i MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN ANEMIA BERAT DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TANGGAL 4 S.D. 7 MEI 2014 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh: DARMINA NIM: 2011.IB.0062 i
167
Embed
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN ANEMIA BERAT DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TANGGAL 4 S.D. 7 MEI 2014
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
MANAJEMEN DAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY”F” DENGAN ANEMIA BERAT DI RUANG DELIMA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA TANGGAL 4 S.D. 7 MEI 2014
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikandi Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh:
DARMINANIM: 2011.IB.0062
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA2014
i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifaspada Ny”F” dengan Anemia Berat di Ruang Delima
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014
Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, September 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.ST Dina Asminatalia, S.Kep.,Ners.
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Karya TulisIlmiah Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Wa Ode Siti Asma, S.ST., M.Kes. (.................................................)
3. Dina Asminatalia, S.Kep.Ners. (................................................)
Raha, September 2014
Pembimbing I Pembimbing II
Fitria Ningsih, S.STDina Asminatalia, S.Kep.Ners.
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata Raha Kabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes.
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : DARMINA
2. NIM : 2011.1B.0062
3. Tempat/ tanggal lahir : Bonea, 02 Juni 1993
4. Agama : Islam
5. Suku/ kebangsaan : Muna / Indonesia
6. Alamat : Desa Labone
B. Identitas Orang tua
1. Nama Ayah /Ibu : La Ode Ruma / Wa Ati
2. Pekerjaan : Tani/Tani
3. Alamat : Desa Labone.
C. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Napabalano tamat tahun 2005
2. SMP Negeri 2 Napabalano tamat tahun 2008
3. SMA Negeri Khusus Raha tamat tahun 2011
4. Akademi Kebidanan Paramata Raha tahun 2011 sampai sekarang
iv
v
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkan Kehadirat Allah SubuhanaWataalaberkatlimpahanRahmatdanKarunia-Nyasehinggapenulisan Karya Tulis Ilmiah ini denganjudul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny “F” P1A0 Masa Nifas Hari Ke-3 dengan Anemia Berat di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014” dapat terselesaikan.
PenulismenyadaribahwadalampenyusunanKaryaTulisIlmiahini, masihbanyakkekurangandankekeliruan, olehnyaitupenulissangatmengharapkankritikandanmasukandariberbagaipihakgunakesempurnaanKaryaTulisIlmiah ini. Seiring dengan penulisan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepadaFitria Ningsish,S.ST, selaku pembimbing Idan Dina Asminatalia, S.Kep.Ners. selaku pembimbing II, dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan dorongan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Tak lupa pula penulismenyampaikan penghargaan dalam bentuk ucapan terima kasih ucapanterimakasih yang tak terhingga atas doa dan motivasi dari berbagai pihak maupun pribadi yang telah memberikan dukungannya dalam bentuk apapun, diantaranya kepada :1. La Ode Muhlisi, A.Kep, M.Kes,
3. Wa Ode Siti Asma, S.Si. T., M.Kes. selaku Pudir I di Akademi Kebidanan Paramata Raha sekaligus penguji studi kasus atas keiklasannya dan bimbingannya yang sangat berharga dan tiada henti.
4. Seluruh jajaran dosen dan para staff Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kepada kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda LA Ode Ruma, dan Ibuku Wa Ati serta seluruh saudaraku(Herlina, Ice, Rahmat ) yang telah memberikan dukungan hingga terselesainya karya tulis ini.
6. Seluruh sohib-sohibku terutama kepada Masir, Darniati, Hasrawati, serta teman- teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telahmemotivasidanmendukungsaya agar selaluoptimis.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Raha, September 2014
Penulis
v
vi
DAFTAR ISIHalaman Judul ..........................................................................................................i
5. Langkah V. Rencana Asuhan .........................................................56
6. Langkah VI. Implemantasi .............................................................60
7. Langkah VII. Evaluasi ....................................................................62
B. Pendukumentasian ................................................................................63
C. Catatan Perkembangan .........................................................................67
Bab IV Pembahasan ............................................................................................75
A. Identifikasi Data Dasar .........................................................................75
B. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual ................................................76
C. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial ..............................................77
D. Perlunya Tindakan Segera/Kolaborasi dan Konsultasi .........................78
E. Rencana Asuhan ...................................................................................79
F. Implemantasi ........................................................................................80
G. Evaluasi ................................................................................................80
Bab V Kesimpulan dan Saran ............................................................................81vii
viii
A. Kesimpulan ...........................................................................................81
B. Saran .....................................................................................................82
Daftar Pustaka .....................................................................................................84
Lampiran-Lampiran
viii
ix
INTISARI
Darmina (2011.IB.0062) ‘’Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ny ’F’ P1A0 Masa Nifas Hari Ke-3 dengan Anemia Berat di Ruang Nifas RSUD Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014” Dibawah BimbinganIbu Fitria Ningsih dan bapak Dina Asminatalia.
