CLINICAL SCIENCE SESSIONMalformasi Anorektal
Disusun oleh :AninditaLaksmiTodia PediatamaVebri Anita
SinagaThivya RoopiniIlman Hakim ArifinKrissaDevaniMaria Christina
Shycha M.Geetha Krishnan
Preseptor :
Vita Indriasari, dr., Sp.BA
BAGIAN/SMF ILMU BEDAH ANAKFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS
PADJADJARANRSUP HASAN SADIKIN2015
A. Definisi
Malformasianorektaladalahkelainan kongenital yang ditemukan pada
saluran cerna bagian anus dan rektum. Kegagalanpertumbuhananorektal
pada masa embrio yang ditandaidenganagenesis anal, agenesis rectal,
dan atresia rectal.
Kelainananorektalmerupakansuatuspektrumdefekkongenital yang
seringdisertai sekueleberatsepertiinkontinensiafeses dan urin.
B. Embriologi
Pada minggu ketiga kehamilan, embrio terdiri dari rongga amnion
dan kantung kuning telur yang dipisahkan oleh diskus trilaminar
yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Foregut akan membentuk
faring, sistem pernapasan bagian bawah, esofagus, lambung, duodenum
pars descendens, hati, sistem bilier serta pankreas. Midgut
membentuk sebagian duodenum, usus halus, caecum, appendix
vermicularis, colon ascendens sampai 2/3 colon transversum.Diskus
ini kemudian tumbuh secara craniocaudal dan bagian endoderm
membentuk tonjolan yaitu hindgut. Hindgut ini kemudian menyatu
dengan allantois dan ductus mesonefrus dan membentuk kloaka. Kloaka
kemudian akan membelah membentuk rectum dan traktus urogenital.
Pada minggu ketujuh pembelahan kloaka akan terhenti dengan
pertumbuhan kedalam dari mesenkim, dan membentuk septum urogenital
dan membentuk perineum. Perineum ini kemudian akan membagi membran
kloaka menjadi membran urogenital pada bagian anterior dan membran
anal pada bagian posterior. Pembengkakan dari mesenkim terjadi dan
akan mengelilingi membran anal. Hal ini akan menyebabkan lekukan
anal, suatu penekanan pada bagian ektoderm pada membran anal, hal
ini terjadi pada minggu ke delapan dan membran akan perforasi pada
minggu kesembilan. Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut
sebagai primitif gut. Kegagalan perkembangan yang lengkap dari
septum urorektalis menghasilkan anomali letak tinggi atau supra
levator. Sedangkan anomali letak rendah atau infra levator berasal
dari defek perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada
anomali letak tinggi, otot levator ani perkembangannya tidak
normal. Sedangkan otot sfingter eksternus dan internus dapat tidak
ada atau rudimenter.
C. KlasifikasiDulu klasifikasi MAR di bagi berdasarkanhubungan
antara ujung rektum dengan levator. Hal ini dilakukan dengan
melakukan invertogram. Invertogram adalah teknik pengambilan foto
untuk menilai jarak ujung rektum, dimana bayi diletakkan terbalik
atau tidur telungkup, sinar diarahkan horizontal ke trokhanter
mayor. Selanjutnya diukur jarak dari ujung udara yang ada di ujung
rektum ke tanda logam di perineum. Apabila ujung rektum terdapat di
atas garis pubococcygeal (di atas levator) maka kelainan dinamakan
kelainan letak tinggi sedangkan apabila ujung distal rektum tedapat
pada seperempat ujung os ischium keadaan ini disebut letak sedang.
Sedangkan apabila dibawahnya maka disebut kelainan letak
rendah.Klasifikasi saat ini didasarkan pada kebutuhan terapi.
