Top Banner

of 28

MAKROBENTOS PERAIRAN nani

Jul 21, 2015

Download

Documents

Nani Greenholic
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

MAKROBENTOS DI PERAIRAN

Oleh: Nama NIM Kelompok Asisten : Nani Rahmawati : B1J008045 :3 : Eka Widiyarti

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Prihati (2008) menyatakan bahwa Ekologi organism (organismal ecology) berhubungan dengan cara berperilaku fisiologis dan morfologis yang digunakan suatu organisme individual dalam menghadapi tantangan yang di timbulkan oleh lingkungan abiotiknya. Distribusi organisme dibatasi oleh kondisi abiotik yang dapat ditolerir oleh organisme tersebut. Para ahli ekologi membedakan antara bioma air tawar dengan air laut berdasarkan perbedaan fisik dan kimiawi. Sebagai contoh bioma laut umumnya memiliki konsentrasi garam rata-rata 3%, sementara bioma air tawar umumnya memiliki ciri konsentrasi garam yang lebih rendah dari 1%. Menurut Prihati (2008) menyatakan bahwa ekosistem perairan tawar dapat digunakan sebagai suatu sisitem pembuangan limbah yang paling murah serta paling mudah. Perairan tawar sebagai salah satu jenis sumber daya alam telah sedemikian lama disalah gunakan oleh manusia, sehingga harus segera dilakukan usaha untuk mengurangi beban. Anasir air tawar juga merupakan bagian penting dalm daur hidrologik. Ada beberpa jenis faktor pembatas di habitat perairan air tawar yang penting yaitu suhu, transparasi, arus, kadar gas untuk pernafasan, dan kadar garam biogenik. Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya. Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosisten tersebut (Suwondo, 2004). Secara garis besar biota perairan dikelompokkan tiga golongan yaitu bentos, nekton dan plankton. Bentos merupakan organisme yang tinggap sebagian besar hidupnya didasar perairan contohnya karang tiram, teritip dan remis. Nekton tetrdiri dari hewan yang mempunyai daya renang yang kuatuntuk melakukan pergerakan

didaerah pelagic. Plankton meliputi biota yang hidup terapung-atau hanyut di daerah pelagic organism biasanya berukuran relating kecil. Plankton dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu fitoplankton dan zooplankton (Arinandi, 1995). Makrobentos (benthic macroinvertrbrate) adalah salah satu indikator kualitas lingkungan akuatik yang dapat diandalakan. Fauna ini hidup di dalam sedimen, bersentuhan langsung dengan tanah dan terkena air yang masuk melalui pori-pori sedimen, sehingga tanggapan bentos terhadap lingkungannya merupakan bentuk adaptasi yang telah berlangsung dalam jangka panjang. Menurut Chessman (1995), pemantauan kualitas lingkungan sungai dengan biota dapat dilakukan terhadap berbagai jenis habitat, seperti riak, kedung, kedung berbatu, hamparan makrofita dan kayu yang tenggelam. Makrozoobentos adalah fauna yang menghuni bagian dasar perairan yang berukuran diameter tubuh lebih besar dari 1 mm atau yang tertahan pada ayakan dengan ukuran lubang 1 mm. Fauna ini umumnya hidup melata, menetap, menempel, memendam dan meliang di dasar perairan baik substrat lunak maupun substrat keras. Komunitas makrozoobentik laut umumnya terdiri atas empat kelompok utama yakni Mollusca, Annelida (Polychaeta), Crustacea dan Echinodermata dan kelompok lain yang terdiri atas berbagai filum kecil lainnya seperti Sipunculida, Cnidaria dan Nemertea (Lawrence, dkk, 2011). Makrozoobentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan serta memiliki ukuran panjang lebih dari 1 mm (Nybakken, 1982; Mann, 1982; Odum, 1971). Peran organisme tersebut di dalam ekosistem akuatik adalah : 1) melakukan proses mineralisasi dan daur ulang bahan organik (Lind, 1979); 2) sebagai bagian dalam rantai makanan detritus dalam sumber daya perikanan (Odum, 1971); dan 3) sebagai bioindikator perubahan lingkungan (Hawkes, 1976). Makrozoobentos memiliki sifat kepekaan terhadap beberapa bahan pencemar, mobilitas yang rendah, mudah ditangkap serta memiliki kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran makrozoobentos dalam keseimbangan suatu ekosistem perairan termasuk lahan budidaya dapat menjadi indikator kondisi ekologi terkini pada suatu kawasan tertentu (Petrus, 2006). Pengukuran kecepatan arus menggunakan botol akua 600 ml yang diikatkan

