Top Banner
i MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM THE ESQ WAY 165 Skripsi Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: RUSDI NIM: 1110033100057 PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FALSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H./2017 M.
102

MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Nov 06, 2018

Download

Documents

vuongthu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

i

MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR

DI DALAM THE ESQ WAY 165

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi

Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

RUSDI

NIM: 1110033100057

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FALSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./2017 M.

Page 2: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR

DI DALAM THE ESQ WAY 165

Skripsi

Diajukan ke Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi

Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

RUSDI

NIM: 1110033100057

Pembimbing:

Dra. Banun Binaningrum, M.Pd

NIP. 19680618 199903 2 001

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FALSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H./2017 M.

Page 3: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf
Page 4: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf
Page 5: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

ABSTRAK

Istilah manusia paripurna atau al-insān al-kāmil dalam khazanah Islam,

belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf atau filsafat irfanī.

Padahal pada hakikatnya, manusia sempurna dapat dipandang dari berbagai sisi,

bukan hanya sisi tasawuf.

Penelitian ini bertujuan mengangkat konsep Ary Ginanjar tentang manusia

paripurna yang dituangkan dalam karya monumentalnya The ESQ Way 165,

menjadi sesuatu yanga unik dan baru. Ia mengintegrasikan tiga kecerdasan dalam

dunia psikologi, yaitu IQ, EQ, dan SQ dalam bingkai rukun iman, Islam, dan

ihsan. Sehingga menjadi konsep manusia paripurna.

Penulis dalam melakukan penelitian ini, melalui studi perpustakaan

(library research). Hal ini, dalam melakukan pengumpulan data, penulis merujuk

dan menggunakan sumber primer maupun sekunder. Adapun sumber primer yang

penulis gunakan adalah penelitian terhadap karya-karya Ary Ginanjar Agustian.

Di antaranya Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ,

Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Bangkit Dengan Tujuh Budi Utama.

Sedangkan sumber sekunder adalah buku-buku yang terkait dengan topik insān

kāmil, seperti Manusia Sempurna oleh Murtaḍa Muṭahharī, Filsafat Islam oleh

Hasyimsyah Nasution, Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia

oleh Mulyadhi Kartanegara, Manusia Menurut al-Ghazalī oleh M. Yasir Nasution, dan

juga buku-buku yang berkaitan degan IQ, EQ, ESQ, diantaranya Kecerdasan Emosi

untuk Mencapai Puncak Prestasi oleh Daniel Goleman, SQ Memanfaatkan

Kecerdasan Spritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai

Kehidupan oleh Zohar Danah dan Ian Marshall dan sumber lainnya.

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis yaitu dengan mendeskripsikan

secara terperinci terkait dengan masalah yang hendak diteliti kemudian

menganalisis setiap masalah untuk memperoleh pemahaman secara komprehensif.

Manusia paripurna dalam konsep Ary Ginanjar Agustian, adalah manusia

yang mampu menyeimbangkan dimensi fisik (IQ), dimensi emosi (EQ), dan

dimensi spiritual (SQ). Cara menyeimbangkan yang pertama adalah dengan jalan

menyucikan dan menjernihkan hati, atau dalam terminologi Ary Ginanjar disebut

Zero Mind Process, yaitu proses perjernihan titik Tuhan atau God Spot dari hal-

hal yang menutup dan mengotorinya. Cara ini bertujuan untuk mengaktifkan

kembali suara hati, dan suara hati merupakan cerminan suara Ilahi. Jika suara hati

sudah jernih dan suci, maka langkah berikutnya adalah tajallī yaitu tersingkapnya

sifat-sifat dan asma„ Allah swt. di dalam hatinya, kemudian seluruh tingkah

lakunya adalah cerminan dari suara hatinya. ESQ adalah kecerdasan yang

menentukan tingkat keberhasilan manusia dalam kehidupan, baik sebagai khalīfah

fī al-„Ard maupun sebagai hamba. ESQ yang diusung oleh Ary Ginanjar Agustian

ini, dibangun dengan landasan dasar seorang muslim, yaitu 6 rukun iman dan 5

rukun Islam yang kemudian ditambah dengan ihsan.

Page 6: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. dzat yang memberikan hembusan nafas

kepada para hamba-Nya. Penulis panjatkan atas segala rahmat dan karunia-Nya.

Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada suri tauladan, manusia

sempurna, Nabi Muhammad Saw. Rasul penutup para Nabi, serta doa untuk

keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Melalui usaha yang melelahkan, akhirnya dengan limpahan karunia-Nya

lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berbagai

kesulitan dan rintangan yang penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini,

alhamdulillah dapat teratasi berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu dekan.

2. Ibu Dra. Tien Rahmatin, MA. selaku ketua jurusan Aqidah dan Falsafat

Islam dan kepada Bapak Dr. Abdul Hakim, MA. selaku sekretaris Jurusan

Aqidah dan Falsafat Islam.

3. Ibu Dra. Banun Binanningrum, M. Pd. selaku pembimbing penulis, yang

selalu memberikan waktu, ilmu dan bimbingannya selama penyusunan

skripsi ini.

Page 7: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

4. Bapak Dr. M. Suryadinadata, MA. yang telah memberikan banyak

perhatian dan dukungan selama di FUF.

5. Beasiswa Chingkung yng telah membatu membiayai kuliah hingga

delapan semester.

6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan dedikasinya

mendidik penulis, memberikan ilmu, pengalaman, serta pengarahan

kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Segenap pimpinan karyawan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Pasca,

dan Perpustakaan Ushuluddin Universitas Islam Syarif Hidayatullah

Jakarta. Yang telah melayani penulis dalam mempergunakan buku-buku

dan literatur yang penulis butuhkan selama penyusunan skripsi ini.

8. Ayahandaku tercinta, M. Ali Hanafia dan Ibu tercinta, Suriyah, atas segala

kasih sayang, perhatian, dan dorongannya. tak pernah lelah dan bosan

dalam memberikan dukungan moral dan materil, serta selalu mendoakan

yang terbaik untuk penulis.

9. Istri tersayang, Khoirunnisa dan kedua anak yang telah memberikan

semangat untuk terus menyelesaikan kuliah.

10. Kepada Bapak Dr (HC) Ary Ginanjar Agustian, Founder The ESQ Way

165, yang telah banyak membimbing dan membina untuk terus berproses

kea rah yang lebih baik.

11. Seluruh teman-teman di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, seluruh keluarga

besar Ushuluddin angkatan 2009, Keluarga Besar HMI Ciputat, keluarga

Besar ESQ Ushuluddin, Agung, Lutfi, Aaf, dan Najib, sebagai sahabat

Page 8: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

sharing dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu,

yang selalu memberikan kesan yang indah dalam menjalankan

persahabatan.

12. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses

penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa

mengurangi rasa terima kasih penulis.

Harapan penulis semoga skripsi ini sedikit banyak dapat bermanfaat bagi

pembaca dan semoga Allah swt., selalu memberkahi dana membalas semua

kebaikan pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian skripsi ini.

Jakarta, 9 Oktober 2017

Rusdi

Page 9: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Pedoman Transliterasi

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط a a ا

ẓ ẓ ظ b b ب

„ ‘ ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

q q ق ḥ ḥ ح

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ه s s س

, , ء sy sh ش

y y ي ṣ ṣ ص

h h ة ḍ ḍ ض

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris

ā ā أ

ī ī إى

ū ū أو

Page 10: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ..............................................................................

PERSETUJUAN TIM PENGUJI …………………………………………..

i

ii

ABSTRAK ..................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................. 10

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………… 11

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.......................................... 11

E. Metodologi Penelitian ........................................................... 12

F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 13

G. Sistematika Penulisan ........................................................... 15

BAB II KONSEP MANUSIA PARIPURNA MENURUT TOKOH

SUFI ……………………………………………………………..

17

A. Definisi Manusia Paripurna....................................................... 17

B. Ciri-Ciri Manusia Paripurna.......................................................

C. Pendapat Tokoh Sufi tentang Manusia Paripurna.......................

20

23

BAB III TEORI KECERDASAN............................................................. 33

A. Intellectual Quotient (IQ).................................................... 33

B. Emotional Quotient (SQ)……………………………………

C. Spiritual Quotient (SQ)………………………………………

38

46

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN ARY GINANJAR AGUSTIAN

TENTANG MANUSIA PARIPURNA DI DALAM KONSEP

THE ESQ WAY 165 ….………………………............................

53

A. Biografi Ary Ginanjar Agustian ..........................................

1. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan ……………….

2. Karir dan Karya ………………………………………….

53

53

55

Page 11: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

3. Latar Belakang Pemikiran ESQ …………………………. 58

B. Konstruksi Pemikiran Ary Ginanjar Tentang Manusia

Paripurna Dalam The ESQ Way 165………………………

1. Konsep Manusia Paripurna…………………………………

2. ESQ Elemen Penting Manusia Paripurna………………..

3. The ESQ Way 165 Sebagai Tahapan Menuju Manusia

Paripurna………………………………………………………..

4. Asmā„ Al-Ḥusnā dan Manusia Paripurna ………………..

61

61

64

65

82

BAB V PENUTUP................................................................................... 86

A. Kesimpulan............................................................................. 86

B. Saran ...................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 88

Page 12: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah manusia paripurna dalam khazanah Islam dikenal pada abad

ketujuh Hijriah dan digunakan pertama kali di dunia Islam oleh seorang sufi yang

masyhur yaitu Muḥyī al-dīn „Arabī al-Andalusī,1 atau yang lebih dikenal dengan

sebutan Ibn „Arabī.2 Ia menggunakan istilah “insān kāmil” atau manusia paripurna

dari perspektif tasawuf. Istilah ini selanjutnya mendapat perhatian khusus dari al-

Jīlī, yang mengembangkan konsep tersebut dalam karya tersendiri, al-Insān al-

Kāmil.

Konsep manusia paripurna dalam pandangan Ibn „Arabī terkonstruksi dari

konsepnya tentang alam semesta, yang merupakan tajalliyāt dan Maẓhar

(penampakan) dari Tuhan. Tuhan adalah Esa, namun refleksi dari diri-Nya

tercermin pada alam semesta, dan cermin yang paling sempurna bagi Tuhan

adalah manusia paripurna . Dalam pengertian lain, Alam ini seperti cermin yang

buram dan seperti badan yang tidak bernyawa. Oleh karena itu, Allah

menciptakan manusia untuk memperjelas cermin itu dan manusia paripurna

merupakan maẓhar (penampakan) dari asma dan sifat Allah Swt.

Manusia paripurna merupakan miniatur dari realitas ketuhanan yang

termanifestasikan pada alam semesta. Esensi manusia paripurna merupakan

1 Muhyi al-Din Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn al-Arabi al-Hatimi al-Tha‟i al-

Andalusi, yang lebih dikenal dengan nama Ibn „Arabī. Ia mempunyai gelar Muhy al-Din, Syaikh

al-Akbar, dan Ibn Aflatun. Ia lahir Pada 27 Ramadhan 560 H atau 28 Juli 1165 M di masa

pemerintahan Ibn Mardanishi dari kesultanan Muwahhidin. Ia lahir dari latar belakang keluarga

bangsawan, kaya, dan taat beragama. Lihat Asin Palacios, Ibn Al-„Arabi Hayatuhu wa

Madzhabuhu, terj. Abdul al-Rahman Badawi. (Kairo:Maktabah Al-Anjalu al-Mishriyyah, 1965),

h-5-6. 2Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn

„Arabi oleh al-Jilli (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 6

Page 13: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

cermin dari esensi Tuhan, jiwanya sebagai gambaran dari jiwa universal (al-nafs

al-kulliyah), tubuhnya mencerminkan Arasy, pengetahuannya mencerminkan

pengetahuan Tuhan, hatinya berhubungan dengan Bayt al-ma‟mūr , mental

spiritualnya terkait dengan malaikat, daya ingatnya terkait dengan saturnus, daya

intelektualnya terkait dengan Jupiter, dan lain sebagainya.3 Secara fisik, Ia

merupakan figur manusia sama seperti manusia pada umumnya, namun memiliki

kualitas rohaniah yang unggul dan paling sempurna dibanding manusia umumnya.

Keunggulan rohaniah ini karena ia dibekali pengetahuan esoterik yang unggul.

Pengetahuan ini dinamakan dengan „ilm al-asrār (pengetahuan rahasia) atau „ilm

al-ladunnī (pengetahuan tanpa usaha). Pengetahuan ini merupakan bentuk dari

pengetahuan yang ditiupkan Ruh Kudus ke dalam hati para Nabi dan Wali.

Mereka adalah manusia yang memiliki jiwa yang bersih dari hawa nafsu dan

ikatan badaniah. Mereka pun dapat mengetahui realitas-realitas segala sesuatu.

Mereka juga mengetahui Allah Swt. dari segi tajalli-Nya kepadanya, bukan dari

segi nalar rasional. Mereka mengetahui Allah dengan menyingkap intuitif (kasyf)

dan rasa (dhawq), bukan dengan akal („aqal) semata.4

Melanjutkan konsep Ibn „Arabī, Di tangan al-Jīlī,5 konsep manusia

paripurna dikembangkan menjadi bagian dari renungan mistis yang bercorak

3 Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi, hlm. 56.

4 Sumanta, Insan Kamil dalam perspektif Tasawuf Ibn al-Arabī (Tesis S2 Fakultas

Filsafat Universitas Indonesia, Jakarta, 2003), h. 21. 5 Nama lengkapnya ialah „Abd al-Karīm ibn Ibrāhīm ibn Abd al-Karīm ibn Khalifah ibn

Ahmad ibn Mahmūd al-Jīlī. Dia mendapat gelar kehormatan "Syaikh" yang biasa dipakai di awal

namanya. Selain itu, dia juga mendapat gelar "quṭb al-dīn" (poros agama), suatu gelar tertinggi

dalam hierarki sufi. Namanya dinisbatkan dengan al-Jili, karena dia berasal dari Jilan. Akan tetapi,

Goldziher mengatakan, penisbatan itu ialah kepada "Jil", sebuah desa dalam distrik Bagdad.

Hipotesis Goldziher itu dibantah oleh Nicholson, dengan mengemukakan ungkapan al-Jili sendiri

di dalam salah satu tulisannya yang menyebutkan bahwa dia mempunyai pertalian darah (nasab)

dengan penduduk Jilan (Kilan), dan berasal dari Bagdad. Dengan demikian dapat dimengerti,

Page 14: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

intuitif- filosofis, sebagaimana tertuang dalam kitab khususnya yang berjudul Al-

Insān Al-Kāmil Fī Al-Ma'rifah Al-Awāhir Wa Al-Awa'il. manusia paripurna atau

manusia sempurna menurut Al-Jilī – sama seperti Ibn „Arabī – merupakan wadah

tajallī Tuhan yang paripurna. Pandangan demikian didasarkan pada asumsi,

bahwa segenap wujud hanya mempunyai satu realitas. Realitas tunggal itu adalah

wujud mutlak yang bebas dari segenap pemikiran, hubungan, arah dan waktu. Ia

adalah esensi murni, tidak bernama, tidak bersifat dan tidak mempunyai relasi

dengan sesuatu merumuskan manusia paripurna ini dengan merujuk pada diri

Nabi Muhammad saw. sebagai sebuah contoh manusia ideal. Jati diri Muhammad

(al-ḥaqīqah al-Muḥammad) yang demikian tidak semata-mata dipahami dalam

pengertian Muhammad saw. sebagai utusan Tuhan, tetapi juga sebagai nur

(cahaya/roh) Ilahi yang menjadi pangkal dan poros kehidupan di jagad raya ini.6

Suhrawardī7 seorang filsuf yang dikenal dengan pemikirannya tentang

illuminasi, menjelaskan bahwa seorang manusia dikatakan sebagai manusia

paripurna , jika manusia tersebut mampu memperoleh pengetahuan sesuai dengan

pengembangan daya dirinya yaitu daya intelektual dan daya intuisi. Lebih lanjut ia

mengatakan bahwa seorang filsuf penggabung teosofi (pengguna daya intuisi) dan

filsafat diskursif (pengguna daya rasional) itulah pemangku otoritas, sang khalifah

bahwa dia adalah orang Arab dan sebahagian besar buku yang ditulisnya pun adalah dalam bahasa

Arab. Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn

„Arabi oleh al-Jilli, hlm. 31.

6 Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002), hal 124 7 Nama lengkap Suhrawardī adalah Shaykh Shihāb al-Dīn Abū al-Futūḥ Yaḥya Ibn

Ḥabash Ibn Amirak al-Suhrawardī, dilahirkan di Suhraward (Iran Barat Laut), pada tahun 548

H/1153 M. Suhrawardi dikenal dengan Shaykh al-Ishrāq atau Master of Illuminasionist (Bapak

Pencerahan), Al-Ḥakīm (Sang Bijak) dan Al-Maqtūl (Yang Terbunuh). Hasyimsyah Nasution,

Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), 143

Page 15: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Allah Swt. Jadi ketika seorang manusia mampu mengembangkan secara optimal

kedua daya tersebut, maka filsuf tersebut menjadi seorang manusia paripurna .8

Meskipun tentang sejarah yang begitu panjang (sejak abad lahirnya konsep

manusia paripurna sampai saat ini ) telah memisahkan jarak zaman dan generasi,

tampaknya makna dan pengertian manusia paripurna belum bisa lepas dari

keterikatannya dari dunia tasawuf atau – meminjam istilah Mulyadhi – filsafat

irfanī.9 Pengertian yang diberikan para sufi atau Filosof Irfani di atas, cenderung

ekslusif dan hanya bisa diraih oleh orang tertentu saja. Hal serupa, juga dikatakan

oleh Yunasril Ali dalam kesimpulannya, “ Bahwa setiap manusia paripurna adalah

sufi, karena hanya dalam tasawuf gelar itu bisa diperoleh.10

Oleh karena itu, untuk memperkaya wacana Tasawuf Islam, terutama

berkaitan dengan konsep manusia paripurna, penulis tertarik untuk mengangkat

konsep Ary Ginanjar tentang hal itu yang dituangkan dalam karya

monumentalnya The ESQ Way 165. Konsep manusia paripurna yang digagas oleh

Ary, mengintegrasikan tiga kecerdasan dalam dunia psikologi, yaitu IQ, EQ, dan

SQ dalam bingkai rukun iman, Islam, dan ihsan.

8 Ja‟far, Manusia Menurut Suhrawardi al-Maqtul (Banda Aceh: Yayasan PeNa, 2011),

h.194. 9 Mulyadi Kartanegara, Gerbang Kearifan (Ciputat:Lentera Hati, 2006), H.4.

10 Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn

„Arabi oleh al-Jilli, hlm. 60.

Page 16: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Berkaitan dengan Kecerdasan intelektual (IQ),11

ia merupakan kecerdasan

yang digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun strategis. Menurut

teori ini, semakin tinggi IQ seseorang, semakin tinggi pula kecerdasannya.

IQ lahir dari kerja otak neo cortex yang berada di luar otak manusia. Ia

berkaitan dengan kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan

penguasaan matematika. Ia juga mampu bekerja mengukur kecepatan, mengukur

hal-hal baru, menyimpan dan mengingat kembali informasi obyektif serta

berperan aktif dalam menghitung angka dan lain-lain.12

Selama bertahun-tahun IQ telah diyakini menjadi ukuran standar

kecerdasan.13

Namun sejalan dengan tantangan modernitas yang kompleks,

barometer IQ ini memicu perdebatan sengit dan sekaligus menggairahkan di

kalangan akademisi, pendidik, praktisi bisnis dan bahkan publik awam, terutama

apabila dihubungkan dengan tingkat kesuksesan atau prestasi hidup seseorang.

Daniel Goleman, Pada pertengahan 1990-an adalah orang pertama yang

memopulerkan jenis kecerdasan lain manusia, dengan istilah Emotional Quotient

(EQ)14

berbarengan dengan diterbitkan bukunya Emotional Intellegence. Ia

11

Definisi IQ (Intelligence Quotient) Menurut William Stern, sebagaimana dikutip oleh

Baharuddin, adalah kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan-kesulitan baru

dengan sadar, dengan berpikir cepat dan tepat. Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi

Teoritis terhadap Fenomena (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), h. 25. Sedangkan menurut Nana

S. Sukmadinata, IQ merupakan reaksi mental dan fisik yang dijalankan secara cepat, gampang,

sempurna dan dapat diukur dengan prestasi. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi

Proses Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 138.

12

Ary Ginanjar Agunstian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power (Ciputat:

Penerbit Arga, 2003), h. 60. 13

Pada awal abad kedua puluh, Alfred Binet, ahli psikologi dari Prancis memperkenalkan

istilah IQ untuk mengukur kecerdasan manusia. Asep Dadang, Mencerdaskan Potensi IQ, EQ,

dan SQ, h. 6-7. 14

Menurut Goleman sebagaimana dikutip Asep Dadang, kecerdasan emosional adalah

kemampuan mendeteksi dan mengolah emosi diri sendiri maupun orang lain. Asep Dadang,

Mencerdaskan Potensi IQ, EQ, dan SQ (Bandung: Globalindo, 2007), h. 15.

