1 MAO TSE-TUNG TENTANG KONTRADIKSI Agustus 1937 * I S I I. Dua Pandangan Dunia II. Keumuman Kontradiksi III. Kekhususan Kontradiksi IV. Kontradiksi Pokok dan Segi Pokok Kontradiksi V. Kesamaan dan Perjuangan Antara Segi-Segi Kontradiksi VI. Kedudukan Antagonisme Dalam Kontradiksi VII. Kesimpulan Hukum kontradiksi didalam hal-ihwal, yaitu hukum kesatuan dari segi-segi yang berlawanan, adalah hukum terpokok dari dialektika materialis. Lenin mengatakan: „Menurut arti yang sesungguhnya, dialektika adalah studi tentang kontradiksi didalam hakekat obyek itu sendiri . . .“ 1) Lenin sering menamakan hukum ini hakekat dialektika, juga menamakannya inti dialektika. 2) Maka itu, dalam mempelajari hukum ini, kita tak dapat tidak mesti menyangkut bidang-bidang yang luas, tak dapat tidak mesti menyangkut banyak masalah filsafat. Jika semua masalah ini sudah jelas bagi kita, berarti kita sudah memahami dialektika materialis secara fundamentil. Masalah-masalah ini yalah: dua pandangan-dunia, keumuman kontradiksi, kekhususan kontradiksi, kontradiksi pokok dan segi pokok kontradiksi, kesamaan dan perjuangan antara segi-segi kontradiksi, kedudukan antagonisme didalam kontradiksi. Kritik terhadap idealime mazhab Deborin yang dilakukan oleh kalangan filsafat Soviet dalam tahun-tahun belakangan ini telah membangkitkan perhatian yang sangat besar diantara kita. Idealisme Deborin telah membawa pengaruh yang buruk sekali didalam Partai Komunis Tiongkok, dan tak dapat dikatakan bahwa fikiran dogmatis didalam Partai kita tidak ada hubungannya dengan metodologi mazhab ini. Karena itu, studi filsafat kita sekarang ini seharusnya bertujuan terutama untuk menghapuskan fikiran dogmatis. * Karya filsafat ini ditulis oleh Kawan Mao Tsetung pada bulan Agustus 1937 sesudah karyanya Tentang Praktek dengan tujuan yang sama, yaitu untuk mengatasi fikiran dogmatis yang serius yang pada waktu itu terdapat didalam Partai, dan mula-mula diceramahkan di Universitas Militer dan Politik Anti-Jepang di Yénan. Oleh pengarang telah diadakan perbaikan disana-sini ketika karya ini dimasukkan ke dalam Pilihan Karya Mao Tsetung.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
MAO TSE-TUNG
TENTANG KONTRADIKSI
Agustus 1937*
I S I
I. Dua Pandangan Dunia
II. Keumuman Kontradiksi
III. Kekhususan Kontradiksi
IV. Kontradiksi Pokok dan Segi Pokok Kontradiksi
V. Kesamaan dan Perjuangan Antara Segi-Segi Kontradiksi
VI. Kedudukan Antagonisme Dalam Kontradiksi
VII. Kesimpulan
Hukum kontradiksi didalam hal-ihwal, yaitu hukum kesatuan dari segi-segi
yang berlawanan, adalah hukum terpokok dari dialektika materialis. Lenin
mengatakan: „Menurut arti yang sesungguhnya, dialektika adalah studi tentang
kontradiksi didalam hakekat obyek itu sendiri . . .“1) Lenin sering menamakan hukum
ini hakekat dialektika, juga menamakannya inti dialektika.2) Maka itu, dalam
mempelajari hukum ini, kita tak dapat tidak mesti menyangkut bidang-bidang yang
luas, tak dapat tidak mesti menyangkut banyak masalah filsafat. Jika semua masalah
ini sudah jelas bagi kita, berarti kita sudah memahami dialektika materialis secara
fundamentil. Masalah-masalah ini yalah: dua pandangan-dunia, keumuman
kontradiksi, kekhususan kontradiksi, kontradiksi pokok dan segi pokok kontradiksi,
kesamaan dan perjuangan antara segi-segi kontradiksi, kedudukan antagonisme
didalam kontradiksi.
Kritik terhadap idealime mazhab Deborin yang dilakukan oleh kalangan
filsafat Soviet dalam tahun-tahun belakangan ini telah membangkitkan perhatian
yang sangat besar diantara kita. Idealisme Deborin telah membawa pengaruh yang
buruk sekali didalam Partai Komunis Tiongkok, dan tak dapat dikatakan bahwa
fikiran dogmatis didalam Partai kita tidak ada hubungannya dengan metodologi
mazhab ini. Karena itu, studi filsafat kita sekarang ini seharusnya bertujuan terutama
untuk menghapuskan fikiran dogmatis.
* Karya filsafat ini ditulis oleh Kawan Mao Tsetung pada bulan Agustus 1937 sesudah karyanya Tentang
Praktek dengan tujuan yang sama, yaitu untuk mengatasi fikiran dogmatis yang serius yang pada waktu itu
terdapat didalam Partai, dan mula-mula diceramahkan di Universitas Militer dan Politik Anti-Jepang di
Yénan. Oleh pengarang telah diadakan perbaikan disana-sini ketika karya ini dimasukkan ke dalam Pilihan Karya Mao Tsetung.
2
I. DUA PANDANGAN-DUNIA
Dalam sejarah pengetahuan manusia, selalu terdapat dua konsepsi mengenai
hukum perkembangan dunia, konsepsi metafisis dan konsepsi dialektis, yang
merupakan dua pandangan-dunia yang berlawanan. Lenin mengatakan: Dua konsepsi yang pokok (atau dua konsepsi yang mungkin? Atau dua
konsepsi yang tampak dalam sejarah?) tentang perkembangan (evolusi) yalah:
perkembangan sebagai pengurangan dan penambahan, sebagai pengulangan, dan
perkembangan sebagai kesatuan dari segi-segi yang berlawanan (terbaginya kesatuan
atas segi-segi berlawanan yang saling menyisihkan dan saling-hubungan antara
mereka).3)
Yang dimaksudkan oleh Lenin yalah dua pandangan-dunia yang berlainan.
