Top Banner
MANAJEMEN PENGELOLAAN PESANTREN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Manajemaen Pendidikan" Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : YUNI MAULI DEVI (2013471960) PAI – Smt 5/ Sawo PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG Maret 2016
23

Manajemen pengelolaan pesantren

Jan 08, 2017

Download

Education

Feni Prasetiya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Manajemen pengelolaan pesantren

MANAJEMEN PENGELOLAAN PESANTRENDiajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata

Kuliah" Manajemaen Pendidikan"

Dosen Pengampu :Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh :

YUNI MAULI DEVI (2013471960) 

PAI – Smt 5/ SawoPROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(PAI)SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

MUHAMMADIYAH(STAIM) TULUNGAGUNG

Maret 2016

Page 2: Manajemen pengelolaan pesantren

01

Manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management artinya yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Italia Maneggio yang diadopsi dari bahasa latin managiare, yang berasal dari kata manus yang artinya tangan. Dalam bahasa Arab berasal dari nazhoma atau idarah artinya yang menata beberapa hal dan menggabungkan beberapa antara satu dengan yang lain.

Sedangkan secara terminologi manajemen menurut yang dikutip oleh Made Pidarta terbagi kepada manajemen sebagai peranan dan manajemen sebagai tugas, hal ini memberi jalan untuk membedakan kedua istilah itu. Manajemen sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sementara itu salah satu manajemen sebagai peranan disebutkan peranan administrasi eksekutif. Menurut para ahli dikemukakan yang pertama manajemen adalah mengelola orang-orang, yang kedua adalah pengambilan keputusan, yang ketiga adalah pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-sumber untuk menyesuaikan tujuan yang telah ditentukan.

Jadi Sistem pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam pondok pesantren.

A. Pengertian Sistem Manajemen Pesantren

Page 3: Manajemen pengelolaan pesantren

02B. Sejarah Pesantren di Indonesia

Kata pesantren berasal dari kata santri yang diberi awalan ‘pe’ dan akhiran ‘an’ yang menunjuk arti kata tempat. Kata santri itu sendiri merupakan gabungan dari dua suku kata yaitu sant (manusia baik) dan tra (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan untuk membina manusia menjadi orang yang baik.

Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama dan Islam.

Pada sejarah awal berdirinya, pesantren mengkonsentrasikan diri pada tiga fungsi utamanya yaitu : mengajarkan atau menyebar luaskan ajaran Islam, mencetak para ulama, menanamkan tradisi Islam dalam masyarakat.

Era 1970-an perubahan dan perkembangan pesatren dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, pesantren mengalami perkembangan jumlah yang luar biasa. Kedua, menyangkut penyelenggaraan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe yakni : pertama, Pesantren yang mendirikan pendidikan formal dan menerapkan kurikulum nasional. Kedua, Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional. Ketiga, Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk Madrasah Diniyah. Keempat, Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian.

Page 4: Manajemen pengelolaan pesantren

03

Pondok pesantren secara garis besar dapat dikelompokkan, sebagaimana dituangkan dalam PMA No.3 Tahun 1979 yang mengkategorikan pondok pesantren menjadi :

1. Pondok pesantren tipe A yaitu pondok pesantren yang seluruhnya dilaksanakan secara tradisional.

2. Pondok pesantren tipe B yaitu pondok yang menyelenggarakan pengajaran secara klasikal.

3. Pondok pesantren tipe C yaitu pondok pesantren yang hanya merupakan asrama sedangkan santrinya belajar diluar.

4. Pondok pesantren tipe D yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau madrasah.

Page 5: Manajemen pengelolaan pesantren

Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat, yang meliputi :1) Pondok pesantren tradisionalSalaf artinya lama, dahulu, atau tradisional. Pondok pesantren salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama abad 15 dengan menggunakan bahasa Arab.2) Pondok pesantren modern (khalafiyah/’Ashriyah)Khalaf artinya kemudian, sedangkan ashri artinya sekarang atau modern. Pondok tipe ini adalah pengembangan pondok pesantren tradisional, karena orientasinya belajar cenderung mengadopsi sistem belajar klasik dan meninggalkan sistem belajar tradisional.3) Pondok pesantren komprehensif/campuranPondok pesantren ini disebut komprehensif karena merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara tradisional dan modern. Artinya didalamnya diterapkan pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan, bandongan dan wetonan, namun secara regular sistem persekolahan terus dikembangkan. Perkembangan pesantren saat ini diharapkan dapat menumbuhkan atau bertambahnya pesantren yang berwawasan global, sehingga pesantren menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam yang mampu beradaptasi dalam menghadapi arus globalisasi tanpa kehilangan jati diri, tetap memproduksi santri yang berakhlak baik dan mampu berkiprah di dunia global.

04

Page 6: Manajemen pengelolaan pesantren

05 C. Pengelolaan  Sistem dalam Pendidikan Pesantren

Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pesantren dalam hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincangan kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:

1. Potensi pendidikan.2. Pengembangan masyarakat.

Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan Sunan Ampel. Terkait dengan sistem pengelolaan pondok pesantren dalam interaksinya dengan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi, kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah satu bentuknya adalah pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan.

Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern. Tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan, masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan konvensional dengan membatasi diri pada pengajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan.

Page 7: Manajemen pengelolaan pesantren

06D. Problematika Pesantren di Era

ModernitasPondok pesantren Islam sebetulnya banyak berperan mendidik sebagian bangsa Indonesia sebelum lahirnya lembaga-lembaga pendidikan lain yang cenderung mengikuti pola barat yang modern. Maka dari itu, lembaga pendidikan pesantren sering dijuluki sebagai basis pendidikan tradisional yang khas Indonesia.

Dalam merespon globalisasi/modernisasi dikalangan umat Islam ada tiga pandangan. Pertama, merespon dengan cara anti globalisasi. Kedua, sebagian yang lain terpengaruh oleh arus tersebut yang berakibat adanya pemisahan antara agama dan politik atau masalah-masalah keduniaan lainnya. Ketiga, sebagian bersikap kritis namun tidak secara otomatis anti barat. Kelompok ketiga ini bersahabat dan bekerja sama dengan barat, kelompok ini tidak terjangkit sekularisasi dan tetap sebagai pemeluk agama yang taat. Kelompok yang ketiga inilah yang sebaiknya diikuti oleh umat Islam, menyerap tetapi memiliki filter sehingga tidak kehilangan jati dirinya sebagai pribadi muslim.

Page 8: Manajemen pengelolaan pesantren

07Dalam dunia pendidikan Santoto S hamijoyo,

menawarkan lima strategi dasar dalam menghadapi problematika pendidikan di era globalisasi:1. Pendidikan untuk pengembangan IPTEK terutama

dalam bidang-bidang vital, seperti manufacturing dan pertanian.

2. Pendidikan untuk mengembangkan ketrampilan manajemen, termasuk bahasa asing sebagai instrument oprasional untuk berkiprah dalam globalisasi.

3. Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana dan kesehatan sebagai penangkal penurunan kualitas hidup.

4. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama dan ideologi demi ketahanan sosial-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.

5. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan kepelatihan termasuk pengelola sistem pendidikan formal dan non formal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu pendidikan.

Page 9: Manajemen pengelolaan pesantren

08 Faktor Pendukung Pesantren di Era Global

a. Pondok pesantren adalah lembaga pedidikan yang populis, didirikan secara mandiri oleh dan untuk masyarakat, sangat berperan dalam pembentukan moral bangsa.

b. Adanya tokoh kharismatik pada pondok pesantren yang disegani dan menjadi panutan masyarakat sekitar, sehingga fatwanya bisa berpengaruh dan memberikan kontribusi pada perubahan pesantren dan lingkungan masyarakat dalam menghadapi era globalisasi.

c. Tersedianya SDM yang cukup memadai pada pondok pesantren.

d. Jiwa kemandirian, keikhlasan, kesederhanaan yang tumbuh dikalangan para santri dan keluarga besar pesantren. Sehingga mampu tetap bertahan dalam kejujuran dan tidak menuruti serakah duniawi yang ditawarkan di era globalisasi.

e. Tersedianya cukup banyak waktu bagi para santri, karena mereka mukim di asrama, waktu yang banyak bisa dimanfaatkan para santri untuk menambah kecakapan hidup seperti belajar komputer, menyetir mobil, bengkel/teknik, dll.

f. Adanya jaringan yang kuat dikalangan pondok pesantren, yang dikembangkan alumninya. Hal ini bisa memberikan peluang bagi pesantren mengembangkan baik segi modal (soft skill) santri dengan cara tukar kecakapan atau kerjasama antar pondok pesantren.

g. Minat masyarakat cukup besar terhadap pondok pesantren.

