Top Banner

of 46

manajemen pendidikan.pdf

Oct 09, 2015

Download

Documents

AzraAmellee
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Manajement Pendidikan

    STAIS DHARMA KUSUMA

    Mata Kuliah : Manajement Pendidikan

    Dosen : Dr. Sarwo Edy, S.Ag., MM

    Oleh : Amelina Rabbani Azra

    Jl. KH. Hasyim Asyari No 1 / 1 Segeran Kidul Kec. Juntinyuat

    Kab. Indramayu 45282

  • Kata Pengantar

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan

    hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah

    ditentukan.

    Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar

    Manajemen Pendidikan, yaitu pembuatan makalah mengenai Konsep Dasar Manajemen

    Pendidikan Islam, Prinsip Prinsip Dasar Manajemen Pendidikan Islam, Fungsi Fungsi Manajemen Pendidikan Islam, Total Quality Manajemen, Manajemen Berbasis Sekolah /

    Madrasah, da Sistem Informasi Manajemen Berbasis Sekolah.

    Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan, saya menyadari bahwa

    laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang diberikan

    akan saya sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang.

    Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para

    pembacanya.

    19 Oktober 2014

    Penulis

  • Pendahuluan

    Dunia Islam pada saat ini tengah menghadapi berbagai gejolak kehidupan umat sebagai buah

    perkembangan pemikiran umat yang semakin dinamis dan kritis disertai arus globalisasi yang

    semakin merajalela yang dominan mempengaruhi pola pikir umat. Isu-isu miring terkait

    perilaku umat Islam semisal isu terorisme, secara tidak langsung telah turut serta

    memberikan perspektif buram terhadap eksistensi umat Islam. Gejolak politik yang selalu

    diikuti kerusuhan di beberapa negara Timur Tengah yang identik sebagai pusat umat Islam

    di dunia juga tak kalah telah memberikan warna buram lain terhadap umat Islam di dunia.

    Tentu hal ini harus disikapi secara arif oleh setiap umat Islam yang peduli dengan keberadaan

    umat Islam di dunia saat ini. Misi rahmatan lilalamin sebagai patokan eksistensi keberislaman tentu tetap harus menjadi indikator utama dalam

    mengimplementasikan pemahaman keberislaman tersebut.

    Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah umat Islam terbesar di dunia tentu tidak

    lepas dari pencitraan umat Islam itu sendiri, sebab bagaimanapun perilaku umat Islam di

    Indonesia juga menjadi salah satu fokus perhatian masyarakat dunia. Pasca kejatuhan orde

    baru yang melahirkan orde reformasi, umat Islam di Indonesia dituntut untuk dapat

    berkiprah dalam melakukan perubahan

    terhadap kondisi bangsa Indonesia yang sedang terpuruk. Pemahaman secara benar tentang

    arti reformasi patut dicermati secara bijak agar tidak melahirkan kebebasan berdemokrasi

    yang kebablasan yang justru mencederai norma-norma demokrasi itu sendiri.

    Gerakan reformasi yang telah berlangsung selama lebih dari 12 tahun di Indonesia secara

    umum menyangkut tuntutan diterapkannya prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan

    menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam berbagai sendi kehidupan berbangsa dan

    bernegara, termasuk didalamnya tuntutan pembaharuan dalam bidang pendidikan.

    Pembaharuan dalam bidang pendidikan merupakan langkah strategis untuk mengobati krisis

    multi dimensi yang kini tengah melanda perikehidupan bangsa, sebab pendidikan diyakini

    merupakan wahana ampuh dan obat yang mujarab untuk membawa bangsa dan negara

    Indonesia terlepas dari krisis multi dimensi yang berkepanjangan dan menjadi negara maju

    dan terpandang dalam pergaulan bangsa-bangsa dan dunia internasional.

    Keyakinan akan hal tersebut senada dengan apa yang dilontarkan Malik Fajar dalam

    tulisannya yang dimuat dalam Mimbar Pendidikan (2001 : 41) yang menyatakan : Keyakinan

    bahwa pendidikan merupakan wahana ampuh untuk membawa bangsa dan negara menjadi

    maju dan terpandang dalam pergaulan bangsa-bangsa dan dunia internasional, boleh

    dikatakan tidak ada keraguan lagi. Sampai-sampai John Nasbit dan Particia Aburdence,

    melalui Megatrend 2000, mengatakan : Tepi Asia Pasifik telah memperlihatkan, negara miskin pun bangkit, tanpa sumber daya alam melimpah asalkan negara melakukan

    investasinya yang cukup dalam hal sumber daya manusia.

    Oleh karena itu, katanya lebih lanjut : terobosan yang paling menggairahkan dari abad ke-21 bukan karena teknologi, melainkan karena konsep yang luas tentang apa artinya manusia

    itu. Maka, mendiskusikan pendidikan sebagai praksis pembangunan bangsa, meskipun terasa klise namun tetap menarik dan penuh makna. Lebih-lebih di tengah-tengah suasana krisis multi dimensi yang

    berkepanjangan melanda bangsa dan negara, dimana peran pendidikan ikut dipertanyakan,

    bahkan digugat.

    Bagaimanapun, krisis multi dimensi yang tengah melanda bangsa Indonesia ini sebagaimana

    dikatakan Tilaar (2000 : v) telah membawa hikmah, yaitu kita belajar dari kekeliruan-

    kekeliruan masa lalu. Salah satu hikmah yang kita peroleh dari masa krisis adalah munculnya

    kesadaran tentang betapa pentingnya arti pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa.

    Selanjutnya Tilaar (2000 : 1) juga mengungkapkan bahwa di dalam masa krisis dewasa ini

    ada dua hal yang menonjol berkaitan dengan pendidikan, yaitu : pertama bahwa pendidikan

    tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia di dalam segala aspeknya yaitu politik,

  • ekonomi, hukum, dan kebudayaan ; dan kedua bahwa krisis yang dialami oleh bangsa

    Indonesia dewasa ini merupakan pula refleksi dari krisis pendidikan nasional.

    Diakui atau tidak, salah satu faktor yang dianggap oleh sebagian pihak sebagai penyebab

    keterpurukan bangsa ini adalah karena krisis mental, moralitas, dan etika yang melanda

    bangsa ini. Dan ketika kita berbicara tentang mental, moralitas dan etika, maka kita tidak

    bisa melepaskan diri dari pendidikan, sebab pendidikan sebagai salah satu elemen

    pembangunan bangsa, adalah yang secara langsung berkaitan dengan pembangunan mental,

    moralitas dan etika masyarakat (peserta didik). Hasil pendidikan mencerminkan keadaan

    pribadi dan masyarakat. Jika kini kita mengeluh tentang kualitas dan perilaku peserta didik

    atau masyarakat kita, maka tentulah ada yang salah dalam pendidikan kita, baik kesalahan

    tersebut kita lemparkan pada kecanggihan iptek atau revolusi informasi dan semacamnya,

    maupun karena kegagalan kita dalam mendidik atau bahkan memahami apa yang kita

    maksud dengan pendidikan. Demikian disampaikan Quraish Shihab dalam salah

    satu tulisannya yang dimuat Mimbar Pendidikan bertajuk Pendidikan Agama, Etika dan Moral (2001 : 19).

    Munculnya kesadaran tentang arti pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan

    dan kemungkinan yang lebih baik di masa yang akan datang telah mendorong berbagai upaya

    dan perhatian seluruh lapisan masyarakat dan juga pemerintah bagi terciptanya perbaikan,

    perkembangan, dan kemajuan dunia pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas

    sumber daya manusia. Diantara bukti nyata akan hal tersebut adalah dengan lahirnya

    peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang pengembangan

    pendidikan di Indonesia, diantaranya dengan lahirnya Undnag-Undang No. 20 tahun 2003

    tentang sisitem pendidikan nasional dan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan

    dosen.

    Lahirnya peraturan perundang-undangan yang secara konsen mengatur tentang pendidikan

    tidak serta merta merubah kondisi pendidikan di Indonesia menjadi lebih maju. Faktanya

    masih banyak kendala yang harus dihadapi, salah satunya adalah kelemahan moralitas dari

    pelaku manajerial pendidikan. Diakui atau tidak, perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme

    pasca runtuhnya orde baru tidak turut runtuh, namun malahan cenderung semakin

    menyebar pada berbagai instansi, termasuk instansi pendidikan. Anggaran besar yang

    disediakan pemerintah tentu menjadi suatu kesia-siaan jika dalam prakteknya tidak

    mencapai sasaran dan banyak dikorupsi oleh berbagai elemen yang terkait dalam manajemen

    pendidikan itusendiri.

    Beberapa kenyataan tersebut diatas tentu menjadi suatu pertanyaan besar bagi kita kenapa

    para manajer yang tidak sedikit diantaranya beragama Islam dan berpendidikan yang

    notabene mengetahui dan memahami akhlak mulia, moral, dan kesusilaan, justru terjerumus

    ke dalam lembah hitam yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan essensi

    kepemimpinan sebagai suatu amanah.

    Tentu saja walaupun ini bukan menjadi gambaran secara umum dari kondisi para manajer

    pendidikan kita, tapi dari beberapa kasus tertentu inilah kita harus banyak mengambil

    pelajaran berharga.