Page 17: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

melihat bahwa keberhasilan seseorang tidak ditentukan oleh tinggi-rendahnya IQ

seseorang, tetapi ditentukan oleh bagaimana seseorang mengelola hubungan

antarpersonal secara bermakna. EQ telah memberikan rasa empatik, cinta,

ketulusan, kejujuran, kehangatan, motivasi dan kemampuan merespons

kegembiraan atau kesedihan secara tepat. EQ juga memberikan kesadaran

mengenai perasaan milik diri sendiri dan juga perasaan orang lain. Hal ini berarti

bahwa kecerdasan intelegensi tidak terlalu menentukan pada diri seseorang

manusia, tetapi emosilah yang banyak menggerakkan manusia untuk sukses dalam

kehidupannya.15

Berbeda dari kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat

permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan

dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih

sukses atau prestasi hidup. Pasca kedatangan Daniel Goleman dengan teori

EQnya, datang kemudian sepasang suami-istri, Danah Zohar dan Ian Marshall.

Dalam bukunya Spritual Quotient (SQ)16

, mereka mengkritik EQ dan mereka

dianggap orang pertama yang mengelaborasi temuan-temuan ilmiah menjadi

15

Abd. Wahab H.S. dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual

(Jogjakarta: Arruz Media, 2011), h. 31-32. 16

Danah Zohar dan Ian Marshal mendefinisikan SQ sebagaimana dikutip oleh Ary

Ginanjar, adalah kecerdasaan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna

yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang

lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun

Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ (Jakarta: Arga Publising, 2007), Cet, 41, h. 13. Lihat juga

Danah Zohar dan Ian Marshall, Spritual Capital:Memberdayakan SC di Dunia Bisnis, terj. Helmi

Mustofa (Bandung: Mizan, 2005), h. 4. Sedangkan menurut Agus Nggermanto berpendapat bahwa

kecerdasan spiritual (SQ) adalah fakultas dari dimensi nonmaterial atau ruh manusia. Agus

Nggermanto, Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum): Cara Capat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ

Secara Harmonis (Bandung: Nuansa, 2002), Cet. 1, h. 143.

Page 18: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

kecerdasan spiritual (Spritual Quotient (SQ)).17

Beberapa pembuktian tentang

kecerdasan spiritual dipaparkan Zohar dan Marshall dalam bukunya, Spiritual

Quotient, The Ultimatle Intelligence. Dua di antaranya adalah: Pertama, riset ahli

Psikologi/saraf, Michael Pesinger, pada awal tahun 1990-an dan lebih mutakhir

lagi tahun 1997 oleh ahli saraf V.S. Ramachandran dan timnya dari California

University, yang menemukan eksistensi God Spot18

dalam otak manusia telah

built in sebagai pusat spiritual yang terletak di bagian depan otak.19

Sedangkan

bukti kedua adalah riset ahli saraf Austria, Wolf Singer era 1990-an dalam

makalahnya: “The Binding Problem,” yang menunjukkan ada proses saraf dalam

otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha untuk menyatukan serta memberi

makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan saraf yang secara literal

“mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk “hidup lebih bermakna”.20

SQ adalah kecerdasan yang berada di bagian diri dari dalam, berhubungan

dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar. SQ adalah kesadaran yang

dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi kita juga secara

kreatif menemukan nilai-nilai baru. SQ tidak bergantung pada budaya maupun

nilai. Ia tidak mengikuti nilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan

untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri. Sepanjang sejarah manusia, setiap budaya

yang dikenal memiliki seperangkat nilai meskipun nilai-nilai yang spesifik

17

Abd. Wahab H.S. dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual,

h. 32. 18

Menurut Ary Ginanjar, God Spot adalah suara hati manusia yang diberikan Tuhan,

yang meneladani nama-nama-Nya yang agung (Asmā al-Husnā), yang disebutnya 99 thinking

hats. God Spot ada pada setiap manusia karena merupakan fitrah yang diberikan kepadanya. Ary

Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ, h. 11. 19

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

ESQ, h. 11. 20

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

ESQ, h. 11.

Page 19: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

berbeda dari satu budaya dengan budaya lain. Dengan demikian, SQ mendahului

seluruh nilai-nilai spesifik dan budaya manapun. Oleh karena itu, ia pun

mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang pernah ada. SQ membuat

agama menjadi mungkin (bahkan mungkin perlu), tetapi SQ tidak bergantung

pada agama.21

Fakta-fakta tersebut, menggambarkan konsep SQ baru sebatas tataran

biologi-psikologi, atau baru sebatas hardware-nya saja (spiritual center pada otak

manusia), belum ada software (isi dan kandungan)-nya.22

Dengan kata lain,

spiritualitas yang ditemukan oleh mereka tidak didasarkan pada kerangka ajaran

agama tertentu, atau dapat dilakukan di luar ruang lingkup doktrin agama (outside

religion).

Oleh sebab itu Atas dasar ketiga kecerdasan di atas, Ary Ginanjar

Agustian hadir dengan konsep ESQ.23

Dengan materi ESQ ini, dia

mengintegrasikan dan mengembangkan antara IQ, EQ, dan SQ dalam kesatuan

yang integral dan transendental. Hal ini sebagaimana ia katakan dalam bukunya

Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ :

Melalui sebuah perenungan panjang, akhirnya dengan ijin Allah, saya

menggagas sebuah bentuk sinergi keduanya ke dalam ESQ (Emotional

and Spiritual Quotient). Sebuah penggabungan gagasan kedua energi

21

Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam

Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001), Cet.3, h.

5. 22

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

ESQ, h. 12. 23

Menurut Ary Ginanjar, dalam konsep ESQ, SQ merupakan kecerdasan tertinggi. SQ

adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ memberikan

makna spiritual terhadap pemikiran, prilaku dan kegiatan, sehingga di dalam konsep ESQ tersebut

antara IQ, EQ, dan SQ terjadi sinergi yang komprehensif. Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses

Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ, 41, h. 13.

Page 20: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

tersebut untuk menyusun metode yang lebih dapat diandalkan dalam

menemukan pengetahuan yang benar dan hakiki.24

Lebih lanjut lagi, untuk mematangkan dan mengembangkan gagasannya,

Ary Ginanjar Agustian mendirikan lembaga ESQ WAY 165 pada tahun 2000.

Konsep ESQ WAY 165 adalah rumusan yang terdiri dari Ihsan, Rukun Iman dan

Rukun Islam dengan mengkonvergensikan antara EQ dan SQ. Simbol 165

merupakan jabaran dari 1 Ihsan, 6 Rukun Iman, dan 5 Rukun Islam.25

Dengan

kata lain, secara materi konsep ESQ WAY 165 Ary Ginanjar memadukan tiga

konsep dasar manusia antara IQ, EQ dan SQ, menjadi konvergen dalam konsep

ESQ (Emotional And Spiritual Quotient). Lalu digabungkan dengan khazanah

Islam – Ihsan, Rukun Iman, Rukun Islam – menjadi konsep ESQ yang otentik.

Sedangkan al-Qur‟an diposisikan sebagai paradigma dasar untuk mengungkap sisi

kecerdasan emosi dan spiritual dalam diri manusia.

24

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

ESQ, h. 12. 25

Enam Rukun Iman, lima Rukun Islam dan Satu Ihsan pertama kali diperkenalkan oleh

Nabi Muḥammad saw. kira-kira tahun 622-624 Masehi di hadapan para sahabatnya di Masjid

Madinah (Yastrib). Hadis ini bercerita bahwa pernah suatu ketika Nabi saw. dan para sahabat

didatangi oleh seorang laki-laki yang bajunya sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Ternyata,

orang tersebut adalah malaikat Jibril. Dia kemudian menyandarkan lututnya pada lutut Nabi saw.

dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Nabi. Pertama, dia bertanya tentang apa itu Islam?,

lalu Nabi menjawab: “Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan

bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan

puasa Ramadan, serta haji ke Baytullāh bagi yang mampu”. Kedua, dia bertanya tentang apa itu

Iman?, Nabi menjawab: “Hendaknya kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-

kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk.” Ketiga, dia bertanya tentang apa

itu Ihsan?, Nabi Menjawab menjawab: “Hendaknya kamu menyembah Allah seakan-akan kamu

melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Keempat,

dia bertanya tentang kapankah hari akhir itu?, Nabi menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu

lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Kelima, kabarkanlah kepadaku tentang tanda-

tandanya (hari kiamat)?, Nabi menjawab: “Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya,

dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun

bermegah-megahan dalam membangun bangunan”. Lihat Muslim ibn al-Ḥajjāj, Ṣaḥīḥ Muslim

(Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-„Arabī, t.t), jilid 1, h. 36.

Page 21: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Menurut Ary, bahwa Peranan spiritualitas dalam pembangunan

kepribadian dan kehidupan begitu penting,26

begitu pula konsep ESQ 165 yang

universal ini yang lebih menekankan aspek spiritualitas dalam pengembangan

pribadi, tanpa mengesampingkan aspek IQ dan EQ. Bahkan, SQ mendukung,

mengarahkan, dan mengokohkan IQ dan EQ yang telah dimiliki seseorang ke arah

yang positif.

Dengan konsep ESQ WAY 165, Ary Ginanjar Agustian berusaha

mewujudkan manusia-manusia paripurna atau manusia paripurna di Indonesia

dengan target tahun 2020, atau dalam istilahnya disebut “Indonesia Emas 2020”,

yang menjunjung tinggi tujuh budi utama, yaitu jujur, tanggung jawab, visioner,

disiplin, kerja sama, adil, dan peduli. Tujuh budi utama inilah menurut dia yang

harus dimiliki oleh bangsa ini agar bisa bangkit dari keterpurukan di berbagai lini

kehidupan. Ary Ginanjar Agustian berkata:

Kami percaya bahwa nilai-nilai inilah yang menjadikan bangsa ini

kembali bangkit. Kita akan bersama-sama menyebarkan nilai-nilai ini di

manapun hingga di setiap jengkal tanah negeri ini. Hingga keutamaan

bangsa ini bukan lagi pada apa yang ditunjukkan secara fisik, yaitu

kekayaan, jabatan, dan kekuasaan. Namun nilai-nilai luhurlah yang

dijunjung tinggi, hingga korupsi dan pelanggaran hukum tak lagi

mempunyai tempat.27

Konsep manusia paripurna yang dituangkan Ary Ginanjar di dalam ESQ

Way 165 ini, harus menyeimbangkan dimensi fisik (IQ), dimensi emosi (EQ), dan

26

Begitu penting kualitas spiritual seseorang dalam kehidupan, sehingga Hart

menempatkan lima tokoh agama atau spiritual ke dalam 6 tokoh yang paling berpengaruh dalam

sejarah. Adapun 6 tokoh teratas adalah: Nabi Muḥammad, Isaac Newton, Nabi Isa, Budha, Kong

Hu Chu, dan St. Paul. Lima dari enam tokoh teratas itu adalah tokoh-tokoh agama, para pemimpin

spiritual. Agus Nggermanto, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum): Cara Capat Melejitkan

IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis (Bandung: Nuansa, 2002), Cet. 1, h. 123 27

Ary Ginanjar Agustian, Bangkit dengan 7 Budi Utama; Kumpulan Kisah Spiritual

penggugah Motivasi (Jakarta: Agra Publising, 2013), h. X.

Page 22: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dimensi spiritual (SQ). Cara menyeimbangkan yang pertama adalah dengan jalan

menyucikan dan menjernihkan hati, atau dalam terminologi Ary Ginanjar disebut

Zero Mind Process, yaitu proses perjernihan titik Tuhan atau God Spot dari hal-

hal yang menutup dan mengotorinya. Cara ini bertujuan untuk mengaktifkan

kembali suara hati, dan suara hati merupakan cerminan suara Ilahi. Jika suara hati

sudah jernih dan suci, maka langkah berikutnya adalah tajallī yaitu tersingkapnya

sifat-sifat dan asma„ Allah swt. di dalam hatinya, kemudian seluruh tingkah

lakunya adalah cerminan dari suara hatinya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan membahas dalam skripsi dengan

judul MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM

THE ESQ WAY 165.

B. Identifikasi Masalah

Terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sehubungan dengan

konsep manusia paripurna Ary Ginanjar Agustian dalam The ESQ WAY 165:

1. Bagaimana Konsep manusia paripurna menurut para Filosof Muslim?

2. Bagaimana Konsep IQ, EQ, SQ menurut Para Ahli?

3. Apa perbedaan konsep ESQ Ary Ginanjar Agustian dengan tokoh lain?

4. Bagaimanakah konsep ESQ Ary Ginanjar Agustian dalam THE ESQ

WAY 165?

5. Bagaimanakah konsep manusia paripurna Ary Ginanjar Agustian di

dalam THE ESQ WAY 165?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Page 23: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Berdasarkan uraian di atas, penulis membatasi hanya pada pemikiran ESQ

Ary Ginanjar Agustian, sehingga perumusan masalah dari penelitian ini yaitu

bagaimana Manusia Paripurna menurut Ary Ginanjar Agustian di dalam THE

ESQ WAY 165 ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan merupakan sumber motivasi dan juga kerangka acuan dalam

penulisan skripsi ini, sehingga dengan adanya tujuan ini maka mempermudah

penyusunan materi yang akan diuraikan dalam skripsi ini. Adapun tujuan

penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui asal konsep ESQ.

2. Mamahami konsep ESQ Ary Ginanjar Agustian dalam THE ESQ WAY

165.

3. konsep Manusia paripurna menurut Ary Ginanjar Agustian di dalam

THE ESQ WAY 165

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Memperkaya Khazanah ilmu pengetahuan di bidang filsafat Islam,

khususnya berkaitan dengan konsep insān kāmil.

2. Sebagai sumbangan nyata bagi umat Islam khususnya, dan umumnya

untuk masyarakat umum tentang pentingnya mempelajari filsafat Islam

secara mendalam.

E. Metodologi Penelitian

Page 24: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Untuk menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan metode tertentu

yang kemudian penulis bagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendukung metode tersebut, dalam pengumpulan data yang

berhubungan dengan penelitian ini, penulis melakukan penelitian melalui studi

perpustakaan (library research). Hal ini, dalam melakukan pengumpulan data,

penulis merujuk dan menggunakan sumber primer maupun sekunder. Adapun

sumber primer yang penulis gunakan adalah penelitian terhadap karya-karya Ary

Ginanjar Agustian. Di antaranya Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi

dan Spritual ESQ, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, Bangkit Dengan

Tujuh Budi Utama. Sedangkan sumber sekunder adalah buku-buku yang terkait

dengan topik insān kāmil, seperti Manusia Sempurna oleh Murtaḍa Muṭahharī,

Filsafat Islam oleh Hasyimsyah Nasution, Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan,

Alam dan Manusia oleh Mulyadhi Kartanegara, Manusia Menurut al-Ghazalī oleh M.

Yasir Nasution, dan juga buku-buku yang berkaitan degan IQ, EQ, ESQ, diantaranya

Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi oleh Daniel Goleman, SQ

Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik

untuk Memaknai Kehidupan oleh Zohar Danah dan Ian Marshall dan sumber

lainnya.

2. Metode Pembahasan

Bahan-bahan tersebut yang berkaitan dengan penulisan dalam skripsi ini

diseleksi dan diklasifikasi sesuai dengan pokok bahasan. Karena itu, Penelitian ini

bersifat deskriptif-analitis yaitu dengan mendeskripsikan secara terperinci terkait

Page 25: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dengan masalah yang hendak diteliti kemudian menganalisis setiap masalah untuk

memperoleh pemahaman secara komprehensif

3. Teknik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada “Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi 2008” yang diterbitkan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Adapun pedoman transliterasi menggunakan Jurnal Ilmu

Ushuluddin terbitan Hipius (2013).

F. Kajian Pustaka

Dari penelusuran yang penulis lakukan, terdapat beberapa karya terdahulu

yang relevan dengan penelitian ini, di antaranya:

Khadijah, Karakteristik Dakwah Ary Ginanjar Agustian (Tesis

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006). Kesimpulan dari tesis

tersebut lebih menekankan tinjauan Ary Ginanjar Agustian dilihat dalam

perspektif dakwah.28

Abdullah Suntani, Analisis Isi Pesan Dakwah dalam ESQ (Emotional,

Spiritual, Quotient) Basic Training Leadership Center 165 (Skripsi: Universitas

Islam Negeri Jakarta, 2014). Kesimpulan dari skripsi ini menjelaskan isi pesan

dakwah dalam konsep ESQ Ary Ginanjar Agustian. Menurutnya, berdasarkan 95

sub tema yang diteliti dalam konsep ESQ, pesan pesan dakwah yang dibawa Ary

28

Khadijah, “Karakteristik Dakwah Ary Ginanjar Agustian” (Tesis: Pascasarjana UIN

Syarif Hidayatullah, 2006).

Page 26: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Ginanjar adalah: 0,345% berisi syariah, 0,342% berisi akhlak, dan 0,312% pesan

akidah.29

Mariatul Qibtiah, Pemahaman Hadits Tekstual dan Kontekstual Ary

Ginanjar (Skripsi: Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007). Skripsi ini

menekankan pada pemahaman Hadith oleh Ary Ginanjar dengan pendekatan

Hadits tekstual dan kontekstual. Menurutnya, ada 13 Hadits yang terdapat dalam

kutub al-sittah yang dibahas Ary Ginanjar Agustian, ada 3 Hadith yang tekstual

dan ada 10 Hadits kontekstual.30

Tuti Alawiyah, Traning Emotional Spriritual Question dan Peningkatan

Umat Beragama (Skripsi: Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008).

Kesimpulannya, bahwa traning ESQ memberikan dampak terhadap peningkatan

keyakinan agama para alumninya. Ini terbukti dari pengakuan mayoritas informan

setelah melakukan traning ESQ.31

Dari penelitian-penelitian yang terdahulu, penulis tidak menemukan penelitian

yang khusus mengaji konsep ESQ Ary Ginanjar Agustian menuju Indonesia emas

2020.

G. Sistematika Penulisan

Dalam Penulisan Skripsi ini, penulis membagi menjadi lima bab. Bab

pertama dari skripsi ini membahas Pendahuluan yang meliputi: Latar belakang

29

Abdullah Suntani, “Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam ESQ (Emotional, Spiritual,

Quotient) Basic Training Leadership Center 165” (Skripsi: Universitas Islam Negeri Jakarta,

2014). 30

Mariatul Qibtiah, “Pemahaman Hadis Tekstual dan Kontekstual Ary Ginanjar”

(Skripsi: Universitas Islam Negeri Jakarta, 2007). 31

Tuti Allawiyah, “Traning Emotional Spriritual Question dan Peningkatan Umat

Beragama” (Skripsi: Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008).

Page 27: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

masalah, Perumusan dan batasan masalah, Tujuan penelitian, metodologi

penelitian, kajian pustaka dan sistematika penulisan.

Bab kedua, berisi tentang tentang konsep manusia paripurna menurut para

Filosof Muslim, mendeskripsikan definisi Manusia Paripurna, ciri-ciri manusia

paripurna dan pandangan para Sufi tentang konsep manusia paripurna . Bab ini

penting untuk dibahas sebab merupakan kerangka dari konsep manusia paripurna .

Bab ketiga, merupakan penjelasan mengenai Teori kecerdasan,

menyangkut konsep Intelectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (SQ), dan

Spiritual Quotient (SQ). Bab ini penting untuk dibahas sebab, IQ, SQ, dan SQ

merupakan kerangka dari konsep manusia paripurna yang digagas oleh Ary

Ginanjar.

Bab keempat, bab ini berisi mengenai pembahasan utama, yaitu

menyangkut Konsep manusia paripurna Ary Ginanjar di dalam The ESQ WAY

165. Berisi tentang biografi, latar belakang keluarga, dan karya-karya Ary

Ginanjar, kemudian dijelaskan pemikiran manusia paripurna Ary Ginanjar di

dalam teori The ESQ WAY 165. Dengan demikian, dapat ditemukan sebuah

deskripsi utuh tentang konsep yang digagas oleh Ary Ginanjar Aguntian.

Bab kelima berisi kesimpulan dan saran-saran. Setelah melakukan

pembahasan terhadap masalah yang menjadi fokus dalam skripsi ini, penulis

memberikan kesimpulan sebagai penutup. Bab ini berisi jawaban terhadap

rumusan masalah yang dipaparkan di muka, dan berisi saran-saran demi

perkembangan penelitian-penelitian selanjutnya.

Page 28: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

BAB II

KONSEP MANUSIA PARIPURNA MENURUT TOKOH SUFI

Dalam bab ini, penulis menggambarkan tentang konsep Manusia

Paripurna menurut tokoh sufi, mendeskripsikan definisi Manusia Paripurna , ciri-

ciri Manusia Paripurna dan pandangan para tokoh sufi tentang Manusia

Paripurna.

A. Definisi Manusia Paripurna

Dalam terminologi tasawuf, manusia paripurna diistilahkan dengan Insān

Kāmil. Insān Kāmil berasal dari bahasa Arab, yaitu dari dua kata: Insān dan .