Page 10: Manajemen pengelolaan pesantren

Kelemahan Pesantren di Era Global09

1. Manajemen pengelolaan pesantren, hal ini karena masih banyak pesantren yang masih tradisional.

2. Kaderisasi pesantren, kaderisasi yang buruk dapat menelurkan pemimpin yang buruk.

3. Belum kuatnya budaya demokratis pesantren dan disiplin. Sehingga masih banyak pesantren yang menutup diri dari kritik dan saran.

4. Sebagian masyarakat memandang pesantren sebagai lembaga pendidikan kelas dua dan hanya belajar agama.

5. Terbatasnya tenaga yang berkualitas, khususnya mata pelajaran umum.

6. Terbatasnya sarana yang memadai, baik asrama maupun ruang belajar.

7. Masih dominannya sikap menerima apa adanya/fatalistic dikalangan sebagian pesantren.

8. Kebersihan di lingkungan pesantren.9. Sebagian pesantren masih bersifat ekslusif/kurang terbukaKomunitas terpelajar berujar “bahwa

keharuman negeri itu bisa dilihat bagaimana putra-putri bangsa ini.”

Pesantren Harus Akomodatif.

Page 11: Manajemen pengelolaan pesantren

10E. Dinamika Perkembangan Pondok

Pesantren Lembaga pesantren semakin berkembang secara cepat

dengan adanya sikap non koperatif ulam terhadap kebijakan politik etis.pemerintah colonial belanda pada abad ke-19. Kebijakan pemerintah colonial yang dimaksudkan sebagai balas jasa kepada rakyat Indonesia dengan mendirikan pendidikan modern, termasuk budaya barat. Namun pendidikan yang diberikan sangat terbatas, baik dari segi jumlah yang mendapat kesempatan mengikuti pendidikan maupun dari tingkat pendidikan yang diberikan.

Sikap non kooperatif dan silent opposition para ulama itu kemudian ditunjukkkan dengan memberikan pesantren di daerah-daerah yang jauh dari kota untuk  menghindari intervensi pemerintah colonial serta memberi kesampatan kapada rakyat yang belum memberikan pendidikan. Sampai akhir abad ke-19 tepatnya tahun 1860-an, menurut penelitian Sartono Kartodirdjo (1984), jumlah pesantren mengalami peledakan yang luar biasa, terutama di Jawa yang diperkirakan mencapai 300 buah. J.A van der Chijs dalam Report of 1831 on indigenous Education melaporkan bahwa di Cirebon terdapat 190 pesantren dengan 2.763 santri, di Pekalongan 9 Pesantren, Kendal 60 Pesantren, Demark 7 Pesantren dan 18 Pesantren di Grobongan. Sementara di Surabaya ada 4.397 santri yang belajar di 410 langgar. Sumenep ada 34 langgar dan Pamekasan sekitar 500-an langgar (Ridwan Saidi, 1984). Jumlah ini masih bisa dideret di berbagai wilayah Indonesia yang lain.     

Page 12: Manajemen pengelolaan pesantren

Ciri umumnya yang dapat diketahui adalah pondok pesantern memiliki kultur khas yang membedakan dengan budaya disekitar. cara pengajarannya pun unik. Sang kiyai yang biasanya adalah pendiri yang sekaligus pemilik pondok pesantren, membacakan kitab kuning sementara para santri mendengar dan memberi catatan pada kitab yang sedang dibaca, selain itu para santri juga ditugaskan membaca kitab sementara kiai yang sudah mampu menyimak sambil mengoreksi dan mengevaluasi bacaan para santri. Kegiatan belajar mengajar pada saat itu tanpa penjenjangan kelas dan kurikulum yang ketat yang biasanya memisahkan jenis kelamin santri.