    Berangkat dari pemikiran di atas, maka pada dasarnya seorang manajer pendidikan dituntut

    memiliki prinsip yang kokoh dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sekolah

    sebagai institusi terdepan dalam melaksanakan proses pembelajaran haruslah dipimpin oleh

    seorang pemimpin yang memiliki prinsip yang kokoh agar tidak mudah tergoda oleh peluang-

    peluang kecurangan dan pengkhianatan yang pasti akan muncul ketika akan merealisasikan

    sebuah program,

    apalagi jika program itu berkaitan dengan sejumlah anggaran yang besar. Oleh karena itu,

    disinilah pentingnya bagi para manajer pendidikan memahami prinsip - prinsip manajemen

    pendidikan Islam untuk diterapkan dalam konteks persekolahan.

  • Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan

    teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara

    asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan

    Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara

    semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah

    manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan

    efektif.

    Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada

    jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah

    (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk

    Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan

    tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai

    bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur

    pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis

    Talim, Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

    Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak

    bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan

    tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan

    hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya,

    sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi.

    Makalah sederhana ini akan membahas tentang pengertian dan fungsi-fungsi manajemen

    pendidikan Islam, sebagai pengantar diskusi pekuliahan Mata Kuliah Manajemen Pendidikan

    Islam di Universitas Ibnu Khaldul Bogor.

    Dalam melaksanakan tugasnya menurut Isjoni (2009:1) Guru adalah kondisi yang diposisikan

    sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

    Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan

    tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas

    pengabdiannya. Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru didalam

    pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan.

    Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi- sisi kelemahan guru, hal itu tidak

    sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada sistem yang berlaku, baik disengaja

    ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap permasalahan tadi. Dari keterangan tersebut

    dapat difahami bahwa ketidakmampuan guru dalam melaksanakan pembelajaranmenjadi

    masalah yang akan selalu diperhatikan. Baik atau tidaknya pelaksanaan pembelajaran yang

    bisa dilakukan oleh guru atau disebut dengan kinerja guru menentukan proses pembelajaran

    yang dilaksanakan. Posisi guru yang sangat menentukan pembelajaran akan selalu menjadi

    perhatian semua orang. Selanjutnya Isjoni (2009:1) menjelaskan Bila kita amati di lapangan,

    bahwa guru sudah menunjukan kinerja maksimal di 61 ISSN 1412-565X dalam menjalan

    tugas dan fungsinya sebagai pendidik, pengajar dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih

    ada sebagian guru yang belum menunjukkan kinerja baik, tentunya secara akan

    berkontribusi terhadap kinerja guru secara makro. Pada umumnya guru telah melakukan

    dan berusaha untuk melakukan pembelajaran yang baik, tetapi kondisi guru yang tidak

    semuanya bisa melaksanakan pembelajaran baik menjadikan kinerja umum guru masih

    tampak kurang baik. Seorang kepala sekolah sebagai manajerial dituntut mampu memiliki

    kesiapan dalam mengelola sekolah. Kesiapan yang dimaksud adalah berkenaan dengan

    kemampuan manajerial kepala sekolah sebagai seorang pimpinan. Kemampuan manajerial

    yang dimaksudkan di sini adalah berkenaan dengan kemampuannya dalam membuat

    perencanaan (planning), mengorganisasikan (organizing), pelaksanaan (actuating), dan

    pengawasan (controlling).

    Dengan kemampuan semacam itu, diharapkan setiap pimpinan mampu menjadi pendorong

    dan penegak disiplin bagi para karyawannya agar mereka mampu menunjukkan

    produktivitas kerjanya dengan baik. Berangkat dari konsep Hersey (dalam Sumidjo, 2002:

    99) yang menyatakan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas manajerial diperlukan tiga

  • macam bidang keterampilan, yaitu: technical, human dan conceptual. Dengan memiliki ketiga

    keterampilan dasar tersebut di atas, kepala sekolah dapat melaksanakan tugas pokok dan

    fungsinya sesuai dengan ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang

    bermutu. Maka dari itu kemampuan manajerial kepala sekolah ditandai oleh kemampuan

    untuk mengambil keputusan (decision making) dan tindakan secara tepat, akurat dan relevan.

    Ketiga kemampuan manajerial kepala sekolah tersebut ditandai dengan kemampuan dalam

    merumuskan program kerja, meng-koordinasikan pelaksanaan program kerja, baik dengan

    dewan guru maupun dengan yang lainnya yang terkait dalam pendidikan suatu kemampuan

    dalam melakukan evaluasi terhadap program kerja sekolah yang telah dilaksanakan.

    Menurut Anwar dan Amir (2002) menyatakan bahwa : Kepala sekolah sebagai salah satu

    kategori administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikannya

    dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam

    kehidupan masyarakat, termasuk perkembangan kebijakan makropendidikan.

    Hal yang paling aktual saat ini yang merupakan wujud dari perubahan dan perkembangan

    adalah makin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, dan gencarnya tuntutan

    kebijakan pendidikan yang meliputi peningkatan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu,

    efisiensi dan relevansi. Sehubungan dengan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu,

    efisiensi dan relevansi tersebut, penguasaan teknologi informasi (TI) dalam bidang

    pengelolaan administrasi mutlak diperlukan dalam manajemen sekolah. Pengolahan

    administrasi yang dilakukan secara manual banyak sekali kelemahan antara lain menyita

    waktu dan lambat dalam prosess penyampaianya, maka seiring dengan kemajuan teknologi

    terutama tekhnologi informasi dimana internet tercakup di dalamnya diterapkan sangat perlu

    dan mendesak untuk merubah pengelolaan data secara manual ke arah pengelolaan digital.

  • A. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam

    1. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam

    Kata Manajemen saat ini sudah banyak dikenal di Indonesia, baik di lingkungan swasta, perusahaan, maupun pendidikan. Demikian pula seminar tentang manajemen telah muncul

    dimana-mana bak jamur dimusim hujan. Berdasarkan kenyataan-kenyataan ini

    menunjukkan manajemen telah diterima dan dibutuhkan kehadirannya di masyarakat.

    Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang merupakan terjemahan

    langsung dari kata management yang berarti pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata

    pimpinan. Sementara dalam kamus Inggris Indonesia karangan John M. Echols dan Hasan

    Shadily (1995 : 372) management berasal dari akar kata to manage yang berarti mengurus,

    mengatur, melaksanakan, mengelola, dan memperlakukan.

    Ramayulis (2008:362) menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen

    adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur)

    yang banyak terdapat dalam Al Quran seperti firman Allah SWT :

    Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya

    dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (Al Sajdah : 05).

    Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam

    (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam

    mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadaikan

    sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-

    baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini.

    Sementara manajemen menurut istilah adalah proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas

    kerja sehingga dapat selesai secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbin

    dan Coulter, 2007:8).

    Sedangkan Sondang P Siagian (1980 : 5) mengartikan manajemen sebagai kemampuan atau

    keterampilan untuk memperoleh suatu hasil dalam rangka mencapai tujuan melalui kegiatan-

    kegiatan orang lain.

    Bila kita perhatikan dari kedua pengertian manajemen di atas maka dapatlah disimpulkan

    bahwa manajemen merupkan sebuah proses pemanfaatan semua sumber daya melalui

    bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar tujuan bersama bisa dicapai secara

    efektif, efesien, dan produktip. Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses

    transinternalisasi nilai-nilai Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai

    kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

    Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan Islam sebagaimana

    dinyatakan Ramayulis (2008:260) adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang

    dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun

    lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif,

    efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun

    di akhirat.

    Banyak penulis yang telah berusaha untuk memberikan definisi atau batasan tentang

    pengertian manajemen. Berikut ini beberapa defenisi tentang manajemen sebagai berikut:

  • 1. Sukanto Reksohadipprodjo, Manajemen adalah suatu usaha, merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkordinir serta mengawasi kegiatan dalam suatu organisasi agar tercapai

    tujuan organisasi secara efisien dan efektif.

    2. Marry Papker Follett, Manajemen sebagai seni untuk mendapatkan sesuatu melalui sikap dan keterampilan tertentu.

    3. James A.F. Stoner mengemukakan bahwa manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan

    yang telah ditetapkan.

    4. Manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pendayagunaan sumber daya manusia

    dan sumber daya lainnya secara efisien, efektif dan produktif dalam mencapai suatu tujuan.

    Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka manajemen dapat diartikan sebagai suatu

    proses dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya untuk

    mencapai suatu tujuan.

    Adapun Pendidikan dapat diartikan secara sempit, dan dapat pula diartikan secara luas.

    Secara sempit pendidikan dapat diartikan: bimbingan yang diberikan kepada anak-anak sampai ia dewasa. Sedangkan penidikan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang

    menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya

    mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai bagi anak didik., sehingga nilai-nilai yang

    terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian kepribadian anak yang pada gilirannya ia

    menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat.

    Pengertian pendidikan tersebut di atas masih bersifat umum. Adapun pendidikan Islam dapat

    diartikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran

    Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi

    berlakunya semua ajaran Islam.

    Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan dan melatih,

    mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi

    setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta

    menegakkan kebenaran, sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur

    sesuai ajaran Islam.