Berdasarkan klasifikasi ini, terbagi dua kelompok berdasarkan
kebutuhan colostomy. Anak dengan fistula cutaneus, stenosis anal,
dan anal membran dapat melakukan operasi definitif tanpa harus
melakukan colostomy protektif terlebih dahulu. Sedangkan pasien
dengan fistula rectouretra, fistula rectovesical, agenesis
anorectal tanpa fistula, atresia rectal, fistula vestibular,
fistula vagina, membutuhkan colostomy protektif sebelum operasi
definitif.Secara lengkap pembagiannya menurut Wingspread adalah
sebagai berikut :LAKI LAKI
Golongan I :1.Fistel urine2.Atresia rekti3.Perineum datar4.Tanpa
fistel, udara> 1cm dari kulit pada invertogramTindakan
:Kolostomi neonatus pada usia 4-6 bulan
Golongan II :1.Fistel perineumMembran analStenosis aniBucket
handleTanpa fistel, udara < 1 cm dari kulit pada invertogram
Tindakan :Operasi definitif neonatus tanpa kolostomi
PEREMPUAN
Golongan I :KloakaFistel vaginaFistel anovestibularAtresia
rektiTanpa fistel udara, > 1cm dari kulit pada
invertogramTindakan :Kolostomi neonatus pada usia 4-6 bulan
Golongan II :Fistel perineumStenosis aniTanpa fistel, udara <
1 cm dari kulit pada invertogram
Tindakan :Operasi definitif neonatus tanpa kolonostomi
D. Gejala KlinisPasien dengan MAR akan datang dengan keluhan
tidak ada anus pada pengamatan atau adanya kegagalan mengeluarkan
mekonium. Pasien biasanya kembung. Walaupun kebanyakan adalah anak
yang lahir cukup bulan, biasanya MAR akan disertai dengan anomali
kongenital. Anomali ini biasanya pada tulang belakang, ekstremitas,
jantung, dan sindrom down. Kelainan jantung yang biasanya menyertai
adalah tetralogi fallot dan VSD.
E. Diagnosis Inspeksidari perineum apakahadamekoniumdanatau
fistula. Periksaapakahadabelahanpantat, apakahadalekukan anal/ anal
dimple atauadanyapulsasiuntukmengetahuipenonjolan sphincter. Hal
ini dapat dilakukan dengan meraba daerah perineum dengan lembut.
Pemeriksaan preoperatif dilakukan untuk mengetahui adanya fistula,
lokasi ujung rectum, dan lesi-lesi lain yang terkait. Untuk
mengetahui adanya fistula, observasi bayi baru lahir selama 24-48
jam. Adanya mekonium pada perineum menunjukkan adanya fistula dan
kelainan letak rendah. - Invertogram untuk membedakan apakah lesi
letak tinggi atau letak rendah. Pemeriksaan rutin dilakukan untuk
mencari kelainan lain. Lebih dari 50% penderita memiliki kelainan
kongenital lain. Yang sering ditemukan adalah kelainan saluran
genito-urinal (30%), kelainan jantung (75%) yang tersering adalah
tetralogi Fallot dan VSD, kelainan saluran cerna misalnya atresia
esofagus atau atresia duodenum, dan kelainan vertebra. Dikenal
dengan singkatan VACTERL (Vertebrae, Anorectal, Cardiac,
TracheoEsophageal fistula, Renal, Limb) Lakukan pasase NGT
(esofageal atresia), echo cardiografi (cardiac anomaly), USG
abdomen (agenesis renal), foto ro tulang belakang ( kelainan
vertebra), MRI atau CT Scan untuk mengevaluasi kompleks otot pelvis
dan panggul
F. Penatalaksanaan 1. Tata laksana umum Pasien dipuasakan Cairan
intravena dapat diberikan kristaloid Tata laksana kondisi yang
mengancam hidup seperti infeksi, hipotermia, dan lain lain.
Antibiotik dapat diberikan. Edukasi kepada keluarga pasien mengenai
operasi beberapa tahap dan lama, adanya kemungkinan infeksi dan
operasi berulang, terjadi neurogenic bladder, dan inkotinensia alvi
pasca operasi.
