Top Banner
masalah gizi di indonesia MASALAH GIZI DI INDONESIA Lebih dari37 juta penduduk hidup dibawah garis kemiskinan. Separuhdarimereka mengkonsumsi makanan tidak sesuai kebutuhan. Kurang lebih 5 juta balita menderit gizi. Dan lebih dari 100 juta penduduk rentan terhadap berbagai masalah gizi. Masalah gizi di Indonesia seharusnya mendapat perhatian khusus dari pem semakin banyaknya masyarakat Indonesia khususnya golongan menengah ke ba masyarakat yang tinggal di pendalaman yang kurang gizi. Salah satu pen kekurangan ekonomi adalah kurangnya penyuluhan tentang gizi. Pemerin tah seharusnya lebih memperhatikan masalah ini. Apalagi Indonesia te rikat dengan kesepakatan global dalam mencapai Millenium Developmet Goals (MDG's)unt mengurangi jumlah penduduk yang miskin dan kelaparan.
7

Masalah Gizi Di Indonesia

Jul 22, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

masalah gizi di indonesia

MASALAH GIZI DI INDONESIA

Lebih dari 37 juta penduduk hidup dibawah garis kemiskinan. Separuh dari mereka mengkonsumsi makanan tidak sesuai kebutuhan. Kurang lebih 5 juta balita menderita kurang gizi. Dan lebih dari 100 juta penduduk rentan terhadap berbagai masalah gizi. Masalah gizi di Indonesia seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Karna semakin banyaknya masyarakat Indonesia khususnya golongan menengah ke bawah dan masyarakat yang tinggal di pendalaman yang kurang gizi. Salah satu penyebabnya selain kekurangan ekonomi adalah kurangnya penyuluhan tentang gizi. Pemerintah seharusnya lebih memperhatikan masalah ini. Apalagi Indonesia terikat dengan

kesepakatan global dalam mencapai Millenium Developmet Goals (MDG's)untuk mengurangi jumlah penduduk yang miskin dan kelaparan.

Kekurangan gizi pada balita dan anak-anak dapat mengganggu pertumbuhan fisik, dan mental mereka. Hal ini akan mengakibatkan terganggunya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Pentingnya kesehatan di Indonesia harus lebih di perhatikan. Apalagi dewasa ini, banyak bahan makanan bahkan air yang mengandung bakteri mematikan tersebar luas di masyarakat. Perlunya penyuluhan tentang 4 sehat 5 sempurna juga harus di lakukan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya gizi dalam makanan. Karna selama ini meraka hanya berfikir makan untuk menyambung hidup saja tetapi mereka tidak memperhatikan gizi yang penting untuk kesehatan mereka.

Semoga saja kedepannya pemerintah lebih memperhatikan masalah gizi di Indonesia. Agar Indonesia bisa mensejahterkan masyarakatnya dan setara dengan negara-negara maju.

Posted by viviheryanti at 9:23 PM Labels: masalah gizi Indonesia 0 comments: Post a Comment Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comm secara bersama-sama dengan melibatkan semua pihak, termasuk Kementerian Pertanian untuk yang berhubungan dengan pangan," tambah Menkes. (BET)

Kerusakan Otak Disebabkan Kurang Gizi

Sepertinya di indonesia saat ini mengalami dua masalah serius dalam gizi yaitu gizi kurang dan gizi lebih atau obesitas. Tapi kerusakan otak akibat gizi kurang lebih bersifat irreversible dibanding kerusakan otak akibat obesitas. Hal ini karena obesitas terjadi lebih lambat dibandingkan dengan gizi buruk, meski keduanya samasama bahaya. Puncak anak mengalami obesitas biasanya setelah berusia 2 tahun, saat itu anak sudah bisa terlebih dahulu baru mengalami obesitas. Sedangkan anak yang mengalami gizi buruk biasanya terjadi sebelum usia 2 tahun yang membuat pertumbuhan dan perkembangan otaknya menjadi terhambat lebih dulu padahal saat itu adalah masa kritis untuk mendapatkan nutrisi terbaik karena otak yang terbentuk akan digunakan seumur hidup, dan kondisi ini bersifat irreversible. Diketahui 80 persen otak terbentuk saat ia berusia di bawah 2 tahun, sedangkan saat berusia 6 tahun otak yang terbentuk sudah mencapai 95 persen dan sisanya yang 5 persen setelah ia berusia 6 tahun.

