasi) Pemaparan dengan stimulus fobik hampir
selalu mencetuskan kecemasan Menyadari bahwa rasa takut adalah
berlebihan Situasi fobik dihindari
TERAPI
Konseling dan medikasi: dorong pasien untuk dapat mengatur
pernafasan, membuat daftar situasi yang ditakuti atau dihindari,
diskusikan cara-cara menghadapi rasa takut tersebut. Dengan
konseling banyak pasien tidak membutuhkan medikasi. Bila ada
depresi bisa diberi antidepresan lmipramin 50 150 mg/ hari. Bila
ada anxietas beri antianxietas dalam waktu singkat, karena bisa
menimbulkan ketergantungan. Beta blokerdapat mengurangi gejala
fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa takut menetap
GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi
umum diperkirakan adalah 2-3 persen.OBSESIFadalah pikiran,
perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak
dikehendaki.KOMPULSIFadalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa
dihilangkan dan tidak dikehendaki.
PEDOMAN DIAGNOSIS
=Pikiran, impuls, yang berulang=Perilaku yang berulang=Menyadari
bahwa obsesif-kompulsif adalah berlebihan atau tidak
beralasan=Obsesif-kompulsif menyebabkan penderitaan=Tidak
disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum.
DIAGNISIS BANDING
Kondisi fisik- Gangguan neurologis (epilepsi lobul temporalis,
komplikasi trauma, dsb)Kondisi psikiatrik- Skizofrenia, gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif, fobia, gangguan depresif.
TERAPI
Konseling dan medikasi : mengenali, menghadapi, menantang
pikiran yang berulang dapat mengurangi gejala obsesd, yang pada
akhirnya mengurangi perilaku kompulsif. Latihan pernafasan.
Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk mengatasi situasi,
kenali dari perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi. Bila
diperlukan bisa diberi Klomipramin 100 - 150 mg, atau golongan
Selected Serotonin Reuptake Inhibitors.Konsultasi spesialistik bila
kondisi tidak berkurang atau menetap.
GANGGUAN STRES PASCA-TRAUMA
Pasien dapat diklasifikasikan mendenta gangguan stres
pasca-trauma, bila mereka mengalami suatu stres yang akan bersifat
traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa berupa trauma
peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan,
kecelakaan.Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari: - pengalaman
kembali trauma melalui mimpi dan pikiran, penghindaran yang
persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan
responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan
persisten. Gejala penyerta yang sering dan gangguan stres
pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan
kognitif(contoh pemusatan perhatian yang buruk)Prevalensi seumur
hidup gangguan stres pasaca-trauma diperkirakan I sampai 3 persen
populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang
subklinis. Walaupun gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada
setiap usia, namun gangguan paling menonjol pada usia dewasa
muda.
PEDOMAN DIAGNOSTIK STRES PASCATRAUMA
1. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:
mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa
ancaman kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang
serius,atau ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain
respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya2. Keadan
traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara
berikut: rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu
tentang kejadian Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian
berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi
kembali penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda
internal atau eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu
aspek kejadian traumatik reaktivitas psikologis saat terpapar
dengan tanda internal atau eksternal yang menyimbolkan atau
menyerupai aspek kejadian traumatik3. Penghindaran stimulus yang
persisten yang berhubungan dengan trauma4. Gejala menetap, adanya
peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:kesulitan
tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan,
respon kejutyang berlebihan.5. Lama gangguan gejala B,C,D adalah
lebih dari satu bulan.6. Gangguan menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain.7.
REAKSI STRES AKUT
Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada
seseorang tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai
respons terhadap stres fisik maupun mental yang luar biasa dan
biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat
berupa pengalaman traumatik yang luar biasa . Kerentanan individu
dan kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya
dan keparahannya suatu reaksi stres akut.
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya
pengalaman stresor luar biasa dengan onset dan gejala. Onset
biasanya setelah beberapa menit atau bahkan segera setelah
kejadian. Selain itu ditemukan (a) terdapat gambaran gejala
campuran yang biasanya berubah-ubah; selain gejala permulaan berupa
keadaan terpaku , semua gejala berikut mungkin tampak: depresif,
anxietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan penarikan diri, akan
tetapi tidak satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi
gambaran klinisnya untuk waktu lama. (b) pada kasus-kasus yang
dapat dialihkan dan stresomya, gejala-gejalanya dapat menghilang
dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres tidak
dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mulai mereda setelah
24 - 48 jam dan biasanya menghilang setelah 3 hari.
GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH
Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang
menyeluruh dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant sangat
bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran,
ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi,
pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah keluhankeluhan yang
lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya
akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu
dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan
PEDOMAN DIAGNOSTIK
Pasien harus menunjukan gejala primer anxietas yang berlangsung
hampir setiap hari selama beberapa minggu, bahkan biasanya sampai
beberapa bulan. Gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal berikut
: kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas
otonomik
TERAPI
Konseling dan medikasi: informasikan bahwa stres dan rasa
khawatir keduanya mempunyai efek fisik dan mental. Mempelajari
keterampilan untuk mengurangi dampak stres merupakan pertolongan
yang paling efektif. Mengenali, menghadapi dan menantang
kekhawatiran yang berlebihan dapat mengurangi gejala anxietas.
Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau pikiran yang pesimistik.
Latihan fisik yang teratur sering menolong. Medikasi merupakan
terapi sekunder, tapi dapat digunakan jika dengan konseling gejala
menetap. Medikasi anxietas : misal Diazepam 5 mg malam hari, tidak
lebih dari 2 minggu, Beta bloker dapat membantu mengobati gejala
fisik, antidepresan bila ada depresi. Konsultasi spesialistik bila
anxietas berat dan berlangsung lebih dan 3 bulan.
GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI
Kategori campuran ini harus digunakan bilamana terdapat gejala
anxietas maupun depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diaognosis
tersendiri.
Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 2.1.1.Gangguan Ansietas
Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada
anak dan remaja. Ansietas adalah suatu keadaan aprehensi atau
khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera
terjadi.14 Ansietas merupakan suatu fenomena kompleks yang
menandakan adanya dinamika kehidupan dan bagian dari proses psikis
yang memberikan isyarat fisik dan mental bahwa terdapat perubahan
internal dan eksternal.15 Ansietas dapat terjadi pada keadaan
normal bila secara tiba-tiba berhadapan dengan keadaan bahaya,
menghadapi ujian / tantangan dan kadang-kadang terjadi bila bertemu
dengan orang yang kita takuti.16 Gangguan ansietas ditandai dengan
gejala fisik seperti kecemasan (khawatir akan nasib buruk), sulit
konsentrasi, ketegangan motorik, gelisah, gemetar, renjatan, rasa
goyah, sakit perut, punggung dan kepala, ketegangan otot, mudah
lelah, berkeringat, tangan terasa dingin, dan sebagainya. 5,15,16
Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa anak dengan sakit perut
berulang lebih lazim disebabkan oleh karena ansietas pada diri
mereka dan orang tuanya terutama ibu.6 Satu studi menyatakan bahwa
pada stres atau ansietas dapat mengaktifkan reaksi disfungsi
otonomik tractus gastrointestinal yang dapat menyebabkan gejala
sakit perut berulang.7,17 Penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa
beberapa sakit perut berulang terbukti secara empiris berhubungan
dengan gangguan emosi pada anak dan orang tua mereka.1 Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa gangguan ansietas lebih tinggi terjadi
pada anak dengan sakit perut berulang dibandingkan anak yang sehat
dalam masyarakat.7,14 2.1.2. Gangguan Depresi Depresi adalah
gangguan mood (keadaan emosional internal yang meresap dari
seseorang) dan sering terdapat dalam masyarakat, tidak memandang
suku maupun ras. 18 Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa Edisi ke-3 (PPDGJ III) di Indonesia mengklasifikasikan
gangguan depresi atas episode depresif dan gangguan depresif
berulang. Menurut PPDGJ III, depresi adalah gangguan yang memiliki
karakteristik : 15,19 a. Gejala utama - Afek depresif - Kehilangan
minat dan kegembiraan - Berkurangnya energi yang menuju pada
meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitasb.
