Top Banner
10000000 MANAJEMEN STRATEGI : PROSES PENGENDALIAN STRATEGI, PENGENDALIAN OPERASIONAL DAN PENGENDALIAN KUALITAS DALAM MANAJEMEN STRATEGI PROSES PENGENDALIAN STRATEGI, PENGENDALIAN OPERASIONAL DAN PENGENDALIAN KUALITAS DALAM MANAJEMEN STRATEGI by : Delfi Yudha Frasetia A. Proses Pengendalian Strategi Pengendalian Organisasi Pengendalian organisasi terdiri dari tiga jenis, yaitu pengendalian strategis, pengendalian manajemen dan pengendalian operasional. Pengendalian strategis merupakan proses dari evaluasi strategi, yang dilakukan baik strategi tersebut dirumuskan dan setelah diimplementasikan. Pengendalian manajemen berfokus pada pencapaian sasaran dari berbagai substrategi bersesuaian dengan strategi utama dan pencapaian sasaran dari rencana jangka menengah. Sedangkan pengendalian operasional berpusat pada kinerja individu dan kelompok yang dibandingkan dengan peran individu dan kelompok yang telah
85

Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Jul 12, 2016

Download

Documents

cvx
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

10000000

MANAJEMEN STRATEGI : PROSES PENGENDALIAN STRATEGI, PENGENDALIAN OPERASIONAL DAN PENGENDALIAN KUALITAS DALAM MANAJEMEN STRATEGI

PROSES PENGENDALIAN STRATEGI, PENGENDALIAN OPERASIONAL DAN

PENGENDALIAN KUALITAS DALAM MANAJEMEN STRATEGI

by : Delfi Yudha Frasetia

A.    Proses Pengendalian Strategi

Pengendalian Organisasi Pengendalian organisasi terdiri dari tiga jenis, yaitu pengendalian

strategis, pengendalian manajemen dan pengendalian operasional. Pengendalian strategis

merupakan proses dari evaluasi strategi, yang dilakukan baik strategi tersebut dirumuskan dan

setelah diimplementasikan. Pengendalian manajemen berfokus pada pencapaian sasaran dari

berbagai substrategi bersesuaian dengan strategi utama dan pencapaian sasaran dari rencana

jangka menengah. Sedangkan pengendalian operasional berpusat pada kinerja individu dan

kelompok yang dibandingkan dengan peran individu dan kelompok yang telah ditentukan oleh

rencana organisasi. Masing-masing jenis pengendalian tersebut tidak terpisah dan tidak berbeda

secara nyata serta dalam kenyataan mungkin tidak berbeda satu dengan yang lainnya.

Pengendalian strategi menurut Schendel and Hofer berfokus pada dua pertanyaan (1) apakah

strategi yang diimplementasikan sebagai yang direncanakan dan (2) apakah hasil yang dibuat

oleh strategi merupakan yang diharapkan. Definisi ini merujuk pada kajian tradisional dan

langkah umpan balik yang merupakan langkah akhir dari proses manajemen strategis. Model

Page 2: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

normatif dari proses manajemen strategis yang menggambarkan langkah-langkah utama tersebut

mencakup perumusan strategi, implentasi strategi dan evaluasi (pengendalian) strategi.

Ukuran yang besar pada organisasi ada kaitannya dengan hubungan ekonomis.  Pertumbuhan

yang makin besar sangat diinginkan karena dengan makin meningkatnya besaran organisasi

maka berdampak pada skala ekonomi (economic of scale).  Makin besar organisasi seringkali

lebih efisien dalam operasional organisasi tersebut.

Pengendalian strategi berpijak terutama pada proses pengendalian tradisional yang

melibatkan kajian dan umpan balik kinerja untuk menentukan rencana, strategi dan sasaran yang

telah dicapai dengan menghasilkan informasi yang digunakan untuk memecahkan masalah atau

mengambil tindakan korektif.

B.     Proses Pengendalian Operasional

Sistem pengendalian operasional merupakan pedoman untuk melakukan evaluasi tujuan-

tujuan jangka pendek, umumnya jangka waktu satu bulan hingga satu tahun. Terdapat tiga sistem

untuk pengendalian operasional yaitu anggaran (budgets), jadwal (schedule), dan faktor penentu

keberhasilan (key success factors).

Kemampuan, keterbatasan, dan kebijakan produksi/operasional dapat mendorong atau

menghambat pencapaian tujuan secara signifikan. Proses produksi biasanya bernilai 70 % dari

total asset perusahaan. Bagian utama dari proses pelaksanaan strategi terjadi dilokasi produksi.

Keputusan-keputusan yang terkait dengan produksi mengenai besarnya pabrik, letak pabrik,

desain produk, pilihan peralatan, jenis alat-alat, ontrol persediaan dan lain-lain.

Dalam pengendalian operasional perusahaan-perusahaan berteknoligi tinggi, biaya produksi

mungkin tidak sepenting fleksibilitas produksi karena sering dibutuhkan perubahan produk yang

besar. Dan mereka harus mengandalkan system pengendalian operasional yang cukup fleksibel

agar terjadi perubahan berkali-kali dan pengenalan produk baru dengan cepat. Sebuah artikel di

Harvard Business Review menjelaskan mengapa beberapa organisasi mengalami kesulitan :

Mereka terlalu lambat menyadari bahwa perubahan dalam strategi produk mengubah tugas-

tugas system produksi. Tugas-tugas tersebut, yang dinyatakan dalam hal kebutuhan biaya,

fleksibilitas produk, fleksibilitas volume, kinerja produkndan konsistensi produk, menentukan

kebijakan manufaktur mana yang paling sesuai.

Page 3: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

C.    Proses Pengendalian Kualitas

Kualitas  menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih suatu produk atau jasa,

sehingga kualitas merupakan penentu keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi

bersaing. Untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan memenuhi syarat-syarat dari

konsumen, maka perlu dilakukan pengendalian kualitas. Ketika hanya satu karakteristik output

dipertimbangkan dalam pengendalian kualitas, maka masalah dapat diselesaikan secara

konvensional. Pengendalian kualitas menjadi lebih kompleks ketika banyak karakteristik output

yang dipertimbangkan dan masing-masing harus memenuhi spesifikasi tertentu. Kompleksitas

pengendalian kualitas sebagai sebuah sistem seringkali menimbulkan konflik diantara beberapa

tujuan yang ingin dicapai. Peningkatan pencapaian pada salah satu karakteristik mengakibatkan

pengurangan pencapaian karakteristik yang lain, sehingga diperlukan perancangan sistem

pengendalian kualitas secara simultan.

Perbaikan yang berkesinambungan pada produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,

memberikan keberhasilan usaha dan mengembalikan investasi kepada para pemegang saham dan

pemilik perusahaan.

                                    Berbasis Pengguna

Kualitas                       Berbasis Manufaktur

                                    Berbasis Produk

Suatu karakteristik dari pengendalian kualitas modern adalah bahwa didalamnya terdapat

aktivitas yang berorientasi pada tindakan-tindakan pencegahan kerusakan dan bukan berfokus

pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja. Kualitas melalui inspeksi saja tidak cukup dan hal

itu memakan biaya yang banyak. Meskipun tetap menjadi persyaratan untuk melakukan beberapa

inspeksi singkat atau audit terhadap produk akhir tetapi usaha pengendalian kualitas seharusnya

lebih difokuskan pada tindakan pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan

melaksanakan aktivitas secara baik dan benar pada waktu pertama kali mulai melaksanakan

suatu aktivitas. Dengan melaksanakan prinsip ini usaha peningkatan kualitas akan mampu

Page 4: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

mengurangi ongkos produksi. Sehingga perlu dilakukan suatu sistem pengendalian proses

sebagai implementasi dari tindakan preventif dalam sistem manajemen kualitas itu.

Pada perusahaan pabrikasi ada dua macam struktur organisasi yang berkaitan dengan

pengendalian mutu:

1. Departemen kualitas berdiri sendiri dan mempunyai jalur laporan langsung ke GM.

Fungsi kualitas harus terpisah dari kegiatan pabrikasi dan langsung memberikan laporan

ke GM, tujuannya untuk mendapatkan kerjasama dalam rangka memenuhi penjadwalan

dan biaya.

2. Departemen kualitas adalah bagian dari pabrikasi dan memberikan laporan ke manajer

pabrik. Fungsi kualitas di bawah fungsi pabrikasi karena mutu membutuhkan koordinasi

yang dekat dengan proses produksi. Sesungguhnya manajer pabrikasi telah mengemban

tugas sebagai coordinator kualitas.

Total Pengendalian Kualitas (Total Quality Management = TQM)

Dengan konsep total pengendalian kualitas, maka system pengendalian kualitas menjadi:

1.      Departemen kualitas menjadi hanya coordinator yang akan mempengaruhi kualitas pada fungsi

masing-masing.

2.      Masing-masing fungsi dalam organisasi harus mempunyai pedoman pengendalian mutu yang

akan menunjukkan jalan untuk menjaga mutu dalam kinerja.

Page 5: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

3.      Konsep total pengendalian kualitas mengharuskan Departemen kualitas untuk lebih

menitikberatkan perhatian pada perencanaan dan mengurangi perhatian pada pemeriksaan dan

pengawasan.

4.      Pendekatan total kualitas menekankan pencegahan terhadap suatu kesalahan dan

memperkenalkan semua konsep mutu dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan sehingga

masing-masing fungsi akan bertanggung jawab pada mutu pekerjaan.

5.      Departemen kualitas menyiapkan semua perangkat untuk menjamin bahwa semua fungsi di

dalam organisasi melaksanakan apa yang diinginkan oleh system pengendalian kualitas.

Sebuah program hanya diterapkan ke seluruh bagian dari organisasi di mana program ini akan

menjelaskan bagaimana total pengendalian kualitas harus diselenggarakan, bagaimana masing-

masing individu sadar berperan serta dalam pengendalian kualitas dan bagaimana pendekatan ini

diukur pada masing-masing kinerja

FUNGSI PENGENDALIAN DALAM MANAJEMEN

Pengertian pengendalian

Pengendalian /Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired results. (Schermerhorn,2002)

Pengendalian/Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . the process of ensuring that actual activities conform the planned activities. (Stoner,Freeman,&Gilbert,1995)

Alasan  melakukan pengendalian/ pengawasan adalah :1. Kemungkinan adanya pelanggaran dalam pelaksanaan perencanaan.2. Kemungkinan terjadinya kesalahfahaman pihak perencana dan pelaksana.3. Kemungkinan kurangnya penjabaran pekerjaan.4. Kemungkinan bawahan kurang menguasai pekerjaan.

Aspek PerencanaanDipakai sebagai suatu standar atau tolok ukur. Perencanaan yang masih bersifat umum harus dijabarkan dalam standar-standar yang dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.Aspek Pelaksanaan

Page 6: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Dijadikan sebagai obyek yang dinilai, dianalisa dan dievaluasi kemudian dibandingkan dengan standar kegiatan. Jika ada perbedaan, maka kegiatan harus dievaluasi sampai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, akan tetapi jika tidak ada perbedaan maka kegiatan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.Tujuan dan Mekanisme Pengendalian/PengawasanTujuan utama dari pengawasan adalah untuk mencegah adanya penyimpangan atau  setidaknya memperkecil kesalahan yang mungkin akan terjadi. Sehingga tujuan yang telah ditetapkan  dapat tercapai dengan baik.Mekanisme  pengendalian/pengawasan secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Penetapan standar kegiatan2. Menyusun umpan balik (feedback)3. Pembandingan kegiatan dengan standar4. Mengukur penyimpangan5. Melakukan tindakan perbaikan yang diperlukanJenis PengendalianPengendalian dapat dibedakan berdasar beberapa aspek, yaitu :1. Aspek waktu2. aspek obyek3. Aspek subyekSehingga jika dilihat dari aspek tersebut diatas, pengendalian dapat dibedakan menjadi :a. Atas dasar aspek waktu :– Pengendalian preventif ; pengendalian yang dilakukan pada saat proses pekerjaan sedang berjalan.– Pengendalian Represif ; pengendalian yang dilakukan setelah pekerjaan selesai.b. Atas dasar aspek obyek :– Pengendalian Administratif ; yang dilakukan dibidang administrasi– Pengendalian Operatif ; dilakukan dibidang opersionalc. Atas dasar aspek subyek :– Pengendalian Intern ; pengendalian yang ditujuan pada pelaku fungsi-fungsi manajemen– Pengendalian ekstern ; ditujukan pada pelaku diluar fungsi-fungsi manajemenLangkah – Langkah PengendalianSecara umum, pengendalian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :1. Penetapan standar dan metode pengukuran kinerja2. Mengukur kegiatan3. Membandingkan hasil pengendalian dengan hasil kegiatan4. Melakukan tindakan korektif terhadap penyimpangan yang terjadiUnsur  Pengendalian:

1.  Detektor atau sensor 2.  Assesor atau penilai 3.  Efektor atau pengubah 4.  Jaringan Komunikasi

Proses pengendalian manajemen :

Page 7: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

adalah kegiatan yang digunakan  oleh seluruh manajemen untuk menjamin bahwa anggota organisasi bawahan yang disupervisi  akan mengimplementasikan strategi yang ditetapkan

Tiga aktivitas yang memerlukan perencanaan dan pengendalian:

–        Strategy Formulation–        Management Control–        Task Control

Pengendalian manajemen :Adalah suatu proses yang digunakan untuk mempengaruhi para anggota organisasi agar menerapkan strategi organisasi. Pengendalian manajemen merupakan:

–        Aktivitas Pengendalian Manajemen–        Keselarasan Tujuan–        Salah satu alat implementasi Strategi, selain struktur organisasi, manajemen SDM, Budaya–        Menekankan aspek Keuangan dan Nonkeuangan–        Membantu Mengembangkan Strategi BaruAktivitas pengendalian manajemen terdiri dari:

1.  Perencanaan 2.  Koordinasi 3.  Komunikasi 4.  Evaluasi 5.  Pengambilan Keputusan 6.  Mempengaruhi orang untuk mengubah perilakunya

Tujuan fungsi pengendalian :

adaptasi lingkungan meminimalkan kegagalan meminimumkan biaya mengantisipasi kompleksitas dari organisasi

beberapa gejala yang memerlukan pengawasan:

Terjadi penurunan pendapatan atau profit, namun tidak begitu jelas faktor penyebabnya Penurunan kualitas pelayanan (teridentifikasi dari adanya keluhan pelanggan) Ketidakpuasan pegawai (teridentifikasi dari adanya keluhan pegawai, produktifitas kerja

yang menurun, dan lain sebagainya) Berkurangnya kas perusahaan Banyaknya pegawai atau pekerja yang menganggur Tidak terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik Biaya yang melebihi anggaran Adanya penghamburan dan inefisiensi

Page 8: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Beberapa pengendalian /pengawasan di bidang msdm:

Penerapan Employee Discipline System Adanya Career Path Pemahaman Manajer atas Motivasi, Kepuasan, serta Gaya Kepemimpinan yang

diterapkan

Beberapa pengendalian/ pengawasan dalam bidang informasi :

Penggunaan Teknologi Komputer dan Teknologi Informasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen

Beberapa pengendalian/ pengawasan dalam bidang keuangan :

Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis) Manajemen Kas (Cash Management) Pengelolaan Biaya (Cost Control)

Beberapa pengendalian/ pengawasan dalam bidang produksi :

Evaluasi atas Plant Location Evaluasi atas Plant Lay-out Evaluasi atas Production Process and Schedule Evaluasi atas Product Distribution

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN (SPM)Konsep ini dikembangkan terakhir oleh American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) yaitu suatu organisasi profesional dalam bidang akuntansi publik yang keanggotaannya hanya bagi akuntan publik terdaftar (certified public accountants) melalui Statement of Auditing Standard (SAS) No. 55.Dalam konsep ini, AICPA memperkenalkan 3 (tiga) komponen pengendalian manajemen, yaitu :1)Lingkungan Pengendalian,2)Sistem Akuntansi, dan3)Prosedur Pengendalian.