Latar Belakang : Baik di Negara maju dan Negara berkembang seseorang di katakan anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10gr%, disebut anemia berat dan bila kurang dari 6 gr%, disebut anemia gravis. Wanita tidak dapat hamil bila tidak mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Penyakit anemia yang menyerang ibu hamil, berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, dan saat masa nifas.Tujuan Penilitian Terlaksananya Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. “F” dengan Anemia Berat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014 dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney dan pendokumentasian.Metode Telaah : Studi kasus ini menggunakan metode Studi Kepustakaan, Studi Kasus, Studi Dokumentasi dan Diskusi.Hasil Penilitian :Setelah mendapatkan asuhan selama 3 hari, dari tanggal 4 sampai 7 Mei 2014 didapatkan hasil keadaan umum ibu baik dan kesadaran kompesmentis, tanda-tanda vital yaitu Tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi 80 kali/ menit, Suhu 36,5 0C dan Pernapasan 20 kali/ menit, konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterus, wajah dan ekstermitas tidak pucat serta kadat Hb Ny. F meningkat menj adi 7,0 gr/dl.
Kesimpulan :Dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, perlunya tindakan segera/kolaborasi, rencana tindakan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi tidak ada kesenjangan yang berarti dan semua permasalahan mengalami peningkatan
Kata Kunci : Masa Nifas dan Anemia BeratDaftar Pustaka : 24 ( 2008-2013 )
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau puerperium dimulai dari 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan paska persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi
upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang
mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan
kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu (Sarwono, 2010).
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai perdarahan pasca persalinan. Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat
memperkirakan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III
sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin. Hal ini dapat menurunkan
insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri (Bahiyatun, 2009).
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada
laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia didefinisikan sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 13,5 gr/100ml dan pada wanita sebagai kadar hemoglobin kurang dari
12,0 gr/100 ml (Atikah, 2011).
Masih banyak kematian ibu terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia,
walaupun upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) sudah banyak
dilakukan tetapi hasilnya belum optimal. Sebab utama lambatnyapenurunan angka
kematian ibu, antara lain terlalu banyaknya kegiatan yang dilaksanakan dengan 1
2
sumber daya yang terbatas dan belum optimalnya kualitas pelayanan yang disediakan
baik oleh fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. Sehingga dimasa mendatang
perlu ditetapkan dan dilaksanakan kegiatan prioritas yang mempunyai dampak
langsung terhadap penurunan kematian ibu berdasarkan permasalahan yang ada
(Sarwono, 2009).
Berdasarkan data yang di miliki oleh WHO, Indonesia berada di peringkat ke
tiga tertinggi untuk kematian ibu di Negara ASEAN. Angka kematian ibu di
Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012.
Baik di Negara maju dan Negara berkembang seseorang di katakan anemia
bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10gr%, disebut anemia berat dan bila kurang
dari 6 gr%, disebut anemia gravis. Wanita tidak dapat hamil bila tidak mempunyai
nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Penyakit anemia yang
menyerang ibu hamil, berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, dan saat masa
nifas.
Diberbagai Negara paling sedikit ¼ dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan, proporsinya berkisar antara 10% sampai dengan 60%. Menurut WHO
40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan
dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Walaupun
perempuan bertahan hidup setelah mengalami perdarahan pasca salin. Namun akibat
perdarahan tersebut pasien akan menderita kekurangan darah yang berat (anemia
berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan terutama pada
masa nifas. (WHO, 2009).
