8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
1/36
BUKU PENUNTUN KERJAKETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN MATA
SEDERHANA
Diberikan pada mahasiswa semester VFakultas Kedokteran Unhas
SISTEM INDERA KHUSUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
2011
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
2/36
PEMERIKSAAN MATA
PENGANTAR
Buku Panduan Ketrampilan Klinik Sistem Indera Khusus berisi ketrampilan
dalam melakukan pemeriksaan dasar dalam Ilmu Penyakit Mata, PemeriksaanTelinga Hidung dan Tenggorokan dan Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin yang
dibutuhkan seorang dokter umum. Dalam Ilmu Penyakit Mata mahasiswa dilatih
melakukan pemeriksaan visus dan melakukan koreksi visus bila ada kelainan
refraksi, melakukan pemeriksaan segmen depan bola mata, segmen belakang bolamata, pemeriksaan tekanan bola mata, pemeriksaan lapang pandang dengan cara
konfrontasi serta pemeriksaan pergerakan bola mata.
Buku panduan ketrampilan klinik ini selain memuat panduan untuk masing-
masing ketrampilan yang akan dilatih juga dilengkapi dengan lembar kegiatan
mahasiswa yang beguna agar koordinator/ instruktur dapat memantau bersama
mahasiswa didik dalam membantu kemajuan tingkat ketrampilan yang dilatihkan.
Diharapkan buku panduan ketrampilan klinik ini bermanfaat dalam memberikan
ketrampilan klinik dalam sistem indera khusus bagi mahasiswa.
Makassar, Agustus 2011
Penyusun,
Bagian Ilmu Kesehatan Mata FKUH
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
3/36
PEMERIKSAAN MATA
Pengertian:
Pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata melipuiti beberpa prosedur dengan
tujuan dapat menegakkan diagnosis yang benar. Pemeriksaan meliputi anamnesis,pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan segmen depan bola mata yang meliputi
pemeriksaan palpebra, silia, kornea, konjungtiva, bilik mata depan, iris, pupil, lensa
dan vitreus anterior. Pemeriksaan segmen depan bola mata meliputi pemeriksaan
vitreus posterior, retina, dan papil saraf optik. Pemeriksaan tekanan bola matadilakukan dengan cara palpasi dan dengan menggunakan tonometer Schiotz,
pemeriksaan pergerakan bola mata dilakukan untuk menilai fungsi ke enam otot
pengereak bola mata yaitu otot rektus superior, medial, inferior, lateral, otot oblikussuperior dan oblikus inferio. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan cara
konfrontasi.
TIU:
Diharapkan sesudah melakukan kegiatan ketrampilan klinik mahasiswa mampu
melakukan pemeriksaan mata sederhana
TIK :
Diharapkan sesudah melakukan kegiatan ketrampilan klinik mahasiswa
1. Melakukan anamnesis lengkap pada penderita dengan kelainan
mata.2. Melakukan pemeriksaan visus dan melakukan koreksi refraksi.
3. Melakukan pemeriksaan segmen anterior4. Melakukan pemeriksaan segmen posterior
5. Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata
6. Metakukan pemeriksaan otot ekstra okuler
7. Melakukan pemeriksaan lapang pandangan sederhana.
Media dan alat bantu pembelajaran:1. Penuntun belajar untuk anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam ilmu
penyakit mata.
2. Alat audiovisual yang memperlihatkan tata cara melakukan anamnesisdan pemeriksaan klinik.
3. Optotip Snellen, set lensa coba, senter, tonometer Schiotz, oftalmoskopdirek, mistar.
4. tetes mata pantocain 0,5%, tetes mata antibioti, tetes mata mydriatil.5. Kertas, pensil, pena, dan lembaran status penderita.
Metode pembelajaran:Demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
4/36
DESKRIPSI KEGIATANKegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantarsecara umum 15 menit 1. Pengantar oleh intruktur2.Demonstrasi melalui video
2. Bermain
peran, Tanya
dan Jawa
25 menit 3. Dua orang dosen memberikan contoh
bagaimana cara melakukan anamnesis
lengkap, pemeriksaan mata disesuaikan
tahap demi tahap sesuai penuntun belajar.4. Mahasiswa menyimak sesuai dengan
menggunakan Penuntun Belajar.5. Memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan dosenmemberikan penjelasan tetang aspek-
aspek yang penting.
3. Praktekbermain peran
dengan umpan
balik
100 menit 6. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasanga. Seorang mentor diperlukan
untuk mengamati 3 pasangan.
7. Setiap pasangan berpraktek melakukan
pemeriksaan. (secara bergantian berlakusebagai pemeriksa dan penderita)
8. Mentor berkeliling diantara mahasiswadan melakukan supervisi menggunakan
cek lis.9. Mentor memberikan tema khusus
umpan balik kepada setiap pasangan.
4. Curah
pendapat/diskusi
15 menit 10. Curah pendapat/diskusi: apa yang
dirasakan mudah, apa yang sulit.Menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang berperan sebagai
penderita. Apa yang dapat dilakukan oleh
pemeriksa agar penderita lebih nyaman.
11. Dosen menyimpulkandenganmenjawab pertanyaan dan
menjelaskan masalah yang belumdimengerti.
Total waktu 155 menit
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
5/36
PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN MATA(digunakan oleh Peserta)
NO.LANGKAH KEGIATAN KASUS
I. MELAKUKAN ANAMNESIS LENGKAP PADA PENDERITA
DENGAN KELAINAN MATA 1 2 3
1. Beri salam/ memperkenalkan diri dengan cara yang sopan.
2. Atur posisi duduk penderita.
3. Tanyakan identitias penderita
4. Tanyakan keluhan utama
5. Tanyakan lebih detil hal yang berhubungan dengan keluhan
utama misal; lamanya, serta gejala penyerta bila ada.
6. Tanyakan kelainan mata yang pernah diderita.
7. Tanyakan riwayat penyakit yang lain.
8. Tanyakan riwayat penyakit yang sama dalam
keluarga/ lingkungan
II. MELAKUKAN PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN VISUS
YANG BAIK1 2 3
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan.
2. Mintalah penderita duduk pada jarak 5 atau 6 m dari optotipe
Snellen.
3. Minta penderita untuk menutup satu matanya tanpa menekan
bola mata
4. Minta penderita untuk melihat ke depan dengan rileks tanpamelirik atau mengerutkan kelopak mata
5. Minta penderita untuk menyebut huruf, angka atau simbol yang
ditunjuk6. Tunjuk huruf, angka atau simbol pada optotip Snellen dari ataske bawah.
7. Tentukan visus penderita sesuai dengan hasil pemeriksaan
8. Bila visus penderita tidak optimal, dilakukan koreksi dengan
lensa coba sampai didapatkan visus yang maksimal. Besarnyalensa coba yang digunakan menunjukkan besarnya kelainan
refraksi
III. MELAKUKAN PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR
BOLA MATA1 2 3
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Pemeriksa duduk di depan penderita pada jarak jangkauan
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:1. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai
urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi
tidak efisisen3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
6/36
tangan
3. Ruangan dibuat setengah gelap
4. Gunakan senter yang diarahkan ke mata pendertia dengan
posisi senter 45-60o dari temporal mata yang akan diperiksa,
dimulai pada mata kanan.
5. Lakukan pemeriksaan segmen anterior bola mata dimulai darikelopak mata, lebar fisura palpebra, posisi bola mata.
6. Lakukan pemeriksaan bulu mata atas dan bawah, konjungtivapalpebra superior dan inferior, konjungtiva bulbi, kornea,
kamera okuli anterior, iris, pupil, lensa, dan vitreus anterior
7. Periksalah refleks pupil direk dan indirek
IV. MELAKUKAN PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA
DENGAN METODE PALPASI1 2 3
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
2. Pemeriksa duduk berhadapan dengan penderita dengan jarak
jangkauan tangan pemeriksa, (25 30 cm).
3. Mintalah penderita untuk melirik ke bawah.
4. Mulailah pemeriksaan dari mata kanan.
5. Kedua jari telunjuk berada pada palpebra superior. Ibu jari,
kelingking, jari manis, dan jari tengah memfiksasi didaerahtulang sekitar orbita.