1) Lingkungan PengendalianLingkungan pengendalian suatu organisasi mencerminkan keseluruhan sikap, kesadaran, dan tindakan para anggota dewan pengawas, manajemen, dan pemilik organisasi, sehubungan dengan pentingnya pengendalian dan penekannya pada organisasi. Secara umum, lingkungan pengendalian ini menyediakan pola bagi terciptanya pengendalian dalam sistem operasi dan pencatatan dalam organisasi.

2) Sistem AkuntansiSistem akuntansi yang efektif disusun dari metode-metode dan catatan- catatan untuk :a). Mengidentifikasi dan mencatat transaksi yang sudah diotorisasi.b). Menjelaskan transaksi tersebut pada saat yang tepat, menjadi rincian yang cukup c). untuk

Page 9: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

mengklasifikasikannya secara tepat untuk tujuan pelaporan keuangan.d). Mengukur nilai transaksi sehingga nilai keuangannya dapat dicatat dalam laporan keuangan.e). Menyajikan transaksi- transaski tersebut dalam laporan keuangan lengkap dengan pengungkapan yang diperlukan.3) Prosedur PengendalianProsedur pengendalian memuat unsur-unsur :Organisasi yang tepat atas transaksi dan kegiatan.Pemisahan fungsi, sehingga peluang seseorang untuk berbuat salah dan menyembunyikan kesalahan atau kecurangan dalam organisasi normal menjadi minimum, misalnya pemisahan fungsi yang membedakan tanggung jawab untuk mengotorisasi, mencatat, dan menyimpan pada orang-orang yang berbeda.Dokumen dan catatan dirancang dan digunakan secukupnya untuk menjamin pencatatan kejadian dan transaksi secara tepat, misalnya pemantauan Nomor Urut Formulir dan pengamanan yang cukup terhadap Asset serta catatan itu sendiri.Review yang bebas, termasuk pengawasan atas pelaksanaan kegiatan dan atas penilaian terhadap jumlah-jumlah yang tercatat, seperti misalnya pengecekan ketelitian penulisan, rekonsiliasi dan pencocokan fisik dengan catatanSistem Pengendalian Manajemen dalam arti DinamisKonsep ini dikembangkan oleh Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) yaitu suatu komisi yang bertujuan merumuskan Pengendalian Intern secara lebih mendalam dan beranggotakan wakil-wakil dari Financial Executives Institute, AICPA, American Accounting Associations, The Institute of Internal Auditors, dan Institute of Management Accountants.COSO merumuskan 5 (lima) komponen pengendalian intern, yaitu :a) Lingkungan Pengendalian (Control Environment)Faktor lingkungan pengendalian termasuk integritas, etika, kompetensi, pandangan, dan filosopi manajemen dan cara manajemen membagi tugas dan wewenang/tanggung jawab serta arahan dan perhatian yang diberikan pimpinan puncak.b) Penaksiran Risiko (Risk Assessment)Setiap entitas dalam melaksanakan aktivitas menghadapi berbagai risiko, baik internal maupun eksternal yang harus diperhitungkan terkait dalam mencapai tujuan sehingga membentuk suatu basis penetapan bagaimana risiko tersebut seharusnya dikelola. Penaksiran risiko mensyaratkan adanya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.c) Aktivitas Pengendalian (Control Activities)Meliputi kebijakan dan prosedur yang menunjang arahan dari manajemen untuk diikuti. Kebijakan dan prosedur tersebut memungkinkan diambilnya tindakan dengan mempertimbangkan risiko yang terdapat pada seluruh jenjang dan fungsi dalam organisasi. Di dalamnya termasuk berbagai jenis otorisasi dan verifikasi, rekonsiliasi, evaluasi kinerja, dan pengamanan harta serta pemisahan tugas.d) Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)Informasi yang relevan perlu diidentifikasi, dicatat, dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang tepat sehingga memungkinkan pelaksanaan tanggung jawab yang baik oleh anggota organisasi. Sistem Informasi menghasilkan laporan tentang kegiatan operasional dan keuangan serta ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dalam rangka melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan tugas.e) Pemantauan (Monitoring)

Page 10: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Pemantauan adalah suatu proses yang mengevaluasi kualitas kinerja Sistem Pengendalian Manajemen pada saat kegiatan berlangsung. Proses ini diselenggarakan melalui aktivitas pemantauan yang berkesinambungan dan melalui review intern atau melalui kedua-duanya.Pengendalian Manajemen menurut Konsep Government Accounting Office (GAO) atau Lembaga Pengawas Tertinggi di Amerika SerikatMenurut Government Accounting Office (GAO) yang didukung oleh pendapat Sawyeer Lawrence B. dalam bukunya Internal Auditing Edisi 4 Tahun 1996 telah menetapkan bahwa Pengendalian Manajemen dapat dilakukan melalui 8 (delapan) sarana, yaitu :1) Pengorganisasian.2) Kebijaksanaan.3) Prosedur dan Tata Kerja.4) Personil.5) Perencanaan.6) Akuntansi dan Pencatatan.7) Pelaporan.

Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis.9) Review Internal.Kegiatan Pengawasan oleh Atasan Langsung terhadap BawahanKegiatan tersebut menetapkan 6 (enam) sarana pelaksanaan pengawasan oleh atasan langsung, yaitu :a). Penciptaan struktur organisasi.b). Penyusunan kebijaksanaan pelaksanaan.c). Penyusunan rencana kerja.d). Penyelenggaraan pencatatan dan pelaporan.e). Pembinaan personil.f). Prosedur kerja.

Aaaa

2011-21-012 | Airin Devanty

Main menuSkip to content

Home About Me Another Page of Airin Devanty

Page 11: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Category Archives: Pengendalian Kualitas

Check SheetPosted on December 27, 2013

A. Pengertian Dasar Check sheet

Check Sheet adalah suatu format formulir untuk mengumpulka ndata secara sistematis yang menggambarkan frekuensi berbagai efek.

 

B. Tipe Check Sheet

Check Sheet memiliki 4 tipe, yaitu sebagai berikut.

1.  Untuk mengetahui distribusi proses produksi

2.  Untuk mengetahui item rusak

3.  Untuk mengetahui lokasi cacat

4.  Untuk mengetahui sebab cacat

 

C. Tujuan Pembuatan Check Sheet

Tujuan pembuatan check sheet, yaitu sebagai berikut.

1.  Membuat mudah pengumpulan data

2.  Mengatur data secara otomatis sehingga mudah dan dapat dipergunakan selanjutnya.

Posted in Pengendalian Kualitas, Teknik Industri

Cause and Effect DiagramPosted on November 25, 2013

A. Pengertian Dasar Cause and Effect DiagramDiagram sebab akibat (cause and effect diagram) atau yang dapat disebut juga dengan diagram tulang ikan (fishbone) merupakan salah satu bentuk diagram yang dipergunakan untuk

Page 12: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

mengetahui penyebab-penyebab (variasi penyebab) dari suatu masalah. Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) adalah salah satu metode atau tool di dalam meningkatkan kualitas.

Penemu dari diagram ini adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo, Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Diagram ini sering juga disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif.

Diagram ini disebut dengan diagram sebab akibat (cause and effect diagram) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.

Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) dikatakan sebagai diagram fishbone (tulang ikan) karena  memang berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya.

Diagram sebab akibat (cause and effect diagram) telah menciptakan ide cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang, organisasi atau perusahaan dalam menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya. Kebiasaan untuk mengumpulkan beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut problem yang dihadapi oleh perusahaan. Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat dan pandangan setiap individu. Jadi sebenarnya dengan adanya diagram ini sangatlah bermanfaat bagi perusahaan, tidak hanya dapat menyelesaikan masalah sampai akarnya namun bisa mengasah kemampuan berpendapat bagi orang-orang yang masuk dalam tim identifikasi masalah perusahaan yang dalam mencari sebab masalah menggunakan diagram tulang ikan.

Continue reading →

Posted in Pengendalian Kualitas, Teknik Industri

Diagram ParetoPosted on November 25, 2013

A. Pengertian Dasar Diagram ParetoDiagran Pareto adalah sebuah proses stratifikasi dan penentuan tingkatan berdasarkan data yang ada. Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Italia yang bernama Vilfredo Frederigo Samoso pada tahun 1897 merupakan pendekatan logis dari tahap awal pada proses perbaikan suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk histogram yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk mendapatkan menyebab utamanya.

Page 13: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Kemudian digunakan oleh Dr. M. Juran secara luas dalam kegiatan kendali mutu untuk menangani kerangka proyek, proses program, kombinasi pelatihan, proyek dan proses, sehingga sangat membantu dan memberikan kemudahan bagi para pekerja dalam meningkatkan mutu pekerjaan

B. Fungsi Diagram ParetoFungsi dari penggunaan Diagram Pareto dalam 7 tools, yaitu sebagai berikut.1. Menunjukkan persoalan utama;2. Menyatakan perbandingan masing masing persoalan terhadap keseluruhan;3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah adanya tindakan perbaikan;4. Menunjukkan perbandingan masing masing persoalan sebelum dan setelah perbaikan.

C. Langkah-Langkah Pembuatan Diagram ParetoLangkah-langkah pembuatan diagram pareto, yaitu sebagai berikut. 1. Stratifikasi permasalahan dan nyatakan dalam angka. 2. Tentukan jangka waktu pengumpulan data.Untuk memudahkan melihat perbandingan hasil sebelum dan sesudah perbaikan,  jangka waktu pengumpulan data sebelum dan sesudah perbaikan dibuat sama. 3. Atur masing masing penyebab secara berurutan sesuai dengan besarnya nilai dalam grafik kolom. Penyebab dengan nilai lebih besar terletak di sisi paling kiri dan seterusnya. 4. Gambarkan grafik garis yang menunjukkan jumlah persentase (total = 100%) pada bagian atas grafik kolomDimulai dengan nilai yang terbesar dan di bagian bawah masing masing kolom dituliskan keterangan kolom tersebut. 5. Pada bagian atas berikan keterangan atau nama diagram dan jumlah unit seluruhnya.

Continue reading →

Posted in Pengendalian Kualitas, Teknik Industri

HistogramPosted on November 25, 2013

A. Pengertian Dasar HistogramKata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos, dan gramma. Histogram adalah suatu bentuk grafik yang menunjukkan adanya dispersi data. Dari grafik ini kita dapat membuat analisa karakteristik dan penyebab dispersi tersebut. Tiap tampilan batang menunjukkan proporsi frekuensi pada masing-masing deret kategori yang berdampingan dengan interval yang tidak tumpang tindih.

Histogram dikenal juga sebagai grafik distribusi frekuensi, salah satu jenis grafik batang yang digunakan untuk menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi), dengan menampilkan nilai tengah sebagai standar mutu produk dan distribusi atau penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standar mutu yang sama, tetapi bila penyebaran data semakin melebar

Page 14: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

ke kiri atau ke kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi pada kelompok tersebut kurang bermutu, sebaliknya, semakin sempit sebaran data pada kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih bermutu, karena mendekati spesifikasi yang telah ditetapkan.

Histogram pertama kali digunakan oleh Karl Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan distribusi frekuensi dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi banyak frekuensi yang terjadi pada tiap kategori dan merupakan salah satu dari seven basic tools of quality control.

Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi tiap-tiap kelas. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila  memungkinkan histogram dapat menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.  Untuk menggambarkan histogram dipakai sumbu mendatar yang menyatakan batas-batas kelas interval dan sumbu tegak yang menyatakan frekuensi absolut atau frekuensi relatif.

Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Bila bentuk histogram pada sisi kiri dan kanan dari kelas yang tertinggi berbentuk simetri, maka dapat diprediksi bahwa proses berjalan konsisten, artinya seluruh  faktor-faktor dalam proses memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Bila histogram berbentuk sisir, kemungkinan yang terjadi adalah ketidaktepatan dalam pengukuran atau pembulatan nilai data, sehingga berpengaruh pada penetapan batas-batas kelas. Bila sebaran data melampaui batas-batas spesifikasi, maka dapat dikatakan bahwa ada bagian dari hasil produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu. Tetapi sebaliknya, bila sebaran data ternyata berada di dalam batas-batas spesifikasi, maka hasil produk sudah memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan.

Secara umum, histogram biasa digunakan untuk memantau pengembangan produk baru, penggunaan alat atau teknologi produksi yang baru, memprediksi kondisi pengendalian proses, hasil penjualan, manajemen lingkungan dan lain sebagainya.

B. Fungsi atau Kegunaan Histogram1. Diagram batang umumnya digunakan untuk mengambarkan perkembanga nnilai suatu objek penelitian dalam kurun waktu tertentu. Diagram batang menunjukan keterangan- keterangan dengan batang-batang tegak atau mendatar dan sama lebar dengan batang- batang terpisah; 2. Mengetahui dengan mudah penyebaran data yang ada; 3. Mempermudah melihat dan menginterpretasikan data; 4. Sebagai alat pengendali proses, sehingga dapat mencegah timbulnya masalah.

C. Cara Pembuatan Histogram  1.   Mengumpulkan data Sampel data haruslah dapat mewakili populasinya. Berapa jumlah sampel yang dapat mewakili populasi dapat dipelajari loebih jauh di bidang kajian statistik atau metodologi penelitian.

2.   Pengolahan data Pengolahan data ini menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan langkah pertama agar Histogram memberikan gambaran yang akurat tentang kondisi hasil produk,  terutama dalam

Page 15: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

menentukan besaran nilai tengah (standar) dan seberapa banyak kelas-kelas data yang akan menggambarkan penyebaran data yang tercipta.Seberapa banyak kelas-kelas data yang dibuat untuk menggambarkan penyebaran data, ditentukan  dengan cara: a. Menentukan batas-batas observasi (rentang). Rentang (r) adalah data tertinggi dikurangi data terkecil. b. Menghitung banyaknya kelas atau sel-sel. Banyak kelas (b) = 1 + 3,3 log n. 

3.   Menentukan lebar atau panjang kelas Menentukan lebar atau panjang kelas dengan menggunakan rumus Panjang kelas (p) merupakan hasil pembagian nilai Rentang dengan banyaknya kelas.

 4.   Menentukan ujung kelas Ujung kelas pertama biasanya diambil dari terkecil. Kelas berikutnya dihitung dengan cara menjumlahkan ujung bawah kelas.

5.   Menghitung nilai frekuensi histogram masing-masing kelas.

6.   Menggambarkan diagram batangnya

D. Pengaplikasian HistogramAplikasi histogram sangat tepat digunakan pada saat: a. Ingin menetapkan apakah proses berjalan dengan stabil atau tidak; b. Ingin mendapatkan informasi tentang performance sekarang atau variasi proses; c. Ingin menguji dan mengevaluasi perbaikan proses untuk peningkatan; d. Ingin mengembangkan pengukuran dan memonitor peningkatan proses.

 

Bbb

daudarioJust another WordPress.com site

Page 16: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

PROSES KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan hal penting dalam sistem pengendalian manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan, memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih efesien dan lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian manajemen adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan. Merchant (1998) mengatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan dalam lingkungan pengendalian manajemen, perilaku berpengaruh dalam desain system pengendalian manajemen untuk membantu, mengendalikan, memotivasi manajemen dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sistem pengendalian manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling berhubungan yang mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu manajer dalam mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam pencapaian tujuan organisasi yang diharapkan pada dasar yang berkesinambungan (Maciarriello dan Kirby, 1994). Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik jelas perlu adanya komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja.