Di Tiongkok metafisika disebut juga süénsüé. Untuk masa yang sangat lama
dalam sejarah, baik di Tiongkok maupun di Eropa, cara berfikir ini termasuk dalam
pandangan-dunia idealis dan menempati kedudukan yang berkuasa didalam alam
fikiran manusia. Di Eropa, materialisme burjuasi pada masa permulaannya adalah
metafisis juga. Karena ekonomi sosial di banyak negeri Eropa telah memasuki tingkat
kapitalisme yang sudah tinggi perkembangannya, karena tenaga-tenaga produktif,
perjuangan klas dan ilmu kesemuanya telah berkembang sampai pada taraf yang
belum pernah dikenal dalam sejarah, dan karena proletariat industri telah menjadi
kekuatan pendorong yang terbesar dalam perkembangan sejarah, maka lahirlah
pandangan-dunia dialektika materialis Marxis. Kemudian, di kalangan burjuasi,
disamping idealisme reaksioner yang terang-terangan dan samasekali tanpa tedeng
aling-aling muncul pula evolusionisme vulger untuk menentang dialektika materialis.
Pandangan-dunia metafisis atau evolusionis vulger melihat hal-ihwal di dunia
dalam keadaan berdiri sendiri-sendiri, diam dan satu-segi. Pandangan-dunia demikian
menganggap segala sesuatu di dunia ini, bentuk-bentuknya dan jenis-jenisnya,
selamanya terpisah satu sama lain dan selamanya tak berubah-ubah. Kalaupun ada
sesuatu perubahan, itu hanya sebagai penambahan atau pengurangan dalam jumlah
atau sebagai pergeseran tempat saja. Lagi pula, sebab dari penambahan atau
pengurangan ataupun pergeseran tempat itu tidak terletak didalam hal-ihwal itu
sendiri, melainkan diluar hal-ihwal itu, yaitu karena dorongan kekuatan-kekuatan
luar. Kaum metafisis berpendapat bahwa segala macam hal-ihwal yang berbeda-beda
di dunia ini beserta ciri-cirinya tetap tinggal begitu sejak mereka ada. Perubahan-
perubahan kemudian tak lain hanyalah penambahan atau pengurangan dalam jumlah
saja. Mereka berpendapat bahwa sesuatu hal-ihwal selamanya hanya mungkin
mengulang diri sebagai sesuatu yang sama dan tidak mungkin berubah menjadi
sesuatu yang berlainan. Menurut pandangan kaum metafisis, penghisapan kapitalis,
persaingan kapitalis, ideologi individualis didalam masyarakat kapitalis dan
sebagainya, kesemuanya dapat dijumpai juga didalam masyarakat perbudakan zaman
3
kuno, bahkan didalam masyarakat primitif, dan akan tetap ada tanpa berubah-ubah
untuk selama-lamanya. Berbicara tentang sebab-sebab perkembangan masyarakat,
mereka menjelaskannya dengan syarat-syarat diluar masyarakat, antara lain geografi
dan iklim. Dengan gampang-gampangan saja mereka mencari sebab-sebab
perkembangan itu diluar hal-ihwal itu sendiri dan menyangkal teori dialektis
materialis yang berpendirian bahwa perkembangan timbul sebagai akibat kontradiksi-
kontradiksi didalam hal-ihwal itu sendiri. Maka itu mereka tidak mampu menjelaskan
keanekaragaman kwalitet hal-ihwal ataupun gejala perubahan satu kwalitet menjadi
kwalitet yang lain. Di Eropa, cara berfikir demikian ini pada awal abad ke-17 dan ke-
18 berwujud sebagai materialisme mekanis, sedangkan pada akhir abad ke-19 dan ke-
20 sebagai evolusionisme vulger. Juga di Tiongkok terdapat cara berfikir metafisis
sebagaimana diungkapkan dalam perkataan „langit tidak berubah, demikian juga tao
tidak berubah“4), yang dalam waktu yang lama didukung oleh klas berkuasa feodal
yang lapuk. Materialisme mekanis dan evolusionisme vulger yang diimpor dari Eropa
dalam seratus tahun belakangan ini didukung oleh burjuasi.
Berlawanan dengan pandangan-dunia metafisis, pandangan-dunia dialektika
materialis menganjurkan supaya mempelajari perkembangan hal-ihwal dari dalam
hal-ihwahl itu sendiri, dari hubungannya dengan hal-ihwal yang lain, dengan kata lain
memandang perkembangan hal-ihwal sebagai gerak hal-ihwal itu sendiri yang
bersifat intern dan wajar, sedangkan setiap hal-ihwal dalam geraknya adalah saling
berhubungan dan saling berpengaruh dengan hal-ihwal disekitarnya. Sebab
fundamentil perkembangan hal-ihwal tidak terletak diluar tetapi didalam hal-ihwal itu
sendiri; ia terletak pada kontradiksi didalam hal-ihwal itu sendiri. Kontradiksi intern
terdapat didalam setiap hal-ihwal, karena itu timbul gerak dan perkembangan hal-
ihwal. Kontradiksi didalam hal-ihwal inilah yang menjadi sebab fundamentil
perkembangannya, sedangkan saling-hubungan dan saling-pengaruh dengan hal-
ihwal yang lain adalah sebab sekunder. Dengan demikian, dialektika materialis secara
efektif memerangi teori sebab-sebab luar atau teori dorongan luar yang dikemukakan
oleh materialisme mekanis dan evolusionisme vulger yang metafisis. Jelaslah sebab-
sebab luar semata-mata hanya mungkin menimbulkan gerak mekanis hal-ihwal, yaitu
perubahan-perubahan dalam skala dan jumlah, tetapi tidak mungkin menjelaskan
mengapa hal-ihwal berbeda-beda dalam seribu satu macam secara kwalitatif dan
mengapa hal-ihwal berubah dari yang satu menjadi yang lain. Dalam kenyataannya,
bahkan gerak mekanis oleh dorongan kekuatan luar itupun terjadi melalui kontradiksi
intern hal-ihwal. Pertumbuhan yang sederhana pada tumbuh-tumbuhan dan binatang,
perkembangan kwantitatifnya, juga terutama akibat kontradiksi-kontradiksi internya.
