Page 1
PRESENTASI KASUS
MALARIA TERTIANA DENGAN TROMBOSITOPENIA
Disusun Oleh :
Wiryani Elvira Ambat
030.07.274
Pembimbing :
dr. Adi Wijaya, SpPD
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RS MARZOEKI MAHDI BOGOR
PERIODE 30 JANUARI – 5 APRIL 2012
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2012
Page 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Definisi malaria menurut Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI adalah malaria
merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat berlangsung
akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami
komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.(1)
Epidemiologi
Distribusi dan insidensi kasus malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika,
Asia, Amerika (bagian Selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. P.falciparum dan
P.malariae umumnya dijumpai pada semua negara dengan malaria; di Afrika, Haiti dan Papua
Nugini umumnya P.falciparum; P.vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia
Tenggara, negara Oceania, dan India umumnya P.falciparum dan P.vivax. P.ovale biasanya
hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan Timur, mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah
sampai ke Utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lembor sampai Nusa Tenggara Timur serta
Timor Timur merupakan daerah endemis malaria dengan P.falciparum dan P.vivax. (1)
Etiologi
Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk ke dalam genus Plasmodium.
Plasmodium ini merupakan protozoa obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies
yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium
ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan
langsung melalui transfusi darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada
janinnya.(2,3)
Siklus Hidup Plasmodium
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk anopheles betina.(4)
Silkus Pada Manusia
Page 3
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit yang berada
dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah selama kurang lebih 30
menit. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000 sampai 30.000 merozoit
hati. Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.
Pada P. vivak dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi
skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut
dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat
bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps
(kambuh).(5,7)
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran darah
dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang
dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit). Proses perkembangan aseksual ini
disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang
keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus
eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah
merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.(5,7)
Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di
dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk.
Di luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi
sporozoit yang nantinya akan bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.(5,7)
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporozoit masuk ke tubuh
manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung
dari spesies Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari sporozoit
masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik.(5,7)
Manifestasi Klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai gejala
utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses skizogoni
(pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau
terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi
Page 4
(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali(6,8,10,11).
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit (terpendek
untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada
pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi yang
mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang
mengandung stadium aseksual)(6,12).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise,
lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak
enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering
terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan
prodromal tidak jelas(7).
3. Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan:
Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering membungkus
dirinya dengan selimut atau sarung pada saat menggigil, sering seluruh badan gemetar,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur(8,11,12).
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tubuh
tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih, penderita membuka selimutnya, respirasi
meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok.
Periode ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat(8,11,12).
Periode berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, penderita merasa
capek dan sering tertidur. Bial penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan
pekerjaan biasa(8,12).
Page 5
Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada infeksi malaria, dan lebih sering
ditemukan pada daerah endemik. Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari
serangan akut dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis(8,12).
Diagnosis
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti infeksi malaria ditegakkan
dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostic cepat.
1. Anamnesis
Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal.
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang lalu ke daerah
endemik malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
2. Pemeriksaan Fisik
Demam (≥37,5oC)
Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa
Pembesaran hati
Pada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai
berikut:
Temperature rectal ≥40oC.
Nadi capat dan lemah.
Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada anak-
anak.
Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali permenit
pada balita, dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.
Penurunan kesadaran.
Manifestasi perdarahan: ptekie, purpura, hematom.
Tanda-tanda dehidrasi.
Page 6
Tanda-tanda anemia berat.
Sklera mata kuning.
Pembesaran limpa dan atau hepar.
Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.
Gejala neurologik: kaku kuduk, refleks patologis positif.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dengan mikroskopik
Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada penderita
adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi(9). Pemeriksaan
darah tebal dan tipis untuk menentukan:
Ada/tidaknya parasit malaria.
Spesies dan stadium Plasmodium
Kepadatan parasit
- Semi kuantitatif:
(-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
(+) : ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB
(++) : ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
(+++) : ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB
(++++): ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB
- Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung permikroliter darah pada sediaan darah tebal atau
sediaan darah tipis.
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.
c. Tes serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria atau
pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostic sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari parasitemia. Titer
>1:200 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes >1:20 dinyatakan positif.
Page 7
Pengobatan Malaria
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin, sulfadoksin-
pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate artemisin. Klorokuin merupakan obat antimalaria
standar untuk profilaksis, pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal malaria tanpa
komplikasi dalam program pemberantasan malaria, sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk
pengobatan radikal penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat anti
malaria pilihan untuk pengobatan radikal malaria falciparum tanpa komplikasi. Selain itu
kina juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi.
Primakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis, pengobatan
radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk pengobatan malaria tanpa
atau dengan komplikasi yang resisten multidrugs.(10).
Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. Khusus di Rumah Sakit,
obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria lain, untuk mengobati
penderita resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah diujicoba sebagai profilaksis dan
pengobatan malaria diantaranya adalah derivate tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin,
sulfametoksazol-trimetoprim dan siprofloksasin. Obat-obat tersebut digunakan bersama obat
anti malaria yang bekerja cepat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina(11).
Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
Lini pertama: Klorokuin+Primakuin
Kombinasi ini digunakan sebagai piliha utama untuk pengobatan malaria vivax dan
ovale. Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit stadium aseksual dan seksual.
Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh hipnozoit di sel hati, juga dapat
membunuh parasit aseksual di eritrosit(3).
Dosis total klorokuin= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari), primakuin= 0,25 mg/kgBB/hr
(selama 14 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan berat badan penderita
obat dapat diberikan berdasarkan golongan umur, sesuai dengan tabel.
Page 8
Tabel 4. Pengobatan Malaria vivax dan Malaria ovale
Hari Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥15 th
I
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
II
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
III
Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
IV-XIV Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah pemberian obat, ditemukan
keadaan sebagai berikut: klinis sembuh (sejak hari keempat) dan tidak ditemukan parasit
stadium aseksual sejak hari ketujuh(3). Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28 hari setelah
pemberian obat:(3)
Gejala klinis memburuk dan parasit aseksual positif, atau
Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang atau timbul
kembali setelah hari ke-14.
Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara hari ke-15 sampai
hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps atau infeksi baru).
Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin
Lini kedua: Kina+Primakuin
Dosis kina= 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari), primakuin= 0,25 mg/kgBB (selama 14
hari).
Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan
umur sebagai berikut:
Tabel 5. Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin
Hari Jenis obat
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥ 15 th
1-7 Kina * * 3x½ 3x1 3x2 3x3
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1*: dosis diberikan per kgB
Page 9
Pengobatan malaria vivax yang relaps
Sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin yang ditingkatkan. Dosis
klorokuin diberikan 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB dan
primakuin diberikan selama 14 hari dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat
ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan umur(3).
Tabel 6. Pengobatan Malaria vivax yang Relaps
Hari Jenis obat
Jumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-1 bln 2-11 bln 1-4 th 5-9 th 10-14 th ≥ 15 th
1
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
Primakuin - - ½ 1 1½ 2
2
Klorokuin ¼ ½ - 2 3 3-4
Primakuin - - ½ 1 1½ 2
3
Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2
Primakuin - - ½ 1 1½ 2
14-14 Primakuin - - ½ 1 1½ 2
Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila
terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang
bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis,
peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok atau individu yang akan
bepergian atau tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personal
protection seperti pemakaian kelambu, kawat kassa, dan lain-lain(3).
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya cukup tinggi maka
kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada infeksi spesies ini. Sehubungan dengan laporan
tingginya tingkat resistensi P. falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi
pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6
minggu. Kemoprofilaksis untuk P. vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB
setiap minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah endemis sampai 4
minggu setelah kembali.(3).
Page 10
Tabel 8. Dosis Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin
Golongan umur (thn) Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal, 1x/minggu)
<1 ¼
1-4 ½
5-9 1
10-14 1½
>14 2
Page 11
ILUSTRASI KASUS
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
No. RM : 229514
Nama : Tn.AS
Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 10 Oktober 1977
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kp. Curug RT 1 / 3 – Bogor Barat
Pendidikan : SLA
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Sunda
Status Pernikahan : Menikah
Masuk Rumah Sakit : 7 Februari 2010
II. Pengambilan Anamnesis
Autoanamnesis pada tanggal 10 Februari pukul 21.00 WIB bertempat di Bangsal Gayatri
RSMM.
III. Keluhan Utama
Demam naik turun sejak 10 hari sebelum masuk RS.
Keluhan Tambahan
Menggigil, berkeringat, kepala pusing dan mual
IV. Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang ke IGD RSMM dengan keluhan demam naik turun sejak 10 hari sebelum
masuk RS. Demam dirasakan hilang timbul tiap dua hari sekali. Biasanya setelah pasien
mengalami demam, pasien menggigil disertai nyeri kepala, setelah menggigil berhenti, pasien
banyak berkeringat. Pasien mengalami demam – menggigil – dan berkeringat sekitar pukul
09.00 – 14.00. Mual dan nyeri ulu hati dirasakan pasien tiap hari dan nyeri kepala dirasakan
terutama saat menggigil.
Page 12
Pasien bercerita bahwa ia telah tinggal di Kalimantan sejak 3 bulan yang lalu, ia
tinggal bersama teman-temannya yang lain di sebuah camp (perkemahan) karena
pekerjaannya di tengah hutan Kalimantan sebagai penambang batubara. Beberapa teman-
temannya satu demi satu menderita sakit malaria sehingga memutuskan untuk pulang. Namun
pasien saat itu tidak menderita malaria, saat 3 hari menjelang kepulangannya tanggal 30
Januari, baru pasien mengalami gejala yang dirasa pasien seperti malaria namun pasien
memutuskan untuk mengobati gejala yang dirasanya sepulangnya ke Bogor.