Kāmil. Secara harfiah, Insān berarti manusia, dan kāmil berarti yang

sempurna. Dengan demikian, Manusia paripurna berarti manusia yang

sempurna.32

Dalam bahasa Arab kata Insān mengacu kepada sifat manusia yang

terpuji

seperti kasih sayang, mulia dan lainya. Selanjutnya kata Insān digunakan oleh

para filosof klasik sebagai kata yang menunjukkan pada arti manusia secara

totalitas yang secara langsung mengarah pada hakikat manusia.33

Kata Insān

juga digunakan untuk menunjukkan pada arti terkumpulnya seluruh potensi

intektual, rohani dan fisik yang ada pada manusia, seperti hidup, sifat

kehewanan, berkata-kata dan lain-lainnya.34

32

Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta: Hida Karya, 1990), hlm. 51. 33

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 257. 34

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 258.

Page 29: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Adapun kata Kāmil dapat pula berarti suatu keadaan yang sempurna,

dan digunakan untuk menunjukkan pada sempurnanya zat dan sifat, dan hal

itu terjadi melalui terkumpulnya sejumlah potensi dan kelengkapan seperti

ilmu, dan sekalian sifat yang baik lainya.35

Menurut Ibn Manẓūr, kata إنسان (Insân) diambil dari tiga akar kata, yaitu;

أبصر Kata „anasa memiliki arti .(nasiya) نسي serta (annasa„) أنس ,(anasa„) أنس

(abṣara), علم („alima), إستاذن (ista‟dhana). Kata abṣara berarti melihat, bernalar,

berpikir. Dengannya manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yang mereka

lihat. Kata „alima berarti mengetahui atau berilmu. Dengan ilmunya manusia

dapat membedakan suatu perkara apakah itu benar atau salah. Sedangkan kata

ista‟dhana memiliki arti meminta izin. Manusia merupakan makhluk yang

beradab yang kadang meminta izin ketika akan melakukan sesuatu atau

menggunakan sesuatu yang bukan miliknya. Berdasarkan pembedahan kata ini,

al-Insân dapat diartikan sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan untuk

menalar, makhluk yang berilmu serta makhluk yang beradab.36

Kata أنس (annasa) berarti jinak, ramah. Manusia merupakan makhluk yang

bersahabat dan ramah pergaulan. Sedangkan kata نسي (nasiya) berarti lupa.37

35

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 259.

36

Ibnu Manẓūr, Lisān al-„Arab (Baerut: Dar al-Ihya al-Turats al-Arabi, 1988), hal. 306. 37

Ibnu Manẓūr, Lisān al-„Arab, hal. 306.

Page 30: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Quraish Shihab mengartikan kata Insân sebagai seorang yang harmonis, tampak,

lemah lembut atau pelupa.38

Di dalam al-Qur‟an, Kata al-insān disebut sebanyak 65 kali, masing-

masing dalam 63 ayat dan 43 surat.39

Diantara ayat-ayat tersebut adalah ayat yang

membicarakan tentang proses penciptaan manusia, yaitu:

Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah

liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.

Istilah al-Insân dalam Al-Qur‟an umumnya digunakan untuk

menggambarkan keistimewaan manusia. Manusia merupakan makhluk yang

berilmu serta memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmunya karena Allah

memberi manusia potensi untuk itu.40

Dalam konteks al-Qur‟an di atas, kata al-insān selalu menampilkan

manusia sebagai makhluk yang istimewa secara moral maupun spiritual, makhluk

yang memiliki keistimewaan dan keunggulan yang tidak dimiliki oleh makhluk

lain. Berdasarkan pada konteks penggunaannya kiranya kita dapat memberikan

pengertian manusia pada tiga kategori. Pertama, al-insān dihubungkan dengan

keistimewaan manusia sebagai khalifatullah dimuka bumi dan memikul amanah.

38

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an; Tafsir Maudhu„i atas Pelbagai Persoalan

Umat, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 280. 39

Muhammad Fuad „Abdul Bāqi, Mu„jām al-Mufahras li al-Fāẓ al-Qur„ān al-Karīm,

(Bairût: Dârul Fikri, 1987), hal. 93-94. 40

Nasaruddin Umar, Kajian Tematik Al-Qur‟an tentang Kemasyarakatan : Wanita dalam

Perspektif Al-Qur‟an, (Bandung: Angkasa, 2008), hal. 235.

Page 31: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Kedua, al-insān dikaitkan dengan predisposisi negatif yang inhern dan laten pada

diri manusia. Ketiga, al-insān disebut-sebut dalam hubunganya dengan proses

penciptaan manusia. Dengan demikian potensi manusia menurut konsep al-insān

diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi. Dari

sinilah dihasilkan sejumlah kegiatan pemikiran berupa ilmu pengetahuan ataupun

benda-benda hasil karya manusia. Pada akhirnya manusia dapat menjadikan

dirinya sebagai makhluk yang berbudaya dan berperadaban.

Dengan demikian, pengertian Manusia paripurna lebih ditujukan kepada

manusia yang sempurna dari segi pengembangan potensi intelektual, rohaniah,

intuisi, kata hati, akal sehat,fitrah dan yang bersifat batin lainnya.

B. Ciri-Ciri Manusia Paripurna

Untuk mengetahui ciri-ciri manusia paripurna dapat ditelusuri pada

berbagai pendapat yang dikemukakan para ulama yang keilmuannya sudah diakui,

termasuk di dalamnya aliran-aliran. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :

1. Berfungsi akalnya secara optimal. Dapat dijumpai pada pendapat kaum

mu‟tazilah. Menurutnya manusia yang akalnya berfungsi secara optimal

dapat mengetahui bahwa segala perbuatan baik seperti adil, jujur,

berakhlak sesuai dengan essensinya dan merasa wajib melakukan semua

itu walaupun tidak diperintahkan oleh wahyu. Manusia yang berfungsi

akalnya merasa wajib melakukan perbuatan baik. Dan manusia yang

demikianlah yang dapat mendekati tingkat manusia paripurna. Dengan

demikian Manusia paripurna aklanya dapat mengenali perbuatan yang

Page 32: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

baik dan perbuatan buruk karena hal itu telah terkandung pada esensi

perbuatan tersebut.41

2. Berfungsi intuisinya. Manusia paripurna dapat juga dicirikan dengan

fungsi intuisinya yang ada dalam dirinya. Jika yang berpengaruh dalam

diri manusia adalah jiwa manusianya, maka orang itu hampir menyerupai

malaikat dan mendekati kesempurnaan.42

3. Mampu menciptakan budaya, sebagai bentuk pengamalan dari berbagai

potensi yang terdapat dalam dirinya sebagai insān, manusia yang

sempurna adalah manusia yang mampu mendayagunakan seluruh potensi

rohaniahnya secara optimal. Manusia adalah makhluk berfikir. Sifat-sifat

macam ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Lewat kemampuan

berfikirnya itu, manusia tidak hanya membuat kehidupannya, tetapi juga

menaruh perhatian terhadap berbagai cara guna memperoleh makna

hidup. Proses-proses semacam ini melahirkan peradaban.

4. Menghiasi diri dengan sifat-sifat ketuhanan. Pada uraian tentang arti

insān tersebut di atas telah disebutkan bahwa manusia termasuk makhluk

yang mempunyai naluri ketuhanan (fitrah). Ia cenderung kepada hal-hal

yang berasal dari tuhan, dan mengimaninya. Sifat-sifat tersebut

menyebabkan ia menjadi khalifatullah di muka bumi. Manusia sebagai

khalifah yang demikian itu merupakan gambaran yang ideal. Yaitu

manusia yang berusaha menentukan nasibnya sendiri, baik sebagai

41

Azzumardi Azra, Antara Kebebasan Dan Keterpaksaan Manusia : Pemikiran Islam

Tentang Perbuatan Manusia, Dalam Dawam Rahadjo (ed), Insān Kāmil, Konsepsi Manusia

Menurut Islam, (Jakarta: Grafiti Press, 1987), hlm. 43. 42

Harun Nasution, Filsafat Dan Mistisisme Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1983),

hlm. 56-74.

Page 33: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

kelompok masyarakat maupun sebagai individu. Yaitu manusia yang

memiliki tanggung jawab yang besar, karena memiliki daya kehendak

bebas. Manusia yang ideal itulah yang disebut insān kāmil, yaitu manusia

yang dengan sifat-sifat ketuhanan yang ada pada dirinya dapat

mengendalikan sifat-sifat rendah yang lain.43

sebagai khalifah Allah di

muka bumi ia melaksanakan amanat Tuhan dengan melaksanakan

perintah-Nya .

5. Berakhlak mulia. Sejalan dengan ciri keempat di atas, manusia paripurna

juga berarti manusia yang berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan

pendapat Ali Syari‟ati yang mengatakan bahwa manusia sempurna

memiliki tiga aspek, yakni aspek kebenaran, kebijakan dan keindahan.

Dengan kata lain ia memiliki pengetahuan, etika dan seni. Semua ini

dapat dicapai dengan kesadaran, kemerdekaaan dan kreatifitas. Manusia

yang ideal (sempurna) adalah manusia yang memiliki otak yang brilian

sekaligus memiliki kelembutan hati. Manusia paripurna dengan

kemampuan otaknya mampu menciptakan peradaban yang tinggi dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga memliki kedalam

perasaan terhadap segala sesuatu yang menyebabkan penderitaan,

kemiskinan, kebodohan dan kelemahan.44

6. Berjiwa seimbang, mengisyaratkan tentang perlunya sikap seimbang

dalam kehidupan, yaitu seimbang antara pemenuhan kebutuhan material

43

Hadi Mulyo, Manusia Dalam Perspektif Humanisme Agama : Pandangan Ali Syari‟ati,

dalam Dawam Rahardjo (ed) (Jakarta: Grafiti Press, 1987), hlm. 175-176. 44

Hadi Mulyo, Manusia Dalam Perspektif Humanisme Agama : Pandangan Ali Syari‟ati,

dalam Dawam Rahardjo (ed), hlm. 176.

Page 34: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dengan spiritual atau ruhiyah. Ini berarti perlunya ditanamkan jiwa

sufistik yang dibarengi dengan pengamalan syariat Islam, terutama

ibādah, tafakur, muhāsabah, dan seterusnya.

Sedangkan menurut Murtaḍa Muṭahharī, manusia paripurna (Insān Kāmil)

yakni mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Jasmani yang Sehat serta Kuat dan Berketerampilan.

Orang Islam perlu memiliki jasmani yang sehat serta kuat, terutama

berhubungan dengan penyiaran dan pembelaan serta penegakkan agama Islam.

2. Cerdas serta Pandai.

Cerdas ditandai oleh adanya kemampuan menyelesaikan masalah dengan

cepat dan tepat, sedangkan pandai ditandai oleh banyak memiliki pengetahuan

(banyak memiliki informasi).

3. Ruhani yang Berkualitas Tinggi.

Kalbu yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman

kepada Allah, atau kalbu yang taqwa kepada Allah. Kalbu yang iman itu ditandai

bila orangnya shalat, ia salat dengan khusyu‟, bila mengingat Allah kulit dan

hatinya tenang bila disebut nama Allah bergetar hatinya bila dibacakan kepada

mereka ayat-ayat Allah, mereka sujud dan menangis.45

C. Pendapat Tokoh Sufi tentang Manusia Paripurna

Istilah Manusia Paripurna (al-insān al-kāmil) secara teknis muncul dalam

literatur Islam di sekitar awal abad ke-7 H/13 M, atas gagasan Ibn ‟Arabī (w. 638

45

Murtaḍa Muṭahhari Manusia Sempurna, terj:Mulyadi ( Lentera, Jakarta, 2003 ), Hal. 23

Page 35: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

H/ 1240 H),46

yang dipakainya untuk melabeli konsep manusia ideal yang menjadi

locus penampakan diri Tuhan. Ungkapan al-insān al-kāmil memang pernah

dipakai sebelum Ibn ‟Arabī namun demikian, diduga secara luas bahwa sufi ini

adalah yang pertama menggunakan ungkapan ini sebagai suatu istilah teknis.

Tetapi jika di analisis ternyata substansi manusia paripurna itu, sebenarnya telah

muncul dalam Islam pra-Ibn „Arabī, hanya konsep-konsep tersebut tidak memakai

istilah manusia paripurna .47

Konsep manusia paripurna atau manusia paripurna dalam pandangan Ibn

„Arabī terkontruksi dari konsepnya tentang alam semesta, yang merupakan

tajalliyāt dan Maẓhar (penampakan) dari Tuhan. Tuhan adalah Esa, namun

refleksi dari diri-Nya tercermin pada alam semesta, dan cermin yang paling

sempurna bagi Tuhan adalah manusia paripurna . Dalam pengertian lain, Alam ini

seperti cermin yang buram dan seperti badan yang tidak bernyawa. Oleh karena

itu, Allah menciptakan manusia untuk memperjelas cermin itu. dan manusia

paripurna merupakan maẓhar (penampakan) dari asma dan sifat Allah Swt.

Manusia paripurna merupakan miniatur dari realitas ketuhanan yang

termanifestasikan pada alam semesta. Esensi manusia paripurna merupakan

cermin dari esensi Tuhan, jiwanya sebagai gambaran dari jiwa universal (al-nafs

al-kulliyah), tubuhnya mencerminkan Arasy, pengetahuannya mencerminkan

46

Muhyi al-Dīn Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn al-Arabi al-Hatimi al-Tha‟i al-

Andalusi, yang lebih dikenal dengan nama Ibn „Arabī. Ia mempunyai gelar Muhy al-Din, Syaikh

al-Akbar, dan Ibn Aflatun. Ia lahir Pada 27 Ramadhan 560 H atau 28 Juli 1165 M di masa

pemerintahan Ibn Mardanishi dari kesultanan Muwahhidin. Ia lahir dari latar belakang keluarga

bangsawan, kaya, dan taat beragama. Lihat Asin Palacios, Ibn Al-„Arabi Hayatuhu wa

Madzhabuhu, terj. Abdul al-Rahman Badawi. (Kairo:Maktabah Al-Anjalu al-Mishriyyah, 1965),

h-5-6. 47

Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi (Jakarta: Paramadina, 1997),hlm. 6-7

Page 36: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

pengetahuan Tuhan, hatinya berhubungan dengan Bayt al-Ma‟mūr , mental

spiritualnya terkait dengan malaikat, daya ingatnya terkait dengan saturnus, daya

intelektualnya terkait dengan Jupiter, dan lain sebagainya.48

Secara fisik, Ia

merupakan figur manusia sama seperti manusia pada umumnya, namun memiliki

kualitas rohaniah yang unggul dan paling sempurna dibanding manusia umumnya.

Keunggulan rohaniah ini karena ia dibekali pengetahuan esoterik yang unggul.

Pengetahuan ini dinamakan dengan „ilm al-asrār (pengetahuan rahasia) atau „ilm

al-ladunnī (pengetahuan tanpa usaha). Pengetahuan ini merupakan bentuk dari

pengetahuan yang ditiupkan Ruh Kudus ke dalam hati para Nabi dan Wali.

Mereka adalah manusia yang memiliki jiwa yang bersih dari hawa nafsu dan

ikatan badaniah. Mereka pun dapat mengetahui realitas-realitas segala sesuatu.

Mereka juga mengetahui Allah Swt. dari segi tajalli-Nya kepadanya, bukan dari

segi nalar rasional. Mereka mengetahui Allah dengan menyingkap intuitif (kasyf)

dan rasa (dhawq), bukan dengan akal („aqal) semata.49

Lebih lanjut ia mengatakan, manusia paripurna merupakan manusia yang

berhak menerima jabatan khalifat dan wakil Allah swt. di alam. Khalifah di sini

mencakup pemimpin yang menduduki suatu kekuasaan, dan juga khalifah

baṭiniyyah yaitu yang terpancar nama-nama dan sifat-sifat Allah ketika

diaplikasikan di dalam kehidupan dunia. Sedangkan tujuan mutlak manusia

paripurna adalah sebagai wadah tajallī Tuhan secara sempurna.50

48

Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi, hlm. 56. 49

Sumanta, Insan Kamil dalam perspektif Tasawuf Ibn al-Arabī (Tesis S2 Fakultas

Filsafat Universitas Indonesia, Jakarta, 2003), h. 21. 50

Kautsar Azhari, Wahdat al-Wujud dalam Perdebatan (Jakarta:Paramadina, 1995),

h.133.

Page 37: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Melanjutkan konsep Ibn „Arabī, Di tangan al-Jīlī, konsep manusia

paripurna dikembangkan menjadi bagian dari renungan mistis yang bercorak

intuitif- filosofis, sebagaimana tertuang dalam kitab khususnya yang berjudul Al-

Insān Al-Kāmil Fī Al-Ma'rifah Al-Awāhir Wa Al-Awa'il. manusia paripurna atau

manusia sempurna menurut Al-Jilī – sama seperti Ibn „Arabī – merupakan wadah

tajallī Tuhan yang paripurna. Pandangan demikian didasarkan pada asumsi,

bahwa segenap wujud hanya mempunyai satu realitas. Realitas tunggal itu adalah

wujud mutlak yang bebas dari segenap pemikiran, hubungan, arah dan waktu. Ia

adalah esensi murni, tidak bernama, tidak bersifat dan tidak mempunyai relasi

dengan sesuatu merumuskan manusia paripurna ini dengan merujuk pada diri

Nabi Muhammad saw. sebagai sebuah contoh manusia ideal. Jati diri Muhammad

(al-ḥaqīqah al-Muḥammad) yang demikian tidak semata-mata dipahami dalam

pengertian Muhammad saw. sebagai utusan Tuhan, tetapi juga sebagai nur

(cahaya/roh) Ilahi yang menjadi pangkal dan poros kehidupan di jagad raya ini.

Bagian terpenting dari tujuan sufi adalah memperoleh hubungan langsung

dengan Tuhan sehingga dirasakan dan disadari berada di hadirat Tuhan.

Keberadaan dihadirat ini diyakini sebagai kenikmatan dan kebahagiaan yang

hakiki. Akan tetapi dalam mengartikan hadirat Tuhan itu ternyata terdapat

perbedaan konseptual, perbedaan ini bersumber dari ketidak samaan konsepsi

mereka mengenai hakikat tindakan manusia. Sebagian sufi berpendapat bahwa

Page 38: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Allah adalah puncak kecantikan dan kesempurnaan, sementara yang lain

mengartikan sebagai irādah dan juga disebut ilmu atau ma‟rifah.51

al-Jīlī merumuskan tujuh proses yang harus dilalui agar mencapai Insān

Kāmil, yaitu: pertama, Islam; kedua, Iman; ketiga, Shalah; keempat, Ihsan,

kelima, Syahadah, keenam, Shiddiqiyah, ketujuh, Qurbah.52

Menurut al-Ghazalī, manusia paripurna adalah manusia yang bisa

mencapai tujuan hidupnya, yaitu ma‟rifat allah. Tujuan hidup manusia adalah

kesempurnaan jiwanya, yang bisa mengantarkan kepada ma‟rifah. Dengan

demikian kesempurnaan manusia terkait dengan substansi esensialnya, yaitu al-

nafs. Karena jiwa mempunyai sifat dasar mengetahui yang bisa mencapai puncak

pengetahuan tertingginya, ma‟rifah kepada Tuhan. Yang dimaksud dengan

keutamaan adalah berfungsinya daya-daya yang dimiliki manusia sesuai dengan

tuntutan kesempurnaan manusia. Tidak berfungsinya daya-daya sesuai dengan

tuntutan kesempurnaan itu dinamakan keburukan-keburukan (al-radhā„il).

Keutamaan dengan demikian menuntut dengan adanya keserasian tertentu dalam

hubungan fungsional daya-daya yang dimiliki manusia. Dalam hal ini al-Ghazalī

mengemukakan empat keutamaan tertinggi, yaitu:al-ḥikmat sebagai keutamaan

akal, al-shaja‟at sebagai keutamaan daya ghaḍab, al-iffat sebagai keutamaan daya

al-shahwat dan al-adalat. 53

51

Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2002), hal 124 52

al-Jīlī, Al Insān Kāmil Fi Al-Ma‟rifat Al Awakhir Wa Al-Awail, Juz II, (Kairo: Dār Al

Fikr, t.th). hlm. 130-131. 53

M. Yasir Nasution, Manusia Menurut al-Ghazalī (Jakarta:Raja Grafindo Persada,

2002), h.