6. Jari telunjuk secara bergantian menekan bola mata melaluipalpebra dan merasakan besarnya tekanan bola mata.
7. Besarnya tekanan dilambangkan dengan Tn, Tn-1, Tn-2, Tn+1,
Tn+2Prosedur yang sama dilakukan pula pada mata kiri
V. MELAKUKAN PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA
DENGAN CARA INDENTASI MENGGUNAKAN
TONOMETER SCHIOTZ
1 2 3
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan
2. Baringkan penderita di tempat tidur.
3. Anestesi topikal dengan menggunakan tetes mata Pantocain
0,5%
4. Gunakan beban tonometer yang terendah, 5,5 gr.
5. Desinfeksi indentesi dengan alkohol 70%, biarkan sampai
kering.Penderita diminta melihat ke atas dengan melihat lurus padajari penderita yang diposisikan di atas mata yang akan diperiksa
6. Letakkan tonometer dengan hati-hati pada kornea, selanjutnyabaca skala yang ditunjukkan.
7. Sesuaikan hasil pembacaan dengan tabel yang tersedia (satuan
mmHg).
8. Teteskan antibiotik topikal setelah pemeriksaan
VI. MELAKUKAN PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR 1 2 3
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan
2. Persiapkan alat untuk pemeriksaan segmen posterior bola mata
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
7/36
(direct ophthalmoscope). Ruangan dibuat setengah gelap,
penderita diminta melepas kacamata dan pupil dibuat midriasis
dengan tetes mata mydriatil
3. Sesuaikanlah lensa oftalmoskop dengan ukuran kaca matapenderita.
4. Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita, matakiri pemeriksa memeriksa mata kiri penderita.
5. Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang
pemeriksa
6. Arahkan ke pupil dari jarak 25-30 cm oftalmoskop untuk
melihat refleks fundus dengan posisi/cara pegang yang benar
7. Periksa secara seksama dengan perlahan maju mendekati
penderita kurang lebih 5 cm.
8. Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa pada
oftalmoskop.
9. Amati secara sistematis struktur retina dimulai dari papil N.
optik, arteri dan vena retina sentral, area makula, dan retinaperifer.
10. Catatlah hasil yang didapat dalam status penderita
VII. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PERGERAKAN BOLA
MATA1 2 3
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan
2. Pemeriksa duduk berhadapan dengan penderita dengan jarak
jangkauan tangan (30-50 cm)
3. Mintalah kepada pasien untuk memandang lurus ke depan.4. Arahkan senter pada bola mata dan amati pantulan sinar pada
kornea, kemudian gerakkan senter dengan membentuk huruf H
dan berhenti sejenak pada waktu senter berada di lateral dan
lateral atas, dan lateran bawah (mengikuti six cardinal of gaze).
5. Posisi dan gerakan ke-dua bola mata diamati selama senter
digerakkan.
6. Letakkan pensil pada jarak 30cm di depan mata penderita
kemudian diminta untuk mengikuti/melihat ujung pensil yangdigerakkan mendekat ke arah hidung penderita.
7. Hasil interpretasi dicatat dalam status.
VIII. MELAKUKAN PEMERIKSAAN LAPANG PANDANGANDENGAN CARA KONFRONTASI
1 2 3
1. Terangkan maksud dan prosedur pemeriksaan
2. Mintalah penderita untuk duduk berhadapan. Posisi bolamata antara penderita dan pemeriksa selaras dengan jarak 30
50 cm.
3. Tutuplah mata di sisi yang sama dengan mata penderita yang
ditutup.
4. Difiksasi pada mata pasien yang tidak ditutup.
5. Mintalah penderita agar memberi respons bila melihat objek
yang digerakkan pemeriksa di mana mata tetap terfiksasi
dengan mata pemeriksa.
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
8/36
6. Gerakkan obyek dari perifer ke tengah dari arah superior,
superior temporal, temporal, temporal inferior, inferior, inferior
nasal, nasal, nasal superior.
7. Catatlah hasil pemeriksaan dalam status penderita.
IX. MELAKUKAN PEMERIKSAAN AMSLER GRID 1 2 3
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan.
2. Mintalah penderita untuk memegang testing grid sejajar dengan
garis pandang mata, dengan jarak kira-kira 36cm ( 14 inchi )
dari mata penderita. Tutuplah mata lain yang tidak sedang
diperiksa.
3. Mintalah penderita untuk memfiksasi matanya pada central spot
dari testing grid tersebut.
4. Tanyakan pada penderita apakah garis-garis lurus pada testinggrid berubah menjadi garis lengkung (distorted ) atau apakah
garis-garis tersebut hilang ( loss ).
5.Mintalah pasien untuk menggambar area yang distortedmaupun yang loss pada amsler grid notepad. Pastikan pada
notepad tersebut tercantum tanggal pemeriksaan,nama
penderita dan mata manakah yang diperiksa.
6. Lakukan pemeriksaan ini pada kedua mata,.
X. MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANEL TEST
1. Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan pada penderita.
2. Posisikan penderita telentang di atas meja pemeriksaan
3. Anestesi topikal dengan menggunakan 1 tetes pantocain
4. 0,5% pada mata yang akan diperiksa
5. Isilah spoit 1 cc dengan larutan steril NaCL. Gunakanlah
kanul viscoelastic.
6.
Injeksikan larutan tersebut dengan memposisikan ujung kanul
pada punctum lakrimalis inferior dan mengarah ke kanalikuli /saccus lakrimalis.
7. Tanyakan pada penderita apakah ia merasakan adanya cairan ataurasa asin dari larutan NaCl tersebut.
8. Nilai apakah hasil anel test positif atau negatif. (positif jikapenderita merasa adanya cairan yang terasa asin)
XI. PEMBERIAN OBAT TOPIKAL
A Obat Tetes Mata
1. Penderita dibaringkan dengan posisi telentang atau penderitaduduk dengan posisi kepala menengadah kearah langit langitruangan.
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
9/36
2. Instruksikan penderita untuk membuka kedua mata.
3.Lebarkan fissura palpebra dengan jari telunjuk dan ibu jaripada mata yang hendak diberi obat tetes.
4. Teteskan obat pada daerah sclera pasien, instruksikan pasienuntuk melirik kearah temporal atau nasal.
5. Instruksikan pasien untuk menutup mata beberapa saat
kemudian berkedip agar obat dapat meyebar ke permukaanbola mata
6. Bersihkan daerah sekitar kelopak mata.
B. Zalf Mata
1. Penderita dibaringkan dengan posisi telentang atau penderita
duduk dengan posisi kepala menengadah kearah langit langitruangan.
2. Instruksikan penderita untuk membuka kedua mata.
3. Tarik fissura palpebra inferior dengan jari telunjuk atau ibu
jari pada mata yang hendak diberi obat.
4. Oleskan zalf mata pada daerah konjungtiva palpebra inferior
5. Instruksikan pasien untuk menutup mata
6. Pasang bebat mata bila perlu
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
10/36
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
11/36
SKILL LAB SISTEM INDERA KHUSUSPEMERIKSAAN FISIS TELINGA HIDUNG DAN
TENGGOROK
PENDAHULUAN
Pemeriksaan fisis telinga, hidung dan tenggorok adalah adalah suatupemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan-kelainan pada telinga, mulai dari telinga bagian luar sampai telinga dalamyang dapat memberikan gangguan fungsi pendengaran dan keseimbangan;kelainan-kelainan pada hidung dan tenggorok yang dapat memberikangangguan penghidu dan pengecapan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
melihat (inspeksi), meraba (palpasi) dan melakukan tes-tes untuk melihatsifat dan jenis gangguan pendengaran dan keseimbangan serta gangguanpenghidu dan pengecapan
INDIKASIUntuk mengetahui kelainan-kelainan pada telinga, hidung dan
tenggorok yang memberikan gangguan pendengaran, keseimbangan,penghidu dan pengecapan
TUJUAN PEMBELAJARANTujuan Umum:Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisis telinga, hidung dantenggorokan serta mampu melakukan tes fungsipendengaran,keseimbangan, penghidu dan pengecapan secara baik danbenar
Tujuan Khusus:1. Mahasiswa mampu mengenal dan menjelaskan alat dan bahan yang
akan digunakan dalam pemeriksaan THT2. Mahasiswa mampu mempersiapkan penderita dalam rangka
persiapan pemeriksaan fisis telinga, hidung dan tenggorok
3. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan pemeriksaan fisis telinga,hidung dan tenggorok tes fungsi pendengaran dan keseimbangan .
