Manajemen Sekolah Bermutu Dalam Kajian Sekolah Standar Nasional Dan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional I. Sekolah Berstandar Nasional A. Pendahuluan Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Sumberdaya manusia yang berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hampir semua bangsa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan yang dimilikinya, termasuk Indonesia. Tujuan pendidikan tidak hanya mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia berilmu, cakap, dan kreatif saja tetapi juga sehat, Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Manajemen Sekolah Bermutu Dalam
Kajian
Sekolah Standar Nasional Dan
Rintisan Sekolah Berstandar
Internasional
I. Sekolah Berstandar Nasional
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah modal utama
bagi suatu bangsa dalam upaya
meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia yang dimilikinya.
Sumberdaya manusia yang
berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi
layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, hampir semua bangsa berusaha
meningkatkan kualitas pendidikan yang dimilikinya, termasuk
Indonesia. Tujuan pendidikan tidak hanya mengembangkan potensi
peserta didik menjadi manusia berilmu, cakap, dan kreatif saja tetapi
juga sehat, mandiri, demokratis, bertanggung jawab, serta berakhlak
mulia. Untuk mewujudkan tujuan ini Pemerintah menetapkan standar
nasional pendidikan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan (SNP).
Dalam peraturan pemerintah ini dijelaskan bahwa Standar Nasional
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
Pendidikan meliputi : 1) standar isi, 2) standar kompetensi lulusan, 3)
standar proses 4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, 5)
standar sarana dan prasarana, 6) standar pengelolaan, 7) standar
pembiayaan, dan 8) standar penilaian pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 11 menjelaskan bahwa beban belajar untuk
SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur
pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit
semester/SKS. Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan
pendidikan yang menerapkan SKS ditetapkan oleh peraturan
menteri/Permen berdasarkan usul dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Pada ayat ini dijelaskan bahwa sekolah
khususnya SMA/MA/ SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sekolah kategori
standar dan sekolah kategori mandiri. Pengkategorian ini didasarkan
pada tingkat terpenuhinya SNP. Oleh karenanya Pemerintah dan
Pemerintah Daerah berupaya agar sekolah/madrasah yang berada
dalam kategori standar meningkat menjadi sekolah/madrasah kategori
mandiri.
B. Terminologi SSN
Dua istilah (terminologi) sekolah standar nasional/SSN dan
sekolah kategori mandiri/SKM sepertinya muncul secara simultan
dalam persekolahan kita. Konsep pendiriannya juga sama, hanya saja
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
SKM dipakai untuk jenjang pendidikan lanjutan (SMA) ketika proyek
percontohan dilakukan pada tahun-tahun pertama.Kini sama-sama
digunakan dengan term SSN. Sebagaimana sekolah kategori standar,
bahkan sekolah bertaraf internasional, SSN/SKM juga menggunakan
kurikulum resmi yang ditetapkan oleh pemerintah, yakni kurikulum
tingkat satuan pendidikan/KTSP. KTSP yang dikembangkan oleh
masing-masing sekolah berbasis pada kompetensi.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan yang berbasis pada
kompetensi mencakup berbagai hal seperti kurikulum, pedagogi, dan
penilaian menekankan pada standar atau hasil. Hasil belajar yang
berupa kompetensi dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran
yang dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup
strategi mengajar atau metode mengajar. Tingkat keberhasilan
pembelajaran yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil ujian
atau tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Suatu tipikal SKM itu
yakni pembelajarannya dibedakan pada tiga kategori: tatap muka,
tugas mandiri, dan penugasan mandiri nonterstruktur. Itu harus jelas
dan bisa diamati pada rencana pelaksanaan pembelajarannya (RPP)
secara eksplisit maupun inplisit. Di sinilah letak kemandiriannya bisa
terlihat. Saat kapan peserta didik mendapat bimbingan langsung oleh
pendidik (tatap muka), saat kapan ia harus berhadapan dengan
berbagai macam sumber belajar baik secara individual maupun
kelompok (tugas mandiri), dan saat kapan ia lebih jauh menggali dan
menggarap secara tekun tugas yang lebih luas dalam jangka waktu
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
lebih lama (penugasan mandiri nonterstruktur).