Page 39: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Mengenai manusia paripurna , Suhrawardī54

seorang filsuf yang dikenal

dengan pemikirannya tentang illuminasi, menjelaskan bahwa seorang manusia

dikatakan sebagai manusia paripurna , jika manusia tersebut mampu memperoleh

pengetahuan sesuai dengan pengembangan daya dirinya yaitu daya intelektual dan

daya intuisi. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa seorang filsuf penggabung teosofi

(pengguna daya intuisi) dan filsafat diskursif (pengguna daya rasional) itulah

pemangku otoritas, sang khalifah Allah Swt. Jadi ketika seorang manusia mampu

mengembangkan secara optimal kedua daya tersebut, maka filsuf tersebut menjadi

seorang manusia paripurna .55

Figur seperti ini akan dinanti dan diharapkan oleh

seluruh manusia, karena dalam dirinya telah tumbuh sikap adil dalam bingkai

ketaqwaan, sehingga seluruh tindakan sudah mendapatkan hidayah dari Allah

Swt, karena merupakan representatif dari wujud khalifah atau wakil Tuhan di

bumi ini.56

Penyatuan antara filsafat teosofi dan diskursif akan memunculkan manusia

sempurna. Menurut Suhrawardi manusia sempurna ini berhak menyandang gelar

khalifah Allah Swt. Sebagai khalifah di muka bumi dengan segala keistimewaan

manusia dipandang (sebagaimana dikatakan Rumi) sebagai tujuan akhir (ultimate

goal) dari penciptaan alam semesta. Manusia sebagai tujuan akhir penciptaan

adalah manusia yang telah mencapai kesempurnaannya (al-insān al-kāmil) yang

54

Nama lengkap Suhrawardī adalah Shaykh Shihāb al-Dīn Abū al-Futūḥ Yaḥya Ibn

Ḥabash Ibn Amirak al-Suhrawardī, dilahirkan di Suhraward (Iran Barat Laut), pada tahun 548

H/1153 M. Suhrawardi dikenal dengan Shaykh al-Ishrāq atau Master of Illuminasionist (Bapak

Pencerahan), Al-Ḥakīm (Sang Bijak) dan Al-Maqtūl (Yang Terbunuh). Hasyimsyah Nasution,

Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), 143 55

Ja‟far, Manusia Menurut Suhrawardi al-Maqtul (Banda Aceh: Yayasan PeNa, 2011),

h.194. 56

Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia

(Jakarta:Erlangga, 2007), h.13.

Page 40: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dalam bentuk kongkritnya diwakili oleh Nabi Muhammad saw. sebagai contoh

par excellent.57

Seseorang yang telah menempati posisi teosofi dan diskursif berarti telah

memiliki dua pengetahuan, yaitu: Pertama , bersifat dhawqī (eksperiansial atau

nondiskursif), dimana seseorang mengalami sendiri objek-objek non-material

melalui illuminasi atau pelimpahan cahaya pengetahuan Tuhan ke dalam hati

seseorang, atau melalui apa yang disebut mukāshafah (penyingkapan misteri) atau

mushāhadah (penyaksian secara langsung) oleh seseorang terhadap obyek-obyek

non material tersebut. Kedua, bersifat baḥthī (diskursif) dimana pengetahuan

diperoleh melalui metode-metode logis dari premis-premis yang telah diketahui

kebenarannya untuk kemudian diketahui kebenarannya untuk kemudian diketahui

kesimpulan-kesimpulan baru. Prosedur pencapaian pengetahuan ini bersifat

langsung. Bentuk tertinggi dari modus pengetahuan dhawqī adalah wahyu dan

ilham atau ma‟rifah, sedangkan bentuk terbaik dari pengetahuan diskursif adalah

filsafat dan ilmu pengetahuan pasti atau sains.58

Murtaḍa Muṭahhari berpendapat bahwa manusia paripurna adalah manusia

teladan atau manusia ideal. Selanjutnya Murtadha Muthahhari menegaskan bahwa

manusia seperti halnya makhluk-makhluk yang lain, ada yang sempurna, ada yang

tidak, ada yang sakit, yang sehat, cacat dan ada juga yang utuh. Manusia sehat

sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu manusia sehat yang kamil dan manusia

sehat yang tidak kamil. Dalam pandangan Islam, mengenal dan mengkaji atau

57

Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia,

h.13. 58

Mulyadhi Kartanegara, Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia,

h.16.

Page 41: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

membicarakan Manusia paripurna atau manusia teladan itu adalah wajib

hukumnya, ia merupakan contoh, standar dan model bagi setiap muslim.

Keterangan lebih lanjut diungkapkan oleh Murtaḍa Muṭahhari bahwa jika kita

hendak menjadi seorang muslim yang sempurna dan ingin mencapai

kesempurnaan manusiawi dalam bimbingan dan pendidikan Islam, maka terlebih

dahulu kita harus mengenal manusia sempurna itu, bagaimana jiwa dan

mentalnya, apa ciri-cirinya59

Dalam perspektif Murtaḍa Muṭahhari, manusia sempurna itu adalah

manusia teladan, unggul, luhur pada semua nilai-nilai insani dan selalu menang di

medan-medan tempur kemanusiaan. Di samping itu nmanusia tersebut seluruh

nilai insaninya berkembang secara seimbang dan stabil serta tidak satupun dari

nilai-nilai yang berkembang itu tidak selaras dengan nilai-nilai yang lain. Dengan

demikian menurut Murtaḍa Muṭahhari manusia yang kamil memiliki jiwa dan

mental yang sehat, yaitu yang seluruh nilai insaninya berkembang secara

seimbang dan stabil dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang lain.60

Menurut Murtaḍa Muṭahhari, ciri manusia yang memiliki

predikat Manusia paripurna yaitu manusia tersebut mampu menyeimbangkan dan

menstabilkan serangkaian potensi insaninya. Kamal atau kesempurnaan

manusia terletak pada kestabilan dan keseimbangan nilai-nilainya.

Manusia dengan segala kemampuan yang ada pada dirinya dapat dianggap

sempurna; ketika tidak hanya cenderung pada satu nilai dari sekian

59

Murtaḍa Muṭahhari, Manusia Seutuhnya, terj.Abdillah Hamid Ba‟abud (Bangil:

YAPI, 1995), hlm. 12. 60

Murtaḍa Muṭahhari, Manusia Seutuhnya, terj.Abdillah Hamid Ba‟abud, (Bangil:

YAPI, 1995), hlm. 33.

Page 42: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

banyak nilai yang ia miliki. la dapat dianggap sempurna ketika mampu

menyeimbangkan dan menstabilkan serangkaian potensi insaninya.

Adapun yang dimaksud dengan keseimbangan di sini adalah seimbang

perkembangan potensi-potensi insaninya, tercipta juga keseimbangan

dalam perkembangannya. Sebagai contoh, seorang anak sehat yang sedang

mengalami perkembangan, semua anggota tubuhnya. seperti kepala,

tangan, kaki, telinga, hidung, gigi, lidah dan lainnya berkembang bersama

secara seimbang. Anak yang berkembang secara tidak seimbang misalnya,

hanya hidung saja yang berkembang sedang anggota badan yang lain tidak

berkembang. Atau telinga dan matanya saja yang berkembang (seperti

gambar-gambar dalam karikatur). Maka anak ini dapat dikatakan

berkembang, namun perkembangan yang tidak seimbang dan stabil.61

Keseimbangan antara nilai-nilai insaniyah dalam diri manusia

menurut Muṭahhari sangat penting. Hal ini dikarenakan manusia

dikatakan dapat meraih predikat Manusia paripurna apabila ia mampu

mengembangkan semua kualitas yang baik secara seimbang. Kualitas itu

boleh jadi cinta kasih, intelek, keberanian, kejujuran atau kreativitas.

Manusia yang hanya mengembangkan cinta saja dengan

mengesampingkan intelek bukanlah Manusia paripurna akan tetapi ia adalah sufi

yang ekstrim. Manusia yan memuja akal secara berlebihan juga bukan

Manusia paripurna , ia merupakan filosof yang kering.62

61

Murtaḍa Muṭahhari, Manusia Sempurna, h. 14 62

Murtaḍa Muṭahhari, Manusia Sempurna, h. 14

Page 43: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

BAB III

TEORI KECERDASAN

Dalam bab ini, penulis menggambarkan tentang konsep kecerdasan yang

terdiri dari Intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual

Quotient (SQ).

D. Teori Kecerdasan Manusia

1. Intelligence Quotient (IQ)

Secara etimologis, terdiri dari kata Intelligence dan Quotient. Istilah

Intelligence mengacu pada “pandai” cepat dalam bertindak, bagus dalam

penalaran dan pemahaman, serta efisien dalam aktivitas mental artinya adalah

umur mental IQ atau skor dari suatu tes intelegensi.63

Intelegensi merupakan salah

satu potensi individu dalam bentuk ukuran kapasitas tertentu dalam menerima dan

merespon stimulus dari luar dan dalamnya yang akan dikelola dengan

menggunakan akal (ratio) untuk menentukan bentuk-bentuk reaksi dalam

perilakunya. Pengertian intelegensi ini adalah kemampuan mengingat, penalaran,

dan pengetahuan dari hasil proses belajar dalam menghadapi situasi dan masalah

baru. Intelegensi ini berpengaruh pula terhadap IQ, yaitu menyangkut kecerdasan

seseorang dalam menyelesaikan masalah.64

Definisi IQ (Intelligence Quotient)

dibawah ini beberapa definisi IQ menurut para ahli psikologi:

1. Alfred Binet dan Theodore Simon mendefinisikan IQ sebagai sisi tunggal

dari karakteristik seseorang yang terdiri atas tiga komponen, yaitu (a)

63

G. Bateson, Mind and Nature (New York:Ballantine,1979), h.270. 64

G. Yabsir, Psikologi Kognitif (Yogyakarta:UGM, 2002), h.114.

Page 44: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan, (b)

kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah

dilaksanakan, dan (c) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau

melakukan autocriticism.65

2. Menurut William Stern, sebagaimana dikutip oleh Baharuddin, adalah

kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan-kesulitan

baru dengan sadar, dengan berfikir cepat dan tepat.66

3. menurut Nana S. Sukmadinata, IQ merupakan reaksi mental dan fisik

yang dijalankan secara cepat, gampang, sempurna dan dapat diukur

dengan prestasi.67

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa IQ merupakan sikap

mental atau psikologis yang terdapat di dalam diri manusia, melalui proses

rasional sehingga sanggup menghadapi kesulitan-kesulitan.

Pada hakikatnya, kemampuan berfikir yang terdapat di dalam manusia

menyebabkannya menjadi makhluk hidup yang dipandang paling tinggi

(derajatnya) dibanding dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah swt. yang lain.

Dengan jiwa rasionalnya, manusia mampu berpikir secara sadar, membuat norma

sosial, serta menyusun kebijakan-kebijakan moral. Dengan kata lain manusia

mempunyai eksistensi karena berfikir, sebagaimana perkataan Rene Descartes,68

“Cogito Ergo Sum”.69

65

Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, Edisi I, Cetakan ke-3 (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2002), h. 5. 66

Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis terhadap Fenomena , hlm. 25. 67

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, hlm. 138. 68

Rene Descartes adalah filsuf abad modern. Dia lahir pada tanggal 31 maret 1596 di la

haye, provinsi Teuraine, Perancis. Descartes kecil mendapat nama baptis Rene,ia belajar di Jesuit

Page 45: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Secara historis, istilah IQ pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Binett,

ahli psikologi dari Perancis Pada awal abad kedua puluh. Ia memerkenalkan

istilah IQ tersebut untuk mengukur kecerdasan manusia.70

Kemudian Lewis

Terman dari Universitas Stanford membakukan tes IQ Binet dengan

mempertimbangkan norma-norma populasi sehingga selanjutnya dikenal sebagai

tes Stanford-Binet. Selama bertahun-tahun IQ diyakini menjadi ukuran standar

kecerdasan.

IQ adalah kemampuan seseorang untuk berimajinasi secara abstrak.

Kecerdasan intelektual seseorang dapat diukur dari pengetahuan umum luas,

kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, sifat inkuisitif yang

mencakup rasa ingin tahu, kemampuan analistik, daya ingat yang kuat,

rasionalitas, dan naluri relevansi.71

1. Faktor yang mempengaruhi kecerdasan intelektual

Bayle mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi intelektual

individu yaitu: 72

a. Faktor keturunan, faktor ini didasari dari sudut pandang biologis

College La Universitas Poitiers, tetapi Descartes tidak pernah mempraktikannya. Dari 1616

sampai 1628 ,Descartes banyak melakukan pengalaman dari satu Negara ke Negara lainnya. Ia

masuk dinas ketentaraan yang berbeda-beda. Descartes menetap di Belanda karna dianggapnya

Belanda lebih menyediakan kebebasan intelektual di bandingkan Negara-negara lainnya. Ayi

Sofyan, Kapita Selekta Filsafat.(Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h.136. 69

Rene Descartes, Meditations on First Philosophy, Penerjemah: John Cottingham

(Sydney: Cambridge University Press, 1986), h. 17. 70

Asep Dadang, Mencerdaskan Potensi IQ, EQ, dan SQ, h.6-7. Sejak tahun 1918, ketika

perang dunia ke-1 diperkenalkan penggunaan uji IQ secara massal terhadap calon tentara

Amerika. Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi,Terj. Alex Tri

Kantjono ( Jakarta:Gramedia. 2005), Cet. 6. H. 17. 71

Iwan Agung Kusuma Pranata, Pengaruh IQ, EQ, SQ Terhadap Motivasi Berprestasi

Pegawai Di Kantor Pelayanan Bead An Cukai Tipe A Khusus Tanjung Perak Surabaya (Tesis,

Universitas Airlangga, 2005), 33.

72 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka, 2003), 16.

Page 46: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dimana masing-masing individu lahir memiliki gen yang berbeda.

b. Latar belakang sosial-ekonomi, misalnya pendapatan keluarga,

pekerjaan orang tua, dan faktor lain yang mempengaruhi taraf

intelegensi individu dalam usia 3 tahun sampai remaja.

c. Lingkungan hidup, lingkungan hidup yang baik akan menciptakan

kemampuan intelektual yang baik pula dan sebaliknya .

d. Kondisi fisik, kondisi fisik dapat dilihat dari keadaan gizi yang kurang

baik, kesehatan yang buruk, dan perkembangan fisik yang lambat

menyebabkan pertumbuhan intelegensi yang rendah .

e. Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan

mental individu yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Saifudin Azwar selain yang disebutkan oleh

Bayle tersebut, terdapat dua faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan

intelektual seorang individu. Pertama yaitu faktor bawaan yang merupakan faktor

yang sangat dalam intelegensi seseorang. Hal ini dikarenakan setiap manusia

membawa sifat tertentu sejak lahir, sifat alami inilah yang sangat menentukan

pembawaan seseorang. Kedua yaitu faktor lingkungan yang sebenarnya

diawali sejak terjadinya pembuahan sampai saat lahir. Lingkungan telah

mempengaruhi calon bayi lewat ibu kemudian melalu proses belajar. Hal

tersebut dimaksudkan karena proses belajar pengaruh budaya secara tidak

langsung juga mempengaruhi individu.73

2. karakteristik kecerdasan intelektual

73

Saifudin Azwar, Psikologi Intelegensi (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996), h. 75.

Page 47: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Seorang yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi akan

tercermin dalam perilaku sehari-hari. Menurut Nickerson, Perkins dan Smith, ciri-

ciri kecerdasan intelektual ialah sebagai berikut:74

a. Kemampuan Untuk Mengklasifikasikan Pola

Semua manusia yang mempunyai intelegensi normal akan mampu

menempatkan stimulus tak-identik ke dalam kelompok. Kemampuan ini

merupakan dasar berfikir dan berbahasa, karena kata-kata pada umumnya

merepresentasikan pengkategorian informasi.

b. Kemampuan untuk Memodifikasi Perilaku Adaptif

Kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkungan yang ada. Para teoritikus menyetujui bahwa kemampuan

beradaptasi ini merupakan hal terpenting yang mencirikan intelegensi manusia

c. Kemampuan untuk Berfikir Secara Deduktif

Berfikir deduktif meliputi pembuatan kesimpulan yang logis dari suatu

premis.

d. Kemampuan Berfikir Secara Induktif

Orang yang berfikir secara induktif perlu “keluar” dari informasi yang

diberikan, untuk mengetahui atau menemukan aturan-aturan maupun prinsip

dari beberapa peristiwa yang spesifik.

e. Kemampuan untuk Mengembangkan dan Menggunakan Model

Konseptual.

Kemampuan ini berarti individu membentuk kesan tentang dunia dan

74

Robert L Solso dkk, Psikologi Kognitif (Jakarta: Erlangga, 2002), h.456.

Page 48: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

bagaimana dunia berfungsi serta menggunakan model tersebut untuk

memahami dan menginterpretasikan semua peristiwa dalam hidup.

f. Kemampuan untuk Memahami atau Mengerti

Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melihat

hubungan masalah dan memahami makna hubungan tersebut dalam

memecahkan masalah.

Adapun mengenai cara mengukur, menyelidiki sifat, luas dan batas

inteligensi seseorang digunakan “tes inteligensi”.75

Pengukuran kecerdasan (IQ)

lebih diarahkan kepada mengukur kecakapan berbuat, kecakapan melakukan

proses, atau kecakapan dasar yang diperlukan sebagai dasar penguasaan materi

atau pengetahuan. Pengukuran kecakapan nyata atau achievement lebih diarahkan

kepada mengatur penguasaan pengetahuan atau materi. Pengukuran kecerdasan

diusahakan benar-benar mengukur kecakapan dasar, bukan hasil belajar, bebas

dari pengaruh pengalaman atau kebudayaan. Ada beberapa jenis tes yang bisa

digunakan untuk mengukur IQ, antara lain: Tes Inteligensi Binet, Wechsler, Tes

Progressive Matrices (PM), dan lain-lain.

2. Emotional Quotient (EQ)

Secara historis, teori tentang emotional quotient (EQ) dicetuskan pertama

kali oleh Psikolog Peter Salovey dan Jhon Mayer pada tahun 1990 M. mereka

menemukan teori tersebut bertujuan untuk menjelaskan kualitas-kualitas

75

Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis terhadap Fenomena, (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 128-129.

Page 49: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

emosional yang dipandang penting dalam menentukan kesuksesan seseorang.76

Adapun definisi tentang EQ tersebut, mereka mendefinisikan sebagai kemampuan

untuk memahami perasaan diri sendiri, untuk berempati terhadap perasaan orang

lain dan untuk mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan

taraf hidup seseorang.

Memang teori EQ yang menemukan pertama kali adalah Peter Salovey

dan Jhon Mayer, namun secara sistematis dan konseptual teori tersebut tersebar

berkat Daniel Goleman dengan bukunya yang menjadi best-seller yaitu

Emotional Intellegence, Whay it Can More Than IQ yang terbit pada tahun 1995

M. Kemudian disusul bukunya yang kedua, Working with Emotional Intellegence

pada tahun 1999 M.77

Daniel Goleman mendefinisikan EQ sebagai kemampuan menyadari

perasaan sendiri pada saat perasaan muncul sehingga mampu memahami dirinya,

dan mengendalikan dirinya, dan mampu membuat keputusan yang bijaksana

sehingga tidak diperbudak oleh emosinya. Kemampuan mengelola emosi adalah

kemampuan menyelaraskan perasaan dengan lingkungannya sehingga dapat

memelihara harmoni kehidupan individunya dengan lingkungannya.78

Kecerdasan emosional atau emotional quotient (EQ) juga didefinisikan

sebagai:a)kemampuan untuk mengamati dengan tepat emosi diri sendiri dan

orang lain; b)melatih dengan sempurna emosi diri sendiri dan menjalankan emosi

76

Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intellegence pada Anak, terjemahan

Ales Tri Kantjono (Jakarta:Gramedia,2003), h.5 77

Asep Dadang, Mencerdaskan Potensi IQ, EQ, dan SQ, h. 7. 78

Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Terjemahan:

Alex Tri Kantjono Widodo (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2001), h.18.

Page 50: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

serta prilaku dalam berbagai situasi kehidupan; c)menjalin hubungan baik secara

tulus dengan keramahan dan rasa hormat.79

Reuven Bar-On menyebut kecerdasan emosi merupakan serangkaian

kemampuan, kompetensi dan kecakapan non kognitif, yang mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk berhasi mengatasi tuntutan dan tekanan

lingkungan.80

Cooper dan A.Sawaf mengartikan kecerdasan emosi sebagai

kemampunan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan

kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh

manusia.81

Dalam definisi lain, Hein mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah

suatu bentuk kecerdasan yang berkaitan dengan sisi kehidupan emosi, seperti

kemampuan untuk menghargai dan mengelola emosi diri dan orang lain, untuk

memotivasi diri seseorang dan mengekang impuls, dan untuk mengatasi

hubungan interpersonal secara efektif.82

Kecerdasan emosional ini, mencakup kemampuan-kemampuna yang

berbeda, tetapi saling melengkapi, dengan kecerdasan akademik, yaitu

kemampuan-kemampuan kognitif murni yang diukur dengan IQ. Meskipun IQ

tinggi, tetapi bila kecerdasan emosional rendah tidak banyak membantu. Banyak

orang cerdas dalam arti terpelajar, tetapi tidak mempunyai kecerdasan emosional,

79

N. Hartini, Pola Permainan Sosial:Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosi

Anak.Anima Indonesian Psychological Journal. Vol. 19, No. 3,H.273. 80

Steven J. Stein, Ledakan EQ:15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses,

Terj:Raiy Januarsari dan Yudi Murtanto (Bandung:Kaifa, 2002), h.30. 81

Cooper dan A.Sawaf, Excutive EQ, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan

Organisasi ,terj:Alex Tri Kantjono (Jakarta:Gramedia Pustaka, 1998), h. 13. 82

Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, h.34.