Gejala lainnya - Konsentrasi dan perhatian berkurang - Harga diri,
dan kepercayaan diri berkurang - Adanya perasaan bersalah dan tidak
berguna - Pandangan masa depan suram dan pesimis -Perbuatan atau
gagasan membahayakan diri atau bunuh diri-Tidur terganggu-Nafsu
makan berkurang. Biasanya diperlukan waktu sekurang-kurangnya 2
minggu untuk menegakkan diagnosis.20 Salah satu mekanisme
terjadinya depresi adalah mekanisme kolinergik. Berdasarkan
hipotesis kolinergik terjadinya peningkatan asetilkolin otak
berhubungan dengan depresi. Pada depresi terjadi peningkatan
asetilkolin yang mengakibatkan hipersimpatotonik sistem
gastrointestinal yang akan menimbulkan peningkatan peristaltik dan
sekresi asam lambung yang dapat menyebabkan hiperasiditas lambung,
kolik, vomitus dan sebagian besar menyebabkan gejala-gejala
gastritis dan ulkus.5 Gangguan ansietas umumnya terjadi bersamaan
dengan gangguan depresi dan banyak juga gangguan depresi terjadi
bersamaan dengan gangguan ansietas, sehingga sampai saat ini
hubungan antara gangguan ansietas dan gangguan depresi masih sering
diperdebatkan. Ketakutan pergi ke sekolah dan sikap overprotektif
dari orang tua dapat menjadi suatu gejala depresi pada anak.19,20
Studi terdahulu menemukan adanya hubungan psikologi pada anak
dengan terjadinya sakit perut berulang. Penelitian yang dilakukan
pada anak dengan masalah kesehatan mendukung adanya hubungan antara
sosial, kemampuan diri dan gangguan depresi maupun gangguan
ansietas pada anak-anak dengan sakit perut berulang.17,20 2.2.
Epidemiologi Sebanyak duapertiga gangguan depresi memiliki gejala
ansietas yang menonjol, dan sepertiga mungkin memenuhi kriteria
gangguan panik. Dikatakan bahwa gangguan ansietas biasanya lebih
banyak dibandingkan dengan gangguan depresi. 2,3Gangguan ansietas
dan gangguan depresi ditambah gejala hiperaktif sistem saraf
autonomik seperti keluhan sakit perut paling sering ditemukan.21
Faktor stres psikososial dapat mempengaruhi intensitas dan kualitas
sakit perut. Sakit perut berulang pada anak dilaporkan terjadi
antara 10% sampai 15% dengan usia berkisar 4 sampai 16 tahun.22
2.3. Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria
Apley dan Naish adalah sakit perut yang terjadi lebih atau paling
sedikit tiga kali dengan jarak tiga bulan berturut-turut dan cukup
berat mempengaruhi aktivitas sehari-hari.23,24Sakit perut berulang
terjadi pada sekitar 10% sampai 15% anak sekolah menengah pertama
dan atas dengan rentang usia dari 5 sampai 15 tahun. Sementara
sebagian besar sakit perut berulang disebabkan oleh penyebab non
organik (fungsional). Penyebab organik ditemukan hanya sekitar 10%
dari penderita.23,25Dikatakan bahwa anak akan mengurangi aktivitas
mereka sehubungan dengan rasa nyeri yang dirasakannya.26 Dilaporkan
bahwa anak dengan sakit perut tidak dapat menghabiskan waktunya
untuk bermain dengan sesama teman atau melakukan kegiatan olah raga
dan hobi mereka. Lebih lanjut ada penulis yang melaporkan adanya
gangguan tidur, masalah makan atau terjadinya perubahan selera
makan, juga ketidakhadiran mereka selama beberapa hari di sekolah.