 

KOMUNIKASI ORGANISASI

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. lsinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.

Organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang (Robert Bonnington, 1973). Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:

Page 17: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

1. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.

2. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi.

4. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:

Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss

The Controlling Style

controlling style communication ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.

Pihak – pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.

Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.

The equalitarian style

Page 18: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organnisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication).Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

The Structuring Style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

The Dynamic style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).

The Relinguishing Style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.

1. The Withdrawal Style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

Page 19: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

PROSES KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Proses Komunikasi:

Arus pesan yang terjadi dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependen relationship). Pesan dibuat dan di pertukarkan sebagai respon terhadap tujuan, kebijakan, dan tujuan spesifik organisasi.

Proses Komunikasi Dasar

Griffin (2003) membahas komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang menempatkan suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi Adapun prinsip-prinsip dari teori management klasikal adalah sebagai berikut:

kesatuan komando- suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan, yang bergerak dari atas sampai ke bawah

untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi.

divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang untuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien.

tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.

disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku, dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.

mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum- melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.

Griffin menyadur tiga pendekatan untuk membahas komunikasi organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah sebagai berikut:

Pendekatan sistem.

Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi) menganggap struktur hirarkhi, garis rantai komando komunikasi, prosedur operasi standar merupakan mungsuh dari inovasi. Ia melihat

Page 20: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

organisasi sebagai kehidupan organis yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu perubahan lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup. Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi yang samar-samar melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya ketika anggota-anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing) dan komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang mengacaukan, manajer harus bertumpu pada komunikasi dari pada aturan-aturan.

Weick memandang pengorganisasian sebagai proses evolusioner yang bersandar pada sebuah rangkaian tiga proses: penentuan (enachment), seleksi (selection), penyimpanan (retention)

Penentuan adalah pendefinisian situasi, atau mengumpulkan informasi yang tidak jelas dari luar. Ini merupakan perhatian pada rangsangan dan pengakuan bahwa ada ketidakjelasan. Seleksi, proses ini memungkinkan kelompok untuk menerima aspek-aspek tertentu dan menolak aspek-aspek lainnya dari informasi. Ini mempersempit bidang, dengan menghilangkan alternatif-alternatif yang tidak ingin dihadapi oleh organisasi. Proses ini akan menghilangkan lebih banyak ketidakjelasan dari informasi awal. Penyimpanan yaitu proses menyimpan aspek-aspek tertentu yang akan digunakan pada masa mendatang. Informasi yang dipertahankan diintegrasikan ke dalam kumpulan informasi yang sudah ada yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasinya.

Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang pengertian-pengertian apa yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau penyimpanan).

Pendekatan budaya.

Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari antropolog Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang melihat makna bersama yang unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup (way of live) bagi para anggotanya, membentuk sebuah realita bersama yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.

Pacanowsky dan para teoris interpretatif lainnya menganggap bahwa budaya bukan sesuatu yang dipunyai oleh sebuah organisasi, tetapi budaya adalah sesuatu suatu organisasi. budaya organisasi dihasilkan melalui interaksi dari anggota-anggotanya. Tindakan-tindakan yang berorientasi tugas tidak hanya mencapai sasaran-sasaran jangka pendek tetapi juga menciptakan atau memperkuat cara-cara yang lain selain perilaku tugas ”resmi” dari para karyawan, karena aktivitas-aktivitas sehari-hari yang paling membumi juga memberi kontribusi bagi budaya tersebut.

Pendekatan ini mengkaji cara individu-individu menggunakan cerita-cerita, ritual, simbol-simbol, dan tipe-tipe aktivitas lainnya untuk memproduksi dan mereproduksi seperangkat pemahaman.

Page 21: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Pendekatan kritik. 

Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini, menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan sudah mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau manajerialisme. Bahasa adalah medium utama dimana realitas sosial diproduksi dan direproduksi.

Peranan dalam jaringan kerja komunikasi

1.      Anggota Klik / Group

Kelompok individu yang seringkali melakukan kontak dengan anggota yang lain.Syarat keanggotaan klik : individu-individu harus mampu melakukan kontak satu sama lain, bahkan dengan cara tidak langsung. Klik juga terdiri dari individu yang keadaan skelilingnya memungkinkan kontak antar individu, yang satu sama lain saling menyukai dan merasa puas dengan kontak tersebut.

2.      Penyendiri / Isolates

Adalah mereka yang hanya melakukan sedikit atau sama sekali tidak mengadakan kontak dengan anggota kelompok yang lain. Beberapa anggota organisasi menjadi penyendiri bila berurusan dengan kehidupan pribadi pegawainya.

Karakteristik penyendiri / Isolates : Lebih berorientasi diri sendiri, kurang motivasi dan upaya untuk maju serta rendahnya keinginan

untuk berinteraksi. Kurang pengalaman dalam sistem, rata-rata lebih muda, dan tidak memiliki power dalam

organisasi. Lebih banyak menyimpan informasi daripada mengalirkannya. Menganggap komunikasi sebagai sistem tertutup dan tidak nyaman berada dalam sistem. Tidak banyak tahu anggota grup dibanding lainnya dan cenderung menyimpan informasi yang

relevan untuk kepentingan grupnya sendiri

3.      Jembatan / Bridge

Adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam hubungan antara kelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Sebuah jembatan berlaku sebagai pengontak langsung antara dua kelompok pegawai dalam organisasi. Sebuah jembatan juga rentan terhadap semua kondisi yang menyebabkan kehilangan, kerusakan dan penyimpangan informasi.

4.      Penghubung / Liaisons

Adalah orang yang menghubungkan dua klik atau lebih, tetapi dia bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut. Penghubung memegang peranan penting bagi

Page 22: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

berfungsinya oranisasi secara efektif.Penghubung dapat melancarkan maupun menghambat aliran informasi.

Karakteristik Liaisons :

Memiliki kedudukan tinggi dan penting terhadap organisasi, berpengaruh banyak, berintegrasi dan berkoordinasi dengan berbagai grup untuk memperbaiki posisinya.

Berinteraksi cukup lama dengan organisasi, tahu sistem dan lebih terbuka dibanding isolates. Dianggap penting dan memiliki kemampuan karena peranan interaksinya

5.      Penjaga Gawang / Gatekeeper

Adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan yang disebarkan melalui sistem tersebut. Kegiatan penjaga gawang: mengaitkan-menyimpan-merentangkan-mengendalikan.

6.      Pemimpin Pendapat / Opinion Leader

Adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Kalangan ini sangat dipercayai orang lain untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

7.      Kosmopolit

Menghubungkan anggota organisasi dengan orang-orang dan peristiwa di luar batas-batas struktur organisasi. Anggota organisasi yang banyak bepergian, aktif di asosiasi internasional maupun aktif membaca jurnal terbitan regional, nasional dan internasional.

Komunikasi Ke Bawah

Informasi mengalir dari jabatan berotoritas tinggi ke otoritas lebih rendah. Informasi dari atasan ke bawahan :

ü  Informasi tentang bagaimana melakukan pekerjaan.

ü  Informasi tentang dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan.

ü  Informasi tentang kebijakan dan praktik organisasi.

ü  Informasi tentang kinerja pegawai.

ü  Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission)

Komunikasi ke Atas

Page 23: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat yg lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia), biasanya berbentuk pertanyaan, feedback, saran / usulan.

Pentingnya komunikasi ke atas :

Memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan. Memberitahu penyelia kapan bawahan siap menerima informasi. Mendorong keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu

mereka. Menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada

pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan. Mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahannya memahami apa yang diharapkan

dari aliran informasi ke bawah. Membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka

Yang harus dikomunikasikan ke atas :

ü  Memberitahu apa yang dilakukan bawahan (pekerjaan, prestasi, kemajuan, rencana di masa datang).

ü  Menjelaskan persoalan kerja yang belum terpecahkan oleh bawahan.

ü  Memberi saran atau gagasan untuk perbaikan dalam unit-unit mereka.

ü  Mengungkapkan pikiran dan perasaan bawahan tentang pekerjaan, rekan kerja dan organisasi mereka.

PROSES KOMUNIKASI INTERNAL

Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan. Empat Dimensi Komunikasi organisasi

1)     Downward communication Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:

a)     Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)

b)     Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)

c)     Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)

d)     Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

Page 24: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972):

a)     Metode tulisan

b)     Metode lisan

c)     Metode tulisan diikuti lisan

d)     Metode lisan diikuti tulisan

2)     Upward communication Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:

a)     Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan

b)     Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan

c)      Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan

d)      Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit:

a)     Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka

b)      Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai

c)     Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai

d)     Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai

3)     Horizontal communication Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:

a)     Memperbaiki koordinasi tugas

b)     Upaya pemecahan masalah

c)      Saling berbagi informasi

d)     Upaya pemecahan konflik

Page 25: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

e)      Membina hubungan melalui kegiatan bersama

4)     Interline communication Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.

DAFTAR PUSTAKA

Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGraw-Hill Companies

Maciariello, Joseph A dan Kirby, Calvin J, Management Control Systems, Using Adaptive Systems to Attain Control, 2nd edition,  1994.

Merchant, K. A. (1998), Modern Management Control System (Prentice Hall, Upper Saddle River).

Rosenblatt, S. Bernard; Bonnington, Robert L. 1973, Modern Business A Systems Approach Boston: Houghton Mifflin Company, 1973

Sendjaja, S Djuarsa.1994, Teori Komunikasi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Grameia Wiiasarana Indonesia.

Pengertian Manajemen Proyek

Pengertian Manajemen Proyek Seperti yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa aspek manajemen sangat penting artinya bagi setiap jenis usaha. Ia berfungsi untuk aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang disingkat dengan POAC dengan tidak memandang jenis, tujuan, maupun rumitnya aktivitas tersebut.Studi aspek manajemen terhadap sebuah proyek disebabkan karena dua hal. Pertama: pada saat pembangunan suatu proyek diperlukan perencanaan yang matang agar tujuan yang diinginkan tercapai. Kedua: pada saat bisnis dioperasionalkan secara rutin diperlukan kaidah atau prinsip dalam pengelolaannya. Sampai dengan saat ini, masih banyak proyek yang gagal dibangun dan dioperasionalkan bukan disebabkan oleh aspek lain, melainkan lemahnya aspek manajemennya sehingga tidak memiliki panduan lengkap untuk dijadikan referensi dalam membuat rancangan desain proyek.

Page 26: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Proyek dalam istilah ekonomi adalah suatu kegiatan yang menggunakan modal atau faktor produksi untuk memproduksi aset yang diharapkan mendapatkan kemanfaatan setelah jangka waktu tertentu. Dengan proyek inilah, maka manusia akan meningkatkan taraf kesejahteraannya.“A project is an investment activity, where we expend capital resource to create a producing assets from which we can expect to realize benefits over an extended period of time, or the whole complex of activities in valued in using resources to gain benefits, is a project”. (J. Price Gittinger, 1972:1).Sedangkan dalam perspektif bisnis diperoleh pengertian proyek adalah rangkaian kegiatan sekali saja yang memiliki satu titik awal dan titik akhir yang tegas dalam waktu. Sehingga manajemen proyek adalah pekerjaan untuk membuat kegiatan-kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan secara tepat waktu, di dalam kerangka anggaran dan sesuai dengan perincian. Saat ini manajemen proyek menjadi begitu populer karena pendekatan yang terdapat dalam menajemen proyek sangat cocok bagi lingkungan dinamis dan membutuhkan fleksibilitas serta respon yang tanggap. Metode-metode dalam manajemen proyek dapat membantu dalam menetapkan sasaran-sasaran yang akan dicapai serta menggarisbawahi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan.

Siklus Hidup ProyekTahap Perencanaan ProyekApabila dilakukan proyek pembukaan usaha baru atau pengembangan bisnis dengan metode baru maka akan memerlukan sumber daya baik itu materi, biaya, waktu, dan lain sebagainya yang sifatnya sangat terbatas untuk mendapatkan hasil atau keuntungan seoptimal mungkin. Untuk mencapai pola efektif dan efesien maka sebelum mengambil sebuah keputusan apakah proyek tersebut feasible atau tidak perlu perencanaan yang matang dimana dilakukan perhitungan-perhitungan yang didasarkan pada perbandingan (ratio) antara manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan (costs) selama kegiatan-kegiatan proyek tersebut berlangsung. Terdapat beberapa alasan yang menekankan betapa pentingnya perencanaan proyek, yaitu:Penerjemah Kebijakan UmumKebijakan umum perusahaan ditentukan oleh manajemen tingkat atas (top level management) yang lebih terfokus dalam menetapkan visi, misi, dan strategi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan baik untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Dengan adanya perencanaan, diharapkan terdapat suatu pengarahan kegiatan yang berupa pedoman bagi pelaksanaan kegaitan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan.Berupa Perkiraan yang Bersifat RamalanPerencanaan dilakukan dengan melakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi dan prospek perkembangan proyek dan juga hambatan dan resiko yang mungkin dihadapi. Melalui perencanaan yang baik maka ketidakpastian dapat dibatasi sebanyak mungkin.

Page 27: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Berfungsi EkonomiApabila sumber daya yang tersedia sangat terbatas, maka diperlukan perencanaan yang baik agar sumber daya dapat dialokasikan secara optimal sesuai dengan kebutuhan. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara yang terbaik (the best combination).Memastikan Suatu KegiatanDalam perencanaan suatu aktivitas, maka diperlukan prosedur pelaksanaan aktivitas yang berisi hak dan kewajiban, tugas dan tanggung jawab, serta wewenang pelaksana kerja agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Hal ini diperlukan agar setiap orang yang ditunjuk sebagai pelaksana kerja memiliki kepastian karena prosedur kerjanya telah jelas dan terstruktur.Alat KoordinasiBerkaitan dengan adanya kepastian suatu kegiatan, maka memudahkan untuk melakukan koordinasi bagi setiap pengemban tugas yang berupa kapan tugas akan dilaksanakan dan bagaimana proses pengerjaannya. Kesatuan kerja sangat diperlukan agar tujuan perusahaan dapat diwujudkan.Sarana PengawasanRencana kerja dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu rencana yang telah direalisasikan. Untuk itu pengawasan dilakukan untuk mengukur apakah suatu kegiatan yang direncanakan telah dilaksanakan atau belum sehingga diperlukan tindakan penegasan.Dari alasan-alasan tersebut diatas sangatlah jelas bahwa sebelum merealisasikan sebuah bisnis besar diperlukan sebuah perencanaan yang baik khususnya bagi negara berkembang (developing country) seperti Indonesia dimana negara kita kekurangan modal/investasi, kekurangan tenaga ahli, tingkat pendapatan yang masih rendah serta tingkat teknologi yang masih rendah pula. Pada tahap pertama ditentukan sasaran yang ingin dicapai (setting up the objectives) yang dapat dilakukan dengan proses brainstorming. Langkah ini perlu dicapai sebab pengelola proyek atau manajer proyek dan seluruh anggota tim harus mengetahui apa yang diharapkan. Kemudian dilanjutkan pada tahap identifikasi kegiatan dan sumber daya, artinya mengumpulkan data-data mengenai kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, serta bahan-bahan apa saja yang digunakan untuk menyelesaikan proyek. Setelah kegiatan-kegiatan diidentifikasi maka perlu dilakukan pengurutan kegiatan agar tidak terjadi overlapping dimana kegiatan-kegiatan apa yang harus lebih dahulu diselesaikan sebelum kegiatan-kegiatan yang lain dimulai atau bisa jadi ada kegiatan yang dapat dilakukan bersamaan. Untuk mengurutkan kegiatan sebaiknya menggunakan diagram alur atau flowchart.Setelah diurutkan maka setiap kegiatan harus diperkirakan waktu penyelesaian yang optimal sehingga akan diperoleh penjadwalan proyek secara keseluruhan dan tanggal penyelesaian proyek secara tepat dan akurat. Apabila kegiatan-kegiatan tersebut berbeda dengan sasaran yang diinginkan maka perlu dilakukan penyesuaian. Misalnya waktu penyelesaian proyek ternyata lebih lama dari yang diharapkan maka mungkin dapat dilakukan penyesuaian terhadap alokasi sumber daya yang menangani kegiatan kritis tersebut sehingga dapat diselesaikan dengan lebih singkat. Untuk mengetahui mengenai teknik penjadwalan kegiatan proyek akan dibahas secara

Page 28: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

ringkas mengenai metode penjadwalan dan jaringan kerja yaitu bagan Gantt dan CPM.

