Top Banner
Ma’rifatul Islam (Bagian ke-2): Keuniversalan Islam
24

Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Aug 04, 2015

Download

Spiritual

Ones Suseno
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Ma’rifatul Islam (Bagian ke-2): Keuniversalan Islam

Page 2: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Sifat Jahiliyah

Abu Dzar al-Ghifari, shahabat yang agung itu sempat mendapat teguran keras dari Rasulullah saw. dan disebut sebagai orang yang di dalam dirinya terdapat sifat jahiliyah. Hal itu terjadi karena ia masih memiliki persepsi yang salah tentang manusia yang bernama Bilal bin Rabab, sahabat Rasul yang suara sandalnya sudah terdengar di surga saat ia masih tinggal di dunia. Masalahanya adalah karena Abu Dzar memanggil Bilal ra sebagai anak perempuan hitam. Bukankah Allah tidak melihat wajah dan warna kulit? Bukankah orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa? Mendapat teguran keras dari Rasulullah saw. Abu Dzar menyesali perbuatannya dan minta agar Bilal membalas dengan menginjak kepalanya.

Page 3: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Rantai Sekularisme

• Sekularisme menurut An-Nabhani (1953) adalah pemisahan agama dari kehidupan (Fashl addin an alhayah).

• Menurut Nasiwan (2003), Sekularisme di bidang politik ditandai dengan 3 hal yaitu:

1. Pemisahan pemerintahan dari ideology keagamaan dan struktur eklesiatik;

2. Ekspansi pemerintah untuk mengambil fungsi pengaturan dalam bidang social dan ekonomi, yang semula ditangani oleh struktur keagamaan;

3. Penilaian atas budaya politik ditekankan pada alasan dan tujuan keduniaan yang tidak transeden.

Page 4: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Rantai Sekularisme• Tahun yang dianggap sebagai benih kemunculan sekularisme

adalah 1648. Pada tahun itu telah tercapai perjanjian Westphalia. Perjanjian itu mengakhiri perang Tiga Puluh Tahun antara Katolik dan Protestan di Eropah. Perjanjian tersebut juga telah menetapkan sistem negara merdeka yang didasarkan pada konsep kedaulatan dan menolak ketundukan pada otoriti politik Paus dan Gereja Katolik Rome(Pappe 1988).

• Inilah awal munculnya sekularisme. Sejak itulah aturan sendi kehidupan dilepaskan dari gereja yang dianggap sebgai wakil tuhan. Anggapannya adalah Negara itu sendirilah yang paling tahu keperluan dan kepentingan warganya sehingga negaralah yang layak membuat aturan kehidupannya. Sementara itu, tuhan atau agama hanya diakui keberadaannya di gereja-gereja sahaja.

Page 5: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Rantai Sekularisme

• Awalnya sekularisme memang hanya berbicara hubungan antara agama dan Negara. Namun dalam perkembangannya, semangat sekularisme tumbuh dan berbiak ke segala aliran pemikiran

Page 6: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Ibnu Qayyim ra. menuturkan bahwa

1. yang pertama kali muncul adalah lintasan-lintasan pemikiran, 2. bila lintasan itu dibiarkan maka ia akan berkembang menjadi fikrah. 3. Bila fikrah dibiarkan maka akan berkembang menjadi niat. 4. Niat akan berkembang menjadi tekad, 5. tekad akan menjelma menjadi perbuatan. 6. Bila dibiarkan maka perbuatan itu akan menjadi kebiasaan. 7. Kebiasaan, lama-lama akan menjadi karakter. 8. Pada akhirnya karakter itulah yang menjadi budaya.

Orang yang kuat lagi arif adalah orang yang dapat mengendalikan diri. Mengendalikan lintasan fikiran lebih ringan daripada mengubah kebiasaan.

Page 7: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Islam merupakan pedoman hidup yang universal, yang mencakup segala aspek kehidupan manusia dalam semua dimensi waktu, tempat dan sisi kehidupan manusia.