Page 51: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

ternyata bekerja menjadi bawahan orang yang IQ-nya lebih rendah tetapi unggul

dalam keterampilan kecerdasan emosional.

Sinergisitas antara kecerdasan emosional dan kognitif, bisa menghasilkan

orang-orang yang berprestasi tinggi. Semakin kompleks pekerjaan, makin penting

kecerdasan emosional. Emosi yang tidak dikendalikan dapat membuat orang yang

pandai menjadi bodoh. Tanpa kecerdasan emosional, orang tidak akan mampu

menggunakan kemampuan kognitif mereka secara maksimal, sehingga kesuksesan

memerlukan kestabilan emosi dan kecerdasan kognitif.83

Menurut Salovey sebagaimana dikutip oleh Goleman, bahwa secara

definisi, kecerdasan emosional mempunyai lima wilayah utama yaitu:

1. Mengenali emosi diri yaitu kesadaran diri mengenali perasaan sewaktu

perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional.

Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan individu yang sesungguhnya

membuat individu tersebut berada dalam kekuasaan perasaan.

2. Mengelola emosi yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap

dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri.

Orang-orang yang buruk dalam keterampilannya ini akan terus menerus

bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat

bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan

dalam kehidupan.

3. Memotivasi diri sendiri yaitu menata emosi sebagai alat untuk mencapai

tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi

83

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan (Jakarta:Bumi Aksara,

2006), h.69

Page 52: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri dan

berkreasi. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh

lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

4. Mengenali emosi orang lain yaitu kemampuan yang juga bergantung pada

kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan bergaul dasar. Orang

yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang

tersembunyian yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau

dikehendaki orang lain. orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaa –

pekerjaan keperawata, mengajar, penjualan, dan manajemen.

5. Membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola

emosi orang lain. ini merupakan keterampilan yang menunjang

popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang

hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang

mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.84

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

mengenali, mengontrol dan mengekspresikan emosi yang erat kaitannya dengan

pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain.

1. Karakter Dasar Emotional Quotient (EQ)

Menurut Daniel Goleman, sifat dasar kecerdasan intelektual berbeda

dengan kecerdasan emosional. Menurutnya, kecerdasan intelektual relatif konstan

84

Daniel Goleman,Emotional intelligence , terjemah: muhadjir (Jakarta:Gramedia

Pustaka,2001), H.57-58.

Page 53: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dan stabil, sedangkan kecerdasan emosional dapat dipelajari dan ditingkatkan

secara signifikan. Ia merincikan karakter kecerdasan emosional menjadi lima

unsur yaitu:85

a. Kesadaran Diri (Self awareness)

Kesadaran diri ini menyangkut pengetahuan tentang apa yang kita rasakan

pada satu sisi, dan menggunakannya untuk memamdu pengambilan keputusan diri

sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri yang kuat.

b. Pengendalian Diri (Self Regulation)

Mengendalikan emosi akan berdampak positif kepada pelaksanaan tugas,

kepekaan terhadap kata hati, menunda bersenang-senang sebelum tercapainya

suatu sasaran, dan mampu memulihkan diri dari tekanan emosi.

c. Motivasi Diri (self motivation)

Orang dengan keterampilan ini cenderung sangat produktif dan efektif

dalam hal apapun yang mereka hadapi. Ada banyak cara untuk memotivasi diri

sendiri antra lain dengan banyak membaca buku atau artikel-artikel positif,

“selftalk”, tetap fokus pada impian-impian, evaluasi diri dan sebagainya.

d. Empati (Empathy)

Menyadari dan menghargai perasaan-perasaan orang lain adalah hal

terpenting dalam kecerdasan emosi. Hal ini juga biasa disebut dengan

empati.Empati bisa juga berarti melihat dunia dari mata orang lain. Ini berarti juga

dapat membaca dan memahami emosi-emosi orang lain.Memahami perasaan

orang lain tidak harus mendikte tindakan kita. Menjadi pendengar yang baik tidak

85

Daniel Goleman,Emotional intelligence ,H.51.

Page 54: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

berarti harus setuju dengan apapun yang kita dengar.Keuntungan dari memahami

orang lain adalah kita lebih banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki

peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan

orang lain.

e. Kemampuan Sosial (sosial skill)

Kemampuan sosial erat hubungannya dengan keterampilan menjalin

hubungan dengan orang lain. Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin

hubungan sosial dengan siapa saja. Orang-orang senang berada disekitar mereka

dan merasa bahwa hubungan ini berharga dan menyenangkan. Ini berarti kedua

belah pihak dapat menjadi diri mereka sendiri. Orang-orang dengan kecerdasan

emosi yang tinggi bisa membuat orang lain merasa tentram dan nyaman berada

didekatnya. Mereka menebar kehangatan dan keterbukaan atau transparansi

dengan cara yang tepat.

Menurut Asep Dadang, Metode untuk meningkatkan kecerdasan Emosi

(EQ), yaitu:

1. Meningkatkan Empati

Secara sederhana empati adalah kemampuan untuk memahami orang lain.

Dengan empati kita merasakan seakan-akan posisi orang lain berada pada posisi

kita. Seolah-olah turut merasakan yang dirasakan oleh orang lain. Sehingga

dengan empati, orang akan melihat kita sebagai sekutu mereka, bukan lawan.86

86

Asep Dadang, Mencerdaskan Potensi IQ, EQ, dan SQ, h. 58

Page 55: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

2. Melepaskan Emosi Negatif

Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan untuk memahami dampak

dari emosi negatif terhadap diri sendiri. Emosi negatif sering muncul ketika kita

berada di bawah suatu tekanan. Imbasnya, emosi negatif tersebut terkadang

mengganggu proses komunikasi bahkan keharmonisan sebuah hubungan.87

Salah satu cara melepaskan emosi negatif adalah melalui teknik

pendayagunaan pikiran bawah sadar, misal dengan teknik meditasi, berdoa, atau

salat. Bisa juga dengan meluangkan waktu dengan menyendiri.88

3. Menimbulkan Kepedulian

Kepedulian merupakan sumber kebajikan manusia. Sifat peduli dapat juga

diartikan sebagai responsif. Dalam pengertian lain, kepedulian adalah sifat

merespon hal-hal yang terjadi di lingkungan maupun di luar lingkungan kita.89

4. Mengenali Emosi Diri

Pada tahap ini, kita dapat mengidentifikasi perasaan-perasaan yang kita

alami. Hal ini merupakan tahap yang penting karena pada saat kita telah

mengenali perasaan, kita dapat merumuskan hal-hal yang sebenarnya sedang

terjadi. Dengan demikian membantu untuk mengambil tindakan yang perlu

dilakukan. Dalam pengertian lain, ketika emosi tertentu muncul dalam pikiran,

maka harus dapat menangkap pesan apa yang akan disampaikan.90

Selain metode

di atas, ia juga menyebutkan yang lain, seperti dengan Bersikap Positif,

Mengelola Emosi Diri Sendiri, dan Menanamkan Kesabaran.

87

Asep Dadang, Mencerdaskan Potensi IQ, EQ, dan SQ, h.59 88

Asep Dadang, Mencerdaskan Potensi IQ, EQ, dan SQ, h. 59 89

Asep Dadang, Mencerdaskan Potensi IQ, EQ, dan SQ, h.59 90

Asep Dadang, Mencerdaskan Potensi IQ, EQ, dan SQ, h. 60

Page 56: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

3. Spiritual Quotient (SQ)

Istilah spiritual bersal dari kata “spirit”. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, kata “spirit” diartikan “semangat, jiwa, sukma, roh”. Kecerdasan

spiritual lebih merupakan sebuah konsep yang berhubungan dengan bagaimana

seseorang “cerdas” dalam mengelola dan mempergunakan makna-makna, nilai-

nilai, dan kualitas-kualitas kehidupan spiritualnya. Kehidupan spiritual di sini

meliputi hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) yang memotivasi

kehidupan manusia untuk senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life)

dan mendambakan hidup bermakna (the meaningful life).91

Kecerdasan spiritual bukanlah doktrin agama yang mengajak umat

manusia untuk „cerdas‟ dalam memilih atau memeluk salah satu agama yang

dianggap benar. Kecerdasan spiritual lebih merupakan sebuah konsep yang

berhubungan dengan bagaimana seseorang „cerdas‟ dalam mengelola dan

mendayagunakan makna-makna, nilai-nilai, dan kualitas-kualitas kehidupan

spiritualnya.

Kecerdasan spiritual sebagai bagian dari psikologi memandang bahwa

seseorang yang taat beragama belum tentu memiliki kecerdasan spiritual.

Acapkali mereka memiliki sikap fanatisme, eksklusivisme, dan intoleranansi

terhadap pemeluk agama lain, sehingga mengakibatkan permusuhan dan

peperangan. Namun sebaliknya, bisa jadi seseorang yang humanis-non-agamis

memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, sehingga sikap hidupnya insklusif,

91

Suriansyah Salati, Hakikat IQ, EQ, dan SQ dalam Perspektif Pendidikan Agama Islam

(Banjarmasin: Antasari Press, 2009), h. 28.

Page 57: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

setuju dalam perbedaan (agree in disagreement), dan penuh toleran. Hal itu

menunjukkan bahwa makna “spirituality” (keruhanian) di sini tidak selalu berarti

agama atau bertuhan.92

Melalui penggunaan kecerdasan spiritual kita secara lebih terlatih dan

melalui kejujuran serta keberanian diri yang dibutuhkan bagi pelatihan semacam

itu, kita dapat berhubungan kembali dengan sumber dan makna terdalam di dalam

diri kita. Kita dapat menggunakan penghubungan itu untuk mencapai tujuan dan

proses yang lebih luas dari diri kita. Dalam pengabdian semacam itu, kita akan

menemukan keselamatan kita. Keselamatan terdalam kita mungkin terletak pada

pengabdian imajinasi kita sendiri yang dalam.93

Adapun definisi Kecerdasan Spritual atau Spiritual Quotient Menurut Ian

Marshall dan Danah Zohar, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk

meningkatkan SQ, antara lain:

1. Selalu menyadari di mana saat ini saya berada (menyadari keadaan diri).

Ketahuilah diri anda di mana saat ini berada dan kemana arah yang anda

tuju.

2. Punya kemauan keras untuk berubah kearah yang lebih bagus. Munculkan

berbagai ide untuk memperbaiki diri anda.

3. Selalu menggali sumber motivasi ke dalam diri. Misalnya memperjelas

visi hidup, menghayati misi hidup, memperjelas tujuan hidup.

4. Selalu mengusahakan solusi atas setiap masalah yang muncul.

92

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2002), h. 328. 93

Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam

Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, h. 15.

Page 58: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

5. Selalu mengeksplorasi kemungkinan dan peluang untuk meraih kemajuan.

6. Milikilah komitmen untuk berjalan di atas jalan yang sudah kita pilih

(jalan yang tidak melanggar kebenaran atau jalan yang lurus).

7. Selalu sadar bahwa di dunia tidak hanya ada satu jalan untuk meraih

keinginan.

Selain ketujuh hal di atas, ada juga yang perlu kita lakukan untuk

mengembangkan SQ ini, yaitu memunculkan motivasi positif dan melawan

motivasi negatif.94

Menurut Muhammad Zuhri kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Potensi

kecerdasan spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi oleh faktor

keturunan, lingkungan atau materi lainnya.95

1. Ciri-ciri dan Aspek Kecerdasan Spiritual

Menurut Zohar Marshall seseorang yang memiliki kecerdasan

spiritual yang tinggi adalah seseorang yang mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut:

a. Kemampuan bersikap fleksibel, yaitu menyesuaikan diri secara spontan

dan aktif untuk mencapai hasil yang baik.

b. Tingkat kesadaran yang tinggi, bagian terpenting dari kesadaran diri ini,

mencakup usaha untuk mengetahui batas wilayah yang nyaman untuk

94

AN. Ubaedy, Jangan Cuma Berserah Diri: Temukan Takdir Anda dengan Menggali

dan Melesatkan Bakat serta Potensi Diri (Yogyakarta: Sakanta Publisher, 2010), h. 87-92. 95 Zohar Marshall, SQ Kecerdasan Spiritual (Bandung: Mizan, 2000), h.113.

Page 59: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dirinya sendiri dan banyak memahami dirinya sendiri.

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan. Mampu

menanggapi dan menentukan sikap ketika situasi menyakitkan atau tidak

menyenangkan datang.

d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. Mampu

memandang kehidupan yang lebih besar sehingga mampu menghadapi dan

memandang kesengsaraan sebagai suatu visi dan mencari makna

dibaliknya.

e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai. Seseorang yang

memiliki spiritual yang tinggi memiliki pemahaman tentang tujuan

hidupnya.

f. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Orang yang

kecerdasan spiritualnya tinggi akan mengetahui bahwa ketika dia

merugikan orang lain berarti dia merugikan dirinya sendiri.

g. Berpandangan holistik, kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara

berbagai hal baik dirinya sendiri dan orang lain.

h. Refleksi diri, yaitu kecenderungan untuk mencari jawaban-jawaban yang

mendasar.

i. Menjadi bidang mandiri, yaitu mampu berdiri dan berpegang teguh pada

pendapat yang diyakininya benar.96

Di samping itu, Menurut Sinetar aspek-aspek yang ada dalam

96 Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun ecerdasan Emosi dan Emotional

Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman Dan 5 Rukun Islam (Jakarta:ArgaWijayaPersada, 2001), h.57.

Page 60: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

kecerdasan spiritual meliputi:

a. Kemampuan seni untuk melihat

b. Kemampuan seni untuk melindungi diri

c. Kedewasaan yang diperlihatkan

d. Kemampuan mengikuti cinta Displin pengorbanan diri.97

2. Indikator Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual juga biasa disebut dengan kecerdasan ruhaniah.

Kecerdasan ruhaniah berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan

seluruh ciptaan-Nya. Kecerdasan ini merupakan bentuk kesadaran yang berangkat

dari keimanan kepada Allah Swt. Kecerdasan spiritual berarti memberikan

muatan baru yang bersifat keilahian ke dalam God Spot (titik Tuhan) yang

merupakan fitrah manusia. Menurut Tasmara kecerdasan spiritual dapat diukur

dengan beberapa indikator yaitu:98

a. Memiliki visi

Memiliki visi maksudnya adalah cara melihat hari esok, menetapkan

visi berdasarkan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Visi atau

tujuan yang cerdas secara spiritual akan menjadikan pertemuan dengan Allah

sebagai puncak dari pertanyaan visi pribadinya yang kemudian dijabarkan

dalam bentuk perbuatan baik yang terukur dan terarah.

97

Sinetar, Kecerdasan Spiritual (Bandung: Mizan Pustaka, 2001), 65. 98 Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah (Transcedental Intelligence) (Jakarta: Gema

Insani, 2001), h.57.

Page 61: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

b. Merasakan Kehadiran Allah

Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan merasakan dirinya

berada dalam limpahan karunia Allah, dalam suka dan duka atau dalam sempit

dan lapang tetap merasakan kebahagiaan karena bertawakal kepada Allah.

c. Berdzikir dan Berdoa

Berdzikir dan berdoa merupakan sarana sekaligus motivasi diri untuk

menampakkan wajah seorang yang bertanggung jawab. Zikir dan doa juga

menumbuhkan kepercayaan diri karena menumbuhkan keinginan untuk

memberikan yang terbaik pada saat seseorang kembali kelak. Selain itu akan

berpendirian teguh tanpa keraguan dalam melaksanakan amanahnya.

d. Memiliki Kualitas Sabar

Sabar adalah terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk mengapai cita-

cita atau harapan, sehingga orang yang putus asa berarti orang yang kehilangan

harapan atau terputusnya cita-cita. Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya

yang sangat kuat untuk menerima beban atau ujian tanpa sedikitpun mengubah

harapan untuk menuai hasil yang telah ditanam.

e. Cenderung pada Kebaikan

Orang yang selalu cenderung kepada kebaikan dan kebenaran adalah

manusia yang bertanggung jawab. Manusia yang cenderung pada kebaikan

memberikan makna suatu kondisi atau pekerjaan yang memberikan manfaat

kepada orang lain.

f. Memiliki Empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang lain.

Page 62: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Merasakan rintihan dan mendengarkan debar jantung, sehingga mereka mampu

beradaptasi dengan merasakan kondisi batiniah dari orang lain.

g. Berjiwa Besar

Jiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan dan sekaligus

melupakan perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang lain.

h. Melayani dan Menolong

Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang

muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidak terlepas dari tanggung

jawab terhadap lingkungan. Seorang individu akan senantiasa terbuka hatinya

terhadap keberadaan orang lain dan merasa terpanggil dari lubuk hatinya untuk

melayani dan menolong orang lain.

Page 63: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

BAB IV

PEMIKIRAN ARY GINANJAR AGUSTIAN TENTANG MANUSIA

PARIPURNA DI DALAM KONSEP THE ESQ WAY 165

Dalam bab ini, penulis menggambarkan tokoh yang menjadi subjek

penelitian yaitu Ary Ginanjar Agustian. Dalam pembahasan bab ini, penulis

memulai pembahasan tentang latar belakang keluarganya untuk mengetahui asal-

usul tokoh ini. Dilanjutkan dengan pendidikannya yang pastinya mempengaruhi

terhadap pemikirannya. Setelah itu, dilanjutkan dengan menelusuri Pemikirannya

tentang manusia paripurna di dalam The ESQ Way 165.

A. Biografi Ary Ginanjar Agustian

1. Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Ary Ginanjar Agustian merupakan tokoh yang lahir di Bandung, Jawa

Barat, pada tanggal 24 Maret 196599

. Dia merupakan anak pertama dari empat

bersaudara dari pasangan H. A. Rohim Agustjik dan Hj. Ana Rahim. Ayahnya

lahir di Palembang dan merupakan pegawai di departemen kesehatan RI

sedangkan ibunya lahir di Bandung. Setelah beberapa bulan kelahirannya, Ary

kecil dia dibawa ke Jakarta dan selanjutnya tinggal di Tanah Abang.100

Ia sangat bersyukur mempunyai orang tua yang dapat menginspirasi dalam

kehidupannya. Rasa syukur dan rasa terimakasih tersebut dituangkan dalam

99

Erwin Kurniawan, Dadang Kusmayadi dan Ida S. Widayanti, Jejak Langkah Menuju

Indonesia Emas 2020 (Jakarta: Arga Printing, 2008), h. 72. 100

Abdullah Suntani, “Analisis Pesan Dakwah dalam ESQ (Emotional, Spiritual,

Quotient) Basic Traning Leadership Center 165” (Skripsi S-1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h. 49-50.

Page 64: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

beberapa karya-karya, salah satu ucapan terimakasih yang tertulis dalam karya

yaitu:

Kedua orang tua saya H.A.Rohim Agustjik dan ibu Hj.Anna Rohim

pembimbing sekaligus pendorong semangat saya. Cinta yang luhur telah

mengispirasi saya dalam menulis buku ini,juga kehidupan saya. Mereka

mendidik saya untuk merdeka dalam mengambil keputusan hidup, hanya

Allah yang mampu membalas kebaikan yang sangat agung itu.101

Ia dikaruniai enam orang anak dari pernikahannya dengan Linda

Damayanti, yakni Anjar Yusuf Ramadhan, Eric Bintang, Rima Khansa Nurani,

Eqi Muhammad Rikansa, Esqi Gibraltar Ibrahim dan Sakura Azzahra. Ia

memdidik anaknya secara disiplin, agamis, harmonis dan nyaman. Hal itu tidak

lepas dari peran istrinya, Linda Damayanti sebagaimana ia ungkapkan,

Istri saya Linda Damayanti yang begitu setia menemani dan begitu sabar

mengikuti langkah saya, semoga Allah mencatat amal kebaikannya.

Ary Ginanjar adalah seorang praktisi sejati berkiprah di dunia usaha dan

terjun ke persaingan dunia bisnis yang sangat kompetitif dan penuh tantangan.

Kemampuan dalam bidang pelatihan sumber daya manusia telah sangat teruji di

berbagai traning, di mana ia tampil sebagai trainer utama. Selain sebagai trainer,

ia juga tidak berhenti hanya sebagai seorang pengamal sejati yang berkecimpung

dalam keusahawanan dalam dunia perniagaaan yang sangat kompetitif dan penuh

kesabaran. Kemampuannya dalam bidang pembangunan modal insan sangat

terbukti di berbagai traning.

Ia bukanlah lulusan dari pesantren atau psikologi, tapi dua bidang itu

dipelajari dengan sendiri, dengan didukung semangat belajar yang tinggi serta

101

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power:Sebuah Inner

Journey Melalui Al-Ihsan (Jakarta:Arga Wijaya Persada,2003), h.178.

Page 65: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

sifat tawadhu terhadap ilmu pengetahuan. Sebelum tahun 2001 masyarakat tidak

mengenalnya. Namun, pamor laki-laki yang lahir pada hari rabu ini cepat meroket

dan pelatihannya menjadi terkenal di mana-mana setelah menyusun buku

karangannya yaitu ESQ (Emotional Spiritual Quentient).