Perkembangan awal pesantren inilah yang menjadi cikal bakal dan tipologi unik lembaga pesantren yang berkembang hingga saat ini. Namun perkembangan ini tidak banyak mempengaruhi keberadaan pesantren kecuali beberapa pesantren yang mencaoba memasukkan unsure-unsur pendidikan umumkedalam kurikulum pesantren, seperti Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura, Pesantren Modern Darussalam Gontor, Pesantren Tebu Ireng Jombang. Namun, secara umum pesantren tetap bertahan dengan karakteristiknya yang khas. Keadaan ini setidaknya dapat diketahui sampai masa kemerdekaan hingga decade 1960-an. Hanya sayangnya data yang mengungkap keberadaan pesantren saat itu sangat terbatas.

11

Page 13: Manajemen pengelolaan pesantren

Memasuki era 1970-an pesantren mengalami perubahan signifikan. Perubahan dan perkembangan itu bisa di tilik dari  dua sudut pandang. pertama, Pesantren mengalami perkembangan kwalitas luar biasa dan menakjubkan baik di wilayah pedesaan, pinggiran kota, maupun perkotaan. Perkembangan kedua, menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Bentuk-bentuk pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu : (1) Pesantren yang menyelanggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang ahanya memiliki sekolah keagamaan (MI, MTs, MA dan PT. Agama Islam) maupun juga meiliki sekolah umum (SD, SMP, SMA dan PT. Umum) seperti Pesantren Tebuireg Jombang. (2) Pesantren yang menyelenggarakan pendiidkan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umun meski tidak mengikuti kurikulum nasional, seperti Pesantren Al-Amien Prenduan Sumnenep Madura. (3) pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah (MD) seperti Pesantren Lirboyo Kediri dan (4) Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian.     

12

Page 14: Manajemen pengelolaan pesantren

Mempertimbangkan proses perubahan yang terjadi di pesantren tampak bahwa hingga dewasa ini lembaga tersebut telah memberi konstribusi penting dalam menyelenggarakan pendidikan nasional. Dari waktu ke waktu pesantren semakin berkembang kuantitas maupun kualitasnya. Tidak sedikit dari masyarakat yang masih menaruh perhatian besar terhadap pesantren sebagai pendidikan alternative. Terlebih lagi dengan berbagai inovasi system pendidikan yang dikembangkan pesantren  dengan mengadopsi corak pendidikan umum, menjadikan pesantren semakin kompetitif untuk menawarkan pendidikan ke halayak masyarakat.  meski sudah melakukan inovasi pendidikan sampai saat ini pendidikan pesantren tidak kehilangan karakteristiknya yang unik yang membedakan dirinya dengan model pendidikan umum yang di formulasikan dalam bentuk sekolahan.

13

Page 15: Manajemen pengelolaan pesantren

F. Manajemen Pesantren Era Globalisasi14

Manajemen dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti proses pemakaian sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. James A.F Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dari pengertian di atas dapat dimengerti manajemen dimulai dari sejak awal berdirinya sebuah lembaga.

Manajemen pendidikan adalah suatu sistem pengelolaan dan penataan sumber daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum, dana keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana dan lingkungan pendidikan.

Manajemen pendidikan Islam itu sendiri adalah suatu proses penataan atau pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien sebagaimana dalam pengertian di atas. Pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen pesantren sejalan dengan manajemen pendidikan Islam.

Page 16: Manajemen pengelolaan pesantren

Globalisasi berasal dari kata the globeyang berarti bumi, dunia ini. Maka globalisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai menjadikan semuanya satu bumi atau satu dunia. Jin Young Chung mendefinisikan globalisasi sebagai suatu proses terintegrasinya dunia melalui peningkatan arus capital, hasil-hasil produksi, jasa, ide dan manusia yang lintas batas negara. Globalisasi merupakan kelanjutan dari modernisasi, dan disisi lain globalisasi adalah proses pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi dunia . Dalam merespon globalisasi dikalangan umat Islam ada tiga pandangan. Pertama, merespon dengan cara anti globalisasi. Kedua, sebagian yang lain terpengaruh oleh arus tersebut yang berakibat adanya pemisahan antara agama dan politik atau masalah-masalah keduniaan lainnya. Ketiga, sebagian bersikap kritis namun tidak secara otomatis anti barat. Kelompok ketiga ini bersahabat dan bekerja sama dengan barat, kelompok ini tidak terjangkit sekularisasi dan tetap sebagai pemeluk agama yang taat.