Tahap Evaluasi Rencana ProyekPada tahap ini dilakukan studi kelayakan terhadap proyek untuk mengetahui apakah proyek tersebut memberikan manfaat yang signifikan apabila direalisasikan. Studi kelayakan dapat dibagi minimal dalam tiga aspek, yaitu aspek pasar (market analysis), aspek teknis (technical analysis) dan aspek finansial (financial analysis).

Analisis PasarFeasibility study yang dilakukan pertama kali adalah meninjau kelayakan proyek dari segi pasar. Namun, tidak semua proyek harus melakukan market analysis, dikarenakan bagi proyek yang pemasarannya sudah pasti tidak perlu meninjau kembali segmen pasarnya. Analisis pasar diperuntukkan bagi proyek dalam pengembangan bisnis baru yang belum memiliki gambaran pasarnya. Apabila diperoleh hasil peninjauan pasar yang menunjukkan keragu-raguan dalam pemasarannya maka sebaiknya implementasi proyek sebaiknya ditolak ataupun dapat ditangguhkan. Jika hasil analisis menunjukkan feasible maka data-data tersebut dijadikan dasar dalam menentukan aspek berikutnya yaitu analisis aspek teknis proyek.

Analisis TeknisAnalisis teknis diperuntukkan untuk menjawab apakah proyek layak dari sisi teknis pelaksanaannya. Informasi mengenai data yang diperlukan dalam analisa teknis terdiri dari:Informasi produk (Product Information)

a. Desain produk dan spesifikasinyab. Tingkatan kualitas produkc. Kebutuhan pelayanan terhadap produk (Service requirement)

Informasi pasar (Market Information)

a. Perkiraan penjualan (sales forecasting)b. Cara penyampaian pelayanan ke konsumen (delivery service requirements)c. Lokasi konsumen

Informasi material (Material Information)

a. Spesifikasi material (spesifications)b. Pengadaan material (availability)c. Waktu penyerahan (delivery lead time)d. Tempat pelayanan (Service locations)

Page 29: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Analisa Lainnya

a. Kemampuan dalam pengadaan modal (capital availability)b. Kemampuan dalam pengadaan tenaga kerja (labour availability)

Apabila menurut analisa teknis proyek tersebut layak maka dilanjutkan pada tahap analisis selanjutnya yaitu analisis finansial atau analisis ekonomis.

Analisis FinansialAnalisis finansial hanya didasarkan pada perhitungan:

a. Net Present Value (NPV)b. Benefit Cost Ratio (BCR)c. Internal Rate of Return (IRR)

Tahap Pelaksanaan ProyekKegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Negoisasi dengan Lembaga Keuangan / Perbankan, kontraktor serta supplier baik di dalam negeri maupun di luar negeri

b. Penandatanganan kontrak-kontrak atau perjanjian antara kedua belah pihakc. Engineering design d. Pelaksanaan pembangunan proyek (construction works)

Tahap Pengawasan ProyekSetelah proyek dilaksanakan maka sepatutnya dilakukan proses monitoring untuk melihat performansi proyek sehingga akan memberikan feedback bagi pelaksana proyek apabila terdapat kendala datau hambatan dalam pelaksanaan proyek tersebut. Umpan balik yang diberikan dapat dijadikan inputan pada tahap evaluasi proyek selanjutya yaitu tahap evaluasi setelah proyek berjalan, sehingga dapat dilakukan langkah-langkah konkrit dalam pengelolaan proyek selanjutnya.Agar pelaskasanaan proyek dapat diselesaikan dengan tepat waktu sehingga tidak menghabiskan banyak sumber daya, maka sebelum pekerjaan atau kegiatan dilakukan sebaiknya dipersiapkan rencana jaringan kerja (Network planning) yaitu bagan Gantt atau CPM dan PERT. Dengan network planning ini diharapkan akan mempermudah proses pengawasan dan contolling pekerjaan. Mengenai metode ini akan diberikan pembahasan selengkapnya pada bab selanjutnya.

Penjadwalan dan Jaringan KerjaDalam bagian ini dijelaskan mengenai metode-metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan waktu dan jadwal proyek disesuaikan dengan kompleksitas kegiatan yang dilakukan. Pembahasan yang pertama adalah metode penjadwalan yang sederhana yaitu Metode

Page 30: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Bagan Balok atau dikenal dengan Peta Gantt (Gantt Chart) sampai penjelasan mengenai Jaringan Kerja (Network Analysis) berupa CPM dan PERT. Dalam membahas metode-metode tersebut dipaparkan kelebihan dan kekurangan masing-masing metode untuk digunakan dalam perencanaan dan pengendalian proyek.

Peta GanttPeta Gantt ditemukan di awal tahun 1900 oleh Henry L.Gantt, seorang engineer dan ahli sosial yang hidup dalam masa yang sama dengan F.W.Taylor. Gantt berhasil menciptakan sebuah peta yang pada dasarnya menggambarkan pekerjaan yang harus dilaksanakan, dan menunjukkan hubungan antara semua fase atau tingkat dari pekerjaan. Pada saat itu, peta ini digunakan untuk menanggulangi masalah pengendalian produksi yang dikenal dengan Peta Gantt atau Gantt Chart.Peta Gantt disusun dengan maksud mengidentifikasi unsur waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan yang terdiri dari: waktu mulai, waktu penyelesaian, dan pada saat pelaporan. Sampai sekarang, metode peta Gantt masih digunakan secara luas baik berdiri sendiri maupun dikombinasikan dengan teknik lain yang lebih canggih.Gantt mempergunakan Gantt Milestone Chart (peta tonggak kemajuan Gantt). Milestone atau tonggak kemajuan adalah event yang mempunyai fungsi dalam pencapaian keberhasilan proyek yang ditinjau dari segi jadwal. Tonggak kemajuan menandai waktu mulai dan akhir suatu kegiatan. Melalui peta ini dapat diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaian suatu proyek.  Peta Gantt dapat digambar dalam dua bentuk, yaitu:Bentuk koordinat cartesius (koordinat X dan Y)Garis horizontal sebagai koordinat X menunjukkan waktu secara linier dan setiap kegiatan dicatat pada sumbu Y dengan durasi waktu kegiatan diletakkan horizontal sejajar dengan sumbu X dengan notasi balok, garis, ataupun objek lain yang memiliki dimensi horizontal. Bentuk peta Gantt dalam bentuk koordinat X dan Y dapat dilihat pada Gambar 3.1. Setiap baris memiliki dua balok horizontal. Pertama, menggambarkan kurun waktu perencanaan kegiatan atau target (warna hijau). Kedua, menggambarkan kurun waktu kenyataan  (warna biru).Dari rangkaian aktivitas di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan dalam pembuatan sebuah majalah pada sebuah perusahaan penerbitan tidak sesuai dari jadwal. Untuk kegiatan mencetak lembar penomoran halaman terlambat dari jadwal (2 minggu) dan kegiatan mendesain sampul (3 minggu). Kedua kegiatan tersebut belum terselesaikan sementara hasil kegiatan perlu dilaporkan. Dengan demikian, perlu dilakukan rencana alternatif agar semua target dapat terpenuhi.Kelebihan Peta Gantt:Jika jumlah kegiatan tidak terlalu banyak atau hanya sekedar jadwal induk, maka metode peta Gantt menjadi pilihan pertama dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan, karena mudah dipahami oleh semua lapisan pelaksana proyek.Kekurangan Peta Gantt:

Page 31: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

a. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antar kegiatan sehingga sulit diantisipasi jika terjadi keterlambatan suatu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek.

b. Tidak mudah dilakukan perbaikan dan pembaharuan (updating) disebabkan peta baru harus dibuat kembali, padahal pembuatan ulang akan memakan waktu dan jika tidak dilakukan segera maka peta tersebut akan menurun daya gunanya.

c. Untuk proyek yang berukuran sedang dan besar serta kompleks, maka peta Gantt tidak mampu menyajikan jadwal secara sistematis dan mengalami kesulitan dalam menentukan keterkaitan antar kegiatan.

Jaringan Kerja (Network Analysis)Metode jaringan kerja mulai diperkenalkan pada akhir tahun 1950-an oleh suatu tim engineer dan ahli matematika dari Perusahaan Du-Pont yang bekerja sama dengan Rand Corporation dalam usaha mengembangkan suatu sistem kontrol manajemen. Sistem ini dimaksudkan untuk melakukan fungsi perencanaan dan pengendalian sejumlah kegiatan yang memiliki ketergantungan yang kompleks dalam ruang lingkup desain-engineering, konstruksi, dan pemeliharaan (maintenance).Pada sebagian besar literatur, metode jaringan kerja identik dengan teknik metodologi manajemen proyek pada aspek perencanan dan pengendalian. Sama halnya dengan penggunaan peta Gantt, metode jaringan kerja dipandang sebagai langkah penyempurnaan dari peta Gantt, karena dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum terpecahkan oleh metode peta Gantt, diantaranya:

Berapa lama perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dalam hubungannya dengan penyelesaian

proyek Apabila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu, bagaimana dampak

yang ditimbulkan terhadap jadwal kegiatan secara keseluruhan.

Prosedur dan sistematika dalam menyusun jaringan kerja adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji dan memecah lingkup proyek menjadi komponen-komponen kegiatan2. Menyusun kembali kegiatan-kegiatan sesuai dengan logika ketergantungan3. Memberikan perkiraan waktu bagi setiap kegiatan4. Mengidentifikasi jalur kritis5. Mencari jadwal yang eknomis dan optimal

Critical Path Method (CPM)Pada bab sebelumnya telah diberikan penjelasan mengenai langkah-langkah dalam menyusun pekerjaan sehingga membentuk sebuah jaringan kerja. Namun, proses perencanaan dan pengendalian proyek tidak hanya pada pembuatan jaringan kerja melainkan harus dilanjutkan

Page 32: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

pada perhitungan mengenai waktu penyelesaian proyek dan analisis lainnya. Untuk itu, digunakan beberapa metode yang sangat membantu dan sudah cukup dikenal dalam membantu merencanakan proyek dalam bentuk jaringan kerja. Metode tresebut adalah Metode PERT (Program Evaluation and Review Technique) dan Metode CPM (Critical Path Method).Perbedaan pokok antara CPM dan PERT ialah bahwa CPM memasukkan konsep biaya dalam proses perencanaan dan pengendalian sedangkan dalam PERT besarnya biaya berubah-ubah (uncertainty) sesuai dengan lamanya waktu dari semua aktivitas yang terdapat dalam suatu proyek. Biasanya metode PERT digunakan untuk proyek penelitian atau pengembangan produk baru dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi.Khusus dalam bab ini akan dibahas mengenai Metode CPM saja tetapi tidak bermaksud untuk mengabaikan PERT sebab prinsip-prinsip pembentukan jaringan dalam CPM sangat mirip dengan metode PERT sehingga mereka yang mempelajari CPM dengan baik, tidak akan menemui kesulitan dalam menggunakan PERT. Perlu disadari bahwa teknik atau metode CPM dan PERT sangat penting artinya sebagai alat perencanaan dan pengendalian pelaksanaan suatu proyek.

Ccc

TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPTRAMAH LINGKUNGAN

1.    Pendahuluan

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan kendala utama dalam peningkatan dan pemantapan produksi hortikultura. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi pengendalian OPT, maka upaya penerapan pengendalian secara terpadu diharapkan semakin baik, meluas dan memasyarakat. Teknologi tersebut selanjutnya berkembang menjadi teknologi

Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknologi ini harus dapat disebarluaskan melalui komunikasi pembangunan karena teknologi pengendalian hama terpadu yang merupakan salah satu teknologi yang dapat menjamin produktivitas, nilai ekonomi usahatani dan dapat mempertahankan kelestarian ekosistem.

Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan terutama untuk penyakit-penyakit yan sulit dikendalikan, misalnya penyakit yang disebabkan oleh virus dan patogen tular tanah (soil borne pathogens). Pada tanaman hortikultura, pestisida sintetis merupakan andalan pengendalian yang utama. Penyakit bercak ungu (trotol) pada bawang merah dan bawang putih merupakan salah satu penyakit yang sampai sekarang sulit dikendalikan.

Page 33: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Pada beberapa daerah misalnya di Brebes dan Tegal, bawang merah merupakan tanaman andalan petani. Petani cenderung menanam sepanjang tahun tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Untuk mengendalikan penyakit ini petani cenderung menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan sehingga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Hal ini dilakukan petani antara lain karena modal yang ditanam dalam usaha tani cukup besar sehingga petani tidak mau menanggunag resiko kegagalan usaha taninya, konsumen menghendaki produk hortikultura yang bersih dan cantik (blemish free) dan kurang tersedianya pengendalian non kimia yang efektif.

Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan, Pembangunan penyakit tumbuhan secara hayati merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya memanfaatkan mikroorganisme hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain.

Perkembangan hasil penelitian tentang berbagai agensi hayati yang bermanfaat untuk mengendalikan patogen pada tanaman, sebenarnya sudah cukup menggembirakan, walaupun masih relatif sedikit yang dapat digunakan secara efektif di lapangan. Komponen ini jelas berperan dalam peningkatan peranan Fitopatologi Indonesia dalam pengamanan produksi dan pelestarian lingkungan.

2.    Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

2.1    Pengertian OPT

Organisme pengganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman hortikultura, pangan maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim (Anonymous,2010).

2.2    Pengendalian hayati yang ekologis dan berkelanjutan

Pengendalian hayati adalah pengendalian dengan cara memanfaatkan musuh alami untuk mengendalikan OPT termasuk memanipulasi  inang, lingkungan atau musuh alami itu sendiri. Pengendalian hayati bersifat ekologis dan berkelanjutan. Ekologis berarti pengendalian hayati harus dilakukan melalui pengelolaan ekosistem pertanian secara efisien dengan sedikit mungkin mendatangkan akibat samping negatif bagi lingkungan hidup. Sedangkan berkelanjutan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan menjaga upaya agar tidak merosot atau menjaga agar suatu upaya terus berlangsung.

Pengendalian hayati memiliki arti khusus, karena pada umumnya beresiko kecil, tidak mengakibatkan kekebalan atau resurgensi, tidak membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan dan tidak memerlukan banyak input luar.

Page 34: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Pengendalian hayati yang ekologis dan berkelanjutan mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut :

Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada. Misalnya keanekaragaman mikroorganisme antagonistik dalam tanah atau di rizosfir (daerah sekitar perakaran) dengan mengkombinasikan berbagai komponen system usaha tani yaitu tanaman, tanah, air, iklim dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar.

Berusaha memanfaatkan pestisida sintetis seminimal mungkin untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan.