Pendidikannya dimulai di SDN Kare 1 kemudian diteruskan belajar SMP

70 Pejompongan dan SMA 68 di Jakarta.102

Dia Menempuh pendidikan tinggi di

Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Universitas Udayana, Bali dan di Tafe

College, Adelaide, Australia.103

2. Karir dan Karya

Karirnya dimulai di dunia pendidikan, karena dia sempat menjadi dosen

tetap di Politeknik Universitas Udayana, Jimbaran, Bali. Profesi ini, dia lakukan

selama lima tahun sebelum akhirnya terjun secara total di bidang bisnis yang

dirintisnya di bali. Setelah sukses mengawali bisnisnya di Bali, dia kemudian

kembali ke Jakarta sekitar akhir tahun 1990-an. Di Jakarta dia mendirikan

beberapa perusahaan dan memegang berbagai jabatan penting antara lain sebagai

presiden direktur PT. Arga Wijaya, Komisaris Utama PT. Arsa Dwi Nirmala,

Executive Vice Presiden di JJP (Jakarta professional chapter), menjadi ketua

diklat dan litbang di HIPMI Jaya (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) dan

terakhir ia mendirikan pusat pelatihan ESQ Leadership center yang telah

mengadakan beberapa kali pelatihan.104

102

Abdullah Suntani, “Analisis Pesan Dakwah dalam ESQ (Emotional, Spiritual,

Quotient) Basic Traning Leadership Center 165”, h. 50. 103

http://aryginanjar.com/ary-ginanjar-agustian/ diakses 04/03/15 pukul 11:38. 104

Abdullah Suntani, “Analisis Pesan Dakwah dalam ESQ (Emotional, Spiritual,

Quotient) Basic Traning Leadership Center 165”, h. 50.

Page 66: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Ary Ginanjar mulai dikenal setelah buku pertamanya yang berjudul

Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual terbit tahun 2001.

Buku ini, dibuat terinspirasi dari perjalanan kehidup dan bisnisnya. Setelah buku

itu terbit dan mendapatkan respon baik, memicu banyaknya permintaan bedah

buku, seminar, maupun ceramah. Maka buku tersebut kemudian ditransformasi

menjadi sebuah training SDM di dalam negeri dan di luar negeri.105

Ary juga dipilih oleh koran Republika menjadi Tokoh Perubahan 2005 dan

sekaligus didaulat menjadi Pengurus Dewan Pakar ICMI periode 2005–2010.

Pada Maret 2007, Ary Ginanjar juga telah berhasil memperkenalkan ESQ di

Oxford, Inggris. Dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh The Oxford

Academy of Total Intelligence tersebut Ary Ginanjar mempresentasikan gagasan

ESQ dan memukau sejumlah pakar Spiritual Quotient (SQ) dari berbagai negara

seperti Amerika Serikat, Australia, Denmark, Belanda, Nepal dan India.106

Penghargaan dan pengakuan atas konsep The ESQ Way 165 sebagai

metode pembangunan karakter terus mengalir. Pada peringatan Sumpah Pemuda

di tahun 2009, Ary Ginanjar menerima penghargaan dari Menteri Pemuda dan

Olahraga (Menpora) yang bertajuk ESQ Model Sebagai Metode Pembangunan

Karakter. Kemudian pada tahun yang sama Majalah Biografi Politik juga

menobatkannya sebagai Pemimpin Muda Berpengaruh 2009. Sebagai

penghargaan atas kontribusi ESQ dalam pembangunan karakter di lingkungan

Kepolisian RI maka di Tahun 2010 Ary Ginanjar menerima pula penghargaan dari

Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

105

http://aryginanjar.com/ary-ginanjar-agustian/ diakses 04/03/15 pukul 15:13. 106

Farikhatul Walidah, “Telaah Komparatif atas Pemikiran Danah Zohar, Ian Marshall

dan Ary Ginanjar Agustian tentang Kecerdasan Spiritual (Study Pustaka)”, H.16.

Page 67: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Konsep The ESQ Way 165 sebagai metode pembangunan karakter juga

telah diakui secara akademis melalui penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa

oleh UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) kepada Ary Ginanjar pada Desember

2007. Ary juga mendapat kepercayaan untuk mengajar mata kuliah Strategi

Pendidikan Karakter di program pascasarjana UNY.107

Pada saat ini, jabatan yang diemban Ary adalah presiden Direktur ESQ

Leadership Centre dengan alamat ESQ Leadership Centre. Ia adalah seorang

yang mau belajar langsung dari lapangan dan dunia usaha. Selain itu, Ary juga

penulis buku best seller ESQ, buku yang mampu terjual sebanyak 150.000

eksemplar dalam waktu yang singkat. Di antara buku-bukunya adalah:

a. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ

berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam.”(Jakarta:Arga Wijaya

Persada,2001).

b. “Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power:Sebuah Inner Journey

melalui al-Ihsan” (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2003).

c. The ESQ Way 165:1 Ihsan, 6 Rukun Iman, 5 Rukun Islam ( Jakarta:Arga

Wijaya Persada, 2001).

d. The ESQ Way jilid 1.

e. The ESQ Way jilid 2.

f. Mengapa ESQ.

g. ESQ English Version.

h. Bangkit Dengan Tujuh Budi Utama.

107

Dalam http://www.esqway165.com/about-us/founder/ diakses pada tanggal 15

Agustus 2017

Page 68: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

i. Building The Best Indonesian Bussiness Way.

3. Latar Belakang Pemikiran ESQ Way 165

Ary Ginanjar dikenal sebagai motivator sekaligus menjadi pendiri lembaga

training Pembangunan Karakter ESQ LC (Emotional Spiritual Leadership Center)

dan penggagas metode ESQ Way 165. Dia berinisiatif untuk memperbaiki moral

bangsa dan membangun peradaban baru Indonesia Emas pada tahun 2020.

Inisiatif besarnya itu berhasil memberikan motivasi dan semangat perubahan

melalui buku serta trainingnya, membuat dia terpilih sebagai salah satu The Most

Powerful People and Ideas in Business 2004 oleh Majalah Swasembada. 108

Ary Ginanjar Agustian hadir dengan konsep ESQ.109

Dengan materi ESQ

ini, dia mengintegrasikan dan mengembangkan antara IQ, EQ, dan SQ dalam

kesatuan yang integral dan transendental. Hal ini sebagaimana ia katakan dalam

bukunya Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ :

Melalui sebuah perenungan panjang, akhirnya dengan ijin Allah, saya

menggagas sebuah bentuk sinergi keduanya ke dalam ESQ (Emotional and

Spiritual Quotient). Sebuah penggabungan gagasan kedua energi tersebut

untuk menyusun metode yang lebih dapat diandalkan dalam menemukan

pengetahuan yang benar dan hakiki.110

Lebih lanjut lagi, untuk mematangkan dan mengembangkan gagasannya,

Ary Ginanjar Agustian mendirikan lembaga ESQ WAY 165 pada tahun 2000.

108

Farikhatul Walidah, “Telaah Komparatif atas Pemikiran Danah Zohar, Ian Marshall

dan Ary Ginanjar Agustian tentang Kecerdasan Spiritual (Study Pustaka)”, (Skripsi S-1 Program

Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga), h. 16. 109

Menurut Ary Ginanjar, dalam konsep ESQ, SQ merupakan kecerdasan tertinggi. SQ

adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ memberikan

makna spiritual terhadap pemikiran, prilaku dan kegiatan, sehingga di dalam konsep ESQ tersebut

antara IQ, EQ, dan SQ terjadi sinergi yang komprehensif. Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses

Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ, 41, h. 13. 110

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

ESQ, h. 12.

Page 69: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Konsep ESQ WAY 165 adalah rumusan yang terdiri dari Ihsan, Rukun Iman dan

Rukun Islam dengan mengkonvergensikan antara EQ dan SQ. Simbol 165

merupakan jabaran dari 1 Ihsan, 6 Rukun Iman, dan 5 Rukun Islam.111

Dengan

kata lain, secara materi konsep ESQ WAY 165 Ary Ginanjar memadukan tiga

konsep dasar manusia antara IQ, EQ dan SQ, menjadi konvergen dalam konsep

ESQ (Emotional And Spiritual Quotient). Lalu digabungkan dengan khazanah

Islam – Ihsan, Rukun Iman, Rukun Islam – menjadi konsep ESQ yang otentik.

Sedangkan al-Qur‟an diposisikan sebagai paradigma dasar untuk mengungkap sisi

kecerdasan emosi dan spiritual dalam diri manusia.

Peranan spiritualitas dalam pembangunan kepribadian dan kehidupan

begitu penting,112

begitu pula konsep ESQ 165 yang universal ini yang lebih

menekankan aspek spiritualitas dalam pengembangan pribadi, tanpa

111

Enam Rukun Iman, lima Rukun Islam dan Satu Ihsan pertama kali diperkenalkan oleh

Nabi Muḥammad saw. kira-kira tahun 622-624 Masehi di hadapan para sahabatnya di Masjid

Madinah (Yastrib). Hadis ini bercerita bahwa pernah suatu ketika Nabi saw. dan para sahabat

didatangi oleh seorang laki-laki yang bajunya sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Ternyata,

orang tersebut adalah malaikat Jibril. Dia kemudian menyandarkan lututnya pada lutut Nabi saw.

dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Nabi. Pertama, dia bertanya tentang apa itu Islam?,

lalu Nabi menjawab: “Kesaksian bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan

bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan

puasa Ramadan, serta haji ke Baytullāh bagi yang mampu”. Kedua, dia bertanya tentang apa itu

Iman?, Nabi menjawab: “Hendaknya kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-

kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk.” Ketiga, dia bertanya tentang apa

itu Ihsan?, Nabi Menjawab menjawab: “Hendaknya kamu menyembah Allah seakan-akan kamu

melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." Keempat,

dia bertanya tentang kapankah hari akhir itu?, Nabi menjawab: "Tidaklah orang yang ditanya itu

lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Kelima, kabarkanlah kepadaku tentang tanda-

tandanya (hari kiamat)?, Nabi menjawab: “Apabila seorang budak melahirkan (anak) tuan-Nya,

dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun

bermegah-megahan dalam membangun bangunan”. Lihat Muslim ibn al-Ḥajjāj, Ṣaḥīḥ Muslim

(Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-„Arabī, t.t), jilid 1, h. 36. 112

Begitu penting kualitas spiritual seseorang dalam kehidupan, sehingga Hart

menempatkan lima tokoh agama atau spiritual ke dalam 6 tokoh yang paling berpengaruh dalam

sejarah. Adapun 6 tokoh teratas adalah: Nabi Muḥammad, Isaac Newton, Nabi Isa, Budha, Kong

Hu Chu, dan St. Paul. Lima dari enam tokoh teratas itu adalah tokoh-tokoh agama, para pemimpin

spiritual. Agus Nggermanto, Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum): Cara Capat Melejitkan

IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis (Bandung: Nuansa, 2002), Cet. 1, h. 123

Page 70: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

mengesampingkan aspek IQ dan EQ. Bahkan, SQ mendukung, mengarahkan, dan

mengokohkan IQ dan EQ yang telah dimiliki seseorang ke arah yang positif.

Dengan konsep ESQ WAY 165, Ary Ginanjar Agustian berusaha

mewujudkan “Indonesia Emas 2020” yang menjunjung tinggi tujuh budi utama,

yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil, dan peduli. Tujuh

budi utama inilah menurut dia yang harus dimiliki oleh bangsa ini agar bisa

bangkit dari keterpurukan di berbagai lini kehidupan. Ary Ginanjar Agustian

berkata:

Kami percaya bahwa nilai-nilai inilah yang menjadikan bangsa ini

kembali bangkit. Kita akan bersama-sama menyebarkan nilai-nilai ini di

manapun hingga di setiap jengkal tanah negeri ini. Hingga keutamaan

bangsa ini bukan lagi pada apa yang ditunjukkan secara fisik, yaitu

kekayaan, jabatan, dan kekuasaan. Namun nilai-nilai luhurlah yang

dijunjung tinggi, hingga korupsi dan pelanggaran hukum tak lagi

mempunyai tempat.113

“Indonesia Emas 2020” merupakan visi dan misi konsep ESQ Way 165

yang digagas Ary Ginanjar, guna membangun peradaban Indonesia yang

berkarakter dan menjunjung tinggi moralitas-religius. Ini karena, kemajuan

pembangunan, ekonomi, politik, dan IPTEK yang dialami suatu bangsa tanpa

dibarengi oleh kemajuan karakter dan moralitas warganya hanya akan membawa

kepada kehancuran. Konsep tersebut berangkat dari keyakinan Ary Ginanjar

bahwa kebangkitan peradaban umat akan dimulai dari Indonesia.114

Hal ini

sebagaimana ia katakan:

113

Ary Ginanjar Agustian, Bangkit dengan 7 Budi Utama; Kumpulan Kisah Spiritual

penggugah Motivasi (Jakarta: Agra Publising, 2013), h. X. 114

Keyakinan ini bukan tanpa alasan. Ary Ginanjar Agustian telah merusaha menggapai

mimpi ini sejak tahun 2000 dengan mendirikan lembaga training motivasi dan pembangunan

karakter, baik yang bersifat komersial maupun non-komersial. Sementara alumni dari training ini

Page 71: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Keyakinan kita bulat bahwa kebangkitan umat itu terjadi di Indonesia,

tidak di Mesir, tidak di Tunisia, tidak di Amerika, tapi di Indonesia.115

B. Konstruksi Konsep Manusia paripurna di dalam ESQ Way 165

1. Konsep Manusia Paripurna

Sebagaimana telah dijelaskan di dalam bab II, para filosof Muslim telah

membuat konsep yang jelas tentang manusia paripurna atau insān kāmil.

Kesimpulannya, dari mulai Ibn „Arabī, al-Jīlī, Suhrawardī, al-Ghazalī

Muhammad Iqbal, sampai Murtaḍa Muṭahhari menjelaskan bahwa konsep

manusia paripurna merupakan eksistensi real dari wujud Tuhan di alam Dunia.

Dengan kata lain, manusia paripurna merupakan manifestasi dari Tuhan, maka

setiap gerak-geriknya selaras dengan perintah dan larangan Tuhan, serta mampu

membumikan sifat-sifat Tuhan dalam dirinya. Itulah hakikat keberadaan manusia

sempurna di muka bumi ini.

Dalam konsep ESQ Way, Ary Ginanjar pun mengatakan hal yang senada,

walau secara literal sedikit berbeda. Ia membahas manusia paripurna itu harus

menyeimbangkan dimensi fisik (IQ), dimensi emosi (EQ), dan dimensi spiritual

(SQ). Cara menyeimbangkan yang pertama adalah dengan jalan menyucikan dan

menjernihkan hati, atau dalam terminologi Ary Ginanjar disebut Zero Mind

Process, yaitu proses perjernihan titik Tuhan atau God Spot dari hal-hal yang

menutup dan mengotorinya. Cara ini bertujuan untuk mengaktifkan kembali suara

telah mencapai 1 juta orang (data Nopember 2010), dengan rata-rata 100 training per bulan, baik

di dalam maupun luar negeri; menghasilkan 1.000-15.000 alumni setiap bulannya; dan sejak

berdirinya hingga Nopember 2010 sudah melaksanakan 5.000 training. Lihat

http://www.esqway165.com/about-us/ diakses pada 12 Oktober 2014. 115

Wawancara penulis dengan Ary Ginanjar Agustian pada 11 September 2014.

Page 72: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

hati, dan suara hati merupakan cerminan suara Ilahi. Jika suara hati sudah jernih

dan suci, maka langkah berikutnya adalah tajallī yaitu tersingkapnya sifat-sifat

dan asma„ Allah swt. di dalam hatinya, kemudian seluruh tingkah lakunya adalah

cerminan dari suara hatinya.

ESQ adalah kecerdasan yang menentukan tingkat keberhasilan manusia

dalam kehidupan, baik sebagai khalīfah fī al-„Ard maupun sebagai hamba. ESQ

yang diusung oleh Ary Ginanjar Agustian ini, dibangun dengan landasan dasar

seorang muslim, yaitu 6 rukun iman dan 5 rukun Islam yang kemudian ditambah

dengan ihsan. Rupanya, apa yang menjadi temuan psikolog barat menjadi kritik

bagi Ary Ginanjar Agustian. Bahwa apa yang dicetuskan oleh Zohar dan Marshall

di atas hanya masih sebatas pada temuan material dan parsial (sekular). Ary

Ginanjar Agustian (lagi-lagi) mengelaborasikan EQ dan SQ dengan nilai-nilai

yang dianutnya (Islam) menjadi suatu integrasi yang utuh tanpa dikotomi. Ia

menulis:

”Selama ini banyak berkembang dalam masyarakat kita sebuah

pandangan dengan stereotip, dikotomisasi antara dunia dan akhirat.

Dikotomisasi antara unsur-unsur kebendaan dan unsur agama, antara

unsur kasat mata dan tak kasat mata. Materialisme versus orientasi nilai-

nilai Ilahiyah semata. Mereka yang memilih keberhasilan di alam

“vertikal” cenderung berfikir bahwa kesuksesan di dunia justru adalah

sesuatu yang bisa “dinisbikan” atau sesuatu yang bisa demikian

mudahnya „dimarginalkan‟. Hasilnya mereka unggul dalam kekusyu‟an

berdzikir dan kekhidmatan berkontemplasi namun menjadi kalah dalam

percaturan ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial, politik dan perdagangan di

alam “horizontal”. Begitupun sebaliknya yang hanya berpijak pada alam

kebendaan, kekuatan berpikirnya tak pernah diimbangi oleh kekuatan

Page 73: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dzikir. Realitas kebendaan yang masih membelenggu hati, tidak mudah

baginya untuk berpijak pada alam fitrahnya (zero mind)”.116

Dengan didasarkan pada realitas di atas maka Ary Ginanjar Agustian

menemukan suatu model pembentukan manusia paripurna atau manusia paripurna

berupa konsep ESQ Model. ESQ Model ini kemudian dituangkan dalam bentuk

buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual:ESQ

Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam”. Di

dalam buku tersebut mencoba mengkonvergensikan secara tepat antara

kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) dengan didasarkan pada

nilai-nilai Islam. Meskipun EQ dan SQ memiliki muatan yang berbeda namun

sama-sama penting untuk dapat bersinergi antara satu dengan yang lain. Sebuah

penggabungan gagasan kedua energi tersebut menyusun metode yang lebih dapat

diandalkan dalam menemukan yang benar dan hakiki. Secara sederhana Ary

Ginanjar Agustian menggambarkan konvergensi bentuk kecerdasan tersebut

sebagai berikut:

Tuhan Tuhan

EQ

Manusia Manusia SQ

Manusia Manusia Manusia

116

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

(Jakarta: PT. Arga, 2001), h. Xxxvi.

ESQ

Page 74: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

2. ESQ Elemen Manusia Paripurna

Ary Ginanjar Agustian mendefinisikan ilmu ESQ (Emotional Spiritual

Quotient) adalah ilmu pengetahuan baru yang menjabarkan tentang suatu

fenomena “gerakan thawaf spiritual” atau spiritual kosmos, yang menjelaskan

tentang bagaimana meletakkan aktivitas manusia agar mampu mengikuti pola-

pola atau etika alam semesta, sehingga manusia dapat hidup di dunia dengan

penuh makna, serta memiliki perasaan nyaman dan aman, tidak melanggar atau

tidak bertentangan dengan azas-azas SBO (Spiritual Based Organization ) yang

sudah baku dan pasti. Apabila dalam ilmu atom ada model atom Rutherford yang

dapat menjelaskan garis orbit stasioner electron, maka dalam dimensi spiritual ada

sebuah model dinamakan ESQ Model yang berfungsi sebagai sebuah mekanisme

sistematis untuk mengolah dan mengatur energi spiritual. ESQ Model juga

bertujuan agar setiap diri manusia memiliki sebuah “mata hati” yang mampu

untuk melihat, apakah seseorang sudah menjejakkan diri pada garis orbit yang

benar (in line) dan mengitari pusat orbit yang tepat (on line).117

ESQ yang diusung oleh Ary Ginanjar Agustian ini,dibangun dengan

landasan dasar seorang muslim, yaitu 6 rukun iman dan 5 rukun Islam yang

kemudian ditambah dengan ihsan. Kecerdasan intelektual (IQ) sebagai dimensi

fisik dikendalikan oleh rukun Islam,kecerdasan emosional (EQ) sebagai dimensi

mental dikendalikan oleh rukun Iman,dan kecerdasan spiritual (SQ) sebagai

117

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h.19-20.

Page 75: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dimensi spiritual dikendalikan oleh nilai-nilai yang tertuang dalam konsep

Ihsan.118

Islam sebagai ajaran, bukan semata persoalan legal-formalistik, melainkan

juga persoalan teologis yang tercantum di dalam rukun Iman dan Islam. Kedua

rukun tersebut merupakan “sumber mata air” kehidupan dalam memberikan solusi

bagi jiwa manusia. Kecerdasan intelektual dan emosional didasari oleh konsep

kedua rukun tersebut, sedangkan kecerdasan spiritual didasari oleh konsep ihsan.