3
Data khusus yang diperoleh dari Medical Record (Rekam Medis) di kantor
Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, pada tahun 2011 dari bulan Januari sampai
Desember tercatat jumlah ibu nifas berkisar 5.704 orang, yang beresiko tinggi
mengalami komplikasi masa nifas berkisar 1.224 ( 21,45% ) orang.Pada tahun 2012
dari bulan Januari sampai Desember tercatat jumlah ibu nifas berkisar 6.012 orang,
yang beresiko tinggi mengalami komplikasi masa nifas berkisar 1.263 ( 21% ) orang
dan pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai Desember jumlah ibu nifas berkisar
5.936 orang, yang beresiko tinggi mepngalami komplikasi masa nifas berkisar 1.276
(21,49% ) orang.
Data di RSUD Kabupaten Muna di ruangan Delima pada tahun 2011 dari
bulan Januari sampai Desember yang terdiagnosa mengalami anemia berjumlah 31
orang dan yang anemia pada masa nifas sekitar 19 ( 61,29% ) orang , pada tahun
2012 dari bulan Januari sampai Desember yang mengalami anemia berjumlah 66
orang dan yang anemia pada masa nifas sebeanyak 31 (41,96% ) orang, tahun
2013dari bulan Januari sampai Desember yang mengalami anemia berjumlah 61
orang dengan yang anemia pada masa nifas berjumlah 37 ( 60,65% ) orang dan pada
tahun 2014 dari bulan Januari sampai April yang mengalami anemia berjumlah 42
orang dengan yang anemia pada masa nifas sebanyak 20 (47,61% ) orang.
Berdasarkan data yang ada, maka penulis terdorong untuk mengambil studi
kasus dengan judul “Manajemen dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Postpartum Patologi Pada Ny. “F” PIA0Postpartum Hari Ke-3dengan Anemia berat
diRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014”.
4
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan karya tulis ilmiah ini adalahManajemen dan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. “F”dengan Anemia Berat
diRumah Sakit Umum DaerahKabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014.
C. Tujuan Telaah
1. Tujuan Umum
Terlaksananya Asuhan Kebidanan Ibu Nifas padaNy. “F” dengan Anemia Berat
diRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney dan
pendokumentasian.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya identifikasi data secara lengkap dengan mengumpulkan semua
data yang meliputi data subyektif dan obyektif terhadap Ny. “F”dengan Anemia
Berat diRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei
2014.
b. Terlaksananya interpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah
aktual, dan kemungkinan yang dapat terjaditerhadap Ny. “F” dengan Anemia
Berat diRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei
2014.
c. Terumuskannya diagnosa/masalah potensial yang dapat terjadi terhadap Ny.
“F”dengan Anemia Berat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna
Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014.
5
d. Terlaksananya identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera terhadap Ibu Nifas padaNy. “F” dengan Anemia Berat
diRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014.
e. Tertetapkannya rencana asuhan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian
terhadap Ibu Nifas pada Ny. “F” dengan Anemia Berat diRumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014.
f. Terlaksananya asuhan kebidanan yang telah direncanakan secara efektif dan
efisien terhadap Ibu Nifas padaNy. F” dengan Anemia Berat diRumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014.
g. Terlaksananya evaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan terhadap Ibu Nifas
padaNy. “F” dengan Anemia Berat diRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Muna Tanggal 4 s.d. 7 Mei 2014.
h. Terdokumentasikan hasil asuhan kebidanan terhadap Ibu NIfas padaNy. “F”
dengan Anemia Berat diRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Tanggal
4 s.d. 7 Mei 2014.
D. Manfaat Telaah
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam
memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus dapat
dijadikan acuan.
2. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dan mendapatkan pengalaman nyata dalam asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan anemia berat.
6
3. Bagi Profesi
Untuk menambah informasi bagi bidan dan tenaga kesehatan lainnya dalam
memberikan asuhan kepada nifas dengan anemia berat sesuai dengan manajemen
atau prosedur yang sudah ada.
4. Bagi Institusi
a. RSUD Kabupaten Muna
Untuk menambahkan informasi dan referensi bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas khususnya dengan anemia berat dan memberikan KIE
untuk pencegahan terjadinya anemia.
b. Pendidikan
Digunakan sebagai standar bacaan atau referensi dalam asuhan peningkatan
kualitas pendidikan khususnya asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia
berat.
E. Metode Telaah
Dalam penyusunan studi kasus ini, berdasarkan teori ilmiah yang dipadukan
dengan praktek dan pengalaman, penulis memerlukan data yang objektif dan relevan
dengan teori-teori yang dijadikan dasar analisa dalam pemecahan masalah. Untuk itu
penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang teoritis
penelitian, di dalamnya tersimpan bahan bacaan dan informasi yang dapat
mengarahkan kita dalam menciptakan pemahaman yang tepat tentang kasus yang
dibahas.