Pemanfaatan musuh alami OPT menjadi sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekologis karena sumberdaya tersebut dikembalikan lagi ke alam sehingga kualitas lingkungan terutama tanah dapat dipertahankan. Di alam musuh alami dapat terus berkembang selama nutrisi dan faktor-faktor lain (kelembaban, suhu dan lain-lain) sesuai untuk pertumbuhannya. Proses pengendalian hayati meniru ekologi alami sehingga untuk menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan musuh alami tersebut bisa dilakukan dengan memanipulasi sinar matahari, unsur hara tanah dan curah hujan sehingga sistem pertanian dapat terus berlanjut. Misalnya dengan penambahan bahan organik pada tanaman yang akan dikendalikan. Bahan organik atau residu tanaman adalah media yang kondusif untuk mikrooraganisme yang antagonistik terhadap OPT yang pada dasarnya beraspek majemuk, yaitu sebagai pencegah berkembangnya OPT, sebagai sumber unsur hara dan untuk perbaikan fisik tanah pertanian.

2.3    Mekanisme pengendalian hayati

Beberapa mekanisme pengendalian hayati, antara lain adalah sebagai berikut :

Antagonisme.  Antagonis adalah mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap mikrooraganisme lain yang tumbuh dan berasosiasi dengannya. Antagonisme meliputi (a) kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain dalam jumlah terbatas tetapi diperlukan oleh OPT, (b) antibiosis sebagai hasil dari pelepasan antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya bagi OPT dan (c) predasi, hiperparasitisme, mikroparasitisme atau bentuk yang lain dari eksploitasi langsung terhadap OPT oleh mikroorganisme yang lain.

Ketahanan Terimbas. Ketahanan terimbas adalah ketahanan yang berkembang setelah tanaman diinokulasi lebih awal dengan elisitor biotik (mikroorganisme avirulen, non patogenik, saptrofit)  dan elisitor abiotik (asam salisilik, asam 2-kloroetil fosfonik) Buncis yang diimbas dengan Colletotrichum lindemuthianum ras non patogenik menjadi tahan terhadap ras patogenik

Proteksi Silang. Tanaman yang diinokulasi dengan stran virus yang lemah hanya sedikit menderita kerusakan, tetapi akan terlindung dari infeksi strain yang kuat. Strain yang dilemahkan antara lain dapat dibuat dengan pemanasan in vivo, pendinginan in vivo dan dengan asam nitrit. Proteksi silang sudah banyak dilakukan, di banyak negara, antara lain Taiwan dan Jepang.

Page 35: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Pengendalian hayati terhadap bakteri tanaman sudah maju penelitiannya, misalnya untuk Agrobacterium tumefaciens yang avirulen, digunakan A. radiobacter yang avirulen. Pupuk organic yang mengandung nitrogen 5 persen atau lebih untuk menekan penyakit layu Xanthomonas solanacearum pada tembakau. Pengendalian hayati penyakit layu bakteri pada jahe disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum antara lain: rotasi tanaman (2-3 tahun), menggunakan pupuk kandang yang matang dan pengaturan drainase kebun yang baik.

2.4    Pengendalian OPT Berdasarkan Konsep Pengendalian hayati

Pengendalian hayati didasarkan pada pemahaman siklus hidup OPT dan mencegah perkembangan OPT tersebut. Untuk mengembangkan teknik pengendalian secara hayati maka langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Definisi masalah. Pertama harus dipahami masalahnya apa, mengetahui penyebab penyakitnya, di mana penyebab penyakit bertahan, bagaimana cara menularnya dan memahami faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekobiologi dan epidemiologinya. Pada sebagian besar kasus, informasi ini dapat diperoleh dari literature pertanian. Informasi yang dapat diperoleh adalah tingkat kerusakan, periode ketika tanaman rentan, tingkat ambang ekonomi.

Langkah-langkah pencegahan. Langkah selanjutnya analisis praktek budidaya, selangkah demi selangkah. Dengan pengetahuan tentang patogen yang diperoleh selama definisi masalah, orang biasa mengetahui apakah praktek budidaya dapat diubah untuk membatasi berkembangnya patogen. Sumber informasi utama dapat diperoleh dari petani.

Langkah-langkah pengendalian. Langkah-langlah pengendalian yang khusus dipertimbangkan, dimulai dari langkah-langkah yang lebih lemah dan kemudian ke yang lebih kuat yang lebih memiliki efek samping lingkungan.

Dalam pengendalian hayati banyak hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan sifatnya yang ekologis dan berkelanjutan. Secara garis besar konsep pengendalian penyakit secara hayati meliputi hal-hal berikut ini :

Mengenal OPT dan memahami faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekobiologi dan epidemiologinya.

Memahami situasi pada saat tertentu, seperti tanda-tanda terjadinya eksplosi, apakah proses penularan penyakit berlangsung biasa atau lambat

Menghindari terjadinya lingkungan yang kondusif untuk perkembangan dan penularan penyakit, misalnya drainase jelek, tumpukan tanaman inang, tanaman yang tidak terpelihara. Keberadaan dan efektifitas agensia hayati dikaitan dalam kondisi seperti ini kurang memberi keuntungan

Memanfaatkan proses pengendalian alami yang berorientasi pada keseimbangan biologi dan ekosistem, maka agensia hayati harus dipantau untuk mempertahankan dan meningkatkan peranannya dalam jangka waktu tertentu

Karena konsep ini mengait dengan system, maka partisipasi dan kepedulian dari pihak-pihak disiplin ilmuawan terkait perlu ada, sebaiknya secara institusional

Sebagai salah satu alternatif dari PHT, pengendalian hayati harus kompatibel dengan komponen lain, dengan catatan khusus terhadap pestisida sintetis.

Page 36: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Pengendalian hayati sebagai satu sub-system yang efektif dapat terwujud dengan mengembangkan pengadaan dan proses sub-komponen utama antagonistic, bahan organik, rotasi dengan tanaman/tumbuhan yang bermanfaat

Melakukan eksploirasi, identifikasi, efikasi, perbanyakan dan aplikasi yang sistematik dari antagonis potential

Mengidupkan informasi dua arah antara pengguna, penyuluh dan sumber teknologi pengendalian hayati

Memasukkan komponen lain (mekanik, pestisida dan lain-lain) pada situasi epidemik dan pertimbangan lain yang memerlukan tindakan khusus

3.    Kesimpulan

Dari uraian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pengendalian secara hayati berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan sumberdaya alam serta memanfaatkan proses-proses alami.

Penelitian tentang pengendalian penyakit tumbuhan secara hayati tidak bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi stabil dan memadai dalam jangka panjang.

Pengetahuan dan pemahaman yang cukup terhadap OPT dengan penyakit yang ditimbulkannya terutama kalau dikaitan dengan tanaman inang, pola tanam, system pertanian, daya dukung lahan dan system pengendalian pada waktu tertentu perlu diantisipasi dengan cermat dan baik.

Dalam menerapkan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsur-unsur terkait (peneliti/pakar, penyuluh/petugas proteksi tanaman, petani, tokoh masyarakat, pengambil keputusan perlu terpadu dengan aktif.

Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan kesempatan sebagai komponen yang kuat dalam PHT akan terwujud dengan menggiatkan koordinasi untuk melakukan eksplorasi, pengadaan agensia, penggunaan di lapangan dan evaluasi terus menerus.

Peluang dan prospek pengendalian hayati penyakit tanaman cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia.

Daftar Pustaka

Anonymous,  2010. Organisme Pengganggu Tanaman. Available @.http://rudyct.com/PPS702-ipb/05123/yunik_istikorini.htm Hamid. A, Miftakhul. A, Suharno, dan Yekti. A. 2006 Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang Yogyakarta. Hidayat,A. 2001. Metoda Pengendalian Hama. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta.

 

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) SECARA HAYATI YANG RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN8 09 2010

Page 37: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

17 Votes

Oleh:

Edi Gunawan

Abstrak

Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan serta meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia dalam produksi pertanian, sehingga penerapan teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan harus mendapat perhatian dari semua pihak. Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan tersebut, karena aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) ini yang sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan adalah pembangunan pertanian secara hayati karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati sangat besar pada tingkat laboratorium dan rumah kaca, namun hanya sebagian kecil saja yang telah dimanfaatkan di tingkat lapangan dalam skala ekonomi. Hal ini tidak perlu menjadi alasan untuk menyatakan bahwa prospek pengendalian hayati dalam praktek kecil atau kurang relevan. Prospek keanekaragaman dari mikrooragnisme yang antagonistik dan kekayaan sumberdaya alam di Indonesia, sebenarnya menjanjikan peluang yang cukup besar untuk dimanfaatkan dalam pengendalian hayati penyakit tanaman.

1. 1. Pendahuluan

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah menjadi trend baru dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian (Anonim, 2002). Oleh karena itu, penerapan teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan harus mendapat perhatian dari semua pihak, sebagai landasan pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pola pembangunan pertanian seperti ini,

Page 38: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

selain harus dapat memelihara tingkat produksi, juga harus mampu mengurangi dampak kegiatan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup. Salah satu kegiatan nyata yang perlu dilakukan adalah dengan menjaga produksi pertanian dari gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) serta memperhatikan jasa-jasa ekologis yang diemban oleh keanekaragaman hayati pertanian, seperti jasa penyerbukan, jasa penguraian dan jasa pengendali hayati (Tobing, 2009).

Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang ditujunya. Berdasarkan pengalaman, masih adanya permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan, seperti lalat buah pada berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus gemini pada cabai. Selain itu, dalam kaitannya dengan terbawanya OPT pada produk yang akan diekspor dan dianalis potensial masuk, menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang berarti dalam perdagangan internasional (Mulyaman, 2008).

Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering menggunakan pestisida sintetis terutama untuk hama dan penyakit yang sulit dikendalikan, seperti penyakit yang disebabkan oleh virus dan patogen tular tanah (soil borne pathogens). Untuk mengendalikan penyakit ini petani cenderung menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan sehingga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini dilakukan petani karena modal yang telah dikeluarkan cukup besar sehingga petani tidak berani menanggunag resiko kegagalan usaha taninya. Selain itu, ketertarikan konsumen terhadap produk hortikultura yang bersih dan cantik, serta kurang tersedianya pengendalian non kimia yang efektif, maka pestisida sintetis tetap menjadi primadona bagi petani (Istikorini, 2002).

Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah disatu sisi cara mengatasi masalah OPT dengan pestisida sintetis dapat menekan kehilangan hasil akibat OPT, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di sisi lain, tanpa pestisida kimia sintetis akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan masyarakat dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama masyarakat negara maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor ditolak hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun kandungan residu pestisida yang melebihi ambang toleransi (Setyono, 2009 dan Anonim, 2009).

Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis (resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami) serta mengakibatkan peningkatan residu pada hasil (Anonim, 2008). Terdapat kecenderungan penurunan populasi total mikroorganisme seiring dengan peningkatan takaran pestisida (Emalinda et al., 2003). Oleh karena itu perhatian pada alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan semakin besar untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis.

Page 39: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi (Saptana at al., 2010). Salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan pembangunan pertanian secara hayati karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya memanfaatkan pengendali hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain.

Perkembangan hasil penelitian tentang berbagai agensia hayati yang bermanfaat untuk mengendalikan organisme pengganggu pada tanaman, sebenarnya sudah cukup menggembirakan, walaupun masih relatif sedikit yang dapat digunakan secara efektif di lapangan. Komponen ini jelas berperan dalam peningkatan peranan dalam pengamanan produksi dan pelestarian lingkungan.

Berbagai kendala yang menyangkut komponen hayati antara lain adalah adanya kesan bahwa cara pengendalian hayati lambat kurang diminati. Oleh karena itu terasa pentingnya suatu komitmen untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam pemanfaatannya.

1. 2. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui makna pengendalian hayati yang ekologis dan berkelanjutan2. Mengetahui kendala dan pengembangan pengendalian hayati3. Mengetahui cara pengendalian organism pengganggu tanaman berdasarkan konsep

pengendalian hayati4. Mengetahui beberapa agen pengendali hayati5. Sebagai informasi untuk mengetahui peluang dan prospek pengendalian hayati6. Agar masyarakat dapat melakukan tindakan yang lestari dalam pemanfaatan pengendalian

hayati.

1. Pengendalian hayati yang ekologis dan berkelanjutan

Pengendalian hayati adalah pengendalian semua makhluk hidup yang dianggap sebagai OPT dengan cara memanfaatkan musuh alami, memanipulasi  inang, lingkungan atau musuh alami itu sendiri. Pengendalian hayati bersifat ekologis dan berkelanjutan. Ekologis berarti pengendalian hayati harus dilakukan melalui pengelolaan ekosistem pertanian secara efisien dengan sedikit mungkin mendatangkan akibat samping negatif bagi lingkungan hidup. Sedangkan berkelanjutan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan menjaga upaya agar tidak merosot atau menjaga agar suatu upaya terus berlangsung (Basukriadi, 2003). Pengendalian hayati sebagai komponen pengendalian hama terpadu sejalan dengan definisi sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan.

Page 40: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Dengan pengertian ini, konsepsi PHT sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis (Suniarsyih, 2009).

Pengendalian hayati memiliki arti khusus, karena pada umumnya beresiko kecil, tidak mengakibatkan kekebalan atau resurgensi, tidak membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan dan tidak memerlukan banyak input luar. Pengendalian ini secara terpadu diharapkan dapat menciptakan kondisi yang tidak mendukung bagi kehidupan organisme penyebab penyakit atau mengganggu siklus hidupnya (Untung, 2001).

Menurut Istikorini (2002), pengendalian hayati yang ekologis dan berkelanjutan mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut :

a)         Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada. Misalnya keanekaragaman mikroorganisme antagonistik dalam tanah atau di rizosfir (daerah sekitar perakaran) dengan mengkombinasikan berbagai komponen system usaha tani yaitu tanaman, tanah, air, iklim dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang paling besar.

b)         Berusaha memanfaatkan pestisida sintetis seminimal mungkin untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan.

Dalam pembangunan di bidang pertanian, peningkatan produksi seringkali diberi perhatian utama sehingga seringkali batas maksimal produksi dilampaui. Akibatnya ekosistem akan mengalami degradasi dan kemunginan akan runtuh sehingga hanya sebagian orang yang bisa hidup dengan sumberdaya tersebut. Konsekwensinya, bahwa bila batas produksi tercapai maka harus dilakukan sesuatu terhadap ekosistem, misalnya pengembalian sumberdaya alam. Prinsip ekologi dasar mewajibkan kita untuk menyadari bahwa produktivitas pertanian memiliki kemampuan terbatas.

Berdasarkan konsep segitiga penyakit, pada dasarnya penyakit hanya dapat terjadi jika ketiga faktor yaitu patogen, inang dan lingkungan mendukung. Inang dalam keadaan rentan, pathogen bersifat virulen (daya infeksi tinggi) dan jumlah yang cukup, serta lingkungan yang mendukung. Lingkungan berupa komponen lingkungan fisik (suhu, kelembaban, cahaya) maupun biotik (musuh alami, organisme kompetitor). Dari konsep tersebut jelas sekali bahwa perubahan salah satu komponen akan berpengaruh terhadap intensitas penyakit yang muncul (Wiyono, 2007).

Pemanfaatan musuh alami OPT menjadi sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekologis karena sumberdaya tersebut dikembalikan lagi ke alam sehingga kualitas lingkungan terutama tanah dapat dipertahankan. Di alam musuh alami dapat terus berkembang selama nutrisi dan faktor-faktor lain (kelembaban, suhu dan lain-lain) sesuai untuk pertumbuhannya. Proses pengendalian hayati meniru ekologi alami sehingga untuk menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan musuh alami tersebut bisa dilakukan dengan memanipulasi sinar matahari, unsur hara tanah dan curah hujan sehingga sistem pertanian dapat terus berlanjut. Misalnya dengan penambahan bahan organik pada tanaman yang akan dikendalikan. Bahan organik atau residu tanaman adalah media yang kondusif untuk mikrooraganisme yang antagonistik terhadap

Page 41: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

OPT yang pada dasarnya beraspek majemuk, yaitu sebagai pencegah berkembangnya OPT, sebagai sumber unsur hara dan untuk perbaikan fisik tanah pertanian.