Selain itu nutrisi dan stimulasi merupakan bahan dasar pembentukan otak anak, kalau salah satu dari dua hal ini ada yang tidak ada maka otak bisa menjadi tidak normal. Hal ini karena nutrisi diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak serta proses myelination, sedangkan stimulasi diperlukan untuk pembentukan sinaps (penghubung antar sel-sel otak). Jika stimulasi dilakukan secara dini dan berulang maka sinaps akan semakin kuat. Tapi jika anak kurang mendapatkan stimulasi, maka sel-sel otaknya tidak memiliki jaringan penghubung. Stimulasi harus dilakukan sedini mungkin karena otak anak tidak tumbuh dan berkembang secara terus menerus. Kalau mau anak pintar jangan hanya pas lihat raport saja, tapi sejak masa kehamilan. kalau benar maka bisa menghasilkan cikal bakal yang bagus. Sementara itu nutrisi yang baik dan optimal untuk tumbuh kembang anak diusia dini harus seimbang dan sesuai dengan usianya, tidak boleh kekurangan tapi juga jangan berlebihan serta nutrisi ini bisa dipergunakan untuk pemenuhan energi (kalori), proses tumbuh kembang dan fungsifungsi spesifik pertahanan tubuh.

Mengenal Jenis Gula Dalam Makanan dan Minuman Pada Anak

Pada saat ini indonesia menghadapi masalah yang cukup serius untuk gizi ganda, yaitu masih adanya masalah gizi kurang terutama yang kronis & akut pada beberapa kelompok masyarakat, serta timbulnya masalah gizi lebih yang merupakan salah satu faktor utama penyakit degeneratif & dapat menjadi ancaman tersembunyi di masa depan. Gizi lebih atau obesitas pada anak semakin meningkat jumlahnya saat ini, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya obesitas sendiri adalah banyak mengkonsumsi gula yang terdapat dalam makanan atau minuman. Makanan atau minuman manis saat dikonsumsi, akan diserap dengan cepat ke dalam pembuluh darah, sehingga meningkatkan kadar hormon insulin. Selanjutnya, hormon insulin ini akan bekerja menarik gula dan lemak dari darah untuk disimpan di jaringan sebagai persediaan di masa mendatang. Proses penyimpanan ini jika tidak seimbang dengan pengeluaran energi akan menyebabkan terjadinya kenaikan berat badan yang dapat menjurus menjadi obesitas. Asupan gula tambahan tidak melebihi 10 persen dari total energi yang dikonsumsi untuk menghindari kelebihan energi dalam tubuh anak. Artinya, berdasarkan AKG Indonesia tahun 2004, untuk anak usia 1-3 tahun, tidak disarankan untuk mengkonsumsi lebih dari 25 g gula tambahan/hari (setara dengan 5 sendok teh) dan untuk usia 4-6 tahun tidak melebihi 38 g gula tambahan/hari (setara 8 sendok teh). Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa untuk asupan gula harian (sukrosa, glukosa, fruktosa dan mengenai jenis-jenis gula yang dapat ada dalam makanan/minuman serta kiat-kiat bagi orang tua untuk menghitung asupan gula tambahan pada anak. laktosa) memberikan kontribusi lebih dari 10 persen terhadap total kalori. Asupan gula terbanyak adalah sukrosa sebesar 49,45 g dan terbanyak berasal dari konsumsi susu. Artinya prosentasi ini sudah melebihi batas ambang yang direkomendasikan WHO.

Hubungan Keluarga Berencana Dengan Pencegahan Kematian Maternal Dan Neonatal

Angka kematian merupakan salah satu indikator status kesehatan di masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Anak (AKA), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (AHH) telah ditetapkan sebagai indikator derajat kesehatan dalam Indonesia Sehat 2010 (Depkes, 2003). AHH bahkan digunakan sebagai salah satu komponen untuk menghitung Human Development Index (HDI) (UNDP, 2001). Ditinjau dari HDI, Indonesia menduduki ranking 109 dari 174 negara (UNDP, 2000), jauh tertinggal dari Negara-negara ASEAN lainnya. Ranking ini relatif tak beranjak, bahkan cenderung lebih buruk (tahun 2003 urutan 112 dari 175 negara). Sementara itu, AKI dan AKA Indonesia juga menduduki urutan yang tak dapat dibanggakan. Continue Reading

