Top Banner
MANUSIA DAN AGAMA KELAS : PAI 09 KELOMPOK 1 DOSEN PENGAMPU : BAPAK ZAINUL FANANI KOORDINATOR : DYAH PRIHASTUTI NANDA HUTAMI (140210101083)/085646150766 ANGGOTA : 1) NUR ASRI HAKIMAH (140910302017)/087863783300 2) ALFI FIRMANSYA (140210102087)/087802125878
34

Manusia Dan Agama

Apr 13, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Manusia Dan Agama

MANUSIA DAN AGAMA

KELAS : PAI 09

KELOMPOK 1

DOSEN PENGAMPU : BAPAK ZAINUL FANANI

KOORDINATOR :

DYAH PRIHASTUTI NANDA HUTAMI (140210101083)/085646150766

ANGGOTA :

1) NUR ASRI HAKIMAH (140910302017)/087863783300

2) ALFI FIRMANSYA (140210102087)/087802125878

3) AISYAH FATHIRIN NURIL J. (120210101048)/087857523828

UNIVERSITAS JEMBER2014-2015

Page 2: Manusia Dan Agama

DAFTAR ISI

Daftar Isi..............................................................................................................ii

Kata Pengantar....................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1

BAB 2. PEMBAHASAN...................................................................................2

2.1 Pengertian Manusia dan Agama....................................................2

2.2 Proses Penciptaan Manusia dan Terbentuknya Agama.................4

2.3 Macam-Macam Pembagian Agama...............................................9

2.4 Kebutuhan Manusia terhadap Agama............................................10

BAB 3. PENUTUP............................................................................................16

3.1 Kesimpulan....................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................iv

ii

Page 3: Manusia Dan Agama

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah dengan judul “Manusia dan Agama” adalah salah satu syarat untuk

melengkapi tugas pada mata kuliah wajib umum Pendidikan Agama Islam (PAI)

di Universitas Jember. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih

kepada dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah

membimbing kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kami

ucapkan terima kasih pula kepada semua pihak yang telah membantu , khususnya

kepada teman-teman yang telah meluangkan waktu,tenaga,materi serta pikiran

demi terselesaikannya tugas makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak,kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam

pembuatan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tugas makalah ini menjadi lebih

baik .Semoga tugas makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jember, 24 Februari 2015

Penulis

iii

Page 4: Manusia Dan Agama

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang

memiliki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur), potensi fujur

akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek insting,

naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, berkuasa dan rasa aman.

Apabila potensi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui

pendidikan), maka perilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan

hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instingtif atau

implusif (seperti berzina, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau

menggunakan narkoba dan main judi).

Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai

dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui

pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah

terinternalisasi dalam diri seseorang  maka dia akan mampu mengembangkan

dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah

mampu mengendalikan diri (self control) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak

sesuai dengan ajaran agama.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan manusia dan agama?

1.2.2. Bagaimana proses penciptaan/terbentuknya manusia dan agama?

1.2.3. Apa macam-macam pembagian agama?

1.2.4. Apa saja kebutuhan manusia terhadap agama?

1

Page 5: Manusia Dan Agama

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia Dan Agama

2.1.1 Pengertian Manusia

Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown”,

bahwa banyak kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia,

karena keterbatasan-keterbatasan manusia itu sendiri.

Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis) hanyalah merupakan

sekepal tanah di bumi. Dari bumi asal kejadiannya, di bumi dia berjalan, dari

bumi dia makan dan ke dalam bumi dia kembali. Dari tanah, kembali menjadi

tanah. Sedangkan dalam pandangan orang yang beriman, manusia itu makhluk

yang mulia dan terhormat pada sisi Tuhan. Manusia diciptakan Tuhan dalam

bentuk yang amat baik (Daradjat, 1996: 44-45).

Istilah kunci yang digunakan di dalam Al-Qur’an untuk menunjuk pada

pengertian manusia yaitu dengan menggunakan kata-kata Basyar, Al-Insan, dan

An-Nas. Kata basyar disebut dalam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk

pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran [3]:47)

tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan,

minum, tidur dan lain-lain.