1. 4. Kendala Pengendalian Hayati

Berbagai kendala yang sering menjadi titik lemah dalam komponen hayati antara lain adalah :

a)            Untuk mengetahui secara pasti peranan agensia hayati tidak mudah karena terlalu banyak hal yang dianggap mendasar untuk diteliti.

b)            Memerlukan fasilitas untuk mendukung rangkaian penelitian mulai dari eksploirasi, isolasi, identifikasi, pemurnian, perbanyakan inokulum sampai sumberdaya manusia peneliti yang tekun.

c)            Petani sudah terbiasa dengan cara pengendalian penyakit yang memberi hasi yang cepat sehingga tidak tertarik dengan cara pengendalian hayati yang berproses lambat dalam kurun waktu yang panjang.

Selain itu, Pengendalian hayati memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik). Walaupun demikian, banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga sangat terasa pentingnya suatu komitmen untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam pemanfaatannya (Santoso, 2009).

1. 5. Pengembangan Pengendalian Hayati

Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan berkesempatan sebagai komponen yang kuat dalam konsep PHT. Hal ini akan terwujud dengan menggiatkan koordinasi untuk melakukan eksplorasi, pengadaan agensia hayati, penggunaan di lapangan dan evaluasi terus-menerus. Dalam upaya eksplorasi uantuk mendapatkan agensia hayati diperlukan penelitian yang tekun dan berkelanjutan. Pengadaan agensia hayati untuk dapat digunakan di lapangan pada umumnya memerlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1.      Isolasi mikroorganisme atau jasad sebagai agensia hayati

2.      Penelitian dasar

3.      Perbanyakan

4.      Proses pengembangan dan optimasi dan

5.      Produksi dan aplikasi

Dalam perbanyakan agensia hayati diperlukan penelitian tentang media untuk perbanyakan yang mudah didapat dan murah. Selanjutnya perlu diteliti juga faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 42: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

pertumbuhannya. Produksi agensia hayati selanjutnya dilakukan dalam skala luas di bawah kondisi yang dapat diatur. Untuk ini pengembangan sumberdaya manusia (terutama ilmuwan/peneliti) harus mendapat perhatian yang cukup kuat.

Dalam menerapkan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsur-unsur terkait (peneliti/pakar/petugas proteksi tanaman, petani, tokoh masyarakat, pengambil kebijakan) perlu terpadu dengan aktif. Selanjutnya petani dalam mengidentifikasi, menguji coba dan menerapkan pengendalian hayati diharapkan kerjasama terutama dengan penyuluh dan peneliti.

Menurut Tobing (2009), pada pertanaman monokultur sangat sulit dilakukan pengendalian hayati yang tepat dan efisien karena kurang jelasnya penampakan efektif dari musuh alami dan adanya gangguan beberapa perlakuan dalam sistem ini Mengganti atau menambah keragaman pada agroekosistem yang telah ada dapat dilakukan agar musuh alami efektif dan populasinya meningkat dengan cara:

1. Menyediakan inang alternatif dan mangsa pada saat kelangkaan populasi inang2. Menyediakan pakan (tepung sari dan nektar) parasitoid dewasa3. Menjaga populasi hama yang dapat diterima pada waktu tertentu untuk memastikan kelanjutan

hidup dari musuh alami serangga hama.

1. 6. Pengendalian OPT Berdasarkan Konsep Pengendalian hayati

Pengendalian hayati didasarkan pada pemahaman siklus hidup OPT dan mencegah perkembangan OPT tersebut. Untuk mengembankan teknik pengendalian secara hayati maka langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Definisi masalah. Pertama harus dipahami masalah, mengetahui penyebab hama penyakitnya, di mana penyebab hama penyakit bertahan, bagaimana cara menularnya penyakit dan memahami faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekobiologi dan epidemiologinya. Pada sebagian besar kasus, informasi ini dapat diperoleh dari literature pertanian. Informasi yang dapat diperoleh adalah tingkat kerusakan, periode ketika tanaman rentan, tingkat ambang ekonomi.

2. Langkah-langkah pencegahan. Langkah selanjutnya analisis praktek budidaya, selangkah demi selangkah. Dengan pengetahuan tentang hama atua patogen yang diperoleh selama definisi masalah, orang bias mengetahui apakah praktek budidaya dapat diubah untuk membatasi berkembangnya patogen. Sumber informasi utama dapat diperoleh dari petani.

3. Langkah-langkah pengendalian. Langkah-langlah pengendalian yang khusus dipertimbangkan, dimulai dari langkah-langkah yang lebih lemah dan kemudian ke yang lebih kuat yang lebih memiliki efek samping lingkungan.

Dalam pengendalian hayati banyak hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan sifatnya yang ekologis dan berkelanjutan. Secara garis besar konsep pengendalian penyakit secara hayati  meliputi hal-hal berikut ini :

1. Mengenal OPT dan memahami faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekobiologi dan epidemiologinya.

2. Memahami situasi pada saat tertentu, seperti tanda-tanda terjadinya eksplosi, apakah proses penularan penyakit berlangsung biasa atau lambat

Page 43: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

3. Menghindari terjadinya lingkungan yang kondusif untuk perkembangan dan penularan penyakit, misalnya drainase jelek, tumpukan tanaman inang, tanaman yang tidak terpelihara. Keberdaan dan efektifitas agensia hayati dikaitan dalam kondisi seperti ini kurang memberi keuntungan

4. Memanfaatkan proses pengendalian alami yang berorientasi pada keseimbangan biologi dan ekosistem, maka agensia hayati harus dipantau untuk mempertahankan dan meningkatkan peranannya dalam jangka waktu tertentu

5. Karena konsep ini mengait dengan system, maka partisipasi dan kepedulian dari pihak-pihak disiplin ilmua terkait perlu ada, sebaiknya secara institusional

6. Sebagai salah satu alternatif dari PHT, pengendalian hayati harus kompatibel dengan komponen lain, dengan catatan khusus terhadap pestisida sintetis.

7. Pengendalian hayati sebagai satu sub- system yang efektif dapat terwujud dengan mengembangan pengadaan dan proses sub-komponen utama antagonistic, bahan organik, rotasi dengan tanaman/tumbuhan yang bermanfaat

8. Melakukan eksploirasi, identifikasi, efikasi, perbanyakan dan aplikasi yang sistematik dari antagonis potential

9. Mengidupkan informasi dua arah antara pengguna, penyuluh dan sumber teknologi pengendalian hayati

10. Memasukkan komponen lain (mekanik, pestisida dan lain-lain) pada situasi epidemik dan pertimbangan lain yang memerlukan tindakan khusus

1. 7. Beberapa Agen Pengendali Hayati 1. Parasit Telur Telenomus

Parasit telur Telenomus (Telenomus rowani; Hymenoptera; Scelionidae) merupakan parsit kecil berwarna hitam yang memparasiti telur-telur pengerek batang padi. Tingkat parasitasi tabuhan telenomus dilapangan adalah antara 36%-90% kelomok telur penggerek batang padi.

1. Parasit Trichogramma

Parasit Trichogramma (Trichogramma japonicum; Hymenoptera; Trichogrammitidae) ini berwarna hitam, lebih kecil dari semut. Hama ini sering muncul dari kelompok telur pengerek batang. Tingkat parsitasi dilapangan berkisar antara 40% kelomok telur penggerek batang padi.

1. Jangkrik Ekor Pedang

Jangkrik ekor pedang (Metioche vittaticollis atau Anaxpha longipennis; Orthroptera: Gryllidae) merupakan jangkrik pemangsa. Jangkrik ini disebut jangkrik ekor pedang karena memiliki ekor seperti pedang. Jangkrik ekor pedang muda pun merupakan pemangsa kelompok telur pengerek batang padi (Santoso, 2009).

1. 4. Lycosa sp.

Lycosa sp. umumnya terdapat di pertanaman padi sawah pada awal pertumbuhan vegetative dan memangsa hama sebelum populasi hama tersebut meningkat hingga aras yang merusak. Laba-laba jenis ini mampu membunuh 2-3 ngengat setiap hari (Harsanti et al., 2000)

1. Trichoderma spp.

Page 44: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Trichoderma koningi mempunyai daya antogonistis terhadap Rigidoporus microporus. pengamatan secara mikroskopis menunjukan miselia T. koningi akan membelit keseluruhan hifa dari R. microsporus sehingga penetrasi dari miselia patogen tidak terjadi dan T koningi akan tumbuh di daerah pertumbuhan hifa inang patogen tersebut. Selain itu, berbagai jenis mikroorganisme juga telah dipastikan aktif mengendalikan patotogen penyebab penyakit baik secara alami maupun dengan aplikasi (Istikorini, 2002).

1. Prospek Pengendalian Hayati

Prospek pengendalian hayati perlu ditinjau dari berbagai aspek, terutama aspek teknis sejak kegiatan di laboratorium dan rumah kaca. Jumlah dan jenis penelitian yang sudah diperoleh oleh ahli-ahli di bidang pengendalian hayati sangat besar pada tingkat laboratorium dan rumah kaca, namun hanya sebagian kecil saja yang telah dimanfaatkan di tingkat lapangan dalam skala ekonomi. Hal ini tidak perlu menjadi alasan untuk menyatakan bahwa prospek pengendalian hayati dalam praktek kecil atau kurang relevan.

Keanekaragaman dari mikrooragnisme yang antagonistik dan kekayaan sumberdaya alam di Indonesia, sebenarnya menjanjikan peluang yang cukup besar untuk dimanfaatkan dalam pengendalian hayati penyakit tanaman.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 6 tahun 1995 pasal 4 tentang Perlindungan tanaman disebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan dan atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya alam atau lingkungan hidup (Suniarsyih, 2009). Untuk maksud tersebut yang paling cocok pertanian untuk masa depan adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Adapun definisi pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Dalam pertanian berkelanjutan perlindungan tanaman harus dilakukan dengan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) (Istikorini, 2002).

Pengendalian secara hayati merupakan cara pengendalian yang lebih ramah lingkungan dbandingkan dengan pemakaian pestisida. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas pengendalian OPT secara hayati dapat digunakan sebagai salah satu komponen dalam pengendalian hama secara terpadu (PHT).

Kesimpulan

Dari uraian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengendalian secara hayati berupaya untuk mempertahankan dan meningkatkan sumberdaya alam serta memanfaatkan proses-proses alami.

2. Penelitian tentang pengendalian OPT secara hayati tidak bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dalam jangka pendek, namun untuk mencapai tingkat produksi stabil dan memadai dalam jangka panjang

Page 45: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

3. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup terhadap OPT dengan penyakit yang ditimbulkannya terutama kalau dikaitan dengan tanaman inang, pola tanam, system pertanian, daya dukung lahan dan system pengendalian pada waktu tertentu perlu diantisipasi dengan cermat dan baik.

4. Dalam menerapkan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsur-unsur terkait (peneliti/pakar, penyuluh/petugas proteksi tanaman, petani, tokoh masyarakat, pengambil keputusan perlu terpadu dengan aktif.

5. Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan kesempatan sebagai komponen yang kuat dalam PHT akan terwujud dengan menggiatkan koordinasi untuk melakukan eksplorasi, pengadaan agensia, penggunaan di lapangan dan evaluasi terus menerus.

6. Peluang dan prospek pengendalian hayati penyakit tanaman cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia.

Ucapan Terima Kasih

Syukur Alhamdulillah kita ucapkan kepada Allah SWT. karena dengan rahmat dan ridhoNya, makalah ini dapat diselesaikan. Dalam penulisan makalah ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Amri dan Rosiya.2. Prof. Ir. Urip Santoso, S.Ikom., M.Sc., Ph.D.3. Dwinardi Apriyanto, Ph.D.

Daftar Pustaka

Anonim. 2002. Prospek pertanian organik di Indonesia. http:// www.litbang.deptan.go.id/berita/one/17/ . 3 Maret 2010.

Anonim, 2008. Pestisida sintetis dan bahayanya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. http://www.pertaniansehat.or.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=66. 3 Maret 2010

Anonim, 2009. Bahaya residu pestisida http://forum.travian.co.id/showthread.php?t=13301. 3 Maret 2010

Basukriadi, A. 2003. Pengendalian hayati. http://ebook.ut.ac.id. 3Maret 2010.

Emalinda, O., A.P. Wahyudi dan Agustian. 2003. Pengaruh herbisida glifosat terhadap pertumbuhan dan keragaman mikroorganisme dalam tanah serta pertumbuhan tanaman kedelai (Glicune max (L.) Merr.) pada ultisol. Stigma. Vol. XI. 309-314.

Harsanti, E.S., Poniman, S.Y. Jatmiko dan P. Sanjoto. 2000. Peranan laba-laba dalam menekan hama penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas di wilayah Kabupaten Pati. Hal 365-369. Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Arthropoda Pada Sistem Produksi Pertanian. Cipayung, 16-18 Oktober 2000.

Istikorini, Y.  2002. Pengendalian penyakit tumbuhan secara hayati yang ekologis dan berkelanjutan. http://rudyct.com/PPS702-ipb/05123/yunik_istikorini.htm. 3 Maret 2010.

Page 46: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Mulyaman, 2008. Sinergisme sistem perlindungan tanaman, tantangan dan peluang penanganan opt untuk akses pasar. http://smulyaman.blogspot.com/2010/01/jadwal-hari-ini-12-januari-2010.html. 3 Maret 2010.

Santoso, 2009. Predator, musuh alami yang berguna. http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbpp_binuang/publikasi/edisiIII09/edisiIII09-3.pdf. Maret 2010

Saptana , T. Panaji, H. Tarigan dan A. Setianto. 2010. Analisis Kelembagaan pengendalian hama terpadu mendukung agribisnis kopi rakyat dalam rangka otonomi daerah http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/%283%29%20soca-saptanadkk-kelembagaan%20hpt%281%29.pdf . 9 Maret 2010

Setyono, A. B., 2009. Kajian pestisida terhadap lingkungan dan kesehatan serta alternatif solusinya. http://wongtaniku.wordpress.com/2009/04/26/kajian-pestisida-terhadap-lingkungan-dan-kesehatan-serta-alternatif-solusinya/. 18 Maret 2010

Suniarsyih, N. S, 2009. Pengendalian hama penyakit dan gulma secara terpadu (PHPT). http://wibowo19.wordpress.com/2009/01/18/pengendalian-hama-penyakit-dan-gulma-secara-terpadu-phpt/. Maret 2010.

Tobing, M.C. 2009. Keanekaragaman hayati dan pengelolaan serangga hama dalam agroekosistem. http://www.usu.ac.id/Pidato%20Pengukuhan%20Guru%20Besar_M_Cyccu.pdf. 3 Maret 2010

Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wiyono, S. 2007. Perubahan iklim dan ledakan hama dan penyakit tanaman. http://www.deptan.go.id/setjen/humas/berita/Serangan%20OPT.htm. Maret 2010

Ekonomi Makro dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang

22.44.00    No comments

Secara umum, ilmu ekonomi berguna karena ia memberikan petunjuk-petunjuk mengenai kebijaksanaan apa yang bisa diambil untuk menanggulangi suatu permasalahan ekonomi tertentu. Ekonomi makro, sebagai satu cabang dan ilmu ekonomi, berkaitan dengan permasalahan kebijaksanaan tertentu, yaitu permasalahan kebijaksanaan makro.Tugas pengendalian makro adalah juga mengusahakan agar perekonomian bisa bekerja dan tumbuh secara seimbang, terhindar dan keadaan-keadaan yang bisa mengganggu keseimbangan umum tadi. Pengelolaan yang lebih khusus atas masing-masing sektor perekonomian bukan bagian dan tugas pengendalian makro, meskipun menjaga keseimbangan antara masing-masing sektor termasuk di dalam tugas tersebut.