Hal itu sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses dan edaran yang dibuat Direktorat SMA yang telah
disosialisasikan pada kegiatan bimbingan dan teknis (bintek) KTSP
2008 di seluruh wilayah Indonesia. Permendiknas nomor 41 tahun
2007 dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran inti mencakup tiga hal,
yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Artinya, bahwa kegiatan
inti itu mesti memperlihatkan adanya langkah-langkah kegiatan
penjajakan atau penjelajahan informasi seluas - luasnya tentang
materi/bahan ajar (eksplorasi). Kemudian, pada kegiatan inti juga
tampak adanya penggarapan yang sungguh-sungguh atau tekun atas
materi/bahan ajar yang telah ditemukan (elaborasi), untuk seterusnya
perlu langkah-langkah kegiatan pembenaran, penegasan, dan
pengesahan materi/bahan ajar yang telah didapatkan. Jadi, adanya
tuntutan pembelajaran yang mesti bisa menyikapi kegiatan tatap
muka, tugas mandiri, dan penugasan mandiri nonterstruktur di satu
sisi, dan harus pula bisa menyikapi kegiatan-kegiatan pembelajaran
yang mesti eksploratif, elaboratif, dan konfirmatif bukanlah sesuatu hal
yang menjadi ambivalen.
C. Pengertian SKM/SSN
1. Sekolah Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional (SSN)
adalah sekolah yang hampir atau sudah memenuhi standar
nasional pendidikan.
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
2. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari delapan
standar yaitu :
a. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
b. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan
pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental,
serta pendidikan dalam jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang
ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain,
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen
dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku
selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
D. Tantangan – Harapan
Eksistensi SSN/SKM agaknya menjadi tantangan baru buat
pengelolaan pendidikan di tanah air saat ini. Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah seharusnya punya kesungguhan yang sama
dalam mewujudkannya. Entitas persekolahan SSN yang ”baru” ini
dilakukan dengan SKS dalam pengelolaannya. Paradigma serupa
juga telah duluan dilakukan pada sekolah akselerasi meskipun
mungkin sistem pengelolaan sekolah itu tidak diatur dengan
perundang-undangan yang lebih sistemik seperti SSN/SKM juga
sekolah berstandar internasional/SBI. Beban belajar peserta didik
yang dinyatakan dalam bentuk SKS, kemudian berimplikasi terhadap
pembelajaran tatap muka, tugas mandiri dan penugasan mandiri
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
nonterstruktur. Tentulah semua itu menuntut konsentrasi dan
kesungguhan semua pihak, mulai dari pemerintah daerah
(bupati/walikota, kepala dinas pendidikan), kepala sekolah, para
pendidik, masyarakat, dan peserta didik. Tanpa political will, sistem
pengelolaan yang kuat, sumber dana yang kuat, etos kerja para
pendidik yang sinergis, masyarakat yang sadar arti penting dan nilai
pendidikan, maka pelaksanaan SSN hanya akan ada dalam fantasi
belaka.
Bukankah sebelumnya kita pernah ”dihebohkan” sekolah-sekolah
berlabel plus, akselerasi, sekolah favorit, sekolah bertaraf
internasional. Namun gaung dari label-label yang hebat itu seringkali
hanya dicantolkan pada bangunan fisiknya semata, yang oleh
karenanya, biaya untuk memasukinya menjadi berlipat – lipat. Di sisi
lain, sejumlah masyarakat merasa kecewa dengan sistem pendidikan
yang secara inheren kemudian mereka mendirikan homeschooling
pula.Anggaran pendidikan yang menembus angka 20 persen dari
APBN 2009, kiranya bisa membuat SSN menjadi sistem persekolahan
yang futuristik di negeri ini
II. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
A. Pendahuluan
Pelaksanaan program RSBI merupakan tantangan yang tidak
ringan yang harus dijawab oleh sekolah yang ditunjuk. Sekolah yang
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
memiliki banyak prestasi ini dalam lima tahun ke depan akan dikelola
dengan sebaik-baiknya sehingga bertaraf internasional, tentu
merupakan pekerjaan yang membutuhkan pemikiran ekstrakeras.
