Top Banner
Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) Written by Admin Sabtu, 14 Nopember 2009 Menuju Ibadah Kolektif yang Berdaya Guna “Maqashid al-Hajj” barangkali istilah yang belum populer di kalangan umat Islam pada umumnya. Istilah yang kurang lebih bermakna tujuan-tujuan haji atau maksud yang diinginkan dari ibadah haji ini menyimpan banyak hakekat penting tentang rukun Islam yang kelima ini. Kenyataan yang masih sedikit disadari banyak umat Islam adalah bahwa setiap ibadah dalam Islam ada “maqashid”-nya, ada tujuan yang mesti direalisasi, ada hikmah besar yang seharusnya terwujud melalui ibadah-ibadah ritual. Seringkali umat Islam melakukan ibadah tanpa berusaha menghidupkan ruh yang terdapat dalam ibadah tersebut. Beberapa ulama dan pemikir Islam berusaha mengeksplorasi makna-makna penting yang tersimpan dalam ibadah haji ini. Ustadz Abul Hasan an-Nadwi mengkhususkan sebuah kitab berjudul al-Arkan al-Arba’ah yang menyingkap makna penting dan hikmah-hikmah yang tersimpan dalam rukun-rukun Islam yang sering kali dilupakan, yaitu rukun sholat, zakat, shaum dan haji. Pemikiran Islam Iran Ali Shariati juga mengarang sebuah buku khusus membahas tinjauan filosofis spiritual dalam ibadah multi nasional ini. Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin beliau akan menerbitkan kitab Ihya Ulumuddin version 2.0. Inti persoalan umat Islam ada pada “mati”-nya keislaman pada diri umat Islam. Ihya Ulumuddin yang berarti “menghidupkan ilmu-ilmu agama” memang ditulis oleh Imam al-Ghazali ketika dirasakan bahwa ilmu-ilmu agama sedang mati suri. Ilmu fiqh yang seharusnya memberikan pencerahan ruhani justru berubah menjadi sekedar ajaran-ajaran formal yang jauh dari sentuhan hati. Fiqh di jaman itu membatasi diri hanya pada hukum-hukum ibadah dan muamalah tanpa mengksplorasi spirit ajaran agama. Umat hanya berhenti pada batas-batas hukum boleh dan tidak boleh. Akhirnya agama hanya berupa rutinitas dan gerakan-gerakan mati tanpa jiwa. Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjadikan ilmu tasawuf sebagai ruh yang menghidupkan ilmu-ilmu agama Islam. Revolusi Imam al-Ghazali yang dimulai di penghujung abad kelima hijriyyah tersebut mendorong munculnya generasi baru yang mampu menghidupkan ajaran agama dengan sentuhan keimanan dalam, seperti Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Jika pada generasi sebelum Imam al-Ghazali cenderung ada diferensiasi antara ahli fiqh dan ahli tasawuf, maka pada pada generasi sesudah beliau dikotomi tersebut memudar. Tetapi hal tersebut tidak bertahan lama. Karena pada generasi pewaris berikutnya justru terjadi pemformalan tasawuf yang berakibat pada munculnya tarekat sebagai forum-forum ritual yang sering kali terpisah dari kehidupan praktis. 1 / 15
15

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

May 24, 2018

Download

Documents

dohanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

Menuju Ibadah Kolektif yang Berdaya Guna

“Maqashid al-Hajj” barangkali istilah yang belum populer di kalangan umat Islam padaumumnya. Istilah yang kurang lebih bermakna tujuan-tujuan haji atau maksud yang diinginkandari ibadah haji ini menyimpan banyak hakekat penting tentang rukun Islam yang kelima ini. Kenyataan yang masih sedikit disadari banyak umat Islam adalah bahwa setiap ibadah dalamIslam ada “maqashid”-nya, ada tujuan yang mesti direalisasi, ada hikmah besar yangseharusnya terwujud melalui ibadah-ibadah ritual. Seringkali umat Islam melakukan ibadahtanpa berusaha menghidupkan ruh yang terdapat dalam ibadah tersebut.

Beberapa ulama dan pemikir Islam berusaha mengeksplorasi makna-makna penting yangtersimpan dalam ibadah haji ini. Ustadz Abul Hasan an-Nadwi mengkhususkan sebuah kitabberjudul al-Arkan al-Arba’ah yang menyingkap makna penting dan hikmah-hikmah yangtersimpan dalam rukun-rukun Islam yang sering kali dilupakan, yaitu rukun sholat, zakat, shaumdan haji. Pemikiran Islam Iran Ali Shariati juga mengarang sebuah buku khusus membahastinjauan filosofis spiritual dalam ibadah multi nasional ini. Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin beliau akan menerbitkan kitabIhya Ulumuddin version 2.0. Inti persoalan umat Islam ada pada “mati”-nya keislaman pada diriumat Islam. Ihya Ulumuddin yang berarti “menghidupkan ilmu-ilmu agama” memang ditulis olehImam al-Ghazali ketika dirasakan bahwa ilmu-ilmu agama sedang mati suri. Ilmu fiqh yangseharusnya memberikan pencerahan ruhani justru berubah menjadi sekedar ajaran-ajaranformal yang jauh dari sentuhan hati. Fiqh di jaman itu membatasi diri hanya pada hukum-hukumibadah dan muamalah tanpa mengksplorasi spirit ajaran agama. Umat hanya berhenti padabatas-batas hukum boleh dan tidak boleh. Akhirnya agama hanya berupa rutinitas dangerakan-gerakan mati tanpa jiwa. Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menjadikan ilmutasawuf sebagai ruh yang menghidupkan ilmu-ilmu agama Islam. Revolusi Imam al-Ghazali yang dimulai di penghujung abad kelima hijriyyah tersebutmendorong munculnya generasi baru yang mampu menghidupkan ajaran agama dengansentuhan keimanan dalam, seperti Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Jika pada generasi sebelumImam al-Ghazali cenderung ada diferensiasi antara ahli fiqh dan ahli tasawuf, maka pada padagenerasi sesudah beliau dikotomi tersebut memudar. Tetapi hal tersebut tidak bertahan lama.Karena pada generasi pewaris berikutnya justru terjadi pemformalan tasawuf yang berakibatpada munculnya tarekat sebagai forum-forum ritual yang sering kali terpisah dari kehidupanpraktis.