7
2. Studi Kasus
Dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanankomprehensif,
data yang dihimpun hingga evaluasi yang didapatkan denganmenggunakan
metode:
a. Wawancara
Penulis mengadakan tanya jawab dengan klien yang dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan.
b. Observasi
Observasi meliputi status emosional, respon terhadap kondisi yang dialami dan
pola interaksi klien terhadap keluarga, petugas kesehatan, dan lingkungannya
serta pengetahuan tentang kesehatan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemerisaan fisik dilakukan secara sistematis yaitu inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.
d. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan sesuai kebutuhan klien dengan menggunakan format pengkajian.
Pemeriksaan ini di lakukan untuk menunjang hasil pengkajian data dan hasil
pemeriksaan fisik, untuk membantu menegakan diagnosa.
3. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yangbersumber dari
catatan dokter, bidan maupun sumber lain yang menunjangyaitu hasil pemeriksaan
diagnostik.
8
4. Diskusi
Penulis mengadakan tanya jawab dengan tenaga kesehatan yaitu bidan
yangmenangani langsung klien tersebut serta berdiskusi dengan dosen
pembimbingStudi Kasus.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran pengetahuan umum tentang Studi Kasus ini,
yang terdiri dari lima bab sebagai titik tolak pembahasan. Dalam karya tulis ini dapat
dilihat secara garis besar tentang sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan
telaah, manfaat telaah, metode telaah dan sistematika penulisan.
2. Bab II Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka berisi tentang telaah pustaka dan konsep manajemen kebidanan,
untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:
a. Telaah Pustaka yang berisi tentang masa nifas meliputi pengertian masa nifas,
tahapan masa nifas, fisiologi masa nifas, kebutuhan dasar masa nifas, laktasi,
deteksi dini pada masa nifas, kebijakan pemerintah pada masa nifas, peran dan
tanggung jawab bidan pada masa nifas. Anemia berisi tentang pengertian
anemia, klasifikasi anemia, tanda dan gejala anemia, penyebab anemia,
komplikasi anemia, penatalaksanaan anemia. Kemudian anemia postpartun
berisi tentang penyebab anemia postpartum, patofisiologi, dan pengobatan
anemia postpartum.
9
b. Konsep manajemen kebidanan meliputi pengertian dan prinsip-prinsip
manajemen.
c. Langkah-langkah manajemen kebidanan.
d. Dokumentasi asuhan kebidanan meliputi pengertian dan unsur-unsur
dokumentasi.
3. Bab III Studi Kasus
Studi kasus berisi tentang manajemen yang meliputi identifikasi data dasar,
identifikasi diagnosa/ masalah aktual, identifikasi diagnosa/ masalah potensial,
perlunya tindakan segera/ kolaborasi dan konsultasi, rencana asuhan, implementasi
dan evaluasi. Kemudian berisi tentang pendokumentasian dan catatan
perkembangan.
4. Bab IV Pembahasan
Pembahasan menjelaskan tentang hasil telaah yang dilakukan pada sasaran lalu
membandingkannya dengan teori yang ada. Penjelasan harus dibuat bukan hanya
jika hasil telaah tidak sesuai dengan teori, bahkan jika sesuaipun harus dibuat
penjelasannya termasuk hal-hal yang mendukung kondisi yang ada. Uraian
tersebut memuat penjelasan secara teoritik tentang mekanisme mengapa hasilnya
demikian. Penjelasan mengapa hasil telaah yang dilakukan seperti itu, dapat
dilakukan dengan fokus pada aspek teoritik dan aspek telaah.
5. Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
6. Daftar Pustaka
Pada daftar pustaka terdiri dari 24 kepustakaan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
1) Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Masa nifas merupakan
masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-
minggu berikutnya pada saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
yang normal. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi
yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang
umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Marmi, 2012).
2) Masa nifas atau puerperium dimulai dari 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan paska persalinan
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi,
yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi
dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian
ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu
(Sarwono, 2010).
10
11
3) Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dengan lengkap
dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Bahiyatun, 2009).
4) Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelu hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode
puerperium disebut puerpura. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal (Wulandari, 2011).
5) Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (Rahmawati,
2011).
Dari teori-teori yang dikemukakan para ahli, penulis dapat
menyimpulkan masa nifas adalah masa pemulihan dimana berawal dari
keluarnya plasenta hingga kembalinya alat-alat reproduksi ke keadaan seperti
sebelum hamil.
b. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi 3 tahapan yaitu:
1) Puerperium dini merupakan suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan
untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial merupakan suatu masa kepulihan menyeluruh dari
organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu.
12
3) Remote puerperium merupakan waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
kembali dalam keadaan sempurna terutama apabila ibu selama hamil dan
waktu persalinan mengalami komplikasi (Wulandari, 2011).
c. Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian
integral dan siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi
memiliki tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan
pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak
mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Wulandari, 2011).
Menyususi adalah salah satu komponen sari proses reproduksi yang
terdiri atas haid, kehamilan, persalinan, menyususi dan penyapihan. Jika semua
komponen berlangsung dengan baik, proses menyusui akan berhasil (Sarwono,
2009).
1) Pembentukan Air Susu
Pada seorang ibuyang menyususi dikenai 2 refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu:
a) Refleks Prolaktin.
Pada akhir kehamilan hoemon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, namun jumlahnya terbatas karena aktivitas prolaktin
terhambat oleh estrogen dan progesteron. Setelah lahirnya plasenta dan
berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron
berkurang ditambah degan adanya isapan bayi sehingga merangsang
13
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Akibat rangsangan ini, faktor-faktor yang memicu sekresi prolaktin akan
merangsang hipofisis anterior sehingga prolaktin keluar.Hormone ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
b) Refleks Letdown.
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofisis posterior yang kemudian
dikeluarkan oksitosin melaui aliran darah, hormon ini diangkat menuju
uterus yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi
dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan peperas air susu yang telah
terbuat keluar dari alveoli dan menuju ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferous masuk ke mulut bayi (Sukarni,2013).
2) Manfaat Pemberian ASI
a) Bagi bayi, ASI berfungsi sebagai:
(1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik, dimana bayi
yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik
stelah lahir
(2) Membendung antibody
(3) ASI mengandung komposisi yang tepat, yaitu terdiri dari proporsi
yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan
untuk kehidupan 6 bulan pertama.
14
(4) Mengirang kejadian karies dentis, dimana insiden karies dentis pada
bayi yang mendapat susu formul jauh lebih tinggi dibanding yang
mendapatkan ASI.
(5) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antara
ibu dan bayi
(6) Terhindar dari alergi
(7) ASI meningkatkan kecerdasan pada bayi, lemak pada ASI adalah
lemak tak jenuh yang mengandung omega 3 untuk pematangan sel-
sel otak.
(8) Membantu perkembagan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
karena gerakan mengisap mulut nayi pada payudara (Wulandari,
2011).
b) Bagi Ibu
(1) Aspek kontrasepsi, hisapan bayi pada putting susu merangsang
pengeluaran hormon prolaktin yang dikeluarkan oleh post anterior
hipofise. Dimana prolaktin ini masuk ke indung telur dan menekan
produksi estrogen sehingga tidak ada ovulasi.
(2) Aspek kesehatan ibu, isapan bayi pada payudara merangsang
pembentukan oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu
involusi uterus dan mencegah perdarahan.
(3) Aspek penurunan berat badan, ibu yang menyususi eksklusif lebih
mudah dan cepat kembali keberatbadan semula seperti sebelum
hamil.
15
c) Bagi Negara, ASI berguna sebagai aspek ekonomi, aspek psikologi, dan
aspek kemudahan
d) Bagi Negara, ASI berguna untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian, menghemat devisa Negara, mengurangi subsidi untuk rumah
sakit dan peningkatan kualitas generasi penerus (Wulandari,2011).