Walhasil, puncak dari kecerdasan adalah kecerdasan spiritual yang terefleksikan

dari nilai-nilai ihsan, yaitu merasa melihat Allah swt. dan merasa diawasi-Nya.

3. The ESQ Way 165 Sebagai Tahapan Menuju Manusia Paripurna

Ary Ginanjar mengintegrasikan kecerdasan emosional (EQ) yang dilandasi

ḥabl min Allāh (SQ), sehingga menghasilkan ESQ, yaitu emotional and spiritual

quotient. Ia memaparkan pemikirannya diawali dengan titik fitrah, kemudian

kepada konsep pembangunan prinsip hidup yang membangun mental, hingga

membangun ketangguhan sosial yang dirangkum dan digambarkan secara

holistik-integralistik. Konsepnya disebut dengan The ESQ Ways 165, yaitu

1(ihsan), 6 (iman), 5 (islam) dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Zero Mind Process (penjernihan Emosi)

Zero mind process adalah sebuah proses yang bertujuan untuk

membersihkan hari dari belenggu yang menutupinya atau upaya untuk mengenali

118

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner

Journey Melalui Al-Ihsan (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2003), H.Xix.

Page 76: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dan menghapus apa yang menutupi potensi dalam God spot, sehingga spiritual

power muncul. Langkah ini merupakan langkah yang harus dilakukan untuk

menghilangkan pola fikir yang keliru terhadap sesama manusia.

Adapun hal-hal yang menjadi belenggu untuk dihindari di antaranya

penghapusan prasangka, menguatkan prinsip-prinsip hidup, menghilangkan

pengalaman-pengalaman buruk masa lalu, menetapkan pilihan antara kepentingan

dan prioritas, memperluas sudut pandang, memberikan penilaian yang objektif,

dan literatur (kembali kepada al-Qur‟an dan Hadis).

1) Prasangka

Salah satu faktor yang mempengaruhi objektivitas seseorang dalam

melihat suatu hal, yaitu adanya prasangka atau dugaan-dugaan orang tersebut.

Ketika seseorang dilingkupi prasangka-prasangka negatif, maka ia akan mudah

terjerumus ke dalam kesalahan. Hal ini sebagaimana Allah Swt. tegaskan di dalam

al-Qur‟ān tentang hal tersebut.119

Prasangka-prasangka negatif tersebut akan semakin bertambah ketika

sistem informasi semakin maju, dan media seperti televisi, majalah dan koran

terus memborbardir pikiran manusia dengan berita-berita pembunuhan, penipuan

dan kejahatan. Akhirnya, banyak orang yang terpengaruh akibat berprasangka

negatif atau curiga kepada orang lain. Sebaliknya, orang yang memiliki suara hati

merdeka, akan lebih mampu melindungi fikirannya. Ia mampu memilih respon

positif di lingkungan paling buruk sekalipun. Berprasangka baik pada orang lain

119

Allah Swt. berfirman di dalam surat al-Hujurat ayat 12:

.....

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena

sebagian dari purba-sangka itu dosa......

Page 77: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

akan mendorong dan menciptakan kondisi untuk saling percaya, saling

mendukung, terbuka, dan kooperatif.120

2) Prinsip-Prinsip Hidup

Beragam prinsip hidup mengkontruksi berbagai tindakan manusia yang

beragam. Prinsip hidup yang telah dibangun tersebut, kemudian diyakini

mengakibatkan terciptanya tipologi pemikiran materialis, sehingga batin dan

hatinya menjadi kering kerontang. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Peter

Drucker, yang dikutip Ary Ginanjar. Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa di era

modern telah berkembang prinsip ekonomi, yang mengatakan tidak ada

persahabatan yang abadi, yang ada hanya kepentingan abadi.

Prinsip-prinsip seperti itu, bertentangan dengan hati nurani manusia yang

sangat memuliakan persahabat, tolong menolong dan kasih sayang antar sesama.

Begitu pula prinsip yang mementingkan „casing‟, prinsip ini telah berhasil

membelokkan bangsa ini menjadi bangsa konsumtif dan mendewakan penampilan

luar tanpa memperhatikan sisi terdalam manusia yaitu hati nurani.121

Walhasil, prinsip-prinsip tersebut berakhir dengan kegagalan, baik

kegagalan lahiriah dan kegagalan batiniah, karena prinsip-prinsip tersebut

bertentangan dengan suara hati nurani.

3) Pengalaman

120

Ary Ginanjar Agustian, The ESQ Way 165 (Jakarta:Arga Wijaya Persada, 2001), h. 52. 121

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h.21.

Page 78: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Pengalaman adalah apa yang diperoleh oleh seseorang dalam perjalanan

hidupnya biasanya dijadikan kesimpulan dan bersikap.122

Pengalaman-

pengalaman hidup atau kejadian-kejadian yang dialami seseorang akan sangat

berperan dalam menciptakan pemikiran seseorang, sehingga membentuk suatu

“paradigma” yang melekat di dalam pikirannya. Seringkali paradigma itu

dijadikan sebagai suatu “kaca mata” dan sebuah tolok ukur bagi dirinya atau

untuk menilai lingkungannya, Sehingga melihat sesuatu secara subyektif. Hal ini

akan menjadikan dirinya terkungkung dan kadang tidak menyadari sama sekali

bahwa alam pikirannya terganggu.123

Ary Ginanjar dalam Zero Mind 3 menyuruh untuk membebaskan diri dari

pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, dan juga agar berfikir

secara merdeka.124

4) Kepentingan dan Prioritas

Setiap orang mempunyai kepentingan di dalam menentukan pilihan

hidupnya, namun sering kali mereka terjebak dengan kepentingan-kepentingan

yang salah di dalam mengambil keputusan. Prinsip yang keliru, karena ia telah

mengingkari hati nuraninya sendiri. Setiap prinsip akan melahirkan kepentingan,

dan kepentingan akan menentukan prioritas apa yang akan didahulukan. Ary

Ginanjar dalam hal ini menegaskan untuk selalu mendengarkan kata hati, pegang

122

Ahmad Taufiq Nasution, Melejitkan SQ Dengan Prinsip 99 Asma‟ul Husna

(Jakarta:PP Gramedia Pusaka Utama, 2009) h. 90. 123

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h.24. 124

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h.88.

Page 79: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

prinsip karena Allah Swt. berfikir melingkar, sebelum menentukan kepentingan

dan prioritas.125

5) Sudut Pandang

Dalam melihat sesuatu yang sama, orang satu dengan yang lain biasanya

mempunyai tanggapan atau pendapat yang berbeda. Hal ini dikarenakan mereka

mempunyai sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang seseorang dipengaruhi

oleh latar belakang kehidupannya, yakni pengalaman, pengetahuan dan

lingkungan. Oleh karena itu, maka ia harus melihat secara objektif dan

komprehensif, bukan dengan satu sudut pandang saja.126

Oleh sebab itu, sebuah sudut pandang positif akan keluar dari suara hati

dan berpegang pada prinsip berfikir melingkar dan menggunakan radar hati.127

Namun ketika sudut pandang ini diarahkan pada hal-hal negatif, maka akan terjadi

kesalahfahaman. Supaya tidak terperosok pada sudut pandang yang sempit, atau

klaim pandangannya yang paling benar dan orang lain salah, maka perlu

dilakukan pandangan perbandingan terhadap sudut pandang orang lain.128

6) Pembanding

Maksud pembanding di sini yaitu mengubah prinsip tanpa mempelajarinya

atau dalam istilah fiqih adalah taqlīd buta. Orang tersebut selalu membanding-

bandingkan dirinya dengan orang lain atau ia ikut-ikutan. Sehingga orang tersebut

125

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h.92. 126

Ary Ginanjar Agustian dan Ridwan Mukri, ESQ For 1(Jakarta:PT Arga,2008), h. 100. 127

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h.94. 128

Ahmad Taufiq Nasution, Melejitkan SQ Dengan Prinsip 99 Asma‟ul Husna, h. 96.

Page 80: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

selalu dalam kebingungan di dalam menentukan sesuatu atau melangkah.129

Karena tingkat keberhasilan suara hati sangat berpengaruh oleh faktor

pembanding, yang membuat suara hati tidak mampu menghasilkan suara yang

bersumber dari Allah Swt.130

Ary Ginanjar menegaskan agar muncul Zero mind 6 maka harus dilakukan

ceck up fikiran sebelum menilai segala sesuatu, jangan melihat sesuatu dengan

subjektifitas fikiran, tetapi melihat dengan objektif dan apa adanya.131

7) Literatur

Bacaan adalah sumber pengetahuan, ilmu dan berbagai hal mengenai

kehidupan. Cara pandang seseorang juga dipengaruhi oleh apa yang mereka baca.

Jika apa yang dibaca mengatakan salah, maka seseorang akan terpengaruh untuk

mengatakan salah, sebaliknya, jika bacaan tersebut menganggap benar, maka

seseorang tersebut akan menganggapnya benar. Sehingga, seringkali orang

terjebak dalam kesalahan dan tidak punya prinsip yang jelas. Oleh karena itu

bacaan yang menjadi tuntunan yang benar adalah yang berlandaskan pada al-

Qur‟an dan Hadis bukan bacaan yang berlandaskan akal atau suatu paham

kepercayaan masyarakat tertentu yang salah.132

Berdasarkan penjelasan di atas, proses penjernihan Emosi atau zero mind

process dari belenggu-belenggu yang terdapat di dalam diri manusia terlihat di

gambar sebagai berikut:

129

Ary Ginanjar Agustian dan Ridwan Mukri, ESQ For 1, h. 100. 130

Ahmad Taufiq Nasution, Melejitkan SQ Dengan Prinsip 99 Asma‟ul Husna, h. 98. 131

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h.99. 132

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 101.

Page 81: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Gambar 4.1 Belenggu-Belenggu dalam Proses Penjernihan Emosi

Hasil akhir dari Zero Mind Process atau penjernihan emosi di atas, akan

menghasilkan suara hati ilahiah atan membentuk Self Conscience. Hal ini terjadi

karena segala bentuk belenggu-belenggu yang telah dijelaskan di atas telah

terlepas diri dan menjadi manusia merdeka.133

Walhasil, seseorang yang telah

melakukan proses penjernihan hati tersebut, akan menjadi manusia paripurna atau

al-insān al-Kāmil.

b. Mental Building (Membangun Mental)

133

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 112.

Page 82: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Setelah melalui proses Zero Mind Process (ZMP), langkah selanjutnya

adalah Mental Building, yaitu membangun kecerdasan emosi melalui enam

prinsip yang didasarkan atas rukun iman, yaitu membangun prinsip bintang

sebagai pegangan hidup, memiliki prinsip malaikat sehingga dapat dipercaya oleh

orang lain, memiliki prinsip kepemimpinan, menyadari pentingnya prinsip

pembelajaran, mempunyai prinsip masa depan, dan mempunyai prinsip

keteraturan.134

Enam prinsip untuk membangun mental merupakan gambaran umum

untuk dijadikan acuan dalam membangun insan kamil. Enam prinsip yang

berorientasi pada rukun iman yang diantaranya:

1) Star Principle ( Prinsip Bintang)

Ary Ginanjar Agustian memberikan penguatan bahwa tauhid adalah

kepemilikan rasa aman intrinsik, kepercayan diri yang sangat tinggi, integritas

yang sangat kuat, sikap bijaksana dan memiliki tingkat motivasi yang sangat

tinggi, yang semuanya dilandasi dan dibangun karena iman dan berprinsip hanya

kepada Allah serta memuliakan dan menjaga sifat Allah.135

Dalam hal ini, Ary menjelaskan bahwa basis kecerdasan spritual adalah

kalimat lā ilāha illallāh. Dalam prinsip tersebut juga, God Spot (suara hati)

berasal, sumber utamanya adalah 99 sifat Allah Swt. 136

134

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 119. 135

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 137. 136

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 137.

Page 83: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Kondisi terberat yang dapat membuat seseorang tergeser dari prinsip lā

ilāha illallāh adalah kemilau dan godaan dunia. Hal tersebut menjadi tantangan

seseorang manusia, lebih memilih Allah Swt. Atau harta benda dunia. Namun

dengan pendalaman dan penalaran hati, maka semua hal tersebut akan tampak

nyata sekali, dan dapat dilihat dari ayat-ayat-Nya dan yang paling urgent adalah

melalui mata hati kita sendiri yaitu mata hati keimanan.

Adapun hal-hal yang diajarkan di dalam Star Principle ( Prinsip Bintang)

yaitu:

a) Bekerja karena Allah, bukan karena pamrih kepada orang lain. Hal ini

akan membuat seseorang memiliki integritas yang tinggi, yang

merupakan sumber kepercayaan dan keberhasilan.

b) Tidak berprinsip kepada selain Allah. Tidak berprinsip pada sesuatu yang

labil dan tidak pasti seperti harta, nafsu hewani, kedudukan, penghargaan

orang lain atau apa pun selain Allah. Hal ini akan membuat mental lebih

siap menghadapi kemungkinan apa pun yang akan terjadi pada diri.

c) Melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya

karena Allah, dan selalu ingat kepada Allah Yang Maha Tinggi, hal ini

akan membuahkan hasil yang jauh berbeda dan jauh lebih baik.

d) Selalu berpedoman pada sifat-sifat Allah, seperti ingin selalu maju, ingin

selalu adil, ingin selalu memberi, ingin selalu memberi kasih dan sayang,

ingin selalu bijaksana, dan ingin selalu memelihara.

e) Membangun kepercayaan dari dalam diri, tidak karena penampilan fisik

tetapi karena iman.

Page 84: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

f) Membangun motivasi sebagai makhluk Allah yang sempurna dan wakil

Allah, meraih cita-cita dan harapan dengan kemauan yang kuat

membara.137

2) Angel Principle

Prinsip ini mengajarkan apabila bekerja, selalu mengerjakan dengan tulus,

ikhlas dan jujur, seperti malaikat, selalu berkeyakinan bahwa apa yang

dilakukannya adalah sebuah nilai ibadah. Berprestasi dengan setinggi-tingginya di

setiap pekerjaan, karena merasa selalu melihat Allah atau dilihat Allah. Tidak

perlu diawasi oleh orang lain atau Meminta penghargaan dari orang lain, karena

Allah-lah yang menghargai, bukan mereka dan tidak melakukan suatu pekerjaan

dengan setengah-setengah. Karena dengan begitu, kepercayaan dan integritas

yang keduanya adalah sumber persahabatan dan kepercayaan akan tumbuh.138

3) Leadership Principle

Pemimpin sejati yaitu seseorang yang selalu mencintai dan memberi

perhatian kepada orang lain, sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang kuat,

sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya, selalu membimbing dan mengajari

pengikutnya, memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Yang terpenting

adalah memimpin berlandaskan suara hati yang fitrah. Pola pemimpin yang

diistilahkan dengan pemimpin spiritual yang memiliki ciri-ciri menyadari

kelemahannya dan melihat ke masa depan yang semuanya dilandasi dengan

ketakwaan pada Allah sebagai prinsip utama.

137

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 171. 138

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 171.

Page 85: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Adapun hal-hal yang diajarkan di dalam Leadership Principle adalah:

a) Memberi perhatian kepada semua orang dengan tulus agar dicintai, dan

menjalin selalu tali persahabatan.

b) Membantu orang lain dengan ikhlas, mempelajari apa tangisan dan

impiannya, kemudian membantunya.

c) Selalu mengajari dan mendidik orang lain yang membutuhkan bimbingan.

d) Menjaga selalu sikap dan tingkah laku, karena hal ini bisa meningkatkan

atau menurunkan kepercayaan, dan juga hal tersebut akan berpengaruh

kepada lingkungan.

e) Menjadi pemimpin karena pengaruh, bukan karena hak.

f) Mendengar selalu suara hati, memimpin hati, bukan memimpin kepala.139

4) Learning principle

Prinsip ini mengajarkan:

a) Membaca buku-buku, belajar, berusaha membaca satu lembar setiap hari

walaupun sedang malas. Membaca koran atau majalah bukanlah dikatakan

membaca, karena isinya banyak merupakan informasi atau gossip yang

seringkali mempengaruhi pikiran.

b) Membaca situasi lingkungan, mempelajari dan menganalisa kemudian

mengambil hikmah di baliknya, setelah itu mengupayakan suatu langkah

perbaikan dan penyempurnaan.

c) Membaca al-Qur‟an dan Hadis, tidak hanya membunyikan saja, tetapi

mengambil makna dan inti sarinya.

139 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 172.

Page 86: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

d) Ketika sedang bingung untuk mengambil keputusan, maka mencari

petunjuk dalam al-Qur‟an dan Hadis.

e) Membaca lingkungan dan situasi, menelaah dengan ilmu, menilai dengan

jernih, mengambil filosofi dan menjadikan sebagai pelajaran yang

berharga.140

5) Vision Principle

Memiliki keyakinan akan masa depan akan berimplikasi pada ketenangan

batiniah yang tinggi. Semakin kuat keyakinan seseorang maka semakin tinggi

energi dan kekuatannya. Para ahli mengatakan bahwa orang-orang besar selalu

memiliki visi yang kuat di kepalanya sebelum merealisasikan di alam nyata.

Keyakinan pada hari pembalasan merupakan suatu prinsip yang

memunculkan prinsip yang berorientasi ke masa depan dan selalu berorientasi

kepada tujuan akhir terhadap setiap langkah yang dibuat, melakukan setiap

langkah secara optimal dan bersungguh-sungguh, memiliki kendali diri dan sosial

karena telah memiliki kesadaran akan adanya “hari kemudian” memiliki kepastian

akan masa depan dan memiliki ketenangan batiniah yang tinggi, yang tercipta

karena sebuah keyakinan akan adanya “hari pembalasan”.

6) Well Organized Principle

Dengan prinsip ini maka akan memiliki kesadaran, ketenangan, dan

keyakinan dalam berusaha, karena pengetahuan akan kepastian hukum alam dan

hukum sosial serta sangat memahami akan arti penting seluruh proses yang harus

140

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 172.

Page 87: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

dilalui, serta berorientasi pada pembentukan sistem, dan selalu berupaya menjaga

sistem yang telah dibentuk.141

Keteraturan adalah dasar dari manajemen. Manajemen yang baik menurut

Islam adalah keseimbangan intelektual yang diselaraskan dengan suara hati

manusia, sehingga menghasilkan keteraturan yang berkelanjutan. Ilmu

manajemen Islam adalah meniru Allah Swt. Dalam menata manusia dan alam

semesta dalam rangka mewakili Tuhan untuk memakmurkan bumi.

c. Personal Strength(Ketangguhan Pribadi)

Prinsip ini didasari pada rukun Islam. Artinya untuk memunculkan

karakter insān kāmil, bukan hanya memiliki keteguhan dalam keyakinan namun

juga harus diimplikasikan kepada ibadah-ibadah yang bersifat praksis.

Dalam pengertian yang dikemukakan Ary, ketangguhan pribadi adalah

ketika seseorang berada pada posisi telah memiliki pegangan/prinsip hidup yang

kokoh dan jelas. Sehingga seseorang yang memiliki ketangguhan pribadi tidak

akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang terus berubah dengan cepat.

Ketangguhan pribadi bisa juga bisa dilakukan dengan perilaku yang baik oleh

masing-masing individu. Baik dalam hal ucapan maupun pembicaraan yang

menyenangkan. Karena akan membuat orang tertarik dan menambah kecintaan

pada dirinya. Artinya seseorang yang memiliki kecakapan personal akan mampu

menempatkan dirinya sebagai hamba Allah maupun sebagai manusia yang

141

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 65-152..

Page 88: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

notabene membutuhkan yang lainnya. Ary Ginanjar Agustian memformulasikan

tentang kecakapan personal, yaitu orang mempunyai prinsip tauhid. Di lidah

manusia seperti ini kalimat syahadat bukan hanya sebagai statement, akan tetapi

terpatri dalam hati secara mendalam. Dalam keadaan seperti ini, manusia pasrah

kepada Allah mengenai segala persoalan hidup yang dihadapinya.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam personal strength ini adalah:

1) Mission Statement

Dalam mission statement, syahadat merupakan suatu pembangunan

kesadaran akan satu keyakinan. Syahadat akan membangun sebuah keyakinan

dalam berusaha dan menciptakan suatu daya pendorong dalam upaya mencapai

tujuan, serta akan membangkitkan keberanian dan optimisme, sekaligus

menciptakan ketenangan batin dalam menjalankan misi hidup.142

2) Character Building

Sholat adalah metode relaksasi untuk menjaga kesadaran diri agar tetap

memiliki cara berpikir yang jernih. Sholat adalah sebuah metode yang dapat

meningkatkan kecerdasan emosi dan spiritual secara terus menerus. Sholat adalah

teknik pembentukan pengalaman yang membangun suatu paradigma positif.

Sholat adalah suatu cara untuk mengasah dan mempertajam ESQ yang diperoleh

dari rukun iman. Pengejawantahan nilai-nilai dalam sholat inilah yang akan

menjadi jawaban dari setiap masalah yang timbul dalam kehidupan.143

3) Self Controling

142

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 277. 143

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 307.