Permasalahan Ekonomi Makro

Page 47: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Secara garis besar, permasalahan kebijaksanaan makro mencakup dua permasalahan pokok:a. Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana “menyetir” perekonomian nasional dan bulan ke bulan, dan triwulan ke triwulan atau dan tahun ke tahun, agar terhindar dan tiga “penyakit makro” utama yaitu:1) Inflasi Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak dialami oleh hampir semua negara. Yang dimaksud dengan inflasi adalah suatu keadaan kecenderungan kenaikan harga-harga secara umum dan terus-menerus. Oleh sebab itu, kondisi semacam itu dianggap sebagai masalah dan tidak diperlukan kebijakan khusus untuk mengatasinya. Walaupun tidak secara otomatis menurunkan standar hidup, inflasi tetap merupakan masalah, karena dapat mengakibatkan redistribusi pendapatan di antara anggota masyarakat, dapat menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi, dan dapat menyebabkan perubahan output dan kesempatan kerja dalam masyarakat.Tingkat KeparahanInflasi Ringan berada dibawah 10% per tahunInflasi Sedang berada 10% - 30% per tahunInflasi Berat berada 30% - 100% per tahunPenyebab Inflasi

1.   Demand Pull Inflation. Inflasi ini disebabkan kelebihan permintaan atas barang / jasa dan sering disebut sebagai inflasi sisi permintaan.

2.   Cost-Push Inflation. Kenaikan biaya produksi Penyebab Inflasi

1.   Jumlah Uang Yang Beredar Dimasyarakat2.   Administered Prices adalah harga barang dan jasa tertentu yang tingkat harganya ditentukan

secara sepihak  oleh pemerintah atau BUMN3.   Supply shock misalnya kekeringan, wabah ternak, gagal panen, harga minyak dunia dll

Cara Mengendalikan Inflasi1.   Kebijakan moneter adalah kebijakan yang berasal dari bang sentral dalam mengatur jumlah uang

yang beredar melalui instrumen –instrumen yang dimiliki bank sentral.2.   Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berasal dari pemerintah dengan mempengaruhi

perekonomian melalui perubahan pengeluaran dan penerimaan pemerintah.3.   Kebijakan lainya diantaranya : peningkatan Produksi, kebijakan upah, pengawasan harga.

2) PengangguranPengangguran terjadi karena jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja melebihi tingkat kesempatan kerja yang tersedia. Berdasarkan tingkat pengangguran, dapat diketahui apakah perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) atau tidak. Secara teoretis perekonomian dianggap mencapai tingkat kesempatan kerja penuh apabila tenaga kerja yang tersedia seluruhnya digunakan. Di negara kita upaya untuk menekan tingkat pengangguran dilakukan melalui pengendalian tingkat pertumbuhan penduduk. Program keluarga berencana merupakan salah satu alternatif untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Hal ini disebabkan pembangunan ekonomi tidak mempunyai arti jika dibarengi dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi.

3) Ketimpangan dalam neraca pembayaran.Neraca pembayaran adalah neraca yang memuat ikhtisar dari segala transaksi yang terjadi antara penduduk suatu negara dan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu, dan biasanya

Page 48: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

satu tahun. Transaksi-transaksi yang terdapat dalam neraca pembayaran menyangkut barang-barang dan jasa, dalam bentuk ekspor atau impor, transaksi finansial, seperti pemberian atau penerimaan kredit kepada atau dari negara lain, penanaman modal di luar negeri dan transaksi-transaksi yang bersifat unilateral, seperti pembayaran transfer dari orang-orang yang tinggal di luar negeri. Ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran suatu negara dapat dikatakan merupakan masalah apabila ketidakseimbangan tersebut cukup besar. Jika kenyataan itu terjadi, diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatasinya. Dalam jangka panjang permasalahan ekonomi makro menyangkut persoalan pertumbuhan di bidang ekonomi. Masalah ini pada dasarnya menyangkut bagaimana mengatur perekonomian agar terdapat keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi.

b. Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan. Masalah ini adalah mengenai bagaimana kita “menyetir” perekonomian kita agar ada keserasian antara pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi. Perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).

Sumber Kenaikan Pertumbuhan EkonomiPertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDPriil per kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara.Kenaikan GDP dapat muncul melalui:

1.   Kenaikan penawaran tenaga kerjaPenawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.

2.   Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusiaKenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi dalam modal sumber daya manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.

3.   Kenaikan produktivitasKenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi. (Case dan Fair, 1999;326)

Page 49: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Pada asasnya masalahnya juga berkisar pada bagaimana menghindari ketiga penyakit makro di atas, hanya perpektif waktunya adalah lebih panjang (lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun).

Dalam analisa jangka pendek faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah atau tidak bisa kita ubah:

(a) Kapasitas total dan perekonomian kita. Kegiatan investasi dalam jangka pendek, masih mungkin dilakukan, tetapi ha nya dalam arti khusus, yaitu sebagai pengeluaran investasi berupa penambahan stok barang jadi, setengah jadi atau pun barang mentah di dalam gudang para pengusaha, dan pengeluaran oleh perusahaan-perusahaan untuk pembelian barang-barang modal (mesin-mesin, konstruksi gedung-gedung dan sebagainya). Tetapi yang perlu diingat, “jangka pendek” yang kita maksud di sini adalah begitu pendek sehingga pengeluaran (pembelian) barang-barang modal tersebut beleum bias menambah kapasitas produksi dalam periodesasi tersebut. (Yaitu mesin-mesin sudah dibeli tapi belum dipasang).

(b) Jumlah penduduk dan jurnlah angkatan kerja. Dalam suatu triwulan misalnya, jumlah-jumlah mi praktis bisa dianggap tidak berubah.(c) Lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi yang ada.

Selanjutnya dari segi teori, apabila kita ingin “menyetir” perekonomian kita dalam jangka pendek, kita harus melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat jangka pendek pula, misalnya dengan jalan :

1. Menambah jumlah uang yang beredar,2. Menurunkan bunga kredit bank,3. Mengenakan pajak import,4. Menurunkan pajak pendapatan atau pajak penjualan,5. Menambah pengeluaran pemerintah,6. Mengeluarkan obligasi negara dan sebagainya.

Kebijaksanaan-kebinksanaan semacam ini mempunyai ciri umum bahwa kesemuanya bisa dilakukan tanpa harus mengubah ketiga factor tersebut di atas.Jadi seandainya kita menginginkan kenaikan produksi dalam jangka pndek, kita bisa melakukannya dengan, misalnya:

1. Memperlancar distribusi bahan-bahan mentah kepada para produsen,2. Mendorong pcngusaha untuk mempergunakan pabrik-pabriknya secara lebih intensif

(menambah giliran kerja/shift),3. Memberikan kerja lembur kepada para karyawan dan sebagainya.

Kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam ini bisa menaikkan arus produksi barang/jasa tanpa mengubah ketiga faktor di atas. Kesemuanya ini adalah kebijakilnaan-kebijaksanaan jangka pendek. Dan kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam inilah yang sering diandalkan untuk tujuan stabilisasi.Meskipun demikian perlu kita catat di sini bahwa dalam praktek yang berkaitan antara masalah jangka pendek dan masalah jangka panjang, adalah sangat erat, terutama bagi negara-negara

Page 50: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

sedang berkembang. Dengan lain kata, kita seringkali tidak bisa mengkotakkan secara jelas mana yang jangka pendek dan mana yang jangka panjang.Di banyak negara-negara sedang berkembang, kita tidak bisa melakukan kebijaksanaan stabilisasi yang terlepas dan kebijaksaanaan pembangunan ekonomi (jangka panjang). Seringkali kebijaksanaan-kebijaksanaan jangka pendek yang kita sebutkan di atas, meskipun kita Iaksanakan secara setepat-tepatnyapun, tidak bisa menghilangkan secara tuntas penyakit makro, seperti inflasi dan pengangguran yang diderita oleh masyarakat dalam jangka pendek. Sebabnya adalah bahwa di negara-negara tersebut seringkali penyakit iniflasi dan pengangguran tersebut berakar pada sebab-sebab “sturuktural,” yaitu pada

Dddddddddd

SulhanSetiawan.com

RUMAH KONTAK Tutorial Delphi BLOG SHOP

Merancang Rangkaian Matriks LEDDipost oleh Sulhan Setiawan

9 Agustus 2010

Matriks LED adalah sejumlah LED yang disusun dalam kolom dan baris. LED-LED ini kemudian digunakan untuk menampilkan gambar-gambar atau tulisan yang biasanya ditampilkan dengan efek animasi tertentu. Oleh karena itu, matriks LED sering disebut sebagai Running Text atau Moving Sign.

Menyusun LED sebagai matriks

MXLED merupakan simulator dari rangkaian matriks LED. Dengan simulator ini, kita bisa mencoba program pengendali matriks LED walaupun tanpa hardware. MXLED membuat

Page 51: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

matriks LED dengan cara menyusun LED pada jalur-jalur vertikal dan jalur-jalur horisontal. Kita harus menyediakan jalur horisontal sebanyak jumlah baris (kita buat delapan baris). Kemudian, kita juga membuat jalur vertikal sebanyak jumlah kolom. Susunan jalur-jalur vertikal dan horisontal tersebut adalah seperti gambar berikut:

Jalur Vertikal dan Horisontal

Jalur-jalur vertikal dan horisontal tersebut tidak saling terhubung. Kemudian, pada setiap titik pertemuan antara jalur vertikal dan horisontal tersebut, pasanglah sebuah LED dengan cara menghubungkan anoda ke jalur horisontal dan katoda ke jalur vertikal. Pemasangan LED tersebut adalah seperti gambar berikut:

Pemasangan LED

Page 52: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Dengan memasang LED seperti di atas, LED yang menyala adalah LED dimana anodanya terhubung pada jalur horisontal yang tinggi (1) dan katodanya terhubung pada jalur vertikal yang rendah (0). Hanya ada satu jalur vertikal yang rendah pada satu waktu, sedangkan jalur-jalur lainnya harus tetap tinggi. Jalur vertikal yang rendah ini kita sebut sebagai kolom aktif. Berbeda dengan jalur vertikal, jalur horisontal yang terdiri dari delapan baris ini boleh bernilai tinggi atau rendah tanpa harus memperhatikan jalur-jalur horisontal lainnya.

Pengendali horisontal

Untuk memberi tegangan pada jalur horisontal ini, kita tidak bisa secara langsung menyambungkannya ke port. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan arus listrik yang cukup besar. Oleh karena itu, jalur-jalur horisontal diberi catu daya menggunakan transistor PNP seperti gambar berikut:

Catu daya untuk jalur horisontal

Setiap Jalur horisontal diberi transistor seperti gambar di atas. Dengan cara seperti ini, untuk membuat agar jalur horisontal bisa memberi arus pada LED, maka basis harus diberi kondisi rendah (0). Sedangkan jika basis diberi kondisi tinggi, maka jalur justru tidak bisa memberikan arus untuk LED.

Pengendali vertikal

Seperti jalur horisontol, jalur vertikal juga tidak bisa dikendalikan secara langsung menggunakan port. Hal ini disebabkan oleh jumlah arus yang harus dibenamkan ke ground yang cukup besar. Oleh karena itu, kita bisa menggunakan transistor NPN untuk membenamkan arus dari jalur-jalur vertikal ini. Cara pemasangannya adalah seperti gambar berikut:

Page 53: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Sink arus jalur vertikal

Setiap jalur vertikal dikendalikan menggunakan transistor seperti gambar di atas. Jika basis diberi kondisi tinggi (1), maka jalur akan menjadi jalur (kolom) aktif. Sebaliknya jika basis diberi kondisi rendah (0), maka jalur menjadi kolom tidak aktif.

Seperti telah disebutkan di atas, hanya ada satu kolom saja yang boleh aktif, sedangkan kolom lainnya harus tidak aktif. Ada banyak IC yang keluarannya bekerja seperti itu. Salah satu yang paling murah adalah 4017.

Pengendalian kolom menggunakan IC 4017

Sayang sekali bahwa IC ini hanya memiliki 10 keluaran. Dengan demikian, kita hanya bisa membuat pengendalian untuk 10 kolom

Tenang, kita bisa menggunakan trik lain untuk memperlebar kemampuan pengendalian 4017 ini. Caranya adalah dengan membuat blok-blok kolom. Kolom-kolom dikelompokkan menjadi blok-blok kolom. Setiap blok kolom terdiri dari 10 kolom. Kolom-kolom pada setiap blok kolom diberi nomor dari 0 hingga 9. Jadi, kolom 0 adalah kolom 0 dari blok 0, kolom 10 adalah kolom 0 dari blok 1, kolom 21 adalah kolom 1 dari blok 2, dan seterusnya.

Setiap basis dari kolom dengan nomor sama digabungkan menjadi satu dan dikendalikan oleh sebuah keluaran dari 4017. Sebagai contoh, basis dari kolom 0 dihubungkan dengan basis dari kolom 10, kolom 20, kolom 30, dan seterusnya. Kemudian basis-basis yang telah menjadi satu ini, dikendalikan oleh Q0 dari 4017.

Page 54: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Blok-blok kolom

Dari gambar di atas, bisa kita lihat bahwa walaupun basis dari kolom 0 dan kolom 10 dikendalikan secara bersamaan, akan tetapi kolom yang bisa membenamkan arus hanya kolom dengan blok yang sedang aktif. Terlihat bahwa cara mengendalikan “kolom” maupun “blok kolom” adalah sama. Jika jumlah blok kolomnya sedikit, maka pengendali blok kolom bisa dilakukan secara langsung menggunakan port dari mikrokontroler. Akan tetapi jika jumlah blok kolomnya cukup banyak, maka blok-blok kolom tersebut juga bisa dikendalikan menggunakan 4017 yang lain. Jadi, kita menyusun 4017 secara bertingkat, yaitu 4017 satuan (pengendali kolom) dan 4017 puluhan (pengendali blok kolom). Dan jika jumlah blok kolom inipun lebih dari 10, maka kita bisa membuat tingkat berikutnya, yaitu 4017 tingkat ratusan.

Untuk menyusun 4017 secara bertingkat seperti di atas, adalah dengan menghubungkan keluaran carry dari 4017 tingkat satuan sebagai masukan clock bagi 4017 tingkat puluhan. Dan jika ada 4017 tingkat ratusan, maka carry dari 4017 tingkat puluhan digunakan sebagai masukan clock bagi 4017 tingkat ratusan. Begitu seterusnya. Sedangkan masukan reset dari semua 4017 digabungkan menjadi satu. Dengan demikian, keseluruhan sistem pengendalian kolom hanya membutuhkan dua jalur kendali, yaitu masukan clock (merupakan masukan clock 4017 tingkat satuan) dan masukan reset (gabungan dari semua reset 4017). Jadi, penyusunan matriks LED seperti ini tepat sama dengan simulasi MXLED.

Perhitungan Arus Listrik

Dari penjelasan-penjelasan di atas, kita bisa melihat bahwa ada tiga macam transistor dilihat dari posisinya. Pertama adalah transistor pengendali baris, kedua adalah transistor pengendali kolom (satuan), dan transistor pengendali blok kolom (puluhan). Tentu saja perhitungan ini dengan asumsi bahwa jumlah kolom tidak lebih dari 100 kolom.