26,27Penyebab sakit perut sangat komplek, tidak hanya disebabkan
oleh satu sebab saja.8 Penyebab organik dari sakit perut pada anak
adalah konstipasi, kolelitiasis, inflammatory bowel disease,
defisiensi lactase, dan infeksi saluran kemih.28 Mekanisme pasti
dari sakit perut berulang belum jelas, kebanyakan pada anak
penyebabnya adalah non organik.8 Anak dengan sakit perut berulang
dapat dipengaruhi oleh karena adanya faktor ansietas, ketakutan dan
malu.29 Prevalensi sakit perut berulang pada anak perempuan lebih
tinggi daripada anak laki-laki.8 Namun salah satu studi yang
dilakukan di Amerika menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
prevalensi antara anak laki-laki dan perempuan dan berdasarkan dari
usia anak terdapat dua puncak gejala sakit perut berulang yaitu
pada usia dibawah 5 tahun dan usia antara 8 sampai 10 tahun.16
Studi lain mengevaluasi gejala pada kelompok anak dengan usia yang
bervariasi, didapatkan hasil bahwa gejala sakit perut berulang
terbanyak terjadi pada usia 4 sampai 6 tahun.9,30 Satu studi
menyatakan bahwa gejala sakit perut berulang meningkat pada
anak-anak usia 12 sampai 15 tahun.5 Jenis kelamin, tingkat
kecerdasan dan sifat individu pada anak dengan sakit perut
fungsional dan sakit yang disebabkan oleh kelainan organik tidak
dapat dibedakan.13 2.4. Gambaran Klinis Gejala non organik
(fungsional) dari sakit perut berulang tidak spesifik.Evaluasi dan
penatalaksanaan sakit perut berulang dapat dilihat dengan
mengidentifikasi predisposisi somatik seperti ketidakstabilan
otonomik dan pergerakan usus.23 Stres lingkungan seperti masalah
akademik, sosial, keluarga dan karakteristik temperamen yang
spesifik dikatakan dapat memperberat keluhan sakit perut. Penurunan
berat badan pada sakit perut berulang organik berpengaruh pada
penurunan berat badan akan tetapi hal ini tidak berkaitan dengan
sakit perut fungsional.28 Adapun gambaran klinis sakit perut
berulang dapat dilihat pada table 2.1.31Tabel 2.1. Gambaran klinis
penyebab organik dan non organik sakit perut berulang.31Gambaran
klinis Penyebab organik Penyebab NonorganikSifat nyeri Dimana saja
tetapi umumnya di punggung dan nyeri suprapubik. Catatan khususnya
pada regio kuadran kanan atas dan kanan bawah. Biasanya di tengah
dan sering pada epigastrium.Riwayat keluarga ( umumnya nyeri perut,
sakit kepala dan depresi)Sedikit, dengan catatan ada riwayat
keluarga inflammatory bowel disease.Lebih mungkinFaktor
psikologikal (umumnya kecemasan)Ringan Kemungkinan ada
kecemasanSakit kepala Ringan Lebih mungkinTanda dan gejala alarm
Umumnya muntah Diare berat kronik Demam yang tidak jelas Kehilangan
darah melalui gastrointestinalGejala sedikitTanda abnormal Ada
Tidak adaPertumbuhan abnormal dan penurunan berat badan
involunterAda Tidak adaPemeriksaan abnormal: darah lengkap, laju
endap darah, urinalisaDijumpai Tidak dijumpai2.5. Diagnosis 2.5.1.
AnamnesisUntuk membuat diagnosis diperlukan anamnesis yang teliti,
pemeriksaan fisik lengkap, dan pemeriksaan laboratorium penunjang.
Anamnesis berdasarkan usia, biasanya terjadi pada usia 5 sampai 14
tahun, rasa sakit, pola defekasi, pola kencing, siklus haid, gejala
/ gangguan traktus respiratorius, gangguan muskuloskeletal, aspek
psikososial, trauma, penyakit yang pernah diderita dalam keluarga,
adakah faktor stres dalam keluarga.25,32 Dari anamnesis yang baik
sudah dapat mengetahui apakah penyebab sakit perut berulang itu
disebabkan oleh kelainan organik atau bukan.322.5.2. Pemeriksaan
fisik Umumnya tidak didapatkan kelainan pada pemeriksaan fisik.
Dari hasil pemeriksaan fisik dapat diketahui apakah penyebab sakit
perut berulang tersebut kelainan organik atau bukan.25Tanda
peringatan sakit berulang pada pemeriksaan fisik adalah penurunan
berat badan, pembesaran organ, fistula perianal, fistula ani, ulkus
perirektum, pembengkakan sendi. Pemeriksaan laboratorium yaitu
dengan melakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap
darah (LED), urinalisa, biakan urin pada anak wanita.25,32
Pemeriksaan penunjang lainnya disesuaikan dengan kelainan yang
didapat pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, seperti uji hidrogen
nafas, ultrasonografi (USG) abdomen, lipase dan amilase darah,
serta test fungsi hati.322.6. Pengukuran Gangguan Ansietas dan
Gangguan Depresi 2.6.1. Child Behavior Checklist (CBCL) Child
Behavior Checklist dibuat oleh Thomas Achenbach, yang diawali
dengan deskripsi masalah yang dihadapi orang tua dan para
profesional kesehatan mental. Deskripsi ini berdasarkan penelitian
terdahulu, literatur klinis dan konsultasi dengan psikolog klinis
serta psikiater anak dan pekerja sosial kejiwaan. Akhirnya didapati
118 items seperti yang terdapat pada lampiran.33 Child Behavior
Checklist merupakan skala pengukuran yang digunakan untuk menilai
prilaku dan kompetensi sosial anak pada usia 4 sampai 18 tahun.