Begitu pula, perkembangan masyarakat terutama bukanlah karena sebab-sebab luar
tetapi karena sebab-sebab dalam. Banyak negeri yang syarat-syarat geografis dan
iklimnya hampir sama, perkembangannya jauh berbeda dan sangat tak sama. Bahkan
perubahan-perubahan sosial yang besar sekali terjadi di suatu negeri yang sama
meskipun geografi dan iklimnya tetap tidak berubah. Rusia imperialis berubah
menjadi Uni Soviet sosialis, dan Jepang feodal yang mengunci pintu terhadap dunia
4
berubah menjadi Jepang imperialis, meskipun geografi dan iklim kedua negeri itu
tidak berubah. Tiongkok yang telah lama dikuasai oleh feodalisme mengalamai
perubahan yang besar sekali selama seratus tahun belakangan ini dan sekarang
sedang berubah menuju Tiongkok baru yang bebas dan merdeka, meskipun geografi
dan iklimnya tidak berubah. Geografi dan iklim dunia dalam keseluruhannya dan
disetiap bagiannya memang mengalami perubahan-perubahan, tetapi perubahan-
perubahan ini sangat tak berarti jika dibandingkan dengan perubahan-perubahan
didalam masyarakat; perubahan-perubahan geografi dan iklim itu hanya kentara
dalam ukuran waktu puluhan ribu tahun, sedangkan perubahan-perubahan sosial
sudah kentara dalam ribuan, ratusan atau puluhan tahun, bahkan dalam beberapa
tahun atau beberapa bulan saja (di masa revolusi). Menurut pandangan dialektika
materialis, perubahan-perubahan alam terutama disebabkan oleh perkembangan
kontradiksi-kontradiksi intern didalam alam itu sendiri, yaitu kontradiksi antara
tenaga-tenaga produktif dengan hubungan-hubungan produksi, kontradiksi diantara
klas-klas, dan kontradiksi antara yang baru dengan yang lama; perkembangan
kontradiksi-kontradiksi inilah yang mendorong maju masyarakat dan mendorong
penggantian masyarakat lama oleh masyarakat baru. Apakah dialektika materialis
mengesampingkan sebab-sebab luar? Tidak, tidak mengesampingkan. Dialektika
materialis menganggap bahwa sebab-sebab luar adalah syarat bagi perubahan dan
sebab-sebab dalam adalah dasar bagi perubahan, dan bahwa sebab-sebab luar
memainkan peranannya melalui sebab-sebab dalam. Dengan suhu yang cocok, telur
berubah menjadi anak ayam, tetapi suhu tak mungkin mengubah batu menjadi anak
ayam, karena dasar masing-masing berbeda. Diantara rakyat berbagai negeri selalu
terdapat saling-pengaruh. Di zaman kapitalisme, terutama di zaman imperialisme dan
revolusi proletar, sangat besarlah saling pengaruh dan dorongan timbal-balik di antara
berbagai negeri, baik di bidang politik, ekonomi maupun kebudayaan. Revolusi
Sosialis Oktober membuka suatu zaman baru bukan hanya dalam sejarah Rusia,
tetapi juga dalam sejarah dunia. Revolusi ini memberi pengaruh pada perubahan-
perubahan intern di berbagai negeri di dunia, demikian juga dan bahkan teristimewa
mendalamnya, memberi pengaruh pada perubahan-perubahan intern di Tiongkok.
Tetapi perubahan-perubahan ini terjadi melalui hukum-hukum intern dari
perkembangan negeri-negeri itu sendiri, termasuk Tiongkok. Dalam pertempuran
antara dua tentara, yang satu menang dan yang lain kalah. Dan kemenangan maupun
kekalahan itu ditentukan oleh sebab-sebab dalam. Yang satu menang karena ia kuat
atau karena pimpinannya tepat, yang lain kalah karena ia lemah atau karena
pimpinannya tidak cakap – sebab-sebab luar memainkan peranannya melalui sebab-
sebab dalam. Di Tiongkok dikalahkannya proletariat oleh burjuasi besar pada tahun
1927 terjadi melalui oportunisme di kalangan proletariat Tiongkok itu sendiri (di
dalam Partai Komunis Tiongkok). Setelah kita melikwidasi oportunisme ini, revolusi
Tiongkok mulai maju lagi. Kemudian, revolusi Tiongkok menderita pukulan yang
berat lagi dari musuh, inipun karena munculnya avonturisme di dalam Partai kita.
Setelah kita melikwidasi avonturisme ini, usaha kita kembali maju lagi. Jadi
5
tampaknya bahwa untuk memimpin revolusi menuju kemenangan, suatu partai politik
harus bersandar pada ketepatan garis politiknya sendiri dan pada kekokohan
organisasinya sendiri.
Pandangan-dunia dialektis sudah muncul di zaman kuno, baik di Tiongkok
maupun di Eropa. Tetapi dialektika kuno bersifat spontan dan primitif; berhubung
dengan syarat-syarat sosial dan sejarah pada masa itu, ia belum mungkin mempunyai
teori yang lengkap, maka itu ia tidak dapat sepenuhnya menjelaskan dunia, dan
kemudian diganti oleh metafisika. Filosof Jerman yang terkenal, Hegel, yang hidup
pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, memberikan sumbangan-sumbangan
yang sangat penting kepada dialektika, tetapi dialektikanya adalah dialektika idealis.