15

Page 17: Manajemen pengelolaan pesantren

Walaupun sekarang memasuki dunia global namun sudah menjadi common sense bahwa pesantren dekat dengan figur kyai. Masih banyak kyai yang anti dengan perubahan dunia global. Dalam manajemen pesantren Kyai adalah figure sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini karena dua faktor utama yaitu: pertama,kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang bersandar pada karisma serta hubungan yang bersifat patrenalistik. Kebanyakan pesantren menganut sistem serba mono: mono manajemen dan mono administrasi sehingga tidak ada delegasi kewenangan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi. Kedua, kepemilikan pesantren yang bersifat individual(atau keluarga) bukan komunal. Implikasinya, gap quality (atau kesenjangan kualitas) antara seorang pemimpin dengan lainnya tidak bisa dihindarkan. Pola manajemen pendidikan dilakukan secara indental dan kurang memperhatikan tujuan-tujuannya yang telah disistemastisasikan secara hierarkis. Sistem pendidikan pesantren biasanya dilakukan secara alami dengan pola manajerial yang tetap sama dalam setiap tahunnya.

Penyelenggaraan pondok pesantren dapat diungkap bahwa ada 3 faktor yang berperan yaitu : pertama, manajemen sebagai faktor upaya. Kedua, Organisasi sebagai faktor sarana. Dan ketiga, administrasi sebagai karsa

16

Page 18: Manajemen pengelolaan pesantren

G. Karakteristik Pendidikan Islam Tradisional17

Bila dikaitkan dengan sistem pendidikan dalam Islam, pandangan kita selalu tertuju pada pesantren. Pesantren sebagai sistem pendidikan  di Indonesia yang menganut sistem tradisional. Ulil Abshar Abdallah dalam artikelnya, menyatakan bahwa pesantren satu-satunya lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang mewarisi tradisi intelektual Islam tradisional. Identifikasi ini mengukuhkan pesantren  dengan segala infrastrukturnya merupakan lembaga pendidikan di Indonesia yang masih menjunjung tinggi tradisi dan budaya otentik bangsa.

Mastuhu menuliskan, sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam tradisional, pesantren mempunyai empat ciri khusus yang menonjol. Mulai dari hanya memberikan pelajaran agama versi kitab-kitab Islam klasik berbahasa Arab, mempunyai tekhnik pengajaran yang unik yang biasa dikenal dengan metode sorogan dan bandongan atau wetonan, mengedepankan hafalan, serta menggunakan sistem halaqah.

Metode halaqah merupakan kelompok kelas dari sistem bandongan. Halaqah berarti lingkaran murid, atau sekelompok santri yang belajar di bawah bimbingan seorang ustadz dalam satu tempat. Dalam prakteknya, halaqah dikategorikan sebagai diskusi untuk memahami isi kitab, bukan mempertanyakan kemungkinan benar salahnya apa apa yang diajarkan oleh kitab. Halaqah dinilai hanya cocok bagi pengembangan intelektual kelas santri yang cerdas, rajin, serta bersedia mengorbankan waktu yang besar untuk belajar.

Page 19: Manajemen pengelolaan pesantren

Dalam dunia pesantren dikenal beberapa metedologi pengajaran sebagai berikut:18

1. Hafalan

Sebagai sebuah metedologi pengajaran, hafalan pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran yang bersifat nadham (syair), bukan natsar (prosa), dan itupun pada umumnya terbatas pada ilmu kaidah bahaSa arab. Metode ini sangat relevan apabila diterapkan kepada santri yang masih tergolong anak-anak, tingkat dasar, dan tingkat menengah. Sedangkan pada usia diatas itu, metode hafalan sebaiknya dikurangi sedikit demi sedikit, dan lebih tepat digunakan untuk rumus dan kaidah-kaidah. Hal ini disebabkan pada usia tersebut,tingkat kemampuan menghafal santri cenderung semakin lemah seiring dengan menguatnya daya nalar dan pemahannya.