Demam terus menerus selama beberapa hari diikuti fase tidak demam beberapa hari
kemudian menjadi demam kembali disangkal oleh pasien, tanda-tanda perdarahan seperti
mimisan, gusi berdarah maupun bintik bintik merah di bawah kulit disangkal oleh pasien.
V. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Dan pasien
mengatakan sampai saat ini, penyakit yang pernah diderita pasien hanya sebatas campak air
dan itu pun terjadi saat pasien masih kecil dan lupa pada usia berapa. Kemudian pasien juga
pernah mengalami tifus abdominal namun tidak sampai dirawat, hanya berobat jalan di
puskesmas. Selain itu pasien hanya sekedar mengalami batuk dan pilek dan sembuh dengan
obat yang dibeli di warung dalam beberapa hari.
VI. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien adalah anak ke sembilan dari sembilan bersaudara. Ayah pasien meninggal
karena darah itnggi, dan ibu pasien telah meninggal juga namun pasien tidak tahu meninggal
karena apa karena masih kecil saat ibunya meninggal. Kakek dan nenek dari pasien telah
meninggal dan pasien tidak mengetahui penyebab kematiannya.
Riwayat penyakit DM, TB, hepatitis, kelainan jantung, dan penyakit berat lainnya disangkal.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki kesamaan gejala dan tanda-tanda penyakit yang
sama dengan pasien, begitu juga istri pasien.
VII. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur. Pasien bekerja sebagai
asisten dari operator pengeboran. Karena kesibukannya dan keterbatasan jangkauan tempat
makan, pasien makan seadanya yang disediakan di sana. Pasien jarang berolahraga karena
kesibukannya. Pasien mengaku telah merokok sejak SMP namun sejak sakit, pasien tidak
Page 13
merokok lagi namun pasien menyangkal minum minuman beralkohol. Pasien menyangkal
adanya gangguan tidur dan pasien sering mengkonsumsi kopi dan teh selama ini.
VIII. Riwayat Kehidupan Pribadi dan Sosial Ekonomi
Anggota keluarga pasien saat ini adalah istri dan dua orang anak. Saat ini pasien dan
istri sudah menikah selama 10 tahun dan dikaruniai dua orang anak. Kedua anak pasien laki-
laki dan masih sekolah. Kehidupan pasien dengan lingkungan sekitar rumahnya baik dan di
sekitar rumahnya tidak ada tetangga yang mengalami gejala yang sama seperti pasien.
Menurut pasien kondisi rumah pasien baik. Pasien selalu menjaga kebersihan rumah,
mengatur ventilasi dengan baik, serta tempat mandi, cuci, kakus cukup memadai.
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 10 Februari 2012
A. KEADAAN UMUM
Kesan Sakit : sakit sedang
Status gizi : baik
Kesadaran : compos mentis
Postur tubuh : athletikus
Umur pasien : 34 tahun
Cara berbaring :pasien tidak berbaring dalam posisi khas kearah penyakit tertentu
Cara bernafas : pasien tampak bernafas normal
Oedem : tidak tampak oedem pada wajah dan ekstremitas
Warna kulit : tidak tampak sianotik
tidak tampak ikterik
tidak tampak adanya eflouresensi
kulit teraba lembab dan berkeringat
Sikap pasien : kooperatif
B. TANDA VITAL
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 70 x/menit volume sedang, irama teratur, equal kanan-kiri.
Suhu : 35,8 0C diukur pada aksila kiri
Pernafasan : 18 x/menit, irama teratur, tipe pernafasan abdomino-thorakal
Page 14
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 50 Kg
C. KEPALA
Bentuk kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, distribusi merata, mudah dicabut, lembab
Wajah : Simetris, tidak ditemukan benjolan, tidak ditemukan hiperemis
Mata : Tidak ada oedem palpebra
Alis mata hitam dan tersebar merata
Palpebra tidak ditemukan ektropion dan entropion
Conjungtiva anemis -/-
Sclera ikterik -/-
Tidak ditemukan strabismus
Tidak ditemukan sekret pada mata
Pupil isokor 3 mm, bulat
Tidak ada kekeruhan pada lensa mata
Reflek cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung +/+
Tekanan bola mata normal
Refleks kornea +/+
Telinga : Pada telinga luar tidak ditemukan oedem, hiperemis, sikatrik
Tidak ada nyeri tekan pada telinga luar
Tidak ditemukan nyeri tarik pada telinga
Tidak ditemukan nyeri tekan pada mastoid
Tidak ditemukan nyeri tekan pada trgus
Membran timpani sulit dinilai
Reflek cahaya telinga sulit dinilai
Ditemukan serumen pada meatus akustikus
eksternus telinga kanan dan kiri
Hidung : Bentuk simetris
Tidak ditemukan deviasi septum
Tidak ditemukan pernafasan cuping hidung
Tidak ditemukan mukosa oedem dan hiperemis
Concha nasalis tampak tidak hiperemis
Page 15
Tidak ditemukan nyeri tekan sinus frontalis
Tidak ditemukan nyeri tekan sinus maksilaris
Mulut : Bibir tampak simetris, berwarna merah muda, dan kering
Lidah tidak kotor, tidak tremor, tidak hiperemis
Uvula terletak ditengah, berwarna merah muda
Faring tidak hiperemis
Tonsila normal dengan T1-T1
D. LEHER
Trakea : Trakea terletak ditengah
Kaku kuduk : Tidak terdapat kaku kuduk
A. carotis : Tidak terdengar bruit
Tiroid : Tiroid teraba normal tanpa pembesaran, tidak teraba benjolan
KGB :Tidak teraba pembesaran pada KGB submental, submandibular,
preaurikular, retroaurikular, cervical, dan supraclavikular.
