Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Saat ini, kedokteran gigi dianggap sebagai profesi yang menuntut ketelitian dan konsentrasi 1
52

manajemen praktek

Nov 27, 2015

Download

Documents

Uly Aulia

ergonomi, four handed dantistry, Musculoskeletal Disorders (MSDs).
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: manajemen praktek

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan

sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya

peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya

meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu

disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada

menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi

jika dapat diantisipasi berbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para

pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit

akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan

akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini

harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja,

proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan

ergonomik.

Saat ini, kedokteran gigi dianggap sebagai profesi yang menuntut

ketelitian dan konsentrasi tinggi. Selain itu, kinerja dokter gigi juga terkait

dengan gangguan muskuloskeletal, terutama leher dan tungkai atas, serta

nyeri punggung bawah. Cedera tersebut dapat menyebabkan pensiun dini

(Gandavadi, 2007). Area kerja (mulut) yang terbatas sehingga dokter gigi

perlu mengadopsi postur atau posisi kerja yang fleksibel untuk mencegah

terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSDs).

Risiko penyakit muskuloskelatal dapat diminimalkan dengan

memaksimalkan efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep

ergonomi diperkenalkan di kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki

kondisi kerja operator, konsep kerja yang meliputi posisi duduk dan four

handed dentistry.

1

Page 2: manajemen praktek

Berdasarkan uraian diatas pada laporan tutorial skenario II mengenai

manajemen praktek kali ini akan membahas mengenai prinsip kerja

ergonomi, konsep kerja four handed dentistry dan keterkaitannya dengan

musculoskeletal disorders sesuai dengan hasil diskusi yang telah kami

laksanakan.

1.2 Skenario

Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun

mempunyai pasien yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang

berkunjeng sekitar 15 orang. Semua kegiatan perawatan gigi pasien dia

tangani sendiri. Beberapa hari yang lalu dokter gigi termasuk mengeluh

adanya kelainan di daerah punggung, leher, dan pergelangan tangannya. Dia

merasakan sakit yang luar biasa, bahakan dia tidak bisa beraktifitas secara

normal seperti biasa. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa dia

mengalami musculoskeletal disorders karena dokter gigi bekerja tidak secara

ergonomi. Saran dari dokter yang merawatnya agar dalam bekerja merawat

pasien dibantu oleh asisten sehingga bekerja secara four handed dentistry.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip kerja secara ergonomi ?

2. Bagaimana aplikasi four handed dentistry ?

3. Apa saja faktor resiko dari musculoskeletal disorder ?

4. Jelaskan macam-macam dari musculoskeletal disorder ?

1.4 Tujuan

1. Mampu memahami dan menjelaskan prinsip kerja secara ergonomi

2. Mampu memahami dan menjelaskan aplikasi four handed dentistry

3. Mampu memahami dan menjelaskan faktor resiko dari musculoskeletal

disorder

2

Page 3: manajemen praktek

4. Mampu memahami dan menjelaskan macam-macam dari musculoskeletal

disorders.

Mapping

3

Manajemen Praktek

Ergonomi

Prinsip Aplikasi

MacamFour Handed DentistryFaktor Resiko

Musculoskeletal Disorder

Tidak Ergonomi

Jalur Kerja dan Pergerakan

Tata Letak dan Penempatan

Tim dan Sistem Kerja

Page 4: manajemen praktek

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos

(hukum alam) dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,

psikologi, engineering, manajemen dan perancangan/desain. Ergonomi secara

khusus mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam

berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Ilmu ini

berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan

baik jangka pendek maupun jangka panjang, pada saat berhadapan dengan

lingkungan sistem kerja yang berupa perangkat keras/hardware (mesin,

peralatan kerja, dan lain-lain) dan perangkat lunak/software (metode kerja,

sistem, dan lain-lain).

Secara keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan

dengan kerja, implikasinya dalam kehidupan adalah bahwa di dalam

melaksanakan pekerjaan itu hendaknya manusia selalu menyadari bahwa ada

aturan kerja yang harus dituruti. Menurut definisi tersebut prinsip dasar dalam

ergonomi adalah menyesuaikan pekerjaan dengan manusianya. Manusia

bukan hanya harus mendapatkan pekerjaan, tetapi pekerjaan yang diperoleh

itu harus mampu memelihara harkat dan harga dirinya sebagai manusia.

Dengan kata lain pekerjaannya harus manusiawi, yang didalamnya

mengandung pengertian adanya jaminan keselamatan, keamanan dan

kenyamananselama bekerja 8 jam sehari. Dimana ergonomi dimanfaatkan

untuk manusia bekerja dimana saaja dan kapan saja, ergonomi sebagi suatu

pendekatan yang memungkinkan manusia bekerja secara optimal dan efisien.

Apakah dia bekerja di pagi sampai sore hari pekerjaannya berat atau ringan.

( Nyoman,2004)

4

Page 5: manajemen praktek

Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu

ergonomi. Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut

(Tarwaka, 2004):

Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban

kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia

produktif maupun setelah tidak produktif.

Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,

dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga

tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Sebagai suatu cabang ilmu yang bersifat multi-disipliner, beberapa

cabang ilmu yang mendasari adanya ergonomi yaitu psikologi, antropologi,

faal kerja atau fisiologi, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, dan fisika.

Disiplin tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi. Pada gilirannya, para

perancang, dalam hal ini para ahli teknik, bertugas untuk meramu masing-

masing informasi di atas, dan menggunakannya sebagai pengetahuan untuk

merancang fasilitas kerja sehingga mencapai kegunaan yang optimal.

Ada beberapa prinsip dasar dalam ergonomi yaitu :

5

Page 6: manajemen praktek

1. Meningkatkan faktor kenyamanan.

Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, membuat agar

display dan contoh muddah dimengerti supaya para pekerja dalam

melaksanakan tugasnya dapat bekerja dengan nyaman.

2. Meningkatkan keselamatan kerja

Membuat standar operasional produksi (SOP) yang mengutamakan

keselamatan para pekerja dalam bekerja dengan memperhatikan jarak

ruang , menempatkan peralatan agar selalu berada dalam

jangkauan,mengurangi beban berlebih, dan bekerja sesuai dengan

ketinggian dimensi tubuh pekerja.

3. Memperhatikan kesehatan kerja

Menciptakan suasana bekerja yang sehat dengan cara bekerja

dalam posisi atau postur normal, mengurangi gerakan berulang dan

berlebihan, melakukan gerakan, olahraga, dan peregangan saat

bekerja.

Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja

dalam lingkungannya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi

ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia

dengan tujuan untuk menurunkan stress yang akan dihadapi, yaitu

dengan cara menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh

agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban

betujuan agar sesuai dengankebutuhan tubuh manusia. Berdasarkan

pengertian tersebut dapat di simpulakan bahwa pusat dari ergonomi

adalah manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran,

keterbatasan kemampuan dannkapabilitas manusia. Sehingga dalam

usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan

kenyamanan dibutuhkan penyesuaian antara lingkungan kerja,

pekerjaan  dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut. (depkes

RI,2000)

6

Page 7: manajemen praktek

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya antara lain:

a. Tekhnik

b. Fisik

c. Pengalaman psikis

d. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan perherakan otot dan

persendian.

e. Anthopometri

f. Sosiologi

g. Fisiologi, terutama yang berhubungan dengan temperature suhu

h. Desain atau tata letak dll.

Pelatihan bidang ergonomic sangat penting sebab ahli ergonomi

umumnya berlatar belakang pendidikan tekhnik, psikologi, fisiologi atau

dokter meskipun ada juga yang dasar keilmuaanya tentang desain, manajer

dll. Akan tetapi semua ditujukan pada aspek kerja dan lingkungan kerja.

(depkes RI,2000)

2.2 Four Handed Dentistry

Four handed dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan

dengan 4 tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten.

Dalam konsep four handed dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di

sekitar dental unit yang disebut clock concept. Zona kerja diidentifikasi

menggunakan wajah pasien sebagai wajah/ muka jam dengan kepala pasien

dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien. Zona

kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operator’s zone, assistant’s zone,

transfer zone dan static zone.

Operator’s zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistant’s

zone adalah zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone

adalah daerah tempat transfer alat dan bahan antara tangan dokter gigi dan

7

Page 8: manajemen praktek

tangan asisten. Instrumen diberikan dari asisten ke dokter gigi lewat dada

pasien. Jangan memberikan alat di atas mata pasien. Sedangkan static zone

adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak

terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak

(Mobile Cabinet) yang berisi instrumen tangan serta peralatan yang dapat

membuat takut pasien.

Keempat zona tersebut untuk right-handed operator adalah:

1. Area Operator (Operator’s zone) : Jam 7 – 12 (Aktivitas Operator)

2. Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 2 – 4 (Aktivitas Asisten)

3. Area Transfer (Transfer zone) : Jam 4 – 7 (Instrumen diberikan)

4. Area Statis (Static zone) : Jam 12 – 2

Keempat zona tersebut untuk left-handed operator adalah:

1. Area Operator (Operator’s zone) : Jam 12 – 5 (Aktivitas Operator)

2. Area Asistan (Assistant’s zone) : Jam 8 – 10 (Aktivitas Asisten)

3. Area Transfer (Transfer zone) : Jam 5 – 8 (Instrumen diberikan)

4. Area Statis (Static zone) : Jam 10 – 12

Konsep four handed dentistry termasuk juga bagaimana cara

penggunaan dan pemeliharaan alat dan bahan kedokteran gigi meliputi

peralatan yang digunakan untuk diagnose, perawatan pengawetan gigi,

pembersihan karang gigi, operasi bedah mulut, fissure sealant, ART, dan

pemeliharaan dan penyimpanan alat kedokteran gigi.

Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat

ini, hampir semuanya telah memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain

oleh pabrik pembuatnya. Namun kelebihan ini akan berkurang nilainya

apabila pada saat penempatan peralatan tidak berdasarkan prinsip desain tata

letak yang benar. Dalam makalah ini akan dibahas desain tata letak

8

Page 9: manajemen praktek

penempatan alat kedokteran gigi, namun terbatas pada alat-alat utama saja

yaitu dental Unit, mobile cabinet, dan dental cabinet.

Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan,

penataan ruangan dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan

berlangsung seminimal mungkin, seluruh luasan ruangan termanfaatkan, dan

menciptakan rasa nyaman kepada operator yang bekerja serta pasien yang

menerima pelayanan. Desain tata letak memegang peranan penting dalam

efektifitas dan efisiensi operasi3 tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu

perlu direncanakan secara matang sebelum tempat praktek dibangun dan tidak

tertutup kemungkinan untuk direvisi dikemudian hari bila dinilai sudah tidak

laik lagi.

Desain tata letak berbeda dengan gambar arsitek, desain tata letak

hanya berupa sketsa yang mengambarkan penataan ruangan, dibuat

berdasarkan perhitungan pergerakan informasi, bahan, dan manusia. Selain itu

juga dengan memperhatikan pertimbangan ergonomis, medis dan kepatutan.

Secara garis besar ada 2 macam desain tata letak yaitu yang dibuat dengan

memperhatikan proses dan yang dibuat dengan memperhatikan produk, pada

tempat praktek dokter gigi yang digunakan adalah desain tata letak dengan

memperhatikan proses.

Efektifitas dan efisiensi desain tata letak dihitung dari jumlah jarak

pergerakan yang terjadi, dengan asumsi setiap pergerakan yang terjadi

menimbulkan biaya. Menimimalisasi pergerakan adalah tujuan dari desain tata

letak.

2.3 Musculoskeletal Disorders

Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka

merupakan kerusakan  pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian,

kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa

ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang

9

Page 10: manajemen praktek

dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir. MSDs terjadi

dengan dua cara:

1. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau

periode waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan

atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi

tubuh yang statis;

2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat

atau pergerakan yang tak terduga.

Frekuensi yang lebih sering terjadi MSDs adalah pada area tangan, bahu, dan

punggung. Aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya MSDs yaitu penanganan

bahan dengan punggung yang membungkuk atau memutar, membawa ke tempat

yang jauh (aktivitas mendorong dan menarik), posisi kerja yang statik dengan

punggung membungkuk atau terus menerus dan duduk atau berdiri tiba-tiba,

mengemudikan kendaraan dalam waktu yang lama (getaran seluruh tubuh),

pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan atau tanpa

kekuatan besar. Lokasi timbulnya gejala menjadi salah satu ciri adanya MSDs,

seperti pada tulang punggung, tangan dan pergelangan.

A. Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah

Sembilan puluh persen orang akan merasakan sakit tulang belakang

pada beberapa titik di dalam kehidupannya. Mereka merasakan sakit pada

tulang belakang bagian bawah untuk kedua kalinya sebagai alasan utama

untuk melakukan perawatan medis. Sakit tulang belakang bagian bawqah ini

mewabah di Negara besar seperti Amerika Serikat. Hal itu sudah di

perkirakan dan insidensi timbulnya Lower Back Pain (LBP) per tahun adalah

5% dari populasi.

Sekitar 70% dan 90% dari orang-orang mengalami peristiwa

kambuhnya rasa nyeri, dan sepertiga pasien mengalami nyeri yang

persisten, rekuren, dan intermiten dari rasa nyeri yang pertama. Kesulitan

menyembuhkan jaringan tertentu (seperti spondylolisthesis), proses

10

Page 11: manajemen praktek

degeneratif yang berkelanjutan, dan banyak pasien yang tidak

memperkecil faktor resiko potensial. Semua ini dapat berperan dalam

memperparah terjadinya LBP.

Hal lain yang terpisah tetapi terkait dengan sakit tulang belakang

bagian bawah adalah cedera tulang belakang. Ini biasanya terjadi secara

akut, peristiwa mendadak sakit tulang belakang atau “penyakit pegal pada

pinggang” berhubungan dengan suatu peristiwa yang spesifik. Cedera

seperti itu pada umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang di

hubungkan daengan gerakan berulang. Meskipun demikian, ada juga

cedera seperti itu yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan

berulang tertentu.

Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah ini harus

dibedakan untuk masing-masing pasien. Karena penyebab timbulnya rasa

sakit pada tiap-tiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada bukti ilmiah

yang mendukung intervensi spesifik, seperti koreksi postur tubuh, posisi

tubuh pasien, latihan umum dan teknik-teknik fisioterapi spesifik yang

mungkin akan sangat bermanfaat.

B. Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas

Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang

belakang bagian atas dan tengah. Tulang thorax (thoracic spine) dirancang

untuk mendukung organ penting didalamnya dan sangat kuat. Jarang

sekali mengalami gejala-gejala degeneratif karena pergerakannya kecil dan

sangat stabil. Tentu saja trauma atau cedera dari ketegangan bisa

menyebabkan rasa nyeri. Meski struktur-struktur dari tulang belakang

jarang cedera, tetapi beberapa kondisi-kondisi seperti osteoporosis dapat

mempengaruhi kondisi spesifik seperti tekanan yang mematahkan. Tulang

thorax sering dilibatkan dalam skoliosis yang idiopatik atau kebongkokan.

Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi kondisi yang menyakitkan,

meski sumber dan penyebab yang tepat sering kali belum jelas.

11

Page 12: manajemen praktek

Mungkin hal tersebut merupakan penyebab yang sering timbul

pada bagian pertengahan tulang belakang, tetapi sekali lagi sangatlah sulit

untuk dapat mendiagnosa dengan tepat nyeri otot dari otot-otot postural

dan otot-otot tulang belikat. Kontribusi dari postur yang abnormal, postur

statis, kekuatan dan daya tahan yang lemah dan menyeluruh

mempengaruhi keadaan individu dan perlu untuk diperhitungkan.

Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot yang besar,

termasuk peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas fungsional, dan

perhatian pada postur tubuh.

C. Sakit pada Tangan dan Pergelangan tangan

MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam

bermacam-macam bentuk seperti, kelainan trauma kumulatif, cedera

karena ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom

penggunaan berlebih, sindrom terowongan karpus (carpal tunnel

syndrome) dan kelainan karena tekanan yang berulang.[14] Hal dominan

yang menjadi penyebab kelainan gerakan berulang adalah gerakan-gerakan

pembelokan dan perluasan dari pergelangan tangan dan jari-jari. Secara

kronis gerakan berulang tersebut terutama pada posisi pinch menjadi

penyebab terbanyak. Hal umum lain yang menyokong faktor-faktor

terjadinya cedera pada tangan dan pergelangan tangan termasuk gerakan-

gerakan di mana pergelangan tangan itu menyimpang dari posisi netral

menjadi posisi yang abnormal ataupun tidak biasa; bekerja untuk periode

waktu yang lama tanpa istirahat atau pertukaran otot-otot tangan dan

lengan bawah; tekanan mekanik pada persarafan dari genggaman pada tepi

tajam dari instrument, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan berlebih

dan memperluas penggunaan dari instrument-instrument yang bergetar

seperti dental handpieces.

12

Page 13: manajemen praktek

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prinsip Kerja secara Ergonomi

Cara dokter gigi bekerja secara ergonomi adalah bekerja yg sesuai

dengan prinsip ergonomi.

Prinsip-prinsip ergonomik antara lain :

Work in Neutral Postures (bekerja dalam posisi netral)

Reduce Excessive Force (mengurangi beban yang berlebihan)

Tekanan yang berlebihan pada otot akan berpotensi menyebabkan

kelelahan dan cedera.

Keep Everything in Easy Reach (membuat semua mudah untuk dijangkau)

Benda yang paling sering digunakan harus berada di daerah jangkauan

tangan, susun kembali daerah kerja dan semakin mudah dalam gerakkan.

Work at Proper Heights (ketinggian daerah kerja disesuaikan dengan

operator)

Dari pengalaman baik adalah bahwa kebanyakan pekerjaan harus

dilakukan didekat sekitar tingginya, apakah duduk atau berdiri. Pekerjaan

lebih berat adalah sering terbaik melakukan lebih rendah dari tingginya

siku. Ketepatan bekerja atau pekerjaan secara visual keras adalah sering

terbaik melakukan didekat kemuliaan di atas.

Reduce Excessive Motions (mengurangi gerakan berlebihan)

Kurangi jumlah gerakan selama kerja, baik lengan, jari maupun punggung.

13

Page 14: manajemen praktek

Minimize Fatigue and Static Load (memperkecil kelelahan dan beban

statis)

Berada dalam posisi kerja yang sama untuk beberapa waktu dikenal

sebagai beban statis. Ini menyebabkan kegelisahan dan kelelahan dan

dapat menghambat pekerjaan.

Minimize Pressure Points (memperkecil tekanan)

Pada beberapa pekerjaan kita harus hati-hati terhadap poin-poin tekanan

berlebihan, yang sering disebut ” tekanan kontak.”

Provide Clearance (menyediakan tempat yang sesuai/ memeriksa

ksesuaian tempat)

Pekerjaan pada Area tertentu perlu untuk disediakan ruang cukup untuk

kepala, lutut dan kaki.