Page 89: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Dalam pengendalian diri ini, senjata yang ampuh dalam memelihara diri

adalah puasa. Puasa adalah suatu metode pelatihan untuk pengendalian diri. Puasa

bertujuan untuk meraih suatu kemerdekaan sejati, dan pembebasan dari belenggu

yang tak terkendali. Puasa yang baik akan memelihara aset yang paling berharga

yaitu suara hati (spiritual capital).144

Dengan melakukan langkah-langkah di atas, seseorang diharapkan dapat

mempunyai ketangguhan pribadi. Namun, hal itu belum cukup jika tidak

diimbangi dengan ketangguhan sosial, berikut ini riyāḍah yang harus dilakukan

dalam menciptakan ketangguhan sosial:

4) Strategic Collaboration atau Zakat

Zakat merupakan aktivitas yang sesuai dengan fitrah manusia yang telah

memiliki sifat-sifat Tuhan dalam God Spot-nya, yaitu sifat pengasih dan

peyayang. Dengan kata lain, zakat merupakan bentuk nyata untuk mengeluarkan

potensi spritual guna membangun sebuah sinergi yang kuat, yaitu berlandasan

sikap empati, kepercayaan, sikap kooperatif, transfaransi, dan kredibilitas.145

Zakat adalah suatu metode untuk membangkitkan dan memunculkan suara

hati yang berasal dari sifat mulia al-Rahmān, al-Rahīm, al-Wahhāb, ar-Razzāq,

al- Salīm, al-Fattāḥ, al-Adl, al-Shakūr, al-Qayyūm, al-Mughnī dan al-Jāmi‟.

Suara-suara hati itulah dasar dari ESQ, khususnya kecerdasan sosial.

144 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 309-325 145

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 338.

Page 90: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

5) Total Action atau Haji

Dalam aplikasi ini, haji merupakan puncak “ketangguhan pribadi” dan

puncak “ketangguhan sosial”. Haji adalah sublimasi dari keseluruhan kecerdasan

emosi dan spiritual (ESQ) berdasarkan nilai-nilai ihsan, rukun iman, dan rukun

Islam. Dan haji merupakan perwujudan akhir dari langkah-langkah rukun Islam.

Secara prinsip haji merupakan suatu konsep berpikir yang berpusat kepada Allah.,

dimana segala pemikiran tidak lagi berprinsip kepada yang lain. Prinsip ini

menghasilkan suatu ketangguhan jiwa yang luar biasa. Secara sosial haji

merupakan simbol dari kolaborasi yang tertinggi, yaitu suatu pertemuan pada

skala tertinggi, dimana seluruh umat Islam sedunia melaksanakan langkah yang

sama, dengan landasan prinsip yang sama. Ini contoh ketangguhan sosial yang

sesungguhnya.146

Jika dapat mengetahui makna dari setiap ritual ibadah haji, maka akan

mendapatkan hikmah yang luar biasa. Berikut adalah nilai-nilai hikmah yang

terkandung dalam ibadah haji:

a) Ihrām, merupakan proses zero mind proccess.

b) Ṭawāf, menunjukkan komitmen dan integritas kepada Allah Yang Maha

Esa

c) Sa‟ī, melambangkan sebuah perjuangan manusia di dalam mencari

ridha Allah Swt.

d) wukūf, merupakan waktu untuk evaluasi dan visualisasi yang

dilaksanakan dan ditransformasikan secara fisik.

146 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 371.

Page 91: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

e) Lontar Jumrah, menunjukkan tantangan yang harus dihadapi oleh

manusia.

f) Jamaah Haji, menunjukkan adanya sinergi dan kolaborasi.

g) Qurban, melambangkan tingkat kepasrahan/ berserah diri, hanya

kepada Allah segala keikhlasan jiwa dan raga.

h) Ka‟bah, sebagai pusat jiwa. Semua rangkaian perjalanan ibadah haji

dari awal hingga akhir melambangkan kehidupan perjalanan manusia di

mana terdapat tantangan dan perjuangan, sehingga melahirkan

orangorang yang mempunyai visi (visioner). Dari rangkaian seluruh

ibadah tersebut akan menghasilkan suatu paradigma yang kuat atau

bangunan mental yang terpatri kuat di dalam hati tentang makna

kehidupan yang sebenarnya.147

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

Rukun Iman dan Rukun Islam merupakan unsur utama dalam membentuk

manusia paripurna menurut Ary Ginanjar.

Di dalam konsep ESQ 165, Ary menjelaskan bahwa manusia yang bisa

menyeimbangkan dimensi fisik (IQ), dimensi emosi (EQ) dan dimensi spiritual

(SQ) akan memperoleh posisi manusia paripurna atau insān kāmil. Ia menjelaskan

adanya kesinambungan antara masing-masing bagian, proses pertama sebagai

pondasi bagian yang kedua, begitu seterusnya. Mulai dari penjernihan hati dengan

Zero Mind procces, atau dalam istilah tasawuf disebut takhallī, kemudian

menghidupkan kembali sifat-sifat Allah swt. di dalam God Spot dengan cara

147 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 371-392.

Page 92: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

perbanyak berdzikir, membentuk mental dengan cara tasbīḥ, taḥmīd,taḥlīḥ, dan

takbīr, kemudian membangun ketangguhan pribadi dengan syahadat, salat, dan

puasa, yang terakhir membangun ketangguhan sosial dengan cara zikir dan haji.

4. Asmā’ al-Ḥusnā dan Manusia Paripurna

Ary Ginanjar Agustian menjelaskan bahwa semua prinsip ESQ

berlandasan dari tauhid, dalam prinsip ini pula sumber-sumber suara hati (God

Spot) berasal, yang bermula dari 99 sifat Allah swt. dan terekam dalam jiwa

manusia.148

Lawan terberat yang bisa membuat seseorang tergesar dari prinsip satu ini

adalah daya tarik dan kemilau dunia. Di sinilah tantangan terberat seorang

manusia, memilih yang nyata seperti harta benda, atau Allah Swt. yang tidak kasat

mata. Tetapi melalui “penalaran” dan “pendalaman” hati, maka itu semua akan

tampak nyata sekali, dan bisa dilihat melalui ciptaan-Nya, dan yang terpenting

melalui mata hati kita sendiri yaitu “mata keimanan”.

Pemahaman Asmaul Husna secara parsial atau terpisah-pisah, juga

merupakan „nafsu‟, (mengabaikan 99 Thinking Hat-berpikir Melingkar). Contoh

keinginan untuk berkuasa semata-mata tanpa didasari sifat rahman dan Rahim

atau sifat suci juga akan mengakibatkan kegagalan. Oleh karena itu, pemahaman

bahwa Allah itu Esa, Bijaksana dan Adil juga harus diperhatikan, sehingga sifat-

sifat Allah itu menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

148

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Berdasarkan, h. 121-240.

Page 93: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Relevansi konsep ESQ dengan mewujudkan manusia paripurna adalah

sebagai berikut:

a. Wajah kekeluargaan dan persaudaraan yang menumbuhkan sikap

egalitarianisme. Dalam konsep ESQ berarti ihsan kepada al-Salām.

b. Wajah yang kreatif yang menumbuhkan gagasan-gagasan baru dan

bermanfaat bagi kemanusiaan. Dalam konsep ESQ berarti ihsan kepada al-

Khāliq.

c. Wajah yang penuh keterbukaan yang menumbuhkan prestasi kerja dan

pengabdian mendahului prestasi. Dalam konsep ESQ berarti ihsan kepada

al-Fattāh.

d. Wajah keseimbangan yang menumbuhkan kebijakan dan kearifan dalam

mengambil keputusan. Dalam konsep ESQ berarti ihsan kepada al-„Adl.

e. Wajah kasih sayang menumbuhkan karakter dan aksi solidaritas dan sinergi.

Dalam konsep ESQ berarti ihsan kepada al-Rahmān.

f. Wajah alturistik yang menumbuhkan wajah kebersamaan dalam

mendahulukan orang lain. Dalam konsep ESQ berarti ihsan kepada al-Jāmi‟.

g. Wajah demokrasi yang menumbuhkan wajah penghargaan dan

penghormatan terhadap persepsi dan aspirasi yang berbeda. Dalam konsep

ESQ berarti ihsan kepada al-Wakīl.

h. Wajah keadilan yang menimbulkan persamaan hak serta perolehan. Dalam

konsep ESQ berarti ihsan kepada al-„Adl

i. Wajah disiplin yang menimbulkan keteraturan dan ketertiban dalam

kehidupan. Dalam konsep ESQ berarti ihsan kepada al-Matīn.

Page 94: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

j. Wajah manusiawi yang menumbuhkan usaha menghindarkan diri dari

dominasi dan eksploitasi. Dalam konsep ESQ berarti ihsan kepada al-

Khābir.

k. Wajah yang intelektual atau terpelajar yang menumbuhkan daya imajinasi

dan daya cipta. Dalam konsep ESQ berarti ihsan kepada al-Khāliq.

Sebagaimana disinggung sebelumnya, langkah awal dalam

membangkitkan karakter manusia paripurna adalah dengan Zero mind process,

yaitu sebuah proses yang bertujuan untuk membersihkan hari dari belenggu yang

menutupinya atau upaya untuk mengenali dan menghapus apa yang menutupi

potensi dalam God spot, sehingga spiritual power muncul.

Untuk memelihara suara hati yang sesuai fithrah, maka diperlukan selalu

ingat dan berdzikir dengan 99 asmā‟ al-ḥusnā. Di sudut-sudut doa dan di akhir

salat, selalu lafalkan sifat-sifat Allah Swt. setelah itu, mengaplikasikan 99 asmā‟

al-ḥusnā dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari yang kecil. Berikut ini

beberapa contoh sederhananya:

a. Jika mungkin selama ini, setiap mandi, selalu menggantungkan handuk

sembarangan, suara hati anda akan bicara, “Rapikan dengan

sempurna.”ikutilah karena itu adalah fithrah dari Sang Mahateratur, al-Bārī

(Sang Maha Penata).

b. Saat menerima karcis tol, mungkin anda membuangnya dengan seenaknya.

Akan tetapi, ada suara hati yang berbicara, “Jagalah Kebersihan.” Ikutilah

itu adalah fitrah dari Sang Maha Bersih, al-Ḥafīẓ (Yang Maha Menjaga).

Page 95: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

c. Mungkin selama ini anda pernah berbohong, suara hati akan berbicara,

“Jujurlah!” itu adalah fitrah dari Sang Maha Besar, al-Mu‟īz (Yang Maha

Membeningkan) dan al-Ḥaqq (Yang Maha Benar).

d. Mungkin anda pernah memberikan sumbangan kepada orang yang tidak

punya. Kemudian, anda merasa riya dan sombong. Tiba-tiba ada suara

yang samar-samar berbicara, “Jangan mencari pujian!” Ingatlah, hati-hati,

dari al-Raqīb (Sang Maha Pembaca Rahasia).

e. Anda baru saja membeli mobil baru. Ada suara hati berbisik, “Jangan

sombong!” ingatlah, Sang Maha Kaya, al-Ghanī (Sang Maha Kaya).

f. Anda sedang putus asa. Tiba-tiba ada suara hati yang menyemangati,

“Teruslah Berusaha!” itu adalah fitrah dari Sang Maha Besar, al-Matīn

(Yang Maha Menggenggam Kekuatan).149

149

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,

h. 95.

Page 96: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab pertama sampai bab keempat, dan dengan

berpijak pada rumusan masalah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Manusia paripurna dalam konsep Ary Ginanjar Agustian, adalah manusia

yang mampu menyeimbangkan dimensi fisik (IQ), dimensi emosi (EQ), dan

dimensi spiritual (SQ). Cara menyeimbangkan yang pertama adalah dengan jalan

menyucikan dan menjernihkan hati, atau dalam terminologi Ary Ginanjar disebut

Zero Mind Process, yaitu proses perjernihan titik Tuhan atau God Spot dari hal-

hal yang menutup dan mengotorinya. Cara ini bertujuan untuk mengaktifkan

kembali suara hati, dan suara hati merupakan cerminan suara Ilahi. Jika suara hati

sudah jernih dan suci, maka langkah berikutnya adalah tajallī yaitu tersingkapnya

sifat-sifat dan asma„ Allah Swt. di dalam hatinya, kemudian seluruh tingkah

lakunya adalah cerminan dari suara hatinya. ESQ adalah kecerdasan yang

menentukan tingkat keberhasilan manusia dalam kehidupan, baik sebagai khalīfah

fī al-„Ard maupun sebagai hamba. ESQ yang diusung oleh Ary Ginanjar Agustian

ini, dibangun dengan landasan dasar seorang muslim, yaitu 6 rukun iman dan 5

rukun Islam yang kemudian ditambah dengan ihsan.

B. Saran

Karena uraian di dalam skripsi ini menitik beratkan akan manusia

paripurna dalam konsep Ary Ginanjar Agustian, untuk itu penulis menyarankan

kepada para pembaca agar selalu menciptakan penelitian-penelitian baru dalam

Page 97: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

bidang tasawuf Islam, Penulis berharap dengan adanya skripsi ini tidak menjadi

skripsi (penelitian) pertama yang terakhir, akan tetapi merupakan hasil terakhir

dari yang pertama, sehingga akan disusul dengan skripsi-skripsi oleh para

penelititi lain yang meneliti gagasan-gagasan Ary Ginanjar secara khusus, dan

gagasan yang berkaitan dengan konsep manusia paripurna. sehingga menambah

perbendaharaan bahan bacaan di Fakultas Ushuluddin khususnya jurusan Filsafa,

sehingga memberi peluang kepada para mahasiswa untuk melakukan penelitian

semacam ini.

Demikian sedikit saran, semoga dapat dijadikan perhatian dan bermanfaat

bagi semua pihak. penulis menyadari, bahwa penelitian ini masih jauh dari kata

memuaskan, kesempurnaan hanya milik Allah swt. Wallâhu a‟lam bi al-Sawâb

Page 98: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟ān al-Karīm

„Abdul Bāqi, Muhammad Fuad. Mu„jām al-Mufahras li al-Fāẓ al-Qur„ān al-

Karīm. Bairût: Dârul Fikri, 1987.

Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan

Spiritual. Jakarta: Arga Publising. 2010.

_______, Bangkit Dengan 7 Budi Utama. Jakarta: Arga Publising. 2013.

_______, Spiritual Samurai. Jakarta: Arga Publising. 2010.

_______, Mengapa ESQ. Jakarta: Arga Publising. 2010.

Ali, Yunasril. Manusia Citra Ilahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn

„Arabi oleh al-Jilli. Jakarta: Paramadina, 1997.

AN. Ubaedy, Jangan Cuma Berserah Diri: Temukan Takdir Anda dengan

Menggali dan Melesatkan Bakat serta Potensi Diri. Yogyakarta: Sakanta

Publisher, 2010.

Apriadi, Didi dan Wishnu Dewanto. Pemuda dan Generasi Pemenang.

Jakarta:Lintas Berita. 2008.

Azhari, Kautsar. Wahdat al-Wujud dalam Perdebatan. Jakarta:Paramadina, 1995.

Azra, Azzumardi. Antara Kebebasan Dan Keterpaksaan Manusia : Pemikiran

Islam Tentang Perbuatan Manusia, Dalam Dawam Rahadjo (ed), Insān

Kāmil, Konsepsi Manusia Menurut Islam. Jakarta: Grafiti Press, 1987.

Azwar, Saifuddin. Pengantar Psikologi Inteligensi, Edisi I, Cetakan ke-3.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Baharuddin. Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis terhadap Fenomena.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2009.

Cooper dan A.Sawaf, Excutive EQ, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan

Organisasi ,terj:Alex Tri Kantjono. Jakarta:Gramedia Pustaka, 1998.

Dadang, Asep. Mencerdaskan Potensi IQ, EQ, dan SQ. Bandung: Globalindo,

2007.

Page 99: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Descartes, Rene. Meditations on First Philosophy, Penerjemah: John Cottingham.

Sydney: Cambridge University Press, 1986.

Djaelani, Abdul Qadir. Mewujudkan Masyarakat Sejahtera dan Damai.

Surabaya:Bina Ilmu. 1997.

Fattah, Abdoel. Demokrasi Berkeadaban. Jakarta: Arga Tilanta. 2011

_______, Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus Bangsa. Jakarta:

Arga Publishing. 2008.

G. Bateson. Mind and Nature .New York:Ballantine,1979.

G. Yabsir. Psikologi Kognitif. Yogyakarta:UGM, 2002.

Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi Terj. Alex

Tri Kantjono.. Jakarta:Gramedia. 2005. Cet. 6.

H.S, Abd. Wahab dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan

Spritual. Jogjakarta:Arruz Media. 2011.

Haq, Hamka. Islam Rahmat Untuk Bangsa. Jakarta:RM Books, 2009.

Hawari, Dadang. IQ, EQ, CQ dan SQ. Jakarta: Penerbit FKUI. 2009.

Ibnu Manẓūr, Lisān al-„Arab. Baerut: Dar al-Ihya al-Turats al-Arabi, 1988.

Ja‟far. Manusia Menurut Suhrawardi al-Maqtul. Banda Aceh: Yayasan PeNa,

2011.

Al-Jīlī. Al Insān Kāmil Fi Al-Ma‟rifat Al Awakhir Wa Al-Awail, Juz II. Kairo: Dār

Al-Fikr, t.th.

Kartanegara, Mulyadi. Gerbang Kearifan. Ciputat:Lentera Hati, 2006.

_______,Nalar Religius Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia.

Jakarta:Erlangga, 2007.

Kurniawan, Erwyn dkk. Jejak Langkah Menuju Indonesia Emas 2020. Jakarta:

Arga Tilanta. 2012.

Mujib, Abdul. dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2002.

Mulyo, Hadi. Manusia Dalam Perspektif Humanisme Agama : Pandangan Ali

Syari‟ati, dalam Dawam Rahardjo (ed) . Jakarta: Grafiti Press, 1987.

Page 100: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

Muṭahhari, Murtaḍa. Manusia Sempurna, terj:Mulyadi. Lentera, Jakarta, 2003

________,Manusia Seutuhnya, terj.Abdillah Hamid Ba‟abud,. Bangil: YAPI,

1995.

N. Hartini, Pola Permainan Sosial:Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosi

Anak.Anima Indonesian Psychological Journal. Vol. 19, No. 3.

Nasution, Harun. Filsafat Dan Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang,

1983.

Nasution, Hasyimsyah. Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005

Nasution, M. Yasir. Manusia Menurut al-Ghazalī. Jakarta:Raja Grafindo Persada,

2002.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Nggermanto, Agus. Quantum Qoutient (Kecerdasan Quantum): Cara Capat

Melejitkan IQ, EQ, dan SQ Secara Harmonis. Bandung: Nuansa, 2002.

C.1.

Palacios, Asin. Ibn Al-„Arabi Hayatuhu wa Madzhabuhu, terj. Abdul al-Rahman

Badawi. Kairo:Maktabah Al-Anjalu al-Mishriyyah, 1965.

Pranata, Iwan Agung Kusuma. Pengaruh IQ, EQ, SQ Terhadap Motivasi

Berprestasi Pegawai Di Kantor Pelayanan Bead An Cukai Tipe A

Khusus Tanjung Perak Surabaya.Tesis,Universitas Airlangga, 2005.

Shapiro, Lawrence E. Mengajarkan Emotional Intellegence pada Anak,

terjemahan Ales Tri Kantjono. Jakarta:Gramedia,2003.

Shihab, M.Quraish. Wawasan al-Qur‟an; Tafsir Maudhu„i atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 1996.

Siregar, Rivay. Tasawuf dari Sufisme Klasik Ke Neo-Sufisme. Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2002

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka, 2003.

Stein, Steven J. Ledakan EQ:15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih

Sukses, Terj:Raiy Januarsari dan Yudi Murtanto. Bandung:Kaifa, 2002.

Sukidi. Rahasia Sukses Hidup Bahagia Kecerdasan Spiritual, Mengapa SQ lebih

Page 101: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

penting dari pada IQ dan EQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2002.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya. 2009.

Sumanta. Insan Kamil dalam perspektif Tasawuf Ibn al-Arabī. Tesis S2 Fakultas

Filsafat Universitas Indonesia, Jakarta, 2003.

Sumodiningrat, Gunawan. Mencintai Bangsa Dan Negara. Jakarta: Arga Tilanta.

2010.

Tasmara, Toto. Kecerdasan Rohaniah (Transcedental Intelligence) . Jakarta:

Gema Insani, 2001.

Umar, Nasaruddin. Kajian Tematik Al-Qur‟an tentang Kemasyarakatan : Wanita

dalam Perspektif Al-Qur‟an. Bandung: Angkasa, 2008.

Uno, Hamzah B. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta:Bumi

Aksara, 2006.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: Hida Karya, 1990.

Zohar, Danah dan Ian Marshall. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spritual dalam

Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Terj.

Rahmani Astuti. Bandung: Mizan. 2001.

Page 102: MANUSIA PARIPURNA MENURUT ARY GINANJAR DI DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36527/1/RUSDI... · belum bisa lepas dari keterikatannya dengan dunia tasawuf

.