Kata Al-Insan dituturkan sampai 65 kali dalam Al-Qur’an yang dapat

dikelompokkan dalam tiga kategori. Pertama Al-Insan dihubungkan dengan

khalifah sebagai penanggung amanah (QS Al-Ahzab [3]:72), kedua Al-Insan

dihubungkan dengan predisposisi negatif dalam diri manusia misalnya sifat keluh

kesah, kikir (QS Al-Ma’arij [70]:19-21) dan ketiga Al-Insan dihubungkan dengan

proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan non-materi (QS Al-Hijr

[15]:28-29). Semua konteks Al-Insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia

psikologis dan spiritual.

Kata An-Nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur’an mengacu

kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya

mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah [2]:8)[1].

2

Page 6: Manusia Dan Agama

Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapat disimpulkan

bahwa manusia adalah mahkluk biologis, psikologis dan sosial. Ketiganya harus

dikembangkan dan diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan

selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku (sunnatullah). Selain itu

pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia

dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik.

Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan

Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu

berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin :

95:4).

Al-Qur’an memandang manusia sebagaimana fitrahnya yang suci dan

mulia, bukan sebagai manusia yang kotor dan penuh dosa. Peristiwa yang

menimpa Nabi Adam sebagai cikal bakal manusia, yang melakukan dosa dengan

melanggar larangan Tuhan, mengakibatkan Adam dan istrinya diturunkan dari

surga, tidak bisa dijadikan argumen bahwa manusia pada hakikatnya adalah

pembawa dosa turunan. Al-Quran justru memuliakan manusia sebagai makhluk

surgawi yang sedang dalam perjalanan menuju suatu kehidupan spiritual yang

suci dan abadi di negeri akhirat, meski dia harus melewati rintangan dan cobaan

dengan beban dosa saat melakukan kesalahan di dalam hidupnya di dunia ini.

Bahkan manusia diisyaratkan sebagai makhluk spiritual yang sifat aslinya adalah

berpembawaan baik (positif, hanif).

Karena itu, kualitas, hakikat, fitrah, kesejatian manusia adalah baik,

benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan

kesejatian semulia itu. Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan

hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam

proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan sebuah proses

perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat seagung itu.

2.1.2 Pengertian Agama

Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata

“din” dari bahasa Arab yang artinya menguasai, memudahkan, patuh, utang,

3

Page 7: Manusia Dan Agama

balasan atau kebiasaan sedangkan “din” dalam bahasa Semit berarti undang-

undang atau hukum dan kata “religi” dalam bahasa Latin yang artinya

mengumpulkan dan membaca.(Sumardi, 1974: 9-10)

Dari arti bahasa (etimologi) agama berasal dari bahasa Sansekerta yang

berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun. Intisari yang

terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama mengandung arti

ikatan-ikatan yang harus dipegang dan di patuhi manusia. Jadi, dapat dikatakan

bahwa agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai

petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk dipergunakan manusia

dalam menyelenggarakan tata cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan

dengan tanggung jawab kepada Allah SWT dan kepada masyarakat dan alam

sekitarnya.

Agama juga merupakan peraturan yang dijadikan sebagai pedoman hidup

sehingga dalam menjalani kehidupan ini manusia tidak mendasarkannya pada

selera masing-masing. Dengan adanya peraturan (agama), manusia akan terhindar

dari kehidupan yang memberlakukan hukum rimba, yaitu manusia yang kuat akan

menindas manusia yang lemah (Mahfud, 2011: 2).

Agama sebagai sumber sistem nilai merupakan petunjuk, pedoman dan

pendorong bagi manusia untuk memecahkan berbagai masalah hidupnya seperti

dalam ilmu agama, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, sehingga terbentuk

pola motivasi, tujuan hidup dan akan perilaku manusia yang menuju kepada

keridhaan Allah SWT (Ahmadi, 1994: 4).