Hanya setelah Marx dan Engels, penganjur-penganjur besar gerakan proletar
mensintesekan hasil-hasil positif dalam sejarah pengetahuan manusia, terutama
secara kritis mengambil unsur-unsur rasionil dari dialektika Hegel dan menciptakan
teori materialisme dialektis dan historis yang besar itu, barulah terjadi suatu revolusi
besar sebagaimana belum pernah dikenal dalam sejarah pengetahuan manusia.
Kemudian teori besar ini dikembangkan lebih lanjut oleh Lenin dan Stalin. Segera
setelah tersebar ke Tiongkok, teori ini menimbulkan perubahan-perubahan yang
mahabesar di dalam alam fikiran Tiongkok.
Pandangan-dunia dialektis ini terutama mengajar orang supaya pandai meneliti
dan menganalisa gerak kontradiksi-kontradiksi di dalam berbagai macam hal-ihwal,
dan berdasarkan analisa demikian itu menunjukkan cara-cara untuk memecahkan
kontradiksi-kontradiksi. Maka itu, sangat penting bagi kita untuk secara kongkrit
memahami hukum kontradiksi di dalam hal-ihwal.
II. KEUMUMAN KONTRADIKSI
Untuk mempermudah penguraian, lebih dulu disini saya akan membahas
keumuman kontradiksi, dan kemudian kekhususan kontradiksi. Alasannya yalah
bahwa keumuman kontradiksi dapat diterangkan dengan singkat saja, karena ia sudah
luas diakui sejak ditemukannya pandangan-dunia dialektika materialis dan
ditrapkannya dialektika materialis dengan sukses yang besar sekali pada banyak
bidang dalam pengupasan sejarah manusia dan pandangan sejarah alam, pada banyak
bidang dalam perubahan masyarakat dan pengubahan alam (misalnya, di Uni Soviet)
oleh pencipta-pencipta dan penerus-penerus Marxisme yang besar – Marx, Engels,
Lenin dan Stalin; sedangkan masalah kekhususan kontradiksi masih belum jelas
difahami oleh banyak kawan, teristimewa oleh kaum dogmatis. Mereka tidak
mengerti bahwa keumuman kontradiksi itu berada justru di dalam kekhususan
kontradiksi. Mereka juga tidak mengerti betapa pentingnya mempelajari kekhususan
kontradiksi di dalam hal-ihwal kongkrit yang kita hadapi dewasa ini untuk menuntun
perkembangan praktek revolusioner. Maka itu perlu meletakkan pada studi tentang
masalah kekhususan kontradiksi dan menjelaskannya dengan cukup panjang-lebar.
6
Karena alasan itulah maka dalam mengupas hukum kontradiksi hal-ihwal, kita
terlebih dulu mengupas masalah keumuman kontradiksi, kemudian meletakkan
tekanan pada pengupasan masalah kekhususan kontradiksi, dan akhirnya kembali lagi
pada masalah keumuman kontradiksi.
Keumuman atau kemutlakan kontradiksi mempunyai arti rangkap. Yang
pertama yalah bahwa kontradiksi ada didalam proses perkembangan segala hal-ihwal,
dan yang kedua yalah didalam proses perkembangan setiap hal-ihwal terdapat gerak
kontradiksi dari awal sampai akhir.
Engels berkata: „Gerak itu sendiri adalah kontradiksi.“5) Lenin memberikan
definisi mengenai hukum kesatuan dari segi-segi yang berlawanan sebagai
„pengakuan (penemuan) adanya tendens-tendens yang berkontradiksi, saling-
menyisihkan dan berlawanan didalam segala gejala dan proses alam (termasuk jiwa
dan masyarakat)“6). Apakah pandangan-pandangan ini benar? Ya, benar. Saling-
bergantungan dan perjuangan antara segi-segi yang berkontradiksi yang terkandung
dalam segala hal-ihwal itu menentukan hidupnya segala hal-ihwal dan mendorong
perkembangan segala hal-ihwal. Tidak ada sesuatu yang tidak mengandung
kontradiksi; tanpa kontradiksi tidak akan ada dunia.
Kontradiksi adalah dasar bagi bentuk-bentuk gerak yang sederhana
(umpamanya, gerak mekanis), lebih-lebih lagi dasar bagi bentuk-bentuk gerak yang
rumit.
Engels menjelaskan keumuman kontradiksi sebagai berikut:
Jika pergeseran tempat secara mekanis yang sederhana ini saja sudah
mengandung kontradiksi, ini lebih-lebih lagi berlaku bagi bentuk-bentuk gerak materi
yang lebih tinggi, teristimewa bagi hayat organik dan perkembangannya. . . . hayat
justru dan pertama-tama terletak dalam hal, bahwa mahluk pada setiap saat adalah
dirinya sendiri tetapi juga sesuatu yang lain. Maka itu, hayat adalah juga kontradiksi
yang terdapat didalam benda-benda dan proses-proses itu sendiri, dan yang senantiasa
melahirkan dirinya sendiri dan menyelesaikan dirinya sendiri; dan segera setelah
kontradiksi itu berhenti, hayat juga berakhir, dan mautpun tiba. Begitu pula kita lihat
bahwa di bidang fikiranpun kita tidak dapat menghindari kontradiksi, dan bahwa
misalnya, kontradiksi antar kesanggupan pengetahuan manusia yang secara inheren
tidak terbatas itu dengan perwujudan kesanggupan tersebut yang nyata pada manusia
orang-seorang saja yang terbatas secara lahiriah dan terbatas dalam pengenalan,
mendapat pemecahannya dalam rentetan generasi yang – setidak-tidaknya, praktis
bagi kita – tiada akhirnya, dalam kemajuan yang tiada batasnya.