Anak Indonesia Pendek-pendek Karena Kurang Gizi

Detikhealth.com, Jakarta, Masalah gizi buruk tidak hanya berhubungan dengan penyakit tetapi juga berdampak pada pertumbuhan tinggi badan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 mencatat 35,7% anak Indonesia tergolong pendek akibat masalah gizi kronis. Dengan persentase sebesar itu diperkirakan ada 7,3 juta anak Indonesia yang jadi pendek. Banyaknya anak yang mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan merupakan masalah gizi kronis karena berhubungan dengan riwayat gizi pada generasi sebelumnya. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam peringatan hari Gizi Nasional pada 25 Januari 2011 mengatakan tinggi badan anak berhubungan dengan masalah gizi kronis. "Jika satu generasi kurang gizi, dampaknya pada tinggi badan mungkin

baru akan dirasakan generasi berikutnya," jelas Menkes. Karena merupakan masalah kronis, Menkes mengatakan bahwa pengatasan masalah gizi buruk dan pengaruhnya terhadap tinggi badan harus dilakukan secara komprehensif atau menyeluruh. Di antaranya melalui perbaikan gizi ibu hamil atau antenatal care. Angka gizi buruk pada balita sendiri mengalami perbaikan, dari 31% pada tahun 1990 menjadi 17,9% pada 2011. Namun menurut Menkes, angka itu belum istimewa karena berarti masih ada 3,7 juta balita yang kurang gizi. Menkes menargetkan, pada tahun 2015 angka itu bisa terus ditekan menjadi 15% saja. Meski angka gizi buruk tinggi, di sisi lain balita dengan gizi berlebih hampir sama banyak dengan balita gizi buruk yakni 14%. Menariknya, gizi berlebih tidak berhubungan dengan status ekonomi karena persentasenya pada keluarga termiskin adalah 13,7 persen sementara di keluarga terkaya tidak jauh berbeda, yakni 14%. Masalah gizi lainnya yang sedang dihadapi adalah obesitas yang dialami oleh 15 persen orang dewasa berusia 15 tahun ke atas. Menurut Menkes, obesitas yang berhubungan dengan masalah metabolisme jumlahnya meningkat akibat perubahan gaya hidup dan kondisi lingkungan.

Sahabat Orbit tahu enggak, kalau Indonesia mendapat peringkat ke-5 dengan jumlah anak pendek terbanyak di dunia? Memang sih, posisinya lebih baik dibandingkan India, China, Nigeria, dan Pakistan, cuma sangat disayangkan, karena dengan ini terlihat banyak anak Indonesia yang kekurangan gizi. Dampak kekurangan gizi bukan hanya mengakibatkan tubuh pendek, tetapi juga membuat otak kurang berkembang. Bayangkan saja, 35,6 persen anak Indonesia yang berumur kurang dari 5 tahun, tinggi badannya lebih rendah dari semestinya. Waduh!

Tinggi standar untuk anak usia 5 tahun sendiri adalah 110 sentimeter. Namun, tinggi rata-rata anak Indonesia umur 5 tahun pada tahun 2010 kurang dari 6,7 sentimeter untuk anak laki-laki dan kurang dari 7,3 sentimeter untuk anak perempuan. Kalau sudah begini, tentu kita harus memenuhi kecukupan gizi sehari-hari. Apakah sahabat Orbit di sini ada yang merasa tubuhnya lebih kecil atau lebih pendek dari teman-teman sebaya? Siapa yang tidak mau mempunyai tubuh yang tinggi? Orbit saja mau! Lalu, bagaimana ya caranya agar bisa menaikkan tinggi badan? Orbit punya solusinya! Enggak perlu biaya mahal kok untuk mewujudkannya. 1. Minum susu kedelai 2 gelas sehari Kedelai kaya akan protein nabati yang mengandung 22 asam amino untuk mencegah berbagai penyakit, dan sedikit lemak. Kedelai baik untuk membangun otot, juga menguatkan tulang karena mengandung vitamin D serta kalsium. Protein kedelai mampu merangsang kelenjar pituitari untuk menghasilkan HGH (human growth hormone) atau hormon pertumbuhan. Banyak orang menganggap, pertumbuhan tinggi badan berhenti pada usia 17-18 tahun. Itu salah! Sebenarnya bukan berhenti, tetapi kelenjar pituitari mengurangi sekresi HGH atau hormon pertumbuhan sampai 50 persen. Jadi tidak sepesat waktu usia di bawah 17 tahun. 2. Olahraga teratur Selain makan makanan yang banyak mengandung protein dan kalsium, olahraga juga penting untuk merangsang pertumbuhan. Kalian bisa melakukan olahraga yang memberikan beban pada tulang panjang kaki, misalnya berenang, lari santai, lompat tali, basket, dan badminton. (dwy)