E. THORAX
THORAX ANTERIOR
Inspeksi : Bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis
Tidak terdapat retraksi sela iga
Tidak ditemukan eflouresensi
Pernafasan abdomino thorakal dan tidak ada pernapasan yang tertinggal
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba
benjolan
Gerak nafas simetris
Angulus costae 80o
Ictus cordis tidak teraba
Tidak teraba thrill
Vocal fremitus kiri dan kanan simetris
Perkusi : Perkusi sonor
Batas paru hepar pada ics 5 midklavikula kanan
Batas paru lambung pada ics 8 aksilaris anterior kiri
Tidak terdapat nyeri ketuk
Page 16
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing-/-
BJ I, BJ II regular, tidak terdengar murmur, tidak terdengar
gallop
THORAX POSTERIOR
Inspeksi : Tidak terlihat eflouresensi
Tidak terlihat benjolan pada vertebra
Tidak ada kelainan bentuk vertebra
Tidak terlihat hiperemis
Bentuk thorax simetris saat dinamis dan saat statis
Palpasi : Gerak nafas simetris
Tidak ditemukan nyeri tekan
Vocal fremitus kiri lebih lemah daripada kanan
Perkusi : Tidak terdapat nyeri ketuk
Perkusi sonor
Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler
F. ABDOMEN
Inspeksi : Bentuk perut rata tidak buncit
Umbilicus normal bulat tidak menonjol
Tidak terdapat eflouresensi
Auskultasi: BU + normal 2 x/menit
Tidak terdengar artrial bruit
Tidak terdengar venous hum
Perkusi : Terdengar timpani di keempat kuadran abdomen
Batas atas hepar pada ICS 4 midklavikularis kanan
Shifting dullnes (–)
Palpasi : Dinding perut supel, turgor baik, defens muscular (-)
Tidak teraba masa pada seluruh kuadran abdomen
Tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas pada seluruh kuadran abdomen
Hepar dan lien tidak teraba membesar
Tidak teraba pembesaran vesika fellea, murphy sign (-)
Ballotemen ginjal -/-
Undulasi (–)
Page 17
Nyeri ketok CVA -/-
Nyeri tekan CVA -/-
G. EKSTREMITAS
EKSTREMITAS ATAS
Inspeksi : Kedua extremitas atas terlihat proporsional dengan tubuh dan terlihat
simetris
Tidak terdapat atrofi, pembengkakan sendi, dan ulkus
Tidak terlihat kelainan pada kuku
Palpasi : Suhu kedua ekstremitas hangat sama kiri kanan
Kulit kering pada kedua ekstremitas
Tidak terdapat oedem dan nyeri
Tidak terdapat rigiditas dan tremor
Refleks bisep +/+
Refleks trisep +/+
EKSTREMITAS BAWAH
Inspeksi : Tidak terdapat deformitas
Kedua extremitas bawah terlihat proporsional dengan tubuh dan simetris
Tidak terdapat atrofi, eflorosensi, pembengkakan sendi, dan ulkus
Tidak terlihat kelainan pada kuku dan jari-jari
Palpasi : Suhu kedua ekstremitas hangat sama kiri kanan
Kulit kering pada kedua ekstremitas
Tidak terdapat oedem, nyeri, dan atrofi
Tidak terdapat rigiditas dan tremor
Refleks patella +/+
Refleks achilles +/+
Page 18
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
/Jam 11:17 19:45 08:55 19:57 Nilai normal
/Tanggal 7/2/2012 8/2/2012
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13,6 13,0 12,6 13,1 13 – 18 gr/dl
Leukosit 3.610 5.050 5.020 4.870 4000-10000/mm3
Thrombosit 42.000 41.000 47.000 49.000 150000-400000 mm3
Hematokrit 39 39 38 39 40-54 %
KIMIA DARAH
SGOT 30 < 42 U/I
SGPT 32 < 47 U/I
Ureum 33,2 10 – 50 mg/dl
Creatinin 0,99 0,67 – 1,36 mg/dl
Gula darah 113 < 140 mg/dl
Malaria - -
09:26 18:58 09:41 18:20 09:29 19:43Nilai normal
9/2/2012 10/2/2012 11/2/2012
12,4 12,3 12,0 11,7 12,1 11,9 13 – 18 gr/dl
4.620 4.320 3.950 4.650 4.400 5.720 4000-10000/mm3
56.000 48.000 59.000 65.000 82.000 97.000 150000-400000 mm3
38 37 36 35 37 37 40-54 %
Page 19
Pemeriksaan ICT Malaria
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 8/2/2012
Positif malaria Plasmodium vivax
RESUME
OS datang ke IGD RSMM dengan keluhan demam naik turun sejak 10 hari sebelum masuk
RS. Demam dirasakan hilang timbul tiap dua hari sekali. Biasanya setelah pasien mengalami
demam, pasien menggigil disertai nyeri kepala, setelah menggigil berhenti, pasien banyak
berkeringat. Mual dan nyeri ulu hati dirasakan pasien tiap hari dan nyeri kepala dirasakan
terutama saat menggigil. Pasien baru pulang dari pekerjaannya di Kalimantan. Pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan bermakna. Pada hasil pemeriksaan laboratorium
ditemukan trombositopenia dan hasil positif untuk ICT malaria – plasmodium vivax.
MASALAH
Demam naik turun sejak 10 hari dengan trombositopenia
Pemriksaan ICT Malaria menunjukkan hasil positif untuk Plasmodium Vivax
DIAGNOSIS KERJA
Malaria tertiana dengan trombositopenia
DIAGNOSIS BANDING
Demam berdarah dengue
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
- Observasi keadaan umum & tanda vital
- Tirah baring
- Terapi cairan yang adekuat disertai minum yang banyak
Medikamentosa :
- IVFD RL 4 jam/kolf
- Parenteral :
o Ranitidin 2 x 1 amp
Page 20
o Norages extra
- Oral :
o PCT 3 x 500 mg (K/P)
o Cravit 1 x 500 mg
o Biostatik 2 x 1
o Chloroquin 4-4-2
o Primaquin 1x1 XV (± 2 minggu)
PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Page 21
FOLLOW UP PASIEN DI RUANGAN
Rabu, 8 Februari 2012
S : Demam (-), mual berkurang, nyeri perut berkurang
O : KU/Kes : TSS/CM
TD : 120/80 mmHg N : 80x/m
S : 37,60C P : 20x/m
Mata : CA -/- , SI -/-
Thorax : J : BJ I-BJ II reguler, murmur (-), Gallop (-)
P : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat , oedem (-)
Laboratorium : 7/2/2012
7/2/2012 19:45 Nilai normal
Hemoglobin 13,0 13 – 18 gr/dlLeukosit 5.050 4000-10000/mm3
Thrombosit 41.000 150000-400000 mm3
Hematokrit 39 40-54 %
A : DHF
P : PCT 3 x 500 mg (K/P)
Cravit 1 x 500 mg
Biostatik 2 x 1
*Ranitidin 2 x 1 amp
Kamis, 9 Februari 2012
S : Demam (-), mual (-), menggigil (-), nyeri perut (-)
O : KU/Kes : TSR/CM
TD : 100/70 mmHg N : 80x/m
S : 360C P : 16x/m
Mata : CA -/- , SI -/-
Thorax : J : BJ I-BJ II reguler, murmur (-), Gallop (-)
P : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Page 22
Abdomen : supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat , oedem (-)
8/2/2012 08 : 55 19 : 57 Nilai normal
Hemoglobin 12,6 13,1 13 – 18 gr/dlLeukosit 5.020 4.870 4000-10000/mm3
Thrombosit 47.000 49.000 150000-400000 mm3
Hematokrit 38 39 40-54 %
Tidak dilakukan pemeriksaan Anti Dengue IgM dan IgG (terkait biaya)
Telah dilakukan pemeriksaan ICT Malaria, hasil (+) Plasmodium vivax
A : Malaria
P : PCT 3 x 500 mg (K/P)
Cravit 1 x 500 mg
Biostatik 2 x 1
*Ranitidin 2 x 1 amp
Chloroquin 4-4-2
Surat rujukan untuk resep Arsuamor ke RSCM
Jumat, 10 Februari 2012
S : kemarin siang / sore demam, menggigil dan berkeringat lagi. Keluhan (-)
O : KU/Kes : TSR/CM
TD : 110/70 mmHg N : 72x/m
S : 360C P : 16x/m
Mata : CA -/- , SI -/-
Thorax : J : BJ I-BJ II reguler, murmur (-), Gallop (-)
P : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat , oedem (-)
9/2/2012 09 : 26 18 : 58
Hemoglobin 12,4 12,3 13 – 18 gr/dlLeukosit 4.620 4.320 4000-10000/mm3
Thrombosit 56.000 48.000 150000-400000 mm3
Hematokrit 38 37 40-54 %
Page 23
A : Malaria
P : PCT 3 x 500 mg (K/P)
Cravit 1 x 500 mg
Biostatik 2 x 1
*Ranitidin 2 x 1 amp
Chloroquin 4-4-2
Sabtu, 11 Februari 2012
S : keluhan (-)
O : KU/Kes : TSR/CM
TD : 110/70 mmHg N : 74x/m
S : 36,50C P : 20x/m
Mata : CA -/- , SI -/-
Thorax : J : BJ I-BJ II reguler, murmur (-), Gallop (-)
P : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat , oedem (-)
10/2/2012 09 : 41 18 : 20 Nilai normal
Hemoglobin 12,0 11,7 13 – 18 gr/dlLeukosit 3.950 4.650 4000-10000/mm3