. . . salahsatu dasar pokok ilmu pasti tinggi yalah kontradiksi. . . .
Tetapi bahkan ilmu pasti rendahpun penuh dengan kontradiksi. . . . 7)
Lenin juga menjelaskan keumuman kontradiksi sebagai berikut:
Dalam ilmu pasti: + dan -. Diferensial dan integral.
Dalam mekanika: aksi dan reaksi.
Dalam fisika: listrik positif dan listrik negatif.
Dalam ilmu kimia: persenyawaan dan peruraian atom-atom.
7
Dalam ilmu sosial: perjuangan klas.8)
Dalam perang, serangan dan pertahanan, maju dan mundur, kemenangan dan
kekalahan, semua adalah gejala yang berkontradiksi. Tanpa segi yang satu, segi yang
lainpun tidak ada. Perjuangan dan saling berhubungan antara kedua segi itu
membentuk keseluruhan perang, mendorong perkembangan perang dan memecahkan
masalah-masalah perang.
Setiap perbedaan dalam konsepsi manusia harus dianggap sebagai pencerminan
kediaman, ketetapan, keseimbangan, kondensasi, penarikan, dan perubahannya
menjadi keadaan yang sebaliknya, semuanya adalah wajah hal-ihwal dalam keadaan
perubahan kwalitatif, dalam peralihan dari proses yang satu ke proses yang lain. Hal-
ihwal senantiasa berubah dari keadaan yang pertama menjadi keadaan yang kedua,
sedangkan perjuangan segi-segi kontradiksi berlangsung dalam kedua keadaan itu,
dan pemecahan kontradiksi tercapai melalui keadaan yang kedua. Itulah sebabnya
maka dikatakan bahwa kesatuan dari segi-segi yang berlawanan adalah bersyarat,
sementara dan relatif, sedangkan perjuangan segi-segi berlawanan yang saling-
menyisihkan adalah mutlak.
Ketika kita katakan diatas bahwa dua hal-ihwal yang berlawanan dapat
berkoeksistensi didalam suatu kesatuan dan dapat berubah dari yang satu menjadi
yang lainnya karena adanya kesamaan diantara keduanya, maka yang kita maksudkan
yalah sifat yang bersyarat, yaitu bahwa dalam syarat-syarat tertentu dua hal-ihwal
yang berkontradiksi dapat mencapai kesatuan dan dapat berubah dari yang satu
menjadi yang lainnya; tanpa syarat-syarat tertentu ini, mereka tidak mungkin
berkoeksistensi, dan juga tidak mungkin berubah dari yang satu menjadi yang
lainnya. Karena kesamaan segi-segi kontradiksi hanya terjadi dalam syarat-syarat
tertentu, maka kita katakan bahwa kesatuan adalah bersyarat dan relatif. Disamping
itu kita katakan pula, bahwa perjuangan antara segi-segi kontradiksi berlangsung
sepanjang proses dari awal sampai akhir dan menyebabkan perubahan dari proses
yang satu menjadi proses yang lain, bahwa perjuangan segi-segi kontradiksi ada
dimana-mana dan bahwa karena itu perjuangan segi-segi kontradiksi adalah tak
bersyarat dan mutlak.
Kombinasi antara kesamaan yang bersyarat dan yang relatif dengan perjuangan
yang tak bersyarat dan yang mutlak membentuk gerak kontradiksi didalam segala
hal-ihwal.
Kita orang Tiongkok sering berkata: "Saling-berlawanan tapi saling-
melengkapi."23) Artinya, diantara hal-ihwal yang saling-berlawanan terdapat
kesamaan. Ungkapan ini adalah dialektis dan bertentangan dengan metafisika.
"Saling-berlawanan" berarti kedua segi yang berkontradiksi saling-menyisihkan atau
saling-berjuang. "Saling melengkapi" berarti dalam syarat-syarat tertentu kedua segi
yang berkontradiksi saling-berhubungan dan mencapai kesamaan. Dan perjuangan
justru terkandung didalam kesamaan, tanpa perjuangan tidak mungkin ada kesamaan.
Didalam kesamaan terdapat perjuangan, didalam kekhususan terdapat
keumuman, didalam watak individuil terdapat watak umum. Mengutip kata-kata
Lenin: " . . . didalam yang relatif terdapat yang mutlak" 24).
30
VI. KEDUDUKAN ANTAGONISME
DIDALAM KONTRADIKSI
Dalam soal perjuangan segi-segi kontradiksi termasuk soal apakah
antagonisme itu. Jawab kita yalah bahwa antagonisme adalah salah satu bentuk
perjuangan segi-segi kontradiksi, tetapi bukan satu-satunya bentuk dari perjuangan
itu.
Didalam sejarah manusia terdapat antagonisme diantara klas-klas sebagai
manifestasi khusus dari perjuangan segi-segi kontradiksi. Berbicara tentang
kontradiksi antara klas penghisap dengan klas terhisap, maka baik dalam masyarakat
perbudakan, masyarakat feodal maupun masyarakat kapitalis, dua klas yang
berkontradiksi itu untuk waktu yang lama hidup berdampingan didalam satu
masyarakat, dan berjuang satu sama lainnya; tetapi hanya sesudah kontradiksi
diantara kedua klas itu berkembang sampai pada tingkat tertentu, kontradiksi itu
mengambil bentuk antagonisme yang terbuka dan berkembang menjadi revolusi.
Demikian juga halnya dengan perubahan dari damai menjadi perang didalam
masyarakat berklas.
Bom, sebelum meledak, adalah suatu kesatuan dimana benda-benda yang
berkontradiksi berkoeksistensi dalam syarat-syarat tertentu. Peledakan hanya terjadi
setelah timbul syarat baru (penyalaan). Keadaan yang serupa terdapat didalam segala
gejala alam yang akhirnya mengambil bentuk bentrokan terbuka untuk memecahkan
kontradiksi lama dan melahirkan hal-ihwal baru.