pada tali sepanjang 10 meter lalu dihitung kecepatan arusnya. Setelah didapatkan kecepatan arus perhitungan arus permeter dilakukan dengan membagi waktu kecepatan dengan panjang tali. Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan indikator universal pada air sungai, lalu amati warna yang didapat dengan indikator yang ada. Pengukuran kelembaban dengan menggunakan higrometer. Mengukur kelembaban udara dengan menggantungkan higrometer di pohon selama 5 menit. Mengukur kedalaman Kedalaman air diukur dengan menggunakan tali plastik atau menggunakan galah yang sudah ditandai. Kami mengambil makrobentos menggunakan Jala surber (Surber net), yaitu alat yang berukuran 25cm x 40cm ini merupakan alat untuk mengambil sampel (benthos) pada daerah yang berarus air kuat dan dasar perairan berpasir halus (sedikit berlumpur). Untuk penggunaan jala surber, jala tersebut diletakkan dengan bagian mulut jala melawan arus aliran air, dan daerah yang dibatasi oleh alat ini dibersihkan (diaduk) sehingga benthos yang melekat pada dasar perairan dapat hanyut dan tertangkap oleh jala. Pengambilan sampel gastropoda dilakukan dengan cara mengambil secara manual. Semua jenis diambil lalu di pilih. Pengambilan sampel dapat dilakukan juga dengan cara membuat transek dan plot. Secara manual (dengan menggunakan tangan), lakukan koleksi semua jenis bentik yang berada dalam plot. Masukkan sampel kedalam kantung plastik lalu beri label. Sebagaimana kehidupan biota lainnya, penyebaran jenis dan populasi komunitas bentos ditentukan oleh sifat fisika, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti kedalaman, kecepatan arus, warna, kecerahan dan suhu air. Sifat kimia perairan antara lain, kandungan gas terlarut, bahan organik, pH, kandungan hara dan faktor biologi yang berpengaruh adalah komposisi jenis hewan dalam perairan diantaranya adalah produsen yang merupakan sumber makanan bagi hewan bentos dan hewan predator yang akan mempengaruhi kelimpahan bentos.

B. Tujuan 1. Mengetahui keragaman makrobenthos sebagai salah satu indikator suatu pencemaran lingkungan perairan. 2. Mampu melakukan teknik sampling bentos dengan benar.

II. DESKRIPSI LOKASI Sungai Banjaran daerah hulu terletak diwilayah Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Hulu sungai banjaran terletak di Desa Ketenger Kecamatan Baturaden dan bermuara di Sungai Logawa di desa Sidaboa Kecamatan Patikraja. Panjang sungai sekitar 25 km, lebar palung 20 m, lebar bantalan sebelah kiri 2 m