3) Komposisi Gizi dalam ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein laktose dan
garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, sebagai
makan utama bagi bayi. Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 stadium yaitu:
a) Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama keluar. Kolostrum disekresi oleh
kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari ke 4 pasca
persalinan.kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental,lengket
dan berwarna kekuningan. Kolostrum banyak mengandung
protein,mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan anti bodi
yang tinggi dari pada ASI matur. Selain itu, kolostrum masih
mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada kolostrum
adalah immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM), yang digunakan sebagai zat
anti bodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan
parasit (Marmi,2010).
b) ASI transisi atau peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
ASI matang, yaitu sejak hari ke 4 sampai hari ke 10 selama 2 minggu,
16
volume air susu bertambah banyak dan berubah warna serta
komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein menurun sedangkan
kadar lemak dan kolostrum meningkat (Marmi,2012).
c) ASI matur
ASI matur disekresi hari ke 10 dan seterusnya. ASI matur tampak
berwarna putih. Kandungan ASI matur relaiv konstan, tidak menggumpal
bisa dipisahkan. Di bawah ini bisa kita lihat perbedaan komposisi antara
kolostrum, ASI transisi dan ASI matur, yang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. PERBEDAAN KANDUNGAN KOLOSTRUM, ASI TRANSISI, DAN ASI MATUR
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat 5 menit pertama
disebut sebagai foremik. Foremik lebih encer, foremik mempunyai
kandungan randah lemak dn tinggi laktosa, gula, protein, mineral dan air.
Air susu berubah menjadi hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi.
Hindmilk membuat bayi akan akan cepat kenyang, dengan demikian bayi
akan membutuhkan keduanya baik foremik maupun hindmilk
(Marmi,2012).
17
4) Cara Menyusui Yang Benar
a) Cara menyusui dengsn sikap duduk:
Duduk dengan posisi santai dan tegak menggunakan kursi pendek agar
kaki tidak tergantung dengan punggung bersandar di sandaran kursi
(1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada
putting, dengan manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembapan putting susu
(2) Gunakan bantal atauselimut untuk menopang bayi dengan posisi bayi
diatas pangkuan ibu.
(3) Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari
menekan payudara bagian atas areola
(4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks)
dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi
mulut bayi
(5) Stelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
b) Melepaskan isapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
diganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi: jari
kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu
bayi ditekan ke bawah
c) Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan
(yang dihisap terakhir).
18
d) Setelah seleai menyusui, ASI dikelurkan sedikit kemudian dioleskan pada
putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
e) Menyendawakan bayi
(1)Tujuan menyendawakan bayi adalah mengelurkan udara dari
lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara
menyendawakan bayi:
(2) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
(3) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu lalu usap-
usap punggung bayi sampai bayi bersendawa (Wulandari,2011).
d. KebijakanPemerintah tentang Masa Nifas
Kebijakan program nasional yang telah dibuat oleh pemerintah
mengenai masanifas merekomendasikan paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk:
1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3) Mendeteksi adanya komplikasi atau maasalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya (Marmi, 2012).
19
Berikut ini merupakan aturan waktu dan bentuk asuhan yang wajib
diberiakan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas yang disajikan pada tabel
2.
Tabel 2. KUNJUNGAN MASA NIFASKunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam post partum
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melaukan rujukan jika perdarahan berlanjut. Pemberian ASI awal.Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan,maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama.Setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II 6 hari post partum
Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah umbilikus, tidak perdarahan abnormal.
III 2 minggu post
Asuhan pada 2 minggu postpartum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari postpartum.
PartumIV 6
minggu post partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.Memberikan konseling KB secara dini.
Sumber:( Yanti, 2011 ).
Selama masa nifas, paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir. Kunjungan tersebut untuk
20
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Empat
kali kunjungan tersebut setidaknya pada saat:
1) 6-8 jam setelah persalinan (kunjungan I).
2) 6 hari setelah persalinan (kunjungan II).
3) 2 minggu setelah persalinan (kunjungan III).
4) 6 minggu setelah persalinan (kunjungan IV).
Tujuan dari masing-masing kunjungan tersebut berbeda-beda. Dibawah
ini uraikan mengenai tujuan dari tiap kunjungan tersebut.
1) Tujuan kunjungan 6-8 jam setelah persalinan adalah sebagai berikut:
a) Mencegah perdarahan masa nifas yang disebabkan oleh atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan serta harus segera
merujuk jika perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga tentang
bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2) Tujuan kunjungan 6 hari setelah persalinan adalah sebagai berikut:
a) Memastikan bahwa involusi uterus berjalan dengan normal (uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
dan tidak berbau).
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
21
c) Memastikan bahwa ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
d) Memastikan bahwa ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
adanya tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3) Tujuan kunjungan 2 minggu setelah persalinan sama dengan tujuan dari
kunjungan 6 hari setelah persalinan di atas.