1 / 15

Page 2: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

Sebuah ironisme yang sering terulang dalam ajaran agama adalah hilangnya makna ajaranagama itu sendiri dari kesadaran umat. Ibadah sholat –misalnya- yang disyariatkan untukmenjadi moment ruhani dan pensucian hati, justru dirumuskan dalam kitab fiqh hanya sebagaigerakan dan ucapan tertentu mulai dari takbir sampai kepada salam. Bahkan niat yanghakekatnya murni aktifitas batin malah diartikan sebagai ucapan dan lafal-lafal tertentu. Halseperti itu terjadi pada hampir semua ibadah, umat Islam banyak yang menjalankan ibadahtanpa mengerti apa makna di balik semua gerakan dan ucapan yang mereka lakukan. AkhirnyaIslam menjelma menjadi jasad tanpa ruh, agama menjadi bangunan besar sepi tanpakehidupan dinamis di dalamnya. Dari mana pangkal kebuntuan tersebut? Jawabannya adalah keterputusan umat Islam darial-Qur’an. Kita akan menemukan titik terang jika kita membaca ayat-ayat tentang ibadah dalamal-Qur’an. Jika kita bandingkan pembahasan masalah-masalah ibadah dalam kitab-kitab fiqhdengan pembahasan al-Qur’an tentang masalah yang sama, kita akan temukan perbedaanyang besar. Kita akan temukan bahwa al-Qur’an selalu mengaitkan antara kewajiban ibadahdengan makna ibadah itu sendiri, sesuatu yang tidak kita temukan dalam sebagian besar kitabfiqh. Sebagai contoh kita dapatkan bagaimana al-Qur’an menjelaskan fungsi sholat dalamkehidupan dan bagaimana al-Qur’an menjelaskan makna khusyu pada ayat 45 dan 46 di suratAl-Baqarah: (45) “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itusungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (46) (yaitu) orang-orang yang meyakini,bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” Al-Qur’an juga menjelaskan tentang sholat yang efektif memberikan kebahagiaan,ketenangan jiwa dan stabilitas emosi dalam surat al-Ma’arij ayat 19-23: (19) “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (20) Apabila ia ditimpakesusahan ia berkeluh kesah, (21) dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (22) kecualiorang-orang yang mengerjakan shalat, (23) yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya,…” Kita akan merasakan suasana ruhani dan horison pemikiran yang sangat intens dalampembahasan-pembahasan al-Qur’an. Ketika seorang muslim mencukupkan diri denganbuku-buku fiqh dalam mempelajari agama tanpa kembali kepada al-Qur’an, dia akan terpisahdari pancaran cahaya dan ruh al-Qur’an. Hal yang sama terjadi dalam pemahaman sebagianumat Islam mengenai ibadah haji. Ibadah yang bisa dikatakan paling memakan biaya danmembutuhkan tenaga ini seringkali dilaksanakan tanpa efektifitas yang seharusnya.

Al-Qur’an Berbicara tentang Haji

Pembahasan tentang ibadah haji dalam al-Qur’an terdapat dalam surat al-Baqarah (ayat 158,189, 196-203), Ali Imran (ayat 97), al-Ma’idah (1-2, 97) dan surat al-Hajj. Kita akan dapatkanbahwa al-Qur’an lebih menekankan pada makna dan maqashid ibadah dari pada hukum-hukumfiqh yang biasa kita temukan dalam kitab-kitab fiqh. Bukan hal yang aneh apabila pembahasan

2 / 15

Page 3: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

tentang haji dalam al-Qur’an jauh lebih “hidup” dari pada gaya pembahasan para ahli fiqh.Bukan karena pembahasan kitab-kita fiqh tersebut salah atau melenceng, tetapi perhatian paraahli fiqh terfokus pada hukum-hukum fiqh yang juga bersumber dari al-Qur’an dan hadits NabiSAW. Dan hal ini sebenarnya menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an yang membuktikanbagaimanapun usaha manusia menerjemahkan ajaran al-Qur’an, tetap saja manusia belumsampai mencapai ketinggian ajaran al-Qur’an. Retorika al-Qur’an dalam merangkum berbagaimakna penting tidak sanggup dicapai oleh kemampuan retorika manusia, walaupun bahasaal-Qur’an adalah bahasa yang dipakai manusia, walaupun tema-tema al-Qur’an bukanlahtema-tema yang tidak mampu dipahami manusia. Sangat penting bagi setiap muslim untuk berinteraksi langsung dengan al-Qur’an, untuk dapatmemahami secara persis apa yang sebenarnya diinginkan Allah dari ibadah kita secara umum.Allah menginginkan hamba-Nya beraudiensi langsung dengan-Nya tanpa perantara.

Haji Puncak Ekspresi Ketakwaan

Ibadah dalam arahan al-Qur’an haruslah bermuara pada ketakwaan. Penyembahan seoranghamba bukanlah ritual mistis yang berhubungan dengan dunia gaib yang penuh takhayul danserba irrasional. Ibadah dalam Islam adalah ketundukan seorang makhluk kepada SangPencipta penuh kuasa lagi kasih sayang. Kita temukan dalam al-Qur’an ayat-ayat ibadah selaludiakhiri dengan penegasan tentang sifat-sifat Allah. Ambil contoh ayat 158 dari surat al-Baqarah, Allah berfirman “Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar-syi’ar Allah. Makabarangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-’umrah, maka tidak ada dosa baginyauntuk mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikandengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Mahamengetahui.” Kita lihat bagaimana Allah menutup ayat tersebut dengan dua sifat-Nya yang agung yaitu“Syakir” (Maha Mensyukuri) dan “Alim” (Maha Mengetahui). Kita rasakan bagaimana Allahmemperlakukan hamba-Nya dengan cara yang begitu terhormat. Allah SWT sebagai pencipta,pemilik dan penguasa seluruh alam begitu memberikan penghargaan terhadap hamba-Nyayang mengerjakan kebaikan dengan suka hati (tathawu’). Allah seolah-olah berkata bahwabeliau akan berterima kasih dan mengapresiasi kebajikan yang dilakukan hamba-Nya, danAllah sangat mengetahui kebajikan yang dilakukan hamba-Nya. Kita selalu akan merasakan hidupnya hubungan hamba dan Tuhannya setiap kali kitamerenungkan sifat-sifat Allah yang Allah sebut di akhir ayat. Kita ambil contoh ayat lain di suratal-Baqarah ayat 199: “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak dan mohonlahampun kepada Allah; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