Thrombosit 59.000 65.000 150000-400000 mm3
Hematokrit 36 35 40-54 %A : Malaria
P : PCT 3 x 500 mg (K/P)
Cravit 1 x 500 mg
Biostatik 2 x 1
*Ranitidin 2 x 1 amp
Chloroquin 4-4-2
Primaquin 1 x 1 XV (± 2 minggu)
Page 24
Minggu, 12 Februari 2012
S : keluhan (-)
O : KU/Kes : TSR/CM
TD : 110/70 mmHg N : 88x/m
S : 36,50C P : 18x/m
Mata : CA -/- , SI -/-
Thorax : J : BJ I-BJ II reguler, murmur (-), Gallop (-)
P : SN vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : supel, NT (-), NL (-), BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat , oedem (-)
11/2/2012 09 : 29 19 : 43 Nilai normal
Hemoglobin 12,1 11,9 13 – 18 gr/dlLeukosit 4.400 5.720 4000-10000/mm3
Thrombosit 82.000 97.000 150000-400000 mm3
Hematokrit 37 37 40-54 %
A : Malaria
P : PCT 3 x 500 mg (K/P)
Cravit 1 x 500 mg
Biostatik 2 x 1
*Ranitidin 2 x 1 amp
Chloroquin 4-4-2
Primaquin 1 x 1 XV (± 2 minggu)
Page 25
PEMBAHASAN KASUS
Masalah pada Tn.AS :
Demam naik turun sejak 10 hari dengan trombositopenia
Pemriksaan ICT Malaria menunjukkan hasil positif untuk Plasmodium Vivax
Pengkajian masalah dan pembahasan
1. Malaria tertiana dengan trombositopenia :
Dasar diagnosis malaria tertiana :
a. Anamnesis : demam naik turun sejak 10 hari sebelum masuk RS. Demam
dirasakan hilang timbul tiap dua hari sekali. Biasanya setelah pasien mengalami
demam, pasien menggigil disertai nyeri kepala, setelah menggigil berhenti, pasien
banyak berkeringat. Pasien memiliki riwayat perjalanan ke Kalimantan selama 3
bulan, dan di sana banyak teman-temannya mengalami malaria.
b. Pemeriksaan fisik : tidak ditemukan kelainan
c. Pemeriksaan penunjang : pada pemeriksaan darah, ditemukan penurunan
hemoglobin dan trombosit dari hasil laboratorium awal
11:17 19:45 08:55 19:57
7/2/2012 8/2/2012
Hb 13,6 13,0 12,6 13,1
Trombosit 42.000 41.000 47.000 49.000
09:26 18:58 09:41 18:20 09:29 19:43 Nilai
normal
9/2/2012 10/2/2012 11/2/2012
12,4 12,3 12,0 11,7 12,1 11,9 13 – 18 gr/dl
56.000 48.000 59.000 65.000 82.000 97.000 150000-400000 mm3
Pada pemeriksaan Rapid Test untuk malaria, ditemukan Plasmodium vivax positif.
Page 26
Pada anamnesis ditemukan keluhan pasien adalah demam yang timbul dua hari sekali
disertai menggigil dan berkeringat setelahnya. Keluhan demam, menggigil dan berkeringat
merupakan keluhan klasik dari malaria. Sedangkan waktu timbulnya gejala klasik tersebut
yang dialami dua hari sekali merupakan waktu fase aseksual Plasmodium vivax terjadi dalam
darah. Setelah berada dalam sirkulasi darah merozoit akan menyerang eritrosit dan masuk
melalui reseptor permukaan eritrosit. Pada P.vivax reseptor ini berhubungan dengan faktor
antigen Duffy fya dan Fyb. Dalam waktu kurang dari 12 jam parasit berubah menjadi bentuk
ring, pada P.falciparum menjadi bentuk stereo-headphones, yang mengandung kromatin
dalam intinya dikelilingi sitoplasma. Parasit tumbuh setelah memakan hemoglobin dan dalam
metabolismenya membentuk pigment yang disebut hemozoin yang dapat dilihat secara
mikroskopik. Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan dinding berubah lonjong.