    Pendidikan Islam juga berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang

    secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

    Menurut Muhaimin, ia mengemukakan pengertian Pendidikan Islam dalam dua aspek,

    pertama pendidikan Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan atau

    didirikan dengan hasrat dan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam.

    Kedua, pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dikembangkan dari dan disemangati

    atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.

    Pengertian manajemen dan pendidikan Islam telah tersebut diatas. Sedangkan Manajemen

    pendidikan Islam menurut para pakar diantaranya ialah; Sulistyorini menulis bahwa

    manajemen pendidikan Islam adalah suatu proses penataan/pengelolaan lembaga pendidikan

    Islam yang melibatkan sumberdaya manusia muslim dan non manusia dalam

    menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.

    Sementara itu Mujamil Qomar mengartikan sebagai suatu proses pengelolaan lembaga

    pendidikan Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber balajar dan hal-hal

    lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.1[10]

    Manajemen harus mengutamakan pengelolaan secara Islami, sebab disinilah yang

    membedakan antara manajemen Islam dengan menejemen umum.

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat di definisikan bahwa manajemen pendidikan Islam

    sebagai suatu proses dengan menggunakan berbagai sumber daya untuk melakukan

  • bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani seseorang agar ia berkembang secara

    maksimal sesuai dengan ajaran Islam.

    2. Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan Islam

    Dasar manajemen pendidikan Islam secara garis besar ada 3 (tiga) yaitu: Al-Quran, As-Sunnah serta perundang-undang yang berlaku di Indonesia.

    1. Al-Quran

    Banyak Ayat-ayat Al-Quran yang bisa menjadi dasar tentang manajemen pendidikan Islam. Ayat-ayat tersebut bisa dipahami setelah diadakan penelaahan secara mendalam. Di antara

    ayat-ayat Al-Quran yang dapat dijadikan dasar manajemen pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

    ( 211 )

    Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi

    dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan

    mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah

    kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (QS. At-Taubah: 122).

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam menegaskan tentang

    pentingnya manajemen, di antaranya manajemen pendidikan, lebih khusus lagi manajemen

    sumber daya manusia.

    3. As-Sunnah

    Rasulullah SAW adalah juru didik dan beliau juga menjunjung tinggi terhadap pendidikan

    dan memotivasi umatnya agar berkiprah dalam pendidikan dan pengajaran. Rasulullah SAW

    bersabda:

    Barang siapa yang menyembunyikan ilmunya maka Allah akan mengekangnya dengan kekang

    berapi ( HR. Ibnu Majah).

    Berdasarkan pada hadits di atas, Rasulullah SAW memiliki perhatian yang besar terhadap

    pendidikan. Di samping itu, beliau juga punya perhatian terhadap manajemen, antara lain

    dalam sabda berikut:

    4. Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia

    Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan dalam Pasal 30

    ayat 1 bahwa: Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundangundangan.

    Disebutkan pula dalam Pasal 30 ayat 2 bahwa Pendidikan keagamaan berfungsi menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai

    ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

    5. Tujuan Manajemen Pendidikan Islam

    Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pengembangan

    pendidikan. Dalam arti ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan Islam

    untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien. Bisa juga diartikan

    sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya

    pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efesien.

    Manajemen pendidikan lebih bersifat umum untuk semua aktifitas pendidikan pada

    umumnya, sedangkan manajemen pendidikan lebih khusus lagi mengarah pada manajemen

    yang diterapkan dalam pengembangan pendidikan Islam. Dalam arti bagaimana

  • menggunakan dan mengelola sumber daya pendidikan Islam secara efektif dan efisien untuk

    mencapai tujuan pengembangan, kemajuan dan kualitas proses dan hasil pendidikan Islam

    itu sendiri. Sudah barang tentu aspek manager dan leader yang Islami atau dijiwai oleh ajaran

    dan nilai-nilai Islam dan/atau yang berciri khas Islam, harus melekat pada manajemen

    pendidikan Islam.

    Dalam menjalankan setiap kegiatan tentunya dibutuhkan suatu usaha yang efisien dan

    ekonomis karena alasan tersebut begitu dipegang teguh dalam setiap sistem organisasi.

    Dengan kata lain tingkat pemborosan atau penyalahgunaan sangatlah bertolak belakang

    dengan prinsip-prinsip organisasi.

    Dengan mengetahui identitasnya dan juga kebutuhan tentang manajemen tentu akan dapat

    menentukan apa tujuan manajemen itu sendiri. Mengingat manajemen sebenarnya adalah

    alat dari suatu organisasi, maka adanya alat tersebut tentunya memiliki tujuan.

    Lembaga pendidikan Islam bisa dikategorikan sebagai lembaga industri mulia (nobel industri)

    karena mengembang misi ganda yaitu profit sekaligus sosial. Misi profit yaitu, untuk

    mencapai keuntungan, ini dapat dicapai ketika efisiensi dan efektifitas dana bisa tercapai,

    sehingga pemasukan (income) lebih besar daripada biaya operasional. Misi sosial bertujuan

    untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai luhur. Misi kedua ini dapat dicapai secara

    maksimal apabila lembaga pendidikan Islam tersebut memiliki modal human-capital dan

    social capital yang memadai dan juga memiliki tingkat keefektifan dan efisiensi yang tinggi.

    Itulah sebabnya mengelola lembaga pendidikan Islam tidak hanya dibutuhkan

    profesionalisme yang tinggi, tetapi juga misi niat suci dan mental berlimpah, sama halnya

    dengan mengelola noble industry yang lain, seperti rumah sakit, panti asuhan, yayasan sosial,

    lembaga riset atau kajian dan lembaga swadaya masyarakat.

    Sumber daya pendidikan Islam itu setidak-tidaknya menyangkut peserta didik, pendidik dan

    tenaga kependidikan (termasuk di dalamnya tenaga adminstrasi), kurikulum atau program

    pendidikan, sarana/prasarana, biaya keuangan, informasi, proses belajar mengajar atau

    pelaksanaan pendidikan, lingkungan, output dan outcome serta hubungan

    kerjasama/kemitraan dengan stakeholder dan lain-lain, yang ada pada lembaga-lembaga

    pendidikan Islam.

    Dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen pendidikan Islam adalah agar segenap sumber,

    peralatan ataupun sarana yang ada dalam suatu organisasi tersebut dapat digerakkan

    sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan sampai tingkat seminimal mungkin segenap

    pemborosan waktu, tenaga, materil, dan uang guna mencapai tujuan organisasi yang telah

    ditetapkan terlebih dahulu.

    6. Ruang Lingkup Praktik Manajemen Pendidikan Islam

    Sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh Muhaimin, bahwa manajemen pendidikan

    Islam merupakan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan dengan hasrat untuk

    mengejawantahkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Dalam praktiknya di indonesia pendidikan

    Islam setidak-tidaknya dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu:

    1. Pondok Pesantren atau Madrasah Diniyah, yang menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional di sebut sebagai pendidikan kegamaan (Islam) formal, seperti

    pondok pesantren/Madrasah Diniyah (Ula, wustha, Ulya, dan Mahad Ali). 2. PAUD/RA, BA, TA, Madrasah da pendidika lanjutan seperti IAIN, STAIN atau Universitas

    Islam Negeri yang bernaung di bawah Kementerian Agama.

    3. Pendidikan Usia dini, RA, BA, TA, sekolah/perguruan tinggi yang diselenggaraakan di bawah

    naungan yayasan dan organisasi Islam.

    4. Pelajaran agama Islam di sekolah/ madrasah/perguruan tinggi sebagai suatu mata pelajaran

    atau mata kuliah, dan atau sebagai program studi; dan

    5. Pendidikan Islam dalam keluarga atau di tempat-tempat ibadah, dan/atau di forum-forum

    kajian keislaman, majelis taklim, dan institusi-institusi lainnya yang sekarang sedang

  • digalakkan oleh masyarakat, atau pendidikan (Islam) melalui jalur pendidikan nonformal,

    dan informal.

    Ruang lingkup praktik manajemen pendidikan Islam dalam definisi kedua yang

    dikemukakan oleh Muhaimin, yaitu sistem pendidikan dari dan disemangati atau dijiwai oleh

    ajaran dan nilai-nilai Islam. Dalam pengertian ini pendidikan Islam dapat juga mencakup;

    1. Pendidik/guru/dosen kepala Madrasah/sekolah atau pimpinan perguruan Tinggi dan / atau

    tenaga kependidikan lainnya yang melakukan dan mengembangkan aktivitas

    kependidikannya disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam.

    2. Komponen-komponen pendidikan lainnya seperti tujuan, materi/bahan ajar, alat/ media/

    sumber belajar, metode, evaluasi, lingkungan/konteks, manajemen dan lain-lain yang

    disemangati atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam atau yang bercirikhas Islam.

    Dengan demikian lingkup praktik manajemen pendidikan Islam meliputi manajemen

    kelembagaan dan program pendidikan Islam serta aspek spirit Islam melekat pada setiap

    aktivitas pendidikan.

    B. Prinsip Prinsip Manajement Pendidian Islam dalam konteks Persekolahan.

    Pentingnya prinsip-prinsip dasar dalam praktik manajemen antara lain:

    1) menentukan cara/metode kerja;

    2) pemilihan pekerja dan pengembangan keahliannya;

    3) pemilihan prosedur kerja;

    4) menentukan bata-batas tugas;

    5) mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas;

    6) melakukan pendidikan dan latihan;

    7) menetukan sistem dan besarnya imbalan.

    Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas kerja.

    Dalam kaitannya dengan prinsip dasar manajemen, Fayol mengemukakan sejumlah prinsip

    seperti yang dikutip oleh Nanang Fatah, yaitu : pembagian kerja, kejelasan dalam wewenang

    dan tanggung jawab, disiplin, kesatuan komando, kesatuan arah, lebih memprioritaskan

    kepentingan umum/organisasi daripada kepentingan pribadi, pemberian kontra prestasi,

    sentralisasi, rantai skalar, tertib, pemerataan, stabilitas dalam menjabat, inisiatif, dan

    semangat kelompok. Keempat belas prinsip dasar tersebut dijadikan patokan dalam praktik

    manajerial dalam melakukan manajemen yang berorientasi kepada sasaran (Management by

    Objectives {MBO}), manajemen yang berorientasi orang (Managemnet by People {MBP}),

    manajemen yang berorientasi kepada struktur (Management by Technique {MBT}), dan

    manajemen berdasarkan informasi (Management by Information {MBI}) atas Management

    Information System {MIS}.

    Hendiat Soetomo dan Wasti Sumanto mengemukakan tentang prinsip Manejemen Pendidikan

    Dengan menganut pola administrasi pendidikan modern yang berprinsip pada demokrasi

    dengan ciri penghargaan terhadap potensi manusia, maka prinsip manajemen pendidikan

    atau sekolah hendaknya:

    1. Desentralisasi sistem dan anggota staf.

    Yang dimaksud prinsip ini adalah otoritas dan tanggungjawab serta tugas yang harus

    didelegasikan dalam konteks kerangka kerja policy yang diadopsikan di sekolah.

    2. Mempertinggi penghargaan terhadap personal

    Personal yang terikat dalam unit kerja harus diperhitungkan dan dihargai oleh pimpinan

    yang disesuaikan dengan otoritas, dan tanggungjawab serta tujuan dan wewenang yang

    dilimpahkan kepada personal tersebut.

  • 3. Perkembangan dan pertumbuhan personal sekolah secara optimal

    Mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan serta keterampilan personal secara

    optimal. Dengan kata lain masing-masing personal sekolah harus bisa menampilkan

    potensinya dengan semaksimal mungkin.

    4. Perlibatan personal

    Setiap personal kerja sekolah senantiasa dilibatkan dari mulai perencanaan pengorganisasian

    dan pengawasan sehingga semuanya menjadi tanggungjawab bersama.

    Tambahan :

    Oleh : Agus Fakhruddin

    Persoalan manajemen termasuk salah satu persoalan yang sangat mendasar dalam

    pengembangan sebuah organisasi. Maju dan mundurnya sebuah organisasi akan sangat

    ditentukan oleh baik atau buruknya manajemen yang ada di dalamnya. Dalam konteks

    budaya global saat ini, dimana teori-teori dan praktik-praktik manajemen mengalami

    kemajuan yang pesat membutuhkan prinsip-prinsip dasar manajemen yang selaras dengan

    karakter dan ideologi organisasi yang bersangkutan. Sekolah sebagai suatu organisasi

    pendidikan, terutama sekolah-sekolah yang berada di bawah kelembagaan pendidikan Islam

    atau di bawah pengelolaan orang-orang Islam dituntut untuk dapat beradaptasi dengan

    perkembangan budaya global, termasuk perkembangan ilmu manajemen, namun juga tidak

    boleh melupakan akar idelogi yang menjadi dasar keberagamaan. Oleh karena itu, sekolah

    dituntut mampu memahami dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pendidikan Islam

    pada organisasi yang dikelolanya agar organisasi yang dikelolanya itu tidak tergerus kepada

    praktek-praktek manajerial yang terkadang terlalu fokus dengan kepentingan keduniawian

    dengan melupakan nilai-nilai Ilahiyah. Beberapa diantara prinsip-prinsip manajemen

    pendidikan Islam tersebut adalah ikhlas, jujur, amanah, adil, dan tanggung jawab.

    LIMA PRINSIP DASAR MANAJEMEN ISLAM

    1. Prinsip Mardhatillah, yaitu prinsip mencari keridhaan Allah, segala sesuatu hendaknya

    dimulai dengan niat karena Allah dengan mengharapkan sidhoNya.

    2. Prinsip Muhshinin, yaitu prinsip pilihan alternatif yang lebih baik, kalau diperhadapkan

    pada dua pilihan atau lebih tentang kebajikan, maka pilihlah yang terbaik.

    3. Prinsip as-shobru wa ginanul nafs, yaitu prinsip sabar dan memulyakan hati, kekayaan yang

    hakiki adalah kemulyaan hati.

    4. Prinsip Ittihad wa as-silaturahim, prinsip persatuan dan silaturahim, mengagungkan

    silaturahim berarti mewujudkan akhlak Islami.

    5. Prinsip syiar al-Islam, yaitu prinsip keteladanan dengan menunjukkan prilaku yang Islami

    dimanapun berada.

    C. Fungsi-fungsi manajemen Pendidikan

    Manajemen adalah merupakan bagian dari proses pemanfaatan semua sumber daya melalui

    orang lain, serta bekerja sama dengannya, Proses ini dilaksanakan untuk satu tujuan

    bersama dengan efektif, serta efesien juga produktif.

    Manajemen yang ada sekolah atau madrasah bisa diberi makna dari beberapa sisi sebagai

    berikut:

    a. Manajemen pendidikan adalah sebagai kerja sama untuk mencapai tujuan

    b. Manajemen Pendidikan sebagai bagian dar proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu

    c. Manajemen pendidikan merupakan suatu sistem

    d. Manajemen pendidikan sebagai bagian dari upaya pendayagunaan sumber-sumber yang

    ada untuk mencapa tujuan pendidikan.

    e. Manajemen Pendidikan sebagai bagian kepemimpinan manajemen.

  • f. Manajemen pendidikan sebagai proses untuk pengambilan keputusan

    g.Manajemen pendidikan dalam pengertian yang sempit diartikan sebagai kegiatan

    ketatausahaan.

    Dalam aplikasinya, peranan manajemen sangatlah ditentukan oleh fungsi-fungsi manajemen.

    Fungsi-fungsi inilah yang menjadi bagian inti dari manajemen itu sendiri, fungsi fungsi manajemen menurut ramayulis adalah sebagai berikut:

    a.Perencanaan (Planing)

    Perencanaan adalah langkah pertama yang harus benar-benar dilaksanakan oleh

    manajerjuga para pengelola pendidikan Islam, sebab sistem perencanaan yang meliputi

    tujuan, dan sasaran, serta target pendidikan Islam harus didasarkan pada situasi dan kondisi

    sumber daya yang dipunyai. DiDalam menetapkan perencanaan perlu diadakan penelitian

    terlebih dahulu secara seksama juga akurat. Kesalahan didalam menetukan perencanaan

    pada Pendidikan Islam akan berakibat sangatlah fatal bagi keberlangsungan pendidikan

    Islam itu sendiri. Perencanaan tersebut harus tersusun secara rafi dan sisitematis, juga

    rasional. Agar muncul pemahaman yang sangat mendalam terhadap perencanaan itu sendiri.

    Pemahaman yang demikian bisa diambil makna yang tersirat dari firman Allah sebagai

    berikut:

    Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri

    memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah

    pada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Q.S. Al Hasyr :18)

    Perencanaan pada pendidikan Islam bukan hanya diarahkan pada kesempatan dan

    pencapaian kesempurnaan dan pencapaian kebahagian di dunia semata namun lebih jauh

    dari itu diarahkan pula kepada kesempurnaan ukhrawi secara berimbang.

    Dalam manajemen Pendidikan Islam perencanaan itu meliputi:

    - penelitian prioritas agar supaya pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, sesuai

    dgn prioritas kebutuhan supaya melibatkan semua komponen yang terlibat langsung dalam

    proses pendidikan itu.

    - Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan juga sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan

    hasil dari pendidikan.

    - Formulasi prosedur sebagai bagian dari tahapan-tahapan rencana tindakan

    - Penyerahan tanggung jawab baik kpd individu maupun kelompok-kelompok

    b. pengorganisasian (Organizing)

    Pengorganisasian darim sistem pendidikan Islam merupakan implementasi dari perencanaan

    yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pengorganisasian perlu dilihat semua kekuatan

    serta sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. Sumber daya manusia

    ditentukan dalam struktur keorganisasian, pola tata cara kerja, prosedur, dan iklim

    organisasi secara transparan. Dengan demikian dalam aktifitas operasionalnya mampu

    berjalan dengan teratur juga sistematis.

  • Sebuah organisasi pada manajemen pendidikan Islam akan bisa berjalan dengan lancar dan

    sesuai dengan tujuan apabila konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan

    organisasi. Adapun prinsip tersebut adalah:

    (1) kebebasan,

    (2) keadilan,

    (3) musyawarah.

    c. Penggerakan (actualing)

    Penggerakan dalam bidang pendidikan Islam merupakan suatu upaya untuk memyuguhkan

    arahan serta bimbingan dan dorongan kepada seluruh SDM dari personil yang ada di dalam

    suatu organisasi mampu menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran yang tinggi.