CBCL terdiri dari 7 skala subklinikal yaitu withdrawn behaviour,
somatic complaints dan anxious/depressed, social problems, thought
problems, attention problems, delinquency behavior, aggression
behavior.33,34Child Behavior Checklist merupakan formulir yang
sudah distandarisasi, diisi oleh orang tua yang digunakan untuk
menilai laporan orang tua dan pribadi anak yang menggambarkan
gejala ansietas dan depresi serta keluhan somatik.34 Selanjutnya
diperoleh skor internalisasi (withdrawn, somatic complaints dan
anxious/depressed) dan skor eksternalisasi (aggression behavior,
delinquency behavior). Untuk masing-masing skor diperoleh skor T
berdasarkan daftar. Data berdasarkan T skor normal untuk usia dan
jenis kelamin. Skor T 60 digunakan sebagai cut off point. 33,342.6.
2. Childrens Depression Inventorys (CDI) Childrens Depression
Inventorys adalah skala yang digunakan untuk menilai gejala depresi
pada anak dan remaja usia 7 sampai 17 tahun. CDI merupakan
kuesioner yang terdiri dari 27 item, dimana untuk setiap pertanyaan
tersebut mendapat skor minimal nol dan maksimal dua, skor nol
menunjukkan tidak ada gejala, skor satu untuk gejala ringan, dan
skor dua untuk gejala berat. Dikatakan gangguan depresi bila
diperoleh nilai total 13.12,35Beberapa studi mengatakan bahwa anak
dengan gangguan depresi mempunyai nilai lebih tinggi dengan
menggunakan CDI daripada anak yang tidak mengalami depresi dengan
gangguan lainnya.36Childrens Depression Inventorys digunakan
sebagai alat skrining yang berguna untuk memberikan informasi
berdasarkan umur, jenis kelamin dan gambaran tentang gejala-gejala
anak yang mengalami depresi.35,36Berdasarkan studi epidemiologi,
skala ini sudah banyak dipergunakan sebagai skrining pada anak-anak
yang mengalami depresi.36 2.7. Hubungan Gangguan Ansietas dan
Gangguan Depresi Terhadap Sakit Perut Berulang Pada Remaja Anak dan
remaja yang mengalami gangguan ansietas dan gangguan depresi
dinilai lebih sering menderita sakit perut berulang dalam
masyarakat.27 Satu studi sebelumnya menunjukkan bahwa anak yang
stres setiap harinya dilaporkan lebih sering mengalami sakit
perut.12 Dikatakan juga bahwa gangguan ansietas, gangguan depresi,
serta stres emosional biasanya dialami pada anak-anak yang
menderita sakit perut berulang.10 Penelitian yang dilakukan di
Amerika menyatakan bahwa prevalensi gangguan ansietas pada
anak-anak dengan sakit perut berulang terjadi antara 42% sampai
85%.14Hubungan antara sakit perut dengan gangguan ansietas dan
gangguan depresi pada anak penting untuk beberapa alasan. Pertama
dikatakan bahwa adanya bukti hubungan antara fisik dan masalah
psikologis pada anak dan remaja.10,14 Penelitian yang dilakukan di
Nashville Tennessee, menemukan bahwa sakit perut, sakit kepala dan
nyeri otot, kuat hubungannya dengan gangguan ansietas, gangguan
depresi dan gangguan tingkah laku pada anak-anak usia 9 sampai 16
tahun. Kedua dikatakan bahwa gejala fisik sering merupakan bagian
dari kriteria gangguan psikologis. Ketiga dikatakan bahwa gejala
nyeri dapat memperburuk atau menambah gejala psikososial seperti
contoh seorang anak dengan muntah berulang kali yang diinduksi oleh
sakit kepala, dapat menjadi ansietas, ini menyebabkan si anak akan
tinggal di rumah dan tidak mau pergi ke sekolah atau melakukan
aktivitas lain. Penghindaran kegiatan sosialisasi ini akan
meningkatkan ansietas si anak yang pada akhirnya akan memperburuk
gejala gastrointestinalnya.13 Hubungan antara sakit perut dan
gangguan ansietas serta gangguan depresi ini memerlukan penelitian
lebih lanjut sebagai kontrol untuk gejala somatik dan gangguan
ansietas. Jika sakit perut berulang ini merupakan satu kriteria
dari gangguan ansietas, maka jelas ada hubungan antara sakit perut
berulang dengan gangguan ansietas.14