Setelah 36 jam invasi ke dalam eritrosit, parasit berubah menjadi sizont, dan bila sizont pecah
akan mengeluarkan 6-36 merozoit dan siap menginfeksi eritrosit yang lain. Siklus aseksual
ini pada P.falciparum, P.vivax, dan P.ovale ialah 48 jam.(1)
Riwayat perjalanan pasien ke Kalimantan juga memperkuat diagnosis ke arah malaria
karena di Indonesia kawasan Timur, mulai dari Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai ke
Utara, Maluku, Irian Jaya dan dari Lembor sampai Nusa Tenggara Timur serta Timor Timur
merupakan daerah endemis malaria dengan P.falciparum dan P.vivax. (1)
Pada pemeriksaan fisik, tidak didapatkan kelainan bermakna seperti splenomegali
yang pada umumnya ditemukan pada penderita malaria Lien pada serangan pertama mulai
membesar. Sekitar 24% – 40% splenomegali paling sering ditemukan pada pemeriksaan fisik.
Lien mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit
parasit dan jaringan ikat yang bertambah. Patofisiologi terjadinya splenomegali adalah
produksi berlebih dari IgM sebagai respon terhadap Plasmodium. (10) Kemungkinan pada
pasien ini merupakan 60-76% dari pasien yang tidak ditemukan splenomegali pada
pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan laboratorium, dari hari ke hari menunjukkan hemoglobin yang
kadang meningkat dan berkurang. Menurut Kathryn N.S et al, pada malaria didapatkan
trombositopenia pada 70% kasus, anemia pada 25% kasus. Leukosit dapat normal atau
rendah, lekositosis ditemukan kurang dari 5% kasus. Fungsi hati dapat abnormal, peningkatan
transaminase ditemukan pada 25% kasus. Penelitian Myoung-Don Oh et al disimpulkan
bahwa trombositopenia sering terjadi pada penderita malaria sekitar 85,1%. Walaupun kadar
trombosit sangat rendah tapi jarang terjadi perdarahan. Mekanisme terjadinya
Page 27
trombositopenia masih belum dapat dimengerti, kemungkinan terjadi peningkatan platelet
yang berkaitan dengan stimulasi Ig G dan makrofag (12)
2. Demam berdarah Dengue :
a. Anamnesis : demam naik turun sejak 10 hari sebelum masuk RS. Demam
dirasakan hilang timbul tiap dua hari sekali. Biasanya setelah pasien mengalami
demam, pasien menggigil disertai nyeri kepala, setelah menggigil berhenti, pasien
banyak berkeringat. Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah maupun
bintik bintik merah di bawah kulit disangkal oleh pasien.
b. Pemeriksaan fisik : tidak terdapat kelainan bermakna
c. Pemeriksaan penunjang : terjadi trombositopenia
Pasien ini pada awalnya masuk ke ruangan dengan observasi febris dengan diagnosis
banding demam berdarah dengue selain malaria, berdasarkan gejala demam yang dialami dan
terdapat trombositopenia dari hasil pemeriksaan darah.
Pada anamnesis didapatkan demam naik turun sejak 10 hari sebelum masuk RS.
Demam dirasakan hilang timbul tiap dua hari sekali. Biasanya setelah pasien mengalami
demam, pasien menggigil disertai nyeri kepala, setelah menggigil berhenti, pasien banyak
berkeringat. Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah maupun bintik bintik
merah di bawah kulit disangkal oleh pasien.
Berdasarkan buku ajar ilmu penyakit dalam, masa inkubasi dalam tubuh manusia
sekitar 4-6 hari (rentang 3-14 hari), timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti: nyeri
kepala, nyeri tulang belakang dan perasaan lelah. Yang dialami pada pasien ini adalah nyeri
kepala. Sedangkan yang dapat menyingkirkan diagnosis DBD adalah lamanya demam yang
dialami oleh pasien yaitu sejak 10 hari SMRS dan pola demam yang timbul dua hari sekali.
Sedangkan DBD berdasarkan kriteria WHO 1997 demam atau riwayat demam akut, antara 2-
7 hari, biasanya bifasik. (1)
Page 28
Penatalaksanaan
- Parenteral :
o Ranitidin 2 x 1 amp
Diberikan untuk menghambat sekresi asam lambung
o Norages extra
Analgesik, diberikan untuk mengurangi nyeri kepala dan ulu
hati saat pasien mengalami serangan
- Oral :
o PCT 3 x 500 mg (K/P)
Diberikan bila perlu untuk menurunkan demam
o Cravit 1 x 500 mg
Antibiotik golongan kuinolon (levofloksasin)
Diberikan antibiotik untuk profilaksis infeksi baik kuman Gram
positif, Gram negatif, maupun kuman-kuman atipik pada infeksi
saluran kemih, saluran cerna maupun saluran pencernaan.
o Biostatik 2 x 150 mg
Antibiotik golongan makrolid (roksitromisin)
Diberikan untuk profilaksis infeksi terutama infeksi kuman Gram
positif.
o Chloroquin 4-4-2
Obat antimalaria, efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit
namun tidak pada parasit di jaringan.
Sangat efektif menekan serangan akut malaria vivax, namun
setelah obat dihentikan, relaps dapat terjadi, sehingga untuk
mengeradikasi infeksi P.vivax klorokuin perlu diberikan bersama
primakuin.
Pada kasus ini, terjadi perbaikan dengan hilangnya demam dan
meningkatnya trombosit selama pemakaian chloroquin dalam 3
hari, berarti plasmodium vivax masih sensitif pada pemberian
chloroquin.
Kekurangannya adalah konfirmasi perbaikan gejala klinis setelah
pemberian chloroquin adalah pemeriksaan sediaan apus darah
dilakukan lagi untuk melihat jumlah parasit berkurang atau negatif
Page 29
dalam 48-72 jam setelah pengobatan dengan chloroquin. Namun
pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan sediaan apus darah.
o Primaquin 1x1 XV (± 2 minggu)
Merupakan pengobatan untuk penyembuhan radikal malaria vivax
dan ovale, karena bentuk laten jaringan plasmodium dapat
dihancurkan oleh primakuin, biasanya obat ini juga digunakan
untuk mencegah relaps.
Page 30
Kesimpulan
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Dapat berlangsung akut maupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Hal yang
menarik dari kasus malaria kali ini adalah timbulnya trombositopenia pada pasien.
Trombositopenia yang muncul pada pasien yang datang dengan keluhan demam di IGD ini
awalnya sempat di diagnosis dengan demam berdarah dengue karena pemeriksaan malaria
pada saat pasien masuk IGD hasilnya adalah negatif yang dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti jumlah parasit belum melewati jumlah minimal untuk dapat dilihat dalam
pemeriksaan laboratorium atau saat dilakukan pemeriksaan darah, parasit malaria belum
menyerang eritrosit dalam peredaran darah sehingga belum dapat terdeteksi pada
pemeriksaan darah. Pada malaria, trombositopenia umumnya timbul pada kasus malaria berat
seperti Malaria Falciparum, namun pada beberapa kasus yang dilaporkan ternyata malaria
tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium Vivax juga dapat menimbulkan trombositopenia
yang diduga berhubungan dengan stimulasi Ig G dan makrofag.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa menegakkan diagnosis malaria dapat
ditegakkan melalui anamnesis namun pada pemeriksaan fisik dapat juga tidak ditemukan
splenomegali selain itu pada pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah, anemia yang
dialami tidak selalu anemia berat pada kasus penurunan haemoglobin cenderung tidak jauh
dari rentang normal, selain itu dapat juga ditemukan trombositopenia. Evaluasi dari kasus ini
adalah untuk menegakan diagnosis malaria dengan pemeriksaan penunjang trombositopenia
dan hasil negatif untuk malaria ternyata perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium berulang
baik untuk menkonfirmasi diagnosis malaria sekaligus menemukan parasit penyebab yang
berguna untuk perencanaan penatalaksanaan maupun untuk menyingkirkan diagnosis banding
seperti demam berdarah dengue. Seperti pada kasus ini, meskipun keluarga tidak
menyanggupi melakukan pemeriksaan IgG dan IgM anti dengue namun diagnosis sudah
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan ICT malaria yang memberikan hasil positif dengan
penyebab Plasmodium vivax. Sehingga pemberian terapi untuk malaria dapat segera dimulai
dengan pemberian chloroquin dan primakuin yang merupakan lini pertama pengobatan
malaria dengan penyebab plasmodium vivax, meskipun banyak kasus resisten pada klorokuin
namun pada kasus ini hasil pengobatan memperlihatkan perbaikan dengan perbaikan gejala
klinis dan peningkatan jumlah trombosit.
Page 31
DAFTAR PUSTAKA
1. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
2. Kartono M. Nyamuk Anopheles: Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA. No.XX, tahun
XXIX. Jakarta, 2003; Hal: 615.
3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.
Jakarta, 2006; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
4. Gunawan S. Epidemiologi Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 1-15.
5. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal:
249-60.
6. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN
(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC, 2000; Hal: 38-52.
7. Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN
(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta:
EGC, 2000; Hal: 118-26.
8. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W (editor).
Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2000, Hal: 171-97.
9. Zulkarnaen I. Malaria Berat (Malaria Pernisiosa). Dalam: Noer S et al (editor). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit FKUI, 2000;Hal:504-7.
10. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I, Jakarta,
Fakultas Kedokteran UI, 2001, Hal: 409-16.
Page 32
11. Harijanto PN. Gejala Klinik Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal:
151-55.
12. Purwaningsih S. Diagnosis Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal:
185-92.
13. Tjitra E. Obat Anti Malaria. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 194-204.
14. Harijanto P.N. ACT sebagai Obat Pilihan Malaria Ringan di Indonesia. CDK 183, April
2011 ; 38 (2) : 112-4