Comprehensive Islamic Studies - Konsep Manusia Holistik 1 KONSEP MANUSIA HOLISTIK DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN TASAWUF Meta Malihatul Maslahat Konsentrasi Psikologi Islam Program Magister Pengkajian Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta email: mmalihatulmaslahat@yahoo.com ABSTRAK Alexis Carrel dalam bukunya “Man, The Unknown” mengatakan bahwa kajian mengenai konsep manusia sejati tidak akan pernah terpahami karena manusia adalah makhluk penuh misteri yang sulit dikaji. Namun demikian, kajian mengenai manusia ini terus dilakukan baik melalui penelitian empiris-realistis (ilmu psikologi) maupun normatif keagamaan (ilmu tasawuf). Kedua disiplin ilmu ini terus menggali hakikat manusia yang sesungguhnya sehingga mengantarkannya menuju pencapaian derajat terakhir dalam kehidupan yakni menjadi manusia holistik. Menurut Viktor E. Frankl (dalam perspektif psikologi humanisme), manusia holistik dipahami sebagai makhluk yang memiliki dimensi (bio-somatic, psikis-psychical dan spiritual-noetic). Dimensi spiritual ini adalah dimensi paling utama dalam menentukan perilaku manusia yang dengannya ia mampu mencapai kebermaknaan hidup dan kebahagiaan. Kebermaknaan hidup dan kebahagiaan itu dapat dicapai melalui tiga tahapan: adanya kebebasan berkehandak (the freedom of will), keinginan untuk hidup bermakna (the will to meaning), dan menentukan pilihan serta tujuan hidup (the meaning of life). Menurut Robert Frager (dalam perspektif tasawuf) manusia holistik adalah manusia yang memiliki dimensi lahirah (jasad) dan batiniah (ruh, hati dan nafs). Dimensi batiniah, terutama hati merupakan dimensi yang paling utama dalam meraih derajat tertinggi, yang dengannya manusia mampu menjadi khalifah dimuka bumi dengan penuh cahaya keimanan, ketaqwaan, kesabaran dan ketawakalan. Menurut Lynn Wilcox, Komarudin Hidayat dan Hana Djumhana Bastaman (dalam perspektif Indigenous Psychology) mengatakan bahwa manusia holistik adalah manusia yang mampu mengintegrasikan kemampuan diri dan kemampuan yang diberikan Tuhan sehingga akal dan hatinya tercerahkan oleh pancaran cahaya pengetahuan dan sinar Ilahi. Manusia holistik ini akan terus berkembang ke arah positif, berkarya, dan mengabdi pada alam sehingga kemanapun pergi ia akan menebarkan kebajikan, ilmu pengetahuan dan kasih sayang pada lingkungannya. Kata Kunci: Manusia Holistik, Psikologi, Tasawuf, Indigenous Psychology
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Comprehensive Islamic Studies - Konsep Manusia Holistik
1
KONSEP MANUSIA HOLISTIK
DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN TASAWUF
Meta Malihatul Maslahat
Konsentrasi Psikologi Islam Program Magister Pengkajian Islam
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Alexis Carrel dalam bukunya “Man, The Unknown” mengatakan bahwa
kajian mengenai konsep manusia sejati tidak akan pernah terpahami karena
manusia adalah makhluk penuh misteri yang sulit dikaji. Namun demikian, kajian
mengenai manusia ini terus dilakukan baik melalui penelitian empiris-realistis
(ilmu psikologi) maupun normatif keagamaan (ilmu tasawuf). Kedua disiplin ilmu
ini terus menggali hakikat manusia yang sesungguhnya sehingga mengantarkannya
menuju pencapaian derajat terakhir dalam kehidupan yakni menjadi manusia
holistik.