    Dalam ilmu manajemen ada beberapa istilah yang memiliki pengertian yang sama dengan

    actuating. Motivating yaitu usaha memberikan motivasi kepada seseorang supaya mau

    melakukan suatau pekerjaan, directing yaitu ialah menunjuk orang lain agar supaya mau

    melaksanakannya, staffing menyimpan seseorang pada sustu pekerjaan supaya yang

    bersangkutan memiliki kemauan mengerjakan perbuatan yang sudah menjadi tanggung

    jawabnya, leading memberikan bimbingan juga arahan kepada seseorang sehingga orang

    tersebut ingin melaksanakan pekerjaan tertentu.

    Semua pekerjaan tersebut sangat erat kaitannya dengan motivasi. Sedang motivasi itu adalah

    inti daripada actuating itu sendiri . Motivasi adalah inti kaadaan dalam diri seseorang

    yang bisa mendorong, serta mengaktifkan, juga menggerakan, yang mengarahkan /

    menyalurkan prilaku pada tujuan. Motivasi memiliki kaitan yang sangat erat dengan niat.

    Keduanya mempunyai hubungan yang sama-sama mempengaruhi. Niat dalam Islam

    memiliki dua fungsi, yaitu:

    (1) mengesahkan amal ibadah. Dan

    (2) membedakan suatu aktifitas ibadah dengan aktivitas bukan ibadah . Dengan adanya niat

    aktivitas daklam ibadah muncul bukan diarahkan pada gaji, dan harta, ataupun benda

    materil lainnya, akan tetapi diarahkan kepada keridaan Allah SWT.

    d. Pengawasan (controlling)

    Pengawasan adalah merupakan keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan

    operasional guna menjamin bahwa semua kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah

    dirumuskan sebelumnya. Pengawasan dalam manajemen merupakan fungsi yang terakhir

    dalam sistem manajemen.

    Pengawasan dalam pendidikan Islam merupakan pengawasan yang sangat komplek,

    pengawasan material dan pengawasan spiritual, adanya keyakinan bahwa kehidupan ini

    bukanlah dimonitor oleh seorang manajer ataupun atasan saja, namun merasa langsung

    diawasi oleh Allah SWT.

    Firman Allah SWT

    Katakanlah: "Jikalau kamu Menyembunyikan apa yang ada didalam hatimu atau kamu

  • melahirkannya, pasti Allah akan Mengetahuinya". Allah mengetahui apa-apa yang ada di

    langit dan apa-apa yang ada di bumi ini dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Q.S Ali

    Imran : 29)

    Sistem pengawasan atau pengendalian dari sistem manajemen dalam pendidikan Islam adalah

    tindakan sistematis yang bisa menjamin bahwa aktivitas operasionalnya bener-benar

    mengacu pada perencanaan yang sudah ada. Pengawasan ini bukan hanya berlangsung

    ketika proses manajemen pendidikan Islam telah selesai. Akan tetapi pengawasan ini

    senantiasa diberlakukan sejak menetukan perencanaan maupun melaksanakan proses

    pengorganisasian itu. Hal ini merupakan bagian pengawasan berlangsung yang senantiasa

    dilakukan kapanpun dan dimanapun.

    Tambahan :

    Oleh : A. Farhan Syaddad dan Agus Salim

    Berbicara tentang fungsi manajemen pendidikan Islam tidaklah bisa terlepas dari fungsi

    manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol seorang industriyawan

    Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi manajemn itu adalah merancang,

    mengorganisasikan, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu

    kemudian mulai digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada

    pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.

    Sementara itu Robbin dan Coulter (2007:9) mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang

    paling penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.

    Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997:61) menyatakan bahwa fungsi manajemen atau

    tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu : Perencanaan,

    pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

    Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen pendidikan Islam, maka

    kami (kelompok 1) akan menguraikan fungsi manajemen pendidikan Islam sesuai dengan

    pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang pendapatnya senada dengan Mahdi

    bin Ibrahim yaitu : Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan

    pengawasan.

    1. Fungsi Perencanaan (Planning)

    Perencanaan adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam

    bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan

    hasil yang optimal. Demikian pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus

    dijadikan langkah pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para

    pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah

    kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat

    sangat patal bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan

    kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan

    dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Quran Surat Al Hasyr : 18 yang berbunyi :

    Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri

    memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada

    Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

    Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya

    untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui batas-batas

  • target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target

    kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang.

    Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima perkara penting untuk

    diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan, yaitu :

    1. Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan 2. Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai 3. Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung jawab

    operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan tujuan yang hendak

    dicapai

    4. Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan dengan tim yang

    bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan mitra kerjanya,

    kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan

    evaluasi secara terus menerus dalam merealisasikan tujuan.

    5. Kemampuan organisatoris penanggung jaawab operasional.

    Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa dalam Manajemen

    pendidikan Islam perencanaan itu meliputi :

    1. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses pendidikan,

    masyarakat dan bahkan murid.

    2. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan

    3. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan. 4. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok kerja.

    Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam

    perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa

    perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan

    mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui

    kesuksesan yang memuaskan.

    2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)

    Ajaran Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu secara

    terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi

    akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh kebathilan yang tersusun rapi.

    Menurut Terry (2003:73) pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari manajemen

    dilaksnakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur

    manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.

    Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan

    pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada

    pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan

    (Didin dan Hendri, 2003:101)

    Sementara itu Ramayulis (2008:272) menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan

    Islam adalah proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur,

    wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Isla, baik yang

    bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.

    Sebuah organisasi dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar

    dan sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan

    organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat

  • diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga pendidikan islam akan

    sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam.

    Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian merupakan fase kedua setelah

    perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang

    perlu dilaksanakan itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian

    diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif.

    Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi

    bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan

    kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan

    dan pengetahuan.

    3. Fungsi Pengarahan (directing).

    Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka

    menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah

    ditetapkan sebelumnya.

    Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu pengarah, yang diberi

    pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah orang yang

    memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan

    adalah orang yang diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah

    sesuatu yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan.

    Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang diberi

    pengarahan.

    Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang diberikan kepada orang yang

    diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan baik maka seorang pengarah setidaknya harus

    memperhatikan beberapa prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan,

    kelembutan, dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun

    bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab

    jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik

    oleh sipenerima pengarahan.

    Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam manajemen

    pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-prinsip religius kepada

    rekan kerja, sehingga orang tersebut mau melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh

    dan bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.

    4. Fungsi Pengawasan (Controlling)

    Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna

    menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

    Bahkan Didin dan Hendri (2003:156) menyatakan bahwa dalam pandangan Islam

    pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan

    membenarkan yang hak.

    Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus

    menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan secara konsekwen baik yang bersifat

    materil maupun spirituil.

    Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai

    karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan

    hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang

    menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa

    pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada

    manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan

    dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan

    yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.

  • Penelitian ini secara fokus mengkaji kontribusi kemampuan manajerial kepala sekolah dan

    sistem informasi kepegawaian terhadap kinerja mengajar guru pada sekolah menengah

    pertama negeri.

    Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analisis. Pelaksanaan penelitian dilakukan

    pada guru sekolah menengah pertama negeri di Kecamatan Purwakarta yaitu sebanyak 128

    guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara

    kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada kategori sedang

    (45,10%) dan sistem informasi kepegawaian terhadap kinerja mengajar guru pada kategori

    rendah (61,60%) dan kemampuan manajerial kepala sekolah dan sistem informasi

    kepegawaian secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru pada kategori sedang

    (65,30%).

    D. Definisi, Unsur, Prinsip, Manfaat Program Total Quality Management (TQM)

    1. Definisi TQM

    TQM atau Total Quality Management (Bahasa Indonesia: manajemen kualitas total) adalah

    strategi manajemen yang ditujukan untuk menanamkan kesadaran kualitas pada semua

    proses dalam organisasi. Sesuai dengan definisi dari ISO, TQM adalah "suatu pendekatan

    manajemen untuk suatu organisasi yang terpusat pada kualitas, berdasarkan partisipasi

    semua anggotanya dan bertujuan untuk kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan

    pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam organisasi serta

    masyarakat."

    Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada

    pelanggan dengan memperkenalkan perubahan manajemen secara sistematik dan perbaikan

    terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses Total Quality

    Management bermula dari pelanggan dan berakhir pada pelanggan pula.

    Konsep Total Quality Management berasal dari tiga kata yaitu total, quality, dan

    management. Fokus utama dari TQM adalah kualitas/ mutu. Mutu sebagai tercukupinya

    kebutuhan (conformance to requirement).

    Kata selanjutnya adalah total, yang dalam bahasa Indonesia sering dipakai kata menyeluruh

    atau terpadu. Kata total (terpadu) dalam Total Quality Management menegaskan bahwa

    setiap orang yang berada dalam organisasi harus terlibat dalam upaya peningkatan secara

    terus menerus.

    Unsur ketiga dari Total Quality Management, adalah kata management, yang merupakan

    konsep awal dari TQM itu sendiri. Ada banyak definisi manajemen yang telah dikemukakan

    oleh para pakar. Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris management

    yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan.

    Menurut Tjiptono, Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam

    menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui

    perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Singkatnya

    TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan

    berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.