dan sebelah kanan 2 m dan kondisi tebing kiri curam sebelah kanan curam. Aliran sungai banjaran mengalir sepanjang tahun dan mempunyai arti pentinga bagi masyarakat di Purwokerto, mudah dijangkau serta memiliki karakteristik lingkungan sebagai sungai daerah trofik. Tata guna lahan disekitar daerah aliran sungan (DAS) Banjaran sangat bervariasi yang berupa hutan, ladang, perkebunan, persawahan, perikanan dan pemukiman penduduk. Hal ini tentunya mengakibatkan perubahan dari penurunan kualitas air dari hulu ke hilir sungai. Segmen-segmen sungai dari ketinggian yang relative berbeda dapat menghasilkan habitat dengan kondisi lingkungan yang berbeda pula. Keragaman bilogis dan kondisi lingkungan yang berbeda manyebabkan perbedaan taksa organisme. Sungai Banjaran merupakan salah satu sungai yang cukup besar yang meleawati daerah Purwokerto dan sekitarnya, sampai saat ini sungai Banjaran dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kepentingan sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus, dan untuk mengairi saawah. Sungai Banjaran juga digunakan sebagai tempat untuk mencari ikan. Pemanfaatan sungai Banjaran dan tataguna lahan disekitar aliran sungai Banjaran mengakibatkan masuknya sampah dan limbah kesungai. Masuknya sampah dan limbah ke perairan dapat mengakibatkan perubahan sifat fisik dan kimia sungai. Kondisi fisik sungai Banjaran saat ini sudah mengalami pendangkalan teruama didaerah muara. Perubahan faktor fisik dan kimia sungai banjaran akan mengeliminasi organisme-organisme perairan yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Praktikum makrobenthos ini dilakukan di Sungai Banjaran pada hari Sabtu tanggal 14 April 2012. Praktikum dimulai pukul 07.00 sampai 08.00. Keadaan air sungai masih bersih dan arus sungai cukup besar yaitu. Saat praktikum pH air sebesar 5. Suhu awal praktikum 300C. Kelembaban saat awal praktikum 84%. III. TINJAUAN PUSTAKA Ekologi perairan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang biofisik perairan. Melalui ekologi perairan kita dapat mengetahui interaksi lingkungan yang terjadi di perairan baik fisik, kimia, biologis, maupun interaksi

antar komponen biofisik dari perairan. Ekologi perairan memberikan gambaran tentang berbagai komunitas maupun ekosistem perairan yang biasanya kita temui. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area) bagi daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan disekitarnya. Sebagai suatu ekosistem, perairan sungai mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Setiawan D, 2009). Menurut Nontji (2006) sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik) yang mendapat masukan dari semua buangan perbagai kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya. Masukan buangan ke dalam sungai akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan. Perubahan ini dapat menghabiskan bahan-bahan yang essensial dalam perairan sehingga dapat mengganggu lingkungan perairan. Ekosistem perairan mengalir merupakan perairan terbuka yang dicirikan dengan adanya arus dan perbedaan gradien lingkungan serta interaksi antara faktor biotik dan abiotik. Salah satu bentuk dari perairan mengalir adalah sungai. Sungai adalah suatu perairan terbuka, memiliki arus, adanya perbedaan gradien lingkungan, serta masih memiliki pengaruh-pengaruh daratan. Sungai memiliki beberapa ciri antara lain : memiliki arus, resident time (waktu tinggal arus) cepat, organisme yang ada memiliki adaptasi biota khusus, substrat umumnya berupa batu, kerikil, pasir, dan lumpur, tidak terdapat stratifikasi suhu dan oksigen, serta sangat mudah mengalami pencemaran dan mudah pula menghilangkannya (Odum, 1993). Air tenang adalah bagian sungai yang dalam dimana kecepatan arus sudah berkurang maka lumpur dam materi lepas dan cenderung mengendap di dasar sehingga endapannya lunak. Sungai yang cukup panjang, secara alami faktor fisika kimia air berbeda antara bagian hulu, tengah dan hilir. Perbedaan yang jelas adalah pada keadaan dasar sungai, yaitu berbatu, berpasir atau berlumpur, dan terkait dengan kecepatan