Page 8: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• 1. Mencakup seluruh dimensi waktu• Artinya bahwa Islam bukanlah suatu agama yang

diperuntukkan untuk umat manusia pada masa waktu tertentu, sebagaimana syariat para nabi dan rasul yang terdahulu. Namun Islam merupakan pedoman hidup yang abadi, hingga akhir zaman. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 21:107):

• �م�ين� ع�ال �ل ل حم�ة� ر� � �ال إ �اك� ن ل س� ر� أ و�م�ا

• “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Page 9: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• Rahmat bagi semesta alam artinya bagi seluruh makhluk Allah di muka bumi ini sepanjang masa. Rasulullah SAW sendiri pun diutus sebagai nabi dan rasul terakhir yang ada di muka bumi, yang menyempurnakan syariat nabi-nabi terdahulu. Allah berfirman (QS. 33: 40)

• �م� ات و�خ� �ه� الل س�ول� ر� �ك�ن و�ل �م �ك ر�ج�ال م�ن ح�د"� أ �ا �ب أ م�ح�م�د% �ان� ك م�ا

�يم�ا ع�ل يء" ش� �ل- �ك ب �ه� الل �ان� و�ك -ين� �ي �ب الن• “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang

laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Page 10: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• Sebagai nabi dan rasul terakhir berarti tidak akan ada lagi nabi dan rasul yang lain yang akan menasakh (menghapus) syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang Rasulullah SAW lakukan terhadap syariat para nabi dan rasul yang lain. Hal ini juga menunjukkan bahwa risalah nabi Muhammad merupakan risalah abadi hingga akhir zaman.

Page 11: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• 2. Mencakup seluruh dimensi ruang• Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup yang tidak

dibatasi oleh batasan-batasan geografis tertentu, seperti hanya disyariatkan untuk suku atau bangsa tertentu. Namun Islam merupakan agama yang disyariatkan untuk seluruh umat manusia, dengan berbagai bangsa dan sukunya yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman (QS. 34:28)

• �م�ون� �عل ي � ال �اس� الن �ر� ث ك� أ �ك�ن� و�ل ا �ذ�ير� و�ن ا ير� �ش� ب �اس� �لن ل �اف�ة� ك � �ال إ �اك� ن ل س� ر

� أ و�م�ا• “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia

seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”

• Dari ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an tidak hanya diturunkan untuk orang Arab secara khusus, namun juga untuk orang Eropa, Rusia, Asia, Cina dan lain sebagainya.

Page 12: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• 3. Mencakup semua sisi kehidupan manusia.• Maknanya adalah bahwa Islam merupakan

pedoman hidup manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dan tidak hanya agama yang mengatur peribadahan saja sebagaimana yang banyak dipahami oleh kebanyakan manusia pada saat ini. Sesungguhnya Islam mencakup seluruh aspek dan dimensi kehidupan manusia, di antaranya adalah:

Page 13: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• a. Peribadahan• �د�ون� �عب �ي ل � �ال إ س� �ن و�اإل ج�ن� ال �قت� ل خ� و�م�ا• “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. 51: 56)

Page 14: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Semangat sekularisme ternyata telah mendorong munculnya liberalisme dalam berfikir di segala bidang. Kaum intelektual barat ternyata ingin sepenuhnya membuang segala yang berbau doktrin agama (Altwajri 1997). Mereka sepenuhnya ingin mengembalikan segala sesuatu pada kekuatan aqal manusia; termasuk melakukan reorentasi terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan hakikat manusia, hidup dan keberadaan alam semesta ini (Persoalan aqidah). Altwajri memberikan contoh penentangan para pemikir barat terhadap pemahaman keagamaan yang paling fundamental di bidang aqidah iaitu munculnya pelbagai aliran pemikiran seperti pemikiran marxisme, eksistensalisme, Darwinisme, freudalisme dan sebagainya. Pandangan pemikiran inilah akhirnya membentuk pemahaman baru berkaitan dengan hakikat manusia, alam semesta dan kehidupan ini, yang berbeza secara diameter dengan pemahaman keagamaan yang ada. Mereka mengingkari adanya pencipta sekaligus menafikan misi utama pencipta menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan ini. Mereka lebih suka menggunakan logiknya sendiri dan kemudian menjadi kaedah-kaedah falsafah yang disusun dengan rapi.