3 / 15

Page 4: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

Ayat ini berbicara tentang perintah untuk bergerak dari padang Arafah kemudian Muzdalifahmenuju Mina. Allah memerintah dalam kesempatan tersebut untuk memohon ampunkepada-Nya, dan Allah mengingatkan bahwa Allah bersifat Maha Pengampun dan MahaPenyayang. Dalam ayat ini jelas terasa bahwa Allah begitu ingin memberikan ampunan kepadahamba-Nya, sehingga Allah hanya memerintahkan agar para jemaah haji mohon ampun. Allahmenyebutkan bahwa Allah sesungguhnya suka mengampuni hamba-Nya, dan bukan hanyamengampuni hamba-Nya Allah juga sangat menyayangi hamba-hamba-Nya. Ayat ini begitukuat memberikan suasana kasih sayang dari Allah SWT, dan mempererat hubungan antarahamba dan Sang Pencipta. Lebih jauh lagi bahkan di surat al-Ma’dah bahkan Allah mengungkapkan bahwa seluruhrangkaian haji sesungguhnya adalah momen agar para hamba Allah dapat merasakan dengannyata sifat-sifat keagungan Allah dalam setiap syiar-syiar yang dilakukan dalam ibadah haji.Allah berfirman: (97) “Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai ‘qiyam’[1] bagi manusia, dan(demikian pula) bulan Haram[2], al-hadyu[3], dan al-qalaid[4]. (Allah menjadikan yang) demikianitu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apayang ada di bumi dan bahwa Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (98)Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya dan bahwa sesungguhnya AllahMaha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Ayat ini secara eksplisit dan gamblang menjelaskan bahwa sesungguhnya seluruh rangkaianibadah haji beserta semua pra sarananya Allah syariatkan agar umat Islam menyadarikekuasan dan penguasaan Allah. Kegiatan-kegiatan ibadah haji semua adalah terjemahanpraktis dari bentuk ketakwaan yang merupakan ekspresi dari keyakinan kita bahwa Allahmengetahui segala perbuatan hamba-Nya, didasari oleh keyakinan bahwa Allah dengankeadilan-Nya dapat menyiksa hamba-Nya yang ingkar dan dengan rahmat-Nya mengampunidan menyayangi hamba-Nya yang taat. Allah mengatakan bahwa itu semua diadakan “agarkalian tahu” tidak hanya secara kognitif tapi juga “tahu” secara afektif dan psikomotorik. Rangkaian ibadah haji yang dimulai dari ihram, kemudian thawaf, sa’i, wukuf di Arafah,melempar jumrah sampai menyembelih hewan kurban semuanya adalah ekspresi ketakwaanhambanya. Ukuran-ukuran fisik menjadi simbol yang bisa sirna jika tidak berakar padaketakwaan. Semua jerih payah juga akan buyar begitu saja jika tidak melahirkan ketakwaankepada Allah. Karena itu Allah berfirman: 37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telahmenundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nyakepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Hajj:37)

Totalitas Penyembahan Paripurna

4 / 15

Page 5: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

Rangkaian ibadah haji adalah rangkaian ibadah yang paling lengkap dari semua ibadah ritualIslam. Rukun-rukun Islam mulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat, kemudian sholat, laluzakat dan shaum adalah tangga-tangga yang mengantarkan pada kesempurnaan ekspresiketaatan yang dikandung oleh ibadah haji. Jika dua kalimat syahadat adalah ibadah hati yang diucapkan lisan, maka sholatmelanjutkannya dengan ibadah tubuh yang lebih lengkap, tidak hanya hati dan lisan, tetapiseluruh tubuh bergerak menerjemahkan ketaatan sang manusia. Jika sholat telah lengkapmengikutsertakan tubuh dalam ketaatan, maka zakat melengkapi ketaatan tubuh denganmengikutsertakan harta dalam mewujudkan ketaatan. Ketika seorang muslim sudah lengkapberbuat dengan seluruh jiwa dan hartanya, maka sisi lain dari kehidupan manusia dilengkapidengan ibadah puasa yang mengharuskan manusia menahan diri dari beberapa hal yangdisukai hawa nafsu, sehingga seorang muslim dengan puasa melengkapi ketaatannya tidakhanya dalam “berbuat” sesuatu tetapi juga dalam “meninggalkan” sesuatu. Seorang muslimtidak hanya wajib taat dalam berbuat tetapi juga wajib taat dalam menahan. Ibadah haji merangkai semua jenis ibadah tesebut dalam rangkaian yang sempurna. Dimulaidari deklarasi ihram yang wajib diucapkan secara lisan, seorang haji harus menahan diri dariberbagai larangan tertentu selama masih berihram. Kemudian dilanjutkan dengan thawaf dansa’i yang melibatkan seluruh tubuh. Dilengkapi dengan wukuf di Arafah dan lempar jumrah,prosesi diakhiri dengan menyembelih hewan kurban yang merupakan ibadah harta. Bahkanibadah haji adalah ibadah yang paling menyita energi dan menelan biaya. Seluruh kemampuanyang diperlukan dalam ibadah-ibadah sebelumnya tercurah pada ibadah haji, sehingga pantasdikatakan bahwa ibadah haji adalah puncak ketaatan.