Move, Exercise and Stretch (pindah tempat; bergerak, dan mereregangkan

otot dan sendi)

Agar tidak mudah lelah tubuh perlu digerakkan dan diregangkan.

Maintain a Comfortable Environment (melihara suatu lingkungan yang

nyaman)

Jaga leher tetap lurus,Jaga agar Siku dalam posisi yang benar dan bahu

bersantai. Salah satu jalan yang paling sederhana untuk mengurangi

kelelahan manual adalah untuk menggunakan alat bantu yang sesuai.

Memakai bantalan pada tangan untuk pekerajaan-pekerjaan tertentu akan

mengurangi beban kerja. Merubah tata letak/ruang untuk meminimalkan

gerakan. Ada Kecenderungan lengan bawah mengalami kontak langsung

terhadap tepi yang keras suatu meja kerja yang akan menciptakan suatu

titik tekanan. Dihilangakan dengan memasang lapisan yang elastis pada

tepi itu dan biasanya ini akan membantu.

14

Page 15: manajemen praktek

3.2 Aplikasi Four Handed Dentistry

3.2.1 Tim dan Sistem Kerja 

Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi,

profesi di bidang ini turut ikut berkembang. Bila dahulu cukup hanya

dokter gigi saja yang memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju

seperti Amerika Serikat, pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri

dari dentist, dental hygienist, dental assistant, dan dental technician.

Dentist adalah dokter gigi yang memberikan pelayanan kedokteran gigi.

dental hygienist bertugas mengisi rekam medis, serta melakukan tindakan

preventive dentistry seperti membersihkan karang gigi secara mandiri.

dental assistant bertugas sebagai asisten yang membantu dokter gigi

mengambil alat, menyiapkan bahan, mengontrol saliva, membersihkan

mulut, serta mengatur cahaya lampu selama suatu prosedur perawatan

sedang dilakukan. Dental technician berkerja di laboratorium, membuat

protesa dan alat bantu yang akan dipasang di mulut pasien. Di Indonesia

kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2 profesi kesehatan gigi diluar

dokter gigi yaitu perawat gigi dan tekniker gigi. perawat gigi bertugas

seperti dental assistant dan dental hygienist, sedangkan tekniker gigi

bertugas sama seperti dental technician. Pada saat suatu pelayanan

kedokteran gigi dilakukan hanya akan ada 2 orang yang berada disekitar

pasien yaitu dokter gigi dan perawat gigi. Tugas kedua orang ini berbeda

namun saling mendukung, ini kemudian melahirkan istilah four handed

dentistry. Konsep four handed dentistry telah diadopsi oleh para produser

pembuatan dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat

selalu dilengkapi dengan sisi dental asistant disebelah kiri pasien. Oleh

karena itulah konsep four handed dentistry menjadi dasar dalam desain

tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

15

Page 16: manajemen praktek

3.2.2 Jalur Kerja dan Pergerakan

Gambar 1. Pergerakan dalam Ruang Pemeriksaan (Kilpatrick,1974)

Dalam konsep four handed dentistry dikenal konsep pembagian

zona kerja disekitar dental unit yang disebut clock concept. Bila kepala

pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien,

maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut static zone, arah jam 2 sampai jam

4 disebut assisten’s zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut transfer zone,

kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut operator’s zone sebagai

tempat pergerakan dokter gigi (Nusanti, 2000).

Static zone adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun

perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan

meja instrumen bergerak (mobile cabinet) yang berisi instrumen tangan

serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. Assistant’s zone adalah

zona tempat pergerakan perawat gigi, pada dental unit di sisi ini dilengkapi

dengan semprotan air/angin dan penghisap ludah, serta light cure unit pada

dental unit yang lengkap.

Transfer zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan

antara tangan dokter gigi dan tangan perawat gigi. Sedangkan operator’s

zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi Selain pergerakan yang terjadi

16

Page 17: manajemen praktek

di seputar dental unit, pergerakan lain yang perlu diperhatikan ketika

membuat desain tata letak alat adalah pergerakan dokter gigi, pasien, dan

perawat gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak antar

peralatan serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk

memberi ruang bagi pergerakan dokter gigi, perawat gigi, dan pasien

ketika masuk atau keluar ruang perawatan, mengambil sesuatu dari dental

cabinet, serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi. Pergerakan dalam

ruang pemeriksaan (Kilpatrick, 1974).

Rahang Sisi Posisi

Maksila

Labial anterior 8.00 – 9.00 atau

11.00 – 12.00

Palatal anterior 8.00 – 9.00 atau

11.00 – 12.00

Bukal kanan 9.00

Palatal kanan 9.00 – 11.00

Bukal kiri 9.00 – 11.00

Palatal kiri 9.00

Mandibula

Labial anterior 8.00 – 9.00

Lingual anterior 11.00 – 12.00

Bukal kanan 8.00 – 9.00

Lingual kanan 9.00 – 11.00

Bukal kiri 9.00 – 11.00

Lingual kiri 8.00 – 9.00

Tabel 1. Posisi Operator pada Waktu Melakukan Perawatan pada Pasien

3.2.3 Tata Letak dan Penempatan

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran

gigi adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan

antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun

17

Page 18: manajemen praktek

istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun

mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik

letak hanyalah salah satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang

merupakan unsur  ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu,

kebisingan, dan kualitas udara ruangan, serta desain peralatan yang

digunakan. Ruang periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi,

tata letak peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan

dan kenyamanan bagi dokter gigi, perawat gigi, berserta pasiennya ketika

proses perawatan dilakukan. Ukuran minimal ruang perawatan untuk satu

dental unit adalah 2,5 X 3,5 meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan

satu buah dental uit, mobile cabinet, serta dua buah dental stool. Unsur

penunjang lain dapat turut dimasukan seperti audio-video atau televisi

untuk hiburan pasien yang sedang dirawat.