    Tujuannya adalah untuk menjamin bahwa pelanggan puas terhadap barang dan jasa yang

    diberikan, serta menjamin bahwa tidak ada pihak yang dirugikan.

    Total Quality Management (TQM) merupakan suatu konsep manajemen modern yang

    berusaha untuk memberi kan respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada, baik

    yang didorong oleh kekuatan eksternal maupun internal organisasi. Dasar pemikiran peiunya

  • TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing unggul dalam

    persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Oleh karena itu, Total

    Quality Management (TQM) merupakan teori ilmu manajemen yang mengarahkan pimpinan

    organisasi dan personilnya untuk melakukan program perbaikan mutu secara

    berkesinambungan yang terfokus pada pencapaian kepuasan para pelanggan.

    Mendefinisikan mutu / kualitas memerlukan pandangan yang komprehensif. Ada beberapa

    elemen bahwa sesuatu dikatakan berkualitas, yakni;[2]

    1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan

    2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan

    3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (apa yang dianggap berkualitas saat ini

    mungkin dianggap kurang berkualitas pada saat yang lain).

    4) Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

    manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

    Mutu terpadu atau disebut juga Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan dari

    tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total (keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat

    keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan, seni, cara menghendel, pengendalian,

    pengarahan). Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah: sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan yang

    diupayakan benar sekali (right first time), melalui perbaikan berkesinambungan (continous

    improvement) dan memotivasi karyawan (Kid Sadgrove, 1995)[3]

    Seperti halnya kualitas, Total Quality Management dapat diartikan sebagai berikut;

    1) Perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik yang dibangun

    berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan

    pelanggan (Ishikawa, 1993, p.135).

    2) Sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan

    berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi

    (Santosa, 1992, p.33).

    3) Suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan

    daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses,

    dan lingkungannya.[4]

    Pengertian lain dikemukakan oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. mengatakan bahwa

    Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang

    mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus atas

    produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya.

    Filosofi dasar dari TQM adalah "sebagai efek dari kepuasan konsumen, sebuah organisasi

    dapat mengalami kesuksesan."

    Kendaraan yang digunakan dalam TQM:

    1. Manajemen Harian 2. Manajemen Kebijakan 3. Manajemen Cross-functional 4. Gugus Kendali Mutu 5. Manajemen Keselamatan Kerja

    TQM telah digunakan secara luas dalam manufaktur, pendidikan, pemerintahan, dan

    industri jasa, bahkan program-program luar angkasa dan ilmu pengetahuan NASA.

    2. Unsur-unsur utama TQM

    a) Fokus pada pelanggan.

    b) Obsesi terhadap kualitas.

  • c) Pendekatan ilmiah.

    d) Komitmen jangka panjang.

    e) Kerja sama tim.

    f) Perbaikan sistem secara berkesinambungan.

    g) Pendidikan dan pelatihan.

    h) Kebebasan yang terkendali.

    i) Kesatuan tujuan.

    j) Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.[5]

    3. Prinsip-prinsip TQM

    Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya adalah Bill

    Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat prinsip bila ingin

    sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

    a) Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan berorientasi pada

    kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan

    produk.

    b) Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam memberlakukan

    karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.

    c) Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan

    wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga antusiasme keterlibatan dan

    tujuan bersama menjadi kenyataan.

    d) Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip,

    kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.

    Lebih lanjut Bill Creech, 1996, menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus

    dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan

    Komitmen.

    Lima Pilar TQM :

    1) Produk

    2) Proses

    3) Organisasi

    4) Pemimpin

    5) Komitmen

    Produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak

    mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa

    organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang

    memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua

    yang lain. Setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain, dan kalau salah satu lemah

    dengan sendirinya yang lain juga lemah.[6]

    Pendapat lain dikemukakan oleh Hensler dan Brunnell (dalam Scheuing dan Christopher,

    1993: 165-166) yang dikutip oleh Drs. M.N. Nasution, M.S.c., A.P.U. dalam bukkunya yang

    berjudul Manjemen Mutu Terpadu, mengatakan bahwa TQM merupakan suatu konsep yang

    berupaya, melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu, diperlukan

    perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi. ada empat prinsip utama

    dalam TQM, yaitu :

    1) Kepuasan pelanggan.

    2) Respek terhadap setiap orang.

    3) Manajemen berdasarkan fakta.

    4) Perbaikan berkesinambungan.[7]

    4. Manfaat Program TQM

  • TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf organisasi.

    - Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:

    1) Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.

    2) Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.

    3) Kepuasan pelanggan terjamin.

    - Manfaat TQM bagi institusi adalah:

    1) Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan

    2) Staf lebih termotivasi

    3) Produktifitas meningkat

    4) Biaya turun

    5) Produk cacat berkurang

    6) Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.

    - Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:

    1) Pemberdayaan

    2) Lebih terlatih dan berkemampuan

    3) Lebih dihargai dan diakui

    - Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi di

    masa yang akan datang adalah:

    1) Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar pengikut

    (follower)

    2) Membantu terciptanya tim work

    3) Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan

    4) Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan

    5) Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah

    5. Persyaratan Implementasi TQM

    Agar implementasi program TQM berjalan sesuai dengan yang diharapkan diperlukan

    persyaratan sebagai berikut:

    1) Komitmen yang tinggi (dukungan penuh) dari menejemen puncak.

    2) Mengalokasikan waktu secara penuh untuk program TQM

    3) Menyiapkan dana dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas

    4) Memilih koordinator (fasilitator) program TQM

    5) Melakukan banchmarking pada perusahaan lain yang menerapkan TQM

    6) Merumuskan nilai (value), visi (vision) dan misi (mission)

    7) Mempersiapkan mental untuk menghadapi berbagai bentuk hambatan

    8) Merencanakan mutasi program TQM.[8]

    6. TQM dalam Pendidikan

    Manajemen Mutu Terpadu yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM) atau

    disebut pula Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan mutu pendidikan

    melalui peningkatan mutu komponen terkait. M. Jusuf Hanafiah, dkk (1994:4)

    mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total (PMT) adalah suatu pendekatan yang sistematis,

    praktis, dan strategis dalam menyelenggarakan suatu organisasi, yang mengutamakan

    kepentingan pelanggan. pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengendalikan

    mutu. Sedang yang dimaksud dengan Pengeloaan Mutu Total (PMT) Pendidikan tinggi (bisa

    pula sekolah) adalah cara mengelola lembaga pendidikan berdasarkan filosofi bahwa

    meningkatkan mutu harus diadakan dan dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini

    secara terpadu berkesinambungan sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses

  • pembudayaan sesuai dengan dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini

    maupun yang akan datang.

    Dalam MMT sekolah dipahami sebagai Unit Layanan Jasa, yakni pelayanan pembelajaran.

    Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah ) adalah: 1)

    Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan tenaga administrasi, 2) Pelanggan

    eksternal terdiri atas : pelanggan primer (siswa), pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah

    dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan tinggi

    maupun dunia usaha).

    Karakteristik Sekolah Bermutu Terpadu

    7. Pengertian, Karakteristik, Dimensi Jasa Pendidikan

    1. Pengertian Jasa Pendidikan

    Jasa adalah meliputi segenap kegiatan ekonomi yang menghasilkan output (keluaran) berupa

    produk atau konstruksi (hasil karya) nonfisik, yang lazimnya dikonsumsi pada saat

    diproduksi dan memberi nilai tambah pada bentuk (form) seperti kepraktisan,

    kecocokan/kepantasan, kenyamanan, dan kesehatan, yang pada initnya menarik cita rasa

    pada pembeli pertama.

    Sementara itu, jasa pendidikan merupakan jasa yang bersifat kompleks karena bersifat padat

    karya dan padat modal. Artinya, dubutuhkan banyak tenaga kerja yang memiliki skill khussu

    dalam bidang pendidikan dan padat modal karena membutuhkan infrastruktur (peralatan)

    yang lengkap.

    2. Karakteristik Jasa Pendidikan

    a. Tidak Berwujud (Intangibility)

    Jasa tidak berwujud seperti produk fisik, yang menyebabkan pengguna jasa pendidikan tidak

    dapat melihat, mencium, meraba, mendengar, dan merasakan hasilnya sebelum mereka

    mengkonsumsinya (menjadi subsistem lembaga pendidikan). untuk menekan ketidak pastina,

    pengguna jasa pendidikan akan mencari tanda atau informasi tentan kualitas jasa tersebut.

    Tanda maupun informasi dapat diperoleh atas dasar letak lokasi lembaga pendidikan,

    lembaga pendidikan penyelenggara, peralatan dan alat komunkasi yang digunakan. Beberapa

    hal yang akan dilakukan lembaga pendidikan untuk meningkatkan calon pengguna jasa

    pendidikan adalah :

    1. Meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud

    2. Menekankan pada manfaat yang akan diperoleh (lulusan lembaga pendidikan)

    3. Menciptakan atau membangun suatu nama merek lembaga pendidikan (education brand

    name);

  • 4. Memakai nama seseorang yang sudah dikenal unuk meningkatkan kepercayaan

    konsumen.

    b. Tidak Terpisahkan (Inseparability)

    Jasa pendidikan tidak dapat terpisahkan dari sumbernya, yaitu lembaga pendidikan yang

    menyediakan jasa tersebut. Artinya, jasa pendidikan dihasilkan dan dikonsumsi secara

    serempak (simultan) pada waktu yang sama. Jika peserta didik membeli jasa maka akan

    berhadapan langsung dengan penyedia jasa pendidikan. Dengan demikian, jasa lebih

    diutamakan penjualannya secara langsung dengan skala operasi yang terbatas. Oleh Karen

    itu, lembaga pendidikan dapat menggunakan strategi bekerja dalam kelompok yang lebih

    besar, bekerja lebih cepat, atau melatih para penyaji jasa agar mereka mampu membina

    kepercayaan pelanggannya (peserta didik).

    c. Bervariasi (Variability)

    Jasa pendidikan yang diberikan seringkali berubah-ubah. Hal ini akan sangat tergantung

    kepada siapa yang menyajikannya, kapan, serta di mana disajikan jasa pendidikan tersebut.