4. Mahasiswa dapat melakukan tes-tes fungsi pendengaran ,keseimbangan, penghidu dan pengecapan.
5. Mahasiswa dapat menginterpretasi hasil pemeriksaan fisis telinga,hidung dan tenggorok serta hasil tes fungsi pendengaran,keseimbangan, penghidu dan pengecapan
6. Mahasiswa mampu menentukan apakah kelainan-kelainan yangditemukan merupakan kelainan kongenital, keganasan, infeksi ,trauma atau kelainan degeneratif.
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
12/36
MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN1. Buku panduan skill lab
2. Daftar panduan skill lab3. Gambar / slide cara pemeriksaan fisis THT dan tes-tes fungsipendengaran, keseimbangan, penghidu dan pengecapan
4. Alat tulis menulis / spidol5. Pemutaran film pemeriksaan fisis THT dan tes-tes fungsi
pendengaran, keseimbangan, penghidu dan pengecapan
METODE PEMBELAJARAN1. Demonstrasi dan alih ketrampilan2. Diskusi3. Daftar tilik dengan sistem skor
DESKRIPSI KEGIATAN PEMERIKSAAN TELINGA, HIDUNG DANTENGGOROK
KEGIATAN WAKTU DESKRIPSI1. Pengantar 10 menit Pengantar skill lab
2. Persiapan dan presentasipendahuluan
15 menit a.Mengatur posisi dudukmahasiswab.Mempersiapkan modelc.Dosen memberikan penjelasanhal-hal yang penting
d.Memberikan kesempatanmahasiswa untuk bertanyae.Semua media dan alat sudahdisiapkanf. Menjelaskan jalannya skill labdan menyampaikan berkumpulkembali untuk interpretasi hasilmelalui audio visual
3. Persiapan Praktek 15 menit a.Mahasiswa dibagi dalambeberapa kelompok
b.Disampaikan setiap mahasiswac.Diperlukan mentor untukmengamati setiap mahasiswad.Siapkan audio visual di ruanganterentu /terpisah
4. Pelaksanaan pemerik-saan fisis THT, tesfungsi pendengaran dankeseimbangan, tesfungsi penghidu dan
pengecapan
60 menit a. Persiapan penderitab. Persiapan posisi penderitac.Melakukan pemeriksaan fisistelingaf. Melakukan tes garpu tala
g. Melakukan tes kalori
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
13/36
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
14/36
- Alkohol 70%- Betadine-
AgNo3- Spoit 10 cc untuk spooling telinga- Air hangat yang disesuaikan dengan suhu tubuh- Bunsen
2. Pemasangan lampu kepalaSebelum diletakkan di kepala, ikatan lampu kepala dilonggarkandengan memutar pengunci kearah kiri. Posisi lampu diletakkan tepatpada daerah glabella atau sedikit miring kearah mata yang lebihdominant. Bila lampu kepala sudah berada pada posisi yang benar,ikatan lampu dieratkan dengan memutar kunci kearah kanan.
Pungunci ikatan lampu kepala harus berada disebelah kanan kepala.Fokus cahaya lampu diatur dengan memfokuskan cahaya kearahtelapak tangan yang diletakkan kurang lebih 30 cm dari lampu kepala.Besar kecilnya focus cahaya diatur dengan memutar penutup lampukepala kearah luar sampai diperoleh focus cahaya lampu yang kecil,bulat dengan tingkat pencahayaan yang maksimal. Diusahakan agarsudut yang dibentuk oleh jatuhnya sumber cahaya kearah obyek yangberjarak kurang lebih 30 cm dengan aksis bola mata, sebesar 15 derajat
3. Posisi duduk antara pemeriksa dengan pasien
Pemeriksa dan pasien masing-masing duduk berhadapan dengansedikit menyerong , kedua lutut pemeriksa dirapatkan danditempatkan berdampingan dengan kaki penderita. Bila diperlukanposisi-posisi tertentu penderita dapat diarahkan ke kiri atau kanan.Kepala penderita difiksasi dengan bantuan seorang perawat. Padaanak kecil yang belum koperatif selain diperlukan fiksasi kepala,sebaiknya anak dipangku oleh orang tuanya pada saat dilakukanpemeriksaan. Kedua tangan dipeluk oleh orang tua sementara itu,kaki anak difiksasi diantara kedua paha orang tua.
PEMERIKSAAN TELINGAMula-mula dilakukan inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainanbentuk telinga, tanda-tanda peradangan, tumor dan secret yang keluar dariliang telinga. Pengamatan dilakukan pada telinga bagian depan danbelakang.Setelah mengamati bagian-bagian telinga, lakukan palpasi padatelinga,apakah ada nyeri tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda pembesarankelenjar pre dan post aurikuler.Pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan stetoskop dapatdilakukan pada kasus-kasus tertentu misalnya pada penderita dengankeluhan tinnitus objektif
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
15/36
Pemeriksaan liang telinga dan membrane timpani dilakukan denganmemposisikan liang telinga sedemikian rupa agar diperoleh aksis liang
telinga yang sejajar dengan arah pandang mata sehingga keseluruhan liangtelinga sampai permukaan membrane timpani dapat terlihat. Posisi ini dapatdiperoleh dengan menjepit daun telinga dengan menggunakan ibu jari dan jari tengah dan menariknya kearah superior-dorso-lateral dan mendorongtragus ke anterior dengan menggunakan jari telunjuk. Cara ini dilakukandengan tangan kanan bila akan memeriksa telinga kiri dan sebaliknyadigunakan tangan kiri bila akan memeriksa telinga kanan. Pada kasus-kasusdimana kartilago daun telinga agak kaku atau kemiringan liang telingaterlalu ekstrim dapat digunakan bantuan speculum telinga yang disesuaikandengan besarnya diameter liang telinga. Spekulum telinga dipegang denganmenggunakan tangan yang bebas.
Amati liang telinga dengan seksama apakah ada stenosis atau atresia meatal,obstruksi yang disebabkan oleh secret, jaringan ikat, benda asing, serumenobsturan, polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel. Semua sumbatanini sebaiknya disingkirkan agar membrane timpani dapat terlihat jelas.Diamati pula dinding liang telinga ada atau tidak laserasiLiang telinga dibersihkan dari secret dari sekret dengan menggunakanaplikator kapas, bilas telinga atau dengan suction.Cara membuat aplikator kapas yaitu dengan mengambil kapas secukupnyakemudian aplikator diletakkan ditengah-tengah kapas aturlah letak aplikator
sedemikian rupa sehingga ujung aplikator terletak kira-kira padapertengahan kapas, kapas kemudian dilipat dua sehingga menyelimutiujung aplikator dan dijepit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri.Selanjutnya pangkal aplikator diputar searah dengan putaran jarum jamdengan menggunakan tangan kanan. Setelah ujung aplikator diselimutikapas lakukan pengecekan apakah ujung aplikator yang tajam tidakmelampaui ujung kapas. Selanjutnya kapas aplikator dilewatkan diatas apiBunsen.. Bila secret terlalu profus dapat digunakan bilasan air hangat yangdisesuikan dengan suhu tubuh. Bilasan telinga dilakukan denganmenyemprotkan air dari spoit langsung ke dalam telinga. Ujung spoit
diarahkan ke dinding atas meatus sehingga diharapkan secret / serumenakan dikeluarkan oleh air bilasan yang balik kembali.
Pengamatan terhadap membrane timpani dilakukan dengan memperhatikanpermukaan membrane timpani, posisi membrane, warna, ada tidaknyaperforasi, refleks cahaya, struktur telinga tengah yang terlihat padapermukaan membrane seperti manubrium mallei, prosesus brevis, plikamaleolaris anterior dan posterior
Untuk mengetahui mobilitas membrane timpani digunakan otopneumoskop.