Menurut Viktor E. Frankl (dalam perspektif psikologi humanisme),
manusia holistik dipahami sebagai makhluk yang memiliki dimensi (bio-somatic, psikis-psychical dan spiritual-noetic). Dimensi spiritual ini adalah dimensi paling
utama dalam menentukan perilaku manusia yang dengannya ia mampu mencapai
kebermaknaan hidup dan kebahagiaan. Kebermaknaan hidup dan kebahagiaan itu
dapat dicapai melalui tiga tahapan: adanya kebebasan berkehandak (the freedom of will), keinginan untuk hidup bermakna (the will to meaning), dan menentukan
pilihan serta tujuan hidup (the meaning of life). Menurut Robert Frager (dalam
perspektif tasawuf) manusia holistik adalah manusia yang memiliki dimensi
lahirah (jasad) dan batiniah (ruh, hati dan nafs). Dimensi batiniah, terutama hati
merupakan dimensi yang paling utama dalam meraih derajat tertinggi, yang
dengannya manusia mampu menjadi khalifah dimuka bumi dengan penuh cahaya
keimanan, ketaqwaan, kesabaran dan ketawakalan.
Menurut Lynn Wilcox, Komarudin Hidayat dan Hana Djumhana Bastaman
(dalam perspektif Indigenous Psychology) mengatakan bahwa manusia holistik
adalah manusia yang mampu mengintegrasikan kemampuan diri dan kemampuan
yang diberikan Tuhan sehingga akal dan hatinya tercerahkan oleh pancaran cahaya
pengetahuan dan sinar Ilahi. Manusia holistik ini akan terus berkembang ke arah
positif, berkarya, dan mengabdi pada alam sehingga kemanapun pergi ia akan
menebarkan kebajikan, ilmu pengetahuan dan kasih sayang pada lingkungannya.
Kata Kunci: Manusia Holistik, Psikologi, Tasawuf, Indigenous Psychology
Comprehensive Islamic Studies - Konsep Manusia Holistik
2
PENDAHULUAN
Citra diri manusia dalam pandangan psikologi dan tasawuf sampai
sekarang masih diperdebatkan. Psikologi yang bangga dengan konsep “humanisme-
nya”, sebenarnya dangkal dan asing dalam kajian tasawuf. Tasawuf dengan konsep
bahwa manusia itu “hamba Tuhan” yang berada dalam takdir-Nya, dalam
pandangan psikologi mereka seolah-olah kehilangan peran dalam menjalankan
kehidupan.1 Alexis Carrel, dalam bukunya “Man, The Unknown” mengatakan
bahwa sejak zaman para filosof Yunani Purba2 sampai era Pascamodern saat ini,
belum ada yang tuntas membahas mengenai citra diri manusia yang sesungguhnya.
Menurutnya, manusia adalah makhluk unik penuh misteri yang sulit untuk dikaji.3
Meskipun demikian, fakta menunjukan bahwa kajian-kajian tentang manusia baik
yang bersifat empiris-realistis maupun normatif keagamaan terus-menerus
dilakukan termasuk oleh disiplin ilmu psikologi4 dan tasawuf.
5
Disiplin ilmu psikologi adalah disiplin ilmu yang mengkaji manusia dari
aspek lahirah yang menggunakan metodologi empiris-eksperimental berdasarkan
pada kekuatan logika dan penalaran kritis serta rasional, sedangkan disiplin ilmu
tasawuf mengkaji manusia dari aspek batiniah dengan menggunakan metodologi
normatif keagamaan yang berdasarkan pada pengalaman batin.6
1 Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik dalam Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2009), 237. 2 Socrates (468-399 SM) yang hidup pada zaman Yunani Purba diakui sebagai ahli
filsafat pertama yang menelaah hakikat dan citra manusia. Tema sentral ajarannya
terangkum dalam semboyan “Gnoti Seauton” (Kenali dirimu) yang pada hakikatnya
menanyakan tentang apa dan siapa manusia?. Lihat: Phaidon, Dialog Socrates tentang Tubuh – Jiwa, terjemahan Yayasan Pengembangan Ilmu (Bandung: Sinar Baru, 1986), 3.