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah

terhadap dental unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan

dinaik-turunkan. Pada saat posisi rebah panjang dental unit adalah sekitar

1,8-2 meter. Di belakang dental unit diperlukan ruang sebesar 1 meter

untuk operator’s zone dan static zone, oleh karena itu jarak ideal antara

ujung bawah dental unit dengan dinding belakang atau dental cabinet yang

diletakkan di belakang adalah 3 meter; sementara jarak antara ujung

bawah dental unit dengan dinding depan minimal 0,5 meter. dental unit

umumnya memiliki lebar 0,9 meter, bila tray dalam kondisi terbuka keluar

maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8

Meter untuk pergerakan di operator’s zone dan asistant’s zone. Mobile

abinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan digunakan

pada saat perawatan diletakan di static zone. Zona ini tidak akan terlihat

oleh pasien dan terletak dianatara operator’s zone dan assistant zone

sehingga baik dokter gigi maupun perawat gigi akan dengan mudah

mengambil bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan. Bila

mobile cabinet lebih dari satu, maka mobile cabinet kedua diletakan di

operator’s zone.

18

Page 19: manajemen praktek

Alat besar terakhir yang berada di ruang perawatan adalah dental

cabinet sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran

gigi. Umumnya berbentuk bufet setengah badan seperti kitchen cabinet

dengan ketebalan 0,6-0,8 meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini

ditempatkan di static zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di

static zone dan assistant’s zone. Keberadaan dental cabinet akan

menambah luas ruangan yang diperlukan untuk menempatkannya.

3.3 Faktor Resiko Musculoskeletal Disorders

3.3.1 Faktor Pekerjaan

Faktor risiko pekerjaan adalah karakteristik pekerjaan yang dapat

meningkatkan risiko cedera pada sistem otot rangka. Faktor risiko ergonomic

adalah sifat/karakteristik pekerja atau lingkungan kerja yang dapat

meningkatkan kemungkinan pekerja menderita gejala MSDs (LaDao,2004).

Ada beberapa faktor yang terbukti berkontribusi menyebabkan MSDs yaitu

pekerjaan yang dilakukan dengan postur tubuh saat bekerja, beban, gerakan

repetitive/frekuensi, durasi, dan genggaman.

Postur Kerja

Postur tubuh adalah posisi relatif dari bagian tubuh tertentu. Bridger

(1995) menyatakan bahwa postur didefinisikan sebagai orientasi rata-rata

bagian tubuh dengan memperhatikan satu sama lain antara bagian tubuh yang

lain. Postur dan pergerakan memegang peranan penting dalam ergonomi.

Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat

melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik lokal pada otot,

ligamen, dan persendian. Hal ini mengakibatkan cedera pada leher, tulang

belakang, bahu, pergelangan tangan, dan lain-lain. Namun di lain hal,

meskipun postur terlihat nyaman dalam bekerja, dapat berisiko juga jika

mereka bekerja dalam jangka waktu yang lama. Pekerjaan yang dikerjakan

dengan duduk dan berdiri, seperti pada pekerja kantoran dapat mengakibatkan

19

Page 20: manajemen praktek

masalah pada punggung, leher dan bahu serta terjadi penumpukan darah di

kaki jika kehilangan kontrol yang tepat.

Secara alamiah postur tubuh dapat terbagi menjadi:

a. Statis

Pada postur statis persendian tidak bergerak, dan beban yang ada

adalah beban statis. Dengan keadaan statis suplai nutrisi kebagian tubuh

akan terganggu begitupula dengan suplai oksigen dan proses metabolisme

pembuangan tubuh. Sebagai contoh pekerjaan statis berupa duduk terus

menerus, akan menyebabkan gangguan pada tulang belakang manusia.

Posisi tubuh yang senantiasa berada pada posisi yang sama dari waktu

kewaktu secara alamiah akan membuat bagian tubuh tersebut stress.

b. Dinamis

Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral.

Pekerjaan yang dilakukan secara dinamis menjadi berbahaya ketika tubuh

melakukan pergerakan yang terlalu ekstreme sehingga energi yang

dikeluarkan oleh otot menjadi sangat besar. Atau tubuh menahan beban

yang cukup besar sehingga timbul hentakan tenaga yang tiba-tiba dan hal

tersebut dapat menimbulkan cedera (Aryanto, 2008).

Beban atau Tenaga (Force)

Beban dapat diartikan sebagai muatan (berat) dan kekuatan pada

struktur tubuh. Satuan beban dinyatakan dalam newton atau pounds, atau

dinyatakan sebagai sebuah proporsi dari kapasitas kekuatan individu (NIOSH,

1997).

Pekerja yang melakukan aktivitas mengangkat barang yang berat

memiliki kesempatan kali lebih besar untuk mengalami low back pain

dibandingkan pekerja yang bekerja statis. Penelitian lain membuktikan bahwa

hernia diskus lebih sering terjadi pada pekerja yang mengangkat barang berat

dengan postur membungkuk dan berputar (Levy dan Wegman, 2000).

Dalam berbagai penelitian dibuktikan cedera berhubungan dengan

tekanan pada tulang akibat membawa beban. Semakin berat benda yang

20

Page 21: manajemen praktek

dibawa semakin besar tenaga yang menekan otot untuk menstabilkan tulang

belakang dan menghasilkan tekanan yang lebih besar pada bagian tulang

belakang.

Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang tidak

melebihi 30-40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam 8 jam

sehari dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku.semakin berat

beban maka semakin singkat pekerjaan.(Suma’mur, 1989).

Durasi (Duration)

Durasi adalah lamanya pajanan dari faktor risiko. Durasi selama

bekerja akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan. Kelelahan akan

menurunkan kinerja, kenyamanan dan konsentrasi sehingga dapat

menyebabkan kecelakaan kerja. Durasi manual handling yang lebih besar

dari 45 menit dalam 1 jam kerja adalah buruk dan melebihi kapasitas fisik

pekerja. Selain itu, ada pula yang menyebut durasi manual handling yang

berisiko adalah > 10 detik (Humantech, 1995).

Sedangkan dalam REBA, aktivitas yang berisiko adalah 1 menit jika

ada satu atau lebih bagian tubuh yang statis. Suma’mur (1989)

mengungkapkan bahwa durasi berkaitan dengan keadaan fisik Tubuh pekerja.

Pekerjaan fisik yang berat akan mempengaruhi kerja otot, kardiovaskular,

system pernapasan dan lainnya. Jika pekerjaan berlangsung dalam waktu

yang lama tanpa istirahat, kemampuan tubuh akan menurun dan dapat

menyebabkan kesakitan pada anggota tubuh. Durasi atau lamanya waktu

bekerja dibagi menjadi durasi singkat yaitu kurang dari 1 jam/hari, durasi

sedang yaitu antara 1-2 jam/hari dan durasi lama yaitu lebih dari 2 jam/hari

.