Perjalanan Penuh Dzikir dan Syukur

Jika kita ikuti satu per satu petunjuk al-Qur’an dalam ibadah haji kita akan temukan bahwahaji adalah perjalanan yang begitu sarat dengan ajakan untuk berdzikir dan mengingat nikmatAllah. Dalam surat al-Hajj Allah SWT menyebutkan untuk apa semua jerih payah tersebut, demitujuan apa perjalanan yang mahal dan jauh tersebut? Allah berfirman di surat al-Hajj ayat 28: “…Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya merekamenyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikankepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan(sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” Allah di ayat ini menyebutkan dua tujuan dari haji yaitu agar kita menyaksikan berbagaimanfaat yang begitu banyak dari ibadah haji dan agar kita banyak mengingat Allah dalamberbagai kesempatan.

Menyaksikan Tanda-tanda Kekuasaan Allah

5 / 15

Page 6: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

Ibadah haji adalah ibadah yang sarat makna. Dia bukan bentuk hura-hura tanpa tujuan. Hajijuga bukan perjalanan main-main. Haji adalah event serius yang menyimpan banyak manfaat.Seluruh langit dan bumi berisi tanda-tanda kekuasaan Allah, tetapi tanda-tanda kekuasaanAllah yang dikandung dalam ibadah haji sangat jelas dan tegas, sehingga penting untukdisaksikan dan dipersaksikan kepada seluruh umat manusia. “…padanya (Masjidil Haram) terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqamIbrahim[5]. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia.” Tanda-tanda kebenaran di tempat suci itu begitu banyak dan jelas. Sangat penting agarseluruh umat manusia menyaksikan dan menceritakan hal-hal tersebut. Allah memeliharabekas telapak kaki Nabi Ibrahim AS. Bapak para Nabi ini begitu gigih memperjuangkan ajarantauhid sehingga Allah mengaruniai beliau banyak kemuliaan, sampai-sampai bekas telapak kakibeliau Allah abadikan dan disandingkan dengan Rumah Allah yang suci. Di sana juga memancar mata air zamzam yang sangat ajaib. Mata air yang deras memancardi sebuah lingkungan padang pasir berbatu yang jarang mengalami hujan. Sebuah tandakekuasaan Allah yang mengabarkan kepada seluruh umat manusia bahwa Allah yang MahaKuasa sangat mampu melakukan apa pun yang Dia inginkan meskipun tidak lazim menurutperhitungan dan pikiran manusia. Di sana juga ada bukit Shafa dan Marwa yang menyaksikan keteguhan Sang Ibu yang agungSiti Hajar dalam menghadapi cobaan dan kesungguhan beliau mengatasi permasalahan yangsepintas lalu tampak mustahil di atasi. Seorang wanita tangguh yang tidak hanya mampubertahan dalam kondisi sulit, bahkan juga berhasil mendidik seorang anak yang akhirnyamenjadi nabi…

Bukti Kedigdayaan Agama Allah

Moment haji adalah event internasional yang fenomenal. Bukan hal yang biasa, lebih dari duajuta manusia dari berbagai belahan dunia dengan berbagai kebangsaan dan beragam bahasadan budaya bertemu di satu tempat melakukan aktifitas bersama. Tidak ada daya tarikkeduniaan yang menyebabkan padang pasir yang gersang tersebut dikunjungi jutaan manusia.Gerakan kolosal yang dilakukan jemaah haji memperlihatkan betapa kuatnya agama inimenggerakkan manusia. Tidak ada satu agama pun yang dapat melakukan event sebesar ini. Masjidil Haram bagaikan jantung yang menyedot darah ke pusat kemudian menyebarkannyakembali ke seluruh tubuh dunia Islam. Ibadah haji menunjukkan bahwa agama Islam mampumenggerakkan manusia di seluruh dunia. Ibadah memperlihatkan potensi umat yang luar biasa.Tidak kurang dari tiga milyar dolar beredar dalam moment yang berlangsung tidak lebih daribulan saja. Dua juta lebih manusia melakukan aktifitas keagamaan bersama di satu tempat.Barangkali Guinness Book mencatat haji sebagai momen keagamaan terbesar yang pernahdilakukan umat manusia sepanjang sejarah. Ibadah haji menunjukkan bahwa umat Islam

6 / 15

Page 7: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

sejatinya bukanlah umat yang lemah tak berdaya. Umat Islam adalah umat yang digdaya,hanya memerlukan manajemen dan pengarahan yang bijaksana untuk mengarahkan potensiumat yang luar biasa ini menjadi bangunan peradaban yang kuat dan besar.

Momen Pelatihan Kolosal

Rangkaian ibadah merupakan aktifitas kolosal yang melatih umat Islam dalammenginternalisasi nilai-nilai aqidah dan akhlak secara praktis. Islam bukan cuma ajaran filosofistanpa bimbingan praktis. Islam juga bukan cuma teori tanpa praktek. Islam juga bukan hanyakeyakinan tanpa amal dan perbuatan. Ibadah haji mengajarkan bagaimana keimanan berbuahpada perbuatan dan prilaku. Ibadah haji juga menunjukkan bahwa meraih keridhoan Allah tidakcukup hanya dengan berkhayal dan berkonsep, tetapi harus dicapai dengan usaha nyata danjerih payah riil. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam ibadah haji bukanlah hal yang kebetulan. Semuabermuara pada pembinaan pribadi yang paripurna. Yang paling dapat menahan hawa nafsudialah yang paling berhasil dalam pegemblengan “Mekkah Camp” ini. Yang paling bersabardialah yang mendapatkan penghargaan ilahi dan sertifikat samawi setelah prosesi haji tersebut. Rasulullah SAW bersabda, مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُأُمُّهُ. رواه البخاري “Barang siapa yang berhaji karena Allah kemudian dia tidak berkata kotor dan berbuat fasiqdia kembali seperti ketika dia dilahirkan ibunya (tanpa dosa). (HR al-Bukhari) Dalam Hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda, وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ. متفق عليه “Dan haji mabrur tidak ada balasannya selain sorga.” (Muttafaq ‘alaih)

Tonggak-tonggak Sejarah Ketauhidan

Allah SWT memilih Mekkah sebagai lokasi haji dikarenakan di tempat ini terdapatmonumen-monumen ketauhidan yang penuh berkah. Komponen-komponen penegak ajarantauhid terakit, terbangun dan terpancar di tempat suci ini. Di sini lah Nabi Ibrahim diperintahkanuntuk membangun pondasi fisik ajaran tauhid, setelah beliau berhasil membangun pondasilogika tauhid di Irak, Syam dan Mesir. Di kota Mekkah juga Allah memilih untuk menjadi tanah kelahiran Nabi akhir jaman. Dan darikota Mekkah juga dakwah tauhid dimulai. Dan demi kesucian kota Mekkah Allah melarang

7 / 15

Page 8: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

selain orang muslim untuk tinggal di dalamnya. Sebuah hukum yang hanya berlaku bagi bumiHijaz. Dan di akhir jaman Allah juga akan menjaga Mekkah dan Madinah dari kedatanganDajjal.

Penegasan Makna Tauhid

Ibadah haji adalah penegasan total makna “meng-esakan” Allah. Para jemaah hajidisunahkan untuk mengucapkan kalimat talbiyah (Labbaikallahumma Labbaik) dan tahlil (LaaIlaha Illallah) sebagai deklarasi sikap dan penyerahan diri kepada Allah Yang Maha Esa. Dalamibadah haji keyakinan akan ke-esaan Allah diungkapkan dalam semua akitfitas yang mungkindilakukan manusia, mulai dari gerakan hati, ucapan lisan, perilaku tubuh dan pengorbananharta. Makna tauhid dalam ibadah haji semakin kuat jika ekspresi kecintaan kepada Allahtercurahkan. Sebagian besar jemaah haji tak mampu menahan tangis haru bercampur gembiraketika merasakan dapat beribadah di Tanah Suci. Hati seorang mukmin akan merasakansuasana emosional yang sulit diungkapkan ketika mendapatkan pancaran kesucian Tanahyang penuh berkah ini.

Haji antara Simbol dan Esensi

Dalam ibadah haji kita menemukan banyak syiar-syiar ibadah yang bisa dipahami secarasimbolik tetapi juga mengandung esensi nilai yang penting. Kita temukan kiblat umat Islamadalah bangunan segi empat yang terbuat dari batu cadas biasa selain hajar aswad yangistimewa. Dasar ajaran Islam adalah memerangi penyembahan makhluk apapun. Seseorangyang sholat menghadap Ka’bah dengan anggapan bahwa dia menyembah Ka’bah, dia samadengan musyrik penyembah berhala. (Uniknya sejak dahulu sampai sekarang belum pernahada yang menyembah Ka’bah itu sendiri, meskipun bangsa Arab pernah menyembahberhala-berhala sebelum datangnya Islam. Mereka menyembah berhal-berhala yang merekaletakkan dalam Ka’bah. Tetapi tak satu dari mereka yang menyembah Ka’bah). Simbol-simbolibadah yang ada di tanah Mekkah seolah-olah memang Allah jadikan syiar tauhid yang terjagadari praktek syirik. Inti kesakralan Ka’bah, Maqam Ibrahim, bukit Shafa dan Marwa juga Jumrah di Minabukanlah pada materi benda-benda tersebut, tetapi pada makna ketaatan dan nilai tauhid yangterkait dengan syiar-syiar tersebut. Karena itu para fuqaha sepakat bahwa seandainya Ka’bahhancur tak tersisa, umat Islam tetap disyariatkan untuk thowaf dan sholat ke arah Ka’bah,karena yang dimaksud bukan materi Ka’bah tetapi pada lokasi dan kondisi yang Allah tentukansedemikian rupa. Meski demikan buka berarti syiar-syiar tersebut hanyalah simbol semata tanpa esensi dansubstansi penting. Karena ketaatan dan ketundukan kepada Sang Pencipta perlu diekspresikanagar tidak semata menjadi khayalan dan angan-angan kosong. Nilai-nilai tauhid terekspresi

8 / 15

Page 9: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

dengan mengagungkan syiar-syiar tersebut. Keyakinan abstrak tauhid perlu diterjemahkandalam bentuk konkret. Karena itu Allah berfirman: “Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, makasesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS al-Hajj: 32) Nilai penting syiar-syiar Allah bukan pada meterinya tetapi pada ketakwaan yang terekspresidari sikap mengagungkan syiar-syiar itu.

Sekilas tentang Kemukjizatan Zamzam

Di antara bukti kekuasaan Allah yang mengagumkan di Tanah Suci ini adalah air zamzamyang menyimpan banyak keajaiban. Mulai dari keberadaannya, kandungannya dan khasiatnyasemuanya serba mengagumkan. Di jaman kemajuan teknologi saat ini semua keajaiban yangdimiliki air zamzam bukan lagi mitos atau sekedar kabar burung. Berbagai penelitian ilmiahsemakin menguatkan bahwa air zamzam bukan air biasa. Pada tahun 1971 seorang dokter mengirim surat ke salah satu media massa di Eropa, untukmempertanyakan kelayakan air zamzam untuk diminum. Dokter tersebut berasumsiberdasarkan posisi Ka’bah yang rendah maka air pembuangan seluruh kota Mekkahdiperkirakan akan mengalir ke wilayah tersebut sehingga dibayangkan bahwa air zamzamtercemar oleh air limbah tersebut. Menyikapi surat tersebut Kementerian Pertanian dan Pengairan Kerajaan Arab Saudidiperintahkan untuk menyelidiki kebersihan air zamzam. Maka dibentuklah tim riset yang terdiridari berbagai ahli dari beberapa negara. Setelah diteliti di beberapa laboratorium di Eropa,ditemukan bukan hanya air zamzam layak diminum, tetapi bahkan air zamzam mengandung zatflouride yang dapat membunuh virus dan kuman-kuman. Juga didapatkan kandungan mineralyang tinggi dalam air zamzam. Ditemukan bahwa kandungan kalsium dan magnesium dalamair zamzam lebih tinggi dibanding air yang biasa dikonsumsi di perumahan pada umumnya.Bahkan air zamzam mengandung mineral-mineral alam dalam standar WHO dengankonsentrasi cukup tinggi. Hal ini dapat menjelaskan mengapa para jemaah haji yang lelahmerasakan kekuatan dan kebugaran setelah mengkonsumsi air zamzam ini. Patut diingat bahwa dalam iklim padang pasir yang panas jamaah haji banyak kehilanganzat-zat potasium dan sodium dari aliran darah bersamaan dengan jumlah keringat yangdikeluarkan tubuh. Hal itu sesuai dengan kandungan sodium yang cukup tinggi dalam airzamzam sehingga dengan mudah jamaah mendapatkan suplai mineral yang cukupmenggantikan kekurangan tersebut. Air zamzam bersifat basa, di mana air basa yang terionisasi dapat memberikan energi kepadatubuh, serta menyeimbangkan kadar H2 dalam tubuh, dan juga menyingkirkan limbah-limbahasam dari tubuh. Ia juga merupakan anti oksidan dan anti toksin yang memperkaya tubuhdengan elektron-elektron bagi oksigen bebas dan aktif. Di samping itu zamzam juga membantupenyerapan nutrisi secara lebih efektif, dan juga membantu proses sintesa mineral yang