Semua komponen sekolah dengan manajemen kepala sekolah secara
bersama-sama telah mulai melakukan pembenahan. Pelatihan bahasa
Inggris dan ICT adalah menu pokok guru – guru. Kelas dengan ruang
ber-AC yang dilengkapi dengan komputer dan LCD juga merupakan
keharusan yang harus disiapkan. Gambaran sederhana pelaksanaan
RSBI adalah sekolah yang dalam proses pembelajarannya
menggunakan kurikulum adaptif dengan pendekatan multi metoda,
multi media dan berbasis ICT, juga menggunakan bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia (bilingual) sebagai pengantar. Berikut merupakan
sekilas dasar pemikiran, mutu lulusan yang dikehendaki, program
yang akan dilaksanakan dan hal lain yang berkaitan dengan persiapan
menjelang pelaksanaan RSBI.
Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) adalah Sekolah
Standar Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf
Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan
daya saing internasional.
B. Landasan Hukum dan Prasyarat RSBI
1. Landasan Hukum RSBI
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
a. UU No. 20 Tahun 2003 ps 50 UUNo. 32 Tahun 2004 :
Pemerintahan Pusat dan Daerah
b. UU No 33 Tahun 2004 : Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
c. UU No. 25 Tahun 2000 : Program Pembangunan Nasional
d. PP NoTahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan (SNP) ps 61
e. Permendiknas No. 22,23,24 Tahun 2006 : Standar Isi, SKL dan
Implementasinya
2. Prasyarat RSBI
1. Kurikulum Nasional (modifikasi)
2. Wajib mengikuti UN
3. Ujian Internasional (optional)
4. Proses Pembelajaran dan Manajemen (standar internasional)
5. Berbasis pada kultur Indonesia
6. Tidak eksklusif (semua aspek dikembangkan)
7. Merit sistem dalam penerimaan siswa (akses untuk siswa miskin
setara)
C. TUJUAN PROGRAM RSBI
1. Umum
a. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan
amanat Tujuan Nasional dalam Pembukaan UUD 1945, pasal
31 UUD 1945, UU No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP
No.19 tahun 2005 tentang SNP( Standar Nasional Pendidikan),
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
dan UU No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional yang menetapkan Tahapan Skala
Prioritas Utama dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas
dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.
b. Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk
mencapai kualitas bertaraf nasional dan internasional.
c. Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam
masyarakat global.
2. Khusus
Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum
di dalam Standar Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan
standar kompetensi lulusan berciri internasional.
RSBI/SBI adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena
Kurikulumnya ditujukan untuk Pencapaian indikator kinerja kunci minimal
sebagai berikut :
1. menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ;
2. menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK ;
3. memenuhi Standar Isi; dan
4. memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut :
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
a. sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses
transkripnya masing – masing ;
b. muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran
yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota
OECD (Organization for Economic Co-operation and Development)
dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan; dan
c. menerapkan standar kelulusan sekolah/ madrasah yang lebih tinggi
dari Standar Kompetensi Lulusan. Adalah tidak benar kalau guru
Bahasa Indonesia harus menggunakan Bahasa Inggris dalam
memberikan pengantar pelajarannya, walaupun hal tersebut boleh
saja dilakukan, tetapi penggunaan Bahasa Inggris adalah untuk
pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti
kejuruan saja, sebagaimana dalam Bagian Proses Pembelajaran
RSBI/SBI dinyatakan sebagai berikut: ‘’Mutu setiap SekolahStandar
Internasional dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut
ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu
memenuhi Standar Proses.’’ Selain itu, keberhasilan tersebut juga
ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai
berikut :
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
a. proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan
bagi sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia,
budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa
entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator;
b. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari
salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan;
c. menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;
d. pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti
kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata
pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa asing, harus
menggunakan bahasa Indonesia; dan
e. pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok
sains dan matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.
D. Asas – asal Pelaksanaan Kurikulum dan Pembelajaran RSBI
Asas – asas pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran pada RSBI
meliputi :
1. Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan
mengadabtasi kurikulum sekolah di Negara lain.
2. Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa Inggris,
secara terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Metode
pengajaran dwi bahasa ini dapat dilaksanakan dengan 2 kategori
yakni Subtractive Bilingualism (beri penjelasan oleh penulis) dan
Tingkatkan Mutu Pendidikan Indonesia
Additive Bilingualism, yang menekankan pendekatan Dual
Language.
3. Pengajaran dengan pendekatan Dual Language menekankan
perbedaan adanya Bahasa Akademis dan Bahasa Sosial yang
pengaturan bahasa pengantarnya dapat dialokasikan berdasarkan
subjek maupun waktu.
4. Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi
aspek kognitif (intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek