A. Manajemen Bimbingan dan KonselingPada prinsipnya manajemen
memuat makna segala upaya menggerakkan individu atau kelompok untuk
bekerja sama dalam mendayagunakan sumber daya dalam suatu sistem
untuk mencapai tujuan. Apabila diterapkan dalam pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah, maka manajemen bimbingan dan konseling
adalah segala upaya atau cara yang digunakan untuk mendayagunakan
secara optimal semua komponen atau sumber daya (tenaga, dana,
sarana/prasarana) dan sistem informasi berupa himpunan data
bimbingan untuk menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
dalam rangka mencapai tujuan. Prinsip-prinsip dalam Manajemen
Pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi : planning, organizing,
staffing, leading & controlling. Manajemen bimbingan dan
konseling merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai
oleh konselor. Manajemen bimbingan dan konseling yang terarah dan
sistematis merupakan manifestasi dan akumulasi pelayanan bimbingan
dan konseling sehingga merupakan salah satu indikator kerja
konselor. Selanjutnya dengan manajemen bimbingan dan konseling yang
sistematis dan terarah yang baik pada gilirannya akan memberikan
panduan pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling sekaligus
menghilangkan kesan bahwa konselor bekerja sifatnya isedental dan
bersifat kuratif semata mata. Sehubungan dengan konsep manajemen
maka penerapan atau implementasi manajemen bimbingan dan konseling
merupakan salah satu manifestasi suatu kegiatan yang sistematis
tentang bagaimana merencanakan suatu aktifitas bimbingan dan
konseling, bagaimana menggerakkan sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi bimbingan dan konseling untuk mencapai tujuan,
mengawasi bagaimana kegiatan bimbingan dan konseling berjalan dan
menilai kegiatan bimbingan dan koseling. Berdasarkan hal tersebut,
maka implementasi pelaksaanaan manajemen bimbingan dan konseling
disekolah, yang kaitannya dengan proses perencanaan,
pengorganisasian,pelaksanaan, dan pengawasan. 1. Planning
(Perencanaan)Secara umum perencanaan merupakan pedoman yang memberi
arah pelaksanaan Bimbingan Konseling dalam mencapai tujuannya.
Wujud perencanaan adalah persiapan persiapan sistem, teknik,
metode, fasilitas, personalia, waktu, dan pencapaian aktivitas
Bimbingan Konseling. Keseluruhan aspek tersebut tidak dibahas satu
persatu namun terangkum dalam program Bimbingan dan Konseling.
Perencanan program harus memenuhi aspek terkait kebutuhan kebutuhan
para siswa, sejauh mana kebutuhan kebutuhan tersebut telah dapat
terpenuhi pada kondisi sekarang, dan bagaimana sekolah dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dengan lebih baik yang menyangkut
kemampuan sekolah mewujudkan jenis bantuan tertentu berdasarkan
potensi dan daya dukung personil, keuangan, sarana prasarana,
waktu, maupun kebijakan. Dalam perencanaan ini konselor sekolah
rata rata telah melakukan perencanaan yang baik, yaitu dengan
memperhatikan sebagai berikut:a. Analisis kebutuhan/permasalahan
siswa,b. Penentuan tujuan yang ingin dicapai,c. Analisis situasi
dan kondisi sekolah,d. Penentuan jenis kegiatan yang akan
dilakukan,e. Penentuan teknik dan strategi kegiatan,f. Penentuan
personil personil yang akan melaksanakan,g. Perkiraan biaya dan
fasilitas yang digunakan,h. Mengantisipasi kemungkinan hambatan
dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, dan i. Waktu
dan tempat artinya kapan kegiatan itu akan dilaksanakan dan dimana
kegiatan itu akan dilakukan.2. Organizing
(Pengorganisasian)Perencanaan yang matang saja tidaklah cukup untuk
membuat progaram bimbingan dan koseling. Selanjutnya tahap yang
harus dikerjakan oleh konselor adalah organizing atau
pengorganisasian, yaitu proses untuk merancang, mengelompokan, dan
mengatur serta membagi bagi tugas atau pekerjaan diantara anggota
organisasi bimbingan dan konseling, agar tujuan dari organisasi
bimbingan dan konseling dapat dicapai dengan efisien. Konselor
sekolah menentukan siapa saja pihak pihak yang dilibatkan, sarana
dan prasarana apa saja yang dibutuhkan. Biasanya konselor sekolah
melibatkan semua stakeholder sekolah untuk membantu pembuatan dan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling, yaitu dari penjaga
sekolah/satpam, ibu kantin, cleaning servis, guru mata pelajaran,
wali kelas, wakil kepala sekolah, sampai dengan kepala
sekolah.Penorgonisasian ini sering kali menemui banyak kendala,
yaitu sebagai berikut:a. Kurangnya pengetahuan mereka mengenai
pentingnya bimbingan dan konseling,b. Terjadinya banyak
kesalahpahaman mengenai bimbingan dan koneling disekolahc.
Kurangnya pengetahuan mereka mengenai peran konselor dan kedudukan
bimbingan dan konseling disekolahd. Masih banyaknya pihak yang
menganggap bahwa bimbingan dan konseling adalah tidak pentinge.
Banyak guru mata pelajaran yang menganggap guru BK/Konselor sekolah
adalah guru yang suka mengganggu pelajaran, karena sering memanggil
siswa disaat jam pelajaran.Banyaknya kendala tersebut tidak
menyurutkan semangat para konselor sekolah untuk melakukan
pengorganisasian. Mereka para konselor sekolah yang asalnya banar
benar dari jurusan bimbingan dan konseling akan melakukan
pendekatan pendekatan untuk membenahi kesalahpahaman yang terjadi.
Tetapi jika dalam sekolah tersebut konselor sekolahnya berasal
bukan dari jurusan bimbingan dan konselinng, maka mereka akan tetep
membiarkan hal ini berlanjut. Hal tersebut dikarenakan, untuk
menjelaskan kesalahpahaman tersebut, dia tidak memiliki dasar yang
kuat.Untuk mengatasi kendala kendala dalam pengorganisasian,
konselor sekolah menjalin komunikasi yang baik dengan stakeholder
lainnya. Menjelaskan peran stakeholder dalam kaitannya pelaksanaan
pemberian layanan bimbingan dan konseling. Dengan komunikasi yang
terjalin dengan baik diantara stakeholder, maka kendala kendala
yang sebelumnya terjadi akan sedikit demi sedikit teratasi. Dengan
seperti itu, stakeholder lainnya akan mengerti tugas dan peran
mereka dalam membantu pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
Manurut konselor sekolah yang panulis ketemui, intinya dari
pengorganisasian ini adalah harus membina hubungan komunikasi yang
baik diantara stakeholder, dengan seperti itu akan membuat tujuan
yang ingin dicapai dapat terpenuhi.selain itu, pelibatan
orang-orang dalam organisasi bimbingan dan konseling ini tidak
hanya semata-mata dari personel sekolah akan tetapi dari pihak
diluar sekolah. Pelibatan orang-orang tersebut sebagai koordinasi
dapat membantu dalam menetapkan hubungan antar personalia dan
sumber daya yang lain termasuk stakeholder lain diluar lembaga
sehingga dapat berfungsi secara optimal. Purwoko (2008) membagi
tugas personel sekolah dalam bimbingan dan konseling sebagai
berikut:a. PersonilKepala sekolah 1)Menyusun program sekolah secara
keseluruhan, termasuk menyusun secara kolektif program bimbingan
yang bersifat komprehensif2) Mengusahakan bentuk-bentuk pembinaan
intern yang intensif melalui rapat rutin, incidental, konfrensi
kasus, dsb3)Mengkoordinasikan bentuk kegiatan bimbingan konseling
dengan kegiatan guru bidang studi4)Mengusahakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh bimbingan konseling5) Mengadakan
hubungan kerjasama dengan instansi lain diluar sekolah yang
berhubungan dengan bimbingan konseling6)Mengusahakan dan membina
bentuk kerjasama bimbingan dan konseling antar sekolah dalam
berbagai bentuk dan pengalaman. 7)Mendorong para petugas bimbingan
konseling untuk melaksanakan tugasnya, serta menciptakan situasi
yang menggairahkan kerja petugas bimbingan dan konseling8)Menggali
berbagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan
bimbingan konseling.9)Mengawasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling. Konselor1) Mengkoordinasikan penyusunan program
bimbingan dan konseling2) Memberikan garis-garis kebijakan umum
kegiatan bimbingan konseling3) Bertanggung jawab atas pelaksanaan
program bimbingan konseling4) Memberikan laporan kegiatan kepada
kepala sekolah 5) Membantu para siswa dalam memahami dan
menyesuaiakan diri sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan
sosial.6) Menyelenggarakan pertemuan dan mengadakan konsultasi
dengan guru, wali kelas, dan staf sekolah.7) Melaksanakan bimbingan
kolompok dan konseling individual8) Mengumpulkan dan menyusun data,
mengolah dan menafsirkan data,serta dipergunakan untuk pihak-pihak
yang berkepentingan9)Memberikan berbagai informasi kepada siswa
sehubungan dengan pendidikan dan pekerjaan10) Mngadakan konfrensi
kasus untuk membicaakan masalah yang dihadapi siswa serta upaya
untuk memecahkannya.11) Mengadakan konsultasi orang tua siswa dan
melaksaknakan kunjungan rumah12) Mengadakan kerjasama dengan
instansi lain berkaita dengan penyelenggaraan program bimbingan
konseling13)Memilih dan mempergunakan instrument sesuai
kewenangannya untuk kepentingan bantuan siswa14) Bersama guru
membantu siswa memilih pengalaman kegiatan kurikulum yang sesuai
dengan minat dan kebutuhannya15) Menyelenggarakan layanan reveral
kepada pihak-pihak yang berwenang16) Mengadakan evaluasi dan studi
tindak lanjut berkaitan dengan perbaikan program bimbingan
konseling Wali Kelas1)Mengumpulkan data tentang siswa2)
Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang dihadapi siswa
dikelas.3) Menyelenggarakan diagnosa kesulitan belajar siswa4)
Membantu memberikan informasi kepada siswa5) Menyelenggarakan
bimbingan kelompok6) Berpartisipasi aktif dalam konfresnsi kasus7)
Mengadakan penilaian prestasi belajar siswa dan menyampaikan pada
konselor8)Merujuk siswa yang bermasalah kepada konselor untuk
memperoleh bantuan profesional9) Membantu secara aktif
penyelenggaraan program bimbigan konseling sekolah10) Bekerja sama
dengan konselor dalam memanfaatkan berbagai data siswaGuru1)Turut
aktif dalam membantu pelaksanaan bimbingan konseling2) Memberikan
informasi tentang siswa kepada konselor3) Memberikan layanan
pengajaran4) Berpartisipasi dalam konferensi kasus5) Meneliti
kesulita kemajuan belajar siswa6) Membantu pemecahan masalah siswa
sesuai kewenangannya7) Merujuk siswa bermasalah kepada konselor.
Petugas Administrasi BK 1) Mengisi kartu pribadi siswa dengan
data-datasiswa baik tentang pribadi, sekolah maupun lingkungan
siswa2) Mengelola data pada tempat yang telah disediakan 3)Membantu
proses pengumpulan data dan mempersiapkan laporan bimbingan
konseling4)Menyelenggarakan surat menyurat dan pembukuan berkaitan
dengan program bimbingan konseling5)Menyiapkan alat-alat
pengumpulan data siswa6)Menata serta memalihara ruanagan bimbingan
konseling.
b. Fasilitas Setelah para petugas (man), berikut akan
diketengahkan tentang fasilitas (material) bimbingan, yang meliputi
1) Instrument pengumpul data, meliputi daftar isian angket, pedoman
wawancara, pedoman observasi, daftar isian, sosiometri, kartu
pemeriksaan kesehatan, alat-alat tes psikologis.2) Perlengkapan
penyimpan dataData siswa yang telah terkumpul, perlu disimpan
dengan baik dan sistematik agar mempermudah kjika sewaktu-waktu
diperlukan. Alat penyimpan data ini dapat bersifat individual
(setiap siswa), dan dapat bersifat kelompok (missal, menurut
kelas). Alat penyimpan data dapar berupa : kartu, folders,
booklets, cumulative atau buku prbadi, map, dan komputer. 3) Alat
pelaksanaan teknis bimbingan konselingAlat-alat teknis pelaksanaan
bimbingan konseling merupakan alat-alat administrative yang
diperlukan dalam layanan bimbingan konseling. Beberapa diantaranya
adalah form surat panggilan siswa, form surat panggilan orang tua,
surat kunjungan rumah, kartu konseling, laporan konseling, form
laporan konfrensi kasus, surat pengantar reveral, form pilihan
jurusan, dll.4) Tata laksana bimbingan dan perlengkapan fisik
bimbingan konseling Tata laksana dan perlengkapan fisik bimbingan
konseling meliputi perlengkapan parabot, alat-alat elektronik, dan
ruang bimbigan konseling. Perabot ini antara lain meja tamu,
meja-kursi bimbingan-konseling kelompok, kursi konseling,
meja-kursi kerja konselor, lemari penyimpan data, meja-kursi
konfresi kasus, papan program, papan mekanisme layanan konseling,
gambar-gambar dekoratif, dll. Sedang ruang bimbingan konseling
setidaknya meliputi ruang tamu, ruang administrasi, ruang kerja
konselo, ruang bimbingan / konseling kelompok, ruang
baca/perpusatakaan, ruang penyimpan data, ruang konfrensi kasus,
dan ruang-ruang lain jika memungkinkan. Sedang seting tata ruang
dikonstruksikan sesuai kondisi sekolah yang ada.c. Anggaran
biayaSelain petuga (men), dan perlengkapan (material) factor lain
yang tidak dapat dilupakan dan sangat diperlukan dalam melaksanakan
suatu kegiatan adalah anggaran biaya (money). Untuk pelaksanaan
pelaksanaan bimbingan konseling disekolah, anggaran biaya
diperlukan untuk para petugas bimbingan, untuk mengadakan dan
memelihara perlengkapan.
3. Actuating (Penggerakan)Actuating atau penggerakkan adalah
fungsi fundamental dalam pelaksanaan manajemen bimbingan dan
konseling disekolah. Penggerakan dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan usaha, cara, teknik,dan metode untuk mendorong para
anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik
mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efektif, efesien
dan ekonomis.
4. Controlling (Pengawasan)Controlling dalam bimbingan dan
konseling yaitu bagaimana mengawasi, mensupervisi dan menilai
aktivitas layanan bimbingan dan konseling apakah bimbingan dan
konseling sesuai dengan program yang telah direncanakan. Pengawasan
dalam bimbingan dan konseling dilakukan pengawas yang berasal dari
Dinas Pendidikan dimasing masing kabupaten serta kepala sekolah. 5.
Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling.Evaluasi
merupakan komponen penting dari program bimbingan konseling
komprehensif guna memastikan akuntabilitas. Tujuan evaluasi adalah
untuk menentukan nilai, program, kegiatan, dan staf dalam rangka
untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan tentang masa depan.
Evaluasi akan mengukur pelayanan (evaluasi proses) dan hasil
(evaluasi produk). Proses yang berkelanjutan ini memberikan
informasi untuk memastikan perbaikan terus menerus pada program
bimbingan dan memberikan arahan kepada perubahan yang diperlukan.
Evaluasi adalah suatu proses yang memiliki delapan langkah:1.
Menyatakan pertanyaan evaluasi,2. Menentukan penonton / menggunakan
untuk evaluasi,3. Pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan,4.
Menerapkan standar yang telah ditentukan,5. Penarikan kesimpulan,6.
Mempertimbangkan konteks,7. Membuat rekomendasi, dan8. Bertindak
berdasarkan rekomendasiKonselor dan program konseling memainkan
peran penting dalam membantu guru dan staf lain di sekolah dengan
tujuan instruksional dan tujuan lainnya. Oleh karena itu, evaluasi
harus mengupayakan kolaborasi antara semua pihak yang terlibat
dalam program. Kegiatan evaluasi memungkinkan konselor dan orang
lain untuk: Menentukan dampak dari program bimbingan pada
mahasiswa, dosen, orang tua, dan kondisi sekolah Mengidentifikasi
tujuan yang dicapai. Mengidentifikasi komponen efektif dari program
Menghilangkan atau memperbaiki komponen kurang efektif dari program
Beradaptasi dan memperbaiki program bimbingan dan proses
pelaksanaan Mengidentifikasi dampak dari program (baik positif
maupun negatif) Mengidentifikasi daerah-daerah lain yang perlu
ditangani Menetapkan tujuan untuk pengembangan profesional konselor
Menentukan kebutuhan staf dan penyesuaian beban kerja Menentukan
sumber daya tambahan yang diperlukan yang memadai meneruskan
program Memberikan informasi akuntabilitas kepada pendidik dan
masyarakat
B. Strategi TerintegrasiProgram bimbingan akan berjalan secara
efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini
khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor
berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh
informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan
pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan
mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh
guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya : (a) menciptakan
sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi
belajar siswa; (b) memahami karakteristik siswa yang unik dan
beragam; (c) menandai siswa yang diduga bermasalah; (d) membantu
siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program remedial
teaching;(e) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan
layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing; (f)
memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang
kerja yang diminati siswa; (g) memahami perkembangan dunia industri
atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas
kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana
kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (h) menampilkan
pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun
moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan figur
central bagi siswa); dan (i) memberikan informasi tentang cara-cara
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.Selain
itu, dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program
bimbingan, konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua
siswa. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap siswa
tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua di
rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling
memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor
dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau
memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan
kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya,
seperti : (1) kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para
orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu
kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor,
(2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat)
tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua
diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah,
terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku
sehari-harinya.
C. Strategi Bimbingan KlasikalLayanan dasar diperuntukkan bagi
semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang
telah dirancang menuntut konselor untukmelakukan kontak langsung
dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal,konselor memberikan
layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan
melalui pemberian layanan orientasi dan informasitentang berbagai
hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layananorientasi pada
umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi
para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentan
gsekolah yang dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang
berbagai halyang terkait dengan sekolah, seperti : kurikulum,
personel (pimpinan, paraguru, dan staf administrasi), jadwal
pelajaran, perpustakaan, laboratorium,tata-tertib sekolah, jurusan
(untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, danfasilitas sekolah
lainnya. Sementara layanan informasi merupakan proses.Direktorat
jendral peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan
dapertemen pendidikan nasional 2007 ( 2007 : 40 ) mengemukakan
pendapat :Layanan bimbingan klasikal adalah salah satu pelayanan
dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor untuk melakuka
kontak langsung dengan para peserta didik dikelas secara terjadwal,
konselor memberikan pelayanan bimbingan ini kepada peserta didik.
Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau curah
pendapat..Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan banwa
bimbingan klasikal dapat diartikan sebagai layanan yang di berikan
kepada semua siswa. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dalam proses
bimbingan progam sudah disusun secara baik dan siap untuk diberikan
kepada siswa secara terjadwal, kegiatan ini berisikan informasi
yang diberikan oleh seorang pembimbing kepada siswa secara kontak
langsung terutama pemahaman siswa terhadap bahaya prilaku seks
bebas. Pada bimbingan klasikal ini menggunakan berbagai macam alat
bantu seperti : media cetak, media panjang, OHT, rekaman radio tape
dan lain-lain. layanan bimbinga klasikal dapat mempergunakan jam
pengembangan diri semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal
perlu terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas. Dalam penelitian
ini peneliti memberi layanan bimbingan klasikal khususnya pada
peningkatan pemahamnan terhadap bahaya prilaku seks bebas pada
siswa Sekolah Menengah Pertama.
1. Pelaksanaan Layanan Bimbingan KlasikalLayanan bimbingan
klasikal merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling. Layanan
bimbingan klasikal berbeda dengan mengajar. Layanan ini juga
memiliki beberapa ketentuan dalam pelaksannanya. Adapun
perbedaannya antara mengajar dan membimbing :a.Perbedaan dalam
Mengajar dan Membimbing1)Layanan bimbingan klasikal bukanlah suatu
kegiatan mengajar atau menyampaikan materi pelajaran sebagaimana
mata pelajaran yang dirancang dalam kurikulum pendidikan disekolah,
melainkan menyampaikan informasi yang dapat berpengaruh terhadap
tercapainya perkembangan yang optimal seluruh aspek perkembangan
dan tercapainya kemandirian peserta didik atau konseli.2) Materi
bimbingan klasikal berkaitan erat dengan domain bimbingan dan
konseling yaitu bimbingan belajar, pribadi, sosial dan karir, serta
aspek-aspek perkembangan peserta didik.3)Guru mata pelajaran dalam
melaksanakan tuganya adalah menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik, dan tugas guru bimbingan dan konseling atau konselor
adalah menyelenggarakan layanan bimbingan konseling yang
memendirikan peserta didik atau konseli.b.Langkah-langkah bimbingan
klasikalUntuk dapat melaksanak leyanan bimbingan klasikal secara
baik, dalam Linda D Webb ; Greg A Brigman ( terjemahan Hartanto :
2006 ) terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan sebagai
berikut :1)Melakukan pemahaman peserta didik ( menetukan kelas
layanan, menyiapkan instrument pemahaman peserta didik, pengumpulan
data, analisis data, dan merumuskan pemahaman ).2)Menentukan
kecenderungan kebutuhan layanan bimbingan klasikal bagi peserta
didik/konsli atas dasar hasil pemahaman peserta didik.3) Memilih
metode dan teknik yang sesui untuk memberian layanan bimbingan
klasikal ( ceramah-diskusi; atau ceramah-simulasi-diskusi, atau
ceramah-tugas-diskusi ).4)Persiapan pemberian layanan bimbingan
klasikal dapat disiapkan secara tertulis merupakan suatu bukti
administrasi kegiatan, dengan demikian materi layanannya disajikan
secara terencana dengan harapan mencapai hasil yang optimal, sebab
disusun atas dasar kebutuhan dan literature yang relevan.5)Memilih
sistematika persiapan yang dapat disusun oleh Guru Bimbingan dan
Konseling atau Konselor, dengan catatn telah mencerminkan adanya
kesiapan layanan bimbingan klasikal dan persiapan diketahui oleh
Koordinator Bimbingan dan Konseling dan atau Kepala
sekolah.6)Mempersiapkan alat bantu untuk melaksanakan pemberian
layanan bimbingan klasikal sesuai dengan kebutuhan
layanan.7)Evaluasi pemberian layanan bimbingan klasikal perlu
dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses, tepat tidaknya layanan
yang diberikan atau perkembangan sikap dan prilaku atau tingkat
ketercapaian tugas-tugas perkembangan. Secara umum aspek yang
dievaluasi meliputi : kesesuaian program dalam pelaksanaan,
keterlaksanaan program, hambatan-hambatan yang dijumpai, dampak
terhadap kegiatan belajar mengajar, dan respon peserta didik
personal sekolah, dan orang tua serta perubahan perkembangan
peserta didik ( tugas-tugas perkembangan ) atau perkembangan
belajar, pribadi, sosial, dan karirnya.8) Tindak lanjut, perlu
dilakukan segai upaya peningkatan pemberian layanan bimbinagn
kelas. Kegiatan tindak lanjut senantiasa mendasarkan pada hasil
evaluasi kelgaiatan yang telah dilaksanakan.2. Media Layanan
Bimbingan KlasikalMedia pembelajaran dalam bimbingan klasikal
menurut Belawati ( 2003 :12 ) dikelompokkan menjadi tiga yaitu :a.
Media cetakb. Media non cetakc. Media displayAdapun penjelasan
sebagai berikuta. Media cetak adalah sejumlah media yang disiapkan
dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan
penyampaian informasi, contoh media cetak anatara lain : buku teks,
majalah, leaflet, modul, handout, dan lembar kerja siswa.b. Media
non cetak adalah sejumlah media yang disiapkan tidak pada kertas,
yang berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian
informasi, contoh media non cetak antara lain : OHT ( overhead
transparancies ), Audio ( bersifat suara atau bunyi, minsalnya :
radio, tape ), Video ( gambar dan bunyi , minsalnya : film ), slide
dan komputer.c. Media display adalah jenis media pembelajaran yang
berisi materi tulisan atau gambaran yang dapat ditampilkan di dalam
kelas ataupun di luar kelas, di kelompok kecil atau besar,
perorangan tempa menggunakan alat proyeksi, contoh media display
antara lain : flipchart, adhesive, chart, poster, peta, foto dan
relia berupa gambar yang nyata secara anatomi.3.Tujuan dan Fungsi
Layanan Bimbingan KlasikalUntuk mencapai sebuah hasil dari proses
bimbingan yang diharapkan maka bimbingan klasikal harus memiliki
tujuan dan fungsi pendidikan.a.Tujuan Layanan Bimbingan
KlasikalRumusan tentang tujuan dan manfaat bimbingan klasikal dalam
kajian literature belum banyak ditemukan, oleh karena itu untuk
merumuskan tujuan dan manfaat bimbingan klasikal mempergunakan
rumusan tujuan bimbingan dan koseling yang dikaitan dengan kegiatan
di kelas. Tujuan yang ingin dicapai bimbingan dan konseling adalah
tercapainya perkembangan yang optimal, penyesuaian diri yang baik,
penyelesaian masalah yang dihadapi, kemandirian, kesejahteraan dan
kebahagian serta kebermaknaan dalam kehidupannya. Dalam kaitannya
dengan domain layanan bimbingan dan konseling adalah meliputi
pendidikan atau belajar, pribadi, sosial dan karir.Layanan
bimbingan klasikal sangat dibutuhkan siswa-siswa yang tidak
mempunyai masalah maupun yang mempunyai masalah dapat terbantu,
sehingga mereka dapat belajar dengan baik. menurut Downing (
Soetjipto dan Kosasai 200: 50 ) tujuan bimbingan di sekolah adalah
membanu siswa :1)Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga
memperoleh prestasi belajar yang tinggi.2)Mengatasi terjadinya
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan pada saat proses
belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.3)Mengatasi
kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan
jasmani.4)Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan
kelanjutan studi.5)Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan
dengan perancanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka
lulus.b.Fungsi Bimbingan KlasikalLayanan bimbingan klasikal
mempunyai berbagai fungsi, antara lain sebagai berikut :1)Dapat
terjadinya interaksi sehingga saling mengenal antara Guru Bimbingan
dan Konseling atau konselor dengan peserta didik atau
konseli2)Dapat terjalinnya hubungan emosional antara Guru Bimbingan
dan Konseling dengan peserta didik sehingga akan terciptanya
hubungan hubungan yang bersifat mendidik dan membimbing.3)Dapat
terciptanya keteladanan dari Guru Bimbingan dan Konseling bagi
peserta didik yng dapat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan
sikap dan perilaku lebih baik pada peserta didik.4)Dapat sebagai
wadah atau adanya media terjadinya komunikasi langsung antara Guru
Bimbingan Konseling dengan peserta didik, khusus bagi peserta didik
dapat menyampaikan permasalahan kelas atau pribadi atau curhat di
kelas.5)Dapat terjadinya kesempatan bagi Guru Bimbingan Konseling
melakukan tatap muka, wawancara dan observasi terhadap kondisi
peserta didik dan suasana belajar di kelas.6)Sebagai upaya
pemahaman terhadap peserta didik dan upaya pencegahan, penyembuhan,
perbaikan, pemeliharaan, dan pengembangan pikiran, perasaan, dan
kehendak serta prilaku peserta didik.
D. Strategi Individual1. Konsep Dasar Strategi Konseling
IndividualStrategi adalah suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan.
Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam
kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang
kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan
konseling disebut strategi layanan bimbingan dan konseling. Salah
satu strategi layanan bimbingan dan konseling itu ialah berupa
konseling individual.Konseling individual adalah proses belajar
melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara
seorang konselor dan seorang konseli (siswa). Konseling ditujukan
kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam
masalah pendidikan, pekerjaan, dan social di mana ia tidak dapat
memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling hanya di
tujukan kepada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan
pribadinya.Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar
konseli (siswa) dapat mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri
serta realistis dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya.
Suatu hubungan pribadi yang uniki dalam konseling dapat membantu
individu (siswa) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang
bijaksana, serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di
lingkungannya. Konseling membantu konseli untuk mengerti diri
sendiri, mengeksplorasi diri sendiri, dan dapat memimpin diri
sendiri dalam suatu masyarakat.Dalam konseling diharapkan konseli
dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat
lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan
kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi
fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan
mendatang. Konseling membantu individu untuk mengembangkan
kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling
menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik
standar serta merupakan tugas pokok seorang konselor di Pusat
Pendidikan.2.Teknik Konseling IndividualAda banyak teknik yang
digunakan dalam konseling individual, berikut ini akan di jelaskan
lebih lanjut mengenai teknik tersebut, diantaranya:a. Menghampiri
konseli (attending)b. Empatic. Eksplorasid. Menangkap pesan utamae.
Bertanya untuk membuka percakapanf. Bertanya tertutupg. Dorongan
minimalh. Interpretasii. Mengarahkan (Directing)j. Menyimpulkan
Sementara (Summarizing)k. Memimpinl. Memfokusm. Konfrontasin.
Menjernihkano. Memudahkanp. Mengambil inisiatifq. Memberi nasihatr.
Memberi informasis. Merencanakant. Menyimpulkan3. Tahapan-Tahapan
dalam Konseling IndividualBerikut ini adalah tahapan-tahapan dalam
melaksanakan konseling individual, yaitu:a. Tahap Awal
KonselingTahap awal ini terjadi sejak konseli bertemu konselor
hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi masalah
konseli.Cavanagh (1982)menyebut tahap awal ini dengan
istilahintroduction, invitation and environmental support. Berikut
ini ada hal-hal yang dilakukan dalam tahap awal konseling
diantaranya:1) Membangun hubungan konseling dengan melibatkan
konseli yang mengalami masalah2) Memperjelas dan mendefinisikan
masalah3) Membuat penjajakan alternative bantuan untuk mengatasi
masalah4) Menegosiasiakan kontrakb. Tahap Pertengahan (Tahap
Kerja)Berdasarkan kejelasan maslah konseli yang telah disepakati
pada taha awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada: 1)
penjelajahan masalah yang dialami konseli, dan 2) bantuan apa yang
akan diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah
dijelajah tentang masalah konseli.Cavanagh (1982)menyebut tahap ini
sebagaitahap action.Menilai kembali masalah konseli akan membantu
konseli memperoleh pemahaman baru, alternative baru, yang mungkin
berbeda dengan sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dalam
membuat keputusan dan tindakan apa yang akan digunakan untuk
mengatasi masalah tersebut. Dengan adanay pemahaman baru, berarti
ada dinamika pada konseli untuk melakukan perubahan dalam mengatasi
masalahnya.Adapun tujuan dari tahap pertengahan ini, sebagai
berikut.1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian
konseli dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tesebut.2)
Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.3) Proses
konseling agar berjalan sesuai kontrak.c. Tahap Akhir
KonselingCavanagh (1982)menyebut tahap ini dengan
istilahtermination. Pada tahap ini ditandai oleh beberapa hal
berikut.1) Menurunnya kecemasan konseli. Hal ini diketahui setelah
konselor menanyakan keadaan kecemasannya.2) Adanya perubahan
perilaku konseli ke arah yang lebih positif, sehat, dan dinamik.3)
Adanya tujuan hidup yang jelas di masa yang akan dating dengan
program yang jelas pula.4) Terjadinya perubahan sikap positif
terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan
meniadakan sikap yang suka menyalahkan dunia luar, seperti orang
tua, teman, dan keadaan yang tidak menguntungkan.Tujuan tahap akhir
ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang tidak
bermasalah. Konseli dapat melakukan keputusan tersebut karena
konseli sejak awal berkomunikasi dengan konselor dalam memutuskan
perubahan sikap tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini
adalah:1) Terjadinyatransfer of learningpada diri konseli2)
Melaksanakan perubahan perilaku konseli agar mampu mengatasi
maslaahnya, dan3) Mengakhiri hubungan konseling.
E. Strategi KelompokTeknik bimbingan kelompok merujuk pada
sejumlah teknik dan prosedur membantu individu melalui situasi
kelompok. Sebagai suatu proses pemberian bantuan bimbingan dan
konseling memiliki dua strategi dasar, yaitu (1) strategi
individual (disebut konseling individual atau konseling saja) dan
(2) strategi kelompok. Baik strategi individual maupun strategi
kelompok pada dasarnya diarahkan untuk membantu individu dalam
upaya mencapai perkembangan yang optimal dalam berbagai aspek
pribadinya; intelektual, sosial, moral, emosional, serta
kemampuan-kemampuan khas yang dimilikinya. Setiap guru, perlu
memiliki kompetensi untuk memberikan bantuan melalui strategi
individual maupun kelompok. Kedua kemampuan ini merupakan sebagian
dari ciri khas dari kompetensi profesional guru. Bimbingan kelompok
merupakan suatu proses pemberian bantun kepada individu melalui
suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar
berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya
pengembangan awasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan
dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya
pengembangan pribadi. Konseling kelompok merupakan suatu proses
pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang
memungkinkan individu dapat mengembangkan wawasan dan pemahaman
yang diperlukan tentang suatu masalah tertentu, mengeksplorasi, dan
menentukan alternatif terbaik untuk memecahkan masalahnya itu atau
dalam upaya mengembangkan pribadi. Penggunaan masing-masing teknik
bimbingan kelompok, konseling dan konselingkelompok dalam membantu
individu tampaknya memiliki titik tekan tersendiri, seperti
digambarkan sebagai berikut. Dalam perkembangan terkini, konsep
bimbingan kelompok dan konseling kelompok makin tidak begitu
diperbedakan. Aspek tujuan, prosedur teknis, jumlah anggota
kelompok dan keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru cenderung
sama, perbedaan esensialnya terletak intensitas masalah yang
dialami oleh anggota kelompok.Tujuan Konsep tentang tujuan
bimbingan kelompok harus selalu dipahami dari sudut tujuan
individual siswa. Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk membantu
individu-individu siswa agar lebih kompeten, bukan untuk
menghasilkan suatu kelompok yang lebih baik. Dinkmeyer dan Muro
(1979) menjelaskan tujuan-tujuan bimbingan kelompok seperti
berikut: 1) membantu setiap anggota kelompok mengetahui dan
memahami dirinya; untuk membantu proses menemukan identitas; 2)
dengan memahami diri sendiri, maka siswa diharapkan akan semakin
mampu mengembangkan penerimaan-diri dan merasa berharga sebagai
pribadi; 3) membantu mengembangkan keterampilan sosial dan
kecakapan antar pribadi, sehingga siswa mampu menlaksanakan tugs
perkembangan dalam kehidupan sosial-pribadi; 4) menumbuh-kembangkan
kecakapan mengarahkan-diri, memecahkan masalah, dan mentransfer
kecakapan ini untuk digunakan dalam kehidupan sosial sehari-hari;
5) membantu mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain,
sehingga menyadari dan ber tanggung jawab terhadap tingkah lakuknya
kepada orang lain. Belajar bagaimana mengidentifikasi perasaan
orang-orang yang berarti dalam hidupnya (significant others),
sehingga mampu menunjukan kecakapan yang lebih baik untuk bersikap
empatik; 6) membantu siswa belajar bagaimana menjadi pendengar yang
empatik; yang mampu mendengar bukan saja apa yang diucapkan, tetapi
juga dapat mendengar perasaanperasaan yang mengikuti ucapan orang
lain; 7) membantu siswa untuk dapat memberi makna terhadap sesuatu
sesuai dengan keyakinan dan pemikiran yang dimilikinya; 8) membantu
setiap anggota kelompok untuk dapat merumuskan tujuan-tujuan
tertentu yang akan diwujudkannya secara konkrit.2. Keunggulan dan
Kelemahan Teknik Kelompok Sebagai suatu cara pemberian bantuan,
teknik kelompok memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu. Beberapa
kelebihan strategi kelompok antara lain: a. Efisiensi Dibandingkan
dengan strategi bantuan yang bersifat individual (konseling),
strategi kelompok lebih efisien karena dalam waktu yang relatif
sama guru dapat memberikan bantuan kepada sejumlah individu. b.
Keragaman Sumber dan Sudut Pandang Dalam suasana kelompok, sumber
bantuan tidak hanya dari guru dengan sudut pandang yang tersendiri,
tetapi juga dari sejumlah anggota kelompok dengan sudut pandang
yang lebih kaya. c. Pengalaman Kebersamaan Dalam suasana kelompok,
individu tidak akan merasa hanya dirinya saja yang mengalami
masalah tertentu, diapun menjadi sadar bahwa ternyata orang lain
pun mengalaminya. Kesadaran seperti ini dapat membesarkan hati
dalam menghadapi masalah. d. Rasa Saling Memiliki Dalam suasana
kelompok yang kohesif, kebutuhan untuk mencintai-dicintai, menerima
dan diterima, menghargaidihargai akan tumbuh dan dirasakan langsung
oleh anggota kelompok. e. Praktek Keterampilan Dalam suasana
kelompok, individu mendapat tempat untuk mempraktekan tingkah laku
baru, melakukan percobaan dan mendapat dukungan sosio-emosional
sebelum dipraktekan langsung dalam kontek kehidupan nyata di luar
kelompok. f. Balikan Dalam setiap suasana kelompok interaksi,
individu akan mendapatkan kesempatan untuk menerima dan memberi
balikan dari apa yang telah dilakukan atau diupayakannya. Balikan
akan memungkinkan individu termotivasi melakukan sikap dan
perbuatan yang diterima dan meninggalkan sikap dan perbuatan yang
ditolak oleh orang lain. g. Belajar Menemukan Makna Dalam suasana
kelompok individu tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, dia
juga bisa mendengar, melihat, dan merasakan bagaimana perasaan
orang lain dalam menghadapi suatu masalah atau situasi tertentu.
Pengalaman sosial ini merupakan proses belajar menemukan makna
sebagai mahluk sosial. h. Kenyataan Hidup Dalam hal-hal tertentu,
kelompok bukan hanya mencerminkan kehidupan masyarakat, melaikan
kehidupan kenyataan hidup sosial yang sebenarnya. Apa yang terjadi
di masyarakat terjadi pula dalam kehidupan kelompoknya. i. Kontrak
dan Komitmen Kontrak sosial yang terjadi dalam kelompok mendorong
individu untuk committed terhadap norma dan kesepakatan bersama
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kelompok dapat
menekan bahkan memaksa individu anggotanya. Dalam kasus tertentu,
kadang-kadang tekanan kelompok lebih kuat dari pada bujukan atau
tekanan orang tua atau guru. Sedangkan kelemahannya antara lain
berkenaan dengan jaminan kerahasiaan pribadi anggota, komitmen
terhadap waktu, kesinambungan materi yang dipersoalkan, serta
kecenderungan dominasi anggota tertentu terhadap kelompok. Tidak
ada suatu resep tertentu yang dapat digunakan untuk mengatasi
kelemahan ini, namun tidak berarti sulit di atasi. Faktor
kematangan dan pengalaman guru dalam melaksanaan bimbingan dan
konseling kelompok akan turut mempengaruhi kefektivan upaya
mengatasinya. Artinya dalam mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut,
kepekaan guru serta kiat-kiat kreatif tertentu harus dicobakan dan
dikembangkan oleh guru.2. Kelompok yang Efektif Dalam bimbingan
kelompok, kelompok hanya merupakan wahana untuk membantu
individu-individu yang menjadi anggota kelompok. Fokus perhatian
dan bantuan guru harus tetap diarahkan pada keunikan individual
bukan kepada kelompok. Oleh sebab itu, agar suatu kelompok dapat
dijadikan wahana atau dapat dimanfaatkan untuk membantu individu,
maka guru terlebih dahulu harus memahami dan mampu mengembangkan
kelompok yang efektif. Kelompok yang efektif, ditandai dengan
interaksi yang dinamis, dimana setiap anggota kelompok saling
mengenal dengan baik satu sama lain, aktif saling memberikan
tanggapan, berbagi pengalaman untuk saling memberi dan menerima,
adanya komitmen yang kuat dari anggota untuk mengubah sikap dan
tingkah laku tertentu ke arah yang lebih baik, kegiatan kelompok
diarahkan pada pencapaian tujuan bersama, interaksi antar anggota
terkendali karena berfungsinya kepemimpinan yang demokratis,
ketaatan anggota terhadap norma atau aturan yang disepakati
bersama. Penciptaan suasana kelompok yang kondusif seperti yang
dikemukakan di atas amat bergantung pada kemampuan dan keterampilan
guru, yang meliputi keterampilan memimpin kelompok dan keterampilan
komunikasi. Kedua kelompok keterampilan ini harus dikuasai dengan
baik oleh guru.