arus sungai. Kecepatan arus juga berpengaruh terhadap kandungan oksigen terlarut di air (Sachlan, 1982). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil secara manual. Semua jenis diambil lalu di pilih. Pengambilan sampel dapat dilakukan juga dengan cara membuat transek dan plot. Secara manual (dengan menggunakan tangan), lakukan koleksi semua jenis bentik yang berada dalam plot. Masukkan sampel kedalam kantung plastik lalu beri label. Jala surber (Surber net), Alat yang berukuran 25cm x 40cm inimerupakan alat untuk mengambil sampel (benthos) pada daerah yang berarus air kuat dan dasar perairan berpasir halus (sedikit berlumpur). Untuk penggunaan jala surber, jala tersebut diletakkan dengan bagian mulut jala melawan arus aliran air, dan daerah yang dibatasi oleh alat ini dibersihkan (diaduk) sehingga benthos yang melekat pada dasar perairan dapat hanyut dan tertangkap oleh jala. Odum (1993) menjelaskan bahwa komponen biotik dapat memberikan gambaran mengenai kondisi fisika, kimia, dan biologi dari suatu perairan. Salah satu biota yang dapat digunakan sebagai parameter biologi dalam menentukan kondisi suatu perairan adalah hewan makrobentos. Sebagai organisme yang hidup di perairan, hewan makrobentos sangat peka terhadap perubahan kualitas air tempat hidupnya sehingga akan berpengaruh terhadap komposisi dan kelimpahannya. Hal ini tergantung pada toleransinya terhadap perubahan lingkungan, sehingga organisme ini sering dipakai sebagai indicator tingkat pencemaran suatu perairan.

VI. BAHAN DAN CARA KERJA A. Materi Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapangan yaitu tali rafia 10 meter, pinset, baki, jala surber, saringan, botol film, botol kosong air mineral 600 ml, kantong plastik, kertas pH, termohigrometer, termometer, alat tulis, kamera

digital. B. Cara kerja Metode yang digunakan yaitu dengan survei secara langsung menggunakan metode transek untuk pengambilan gastropoda dan plankton di Sungai Banjaran. 1. Mengukur pH air Sungai Banjaran a. b. pohon. c. d. Mengukur kelembaban udara dengan menggantungkan hidrometer Hasil dicatat pada data pengamatan di pohon. 2. Mengukur arus air a. Botol ukuran 600 ml diisi air setengahnya b. Diikat di bagian tengah botol dengan tali sepanjang 10 meter c. Botol tersebut dialirkan ke air, dicatat waktunya hingga tali tersebut meregang 3. Pengambilan Gastropoda a. b. c. d. e. Membuat transek ukuran 30 x 30 cm sebanyak 3 ulangan Mencari gastropoda yang ada di dalam transek pada masing-masing Identifikasi gastropoda yang didapat Hasil dianalisis Hitung kekayaan spesies, indeks margalef, indeks dominansi, dan Mengukur pH air menggunakan pH universal dicelupkan ke air dan Mengukur suhu udara dengan menggantungkan thermometer di dicocokkan dengan indikator pH

ulangan tersebut, dimasukkan dalam plastik.

indeks keragaman4. Pengambilan Makrobentos

a. b. c. d.

Membuat transek ukuran 30 x 30 cm sebanyak 3 ulangan Letakkan jala surber di kedalaman air, letaknya melawan arus Selama 15 menit, air dibiarkan mengalir dan tertampung dalam botol Hasil penyaringan diletakkan di baki

di jala surber.

e. f. g.h.

Menggunakan pinset, dipilih plankton yang di dapat Masukkan dalam botol film Hasil diidentifikasi Hitung kekayaan spesies, indeks margalef, indeks dominansi, dan

indeks keragaman. 5. Suhua.

Celupkan termometer pada sungai, tunggu sampai 10 menit sampai Lakukan di 3 titik yaitu bagian tepi kiri, tepi kanan, dan bagian Catat hasilnya. Pengukuran kedalaman dilakukan dengan kayu. Kayu ini dimasukkan ke dalam perairan dengan posisi tegak sampai Batas yang ditunjukkan pada kayu adalah kedalaman dari perairan

pengukuran stabil.b.

tengah. c. 6. Kedalamana. b.

menyentuh dasar perairan.c.