Dalam aplikasinya, metode ini biasanya diterapkan dengan dua cara. Pertama, pada setiap kali tatap muka, setiap santri diharuskan membaca tugas-tugas hafalannya dihadapan kyai atau ustadz. Jika ia hafal dengan baik, ia diperbolehkan untuk melanjuti tugas hafalan berikutnya. Sebaliknya jika ia belum berhasil, ia di haruskan mengulang lagi sampai lancar untuk disetorkan kembali pada pertemuan yang akan datang. Kedua, seorang kyai atau ustadz menugaskan santrinya untuk mengucapkan bagian-bagian tertentu dari hafalan yang telah ditugaskan kepada mereka, atau  melanjutkan kalimat atau lafadz yang telah diucapkan oleh gurunya.

Page 20: Manajemen pengelolaan pesantren

192. Hiwar atau MuhawarahHiwar dalam dunia pesantren selain sebagai alat komunikasi, hiwar juga merupakan metode yang hampir sama dengan metode diskusi yang umum kita kenal.

Dalam pelaksanaannya, para santri melakukan kegiatan belajar secara kelompok untuk membahas bersama materi kitab, yang telah diajarkan oleh kyai atau ustadz. Dalam belajar kelompok ini, mereka tidak hanya membahas segala sesuatu yang berkenaan dengan topik/sub topik bahasan kitab belaka. Lebih dari itu, tidak jarang  mereka juga memperluas cakupan diskusinya, hingga mencakup  pembahasan tentang lafadz demi lafadz dan kalimat demi kalimat jika ditinjau dari gramatika bahasa Arab (ilmu alat). Semua merupakan bagian integral dari usaha mereka untuk bisa memahami makna hingga dapat  menyimpulkannya. Sejalan dengan itu, metode ini dinilai sangat efektif dan relatif cukup berhasil sehingga sampai saat ini.

Page 21: Manajemen pengelolaan pesantren

Mudzakaroh atau bahtsul Masa’i  merupakan pertemuan ilmiah untuk membahas masalah diniyah, seperti ibadah, akidah, dan permasalahan-permasalahna agama lainnya. Metode ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan metode musyawarah. Bedanya, sebagai sebuah metodologi mudzakarah pada umumnya hanya diikuti oleh para kyai atau para santri tingkat tinggi.

3. Metode Bahtsul Masa’il (Mudzakaroh)

20

4. Fathul Kutub

Fathul Kutub merupakan kegiatan latihan membaca kitab (terutama kitab klasik) yang umumnya ditugaskan kepada santri senior di pondok pesantren. Metode ini biasanya dikhususkan bagi santri yang sudah akan menyelesaikan pendidikannya di sebuah Pondok Peantren.

5. Muqoronah

Muqoronah adalah sebuah metode yang berfokus pada kegiatan perbandingan, baik perbandingan materi, paham, metode, maupun perbandingan kitab. Metode ini hanya diterapkan pada kelas-kelas santri senior (Mahad ‘ali) saja.

Page 22: Manajemen pengelolaan pesantren

Muhawarah merupakan latihan bercakap-cakap dengan menggunakan Bahasa Arab. Metode ini digunakan untuk berbicara baik dengan sesama santri maupun dengan para ustaz atau kyai.

6. Muharawah atau Muhadatsah

21

Page 23: Manajemen pengelolaan pesantren

Pertanyaan dari teman-teman:

1. Apakah sama sistem manajemen berbasis pesantren dengan sistem manajemen Madrasah Diniyah? (Kusnul Khatimah)

2. Sebutkan kelemahan dan keunggulan dari Pondok Pesantren Tradisional, Pesantren Modern, dan Pesantren Campuran? (Illa lairinsky nisa)

3. Manakah yang lebih berhasil antara manajemen berbasis pesantren dengan manajemen berbasis sekolah? (Ifa dewi masyta)

4. Bagaimana cara mengatasi kelemahan pesantren diera global? (Lutfi himatunkmah)

5. Jelaskan maksud dari Pondok Pesantren tipe A, B, C, dan D (pada halaman 4)? (Feni prasetya)

Dipresentasikan pada Senin, 18 April 2016.

Pukul 02:30 wib