Pekerjaan Berulang (Frequency)

Frekuensi dapat diartikan sebagai banyaknya gerakan yang dilakukan

dalam suatu periode waktu. Jika aktivitas pekerjaan dilakukan secara

berulang, maka dapat disebut sebagai repetitive. Gerakan repetitif dalam

pekerjaan, dapat dikarakteristika baik sebagai kecepatan pergerakan tubuh,

21

Page 22: manajemen praktek

atau dapat di perluas sebagai gerakan yang dilakukan secara berulang tanpa

adanya variasi gerakan

Bridger (1995) menyatakan bahwa aktivitas berulang, pergerakan

yang cepat dan membawa beban yang berat dapat menstimulasikan saraf

reseptor mengalami sakit. Frekuensi terjadinya sikap tubuh yang salah terkait

dengan beberapa kali terjadi repetitive motion dalam melakukan suatu

pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban

kerja terus menerus tanpa memperolah kesempatan untuk relaksasi. Dalam

Humantech (1995), posisi tangan dan pergelangan tangan berisiko apabila

dilakukan gerakan berulang/frekuensi sebanyak 30 kali dalm semenit dan

sebanyak 2 kali per menit untuk anggota tubuh seperti bahu, leher, punggung

dan kaki.

Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang

terutama pada saat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap

timbulnya CTDs. Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan

dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan waktu pemulihan

kurang. Beberapa studi telah dilakukan yang memberikan indikasi tingkat

bahaya dari pekerjaan dengan tangan. Silvertein (1987) mendefinisikan

pekerjaan berulang sebagai salah satu dengan waktu putaran kurang dari 30

detik atau lebih dari 50% waktu putaran disimpan untuk menampilkan aksi

pokok yang sama. Penggunaan definisi ini, hubungan yang signifikan

ditemukan antara kegiatan berulang-ulang (repetitiveness) dan keberadaan

CTD. Luopajarvi (1997) membandingkan prevalensi tenosynovitis dan

penyakit lainnya pada pekerja perakitan. Pekerja perakitan dikarakteristikan

dengan gerakan tangan yang berulang-ulang, dengan jari dan tangan secara

tetap menangani mesin, lebih dari 25.000 gerakan tangan setiap hari kerja.

Penelitian menemukan secara statistic hubungan yang signifikan (p<0,001)

anatara pekerja perakitan dan keberadaan sindrom otot-tendon dan CTD.

Kenyataannya, 56% dari pekerja perakitan menderita penyakit pada lengan

bawah dan atau pergelangan tangan, dibandingkan dengan kelompok control

hanya 14%. Studi ini menyarankan bahwa gerakan tangan sebanyak 25.000

22

Page 23: manajemen praktek

atau lebih untuk tiap hari kerja (kira-kira 50 gerakan tangan per menit)

berkontribusi terhadap perkembangan CTD. Lain halnya dalam penelitian Lie

T Merijanti S (2005) yang meniliti mengenai gerakan repetitive berulang

terhadap risiko terjadinya sindrom terowongan karpal pada pekerja wanita di

pabrik pengolahan makanan. Penelitian tersebut mengkategorikan jumlah

gerakan repetitif tangan/jam kedalam 3 katagori, yaitu repetitif rendah bila

jumlah gerakan <1000/jam, repetitif sedang bila jumlah gerakan

1000–1200/jam dan repetitive tinggi bila jumlah gerakan >1200/jam.

Genggaman

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai

contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan

yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila

hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap

(Tarwaka et al, 2004). Menurut Suma’mur (1989) memegang diusahakan

dengan tangan penuh dan memegang dengan hanya beberapa jari yang dapat

menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut harus dihindarkan.

3.3.2 Faktor Individu

Umur

Riihimaki et al. (1989) dalam Tarwaka (2004) menjelaskan bahwa

umur berhubungan dengan keluhan pada otot. Chaffin (1979) dan Guo et al.

(1995) dalam Tarwaka (2004) menyatkan bahwa pada umumnya keluhan

musculoskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu antara 25-65 tahun.

Keluhan pertama biasa dirasakan pada usia 35 tahun dan akan terus

meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Jadi semakin tua umurnya

semakin besar risiko terjadinya gangguan MSDs. Selain itu, penelitian lain

dalam Hadler (2005) pada pekerja di Swedia menunjukkan hasil bahwa

sekitar 70% di antara yang mengalami keluhan pada punggung berusia antara

35-40 tahun. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan

23

Page 24: manajemen praktek

ketahanan otot mulai menurun. Pada saat kekuatan dan ketahanan otot

menurun, maka risiko terjadinya keluhan semakin meningkat. Pada penelitian

Hanne dan kawan-kawan (1995) pada pekerja perusahaan kayu dan furniture,

diketahui bahwa LBP berhubungan dengan usia dan masa kerja yang lebih

lama

Masa Kerja

Masa kerja merupakan faktor risiko dari suatu pekerja yang terkait

dengan lama bekerja. Dapat berupa masa kerja dalam suatu perusahaan dan

masa kerja dalam suatu unit produksi. Masa kerja merupakan faktor risiko

yang sangat mempengaruhi seorang pekerja untuk meningkatkan risiko

terjadinya musculoskeletal disorders, terutama untuk jenis pekerjaan yang

menggunakan kekuatan kerja yang tinggi. Riihimaki et al. (1989)

menjelaskan bahwa masa kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan

keluhan otot.

Pada penelitian Hanne dan kawan-kawan (1995) pada pekerja

perusahaan kayu dan furniture, diketahui bahwa LBP berhubungan dengan

usia dan masa kerja yang lebih lama.

Jenis Kelamin

Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dibanding pria.

Astrand dan Rodahl (1977) dalam Tarwaka (2004) menjelaskan bahwa

kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria

sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan otot wanita.

Tarwaka (2004) juga mencatat hasil penelitiannya lainnya oleh Chiang

et al. (1993), Bernard et al. (1994), Hales et al. (1994) dan Johansen (1994)

yang menunjukkan bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita

adalah 1:3.

24

Page 25: manajemen praktek

Kebiasaan merokok

Setiap rokok/cerutu mengandung lebih dari 4.000 jenis bahan kimia,

dimana 400 dari bahan-bahan tersebut dapat meracuni dan 40 dari bahan

tersebut dapat menyebabkan kanker. Zat berbahaya didalam rokok

diantaranya adalah nikotin Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap

hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan

darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan

semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi. Selain itu juga terdapat zat

karbot mono oksida, tar, DDT, cadmium, formaldehyd, arsenic, hydrogen

cyanidhe, naphthalene, polonium-210 dan vinyl chloride serta zat berbahaya

lainnya.

Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi

pula tingkat keluhan yang dirasakan (Tarwaka et al, 2004). Perokok lebih

memiliki kemungkinan menderita masalah punggung dari pada bukan

perokok. Efeknya adalah hubungan dosis yang lebih kuat dari pada yang

diharapkan dari efek batuk risiko meningkat sekitar 20% untuk setiap 10

batang rokok perharin (Pheasant, 1991).

Beberapa penelitian membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot

terkait dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama atau

semakin tinggi frekuensi merokok semakin tinggi pula tingkat keluhan otot

yang dirasakan.seperti survey yang dilakukan di Britania oleh Palmer et al

(1996) ditemukan 13.000 orang yang merokok sering mengeluhkan rasa ridak

nyaman pada musculoskeletal dan rasa lumpuh terhadap cidera

musculoskeletal dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok. Hal ini

disebabkan rokok dapat merusak jaringan otot dan mengurangi respon syaraf

terhadap rasa sakit. Palmer juga mengatakan penyebab perokok lebih

merasakan sakit musculoskeletal antara lain:

1) Zat nikotin yang terkandung di dalam rokok merupakan stimulan kuat

yang secara efektif menjalankan respon sakit pada tubuh perokok

2) Asap rokok mungkin menyebabkan kerusakan umum pada jaringan

musculoskeletal dengan cara mengurangi suplai darah ke jaringan

25

Page 26: manajemen praktek

musculoskeletal, meningkatkan penggumpalan darah, atau mengurangi

aliran nutrisi ke otot dan sendi Tarwaka (2004) mencatat salah satu

penelitian oleh Boshuizen et al. (1993) yang hasilnya menemukan

hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot

pinggang terkait pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot yang besar.

Hal ini terjadi karena kebiasaan merokok akan dapat menurunkan

kapasitas paru sehingga kemampuan menghirup oksigen menurun. Akibatnya

adalah kekuatan dan ketahanan ototmenurun karena suplai oksigen ke otot

juga menurun sehingga produksi energi terhambat, lalu penumpukan asam

laktat di otot, kemudian timbul rasa lelah hingga nyeri otot.

Pendapat serupa dinyatakan dalam NIOSH (1997), yang

mengunkapkan bahwa merokok juga dapat menimbulkan rasa sakit pada

punggung karena disebabkan batuk yang diderita perokok dapat

meningkatkan tekanan pada abdominal dan intradiscal, sehingga

menyebabkan tekanan pada bagian tulang belakang serta kandungan zat kimia

dalam rokok dapat mempengaruhi berkurangnya kandungan mineral dalam

tulang yang berakibat microfractures.

Perokok lebih memiliki kemungkinan menderita masalah punggung

dari pada bukan perokok. Efeknya adalah hubungan dosis dan lebih kuat dari

pada yang diharapkan dari efek batuk. Meningkatnya keluhan otot sangat erat

hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Risiko meningkat

20% untuk tiap 10 batang rokok per hari. Mereka yang telah berhenti

merokok selama setahun memiliki risiko LBP sama dengan mereka yang

tidak merokok. Kebiasaan merokok akan menurunkan kapasitas paru-paru,

sehingga kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila

orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut pengerahan

tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah

rendah (Jeanie Croasmun. 2003).

Croasmun (2003) juga menanbahkan bahwa perokok memiliki risiko

50 % lebih besar untuk merasakan MSDs. Hal ini dikarenakan efek rokok

akan menciptakan respon rasa sakit atau sebagai permulaan rasa sakit,

26

Page 27: manajemen praktek

mengganggu penyerapan kalsium pada tubuh sehingga meningkatkan risiko

terkena osteoporosis, menghambat penyembuhan luka patah tulang serta

menghambat degenerasi tulang.

3.3.3 Faktor Lingkungan

Getaran

Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh

kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power handtool dan

pengoperasian forklift saat mengangkat beban. Getaran juga dapat

menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran darah

tidak lancar, sehingga terjadi peningkatan timbunan asam laktat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri. Vibrasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai

gerakan ditimbulkan tubuh terhadap titik tertentu. Vibrasi yang ditimbulkan

oleh mesin biasanya sangat komplek tapi regular. Vibrasi memiliki 2

parameter yaitu: kecepatan dan intensitas (Oborne, 1995).

Vibrasi dengan frekuensi 4-8 hz (frekuensi natural dari trunk) dapat

menimbulkan efek nyeri, khususnya untuk bagian tubuh dada, bahkan

menyebabkan kesulitan bernafas. Pada frekuensi 10-20 Hz dapat

menyebabkan sakit kepala dan tegangan mata, sedangkan pada frekuensi 4-

10Hz akan menimbulkan nyeri pada abdominal. Komplain akan sakit

punggung biasanya terjadi jika terdapat getaran 8-12 Hz (Pulat, 1992).

Suhu

Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan

alat-alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan merusak daya

sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk memegang alat kerja dapat

menurunkan resiko ergonomi. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh

mengakibatkan sebagian energi di dalam tubuh dihabiskan untuk

mengadaptasikan suhu tubuh terhadap lingkungan. Apabila tidak disertai

27

Page 28: manajemen praktek

pasokan energi yang cukup akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot

(Tarwaka, 2004).

Berdasarkan rekomendasi NIOSH (1984) tentang kriteria suhu

nyaman, suhu udara dalam ruang yang dapat diterima adalah berkisar antara

20-24 ºC (untuk musim dingin) dan 23-26 ºC (untuk musim panas) pada

kelembapan 35-65%. Rata-rata gerakan udara dalam ruang yang ditempati

tidak melebihi 0.15 m/det untuk musim dingin dan 0.25 m/det untuk musim

panas Kecepatan udara di bawah 0.07 m/det akan memberikan rasa tidak enak

di badan dan rasa tidak nyaman. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa

pada temperature 27-30 ºC, maka performa kerja dalam pekerjaan fisik akan

menurun (Pulat, 1992).

Pencahayaan

Pencahayaan akan mempengaruhi ketelitian dan performa kerja.

Bekerja dalam kondisi cahaya yang buruk, akan membuat tubuh beradaptasi

untuk mendekati cahaya. Jika hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama

meningkatkan tekanan pada otot bagian atas tubuh (Bridger, 1995).