Bila akan dilakukan pemeriksaan telinga kanan, speculum otopneumoskop
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
16/36
difiksasi dengan ibu jari dan jari telunjuk, daun telinga dijepit denganmenggunakan jari tengah dan jari manis tangan kiri, sebaliknya dilakukan
bila akan memeriksa telinga kiri. Selanjutnya pneumoskop dikembangkempiskan dengan menggunakan tangan kanan. Pada saat pneumoskopdikembang kempiskan, pergerakan membrane timpani dapat diamatimelalui speculum otopneumoskop. Pergerakan membrane timpani dapatpula diamati dengan menyuruh pasien melakukan Manuver Valsalva yaitudengan menyuruh pasien mengambil napas dalam, kemudian meniupkanmelalui hidung dan mulut yang tertutup oleh tangan. Diharapkan denganmenutup hidung dan mulut, udara tidak dapat keluar melalui hidung danmulut sehingga terjadi peninggian tekanan udara di dalam nasofaring.Selanjutnya akibat penekanan udara, ostium tuba yang terdapat dalamrongga nasofaring akan terbuka dan udara akan masuk ke dalam kavumtimpani melalui tuba auditiva
PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALISPemeriksaan hidung diawali dengan melakukan inspeksi dan palpasihidung bagian luar dan daerah sekitarnya. Inspeksi dilakukan denganmengamati ada tidaknya kelainan bentuk hidung, tanda-tanda infeksi dansekret yang keluar dari rongga hidung. Palpasi dilakukan dengan penekananjari-jari telunjuk mulai dari pangkal hidung sampai apeks untuk mengetahuiada tidaknya nyeri, massa tumor atau tanda-tanda krepitasi.
Pemeriksaan rongga hidung dilakukan melalui lubang hidung yang disebutdengan Rhinoskopi anterior dan yang melalui rongga mulut denganmenggunakan cermin nasofaring yang disebut dengan Rhinoskopi posterior
Rhinoskopi anteriorRA dilakukan dengan menggunakan speculum hidung yang disesuaikandengan besarnya lubang hidung. Spekulum hidung dipegang dengan tanganyang dominant. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga tangkaibawah dapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari manis
dan jari kelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung.Lidah speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaan tertutupke dalam rongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah speculum dibuka. Jangan memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidahspeculum terlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari ronggahidung , lidah speculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat untukmenghindari terjepitnya bulu-bulu hidung.
Amati struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai dari dasarrongga hidung, konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan warnadan permukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa , benda asing
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
17/36
dan secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka inferior . Bilaingin melihat konka medius dan superior pasien diminta untuk tengadahkan
kepala.
Pada pemeriksaan RA dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitupergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkanhuruf i . Pada waktu melakukan penilaian fenomena palatum molleusahakan agar arah pandang mata sejajar dengan dasar rongga hidungbagian belakang. Pandangan mata tertuju pada daerah nasofaring sambilmengamati turun naiknya palatum molle pada saat pasien mengucapkanhuruf i . Fenomena Palatum Molle akan negatif bila terdapat massa didalam rongga nasofaring yang menghalangi pergerakan palatum molle, atauterdapat kelumpuhan otot-otot levator dan tensor velli palatini.
Bila rongga hidung sulit diamati oleh adanya edema mukosa dapatdigunakan tampon kapas efedrin yang dicampur dengan lidokain yangdimasukkan ke dalam rongga hidung untuk mengurangi edema mukosa.
Rhinoskopi posteriorPasien diminta untuk membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3dorsal lidah ditekan dengan menggunakan spatel lidah. Jangan melakukanpenekan yang terlalu keras pada lidah atau memasukkan spatel terlalu jauhhingga mengenai dinding faring oleh karena hal ini dapat merangsang
refleks muntah.Cermin nasofaring yang sebelumnya telah dilidah apikan, dimasukkan kebelakang rongga mulut dengan permukaan cermin menghadap ke atas.Diusahakan agar cermin tidak menyentung dinding dorsal faring..Perhatikan struktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin.Amati septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka inferior, mediusdan superior, adenoid (pada anak), ada tidak secret yang mengalir melaluimeatus. Perhatikan pula struktur lateral rongga nasofaring : ostium tuba,torus tubarius, fossa RossenmulleriSelama melakukan pemeriksaan pasien diminta tenang dan tetap bernapas
melalui hidung. Pada penderita yang sangat sensitif, dapat disemprotkananestesi lokal ke daerah faring sebelum dilakukan pemeriksaan.
PEMERIKSAAN SINUS PARANASALISInspeksi dilakukan dengan melihat ada tidaknya pembengkakan padawajah. Pembengkakan dan kemerahan pada pipi, kelopak mata bawahmenunjukkan kemungkinan adanya sinusitis maksilaris akut.Pembengkakan pada kelopak mata atas kemungkinan sinusitis frontalisakut. Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk pada gigi bagian atasmenunjukkan adanya Sinusitis maksilaris. Nyeri tekan pada medial atap
orbita menunjukkan adanya Sinusitis frontalis. Nyeri tekan di daerah kantus
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
18/36
medius menunjukkan adanya kemungkinan sinusitis etmoidalis.
PEMERIKSAAN FARINGPenderita diinstruksikan membuka mulut, perhatikan struktur di dalamcavum oris mulai dari gigi geligi, palatum, lidah, bukkal. Lihat ada tidaknyakelainan berupa, pembengkakan, hiperemis, massa, atau kelainan congenital.Lakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah.Perhatikan struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding dorsalfaring. Deskripsikan kelainan-kelainan yang tampak .Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosabukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam rongga mulut
PEMERIKSAAN LARINGOSKOPI INDIREKSambil membuka mulut, instruksikan penderita untuk menjulurkan lidahsejauh mungkin ke depan . Setelah dibalut dengan kasa steril lidahkemudian difiksasi diantara ibu jari dan jari tengah . Pasien diinstruksikanuntuk bernafas secara normalKemudian masukkan cermin laring yang sesuai yang sebelumnya telahdilidah apikan ke dalam orofaring . Arahkan cermin laring ke daerahhipofaring sedemikian rupa hingga tampak struktur di daerah hipofaringyaitu : epiglottis, valekula, fossa piriformis, plika ariepiglotikka, aritaenoid,plika ventrikularis dan plika vocalis. Penilaian mobilitas plika vocalis
dengan menyuruh penderita mengucapkan huruf i berulang kali.
TES FUNGSI PENDENGARANAda beberapa tes yang dapat digunakan dalam menilai fungsi pendengaran.Salah satu tes yang biasa digunakan di Klinik adalah Tes Bisik dan TesGarpu Tala. Tes ini selain mudah dilakukan, tidak rumit , cepat, alat yangdibutuhkan sederhana juga memberikan informasi yang terpercayamengenai kualitas dan kuantitas ketulian.
Test Suara Bisik
Test ini amat penting bagi dokter umum terutama yang bertugas dipuskesmas-puskesmas, dimana peralatan masih sangat terbatas untukkeperluan test pendengaran. Persyaratan yang perlu diingat dalammelakukan test ini ialah :a. Ruangan Test. Salah satu sisi atau sudut menyudut ruangan harus ada
jarak sebesar 6 meter. Ruangan harus bebas dari kebisingan. Untukmenghindari gema diruangan dapat ditaruh kayu di dalamnya.
b. Pemeriksa. Sebagai sumber bunyi harus mengucapkan kata-kata denganmenggunakan ucapan kata-kata sesudah expirasi normal.Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 2 suku kata (bisyllabic) yang terdiridari kata-kata sehari-hari. Setiap suku kata diucapkan dengan tekanan
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
19/36
yang sama dan antara dua suku kata bisyllabic Gajah Mada P.B.Listkarena telah ditera keseimbangan phonemnya untuk bahasa Indonesia.
c. Penderita. Telinga yang akan di test dihadapkan kepada pemeriksa dantelinga yang tidak sedang ditest harus ditutup dengan kapas atau olehtangan si penderita sendiri. Penderita tidak boleh melihat gerakan mulutpemeriksa.
Cara pemeriksaan.Sebelum melakukan pemeriksaan penderita harus diberi instruksi yang jelasmisalnya anda akan dibisiki kata-kata dan setiap kata yang didengar harusdiulangi dengan suara keras. Kemudian dilakukan test sebagai berikut :a. Mula-mula penderita pada jarak 6 meter dibisiki beberapa kata bisyllabic.
Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 meter (5 meter dari penderita) dan
test ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut pemeriksa maju 1 meter,dan demikian seterusnya sampai penderita dapat mengulangi 8 kata-katadari 10 kata-kata yang dibisikkan. Jarak dimana penderita dapatmenyahut 8 dari 10 kata diucapkan di sebut jarak pendengaran.
b. Cara pemeriksaan yang sama dilakukan untuk telinga yang lain sampaiditemukan satu jarak pendengaran.Evaluasi test.a. 6 meter - normalb. 5 meter - dalam batas normalc. 4 meter - tuli ringan
d. 3 2 meter - tuli sedange. 1 meter atau kurang - tuli berat
Dengan test suara bisik ini dapat dipergunakan untuk memeriksa secarakasar derajat ketulian (kuantitas). Bila sudah berpengalaman test suara bisikdapat pula secara kasar memeriksa type ketulian misalnya :a. Tuli konduktif sukar mendengar huruf lunak seperti n, m, w (meja
dikatakan becak, gajah dikatakan kaca dan lain-lain).b. Tuli sensori neural sukar mendengar huruf tajam yang umumnya
berfrekwensi tinggi seperti s, sy, c dan lain-lain (cicak dikatakan tidak,
kaca dikatakan gajah dan lain-lain).
Test Garpu TalaTest ini menggunakan seperangkat garpu tala yang terdiri dari 5 garpu taladari nada c dengan frekwensi 2048 Hz,1024 Hz, 512Hz,256 Hz dan 128 Hz.Keuntungan test garpu tala ialah dapat diperoleh dengan cepat gambarankeadaan pendengaran penderita.Kekurangannya ialah tidak dapatditentukan besarnya intensitas bunyi karena tergantung cara menyentuhkangarpu tala yaitu makin keras sentuhan garpu tala makin keras pula intensitasyang didengar. Sentuhan garpu tala harus lunak tetapi masih dapat didengar
oleh telinga normal. Di poliklinik dapat dilakukan empat macam test garpu
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
20/36
tala yaitu :a. Test garis pendengaran
b. Tets Weberc. Tets Rinned. Test Schwabach
Tes garis pendengaran.Tujuan test ini adalah untuk mengetahui batas bawah dan batas atas ambangpendengaran. Telinga kanan dan kiri diperiksa secara terpisah.
Cara pemeri ksaan.
Semua garpu tala satu demi satu disentuh secara lunak dan diletakkan kira-kira 2,5 cm di depan telinga penderita dengan kedua kakinya berada pada
garis penghubung meatus acusticus externus kanan dan kiri. Penderitadiinstruksikan untuk mengangkat tangan bila mendengarkan bunyi.Bilapenderita mendengar, diberi tanda (+) pada frekwensi yang bersangkutandan bila tidak mendengar diberi tanda (-) pada frekwensi yangbersangkutan.Contoh hasil pemeriksaan Garis pendengaran :
Ka Frekwensi Ki- 2.048 +- 1.024 +- 512 +
- 256 -+ 128 -
telinga kanan tidak mendengar frekwensi 2. 048 Hz dan 1. 024Hz sedangfrekwensi-frekwensi lain dapat didengar, telinga kiri tidak mendengarfrekwensi 128 Hz dan 256 Hz, sedangkan frekwensi-frekwensi lain dapatdidengar.Evaluasi test garis pendengaran. Pada contoh di atas telinga kanan batasatasnya menurun berarti telinga kanan menderita tuli sensorineural. Padatelinga kiri batas bawahnya meningkat berarti telinga kiri menderita tulikonduktif.
Test Weber.Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang telinga kiri dankanan. Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan akan sama.a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuh
diletakkan pangkalnya pada dahi atau vertex. Penderita ditanyakanapakah mendengar atau tidak. Bila mendengar langsung ditanyakan di
telinga mana didengar lebih keras. Bila terdengar lebih keras di kanandisebut lateralisasi ke kanan.
W
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
21/36
b. Evaluasi Tets Weber. Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka ada beberapa
kemungkinan1. Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal2. Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli sensory neural3. Telinga kanan normal, kiri tuli sensory neural4. Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat5. Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih berat
Dengan kata lain test weber tidak dapat berdiri sendiri oleh karena tidakdapat menegakkan diagnosa secara pasti.
Test Rinne.Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran
udara pada satu telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjangdari hantaran tulang. Juga pada tuli sensorneural hantaran udara lebihpanjang daripada hantaran tulang. Dilain pihak pada tuli konduktif hantarantulang lebih panjang daripada hantaran udara.
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz disentuh secara lunakpada tangan dan pangkalnya diletakkan pada planum mastoideum daritelinga yang akan diperiksa. Kepada penderita ditanyakan apakahmendengar dan sekaligus di instruksikan agar mengangkat tangan bilasudah tidak mendengar. Bila penderita mengangkat tangan garpu tala
dipindahkan hingga ujung bergetar berada kira-kira 3 cm di depanmeatus akustikus eksternus dari telinga yang diperiksa. Bila penderitamasih mendengar dikatakan Rinne (+). Bila tidak mendengar dikatakanRinne (-)
b. Evaluasi test rinne. Rinne positif berarti normal atau tuli sensorineural.Rinne negatif berarti tuli konduktif.
c. Rinne Negatif Palsu. Dalam melakukan test rinne harus selalu hati-hatidengan apa yang dikatakan Rinne negatif palsu. Hal ini terjadi pada tulisensorineural yang unilateral dan berat.Pada waktu meletakkan garpu tala di Planum mastoideum getarannya di
tangkap oleh telinga yang baik dan tidak di test (cross hearing).Kemudian setelah garpu tala diletakkan di depan meatus acusticusexternus getaran tidak terdengar lagi sehingga dikatakan Rinne negatif
Test Schwabach.Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari penderitadengan hantaran tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksaharus normal.
+ R -
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
22/36
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuhsecara lunak diletakkan pangkalnya pada planum mastoiedum penderita.
Kemudian kepada penderita ditanyakan apakah mendengar, sesudah itusekaligus diinstruksikan agar mengangkat tangannya bila sudah tidakmendengar dengungan. Bila penderita mengangkat tangan garpu talasegera dipindahkan ke planum mastoideum pemeriksa.Ada 2 kemungkinan pemeriksa masih mendengar dikatakan schwabachmemendek atau pemeriksa sudah tidak mendengar lagi. Bila pemeriksatidak mendengar harus dilakukan cross yaitu garpu tala mula-muladiletakkan pada planum mastoideum pemeriksa kemudian bila sudahtidak mendengar lagi garpu tala segera dipindahkan ke planummastoideum penderita dan ditanyakan apakah penderita mendengardengungan.Bila penderita tidak mendengar lagi dikatakan schwabach normal danbila masih mendengar dikatakan schwabach memanjang.
b. Evaluasi test schwabach1. Schwabach memendek berarti pemeriksa masih mendengar
dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli sensory neural2. Schwabach memanjang berarti penderita masih mendengar
dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli konduktif3. Schwabach normal berarti pemeriksa dan penderita sama-sama tidak
mendengar dengungan. Karena telinga pemeriksa normal berartitelinga penderita normal juga.
TES FUNGSI KESEIMBANGANAda beberapa tes yang dapat digunakan dalam menilai fungsikeseimbangan. Salah satu tes yang biasa digunakan di Klinik adalah TesKalori Sederhana. Tes ini selain mudah dilakukan, tidak rumit , cepat, alatyang dibutuhkan sederhana juga memberikan informasi yang terpercayamengenai jenis gangguan keseimbangan. Sebelum dilakukan tes, sebaiknya
penderita tidak mengkonsumsikan obat-obatan minimal 4 hari.Alat yang dibutuhkan
- Air masak, Es batu, Termometer, Spoit 50 cc, Stopwatch
Tes Kalori SederhanaPasien dalam posisi baring dengan kepala dielevasi 30 derajat di atas bidanghorizontal. Air steril sebanyak 20 cc dengan suhu 20 derajat dimasukkan kedalam liang telinga selama 5 detik. Setelah itu penderita menghadap ke atasdan diinstruksikan untuk tetap membuka mata selama tes dilakukan.Nistagmus yang terjadi diamati. Catat jumlah, lama, arah dan keluhan yang
menyertai nistagmus (mis: vertigo, mual, muntah dll). Normal akan
S
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
23/36
didapatkan nistagmus selama lebih dari 2 menit dan selisih waktu nistagmuspada kedua labirin tidak lebih dari 20 detik. Tes ini bermakna bila
diidapatkan nistagmus kurang dari 90 detik. Hal ini didapatkan padamoderat hipoexcitability (canal paresis) labirin. Bila dengan suhu 20 derajattidak didapatkan respon maka tes ini dilanjutkan dengan air suhu 10 derajatatau 0 derajat. Bila pada suhu ini tidak didapatkan respon, ini menandakanadanya komplit kanal paresis atau kanal paresis berat.
TES FUNGSI PENGHIDU DAN PENGECAPANTes Fungsi PengecapanSensibilitas lidah sebagai fungsi pengecapan secara sederhana dapatdiperiksa dengan meletakkan substansi bahan tes yang dilarutkan dalam airpada tempat-tempat tertentu di lidah. Bahan tes yang dianjurkan adalah gula
pasir untuk rasa manis, garam untuk rasa asin, jeruk untuk rasa asam dankina untuk rasa pahit. Penderita diinstruksikan menjulurkan lidah sementarahidung ditutup.
Untuk rasa manis letakkan pada ujung lidah, rasa asam pada kedua tepilidah, rasa asin pada ujung dan tepi lidah, rasa pahit pada belakang lidah.Tes dilakukan satu persatu kemudian di catat berapa waktu yangdibutuhkan pada saat meletakkan bahan tes sampai terjadi sensasi, catatsensasi yang dirasakan oleh penderita. Sebaiknya penderita disuruhberkumur-kumur setiap selesai satu tes sebelum dilanjutkan ke tes
berikutnya.Nilai normal diperoleh bila penderita dapat merasakan sensasi rasa manis 50detik setelah diletakkan dan mencapai puncaknya dalam waktu 2 menit.Untuk sensasi rasa asin sensasi dirasakan pada saat substansi diletakkan danmenurun dalam waktu 2 menit. Untuk sensasi asam dan pahit nilai normaldidapatkan bila penderita merasakan sensasi tersebut dalam 2 menit.Dikatakan Hipogeusia bila sensasi dirasakan setelah 2 menit dan Ageusiabila penderita tidak merasakan apa-apa.
Tes Fungsi Penghidu
Alkohol Sniff Test (AST)- Sangat baik utk skrining- Penderita diinstruksikan untuk mengendus bau isopropil alkohol
dengan mata tertutup.
- Kapas yang telah diberi alkohol didekatkan perlahan-lahan ke hidungpenderita. Dimulai kira-kira 20 30 cm dari mid sternum.
- Normosmik : dapat menghidu dari jarak > 10 cm
- Hiposmik : 0 10 cm ( 1, 2, 3 an 4 cmm : berat )- Anosmik : tdk dpt mencium sama sekali
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
24/36
PENUNTUN BELAJARPEMERIKS AAN FISIS THT
LANGKAH KLINIK KASUSA. PENGANTAR
1. Ucapkan salam
2. Persilahkan penderita untuk duduk3. Dengan sopan, tanyakan identitas penderita
(nama,umur,pekerjaan, pendidikan, alamat)
B. ANAMNESIS
1. Tanyakan tentang :
Keluhan utama yang mendorong penderita berobat
Keluhan lain yang menyertai keluhan utama Riwayat penyakit terdahulu dan sekarang, riwayat berobat,
riwayat penyakit dalam keluarga,dllC. PEMERIKSAAN
1. UMUM
Keadaan umum
Tanda vital (Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh)
2. FISIS THT
a. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada penderita, jugabahwa pemeriksaan ini kadang kadang menimbulkan
perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak akanmembahyakan penderita.
b. Atur posisi duduk penderita
c. Pasang lampu kepala
d. Atur fokus lampu kepalaPEMERIKSAAN TELINGA
e. Inspeksi telinga luar.
f. Palpasi telinga luar Tampak menekan dengan jari telunjuk tangan kanan pada
daerah depan dan belakang telinga untuk menilai adanya
kelainan-kelainan pada telinga Menarik aurikula untuk menilai ada tidaknya nyeri
g. Otoskopi:
Melakukan pemilihan spekulum telinga yang tepat
Memegang dan memposisikan daun telinga yang akan
diperiksa Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam liang telinga
Menilai keadaan liang telinga
Memasukan spekulum telinga ke dalam liang telinga
Menilai keadaan gendang telinga
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
25/36
Mengeluarkan spekulum teling dari dalam liang telinga Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
PEMERIKSAAN HIDUNGh. Inspeksi hidung luar dan sekitarnya
i. Palpasi
Tampak menekan dengan jari telunjuk tangan kanan padadaerah pangkal hidung, pipi, supra orbitalis dan daerahinterkantus untuk menilai adanya kelainan-kelainan padahidung dan sinus paranasalis
j. Rinoskopi anterior
Melakukan pemilihan spekulum hidung yang tepat
Memegang dan memasukkan spekulum hidung ke dalam
rongga hidung Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam rongga
hidung Menilai struktur di dalam rongga hidung
Melihat fenomena palatum molle
Mengeluarkan spekulum hidung dari rongga hidung
k. Rinoskopi posterior:
Melakukan pemilihan cermin nasofaring yang tepat
Menyuruh penderita membuka mulut Melakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
Melidah apikan cermin nasofaring sebelum dimasukkan kedalam orofaring
Memposisikan cermin nasofaring di dalam orofaring
Menilai struktur di dalam nasofaring
Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
l. Faringoskopi Penderita diinstruksikan membuka mulut
Lakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
Tampak memperhatikan keadaan cavum oris sampaiorofaring
Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi padadaerah mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah palatumuntuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam ronggamulut
PEMERIKSAAN LARING FARING
Laringoskopi indirek Melakukan pemilihan cermin laring yang tepat Instruksikan penderita untuk membuka mulut dan
menjulurkan lidah sejauh
Pegang lidah dengan kasa steril . Pasien diinstruksikan
untuk bernafas secara normal
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
26/36
Masukkan cermin laring yang telah dilidah apikan kedalam orofaring .
Posisikan cermin laring sedemikian rupa hingga tampakstruktur di daerah hipofaring
Menilai mobilitas plika vocalis dengan menyuruhpenderita mengucapkan huruf i berulang kali
Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudianambil stetoskop monoaural dengan tangan kiri, kemudiantempelkan ujungnya pada dinding perut ibu yang sesuaidengan posisi punggung bayi (bagian yang memanjangdan rata).
PENUNTUN BELAJARPEMERIKSAAN PENDENGARAN
LANGKAH KLINIK KASUSA. TES BIS IK
Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan
Mengatur posisi duduk dengan pasien
Dengan menggunakan sisa udara ekspirasi pemeriksa
membisikkan beberapa kata bisyllabic pada jarak 6 meter Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 meter (5 meter
dari penderita) dan test ini dimulai lagi. Bila masihbelum menyahut pemeriksa maju 1 meter, dan demikianseterusnya sampai penderita dapat mengulangi 8 kata-kata dari 10 kata-kata yang dibisikkan.
Catat hasil yang diperoleh dan interpretasinya.
B. TES GARPU TALA1. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
2. Mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan3. Mengatur posisi duduk dengan pasien
4. Tes Garis Pendengaran Getarkan garpu dengan lembut, kemudian posisikan kira-
kira 2,5 3 cm di depan telinga penderita Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila
mendengar bunyi dari garpu tala
Lakukan mulai dari gapu tala frekwensi rendah sampaitinggi
Tes dilakukan pada kedua telinga
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
27/36
Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
5. Tes Rinne
Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz denganlembut.
Letakkan pada planum mastoid.
Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bilasudah tidak mendengar bunyi dari garpu tala atausebaliknya
Pindahkan garpu tala ke depan telinga yang sedangdiperiksa bila penderita sudah tidak mendengar
Tes dilakukan pada kedua telinga Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
R
6. Tes Weber Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan
lembut.
Letakkan pada dahi atau vertex
Penderita diinstruksikan untuk menyebutkan telinga manayang lebih jelas mendengar bunyi
Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
7. Tes Schwabach
Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz denganlembut.
Letakkan pada planum mastoid. Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila
sudah tidak mendengar bunyi dari garpu tala atausebaliknya
Pindahkan garpu tala ke planum mastoid pemeriksa bilapenderita sudah tidak mendengar
Tes dilakukan pada kedua telinga
Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
28/36
PENUNTUN BELAJARPEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
LANGKAH KLINIK KASUSTES KESEIMBANGAN
Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan
Mengatur posisi pasien
Semprotkan air ke dalam liang telinga selama 5 detik
Instruksikan penderita untuk tidak menutup mata selama tesdilakukan
Catat dan interpretasikan nistagmus yang terjadi (jumlah,lama, arah dan keluhan yang menyertai nistagmus)
PENUNTUN BELAJARPEMERIKS AAN PENGHIDU DAN PENGECAPAN
LANGKAH KLINIK KASUSTES PENGHIDU
Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untukpemeriksaan
Mengatur posisi duduk dengan pasien
Penderita diinstruksikan untuk menutup mata dan lubang
hidung yang tidak akan di tes. Letakkan bahan tes di depan mid sternum, kira-kira 20-30 cm
dari lubang hidung yang akan diperiksa.
Perlahan-lahan gerakkan bahan tes dari bawah ke atas menujulubang hidung yang akan diperiksa
Tanyakan kepada penderita sensasi bau apa yang dihidu
Catat hasil dan interpretasi
TES PENGECAPAN Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
Mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan
Mengatur posisi duduk dengan pasien
Penderita diinstruksikan menjulurkan lidah sementara hidungditutup.
Letakkan bahan tes sebagai berikut : untuk rasa manisletakkan pada ujung lidah, rasa asam pada kedua tepi lidah,rasa asin pada ujung dan tepi lidah, rasa pahit pada belakanglidah.
Catat waktu yang dibutuhkan pada saat meletakkan bahan tessampai terjadi sensasi, catat sensasi yang dirasakan olehpenderita.
Penderita disuruh berkumur-kumur setiap selesai satu tessebelum dilanjutkan ke tes berikutnya
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
29/36
BUKU PENUNTUN KERJAKETERAMPILAN KLINIK
PEMERIKSAAN FISIS KULIT
Diberikan pada mahasiswa semester VFakultas Kedokteran Unhas
SISTEM INDERA KHUSUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
2011
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
30/36
DAFTAR ISI
1. Kata pengantar:
2. Daftar penyusun
3. Tata tertib
4. Manual 1 Anamnesis pasien bercak kulitTujuan pembelajaran
Deskripsi kegiatanLangkah kegiatan
5. Manual 2 Pemeriksaan fisis pasien bercak kulit
Tujuan pembelajaranDeskripsi kegiatanLangkah kegiatan
KATA PENGANTARManual keterampilan klinik dan laboratorium diberikan untuk mahasiswa
yang mengambil mata kuliah Indera Khusus dan instruktur yang mendampingimahasiswa pada kegiatan keterampilan ini. Tujuan instruksional umum (TIU) dan
tujuan instruksional khusus (TIK) yang disajikan pada setiap modul dimaksudkanagar mahasiswa dan instruktur mengetahui tujuan pembelajaran dari setiap manual
sehingga dapat dicapai kompetensi minimal yang diharapkan.
Deskripsi kegiatan yang akan dilakukan pada setiap latihan keterampilan dilengkapi
dengan alokasi waktu sehingga penggunaan waktu 90 menit untuk setiap latihan
dapat dipergunakan seefisien mungkin. Langkah kegiatan adalah merupakan tahapdemi tahap kegiatan yang tidak boleh dipertukarkan satu sama lain sehinggakonsistensi dari alur keterampilan tetap terjaga.
Setiap manual dilengkapi dengan lembaran kerja sehingga mahasiswa dapat mencatat
kegiatan yang dilakukan selama latihan keterampilan, instruktur diharapkanmengecek lembaran kerja ini pada akhir kegiatan. Manual juga dilengkapi dengan
tata tertib yang harus diikuti oleh mahasiswa pada latihan ketrampilan ini.
Kumpulan manual ini masih jauh dari kesempurnaan, saran membangun sangat
diperlukan.
Makassar, Agustus 2011
Sri Vitayani
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
31/36
MANUAL 1
KETERAMPILAN ANAMNESIS
KELAINAN KULIT
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Pada akhir latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukananamnesis yang menuntun ke arah diagnosis penyakit kulit pada sistem indera
khusus.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Mampu dan terampil melakukan komunikasi dengan pasien2. Mampu dan terampil membina sambung rasa dan memberikan rasa empati.
3. Mampu dan terampil menggali informasi mengenai kelainan kulit yang
dialami pasien.4. Mampu dan terampil melakukan anamnesis terpimpin yang mengarah ke
diagnosis penyakit kulit pada sistem indera khusus
5. Mampu dan terampil memberikan informasi kepada pasien mengenai
tindakan selanjutnya yang akan dilakukan berdasarkan hasil anamnesis
yang telah dikumpulkan.
6. Mampu dan terampil membuat resume dari semua informasi yang didapatpada anamnesis.
BAHAN DAN ALAT- Meja kerja
- Kursi pasien- Kursi dokter- Buku status pasien dengan lembaran anamnesis.
DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Waktu Deskripsi1. Pengantar 5 menit Pengantar
- Instruktur menerangkan tentang tujuanketerampilan ini
- Instruktur memperlihatkan bahan dan alat yang
diperlukan untuk melakukan keterampilan ini
2. Demonstrasi 20 menit 1. Seorang mahasiswa bertindak sebagai pasien2. Mentor memperlihatkan cara menggali informasi
mengenai kelainan kulit yang dialami pasien.
3. Mentor memperlihatkan cara melakukan anamnesisterpimpin yang mengarah ke diagnosis penyakit
kulit.4. Mentor memperlihatkan cara menginformasikan
kepada pasien mengenai tindakan selanjutnya yangakan dilakukan berdasarkan hasil anamnesis yang
telah dikumpulkan.
5. Mentor memperlihatkan cara membuat resume dari
semua informasi yang didapat pada anamnesis.
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
32/36
6. Mahasiswa diminta untuk menanyakan hal-hal yang
belum jelas sehubungan dengan kegiatan
keterampilan ini
3.Praktekbermain perandengan umpan
balik
55 menit 1. Mahasiswa dibagi menjadi berpasang pasangan, satuorang berperan sebagai dokter dan satu orangberperan sebagai pasien
2. Yang berperan sebagai dokter melakukan kegiatan:menggali informasi mengenai kelainan kulit yang
dialami pasien, melakukan anamnesis terpimpin
yang mengarah diagnosis penyakit kulit,
menginformasikan kepada pasien mengenaitindakan selanjutnya yang akan dilakukan
berdasarkan hasil anamnesis yang telah
dikumpulkan dan membuat resume dari semua
informasi yang didapat pada anamnesis.3. Bertukar peran4. Mentor berkeliling di antara mahasiswa dan
melakukan supervisi5. Mentor mengoreksi hal-hal yang belum sempurna
4. Curahpendapat dan
diskusi
10 menit Mahasiswa diberi kesempatan untuk mengemukakanpendapatnya tentang kegiatan yang dilakukan
Total waktu 90 menit
LANGKAH KEGIATAN
NO. Kegiatan yang dilakukan
Persiapan pasien1 Persilahkanlah pasien masuk ke dalam ruangan, sapalah dengan penuh
keakraban.2 Perkenalkanlah diri sambil menjabat tangan pasien lalu persilahkanlah
untuk duduk serta tunjukkanlah sikap empati terhadap pasien.3 Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang anamnesis yang
akan anda lakukan, tujuan dan manfaat anamnesis tersebut untuk keadaan pasien.4 Berikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang kerahasiaan semua
informasi yang didapatkan pada anamnesis tersebut.
5 Jelaskan tentang hak-hak pasien pada pasien atau keluarganya, misalnyatentang hak untuk menolak menjawab pertanyaan yang dianggapnya tidak
perlu dijawabnya.
Anamnesis umum6 Tanyakanlah data pribadi pasien: nama, umur, alamat, dan pekerjaan7 Tanyakanlah apa yang menyebabkan pasien datang ke dokter (keluhan
utama).
Untuk heteroanamnesis tanyakan hubungan pasien dengan pengantar.
Anamnesis terpimpin8 Tanyakanlah kapan kelainan kulit tersebut mulai muncul.
Galilah tentang onset, durasi kelainan tersebut, apakah hilang timbul atau
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
33/36
menetap, bagaimana gambaran lesi awalnya, dimana lokasi awalnya,
bagaimana perkembangan lesinya serta distribusi lesi selanjutnya.9 Tanyakanlah apakah disertai rasa panas pada lesi atau tidak, adakah demam
atau tidak10 Tanyakanlah apakah disertai gatal atau tidak.11 Tanyakan apakah kelainan kulit ini ada hubungannya dengan :
- Penggunaan pakaian baru,
- Membersihkan tanaman atau rumah,- gigitan serangga atau luka (trauma), dan lain-lain.
12 Tanyakanlah apakah ada keluhan lain yang dirasakan oleh pasien.Jika ada tanyakanlah:
- kapan mulai terjadi hal tersebut, apakah terjadi mendadak atau tidak.
- apakah muncul bersamaan atau sesudahnya.13 Tanyakanlah apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama pada
masa lalu.
14 Tanyakanlah riwayat penyakit yang sama dalam lingkup keluarga ataulingkungan sekitar tempat tinggal.
15 Tanyakanlah adanya riwayat kontak dengan penderita penyakit dengangejala yang sama, riwayat kontak dengan serangga ataupun tanaman.
16 Tanyakanlah riwayat pengobatan yang pernah diterima dari dokter dan obatyang dibeli sendiri oleh pasien tanpa resep dokter
Mengakhiri anamnesis17 Jelaskanlah pada pasien bahwa ini adalah suatu rangkaian pemeriksaan
untuk dapat mengetahui penyakit pasien dan diperlukan pemeriksaan fisisuntuk mempertajam diagnosis.
Membuat resume dari hasil anamnesis18 Kelompokkan semua hasil yang didapatkan dalam suatu tabulasi
19 Membuat satu diagnosis utama dan diagnosis banding dari hasil anamnesis
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
34/36
MANUAL 2
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Instruksional Umum (TIU)Pada akhir latihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pemeriksaan fisis yang menuntun ke arah diagnosis penyakit kulit pada sistem inderakhusus.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Mampu dan terampil melakukan komunikasi dengan pasien.
2. Mampu dan terampil menjelaskan mengenai pemeriksaan fisis yang akandilakukan.
3. Mampu dan terampil mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan fisis.
4, Mampu dan terampil melakukan penilaian status pasien secara umum.5. Mampu dan terampil melakukan pemeriksaan melakukan pemeriksaan fisis
secara sistematis dengan cara memeriksa :a. lokasi kelainan kulit yang ditemukan
b. bentuk dan gambaran yang ditunjukkanc. ukuran dan distribusi kelainan kulit
d. effloresensi kulit yang terlihat
e. tanda-tanda kekeringan dan pecah-pecah pada kulit.
6. Mampu dan terampil menginformasikan hasil yang ditemukan, pemeriksaanpenunjang yang dibutuhkan dan rencana pengobatan kepada pasien/keluarganya.
7. Mampu dan terampil membuat resume untuk arsip pasien
MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Video, slide atau gambar untuk menampilkan tanda klinis yang khas pada
beberapa penyakit kulit dengan gambaran kelainan pada kulit.
Buku status pasien untuk mencatat hasil pemeriksaan fisis
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
35/36
DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit Pengantar- Instruktur menerangkan tentang tujuan
keterampilan ini.
Instruktur memperlihatkan bahan dan alat yang
diperlukan untuk melakukan keterampilan ini.
2.
Demonstrasi
15 enit 1. Seorang mahasiswa bertindak sebagai pasien.
2. Mentor memperlihatkan cara mempersiapkanpasien sebelum pemeriksaan fisis.
3.Mentor memperlihatkan cara melakukanpenilaian status pasien secara umum.
4.Mentor memperlihatkan cara melakukan
pemeriksaan fisis secara sistematis untukmenegakkan diagnosis pasien dengan caramemeriksa:
- lokasi kelainan kulit yang ditemukan- bentuk dan gambaran yang ditunjukkan
- ukuran dan distribusi kelainan kulit
- effloresensi kulit yang terlihat
- tanda-tanda kekeringan dan pecah-pecah
pada kulit.
5.Mentor memperlihatkan caramenginformasikan hasil yang ditemukan,
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan danrencana pengobatan kepadapasien/keluarganya.
6.Mentor memperlihatkan cara membuat resumeuntuk arsip pasien
7. Mahasiswa diminta untuk menanyakan hal-halyang belum jelas sehubungan dengan kegiatan
keterampilan ini
3.Praktek
bermain peran
dengan umpan
balik
55 menit 1. Mahasiswa diminta untuk melakukan kegiatan
keterampilan ini secara berpasang-pasangan,
satu bertindak sebagai dokter dan seorang lagi
sebagai pasien.2. Berganti peran.3. Mentor berkeliling di antara mahasiswa dan
melakukan supervisi4. Mentor mengoreksi hal-hal yang belum
sempurna.
4. Curah
pendapat dan
diskusi
10 menit Mahasiswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya tentang kegiatan
yang dilakukan
Total waktu 90 menit
8/4/2019 Manual Mahasiswa Indera Khusus 2011-2012
36/36
LANGKAH KEGIATAN
No. Kegiatan yang dilakukan
Persiapan pasien1 Menjelaskan mengenai pemeriksaan fisis yang akan dilakukan, tujuan dan manfaatnya
2 Memberikan jaminan pada pasien dan keluarganya tentang kerahasiaan semua informasi yang didapatkan pada
pemeriksaan fisis tersebut.
3 Menjelaskan mengenai hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya tentang hak untuk menolak untuk diperiksa.
4 Mempersilahkan pasien membuka seluruh pakaian dan memastikan pasien mendapat pencahayaan yang baik
selama pemeriksaan fisis.
5 Berdiri disebelah kanan pasien.
Pemeriksaan Fisis Kelainan Kulit6 Dimana letak/ lokasi kelainan kulit tersebut
7 Perhatikanlah jenis effloresensi yang tampak : eritema, hipopigmentasi, hiperpigmentasi,nodul vesikel, bulla,makula papula, skuama, urtika, ulkus, krusta
8 Bila seluruh permukaan lesi rata, perhatikan bagaimana gambaran permukaan kulit kering yang terlihat : kering
atau basah.
9 Perhatikanlah bentuk dan gambaran kelainan kulit yang tampak pada pasien.
10 Bagaimana ukuran dan distribusi kelainan kulit yang terlihat pada pasien.
11 Perhatikanlah secara keseluruhan kulit disekitar kelainan yang ada apakah terdapat tanda-tanda kekeringan kulit
atau kulit tampak pecah-pecah.
Pemeriksaan Fenomena Tetesan Lilin12 Pada skuama pasien psoriasis dilakukan pemeriksaan dengan cara :
- Menggunakan pinggiran kaca objek- Goreslah pada bagian tengah skuama lesi pasien secara perlahan. Kemudian perhatikanlah perubahan
yang terjadi akibat goresan tersebut.
- Interpretasi :Positif jika terjadi perubahan warna menjadi lebih putih.
15 Perhatikan slide atau video cara pemeriksaan tersebut; bandingkan dengan apa yang kalian lakukan.
Pemeriksaan fenomena Auzpits17 Pada skuama pasien psoriasis dilakukan pemeriksaan dengan cara :
- Menggunakan pinggiran kaca objek
- Goreslah pada bagian tengah skuama lesi pasien secara perlahan sampai skuamanya terbuang habis.
Kemudian goreslah kembali perlahan dan perhatikanlah perubahan yang terjadi akibat goresan tersebut.- Interpretasi :
Positif jika terjadi perubahan dan timbul bintik-bintik perdarahan.
18 Perhatikan slide atau video cara pemeriksaan tersebut; bandingkan dengan apa yang kalian lakukan.
Pemeriksaan Alopesia (pada rambut kepala)19 Pemeriksaan untuk membuktikan adanya kerontokan rambut kepala (alopesia) :
- Perhatikanlah secara seksama rambut kepala pasien.
- Peganglah rambut kepala pasien secara lembut dengan menggunakan 3 jari : ibu jari, jari tengah dan jari
telunjuk. Yakinkan rambut terpegang dengan baik.
- Dengan tekanan ringan sedang lakukanlah tarikan perlahan pada rambut yang telah dipegang.- Interpretasi :
Normal : jika rambut yang tercabut kurang dari 6 lembar pada ketiga jari tersebut.
Aktif : jika yang tercabut lebih dari 6 lembar pada 3 jari yang memegang rambut
Mengakhiri Pemeriksaan Fisis20 Jelaskan pada pasien/keluarga pasien tentang hasil pemeriksaan yang ditemukan dan masih diperlukan beberapa
pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
21 Jelaskan tentang diagnosis penyakitnya, rencana pengobatan, prognosis dan komplikasi.
Membuat resume untuk arsip pasien