Sangatlah penting menginsafi kenyataan ini. Ini memungkinkan kita untuk
mengerti, bahwa didalam masyarakat berklas revolusi dan perang revolusioner tak
terelakkan, bahwa tanpa revolusi dan perang revolusioner tak mungkin melaksanakan
lompatan dalam perkembangan masyarakat, tak mungkin menggulingkan klas-klas
berkuasa yang reaksioner, sehingga rakyat tak mungkin mencapai kekuasaan politik.
Kaum Komunis harus menelanjangi propaganda palsu kaum reaksioner seperti
pernyataan bahwa revolusi sosial tidak perlu dan tidak mungkin; mereka harus teguh
mempertahankan teori Marxis-Leninis tentang revolusi sosial tidak saja sepenuhnya
perlu, tetapi juga sepenuhnya mungkin, dan bahwa seluruh sejarah umat manusia dan
kemenangan Uni Soviet membuktikan kebenaran ilmiah ini.
Tetapi, kita harus secara kongkrit mempelajari keadaan setiap perjuangan dari
segi-segi kontradiksi itu dan jangan dengan tidak pada tempatnya mentrapkan rumus
tersebut diatas itu pada segala sesuatu. Kontradiksi dan perjuangan adalah umum dan
mutlak, tetapi cara-cara pemecahan kontradiksi, yaitu bentuk-bentuk perjuangan,
berbeda sesuai dengan perbedaan sifat kontradiksi-kontradiksi itu. Ada kontradiksi-
kontradiksi yang bersifat antagonisme terbuka, ada pula yang tidak. Sesuai dengan
perkembangan kongkrit hal-ihwal, ada kontradiksi-kontradiksi yang semula non-
antagonistis berkembang menjadi kontradiksi yang antagonistis, dan ada pula
kontradiksi-kontradiksi yang semula antagonistis berkembang menjadi kontradiksi
yang non-antagonistis.
31
Sebagaimana telah diuraikan diatas, selama klas-klas masih ada, kontradiksi
antara ide-ide yang benar dengan ide-ide yang salah didalam Partai Komunis adalah
pencerminan kontradiksi-kontradiksi klas kedalam Partai. Pada permulaannya atau
dalam soal-soal tetentu, kontradiksi-kontradiksi demikian itu belum tentu segera
berwujud sebagai yang antagonistis. Tetapi dengan berkembangnya perjuangan klas,
kontradiksi-kontradiksi itu dapat berkembang menjadi antagonistis. Sejarah Partai
Komunis Uni Soviet menunjukkan kepada kita, bahwa kontradiksi antara fikiran yang
benar dari Lenin dan Stalin dengan fikiran yang salah dari Trotski, Bucharin dan lain-
lainnya pada mulanya tidak berwujud dalam bentuk antagonistis, tetapi kemudian
berkembang menjadi antagonisme. Keadaan yang serupa terjadi juga dalam sejarah
Partai Komunis Tiongkok. Kontradiksi antar fikiran yang benar dari banyak kawan
dalam Partai kita dengan fikiran yang salah dari Tshen Tu-siu, Tsang Ku-thao dan
lain-lainnya pada mulanya juga tidak berwujud dalam bentuk antagonistis, tetapi
kemudian berkembang menjadi antagonisme. Pada saat sekarang ini kontradiksi
antara fikiran yang benar dengan fikiran yang salah didalam Partai kita tidak
berwujud dalam bentuk antagonistis, dan jika kawan-kawan yang membuat kesalahan
dapat membetulkan kesalahannya, kontradiksi ini tidak akan berkembang menjadi
antagonisme. Oleh karena itu, Partai di satu fihak harus melakukan perjuangan yang
serius melawan fikiran yang salah, dan di fihak lain harus pula memberikan
kesempatan yang secukupnya kepada kawan-kawan yang membuat kesalahan itu
untuk menyedari kesalahannya. Dalam keadaan demikian, perjuangan-perjuangan
yang melampaui batas sudah terang tidak pada tempatnya. Tetapi jika orang-orang
yang membuat kesalahan itu berkeras mempertahankannya, maka ada
kemungkinannya kontradiksi ini akan berkembang menjadi antagonisme.
Di bidang ekonomi, kontradiksi antara kota dengan desa termasuk kontradiksi
yang sangat antagonistis baik didalam masyarakat kapitalis (dimana kota yang
dikuasai oleh burjuasi dengan kejamnya merampok desa) maupun di daerah-daerah
kekuasaan Kuomintang di Tiongkok (dimana kota yang dikuasai oleh imperialisme
asing dan burjuasi-komprador besar Tiongkok dengan sangat biadabnya merampok
desa). Tetapi di negeri sosialis dan di daerah-daerah basis revolusi kita, kontradiksi
yang antagonistis ini telah berubah menjadi kontradiksi yang non-antagonistis,
kontradiksi ini akan lenyap apabila masyarakat komunis telah tercapai.
Lenin berkata: "Antagonisme dan kontradiksi samasekali berlainan. Didalam
sosialisme, antagonisme akan lenyap, kontradiksi akan tetap ada."25) Artinya,
antagonisme hanyalah salah satu bentuk perjuangan segi-segi kontradiksi, tetapi
bukan satu-satunya bentuk perjuangan itu, maka rumus antagonisme tidak boleh
ditrapkan semaunya saja dimana-mana.
32
VI. KESIMPULAN
Sampai disini kita dapat menarik kesimpulan dengan beberapa patah kata.
Hukum kontradiksi didalam hal-ihwal, yaitu hukum kesatuan dari segi-segi yang
berlawanan, adalah hukum fundamentil fikiran. Ia berlawanan dengan pandangan-
dunia metafisis. Ia merupakan suatu revolusi besar dalam sejarah pengetahuan
manusia. Menurut pandangan materialisme dialektis, kontradiksi ada didalam segala
proses dari hal-ihwal obyektif maupun fikiran subyektif, kontradiksi berlangsung
dalam setiap proses dari awal sampai akhir – inilah keumuman dan kemutlakan
kontradiksi. Hal-ihwal yang berkontradiksi dan setiap segi yang berkontradiksi
mempunyai ciri-cirinya sendiri – inilah kekhususan dan kerelatifan kontradiksi.