3 Alexis Carrel, Man, the Unknown (New York: Harper and Row Publisher, 1967),
3-5. Dia adalah seorang pemenang hadiah nobel yang dalam bukunya telah menggambarkan
kemajemukan dan kerahasiaan manusia. 4 Disiplin ilmu psikologi adalah cabang sains yang membahas perilaku, perbuatan,
proses mental, alam pikiran, diri atau juga ego. Lihat: M. S. Bhatia, Dictionary of Psychology and Allied Sciences (New Delhi: New Age International, 2009), 342. Sejarah
lahirnya ilmu psikologi dikenalkan oleh Wilhelm Wundt yang mendirikan laboratorium
psikologi pada tahun 1879 di Universitas Leipzig, Jerman. Lihat: Dai Jones and Jonathan
Elcock, History and Theory of Psychology (New York: Oxford University Press, 2001), 16. 5
Menurut Oesman Bakar dan A. E. Afifi, ilmu tasawuf adalah ilmu yang mengkaji
tentang dimensi kejiwaan, sifat dan fungsinya serta tujuan akhir dari aktivitas daya jiwa.
Lihat: Ikhrom, “Psikologi Islam: Titik Temu Antara Tasawuf, Psikologi Agama dan
mshohib.staff.umm.ac.id/.../Titik-singgung-tasawuf-psikologi-agama-dan kesehatan mental (diakses pada tanggal 31 Maret 2015).
6 Komarudin Hidayat, Menyinari Relung-Relung Ruhani (Jakarta: IIMAN &
HIKMAH, 2002), 15.
Comprehensive Islamic Studies - Konsep Manusia Holistik
3
Kedua disiplin ilmu ini pada kenyataannya memang memiliki perbedaan
aspek dan metodologi dalam mengkaji manusia, namun sebenarnya tujuan dari
kedua disiplin ilmu ini hampir memiliki kesamaan. Psikologi yang memiliki tujuan
mengantarkan manusia untuk menemukan makna hidup sehingga kehidupannya
menjadi bermakna (the meaningful life) dan pribadinya bahagia (happiness).7 Adapun ilmu tasawuf, memiliki tujuan mengantarkan manusia untuk kembali dan
bersatu dengan Asalnya yaitu Ruh yang Suci.8 Lyyn Wilcox dalam bukunya
“Psikologi Berjumpa Ilmu Tasawuf”, berpendapat bahwa disiplin psikologi dan
tasawuf sebenarnya dapat saling mengisi dan melengkapi. Menurutnya, mengkaji
citra diri manusia yang holistik ibarat mempelajari karakteristik sebuah lampu.
Psikologi sebagai ilmu sains mengkaji karateristik lampu dari hal yang terlihat
seperti: berapa voltagenya, bagaimana bentuknya dan terbuat dari bahan apa?
Sedangkan concern tasawuf sebagai ilmu batin mengkaji bagaimana
menghubungkan lampu dengan sumbernya sehingga menjadi terang dan menerangi
sekitarnya.9
Tertarik dengan apa yang telah disampaikan oleh Lyyn Wilcox, penelitian
ini ingin menggali lebih komprehensif mengenai manusia holistik. Apakah kajian
manusia holistik hanya dapat dipahami melalui pendekatan psikologi atau hanya
pendekatan tasawuf saja? Atau dapat dipahami dengan memadukan kedua
pendekatan tersebut?
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka fokus kajian dalam
penelitian ini yaitu ingin menggali formula yang tepat dan komprehensif dalam
mengkaji manusia holistik. Menurut Komarudin Hidayat, manusia holistik adalah
manusia yang akal dan hatinya tercerahkan oleh pancaran cahaya pengetahuan dan
sinar Ilahi sehingga kemanapun pergi akan selalu menebarkan ilmu, kebajikan, dan
kasih sayang pada lingkungannya.10
MANUSIA HOLISTIK DALAM KAJIAN PSIKOLOGI HUMANISME11
Viktor E. Frankl, dalam prosiding “The Concept of Man in Psychotherapy” mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki dimensi kesatuan utuh
antara dimensi ragawi, kejiwaan dan spiritual (bio, psycho, and spiritual- somatic,
7 Hana Djumhana Bastaman, Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna
Hidup dan Meraih Hidup Bermakna (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), 233-238. 8 Yunasril Ali, “Problema Manusia Modern dan Solusinya dalam Perpektif
Tasawuf” Jurnal Tasawuf, Vol. 1, No. 2 (Juli 2012), 211-213. 9 Lynn Wilcox, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf, terjemahan IG Harimurti
Bagoesokka (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), 8. 10
Komarudin Hidayat, Menyinari Relung…, 21. 11
Dalam mengkaji manusia holistik perspektif psikologi humanis ini, peneliti akan
memfokuskan kajiannya terhadap pandangan Viktor E. Frankl. Ia adalah seorang pakar
psikologi humanistik yang terkenal dengan konsep logoterapinya. Ia juga seorang Profesor
Neurologi dan Psikiater pada Fakultas Kesehatan Universitas Wina dan Profesor logoterapi
di Universitas Internasional United States (Sandiago). Lihat: Viktor E. Frankl, Man’s Search for Ultimate Meaning (Canada: Basic Books, 2000), 187.