4) Tujuan kunjungan 6 minggu setelah persalinan adalah sebagai berikut:
a) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu
dan bayi.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Yanti, 2011).
e. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan
postpartum. Asuhan kebidanan pada masa nifas merupakan hal yang sangat
penting, karena periode ini merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya.
Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
22
4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan
anak, dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5) Mendetaksi adanya komplikasi dan perlunya rujukan.
6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yang aman.
7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
mengidentifikasi, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8) Memberikan asuhan secara professional. (Marmi, 2012).
2. Anemia
a. Pengertian Anemia
Menurut WHO (2013) Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat
kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.Anemia secara praktis
didefinisikan senagai kadar Ht, kensentrasi Hb, atau hitung eritrosit dibawah
batas normal(Sarwono, 2009).
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau
hemoglobin kurang dari normal. Anemia merupakan salah satu kelainan darah
yang umumnya terjadi ketika kadar sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh
menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan karena
sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen keseluruh
jaringan tubuh (Atikah, 2011).
23
Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi,
abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah, atau keduanya. Anemia
dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah atau
peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronis, perdarahan
mendadak, atau lisis (destruksi)sel darah merah yang berlebihan
(Elizabeth,2008).
Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia,
lebih sering disebut sebagai kurang darah, kadar sel darah merah
(Hemoglobin/Hb) dibawah nilai normal. Penyebabnya bisa karena kuranggnya
zat besi, asam folat, vitamin B12, tetapi yang sering terjadi adalah anemia
karena kekurangan zat besi (Rukiah,2011).
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia
lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb)
dibawah nilai normal. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan
oleh kurangnya zat besi dalam tubuh. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain kurangnya asupan zat besi dan
protein dari makanan, adanya gangguan absorpsi usus, perdarahan akut maupun
kronis dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa
pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak
jarang keduannya saling berinteraksi (Rukiyah, 2010).
24
Dari teori–teori yang dikemukakan oleh para ahli, penulis dapat
menyimpulkan bahwa anemia adalah suatu keadaan atau kondisi dimana dalam
darah terjadi penurunan kadar hemoglobin atau sel darah merah di bawah nilai
normal.
b. Klasifikasi Anemia.
Secara umum, ada 3 jenis utama anemia, diklasifikasikan menurut
ukuran sel darah merah:
1) Jika sel darah merah lebih kecil dari biasanya, ini disebut anemia mikrositik.
Penyebab utama dari jenis ini defisiensi besi (besi tingkat rendah) anemia
dan thalassemia (kelainan bawaan hemoglobin).
2) Jika ukuran sel darah merah normal dalam ukuran (tetapi rendah dalam
jumlah), ini disebut anemia normositik, seperti anemia yang menyertai
penyakit kronis atau anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal
3) Jika sel darah merah lebih besar dari normal, maka disebut anemia
makrositik. Penyebab utama dari jenis ini adalah anemia pernisiosa dan
anemia yang berhubungan dengan alkoholisme, yang disajikan pada tabel 3.
25
Tabel 3. GAMBARAN ANEMIA SECARA UMUM
Jenis Anemia Umum Penyebab Temuan Laboratorium
Normositik Perdarahan akutAnemia sel sabitMalariaAnemia aplastikTalasemiaAnemia akibat penyakit kronis
Penurunan HCTPenurunan HemoglobinMCV tidak berubahMCHC tidak berubahZat besi normalFeritin Normal
Mikrositik Defisiensi besiPerdarahan kronis lambatAnemia dalam kehamilan
Penurunan HCTPenurunan hemoglobinPenurunan statuszat besiPenurunan feritinPenurunan MCVMCHC tuun atau tidak berubah
Anemia megaloblastik Defisiensi asam folatDefisiensi vitamin B
Penurunan HCTPenurunan HemoglobinPeningkatan MCVMCHC normal
Sumber: (Elizabeth,2008).
Disebut anemia bila kadar Hb kurang dari 10 gr/dl, disebut anemia
sedang jika Hb 7-8 gr/dl, disebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr/dl
disebut anemia gravis. Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal 12-15 gr/dl
dan hematokrit 35-54 %. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau
2 kali pada trimester 1 dan 1 kali pada trimester terakhir( Ashari, 2010).
26
c. Tanda dan Gejala Anemia
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa
hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit pada dasarnya yang
menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala
penyakit dasarnya.
Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang,
perubahan jaringan epitel kuku, gangguan system neurumuskular, lesu, lemah,
lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Bila kadar Hb < 7 gr/dl maka
gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas (Rukiyah, 2010).
Menurut Atika (2011), anemia terdiri atas 2 jenis yaitu anemia ringan
dan anemia berat. Adapun tanda dan gejlanya sebagai berikut:
1) Anemia Ringan
Gejala anemia ringan yaitu kelelahan, penurunan energy, kelemahan, sesak
napas, palpitasi(rasa jantung balab atau pemukulan tidak teratur) dan tampak
pucat
2) Anemia Berat
Beberapa tanda-tanda yang mungkin menunjukkan anemia berat pada
seseorang dapat mencakup Denyut jantung cepat; Tekanan darah rendah;
Frekuensi pernapasan cepat; Pucat dan kulit dingin; kulit kuning disebut
jaudince jika anemia karena kerusakan sel darah merah; murmur jantung;
penyebab limpa dengan penyebab anemia tertentu; nyeri dada; pusing atau
kepala terasa ringan(terutama berdiri atau); kelelahanatau kekurangan
27
energi; sakit kepala; tidak bisa berkonsentrasi; sesak napas; nyeri dada serta
pingsan (Proverawati,2011).
Beberapa pasien dengan anemia tidak menunjukkan gejala. Sedangkan
anemia pada orang lain mungkin merasa: capek, mudah kelelahan, tampak
pucat, terjadi palpitasi/berdebar (rasa balab jantung) dan menjadi sesak napas.
Perlu dicatat bahwa jika anemia sudah berjalan lama (anemia kronis), tubuh
dapat menyesuaikan diri dengan kadar oksigen rendah dan mungkin individu
tidak merasa berbeda kecuali anemia menjadi berat (Atika, 2011).
Tabel 4. TANDA DAN GEJALA ANEMIARingan Sedang Berat
8. Pembahasanpadaasuhankebidananpadaibunifasdengan anemia berat
tidakterdapatkesenjanganantarateoridanprakteksehinggatidak memerlukan
alternativ pemecahanmasalah.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis ingin mengemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Agar karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menambah
wawasan pembacanya sehingga dapat membantu dalam proses perkuliahan
95
2. Dengan adanya karya tulis ini kita dapat melihat betapah pentingnya Fungsi
dari pemberian tablet Fe di masa kehamilan.
3. Dengan adanya karya tulis ini para pembaca khususnya mahasiswa dapat
menambah wawasan dan pengetahuan terutama tentang masalah ibu nifas
patologi
dengan anemia berat sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat dan
sesuai dengan masalah yang terjadi, sehingga mengurangi angka kejadian
anemia, khususnya pada masa nifas dan angka kematian ibu dapat berkurang.
4. Diharapkan dalam pemberian asuhan bidan dapat mengidentifikasi suatu
keadaan yang dapat mengarah kearah patologi, sehingga dapat mencegah
kejadian yang tidak diharapkan.
5. Sehingga dengan adanya karya tulis ini, bila benar-benar terjadi anemia berat
pada masa nifas (anemia post partum) dapat memberikan penanganan secara
cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari. (2010). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta, Pustaka Rihana.
Asrinah, dkk, (2010). Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Astuti, Hutari Puji. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I ( Kehamilan). Yogyakarta, Rohima Press.
Bahiyatun. (2009). Anemia Post Partum. Jakarta, Monika Ester.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Gambaran-Pengetahuan-Ibu- pada- Masa- Nifas.html http:// gambaran-pengetahuan-ibu-pada-nifas.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 3 Juni 2014.
Dewi. (2012) Anemia Post Partum.
93
PEMERINTAHAN KABUPATEN MUNARUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jl. Sultan Hasanudin No. 6 Raha Telp. (0403) 2521220 – 2521328 Raha 93611
SURAT KETERANGAN
No. 445 / ID46.C / IX /2014
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna memberikan keterangan
bahwa:
Nama : DARMINA
NIM : 2011.IB.0062
Asal Institusi : AKBID PARAMATA RAHA
Telah melaksanakan penelitian sejak tanggal 11 s/d 17September 2014 di Rumah
sakit Umum Daerah Kabupaten Muna.Demikian surat keterangan ini, untuk dapat