9 / 15

Page 10: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

terionisasi secara lebih mudah. Ditambah dengan kemampuannya membantu prosespencernaan secara umum dengan mengembalikan keseimbangan tubuh. Juga mengurangioksidasi organ-organ yang vital, juga turut menghancurkan sel-sel yang mengalami kanker.Zamzam juga bereaksi terhadap oksidasi dan reduksi negatif sehingga membentuk milliu yangdapat membunuh bakteri. Hal di atas membuktikan kebenaran sabda Nabi SAW, إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ وَشِفَاءُ سُقْمٍ “Sesungguhnya air zamzam itu diberkahi dan ia merupakan makanan yang bergizi dan obatpenyakit.” (HR al-Baihaqi, at-Thabrani dan a-Bazzar dengan sanad yang shahih)

Haji dan Manfaat Tanpa Batas

Allah mendeklarasikan dalam al-Qur’an bahwa moment haji adalah moment manfaat tanpabatas. Allah berfirman “…Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka…” (QS al-Hajj: 28) Allah menyebutkan kata “manafi’” dalam bentuk jamak dan nakirah (indefinitive) yangmenunjukkan bahwa manfaat-manfaat yang terdapat dalam moment haji begitu banyak dantidak terbatas. Manfaat yang tidak hanya terbatas pada manfaat keagamaan dan keimanan,tetapi juga manfaat keduniaan dan materi. Dalam haji Allah membolehkan jemaah hajimenggabungkan tujuan akhirat dan kepentingan duniawi. Secara tegas Allah menyatakanbahwa berdagang dalam ibadah haji tidak dilarang. Allah berfirman, “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.” (QSal-Baqarah: 198) Ibadah haji menjadi saksi bahwa dunia dan akhirat bukanlah dua hal yang kontradiktif jikaseorang muslim mampu mengelola motivasi dan memanej berbagai kegiatannya. Seorang yangmelakukan ibadah haji secara lengkap baik rukun-rukunya, ibadah wajibnya sampaisunnah-sunnahnya, masih akan dapat waktu dan kesempatan untuk melakukan perdagangansederhana. Meskipun beberapa ulama mengatakan bahwa lebih afdhol untuk tidak melakukandagang di sela-sela ibadah haji, tetapi semua ulama sepakat jika rukun-rukun dan kewajibanhaji disempurnakan ibadah, kegiatan perdagangan tidak akan merusak haji. Konsep connectivity dunia dengan akhirat memang ajaran Islam yang orisinil. Sebagaimanajuga dalam sholat Jum’at setiap muslim diperintahkan untuk meninggalkan perdaganganselama sholat Jum’at kemudian setelah sholat justru Allah memerintahkan untuk menyebar dimuka bumi mencari rizki. Allah berfirman: (9) ”Hai orang-orang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, makabersegeralah kamu kepada mengingat Allah (yaitu khutbah dan sholat Jum’at) dan

10 / 15

Page 11: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

tinggalkanlah jual beli[6]. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (10)Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karuniaAllah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS al-Jumu’ah: 9-10) Islam bukan hanya tidak menghalangi umatnya untuk berusaha dan bekerja, bahkan Islammemerintahkan dan mengarahkan umat Islam untuk bekerja dan berproduksi setelahmelaksanakan ibadah. Bahkan Islam menganggap pekerjaan dunia sebagai ibadah juga jikadiniatkan untuk kebaikan. Hal ini bertolak belakang dengan agama Yahudi yang melarangumatnya bekerja di hari Sabtu. Tetapi anehnya justru umat Islam yang diperintahkan bekerjasambil beribadah justru kurang gigih bekerja seperti kaum Yahudi yang dilarang bekerja dihari-hari ibadah! Dengan memahami ruh agama Islam kita sebenarnya mendapatkan gambaran yang cukupbagaimana seorang muslim menggunakan fasilitas dunia untuk beribadah dan berkarya dalamsatu waktu. Ibadah haji selain ritual ibadah juga kegiatan ekonomi. Ibadah haji jugamengisyaratkan akan persatuan global umat Islam. Ibadah haji juga mengajarkan pentingnyaketertiban dan kedisiplinan dalam aktifitas-aktifitas kolektif.