Comprehensive Islamic Studies - Konsep Manusia Holistik
4
psychical, and noetik).12 Diantara ketiga dimensi tersebut, dimensi spiritual adalah
dimensi yang sangat penting dalam diri manusia yang dengan adanya dimensi ini
maka eksistensi manusia ditandai oleh tiga hal yaitu: kerohanian (spirituality), kebebasan (freedom), dan tanggung jawab (responsibility).13
Menurut Fabry,
jangkauan ragawi itu sangat terbatas (in the dimension of body we are imprisoned), jangkauan pikiran jauh lebih luas (in the dimension of mind we are driven), sedangkan jangkauan ruhani hampir tidak terbatas (in the dimension of soul we are free).14 Di samping itu, manusia dalam pandangan psikologi humanis diartikan
sebagai seseorang yang mampu melakukan self detachment yaitu kemampuan yang
dengannya ia sadar terhadap diri sendiri dan lingkunganya sehingga ia mampu
merencanakan dan menentukan apa yang terbaik bagi dirinya (the self determining being).15
Menurut Eric Fromm, manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap
lingkungannya yang dengannya ia dapat bersosialisasi dan berinteraksi
(socialization) dan mampu memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitarnya
(assimilization). Oleh karenanya, manusia sangat berbeda dengan hewan,
tumbuhan atau makhluk lainnya. Manusia mampu mengubah dan mengolah
lingkungannya (alloplastic) sedangkan hewan hanya dapat mengubah dirinya untuk
beradaptasi dengan lingkungannya (autoplastic).16 Setelah memahami konsep manusia dalam pandangan psikologi humanis
maka hal selanjutnya adalah mengetahui bagaimana cara untuk menjadi manusia
yang holistik. Viktor E. Frankl dalam konsep logoterapinya, menjelaskan
kerangka-berpikir pengembangan diri menuju manusia holistik, di antaranya
sebagai berikut: adanya kebebasan dalam berkehendak (the freedom of will), hasrat
untuk hidup bermakna (the will to meaning) dan menetapkan makna hidup (the meaning of life). Ketiga landasan tersebut jika dikembangkan dan dilaksanakan
maka akan mengantarkannya menjadi manusia holistik yang menjalani kehidupan
ini dengan penuh makna (the meaningful life) dan bahagia (happiness).17
12
Trace Piltre “Logotherapy: Infusing Conselor Education With Meaningful
Spirit”, International Journal of Existential Psychology and Psychotherapy, Volume 4,
Number 1 (July, 2012), 60-61, (accessed April 1, 2015). 13
Viktor E. Frankl, “The Concept of Man in Psychotherapy” Proceeding of the Royal Society of Medicine, Vol. 47 (June 15, 1954), 979, (accessed April 2, 2015).
14 Fabry, J. C., The Pursuit of Meaning (San Fransisco: Harper and Row, 1980),
20. 15
Hana Djumhana Bastaman, Logoterapi: Psikologi…, 76-79. 16
Erich Fromm, Man for Himself, an Inquiry into the Psychology of Ethics (London: Routledge and Kegan Paul, 1967), Cet. 5, 3-10.
17 Viktor E. Frankl, Man’s Search for Meaning Life (Boston: Beacon Press, 1992)
103-114.