Page 15: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• b. Akhlak (Etika/ Tata krama/ Budi Pekerti)• Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW

bersabda:• �ه� الل ص�ل�ى �ه� الل س�ول� ر� ق�ال� ق�ال� ة� ر� ي ه�ر� �ي ب

� أ ع�ن�ق� خال

� األ �ح� ص�ال �م-م� �ت أل ت� �ع�ث ب �م�ا �ن إ �م� ل و�س� ه� �ي ع�ل• “Bahwasanya aku diutus adalah untuk

menyempurnakan kebaikan akhlak/ moral.”

Page 16: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• Prinsip sekular yang terkenal dalam bidang ini iaitu pluralisme agama yang memimliki tiga sendi utama (audi, 2002) iaitu (1) prinsip kebebasan, iaitu Negara wajib membenarkan pengamalan agama apapun (dalam batas-batas tertentu) (2) prinsip kesetaraan iaitu Negara tidak boleh memberikan pilihan suatu agama tertentu atas pihak lain (3) Prinsip neutraliti iaitu Negara tidak boleh suka atau tidak suka pada agama. Dari ketiga-tiga prinsip ini munculah pandangan bahawa semua agama harus dipandang sama, memilikimkedudukan yang sama namun hanya dalam lingkungan individu-individu sahaja.

Page 17: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• c. Ekonomi• �م ك م�ن �اء� �ي �غن األ ن� �ي ب �ة� د�ول �ون� �ك ي � ال �ي ك• “Supaya harta itu jangan hanya beredar di

antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. 59: 7)

Page 18: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• Adam Smith merupakan tokoh sekular tersohor dalam bidang ekonomi, dia menyusun pandangan ekonominya berangkat dari pandangan terhadap hakikat manusia. Smith memandang bahawa manusia memiliki sifat serakah, egois dan mementingkan diri sendiri. Smith menganggap bahawa sifat-sifat manusia ini tidak negatif tetapi justeru teramat positif kerana dapat memacu pertumbuhan ekonomi Negara secara keseluruhan. Smith berpendapat sifat egois manusia ini tidak akan mendatangkan kerugian dan merosakkan masyarakat sepanjang persaingan bebas. Setiap orang yang menginginkan laba dalam jangka panjang (ertinya serakah), tidak akan menaikkan harga di atas tingkat harga pasar (Deliarnov, 1997)

Page 19: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• d. Politik• �اء� �ي ول

� أ �عض�ه�م ب �اء� �ي ول� أ ى �ص�ار� و�الن �ه�ود� ي ال �خ�ذ�وا �ت ت � ال �وا ء�ام�ن �ذ�ين� ال Nه�ا ي

� �اأ يه�م م�ن �ه� �ن ف�إ �م ك م�ن �ه�م �و�ل �ت ي و�م�ن �عض" ب

�م�ين� الظ�ال ق�وم� ال �هد�ي ي � ال �ه� الل �ن� إ• “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil

orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. 5: 51)