tersebut. 7. Kelembapan a. b. Gantungkan termohigrometer pada pohon, tunggu sampai 10 m3nit Catat hasilnya sampai pengukuran stabil.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel 5.1. Jenis makrobentos yang didapat kelompok Stasiun Jenis Jumlah Individu Total individu Total

perstasiun I Ephemeroptera Diptera Lepidostomatidae Bivalvia II Goniobasis livescers Melanopsidae Oligochaeta Leopax Pachyilus indorum Brotia insolita III Melancides deniscniensis Periana doudebortii Brotia costula 1 2 2 1 6 4 3 1 9 13 35 6 4 1 2 2 1 6 4 3 1 9 13 35 6 4 67 17 3

Tabel 5.2. Jenis Gastropoda yang didapat kelompok Stasiun I II Jenis Juga plicifera Goniobasis livescers Juga plicifera Odonata platicnemididae III. Capiniidae Psychodidak Jumlah Individu 37 18 10 1 1 1 Total perstasiun 37 18 10 1 1 1 3 Total 37 28

Tabel 5. 3. Faktor lingkungan kelompok no 1 2 3 4 5 6 7 Pengamatan Temperatur udara Temperatur air Kelembaban Ph Kedalaman Arus air Lumpur, pasir, kerikil Stasiun I 25 o C 23 o C 84 5 100 cm 1,30 m/ s Pasir Stasiun II 25 o C 22 o C 79 5 100 cm 0,45 m/ s Pasir, kerikil, berbatu Stasiun III 27 o C 23o C 73 6 81,5 cm 3 m/ s Pasir, kerikil, berbatu

Perhitungan Indeks keanekaan dari Margalef (Southwood, 1972)

Keterangan : a = indeks keanekaan S = jumlah spesies (kelompok) N = jumlah individu Makrobenthos Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Gastropoda Stasiun 1

Stasiun 2

Stasiun 3

Perhitungan Indeks Deversitas Simpson

Keterangan: C : indeks diversitas ni : jumlah individu untuk masing-masing jumlah N : jumlah seluruh individu Stasiun 1 Makrobhentos

Indeks Diversitas Simpson Makrobhentos

Stasiun 2 Makrobhentos

Indeks Diversitas Simpson Makrobhentos

Stasiun 3 Makrobhentos

Indeks Diversitas Simpson Makrobhentos

Stasiun 1 Gastropoda

Indeks Diversitas Simpson Gastropoda

0,00073 0,99927 Stasiun 2 Gastropoda

Indeks Diversitas Simpson Gastropoda

0,542 0,458 Stasiun 3 Gastropoda

Indeks Diversitas Simpson Gastropoda

0,123 0,877

Indeks Diversitas Shanon Wiever

Keterangan: H : indeks diversitas dari komunitas S : jumlah spesies 1 jenis ni : jumlah individu dari masing-masing spesies N : jumlah seluruh individu Stasiun 1 Makrobhentos

Stasiun 2 Makrobhentos ln +

Stasiun 3 Makrobhentos ln

1,31 Stasiun 1 Gastropoda

Stasiun 2 Gastropoda

Stasiun 3 Gastropoda

Gambar Perlakuan Langkah Kerja

Gambar 5.A.1 pengukuran kelembaban

Gambar 5.A.2 pengambilan makrobentos dengan jala surber

Gambar 5 . A. 4 pengukuran arus Gambar 5.A.3 pengukuran suhu air

Gambar gastropoda dan makrobentos yang ditemukan

Gambar 5.A.5 larva Diptera

Gambar 5.A.6 Ephemoptera

B. C.

Gambar 5.A.7 Juga plicifera

B. Pembahasan Praktikum acara makrobenthos yang dilakukan kelompok 3 bertempat di sungai Banjaran. Kegiatan yang dilakukan di sungai Banjaran adalah mengambil makrobenthos, pengukuran pH air, kecepatan arus, suhu, kelembaban dan pengambilan gastropoda berkala sebanyak tiga kali ulangan untuk di identifikasi. Hasil identifikasi