Comprehensive Islamic Studies - Konsep Manusia Holistik
5
Adapun karakteristik manusia holistik menurut Viktor E. Frankl ialah dia
yang memiliki nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai penghayatan
(experiental values), dan nilai-nilai bersikap (attitudinal values),18 untuk lebih
jelasnya perhatikanlah tabel di bawah ini:
No. Nilai Dasar
Manusia Holistik
Kepribadian yang Teraktualisasi
1. Nilai-nilai kreatif
(Creative values) Berkarya, bekerja dengan giat, menciptakan
sesuatu yang baru, melaksanakan tugas dan
kewajiban dengan sebaik-baiknya dan penuh
tanggung jawab.
2. Nilai-nilai penghayatan
(Experiental values) Keyakinan atas kebenaran, kebajikan serta
penghayatan atas nilai-nilai estetika, iman, dan
cinta kasih.
3. Nilai-nilai bersikap
(Attitudinal values) Menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran,
keberanian dalam menghadapi kenyataan hidup
saat menderita maupun bahagia.
MANUSIA HOLISTIK DALAM KAJIAN TASAWUF19
Akbar Husain dalam bukunya “Islamic Psychology: Emergence of New a Field” mengatakan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki dimensi
lahiriah (jasad) dan batiniah (nafs, qalb, dan ruh).20 Kedua dimensi itu menjadi satu
sehingga terbentuklah manusia yang memiliki potensi suci (fitrah). Potensi suci ini
18
Hana Djumhana Bastaman, Menyinari Relung-Relung Ruhani (Jakarta: IIMAN
& HIKMAH, 2002), 177-181. 19
Dalam mengkaji manusia holistik perspketif tasawuf ini, peneliti akan
memfokuskan kajiannya terhadap pandangan Robert Frager (Syekh Ragib al-Jerahi). Ia
adalah seorang mursyid dan pengajar tasawuf di Amerika. Ia juga banyak menulis buku-
buku tasawuf yang menggunakan pendekatan psikologi. Oleh karenanya, ia mendirikan
lembaga khusus untuk pengkajian ilmu tersebut. Lembaga ini diberi nama Institute Transpersonal of Psychology yang didirikan di California. Lihat: Robert Frager, Hati, Diri dan Jiwa, terjemahan Hasmiyah Rauf (Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2005), 11-28.
20 Akbar Husain, Islamic Psychology: Emergence of New a Field (New Delhi:
Global Vision Publishing House, 2006), 9.
MANUSIA
HOLISTIK
Dimensi mansia:
bio, psikis, spiritual
(somatic, psychical noetic)
Metode pengembangan diri menuju manusia
holistik: the freedom of will, the will to meaning,
the meaning of life.
Human who get meaningful life
and happiness
Comprehensive Islamic Studies - Konsep Manusia Holistik
6
yang akan membimbingnya menuju manusia holistik yang bertauhid, bertaqwa,
bertawakal, ikhlas dan mampu menjadi khalifah di bumi ini.21
Menurut Robert Frager, diantara dimensi lahiriah dan batiniah yang ada
pada manusia, dimensi batiniah merupakan dimensi yang paling utama yang
mampu menggerakkan segala aktifitas manusia dan mengantarkannya menjadi
pribadi ideal atau sebaliknya. Dimensi batiniah yang berpengaruh ini berpusat di
hati.22
Hal ini sebagaimana hadith yang disampaikan Nabi Saw sebagai berikut:
ذإ صلحت ن في إلجسدي مضغة إ
إلقلب إ ذإ فسدت فسد إلجسد كه أل وهي
صلح إلجسد كه وإ
Artinya:“Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila ia baik maka baik pula seluruh tubuh dan apabila rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (H. R. Bukhari)
23 Robert Frager sebagaimana yang ia kutip dari Hakim at-Tirmidhi,
24 hati
manusia memiliki empat stasiun diantaranya dada (shadr), hati (Qalb), hati lebih