2. Tata laksana operatifTerapi standar saat ini mengikuti
prosedur yang dianjurkan yaitu penanganan 3 tahap, kecuali kelainan
fistula perineal, operasi saat neonatus adalah diverting colostomy,
disusul operasi defenitif dengan teknik Postero Sagittal AnoRecto
Plasty, dan tahap akhir berupa penutupan kolostomi.
a. Tahap I : kolostomi Kolon sigmoid dibagi utuh menjadi 2
bagian yaitu proksimal sebagai kolostomi dan bagian distal untuk
mukosa fistula.b. Tahap II : prosedur pull throughProsedur ini
dilakukan 3-6 bulan setelah kolostomi. Dilakukan penarikan kantung
rektal yang paling ujung ke posisi yang normal. Prosedur PSARP
paling sering digunakan.c. Tahap III : penutupan kolostomiDilakukan
bila anus sudah menjalani dilatasi dan mencapai ukuran normal.
Alasan dilakukan dilatasi adalah karena anus dan rektum diliputi
otot yang dalam keadaan normal akan menutup. Tanpa dilatasi ia akan
sembuh dalam posisi tertutup atau sempit. Dilatasi dimulai 2 minggu
pasca bedah definitif dengan dilator Hegar 2 kali sehari yang
dilakukan orang tua dirumah. Sekali seminggu kontrol ke rumah sakit
dan setiap minggu ukuran dinaikan 1 ukuran lebih besar. Ukuran
dilator disesuaikan dengan umur :1 - 4 bulan124 - 12 bulan 13-141
tahun - 3 tahun 153 tahun - 12 tahun16> 12 tahun 17Bila ukuran
sudah dicapai, kolostomi dapat ditutup tetapi dilatasi dilanjutkan
dengan frekuensi menurun sebagai berikut :Sekali sehari selama satu
bulan.Selang 3 hari selama sebulanDua kali seminggu selama
sebulanSekali seminggu selama sebulanSekali sebulan selama tiga
bulan. Kesulitan memasukan dilator atau timbul perdarahan merupakan
indikasi untuk memulai kembali dilatasi dua kali sehari, dan
memulai semuanya dari awal. Salah satu kesalahan pada dilatasi
adalah bila diusahakan untuk tidak menimbulkan nyeri pada anak
dengan melakukan dilatasi sekali seminggu dalam narkose. Tindakan
ini menyebabkan laserasi setiap minggu yang kemudian menjadi
fibrosis. Satu minggu kemudian saat dilatasi kembali akan terjadi
kembali laserasi. Proses yang berulang ini akan berakhir dengan
timbulnya cincin fibrosis dengan akibat penyempitan. Penyempitan
juga dapat terjadi bila menggunakan ukuran dilator yang sama untuk
waktu lama. Anus akan sembuh dengan ukuran kecil yang akan sangat
sulit untuk di dilatasi.
G. PrognosisPemeriksaan yang telitidapatmembedakankelainandengan
prognosis bowel control yang baikdari yang buruk.Indikator
prognosis baik : Sakrum normal Cekungan garis tengah jelas (midline
groove elas berarti struktur otot baik) Atresia rekti Fistula
vestibuler Tanpa fistula Kloakarendah Fistula perinealIndikator
prognosis buruk : Sakrum abnormal (>2 vertebra tak terbentuk)
perineum datar (midline groove tidak jelas berarti otot lemah)
Fistula vesikaurinaria Kloakatinggi MalformasikompleksAnak yang
lahirdenganmalformasianorektaltakakantoilet trainingsebelumusia 2,5
-3 tahun. Tetapisebelumwaktuituadatandaprognostik yang
dapatmengarahpadakemungkinandapatmencapaibowel control.Gejala
Prognosis baik : Bowel movement baik : 1-3 kali sehari
kontrolurinbaik adasensasisaat BAB (dapatmengedan) Gejala prognosis
buruk :
REFERENSI :1. Klein M.D., Thomas R.P. Nelson Textbook of
Pediatric 18th Editions, Saunders. 2007. p 1635-16382. Chris Tanto,
Iskandar RahardjoBudianto. 2014. MalaformasiAnorektal in
KapitaSelektaKedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. 3. Levitt,
Pena. Anorectal Malformations. Orphanet Journal of Rare Disease.
2007.