gastropoda yang didapat pada ulangan pertama terdapat 11 ekor Juga plicifera, ulangan kedua 13 ekor Juga plicifera, ulangan ketiga 10 ekor Juga plicifera. Sedangkan makrobenthos didapatkan pada ulangan dua dan ulangan tiga antara lain: Ephemeroptera 1 ekor, dan larva Diptera 1 ekor. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa kondisi perairan di sungai banjaran di stasiun 1 dan stasiun 2 pH 5 sedangkan stasiun 3 pH 6 bersifat asam. Hal ini menunjukkan bahwa asam karbonat dan mineral bebas diperairan tersebut tinggi. Kondisi perairan seperti ini dapat melarutkan semua jenis logam, menstabilkan ammonium, menghambat proses nitrifikasi dan menganggu atau mematikan organism air. Akan tetapi bila kondisi pH < 4 atau >11 akan menyebabkan kematian sehingga organisme perairan tidak produktif (Sahri.,2009). Kemampuan organisme air dalam mentolerir pH dipengaruhi oleh suhu, O2, alkalinitas, anion/kation, jenis dan stadia organisme. Kehadiran shmpo san detergen didalam air mengakibatkan kenaikan pH sehingga mengganggu aktifitas organism disekitarnya. Kecepatan arus sungai Banjaran di stasiun 1 kecepatan arus 1,30m/s, stasiun 2 kecepatan arus 0,45m/s dan stasiun 3 kecepatan arus 3m/s. Kecepatan arus merupakan salah satu ciri utama ekologi sungai sebagai pembatas untuk kehidupan organisme perairan. Substrat dasar suatu perairan merupakan faktor penting bagi kehidupan makrobentos yang menjadi habitat hewan tersebut. Substrat dasar di sungai Banjaran baik stasiun 1 berupa pasir stasiun 2, dan 3 berupa pasir, kerikil dan berbatu menurut Odum (1994) substrat dasar yang berupa pasir dan kerikil merupakan lingkungan hidup yang baik untuk makrobentos sehingga keragamnnya dan kepadatannya besar.substrat dasar yang berbeda mengakibatkan perbedaan struktur komunitas makrobentos. Perbedaan ukuran partikel sedimen memiliki hubungan dengan kandungan bahan organik, dimana perairan dengan sedimen yang halus memiliki presentase bahan organik yang tinggi karena kondisi lingkungan yang tenang memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yangdiikuti akumulasi bahan-bahan organik dasar perairan, sedangkan sedimen kasar memiliki kandungan bahan organik yang lebih rendah karena parikel halus tidak mengendap. Suhu yang didapat saat pengamatan adalah stasiun 1 dan 2 suhu 25o C sedangkan stasiun 3 suhu 27o C, suhu diketiga tempat sama, karena keadaan cuaca pada saat pengukuran relative sama sehingga tidak mengalami perubahan. Secara

umum suhu tersebut merupakan kisaran suhu yang normal bagi makrobentos. Fluktuasi suhu diperairan tropis tidak terlalu tinggi sehingga juga mengakibatkan fluktuasi air tidak besar. Kedalaman perairan mempengaruhi jumlah dan jenis hewan makrobentos. Kedalaman air juga mempengaruni distribusi hewan makrobentos, statifiksi tiap komunitas berbeda-beda. Perairan yang dalam mengakibatkan makrobentos mendapat tekanan fisiologis dan hidrostatik yang lebih besar. Menurut Sukarno (1981) kedalaman perairan juga mempengaruhi penetrasi sinar matahari kedalam perairan sehingga tidak secara langsung mempengaruhi kebutuhan oksigen dan organism bentik. Kedalaman perairan untuk stasiun 1 dan stasiun 2 100cm sedangkan stasiun 3 adalah 81,5cm, hal itu dikarenakan pada saat praktikum dilaksanakan setelah hujan. Pengukuran kecepatan arus menggunakan botol akua 600 ml yang diikatkan pada tali sepanjang 10 meter lalu dihitung kecepatan arusnya. Setelah didapatkan kecepatan arus perhitungan arus permeter dilakukan dengan membagi waktu kecepatan dengan panjang tali. Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan indikator universal pada air sungai, lalu amati warna yang didapat dengan indikator yang ada. Pengukuran kelembaban dengan menggunakan higrometer. Mengukur kelembaban udara dengan menggantungkan higrometer di pohon selama 5 menit. Mengukur kedalaman Kedalaman air diukur dengan menggunakan tali plastik atau menggunakan galah yang sudah ditandai. Klasifikasi Juga plicifera menurut (Anonim,2012) : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Spesies : Animalia : Mollusca : Gastropoda : Sorbeoconcha : Semisulcospreidae : Juga : Juga plicifera