dalam (lubb), lubuk hati terdalam (fuad).25 Setiap stasiun menampung sinar cahaya
yang dengannya ia berperilaku. Dada menampung cahaya amaliah dari bentuk
praktek keagamaan, hati menampung cahaya iman, hati lebih dalam menampung
cahaya makrifat dan pengetahuan akan kebenaran spiritual, sedangkan lubuk hati
terdalam menampung cahaya kesatuan dan cahaya keunikan. Jika keempat stasiun
itu dijaga dengan baik maka ia akan menjadi manusia holistik yakni manusia yang
mampu menyimbangkan kondisi batin (hati, nafsu dan ruh). Namun demikian, jika
keempat stasiun tersebut tidak seimbang karena tidak dijaga maka kondisi
batinnya akan sakit dan menderita, untuk lebih jelasnya lihatlah table di bawah
ini26
:
No. Stasiun
Hati
Tingkatan Kondisi Hati Metode Pemeliharaan
Kondisi Hati
1. Dada
(Shadr) - Cahaya amaliah
- Pengetahuan tindakan yang benar
- Jika tidak seimbang maka nafsu
tirani yang menguasainya
Ibadah, doa, derma,
pelayanan, dan
pengamalan dasar
agama
2. Hati
(Qalb) - Cahaya iman
- Beriman
Beriman, bertaqwa dan
bertawakal
21
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2001), 85 22
Robert Frager, Hati, Diri…, 43. 23
Lidwa Pusaka I – Software - Imam Bukhari, Shahih Bukhari (Kitab Iman, Bab
Keutamaan orang yang memelihara agamanya), No. Hadist : 50. 24
Hakim at-Tirmidhi adalah seorang guru sufi yang hidup pada abad ke delapan
tahun Masehi. Dalam istilah Arab, empat stasiun ini adalah shadr (dada), qalb (hati), fu’ad (hati lebih dalam) dan lubb (lubuk hati terdalam). Lihat: Robert Frager, Hati, Diri…, 309.
25 Robert Frager, Hati, Diri…, 57.
26 Robert Frager, Hati, Diri…, 52-83
Comprehensive Islamic Studies - Konsep Manusia Holistik
7
- Pengetahuan batin
- Jika tidak seimbang maka ia akan
merasa menyesal
3. Hati
lebih
dalam
(Lubb)
- Cahaya makrifat
- Kearifan
- Pengetahuan batiniah
- Terilhami
Bertauhid dan ihsan
4. Lubuk
hati
terdalam
(Fuad)
- Cahaya kesatuan dan keunikan
- Bersatu
- Sikap Ilahiah
- Tenteram
Tazkiyatun Nafs,
transforamsi batiniah
dan trandensi diri pada
Ilahi27
Oleh karena itu, konsep manusia holistik perspektif tasawuf dapat
disimpulkan dalam bagan di bawah ini:
Berdasarkan kajian manusia holistik di atas, baik yang ditinjau dari segi
pendekatan psikologi maupun tasawuf maka hasil analisis peneliti menunjukan
bahwa ada persamaan dan perbedaan mengenai kajian manusia holistik.
Persamaannya yaitu manusia holistik menurut psikologi maupun tasawuf sama-
sama memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meraih kehidupan yang bermakna dan
bahagia. Adapun perbedaanya yaitu, kehidupan bermakna dan bahagia dalam
pandangan psikologi masih pada tahap duniawi (lahiriah) sedangkan kehidupan
bermakna dan bahagia dalam pandangan tasawuf tidak hanya pada tahap duniawi
tapi juga ukhrowi. Di samping itu, metode pengembangan diri menuju manusia
holistik dalam pandangan psikologi masih bersifat antroposentris sedangkan
metode pengembangan diri menuju manusia holistik dalam pandangan tasawuf
lebih bersifat teosentris. Menurut Hana Djumahan Bastaman, orientasi filsafat
antroposentris psikologi idealnya dapat berintegrasi dengan orientasi teosentris
27
Salah satu tujuan ilmu tasawuf adalah bersatunya manusia dengan Tuhan
dengan cara mentransformasikan diri sehingga manusia mampu mentrandensikan dirinya
meski tebatas menuju Tuhan yang tiada batas. Lihat: S. Hamdani, “Tasawuf Sebagai Solusi