Pencahayaan yang inadekuat dapat merusak salah satu fungsi organ

tubuh. Hal ini berkaitan dengan tingkat pekerjaan yang membutuhkan tingkat

ketilitian yang tinggi atau tidak. Bila pencahayaan yang inadekuat pada

ruangan kerja akan menyebabkan postur leher lebih condong kedepan (fleksi)

begitupun dengn postur tubuh, postur seperti ini dapat menambah risiko

MSDs.

Faktor Psikososial

Faktor psikososial yaitu kepuasan kerja, stress mental, organisasi kerja

(shift kerja, waktu istirahat, dll) (Dinardi, 1997). Organisasi kerja

didefinisikan sebagai distribusi dari tugas kerja tiap waktu dan diantara para

pekerja, durasi dari tugas kerja dan durasi serta distribusi dari periode

istirahat. Durasi kerja dan periode istirahat memiliki pengaruh pada kelelahan

jaringan dan pemulihan. Studi khusus pada pengaruh organisasi kerja pada

28

Page 29: manajemen praktek

gangguan leher telah dilakukan. Ditemukan bahwa kerja VDU yang melebihi

empat jam per hari berhubungan dengan gejala pada leher (Riihimaki,1998).

Bernard et al (1997) menyatakan bahwa walaupun banyak penelitian

yang menunjukkan MSDs dipengaruhi oleh faktor psikososial tetapi

umumnya memiliki kekuatan yang lemah. Pernyataan Bernard tersebut

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kerr et al (2001) menunjukkan

bahwa faktor psikososial menyebabkan terjadinya MSDs tetapi memiliki

hubungan yang lemah

3.4 Macam-Macam Musculoskeletal Disorders

Faktor-faktor yang mendorong ke arah MSDs terjadi pada beberapa orang

dan sebagian lagi terjadi dari waktu terpaparnya. Gejala MSDs terlihat dalam

berbagai bentuk. Hal tersebut mempersulit mengidentifikasi penyebab

awalterjadinya MSDs hingga timbul masalah yang jelas. Lokasi timbulnya gejala

menjadi salah satu ciri adanya MSDs, seperti pada tulang punggung, tangan dan

pergelangan.

Jenis-jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) antara lain:

a.   Sakit Leher

Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher,

peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna

komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan

berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan

postur yang kaku;

b.   Nyeri Punggung

Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung

yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri

29

Page 30: manajemen praktek

punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat

menggunakan komputer;

c.  Carpal  Tunnel Syndrome

Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang

diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas

berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang

ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang

penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa saja yang menyebabkan

penekanan pada nervus medianus;

d.   De Quervains Tenosynovitis

Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah,

disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa di ibu jari

pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong space bardengan ibu

jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi

pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari

lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah;

e.  Thoracic Outlet Syndrome

Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai

dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima

saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic outlet

syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju

kedepan. Pengguna komputer beresiko terkena sindrom ini karena adanya gerakan

berulang dalam menggunakan keyboard dan mouse;

f.   Tennis Elbow

30

Page 31: manajemen praktek

Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang

berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.Tennis

elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.

g.  Low Back Pain

Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan L5.

Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka

akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk

yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai

dengan antopometri pekerja.

31

Page 32: manajemen praktek

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

1. Cara dokter gigi bekerja secara ergonomi adalah bekerja yang sesuai dengan

prinsip ergonomi. Prinsip dari ergonomi antara lain work in neutral postures

(bekerja dalam posisi netral), reduce excessive force (mengurangi beban yang

berlebihan), keep everything in easy reach (membuat semua mudah untuk

dijangkau), work at proper heights (ketinggian daerah kerja disesuaikan

dengan operator), reduce excessive motions (mengurangi gerakan berlebihan),

minimize fatigue and static load (memperkecil kelelahan dan beban statis),

minimize pressure points (memperkecil tekanan), provide clearance

(menyediakan tempat yang sesuai/ memeriksa ksesuaian tempat).

2. Aplikasi four handed dentistry meliputi

Tim dan sistem kerja, terdiri dari dentist, dental hygienist, dental

assistant, dan dental technician.

Jalur kerja dan pergerakan, yang memiliki konsep pembagian zona

kerja disekitar dental unit yang disebut clock concept, bila pasien

dijadikan pusat, pasien diposisikan arah jam 6 dimana letak bagian

belakang kepala tepat pada jam 12. Pada clock consept ini dibagi

menjadi 4 zona dimana arah jam 11 sampai jam 2 disebut static zone,

arah jam 2 sampai jam 4 disebut assisten’s zone, arah jam 4 sampai jam

8 disebut transfer zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11

disebut operator’s zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi.

Tata letak penempatan alat yang telah sesuai dengan prinsip ergonomi.

3. Faktor resiko terjadinya musculoskeletal disorders

Faktor pekerjaan yang dilakukan dengan postur tubuh saat bekerja,

beban, gerakan repetitive/frekuensi, durasi, dan genggaman.

Faktor lingkungan terdiri dari usia, masa kerja, jenis kelamin dan

kebiasaan merokok.

32

Page 33: manajemen praktek

Faktor lingkungan, terdiri dari getaran, suhu, pencahayaan dan

psikosoial.

4. Musculoskeletal disorders terdiri dari beberapa macam yakni sakit leher, nyeri

punggung, carpal  tunnel syndrome, de quervains tenosynovitis, thoracic outlet

syndrome, tennis elbow,  dan low back pain.

33

Page 34: manajemen praktek

DAFTAR PUSTAKA

Dougherty, M. Information for Consideration in an Ergonomic Standard for

Dentistry.

Endro, H. 2004. Presfektif Baru dalam Desain Tempat Praktek. Dentamedia. Pp :

4-5.

Finkbeiner, B, dan C. Fainkbeiner. 2001. Practice Management for Dental Team.

Mosby: St Louis.

Heizer, J. dan B. Render. Operation Management. Sixth Edition. Upper Saddle

River : Prentice Hall.

Jones. Klinik Gigi Toothfairy, Periksa Gigi di Ruang Biru. 115 Sudut Ruang

Usaha. Jakarta : PT Samindra Utama. Pp : 72-75.

Kilpatrick. H. 1974. Work Simplification in Dental Practice. Philadhelphia : WB

Saunders Company.

Murdick, B. dkk. 1990. Service Operation Management. Boston : Allyn and

Bacon.

Tawaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. Surakarta : Islam Batik University Press.

34