2.2 Proses Penciptaan/Terbentuknya Manusia Dan Agama

2.2.1Proses Penciptaan Manusia

Manusia dalam pandangan kebendaan (materialis), tidak lebih dari

kumpulan daging, darah, urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal

dan pikiran, dianggap barang atau benda, yang dihasilkan oleh otak. Pandangan

mereka hanya sampai benda, dan hanya mempercayai adanya benda-benda yang

dapat diraba. Maka oleh karena itu dalam anggapan mereka, tidak ada

keistimewaan manusia dibanding makhluk lain yang hidup di muka bumi ini

4

Page 8: Manusia Dan Agama

bahkan dimasukkannya ke dalam bangsa kera, yang setelah melalui masa panjang,

berubah menjadi manusia, yang dikenal dengan teori evolusi. Teori ini

berpendapat bahwa hayat berasal dari makhluk satu sel, yang berevolusi kedua

arah yaitu binatang dan tumbuhan. Evolusi ini berlangsung setingkat demi

setingkat membentuk sejuta jenis hewan dan sepertiga juta jenis tanaman.

Binatang satu sel sebagai awal evolusi, sedangkan manusia sebagai akhir evolusi.

Pandangan tersebut menimbulkan kesan seolah-olah manusia merupakan

makhluk yang rendah dan hina, sama dengan hewan-hewan, yang hidupnya hanya

untuk memenuhi keperluan dan kepuasan kebendaan semata. Pandangan hidup

semacam ini merupakan kesesatan (Daradjat, 1996: 44-45).

Dalam pandangan orang beriman, proses kejadian manusia didasarkan

pada Al-Qur’an dan As Sunnah yang terjadi dalam dua tahap yaitu tahap

primodial dan tahap biologis.

Asal-usul manusia dalam pandangan Islam tidak terlepas dari figur Adam

sebagai manusia pertama. Adam adalah manusia pertama yang diciptakan Allah

SWT di muka bumi dengan segala karakter kemanusiaannya. Figur Adam tidak

dilihat dari sisi fisik semata, tetapi yang lebih penting adalah bahwa Adam adalah

manusia sempurna lengkap dengan kebudayaannya, sehingga diangkat sebagai

khalifah di muka bumi. Manusia yang baru diciptakan Allah SWT itu (Adam)

memiliki intelegensi yang paling tinggi dibandingkan dengan makhluk Allah

SWT lainnya. Allah SWT menciptakan Adam sebagai manusia pertama yang

memiliki kemampuan akal yang sempurna sebagai manusia. Karena itu dapat

dikatakan bahwa Adam adalah manusia pertama yang memiliki nilai-nilai

kemanusiaan yang dengan itu manusia membentuk kebudayaannya. Dalam hal ini

penciptaan Adam oleh Allah SWT merupakan tahap primordial.

Penciptaan manusia secara fisik pada kejadian selanjutnya melalui proses

atau tahap biologis yaitu pencampuran bahan dari laki-laki dan perempuan yang

jika masuk ke dalam rahim terjadi proses kreatif, tahap demi tahap membentuk

wujud manusia sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi “Dan

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari

tanah (QS.Al-Mukminun,23:12).

5

Page 9: Manusia Dan Agama

Tahap pertama manusia dibuat dari saripati tanah melalui makanan yang

dimakan oleh laki-laki dan perempuan dan sebagian dari inti zat yang dimakan

menjadi bahan sperma (air mani), bahan awal terciptanya manusia. Unsur-unsur

yang menyusun tubuh manusia menurut penelitian ditemukan pada jenis-jenis

tanah. Kemudian Allah SWT juga berfirman bahwa “Kemudian Kami jadikan

saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)” (QS Al-

Mukminun, 23:13).

Nutfah adalah tetesan cairan yang mengandung gamet pria dan gamet

wanita yang kemudian tersimpan di dalam rahim (qarain makin), atau uterus yaitu

suatu wadah yang ideal untuk perkembangan embrio. Sebagaimana firman Allah

SWT yang tertera dalam QS.al-Mukminun,23:14 yang berbunyi “Kemudian air

mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah kami jadikan

segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu

tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia

makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Sucilah Allah, Pencipta yang Paling Baik”.

“Alaqah” adalah embrio yang berumur 24-25 hari yang berubah menjadi

stadium mudghah (26-27 hari). Kemudian masuk ke stadium tulang (Idzam),

yaitu cikal tulang rangka yang berbentuk dalam stadium mudzghah (25-40 hari)

berubah menjadi tulang rawan, setelah itu embrio berada dalam stadium tulang

(idzam). Dalam stadium ini berbagai organ benda dalam posisi baru yang

berhubungan dengan pertumbuhan tulang/rangka.

Setelah itu embrio masuk ke dalam stadium dibungkus daging

(fakasaunal idzama lahma), artinya setelah tulang dibentuk lalu diikuti oleh

pembentukan daging yang meliputi tulang-tulang tersebut. Pada minggu ke-8

embrio menjadi fetus pembentukan otot-otot. Dalam minggu ke-12 terjadi

assifikasi pada pusat-pusat pertulangan anggota badan berdifferensiasi dan

terbentuk kuku pada jari kaki dan tangan. Disamping pertumbuhan macam-

macam struktur organ, masing-masing organ juga mengalami pertumbuhan

bersama-sama dengan pertumbuhan badan. Sebagaimana firman Allah SWT

“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh

6

Page 10: Manusia Dan Agama

(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati

(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.QS.As-Sajdah,32:8-9.

Disamping pertumbuhan organ-organ tubuh, dalam proses akhir dari

kehamilan, Allah SWT meniupkan ruh pada bayi.

Dengan ayat-ayat tersebut dengan jelas Al-Qur’an menunjukkan bahwa

manusia tersusun dari unsur materi dan materi (non-materi), jasmani dan rohani.

Tubuh berasal dari tanah,dan ruh berasal dari substansi imateri (non-materi) dari

alam gaib. Tubuh akan kembali ke asalnya menjadi tanah dan ruh akan pulang

kembali ke alam gaib.

Al-Qur’an menjelaskan pula tentang penciptaan manusia yang bermula

dari tanah, dan oleh karenanya iblis tidak mau disuruh Allah SWT untuk bersujud

di hadapan manusia sebagaimana firman Allah SWT,”....Iblis berkata: Aku lebih

baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau

ciptakan dari tanah” (QS.Shaad,38:76). (Syamsuddin, 1996: 12-15)

Berdasarkan QS.Al-Insyqaq, 84:19, yang berbunyi “sesungguhnya kamu

melalui tingkat demi tingkat dalam kehidupan”, Ibn kasir menyatakan bahwa

‘Ikrimah (salah satu murid Ibn Abbas) menerjemahkan ayat ini dalam pengertian

bahwa manusia tumbuh dari satu keadaan ke keadaan lain sedemikian rupa,

menjadi kanak-kanak setelah bayi, menjadi tua setelah muda dan kuat. (Hasan,

2006: 24)

2.2.2 Proses Terbentuknya Agama

Menurut beberapa ahli psikolog, antara lain Freud yang memandang

bahwa agama berasal dari ketidakmampuan manusia menghadapi kekuatan alam

di luar dirinya dan juga kekuatan insting dari dalam dirinya (Azra, 2002: 30).

Menurut seorang sosiolog, Aguste Comte yang menilai agama sebagai

salah satu bagian dari tahap-tahap pemikiran yang berkembang pada sejarah

peradaban dunia. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan intelektual.

Pertama, dinamakan tahap teologis atau fiktif yaitu tahap dimana manusia

menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis. Terdapat kekuatan-

kekuatan yang mengendalikan alam semesta ini berupa roh dewa-dewa atau

7

Page 11: Manusia Dan Agama

Tuhan Yang Maha Kuasa. Penafsiran ini penting bagi manusia untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memusuhinya dan untuk melindungi

dirinya terhadap faktor-faktor yang tidak terduga timbulnya. Kedua, merupakan

perkembangan dari tahap pertama, yaitu tahap metafisik. Pada tahap ini manusia

menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti

tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. (Azra, 2002: 31-32)

Terkait dengan masalah ketuhanan dan hal-hal gaib yang ada dalam

perkembangan pemikiran manusia, telah muncul berbagai pandangan antara lain

dinamisme, animisme, politeisme dan monoteisme.

Dinamisme adalah kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang

dimiliki oleh benda-benda tertentu, yang merupakan kepercayaan masyarakat

primitif. Tujuan manusia yang mempunyai paham dinamisme adalah memiliki

kekuatan sebanyak-banyaknya melalui benda-benda tertentu yang mereka

percayai memiliki kemampuan-kemampuan tertentu.

Animisme adalah kepercayaan masyarakat primitif lainnya yang

merupakan perkembangan dari ajaran dinamisme. Kepercayaan ini berpendapat

bahwa semua benda, baik yang bernyawa atau tidak bernyawa mempunyai roh

yang tersusun dari suatu zat atau materi yang halus, roh ini mempunyai kekuatan

dan kehendak, bisa merasa senang dan marah. Jika roh ini marah akan melahirkan

malapetaka, karena itu manusia harus mencari keridhaannya dengan memberi

makan atau pengorbanan dan mengadakan pesta-pesta tertentu.

Politeisme adalah perkembangan dari animisme, kepercayaan ini

berpendapat bahwa roh-roh atau yang dipercayai dalam animisme lebih

mempunyai bentuk dan sifat yang jelas. Dalam politeisme dewa-dewa mempunyai

kepribadian, misalnya Sang Surya kepribadiannya memberi cahaya. Dalam

politeisme sesuatu yang misterius segera didewakan apapun bentuknya bisa dalam

bentuk benda nyata maupun pikiran. (Suryana, 1996: 21-22)

Monoteisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (agama

tauhid). Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dari

masyarakat. Melalui pengalaman itu, pola pikir manusia berkembang. Manusia

mulai berfikir terhadap apa-apa yang dialaminya, kemudian mempertanyakan

8

Page 12: Manusia Dan Agama

siapakah yang menghidupkan dan mematikan manusia, siapakah yang

menghidupkan tumbuh-tumbuhan, siapakah yang menciptakan binatang-binatang,

bulan dan matahari. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini terus dipikirkan oleh

manusia, sehingga muncul suatu kesimpulan bahwa, di luar dirinya ada suatu

kekuatan yang maha besar dan yang tidak tertandingi oleh kekuatan manusia.

Kekuatan itu adalah kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Jika dalam agama-agama sebelumnya asal-usul manusia belum

memperoleh perhatian, dalam agama monoteisme manusia telah diyakini berasal

dari tuhan dan akhirnya akan kembali ke tuhan. Oleh karena itu, kesadaran bahwa

hidup manusia tidak terbatas hanya pada hidup didunia, tetapi setelah kehidupan

ini masih ada kehidupan lain sebagai lanjutan dari kehidupan pertama. Manusia

percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta beserta

isinya. Oleh karena itu, manusia wajib melestarikan alam semesta agar dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya, atau menjaga keseimbangan alam semesta agar

dapat menjadi tumpuan hidup manusia.

Agama-agama yang termasuk dam monoteisme adalah agama yang

memiliki kepercayaan bahwa hanya ada satu Tuhan (hanya menyembah satu

Tuhan), seperti Agama Islam, Agama Yahudi, dan Agama Nasrani.

Agama Islam merupakan ajaran Allah SWT yang disampaikan kepada

Nabi Muhammad SAW yang bertugas menyampaikan ajaran dan sekaligus juga

memberikan contoh. Agama Yahudi dan Agama Nasrani merupakan agama-

agama yang diwahyukan kepada para rasul sebelum agama islam.

Agama-agama yang diwahyukan kepada rasul-rasul sebelum Nabi

Muhammad SAW ini telah mengalami perubahan-perubahan, itulah sebabnya

Nabi Muhammad diutus dengan membawa kitab suci Al-Qur’an untuk

meluruskan sekaligus menyempurnakannya. Sehingga Agama Islam merupakan

agama yang paling benar dan diridhai Allah SWT.

9

Page 13: Manusia Dan Agama

2.3 Macam-Macam Pembagian Agama

Pada dasarnya agama dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

A. Agama wahyu

Agama Wahyu ialah ajaran Allah SWT yang disampaikan kepada para

Rasul-Nya, yaitu Islam. Agama wahyu/samawi (langit) merupakan kebalikan dari

agama budaya. Agama Samawi atau Sama’i tidak langsung diturunkan kepada

masyarakat, akan tetapi melalui Rasul atau Utusan Allah SWT. Wahyu-wahyu itu

diturunkan melalui makhluk gaib yang disebut Malaikat.

Penunjukan seorang manusia menjadi utusan oleh Tuhan adalah gaib,

karena penyampaian wahyu oleh Malaikat kepada manusia itu bersifat gaib.

Adapun ciri-ciri Agama Wahyu (langit), ialah:

1) Secara pasti dapat ditentukan lahirnya dan bukan tumbuh dari masyarakat,

melainkan diturunkan kepada masyarakat.

2) Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah SWT sebagai Utusan-Nya.

Utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan menyampaikannya.

3) Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.

4) Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirannya dapat berubah sesuai dengan

kecerdasan dan kepekaan manusia.

5) Konsep ketuhanannya adalah Monotheisme mutlak (Tauhid).

6) Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa, dan

keadaan. (Ahmadi, 1994: 6)

B. Agama Budaya

Agama Budaya adalah ajaran yang dihasilkan oleh pikiran atau persamaan

manusia secara kumulatif. Adapun ciri-ciri Agama Budaya itu ialah :

1) Tumbuh secara kumulatif dalam masyarakat penganutnya.

2) Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul Allah SWT).

3) Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun ada akan mengalami

perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya.

4) Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiran

masyarakatnya (penganutnya).

10

Page 14: Manusia Dan Agama

5) Konsep ketuhanannya animisme, dinamisme, politheisme, dan paling tinggi

adalah monotheismi nisbi.

6) Kebenaran ajarannya tidak universal yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia,

masa, dan keadaan. (Ahmadi, 1994: 6-7)

2.4 Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya

manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut secara singkat dapat

dikemukakan sebagai berikut:

1) Latar belakang Fitrah manusia

Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan pertama kali ditegaskan

dalam ajaran Islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitri manusia.

Sebelumnya, manusia belum mengenal kenyataan ini. Baru di masa akhir-akhir

ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan mempopulerkannya. Fitrah

keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya

manusia pada agama. Oleh karenanya, ketika datang wahyu Tuhan yang menyeru

manusia agar beragama, maka seruan tersebut memang amat sejalan dengan

fitrahnya itu. Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa agama adalah kebutuhan fitri

manusia.

Dalam Surat Al-Rum, 30: 30

اس الن فطر تي ال ه الل فطرة حنيفا للدين وجهك فأقم

عليها

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama

(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu”.

Adanya potensi fitrah beragama yang terdapat pada manusia tersebut

dapat pula dianalisis dari istilah insan yang digunakan Al-Qur’an untuk

11

Page 15: Manusia Dan Agama

menunjukkan manusia. Menurut Musa Asy’ari, bahwa manusia insan adalah

manusia yang menerima pelajaran dari tentang apa yang tidak diketahuinya.

Adanya perjanjian manusia dengan Allah yang telah diikat oleh fitrah

mereka. Kenyataan manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut diatas, untuk

pertama kalinya ditegaskan dalam ajaran Islam bahwa agama adalah kebutuhan

fitrah manusia. Informasi mengenai potensi beragama dimiliki manusia itu dapat

dijumpai pada ayat Al-Qur’an (surat al-A'raf ayat 172):

وأشهدهم تهم ي ذر ظهورهم من آدم بني من ك رب أخذ وإذ

ألست أنفسهم علىهذا عن ا كن ا إن القيامة يوم تقولوا أن شهدنا بلى قالوا كم برب

غافلين

Artinya: ”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-

anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab:

"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian

itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani

Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Berdasarkan informasi tersebut terlihat dengan jelas bahwa manusia secara

fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama. Hal

demikian sejalan dengan petunjuk nabi dalam salah satu hadisnya yang

mengatakan bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi

beragama), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi

Yahudi, Nasrani atau Majusi. 

Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi beragama

ini dapat dilihat melalui bukti historis dan antropologis. Melalui bukti-bukti

historis dan antropologis kita mengetahui bahwa pada manusia primitif yang

kepadanya tidak pernah datang informasi mengenai Tuhan, ternyata mereka

mempercayai adanya Tuhan, sungguhpun Tuhan yang mereka percayai itu

12

Page 16: Manusia Dan Agama

terbatas pada daya khayalnya. Misalnya saja, mereka mempertuhankan benda-

benda alam yang menimbulkan kesan misterius dan mengagumkan serta memiliki

kekuatan yang selanjutnya mereka jadikan Tuhan, kemudian kepercayaan ini

disebut dengan dinamisme. Selanjutnya, kekuatan misterius tersebut mereka ganti

istilahnya dengan ruh atau jiwa yang memiliki karakter dan kecenderungan baik

dan buruk yang selanjutnya mereka beri nama agama animisme. Roh dan jiwa itu

selanjutnya mereka personifikasikan dalam bentuk dewa yang jumlahnya banyak

dan selanjutnya disebut agama politeisme. Kenyataan ini menunjukkan bahwa

manusia memiliki potensi ber-Tuhan. Namun karena potensi tersebut tidak

diarahkan, maka mengambil bentuk bermacam-macam yang keadaannya serba

relatif. Dalam keadaan demikian itulah para nabi diutus kepada mereka untuk

menginformasikan bahwa Tuhan yang mereka cari itu adalah Allah yang memiliki

sifat-sifat sebagaimana juga dinyatakan dalam agama yang disampaikan para nabi.

Dengan demikian, sebutan Allah bagi Tuhan bukanlah hasil khayalan manusia dan

bukan pula hasil seminar, penelitian, dan sebagainya. Sebutan atau nama Allah

bagi Tuhan adalah disampaikan oleh Tuhan sendiri.

Ketika kita mengkaji paham hulul dari Al-Hallaj (858-922 M). Misalnya

kita jumpai pendapatnya bahwa pada diri manusia terdapat sifat dasar ke-Tuhanan

yang disebut lahut, dan sifat dasar kemanusiaan yang disebut nasut. Demikian

pula pada diri Tuhan pun terdapat sifat lahut dan nasut. Sifat lahut Tuhan

mengacu pada dzat-Nya, sedangkan sifat nasut Tuhan mengacu pada sifat-Nya.

Sementara itu sifat nasut manusia mengacu kepada unsur lahiriah dan fisik

manusia, sedangkan sifat lahut manusia mengacu kepada unsur batiniah dan

Ilahiah. Jika manusia mampu meredam sifat nasutnya maka yang tampak adalah

sifat lahutnya. Dalam keadaan demikian terjadilah pertemuan antara nasut Tuhan

dengan lahut manusia, dan inilah yang dinamakan hulul.

2) Kelemahan dan kelebihan manusia

Faktor lain yang melatarbelakangi manusia memerlukan agama adalah

karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki

kekurangan. Hal ini antara lain diungkapkan oleh kata an-nafs. Menurut Quraish

Shihab, bahwa dalam pandangan Al-Qur’an, nafs diciptakan Allah dalam keadaan

13

Page 17: Manusia Dan Agama

sempurna yang  berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat

kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah yang oleh Al-

Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar. Seperti yang tertera dalam

Al-Qur’an surat Al-Syams ayat 7-8:

سواها وما ونفسوتقواها فجورها فألهمها

Artinya: ”Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),  maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (Asy-Syams,

91:7-8).

Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar

manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk, serta dapat

mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan. Tetapi kata nafs dalam

pandangan kaum sufi merupakan sesuatu yang melahirkan sifat tercela dan

periaku buruk. Pengertian kaum sufi tentang nafs  ini sama dengan yang terdapat

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang antara lain menjelaskan bahwa nafs

adalah dorongan hati yang kuat untuk berbuat yang kurang baik. Selanjutnya,

Quraish Shihab mengatakan, walaupun Al-Qur’an menegaskan bahwa nafs

berpotensi positif dan negatif, namun diperoleh pula isyarat bahwa pada

hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada daya tarik negatifnya,

hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat daripada daya tarik kebaikan. Untuk

menjaga kesucian nafs ini manusia harus selalu mendekatkan diri pada Tuhan

dengan bimbingan agama, dan di sinilah letaknya kebutuhan manusia terhadap

agama.

3) Tantangan manusia

Faktor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena

manusia dalam kehidupannya senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik

yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa

dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, sedangkan tantangan dari luar dapat

berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja

berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela

14

Page 18: Manusia Dan Agama

mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang  dimanifestasikan dalam berbagai

bentuk kebudayaan yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari

Tuhan. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan

setan. Lihat Surat Al-Isra’ ayat 53:

بينهم ينزغ يطان الش إن أحسن هي تي ال يقولوا لعبادي وقل

مبينا عدوا لإلنسان كان يطان الش إن

Artinya:” Dan katakanlah kepada hamba - hamba-Ku: " Hendaklah mereka

mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu

menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah

musuh yang nyata bagi manusia”.

Sementara tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya

yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan

manusia dari Tuhan. Seperti yang tertera dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 36:

الله سبيل عن ليصدوا أموالهم ينفقون كفروا ذين ال إنArtinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu menafkahkan harta

mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah”.

Untuk itu, upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan

mengajar mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup

demikian itu, saat ini semakin meningkat, sehingga upaya mengagamakan

masyarakat menjadi sangat penting.

15

Page 19: Manusia Dan Agama

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, adapun kesimpulan yang dapat diambil

yaitu:

1. Manusia adalah makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang

diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik serta manusia adalah mahkluk

biologis, psikologis dan sosial. Sedangkan Agama adalah risalah yang

disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-

hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata

cara hidup yang nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung jawab

kepada Allah SWT dan kepada masyarakat dan alam sekitarnya untuk

mencapai keridhaan Allah SWT.

2. Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam

dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam

a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia

diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang

tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan

darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut

kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah), lalu terbentuk tulang

belulang (idzam) dan selanjutnya tulang belulang itu dibungkus oleh daging

(fakasaunal Idzama lahma) lalu kepadanya ditiupkan ruh sehingga

terbentuklah manusia seutuhnya. Sedangkan dalam proses terbentuknya

agama, terkait dengan masalah ketuhanan dan hal-hal gaib yang ada dalam

perkembangan pemikiran manusia, muncul berbagai pendangan antara lain

dinamisme, animisme, politeisme dan monoteisme.

16

Page 20: Manusia Dan Agama

3. Berdasarkan jenisnya agama dibagi menjadi dua yaitu Agama Wahyu dan

Agama Budaya. Agama Wahyu adalah ajaran Allah SWT yang disampaikan

kepada para Rasul-Nya yaitu Islam. Sedangkan Agama Budaya adalah adalah

ajaran yang dihasilkan oleh pikiran atau persamaan manusia secara kumulatif.

4. Ada tiga alasan mendasar yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap

agama yaitu latar belakang fitrah manusia, kelemahan dan kelebihan manusia

serta tantangan manusia.

17

Page 21: Manusia Dan Agama

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu dan Noor Salimi. 1994. MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama

Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara.

Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada

Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Direktorat Perguruan Tinggi Agama

Islam Departemen Agama RI

Daradjat, Zakiah, dkk. 1996. Dasar-Dasar Agama Islam (Buku Teks Pendidikan

Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum). Jakarta: Bulan Bintang

Hasan, Aliah B. Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Mahfud, Rois. 2011. Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Palangka Raya: Erlangga

Sumardi,Drs.Muljanto. 1974. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta:

Bumi Aksara

Suryana, Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara

Syamsuddin,Drs.E. 1996. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.

Bandung: Tiga Mutiara

iv

Page 22: Manusia Dan Agama