Dalam syarat-syarat tertentu, segi-segi yang berkontradiksi mempunyai kesamaan,
oleh karena itu dapat berkoeksistensi didalam suatu kesatuan dan dapat saling-
berubah menjadi segi kebalikannya – inilah pula kekhususan dan kerelatifan
kontradiksi. Tetapi perjuangan dari segi-segi kontradiksi itu tiada henti-hentinya;
perjuangan berlaku baik ketika segi-segi kontradiksi itu berkoeksistensi maupun
ketika mereka saling-berubah dari yang satu menjadi yang lainnya, dan perjuangan
menjadi lebih nyata teristimewa ketika segi-segi kontradiksi itu saling-berubah dari
yang satu menjadi yang lainnya – inilah pula keumuman dan kemutlakan kontradiksi.
Dalam mempelajari kekhususan dan kerelatifan kontradiksi, kita harus
memperhatikan perbedaan antara kontradiksi pokok dengan kontradiksi-kontradiksi
bukan-pokok serta perbedaan antara segi pokok dengan segi bukan-pokok dari
kontradiksi; dalam mempelajari keumuman kontradiksi dan perjuangan dari segi-segi
kontradiksi, kita harus memperhatikan perbedaan antara berbagai bentuk perjuangan
segi-segi kontradiksi. Jika tidak, kita akan membuat kesalahan-kesalahan. Jika kita,
melalui studi, benar-benar memahami pokok-pokok yang diuraikan diatas, kita akan
dapat menjebol ide-ide dogmatis yang menyalahi prinsip-prinsip pokok Marxisme-
Leninisme dan yang merugikan usaha revolusi kita, dan kawan-kawan kita yang
mempunyai pengalaman-pengalaman praktis akan dapat menyusun pengalaman-
pengalaman mereka menjadi prinsip-prinsip, sehingga menghindari terulangnya
kesalahan-kesalahan empirisis. Sekianlah beberapa kesimpulan ringkas dari studi kita
mengenai hukum kontradiksi.
33
K E T E R A N G A N
1) Dari catatan Lenin tentang "Aliran Elea" dalam buku Hegel Kuliah-kuliah Tentang Sejarah Filsafat, Jilid I.
Lihat W.I. Lenin, "Ikhtisar Buku Hegel Kuliah-kuliah Tentang Sejarah Filsafat", Buku Catatan Filasafat. 2) Dalam karyanya "Tentang Masalah Dialektika", Lenin berkata: "Terbaginya suatu kesatuan menjadi dua dan
pengenalan atas bagian-bagiannya yang berkontradiksi (lihat kutipan dari Philo tentang Heraclitus pada awal
Bagian III, 'Tentang Pengenalan', dalam buku Lassalle tentang Heraclitus) adalah hakekat (salahsatu 'yang
hakiki', salahsatu karakteristik atau ciri yang pokok, jika bukan yang terpokok) dialektika.“ (W.I. Lenin, Buku
Catatan Filasafat.) Dalam „Ikhtisar Buku Hegel Ilmu Logika“, Lenin berkata: „Singkatnya, dialektika dapat
didefinisikan sebagai ajaran tentang kesatuan dari segi-segi yang berlawanan. Dengan demikian tertangkaplah
inti dialektika, tetapi ini memerlukan penjelasan dan pengembangan.“
3) W.I. Lenin, Tentang Masalah Dialektika. 4) Tung Tsung-su (179-104 S.M.), seorang tokoh aliran Khung Futse yang terkenal pada Dinasti Han, pernah
berkata kepada kaisar Wu Ti: „Kejayaan tao bersumber pada langit, langit tidak berubah, demikian juga tao
tidak berubah.“Tao“ adalah istilah yang umum dipakai oleh para filosof Tiongkok zaman dulu, artinya „jalan“
atau „kebenaran“, dapat diartikan sebagai „hukum“.
5) Friedrich Engels, Anti-Dühring, Bagian Pertama, XII, „Dialektika, Kwantitet dan Kwalitet“.
6) W.I. Lenin, Tentang Masalah Dialektika.
7) Friedrich Engels, Anti-Dühring, Bagian Pertama, XII, „Dialektika, Kwantitet dan Kwalitet“.
8) W.I. Lenin, Tentang Masalah Dialektika. 9) W.I. Lenin, Tentang Masalah Dialektika.
10) Lihat W.I. Lenin, Komunisme (12 Juni 1920), dimana Lenin, ketika mengkritik Komunis Hongaria Bela Kun,
berkata: “Ia telah melepaskan yang paling hakiki dalam Marxisme – analisa yang kongkrit atas keadaan yang
kongkrit.”
11) Sun Tse atau Sun Wu, juga dikenal sebagai Sun Wu Tse, adalah seorang ahli militer dan ahli ilmu militer
Tiongkok yang terkenal pada abad ke-5 S.M., yang menulis Sun Tse, sebuah karya yang terdiri dari 13 bab.
Kutipan ini diambil dari Bab III, “Strategi Serangan”.
12) Wei Tseng (580-643), seorang negarawan dan ahli sejarah pada awal Dinasti Thang. Kutipan ini dari buku Tse Tse Thung Tsién, Jilid 192.
13) Shui Hu Tsuan, sebuah roman yang mengisahkan suatu perang tani menjelang akhir Dinasti Sung Utara. Sung
Tsiang, adalah tokoh utama dalam roman ini. Desa Tsutsiatsuang terletak di dekat Liangshanpo yang menjadi
daerah basis perang tani. Penguasa desa itu adalah seorang tuantanah besar yang lalim bernama Tsu Tshao-
feng.