3. Prinsip Operasional Secara khusus, berikut ini dikemukakan
beberapa prinsip teknis penggunaan bimbingan dan konseling kelompok
untuk membantu individu: a. di dalam bimbingan kelompok, kelompok
bukan sasaran bantuan melainkan wahana, suasana atau situasi yang
digunakan untuk membantu individu anggota kelompok; b. kelompok
yang digunakan adalah kelompok yang bersuasana dinamis; demokratis,
bertujuan, hangat dan terkendali. c. mutu iklim kelompok seperti
itu harus dikembangkan terlebih dahulu oleh guru pada tahap awal
pelaksanaan bimbingan atau konseling kelompok; d. untuk dapat
melakukan tahap awal itu, guru perlu melakukan persiapan-persiapan
tertentu, meliputi pengelompokan mahasiswa, administrasi, jadwal
bimbingan, tempat dan bahan-bahan (untuk bimbingan kelompok); e.
persiapan seperti itu dapat dilakukan, bilamana guru telah memahami
karakteristik masalah mahasiswa berdasarkan atas analisis data
mahasiswa yang cukup lengkap meliputi aspek internal dan eksternal
pribadi mahasiswa; poin d dan e merupakan penjabaran dari program
bimbingan konseling yang dikembangkan untuk setiap satu tahun
akademik. Setiap program ini harus disosialisasikan dahulu sebelum
diimplementasikan, agar mendapat dukungan positif dari semua pihak.
4. Prosedur Kelompok Berikut dikemukakan prosedur pemberian bantuan
kepada individu melalui prosedur kelompok. Prosedur ini
dititikberatkan pada konseling kelompok yang ditekankan pada
konseling kelompok. Proses pemberian bantuan melalui teknik
kelompok menempuh empat langkah utama yaitu (1) pembentukan atau
pembukaan kelompok, (2) penanganan (tahap inti), (3) penutupan, dan
(4) Tindak lanjut.1. Pembukaan Tahap pembukaan merupakan tahap yang
paling critical, artinya keberhasilan pada tahap pembukaan akan
menentukan tahap penanganan dan tahap penutupan kelompok, bahkan
akan menentukan tercapai tidaknya tujuan bimbingan dan atau
konseling kelompok. Tahap pembukaan merupakan tahap penciptaan
suasana kelompok yang kondusif bagi para anggota, yang tujuan
intinya adalah para anggota melibatkan diri secara aktif dalam
proses kelompok. Pada tahap ini guru perlu menggunakan
teknik-teknik membuka komunikasi yang baik dan teknik
memperkenalkan anggota yang memungkinkan dapat mencairkan kebekuan
suasana kelompok. Suasana hangat, terbuka, dan bebas untuk setiap
anggota dalam mengungkapkan dirinya merupakan indikator
keberhasilan yang amat penting. Kadang-kadang tahap ini baru bisa
dicapai setelah dua sesi pertemuan. Tergantung pada karakteristik
dan dinamika interaksi para anggota kelompok yang bersangkutan.
5. Penanganan Tahap penanganan (working) merupakan kegiatan
inti, karena terkait langsung dengan upaya-upaya perubahan sikap
dan tingkah laku tertentu yang diperlukan untuk pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan pada tahap pembukaan. Pada tahap ini guru
harus berperan sebagai pengatur pembicaraan anggota, sabar, aktif
mengeksplorasi berbagai kemungkinan sudut pandang atau alternatif
tapi tidak mendominasi anggota kelompok, memberikan motivasi,
penguatan serta penilaian keberhasilan mereka. Tahap inti ini
biasanya dilakukan dalam beberapa sesi pertemuan. Setiap sesi
pertemuan dilaksanakan sesuai dengan jadwal waktu dan tempat yang
disepakati bersama. Untuk kasus atau masalah tertentu, anggota
diberi kegiatan yang harus dilakukan di luar kelompok (semacam
pekerjaan rumah) kemudia melaporkannya di dalam kelompok. Indikator
keberhasilan tahap ini; untuk bimbingan kelompok adalah pemahaman
yang baik dari setiap anggota tentang masalah/topik tertentu.
Sedangkan indikator utama untuk konseling kelompok adalah tuntasnya
pemecahan masalah yang dihadapi oleh anggota atau tercapainya
tujuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Fajar Santoadi. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling
Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.Hibana S.
Rahman. (2003). Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY
Press.Kartadinata, Sunaryo. et al. (2007). Rambu-Rambu
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Taufiq, A.
(2007). Bimbingan Kelompok di Sekolah Dasar. Makalah. Bandung:
UPI.Tim Dosen Abkin. (2007). Rambu-Rambu Penyelenggararaan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung:
Direktorat Jenderal PMPTK.Winardi. (1993). Asas-Asas Manajemen.
Bandung: Tarsito.