    Oleh Karen itu, jasa pendidikan sulit untuk mencapai kualitas yang sesuai dengan standar.

    Untuk mengantisipasi hal tersebut, lembaga pendidikan dapat melakukan beberapa strategi

    dalam mengendalikan kualitas jasa yang dihasilkan dengan cara berikut. Pertama,

    melakukan seleksi dan mengadakan pelatihan untuk mendapatkan SDM jasa pendidikan

    yang lebh baik. Kedua, membuat standarrisasi proses kerja dalam menghasikan jasa

    pendidikan dengan baik. Ketiga, selalu memonitor kepuasan peserta didik melalui sistem

    kotak saran, keluhan, maupun survey pasar.

    d. Mudah Musnah (perihability)

    Jasa pendidikan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu tertentu atau jasa pendidikan

    tersebut mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada waktu mendatang. Karakteristik

    jasa yang cepat musnah bukanlah suatu masalah jika permintaan akan jasa tersebut stabil

    karena jasa pendidikan mudah dalam persiapan pelayanannya. Jika permintaannya

    berfluktuasi, lembaga pendidikan akan menghadapai masalh dalam mempersiapkan

    pelayananya. Untuk itu, diperlukan program pemasaran jasa yang sangan cermat agar

    permintaan terhadap jasa pendidkan selalu stabil.

    3. Dimensi Kualitas Pelayanan pada Jasa Pendidikan

    Kualitas jasa pendidikan dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi pelanggan

    atas pelayanan yang diperoleh atau diterima secara nyata oleh mereka dengan pelayanan

    yang sesungguhnya diharapkan. Jika kenyataan lebih dari yang diharrpkan, pelayanan dapat

    dikatakan bermutu. Sebaliknya jika kenyataan kurang dari yang diharapkan, pelayanan

    dapat dikatakan tidak bermutu Namun apabila kenyataan sama dengan harapan, maka

    kualitas pelayanan disebut memuaskan. Dengan demikian, kualitas pelayanan dapat

    didefinisikan seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para pelanggan atas

    layanan yang diterima mereka, dimensi jasa pendidikan tersebut dapat dijelaskan sebagai

    berikut :

    a) Bukti Fisik (tangible)

    Bukti fisik berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

    Pendidikan yang tercantum dalam pasal Pasal 42 bab VII Standar Sarana dan Prasarana

    Pendidikan yang berisi sebagai berikut :

    (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan

    pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta

    perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

    berkelanjutan.

  • (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,

    ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,

    ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya

    dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan

    ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

    berkelanjutan.

    b) Keandalan (reliability)

    Yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera atau cepat, akurat,

    dan memuaskan.

    c) Daya Tanggap (responsiveness)

    Yaitu kemauan/kesediaan para staff untuk membantu para peserta didik dan memberikan

    pelayanan cepat tanggap.

    d) Jaminan (assurance)

    Yaitu mencakup pengetahuan, kompetensi, kesopanan, respek terhadap peserta didik, serta

    memiliki sifat dapat dipercaya, bebas dari bahaya dan keragu-raguan. Sebagaimana yang

    tercantum dalam pasal 28 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, yang berisi :

    (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

    pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan

    tujuan pendidikan nasional.[13]

    e) Empati (empathy)

    Yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi dengan baik, perhatian pribadi,

    dan memahami kebutuhan peserta didiknya.

    Dimensi kualitas pelayanan yang mempengarui harapan dan kenyataan

    Menurut Maxwell ada enam dimensi kualitas jasa pendidikan.

    1. Akses yang berhubungan dengan kemudahan mendapatkan jasa pendidikan yang

    diperoleh di tempat yang mudah dijangkau pada waktu yang tepat dan nyaman.

    2. Kecocokan dengan timgkat kebutuhan pelanggan, yaitu kecocokan akan profil tingkat

    pendidikan populasi dan kelompok yang membutuhkannya.

    3. Efektivitas yang berhubungan dengan adanya kemampuan penyaji jasa pendidikan (staf

    pengajar) untuk melayani atau menciptakan hasil yang diinginkan.

    4. Ekuitas yang berhubungan dengan distribusi sumber-sumber pelayanan lembaga

    pendidikan yang adil dalam suatu sistem yang didukung secara umum.

    5. Diterima secara social yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, komunikasi dan

    kebebasan, atau keleluasaan pribadi.

    6. Efesiensi dan ekonomis yang mengacu kepada pengertian layanan terbaik untuk

    besarnya biaya yang tepat.

  • Dalam MMT (Manajemen Mutu Terpadu) keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan

    pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu

    memberikan pelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat jenis pelanggannya,

    maka sekolah dikatakan berhasil jika :

    1. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas dengan pelajaran yang diterima,

    puas dengan perlakuan oleh guru maupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan

    sekolah. Pendek kata, siswa menikmati situasi sekolah.

    2. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupun layanan kepada orang

    tua, misalnya puas karena menerima laporan periodik tentang perkembangan siswa maupun

    program-program sekolah.

    3. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi, industri, masyarakat) puas karena

    menerima lulusan dengan kualitas sesuai harapan.

    4. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalnya pembagian kerja,

    hubungan antarguru/karyawan/pimpinan, gaji/honorarium, dan sebagainya. (Panduan

    Manajemen Sekolah, 2000:193).

    7. Pendekatan Kualitas Layanan Jasa Pendidikan

    Mengevaluasi kualitas layanan jasa pendidikan diperlukan pendekatan yang komperhensif

    karena jasa pendidikan merupaka jasa yang memiliki karakteristik cukup kompleks

    dibandingkan jasa lainnya. Karena jasa pendidikan padat modal, investasi bidang pendidikan

    yang berkualitas dan memiliki value dari pengguna jasa pendidikan. Saat ini memerlukan

    modal yang sangat besar di samping padat karya (memerlukan tenaga SDM) yang memiliki

    dedikasi, kapabilitas, maupun skill yang spesifik.

    Terdapat dua pendekatan untuk memberikan pelayanan yang bermutu kepada pengguna jasa

    pendidikan, yaitu sebagai berikut.

    1. Pendekatan Segitiga Layanan (triangle Service)

    Merupakan suatu model interaktif manajemen layanan yang mencerminkan hubungan antara

    lembaga pendidikan dengan para pengguna jasa pendidikan (siswa/mahasiswa). Model

    tersebut terdiri dari 3 elemen, yaitu :

    a) Strategi Layanan (Service Layanan)

    Suatu strategi untuk memberikan layanan dengan mutu yang sebaik-baiknya kepada para

    pengguna jasa. Strategi layanan yang efektif harus didasari oleh konsep atau misi yang dapat

    dengan mudah dimengerti oleh seluruh individu dalam lembaga pendidikan.

    b) Sumber Daya Manusia yang Memberikan Pelayanan (people)

    Dalam hal ini ada tiga kelompok SDM yang memberikan layanan, yaitu SDM kelompok

    pertama adalah staf pengajar (guru, dosen) yang berhadapan secara langsung dengan

    pelanggan dalam proses pembelajaran. Kelompok SDM kedua adalah mereka yang

    menyiapkan sarana proses pembelajaran (alat untuk mempelancar proses pembelajaran) dan

    kelompok SDM ketiga adalah penjaga keamanan sekolah. Tergolong dalam kelompok

    manapun, SDM tetap diperlukan untuk memusatkan perhatian pada para pelanggan dengan

    cara mengetahui siapa pelanggan lembaga pendidikan tersebut, apa saja kebuthan para

    pelanggan, dan mencari tahu bagaimana cara memenuhi/memuaskan kebutuhannya.

    c) Sistem Layanan (service system)

    Prosedur atau tata cara untuk memberikan layanan kepada para pelanggan yang melibatkan

    seluruh fasilitas fisik yang dimiliki dan sumber daya manusia yang ada. Sistem ini harus

    layanan yang efektif adalah kemudahan untuk memberikan layanan dengan sistem yang

    hampir tidak kelihatan oleh pelanggan.

    2. Pendekatan Total Quality Service (TQS)

  • Total quality service atau layanan mutu terpadu adalah suatu keadaan ketika sebuah lembaga

    pendidikan memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan bermutu kepada para

    pelanggan maupun pemilik lembaga pendidikan (pemerintah atau yayasan) san pegawainya.