Team Spririt dalam Haji

Ibadah haji mengajarkan bagaimana seorang muslim melakukan aktifitas kolektif secara baik.Ibadah haji adalah kegiatan yang selalu dilakukan dalam suasana kebersamaan. Tidak adakegiatan haji yang bisa dilakukan dalam kesendirian, semuanya dilakukan secara terbuka danbersama orang lain. Arahan pertama yang di ajarkan al-Qur’an dalam haji adalah laranganberbicara kotor dan berdebat. Allah berfirman: 197. “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi. Barangsiapa yang menetapkanniatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (berkata jorok), berbuatfasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.” (QS al-Baqarah: 197) Larangan terhadap rafats, perbuatan fasiq dan perdebatan adalah ajaran akhlak. Tetapi di sisilain dia adalah arahan agar suasana haji menjadi suasana yang kondusif untuk melakukanaktifitas ibadah bersama. Perkataan jorok dan kotor akan mengeruhkan suasana ruhani.Perbuatan fasik mengeliminir nilai ibadah itu sendiri. Dan berdebat akan merusak hubunganantara jemaah haji. Allah juga menginginkan persamaan derajat dan kebersamaan aktifitas. Kaum Quraisy padamasa jahiliyah merasa lebih istimewa dibanding kaum yang lain sehingga dalam ibadah hajimereka tidak ikut wukuf di Arafah karena Arafah ada di luar batas Mekkah. Mereka merasakarena mereka penduduk tanah suci mereka tidak perlu keluar batas Mekkah untuk wukufbersama kabilah-kabilah lain. Al-Qur’an lalu menurunkan perintah agar semua jemaah hajiberwukuf dan bergerak dari tempat yang sama. Tidak deskriminasi golongan dalam Islam. Allahberfirman: “Kemudian bertolaklah kalian dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan

11 / 15

Page 12: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

mohonlah ampun kepada Allah” (QS al-Baqarah: 199) Semangat kebersamaan dalam haji ini terus Allah ajarkan bahkan setelah tahallulmenyembelih hewan kurban. Allah memerintahkan daging hewan tersebut untuk dibagikan kesemua orang kaya ataupun miskin. Allah berfirman: “Kemudian apabila dia (hewan kurban itu) telah roboh (telah disembelih), maka makanlahsebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidakmeminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itukepada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS al-Hajj: 36) Ayat tersebut memerintahkan orang yang berkurban agar selain mengkonsumsi hewankurban, juga memberikan daging kurban itu untuk orang yang berkecukupan (al-qani’) sebagaihadiah juga kepada yang membutuhkan (al-mu’tarr) sebagai sedekah. Allah menginginkandalam ibadah haji agar semua orang bergembira dan menikmati ibadah yang kita lakukan. Allahtidak menginginkan umat Islam egois dalam apa pun termasuk dalam prosesi ibadah. Tetapi hal yang memprihatinkan adalah sebagian jemaah haji tidak memahami spirit yangditanamkan al-Qur’an tersebut. Meskipun al-Qur’an mengajarkan semangat kebersamaan,sebagian jemaah haji justru mempraktekkan individualisme dan egoisme dalam ibadah haji.Banyak jemaah haji yang dalam tawaf misalnya bukannya bergerak secara tertib bersamaseluruh jemaah haji, justru menabrak ke sana kemari dan mengganggu jemaah lain. Dalammelempar jumrah juga sering terjadi kesalahan yang sama bahkan sering membawa korbankarena kesalahan tersebut. Ibadah melempar jumrah selalu menjadi kacau karena banyakjamaah haji berpikir egois dan tidak bisa bersikap tertib untuk melakukan jumrah dalamkebersamaan. Jika semua jemaah haji mempunyai semangat kebersamaan dan terbiasa padaketertiban tidak perlu bersikut-sikutan apalagi bertabrakan. Jika semua jemaah haji memahamiarah pergerakan ibadah dan mengikutinya secara baik semua proses haji akan menjadigerakan kolektif yang begitu indah. Khusus dalam melempar jumrah banyak kesalahan yang berakibat fatal akibatkesalahpahaman. Misalnya, ada pemahaman bahwa jumrah adalah setan sungguhan yangharus dilempari benda-benda menyakitkan. Karena itu banyak sekali jemaah haji yangmelakukan lempar jumrah dengan penuh emosi. Padahal jumrah hanyalah simbol bukan setansungguhan. Dan melempar jumrah juga tidak perlu keras ke arah tugu tersebut karenalemparan cukup sah jika kerikil dapat masuk ke dalam lingkaran jumrah walaupun tidakmengenai tugu tersebut. Kesalahan kolektif yang juga membuat ibadah lontar jumrah kacau adalah karena sebagianjemaah haji kembali dari melempar jumrah searah dengan kedatangan jemaah yang barudatang, hal itu membuat para jemaah haji bertabrakan. Jika semua jemaah haji setelahmelempar berjalan ke arah Mekkah (barat), maka tabrakan yang kacau balau tidak akan terjadi. Di era globalisasi seperti sekarang ini, sudah bukan jamannya lagi seseorang hanya tahukepentingan dirinya. Seseorang harus dapat memahami gerakan global sehingga tidak terjaditabrakan tak beraturan.

12 / 15

Page 13: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

Dalam ibadah haji seorang muslim seharusnya semakin mengerti bagaimana gerakan yangteratur. Seorang muslim dalam moment international ini seharusnya semakin mengerti bahwasetiap individu adalah bagian integral dari sebuah komunitas besar. Seorang muslimselayaknya terikat dan tersistem dalam sistem sosial, sistem manajemen dan sistem politikyang rapi sebagaimana haji adalah sistem ibadah berjamaah yang memperlihatkan kenyataantersebut. Di sisi lain ibadah haji akhirnya pada kondisi umat Islam sekarang memperlihatkan secarajelas kekurangan yang dimiliki umat Islam secara umum yang perlu diperbaiki bersama di masamendatang. Jika umat Islam mampu memperbaiki sistem ibadahnya di masa haji, hampirdipastikan seluruh masalah keumatan dapat ditemukan solusinya secara tepat.

Hakekat Universalitas Islam

Hal penting yang ingin Allah perlihatkan dalam ibadah haji adalah universalitas agama ini.Islam adalah agama untuk seluruh dunia, semua bangsa, berbagai bahasa dan budaya. KetikaEropa berjuang menegaskan prinsip-prinsip kemanusiaan berupa persamaan, kebebasan danpersaudaraan dalam Revolusi Perancis tahun 1789 M, umat Islam telah menjelmakanprinsip-prinsip kemanusiaan itu sepuluh abad sebelum Revolusi Perancis itu. Ibadah hajimempersamakan tuan dengan budak, kaya dan miskin, Arab dan non Arab, hitam dan putih.Semuanya wajib mengenakan pakaian yang sama dan melakukan kegiatan yang sama ditempat yang sama. Semuanya sederajat tidak ada pembedaan. Ketika Amerika Serikat mendeklarasikan kemerdekaannya 300 tahun yang lalu, danmenyatakan bahwa semua umat manusia diciptakan sejajar, banyak yang mengira itu adalahpertama kalinya hak-hak asasi manusia dikumandangkan. Padahal Nabi Muhammad SAWsudah menyatakannya pada moment Hajjatul Wada’ (Haji Perpisahan) di depan seluruh jemaahhaji ketika itu. Moment haji adalah saksi sepenjang masa bahwa agama Islam adalah agama semua umatmanusia. Islam tidak menemukan kesulitan untuk menerjemahkn persamaan kemanusiaandalam bentuk nyata. Dalam moment haji firman Allah tentang persamaan derajat manusia terwujud dan tampildalam bentuk ajaran praktis. 13. “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorangperempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu salingkenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orangyang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi MahaMengenal.” (QS al-Hujurat: 13)

Haji antara Keikhlasan dan Popularitas

13 / 15

Page 14: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

Ibadah haji juga mengajarkan bahwa keikhlasan tidak boleh dirusak oleh ekses-eksespopularitas. Ibadah haji tidak mungkin dilakukan secara sembunyi. Siapapun yang melakukanhaji pasti akan diketahui orang lain. Sehingga seorang muslim yang melakukan ibadah hajiharus dapat menjaga keikhlasannya bagaimanapun keadaanya. Keikhlasan bukan selalu ada dalam kesendirian. Keikhlasan adalah menjaga agar motivasiberibadah hanya karena Allah semata. Kepopuleran, pujian atau celaan orang tidak bolehmengganggu niat dan motivasi. Untuk berbuat ikhlas dalam ibadah individual seperti puasaatau sholat malam mungkin sederhana. Tetapi tuntutan untuk tetap ikhlas dalam ibadah hajitidak dapat dipenuhi oleh semua orang. Hanya orang-orang yang mendapatkan hidayah dan‘inayah dari Allah saja yang tetap dapat ikhlas dalam ibadah terbuka.

Obsesi Dunia dan Akhirat dalam Haji

Dalam ibadah haji banyak harapan yang diangankan para jemaah haji. Banyak doa terucap,banyak angan-angan tercurah. Ada yang meminta keluasan rizki. Ada yang meminta keturunan.Ada yang meminta kesehatan. Ada juga yang mengharap kekuasaan. Ada yang mengharapjodoh. Seribu satu doa beredar di langit Mekkah ketika haji. Al-Qur’an menyinggung hal itudengan mengingatkan bahwa janganlah harapan-harapan dan doa-doa mereka terbatas padaobsesi dunia saja. Seorang muslim dianjurkan berdoa dan memohon kepada Allah agarmendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Allah berfirman: “Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) didunia”, tetapi tidak ada bagian untukknya di akhirat. (201) Dan di antara mereka ada orangyang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat danpeliharalah Kami dari siksa neraka” (QS al-Baqarah: 200-201) Sebuah ajaran agama yang indah dan menyenangkan. Kita sama sekali tidak dilarang untukmengharapkan kebaikan di dunia. Kita hanya dilarang untuk tepaku pada obsesi duniawi yangsempit. Adalah naif kita memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Memberi hanyauntuk kepentingan dunia yang pendek dan fana. Kesempatan beribadah dan berdoa di tanahsuci haruslah digunakan sebaik-baiknya untuk meminta kepada Allah SWTsebanyak-banyaknya. Dan Allah Sang Maha Pemurah mengingatkan agar hamba-Nya janganlupa untuk meminta kebaikan akhirat bagi dirinya. Hal ini sangat penting karena sebagian besarmanusia hanya berpikir pendek dan sempit. Seolah- olah Allah berkata, “Janganlah memintasedikit kepada-Ku, mintalah yang banyak, karena Aku Maha Kaya dan Pemurah. Janganlahmeminta sesuatu yang akan sirna, minta kenikmatan abadi, karena Aku Maha Kuasa.” [1] Para ahli tafsir menyebutkan tidak kurang dari enam makna dari kata “qiyam” dalam ayatini; pertama berarti rambu-rambu agama; kedua berati kemanan bagi manusia; ketiga berartitempat berdiri dan bertahannya agam;, keempat berarti tempat vital bagi dunia dan agama;kelima berarti tempat diwajibkan kepada manusia untuk menunaikan kewajiban-kewajibanagama tertentu; keenam berati tempat vital untuk kehidupan manusia di mana berlangsung disana perdagangan dan lain sebagainya. (Zadul Masir, Ibnul Jauzi, juz 2 hal. 267)

14 / 15

Page 15: Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji) - ikadi.or.id ...ikadi.or.id/component/content/article/43-kajian/282-maqashid-al... · Jika Imam al-Ghazali hidup di jaman kita sekarang mungkin

Maqashid al-Hajj (Tujuan Ibadah Haji)

Written by AdminSabtu, 14 Nopember 2009

[2] Yaitu bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. [3] Al-Hadyu berarti hewan kurban yang diperuntukkan untuk disembelih di hari Idul Qurbanoleh jemaah haji [4]Al-Qalaid adalah bentuk jama’ dari qiladah yang berarti sesuatu yang dikalungkan padaleher hewan kurban agar diketahui statusnya sebagai hewan kurban. [5] Maqam Ibrahim berarti tempat berdiri Nabi Ibrahim a.s, di mana membangun Ka’bah. [6] Maksudnya: apabila imam telah naik mimbar dan muadzzin telah adzan di hari Jum’at,Maka kaum muslimin wajib bersegera memenuhi panggilan muazzin itu dan meninggalakansemua pekerjaannya. Fahmi Islam Jiwanto, MA  

15 / 15