14) W.I. Lenin, Sekali Lagi Tentang Serikat Buruh, Tentang Situasi Sekarang dan Tentang Kesalahan-Kesalahan
Trotski dan Bukharin. 15) Dibawah pengaruh Tentara Merah Tiongkok dan gerakan anti-Jepang dari rakyat, Tentara Timurlaut
Kuomintang yang dipimpin oleh Tsang Süé-liang dan Tentara Route ke-17 Kuomintang yang dipimpin oleh
Yang Hu-tsheng menyetujui front persatuan nasional yang dikemukakan oleh Partai Komunis Tiongkok, dan
menuntut supaya Chiang Kai-sék bersatu dengan Partai Komunis untuk melawan Jepang. Tapi Chiang Kai-sék
menolaknya, bahkan bertindak lebih sewenang-wenang, dengan semakin giat mengadakan persiapan militer
untuk “menumpas Komunis” dan membunuhi pemuda-pemuda anti-Jepang di Sian. Tsang Sué-liang dan Yang
Hu-tsheng mengambil tindakan bersama menangkap Chiang Kai-sék. Peristiwa ini terkenal sebagai Peristiwa
Sian 12 Desember 1936. Pada waktu itu Chiang Kai-sék terpaksa menerima syarat-syarat untuk bersatu dengan
Partai Komunis dan melawan Jepang, maka ia dibebaskan dan kembali ke Nancing.
16) W.I. Lenin, Apa yang Harus Dikerjakan?, Bab I, Bagian 4.
17) W.I.Lenin, Ikhtisar Buku Hegel “Ilmu Logika”. 18) Kitab Gunung dan Laut, sebuah karya zaman Negara-negara Berperang (403-221 S.M.). Khung Fu dikisahkan
sebagai seorang manusia sakti dalam Kitab Gunung dan Laut. Menurut ceritanya: “Khua Fu mengejar
matahari. Matahari terbenam, ia haus dan minum di sungai Kuning dan sungai Wei. Air kedua sungai itu tidak
cukup, kemudian ia ke utara hendak minum di danau raja. Ditengah jalan ia mati kehausan. Tongkatnya
menjelma menjadi hutan Teng.” (Bagian “Kitab Seberang Laut Utara”.)
19) Yi, seorang pahlawan dalam dongeng Tiongkok zaman kuno, “Memanah Matahari” adalah sebuah cerita yang
terkenal tentang kepandaiannya memanah. Dalam buku Huai Nan Tse yang disusun oleh Liu An (abad ke-2
S.M., seorang bangsawan zaman Dinasti Han) diceritakan: “Pada zaman Yao terbit sepuiluh matahari
bersamaan, panasnya menghanguskan tanam-tanaman dan mematikan tumbuh-tumbuhan, sehingga rakyat
34
mengalami bencana kelaparan. Binatang-binatang ajaib yang buas merajalela, mencelakakan rakyat. Atas
perintah Yao, Yi memanah kesepuluh matahari itu dan membunuh binatang-binatang buas . . . Seluruh rakyat
menjadi gembira.” Dalam catatan Wang Yi (abad ke-2 Masehi, pengarang zaman Dinasti Han Timur) tentang
syair Tshü Yuén Bertanya Kepada Langit dikatakan: “Menurut Huai Nan Tse, pada zaman Yao terbit sepuluh
matahari bersamaan, tumbuh-tumbuhan menjadi hangus dan layu. Yi diperintahkan oleh Yao memanah
kesepuluh matahari itu. Sembilan diantaranya jatuh kena panah . . . yang satu ditinggalkan.” 20) Ziarah ke Barat, sebuah roman mitos Tiongkok pada abad ke-16. Sun Wu-khung, tokoh utama dalam roman
Ziarah ke Barat, adalah seekor kera yang sakti, pandai menjelma dalam tujuhpuluh dua bentuk dengan sesuka
hati, menjadi burung, ulat, ikan, binatang-binatang linnya maupun rumput , pohon, benda atau manusia.
21) Dongeng Ajaib dari Liao Tsai, sebuah kumpulan cerita yang disusun oleh Phu Sung-ling (abad ke-17) pada
zaman Dinasti Tshing berdasarkan dongeng rakyat. Kumpulan ini terdiri dari 231 cerita pendek, kebanyak
cerita-cerita tentang dewa, siluman rubah dan hantu.
22) Karl Marx, Pengantar Kata pada Kritik Ekonomi Politik.
23) W.I. Lenin, Tentang Masalah Dialektika.
24) Ungkapan “Saling-berlawanan, tapi saling-melengkapi” berasal dari Sejarah Dinasti Han yang Terdahulu oleh
Pan Ku, seorang ahli sejarah kenamaan pada abad pertama Masehi. Sejak itu menjadi peribahasa yang poluler.
25) W.I. Lenin, Tentang Masalah Dialektika.
26) W.I. Lenin, Komentar Tentang Buku N.I Bucharin “Ekonomi Masa Peralihan.
K E T E R A N G A N P E N T E R J E M A H
[1] Muslihat Kuda Troya, cerita yang terkenal dalam mitos Yunani. Menurut cerita, pada zaman kuno orang-
orang Yunani lama sekali tidak berhasil menjatuhkan kota Troya dalam serangannya. Kemudian mereka pura-
pura mundur dengan meninggalkan sebuah kuda kayu raksasa di perkemahan diluar kota Troya. Didalam perut
kuda kayu itu bersembunyi sejumlah prajurit. Orang Troya yang tidak tahu muslihat lawannya membawa kuda
kayu itu kedalam kota sebagai rampasan perang. Jauh malam, ketika orang Troya dalam keadaan lengah tanpa
siap-siaga, para prajurit itu keluar dari kuda kayu dan dengan cepat berhasil menjatuhkan kota Troya dengan