Page 55: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

Perhitungan arus transistor pengendali horisontal

Jika setiap LED menggunakan arus sebesar I, maka jumlah maksimal total arus yang melewati transistor pengendali baris adalah I x jumlah kolom. Sebagai contoh, jika setiap LED kita rancang untuk menggunakan arus sebesar 5mA dan jumlah kolomnya adalah 30 kolom, maka transistor pengendali baris harus bisa mengalirkan arus sebesar 5 x 30 = 150mA.

Pertanyaan selanjutnya adalah, berapa nilai resistor kolektor untuk transistor tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat jalur arus dari catu daya hingga sampai ke ground. Pertama, catu daya masuk melalui emitor dari transistor PNP menuju kolektornya. Kemudian melewati resistor kolektor, terus masuk ke dalam LED, masuk ke kolektor pengendali kolom, kemudian masuk ke kolektor pengendali blok kolom.

Jika catu daya yang digunakan sebesar 5V, berapakah tegangan jepit pada resistor? Tegangan pada resistor adalah 5V – V pada LED – VCE tansistor pengendali baris – VCE transistor pengendali kolom – VCE transistor pengendali blok kolom. Tegangan jepit LED biasanya sekitar 1,7V, akan tetapi ada beberapa jenis LED yang memiliki tegangan jepit hingga 3V. Sedangkan VCE transistor dalam keadaan saturasi biasanya adalah sekitar 0,3V. Kita anggap bahwa kita menggunakan LED biasa dengan tegangan jepit 1,7V. Jadi, tegangan jepit pada resistor adalah 5 – 1,7 – (3 x 0,3) = 2,4V.

Setelah kita mengetahui tegangan jepit pada resistor kolektor transistor pengendali baris, untuk menghitung besarnya resistor tersebut adalah R = V / I = 2,4V / 150mA = 16 ohm. Sayang sekali bahwa mungkin kita akan sulit memperoleh nilai 16 ohm ini. Jadi kita bisa menggunakan nilai yang sedikit lebih rendah, misalnya 15 ohm, sehingga arus pada LED akan sedikit lebih tinggi, atau menggunakan yang sedikit lebih tinggi, misalnya 18 ohm, sehingga arus pada LED akan sedikit lebih rendah.

Hal yang harus sangat diperhatikan pada rancangan matriks LED seperti ini adalah, bahwa perhitungan tersebut adalah perhitungan arus jika scanning sedang berjalan. Jika scanning tidak berjalan, maka arus sebesar 150mA tersebut akan masuk pada satu LED saja Dan arus sebesar ini bisa dipastikan akan menghancurkan LED tersebut. Jadi, kita harus mengambil langkah pencegahan agar arus hanya boleh berjalan jika scanning pada kolom telah berjalan. Sedikit kabar gembiranya adalah, jika kita menggunakan MCS-51 sebagai pengendalinya, maka pada saat reset (proses scanning tidak berjalan) port selalu dalam keadaan tinggi. Jadi, jika basis pengendali baris dihubungkan ke port MCS-51, maka pada saat reset bisa dipastikan bahwa arus belum akan berjalan pada matriks LED. Meskipun demikian, Anda harus memastikan bahwa program tidak akan hang. Karena jika program hang dan proses scanning terhenti, maka itu artinya bencana untuk matriks LED Anda. Dan jika Anda belum yakin bahwa program Anda bisa berjalan mulus, maka Anda bisa mengurangi arus LED agar jika proses scanning tidak berjalan pun, arus yang mengalir masih cukup kecil untuk mampu ditanggung oleh sebuah LED.

Untuk menghitung nilai resistor basis transistor pengendali baris, kita hanya memperhitungkan agar transistor tersebut bekerja sebagai transistor switch, yaitu agar arus yang mengalir adalah arus jenuh. Dengan perhitungan arus kolektor sebesar 150mA, maka kita bisa menggunakan

Page 56: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

transistor C9012 yang memiliki penguatan arus sekitar 150. Kita bisa mengambil nilai 100 agar lebih aman. Dengan penguatan 100 dan arus kolektor sebesar 150mA, maka arus basis harus sekitar 1,5mA. Tegangan jepit pada resistor basis adalah sekitar 5V – VBE, dimana VBE adalah sekitar 0,7V. Jadi, tegangan jepit pada resistor basis adalah sekitar 4,3V. Dengan demikian, nilai resistor basis adalah 4,3V / 1,5mA = 2K8. Dan lagi-lagi bahwa nilai ini bukan nilai yang tersedia. Jadi kita bisa sedikit mengurangi nilainya menjadi angka terdekat yang tersedia, yaitu 2K7.

Perhitungan arus transistor pengendali kolom

Pengendali kolom akan membenamkan arus sebanyak jumlah baris pada kolom tersebut. Dan kita telah menentukan bahwa jumlahnya adalah delapan baris. Jika kita telah menentukan bahwa arus LED adalah 5mA, maka arus maksimal yang akan dibenamkan oleh transistor pengendali kolom adalah 8 x 5mA, yaitu 40mA. Dengan nilai sebesar ini, kita cukup menggunakan transistor C9013 untuk pengendali kolom. Penguatan transistor C9013 juga sekitar 150. Dan seperti sebelumnya, kita mengambil angka aman menjadi 100 saja. Dengan penguatan sebesar 100 dan arus kolektor sebesar 40mA, maka arus basis pada transistor pengendali kolom adalah sebesar 0,4mA.

Tegangan jepit pada resistor basis pengendali kolom adalah tegangan keluaran dari 4017 dikurangi 2x tegangan VBE. Jika kita menggunakan catu daya 5V, maka tegangan keluaran 4017 adalah sekitar 4,8V. Jadi, tegangan jepit pada resitor basis adalah sekitar 4,8 – 2 x 0,7 = 3,4V. Dengan demikian, nilai resistor basis transistor pengendali kolom adalah 3,4V / 0,4mA = 8K5. Dan lagi-lagi, nilai ini bukan nilai yang tersedia. Jadi, gunakan saja nilai 8K2.

Perhitungan arus transistor pengendali blok kolom

Transistor pengendali blok kolom akan membenamkan arus sebanyak arus pada transistor pengendali kolom x 10, yaitu 10 x 40mA = 400mA. Dari datasheet, C9013 memiliki arus kolektor maksimum sebesar 500mA. Jadi, kita masih bisa menggunakan C9013 untuk pengendali blok kolom.

Tegangan jepit pada resistor basis pengendali blok kolom adalah tegangan yang digunakan untuk mengendalikan transistor ini dikurangi 1x tegangan VBE. Jika kita juga menggunakan 4017 untuk pengendali blok kolom, maka tegangan jepit pada resistor basis pengendali blok kolom adalah sekitar 4,8 – 0,7 = 4,1V. Dengan demikian, nilai resistor basis pengendali blok kolom adalah 4,1V / 4mA = 1K.

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN   PROYEK

Sistem Pengendalian Proyek

Kegiatan:1.memahami pengertian dan karakteristik proyek

Page 57: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

2.Memahami lingkungan pengendalian proyek3.Memahami perencanaan proyek4.Memahami pelaksanaan proyek5.Memahami evaluasi proyek

1.Memahami pengertian dan karakteristik ProyekContoh:proyek kontruksi gedung,pembangunan kembali gedung,pengmbangan produk baru,penelitian dan pengembangan,pengembangan dan pemasangan sistem informasi,renovasi gedung.Proyek adalah suatu bentuk kegiatan yang dimulai pada tertentu dan akan berakhir pada waktu yg telah ditentukan dgn mengalokasikan sumber daya ttt untuk melaksanakan tugas dgn sasaran yg jelas.Karakteristik proyek:– Memiliki tujuan yg khusus,produk akhir atau hasil kerja akhir– Jumlah biaya,sasaran jadwal serta kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan telah ditentukan– Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas.titik awal dan titik akhir telah ditentukan dengan jelas– Non rutin,tdk berulang,jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

2. .Memahami lingkungan pengendalian proyekSTRUKTUR ORGANISASI PROYEK

1. proyek merupakan organisasi sementarra,dimana satu tim dibentuk untuk menjalankan proyek dan segera dibubarkan apabila proyek selesai.2.anggota tim dibentuk dari organisasi sponsor proyek,dapat direkrut khusus untuk proyek tsb.3.atau karyawan dari organisasi luar yg mendapat kontrak untuk melaksanakan proyek.4.jika proyek melibatklan kontraktor luar,manajemen proyek harus membuat aturan yg jelas dgn para personil kontraktor tsb.ORGANISASI MATRIK1. apakah yg dimaksud dgn organisasi matrik dalam suatu proyek?2. yaitu jika anggota tim proyek (pegawai dari organisasi sponsor proyek),mereka mempunyai dua atasan yaitumanajer proyek dan manajer departemen fungsional3. misal:dlm proyek reparasi besar sebuah kapal,tenaga kerja diambil dari berbagai departemen fungsional di galangan kapal,n mereka hanya bekerja di proyek jika keahlian mereka dibutuhkan.loyalitas mereka tetap pada departemen fungsional.4. apakah mereka bekerja penuh pada proyek/tdk,keputusan bergantung pada manajer departemen fungsional,dalam hal ini manajer proyek tdk memiliki wewenang penuh atas anggotanya.5. manajer proyek ingin semua anggota tim memberi perhatian penuh kepada proyek,dan manajer departemen fungsional harus mempertimbangkan semua proyek yg melibatkan sumber dayanya,hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan dan potensial untuk menimbulkan ketegangan.

Jika proyek melibatkan kontaktor luar,tingkat pengasan tambahan harus ada terhadap proyek tsbBentuk persetujuan kontraktual:

Page 58: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

1. harga tetap/fixed price contact2 pengeluaran biaya/cost-reimbursement contractad1:– ada persetujuan untuk menyelesaikan kegiatan ttt dengan tgl yg telah ditetapkan pd harga ttt.– Biasanya ada penalti jika pekerjaan tersebut tdk bisa diselesaikan sesuai kesepakatanMisal jika kontraktor kondisi tdk layak,order perubahan bisa dikeluarkan.dan pihak sponsor maupun kontraktor harus setuju atas spesifikasi hasil akhir,implikasi biaya yg terjadi atas perubahan tsb.– Pada kontrak harga ini,sponsor bertanggung jawab thd pemeriksanan kualitas dan kuantitas pekerjaan untuk menjamin bhw pekerjaan tsb telah sesuai dgn yg ditentukan.Ad2:– Pd kontrak pengeluaran biaya ini,sponsor menyetujui membayar biaya yg layak ditambah suatu keuntungan– Sponsor mempunyai tanggung jawab terhadap biaya dan karenanya diperlukan spm.

STRUKTUR INFORMASIFokus informasi pengendalian manajemen pd keg.rutin ad/ pada pusat pusat pertanggungjawaban,pada pekerjaan yg dilaksanakan serta realisasi biaya dalam periode waktu ttt.Pada sistem penmgendalian proyek,informasi terstruktur menurut elemen berikut:1.scope/spesifikasi hasil akhir2. jadwal atau waktu yg dibutuhkan3. biaya

3.Memahami perencanaan proyekSIFAT RENCANA PROYEK:terdiri dari bagian yg saling berhubungan yakni:1. scope, terdiri dari spesifikasi paket kerja dan nama orang serta organisasi unit penanggungjawabnya.2. jadwal, menyatakan waktu estimasi yg dibutuhkan untuk menyelesaikan masing masing paket kerja dan hubungan antar paket kerja.3. biaya,biasa disebut anggaran pengendalian. Anggaran pengendalian mempunyai kaitan penting engan perencanaan dan pengendalian kinerja,hal ini menunjukkan harapan sponsor akan pekerjaan yg dilakukan dan komitmen manajer proyek untuk menyelesaikan proyek sesuai dgn biaya yg ditetapkan.

4.Memahami pelaksanaan proyekPada dasarnya manajer berkepentingan dgn pertanyaan pertanyaan berikut ini:1. apakah proyek akan selesai sesuai jadwal yg telah ditentukan2. apakah pekerjaan yg telah selesai sesuai dengan perkiraan biaya3. jika dlm keg.proyek,jawaban atas salah satu pertanyaan diatas, adalah tidak,maka manajer perlu mengetahui sebabnya serta apa yg dpt dilakukan untuk memperbaiki situasi.Ketiga pertanyaan di atas saling berkaitan satu sama lain krn ada kalanya diperlukan pengorbanan antara biaya waktu dan kualitas conth: kerja lembur mungkin dibolehkan untuk menjamin penyelesaian waktu,tapi ini akan menambah biaya.

Page 59: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

SIFAT LAPORANLaporan terdiri dari tiga bentuk yaitu:1. laporan gangguan2. laporan kemajuan3. laporan keuanganad1:yaitu melaporkan kesulitan yg telah terjadi dan yg akan timbul di masa depanad2:yaitumembandingkan jadwal dan biaya sesungguhnya dgn biaya dan jadwal yg direncanakan.Ad3:Yaitu laporan akurat biaya proyek yg harus disusun jika ada kontrak pengeluaran biaya/cost-reimbursement.,sbg dasar pembayran kemajuan.,dan biasanya perlu untuk kontrak harga tetap sebagai dasar untuk jurnal akuntansi keuangan.PERSENTASE TINGKAT PENYELESAIANtingkat penyelesaian digunakan sebgai dasar perbandingan waktu sesungguhnya yg dikonsumsi dengan jadwal yg telah dibuat..dan biaya sesungguhnya dengan biaya yg dianggarkan.RINGKASAN KEMAJUANYaitu cara untuk mengukur pencapaian suatu tugas tertentu sehingga pengukuran pencapaian keseluruhan dapat dilakukan.Contoh:pendekatan yg sederhana adalah dgn menggunakan rasio jam orang kerja terhadap total jam orang kerja.

PUNCH LIST sponsor menyiapkan suatu daftar berbagai jenis proyek yg masih harus diselesaikan,termasuk kerusakan kerusakan yg harus diperbaiki..Pembayaran akhir biasanya tergantung pada persetujuan selesai/tidaknya pekerjaan.SUMBER INFORMASIKarena laporan tertulis bersifat uraian dan mudah dilihat,sehingga spm cenderung dipusatkan pada laporan ini.Dalam prakteknya,dokumen2 ini biasanya kurang penting dibandingkan dengan informasi yg dikumpulkan manajer melalui rapat reguler,inspeksi langsung di lapangan,melalui memo formal, sehingga manajer dapat mengenali masalha masalah yg tersembunyi.5.Memahami evaluasi proyekPada dasarnya ada 2 macam evaluasi yaitu:1 evaluasi kinerja2.evaluasi hasilad1:evaluasi kinerja memiliki dua aspek yaitu:-evaluasi manajemen proyek-evaluasi proses pengelolaan proyektujuan evaluasi ini ad/ untuk membantu dlm pengambilan keputusan terhadap manajer proyek contoh:promosi jabatan,pemberian penghargaan dan penugasan kembali

evaluasi thd proyek biasanya subjektif,hal ini krn pekerjaan pada suatu proyek urang bisa diukur dibandingkan dgn pekerjaan di pabrik

Page 60: Manajemen Strategi Proses Pengendalian s

ad2: kesuksesan proyek tdk dapat dievaluasi hingga waktu yg cukup serta memungkinkan untuk pengukuran manfaat dan biaya sesungguhnyauntuk banyak proyek ,evaluasi hasil cukup kompleks dengan kenyataan yakni manfaat yg diharapkan tdk disebutkan dalam tujuan,ukuran,dan juga manfaat sesungguhnya tidak dapat diukur.