    TQS ini memiliki 5 elemen yang saling terkait satu sama lain, yaitu :

    a) Riset Pasar dan Pelanggan (market and customer research)

    Riset pasar adalah kegiatan penelitian terhadap struktur dan dinamika pasar tempat lembaga

    pendidikan berada yang meliputi identifikasi segmen pasar, analisis demografis, dan analisis

    kekuatan yang ada di dalam pasar itu sendiri.

    b) Perumusan Strategi (strategy formulation)

    Suatu proses perancangan strategi untuk mempertahankan pelanggan yang ada dan meraih

    pelanggan baru.

    c) Pendidikan, Pelatihan, dan Komunikasi (education, traning and communication)

    Pendidikan dan pelatihan sangat penting dalam pengembangan dan peningkatan mutu

    layanan (pengetahuan dan kemampuan) sumber daya manusia agar mereka mampu

    memberikan layanan yang bermutu kepada para pelanggannya. Adapun komunikasi

    berperan dalam mendistribusikan informasi kepada setiap individu yang terlibat dalam

    lembaga pendidikan.

    d) Penyempurnaan Proses (process improvement)

    Penyempurnaan proses merupakan berbagai usaha di setiap hierarki manajemen pendidikan

    untuk secara berkesinambungan menyempurnakan proses pemberi layanan dan secara aktif

    memberikan cara baru dalam memperbaiki layanan.

    e) Penilaian, Pengukuran, dan Umpan balik (assessment, measurement, and feedback)

    Penilaian, pengukuran, dan umpan balik berperan dalam menginformasikan kepada penyaji

    jasa pendidikan seberapa jauh mereka mampu memenuhi keinginan dan harapan

    pelanggannya. Hasil penilaian kinerja dan umpan balik dapat dijadikan dasar untuk

    memberikan balas jasa kepada merka, serta memberikan isyarat kepada lembaga pendidikan

    tentang apa yang masih harus diperbaiki, kapan diperbaiki, dan bagaimana cara

    memperbaikinya.

    Sumber: Karl Albrecht & Ron Zemke (1990)

    Total Quality Service (TQS)

    8. Kesenjangan dan Upaya-upaya Perbaikan dalam Layanan Lembaga Pendidikan

    Kesenjangan yang terjadi pada lembaga pendidikan, yang dapat membuat lembaga

    pendidikan tidak mampu memberikan layanan yang bermutu kepada para pelanggannya.

    Ada 5 kesenjangan yang dapat membuat lembaga pendidikan tidak mampu memberikan

    layanan yang bermutu kepada pelanggannya.

    1) Kesenjangan 1: Kesenjangan antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen

    lembaga pendidikan. Kesenjangan tersebut terbentuk akibat pihak manajemen lembaga

    pendidikan salah memahami apa yang menjadi harapan pelanggan lembaga pendidikan.

  • 2) Kesenjangan 2: Kesenjangan antara persepsi pihak manajemen lembaga pendidikan

    atas harapan pelanggan dan spesifikasi kualitas layanan. Kesenjangan tersebut terjadi akibat

    kesalahan dalam menerjemahkan persepsi pihak ke dalam bentuk tolak ukur kualitas

    layanan.

    3) Kesenjangan 3: Kesenjangan antara spesifikasi kualitas layanan dan pemberian layanan

    kepada pelanggan. Kesenjangan tersebut lebih di akibatkan oleh ketidakmampuan sumber

    daya manusia lembaga pendidikan untuk memenuhi standar mutu layanan yang ditetapkan.

    4) Kesenjangan 4: Kesenjangan antara pemberian layanan kepada pelanggan dan

    komunikasi eksternal lembaga pendidikan. Kesenjangan ini tercipta karena lembaga

    pendidikan tidak mampu memenuhi janjinya yang dikomunikasikan secara eksternal melalui

    berbagai bentuk promosi.

    5) Kesenjangan 5: Kesenjangan antara harapan pelanggan dan kenyataan layanan yang

    diterima. Kesenjangan tersebut sebagai akibat tidak terpenuhinya harapan para pelanggan.

    Menurut Zeithhaml ada beberapa cara untuk menghilangkan kesenjangan tersebut antara

    lain:

    1) Menghilangkan kesenjangan 1: memberikan kesempatan kepada para pelanggan untuk

    menyampaikan ketidakpuasan mereka kepada lembaga pendidikan, mencari tahu keinginan

    dan harapan para pelanggan lembaga pendidikan sejenis, melakukan penelitian yang

    mendalam tentang pelanggan, membentuk panel pelanggan, melakukan studi komperhensif

    tentang harapan pelanggan, memperbaiki kualitas komunikasi antarsumber daya manusia

    dalam lembaga pendidikan, serta mengurangi birokrasi lembaga pendidikan.

    2) Menghilangkan kesenjangan 2: memperbaiki kualitas kepemimpinan lembaga

    pendidikan, mempertinggi komitmen sumber daya manusia terhadap mutu layanan,

    mendorong sumber daya manusia lebih inovatif dan responsive terhadap ide-ide baru, serta

    standarisasi pekerjaan yang ingin dicapai secara efektif.

    3) Menghilangkan kesenjangan 3: memperjelas uraian pekerjaan, meningkatkan kesesuain

    antara sumber daya manusia, teknologi dan pekerjaan, megukur kinerja dan balas jasa sesuai

    dengan kinerja, membangun kerja sama antara sumber daya manusia, serta memperlakukan

    pelanggan seperti bagian dari keluarga besar lembaga pendidikan.

    4) Menghilangkan kesenjangan 4: memperlancar arus komunikasi antara unit dalam

    organisasi lembaga pendidikan, memberikan pelayanan yang konsisten, memberikan

    perhatian yang lebih besar pada aspek vital mutu layanan, menjada agar pesan yang

    disampaikan secara eksternal tidak membentuk harapan para pelanggan yang melebihi

    kemampuan lembaga pendidikan serta mendorong para pelanggan untuk menjadi pelanggan

    yang lebih baik dan loyal.[16]

    9. Strategi Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan.

    1. Fokus pada Pengguna Jasa Pendidikan (Pelanggan)

    Kepuasan pengguna jasa pendidikan merupakan factor yang sangat penting dalam TQM.

    Oleh sebab itu, identifikasi pengguna jasa pendidikan dan kebutuhan mereka merupakan

    aspek yang krusial. Adapun langkah pertama TQM adalah memandang siswa/mahasiswa

    sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan baik.

    2. Kepemimpinan

    Kesadaran akan kualitas dalam lembaga pendidikan tergantung kepada faktor intangibles,

    terutama sikap manajemen tingkat atas (pimpinan lembaga pendidikan dasar menengah,

    kepala sekolah, dan pemimpin perguruan tinggi/rektorat) terhadap kualitas jasa pendidikan.

  • Pencapaian tingkat kualitas bukan hasil penerapan jangka pendek untuk meningkatkan daya

    saing, melainkan melalui implementasi TQM yang mensyaratkan kepemimpinan yang

    kontinyu.[17] Dewan sekolah, pengawas dan administrator berperan dalam memfokuskan

    dan memberi arahan pada wilayah dan sekolah. Merekalah yang memiliki visi masa depan,

    dan mereka jugalah yang berkemampuan mengajak para guru dan staf untuk mau menerima

    visi itu sebagai miliknya. Ini mengacu pada tanggung jawab bersam. Para guru dan staf

    memiliki komitmen untuk mewujudkan visi tersebut.[18] Pemimpin perlu memiliki

    karakteristik pribadi yang mencakup dorongan, motivasi untuk memimpin, kejujuran dan

    integritas, kepercayaan diri, inisiatif, krativitas/originalitas, adaptabilitas/fleksibikitas,

    kemampuan kognitif, serta pengetahuan dan charisma. Kualitas manajerial pimpinan harus

    dapat memberikan inspirasi pada semua jajaran manajemen agar mampu memperagakan

    kualitas kepemimpinan yang sama, yang diperlukan untuk mengembangkan budaya TQM.

    Oleh sebab itu, keterlibatan langsung pemimpin lembaga pendidikan sangat penting.

    3. Perbaikan yang Berkesinambungan

    Perbaikan yang berkesenimbangunan berkaitan dengan komitmen (continuous quality

    improvement atau CQI) dan proses (continuous process improvement). Komitmen terhadap

    kualitas dimulai dengan pernyatann dedikasi pada misi dan visi bersama, serta

    pemberdayaan semua partisipan untuk secara inkremental mewujudkan visi tersebut (Lewis

    dan Simth, 1994). Perbaikan yang berkesinambungan tergantung kepada dua unsur. Pertama,

    mempelajari proses, alat, dan ketrampilan yang tepat. Kedua, menerapkan ketrampilan baru

    pada small achieveable projects. Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan dalam

    lembaga pendidikan harus menggunakan pendekatan sistem terbuka atas fungsi inti lembaga

    pendidikan, student learning. Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menjamin kualitas

    lembaga pendidikan, yaitu (1) Pendekatan akreditas, (2) Pendekatan outcome assessment, dan

    (3) Pendekatan sistem terbuka (Lewish & Smith, 1994).[19]

    Penyempurnaan kualitas berkesinambungan dalam lembaga pendidikan

    Perbaikan berkelanjutan merupakan hal penting untuk setiap organisasi mutu. Perbaikan

    tersebut hanya dapat dicapai bila setiap orang disekolah atau wilayah bekerja bersama-sama

    dan:

    * Menerapkan roda mutu