Page 20: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

Bidang ini Niccola Machiavelli dianggap sebagai pelopor pemikiran moden, Dia beranggapan bahawa nilai-nilai tertinggi adalah berhubungan dengan kehidupan dunia yang dikecilkan menjadi nilai kemasyuran, kemegahan dan kekuasaan. Agama hanya diperlukan sebagai alat kepatuhan, bukan kerana nilai-nilai agama itu sendiri (Nasiwan, 2003). Disamping itu muncul pula para pemikir demokrasi seperti John Locke, Montesquieu dan lain-lain yang mempunyai pandangan bahawa pemerintahan yang baik adalah pemerintahan konstitusional yang mampu membahagi dan membatasi kekuasaan sementara dari majoriti, yang melindungi kebebasan segenap individu-individu rakyatnya. Pandangan ini kemudian melahirkan tradisi pemikiran politik liberal iaitu sistem politik yang melindungi kebebasan individu dan kelompok yang didalamnya terdapat ruang bagi masyarakat sivil dan ruang persendirian yang bebas dan terlepas dari kawalan Negara (Widodo 2004). Konsep demokrasi itu kemudian dirumuskan dengan sangat sederhana dan mudah oleh Presiden Amerika Syarikat Abraham Lincoln dalam pidatonya tahun 1863 sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” (Roberts & Lovecy, 1984).

Page 21: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• e. Sosial• � م �ث اإل ع�ل�ى �وا �ع�او�ن ت � و�ال �قو�ى و�الت �ر- ب ال ع�ل�ى �وا �ع�او�ن و�تع�دو�ان� و�ال

• “Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan.” (QS. 5: 2)

Page 22: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• Di bidang ini muncul pemikir besarnya seperti Auguste Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim dan sebagainya. Sosiologi ingin memahami bagaimana masyarakat dapat berfungsi dan mengapa orang-orang mahu mengawal masyarakat. Sosiologi juga harus dapat menjelaskanperubahan sosial dan tempat individu di dalamnya (Osborne & Loon 1999). Dari Sosiologi inilah diharapkan peranan manusia dalam melakukan cubaan sosial dapat lebih mudah dan berleluasa untuk dilakukan diantara seharusnya pasrah dengan apa yang dianggap oleh agamawan sebagai ketentuan-ketentuan Tuhan.

Page 23: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• f. Pendidikan• ر�ك �ش ت � ال �ي� �ن �اب ي �ع�ظ�ه� ي و�ه�و� �ه� ن �ب إل �قم�ان� ل ق�ال� �ذ و�إ

ع�ظ�يم% م% �ظ�ل ل ك� ر الش- �ن� إ �ه� �الل ب• “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada

anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”. (QS. 31: 13)

Page 24: Ma’rifatul islam (bagian ke 2)

• Dalam bidang ini kerangka keilmuan yang berkembang di Barat mengacu sepenuhnya pada prinsip-prinsip sekularisme. Hal itu paling tidak dapat dilihat dari kategori falsafah yang mereka kembangkan yang mencakupi tiga asas utama perbahasan (Suriasumantri, 1987):Falsafah ilmu iaitu perbahasan falsafah yang mengkaji persoalan benar dan salah; falsafah etika, perbahasan falsafah yang mengkaji persoalan baik dan buruk; Falsafah estetika, perbahasan falsafah yang mengkaji persoalan indah dan hodoh .Berasaskan 3 prinsip ini pendidikan mengacu kepada prinsip falsafah barat adalah memandang bahawa sumber ilmu pengetahuan hanya diperolehi daripada aqal manusia semata. Sementara agama hanya berada dalam perbahasan lingkungan moral dan hanya layak untuk berbicara baik atau buruk(etika) dan bukan perbahasan ilmiah iaitu salah dan benar. Dengan prinsip ini pandangan dasar sekular berkembang dan kukuh dalam diri setiap individu sehingga tidak terbantah di dalam masyarakat. Justeru umat islam memiliki standard junjungan yang baru dalam berfikir berbanding standard-standard yang bersumber al-quran dan as-sunnah. Umat islam lebih mengukur segala kebaikan berdasarkan prinsip demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), pasar bebas, pluralisme, kesetaraan dan lain-lain pandangan yang bertentangan dengan Islam.