Gambar 5. B. 1 Juga plicifera

Juga adalah genus siput air tawar dengan gill dan operculum, akuatik gastropoda moluska di dalam keluarga Semisulcospiridae. Bekicot ini asli sungaisungai di Amerika Serikat barat laut dan berdekatan British Columbia. Beberapa spesies merupakan endemik terisolasi springs besar di Amerika Serikat Great Basin. Spesies yang paling berlimpah dan luas, Juga plicifera, mencapai ketinggian hingga 35 mm. Itu dibuat dengan baik spiral pegunungan dan perhentian antarjalur dikembangkan ribs yang sering menghilang di bagian shell yang dibuat sebagai binatang matang (Anonim, 2012). Kelas Gastropoda termasuk keong, siput darat, bekicot dan siput laut. Kebanyakan gastropoda ada di laut, meskipun beberapa diantaranya ada di air tawar dan daratan. Banyak gastropoda adalah herbivora yang menggunakan radula mereka untuk mengikis makanan dari permukaan. Gastropoda karnivora menggunakan radulanya untuk melubangi cangkang bivalvia untuk memperoleh makanan. Kebanyakan gastropoda memiliki kepala yang berkembang baik dengan mata dan tentakel yang menonjol dari cangkang bergelung yang melindungi masa visceral. Tetapi tidak semua gastropoda memiliki cangkang, contohnya siput telanjang (nudibranchia) dan keong and siput darat tidak memiliki cangkang. Pada gastropoda air, insang ditemukan di dalam rongga mantel, pada gastropoda darat mantel terisi penuh dengan pembuluh darah dan berfungsi sebagai paru-paru saat udara bergerak masuk dan keluar melalui lubang-lubang pernafasan. Gastropoda darat adalah hermaphrodit, perkawinan dilakukan oleh dua individu yang saling memberikan sperma untuk membuahi telur-telur. Telur-telur diletakkan di tanah dan berkembang tanpa melalui fase larva. Klasifikasi Diptera menurut (Anonim,2012) : Kingdom Phylum Class Ordo : Animalia : Mollusca : Gastropoda : Diptera

Gambar 5. B. 2 Larva Diptera

Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :a) bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum b) bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum c) bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.

Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah (Dacus spp.), lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F), lalat rumah (Musca domesticaLinn.) dan lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis). Klasifikasi Ephemeroptera menurut (Anonim,2012) : Kingdom Phylum Class Ordo : Animalia : Mollusca : Gastropoda : Ephemeroptera

Gambar 5. B. 3 Ephemoptera Lalat sehari (Ordo Ephemeroptera) Ciri-cirinya memiliki ukuran tubuh kecil sampai sedang, tubuh panjang dan lunak. Antena kecil mempunyai 2-3 ekor (cerci) yang panjang. Sayap depan lebar dan berbentuk segitiga, sayap belakang kecil bulat dan kadang-kadang absen.Sayap seperti selaput (membran) dengan banyak vena. Mempunyai alat pernapasan seperti daun disepanjang sisi perut. Habitatnya ketika

dalam bentuk nimpha hidup di air (aquatik), dewasa sering dijumpai dikolam atau aliran air. Peranannya salah satunya adalah sebagai bio indikator tingkat pencemaran di suatu daerah. Nimpha dan dewasa adalah maknan penting bagi ikan di perairan. Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh indeks kerapatan Margalef didapatkan hasil 0 pada semua stasiun. Penggunaan indeks diversitas Simpson didapatkan hasil untuk makrobenthos sedangkan untuk gastropoda 0,99927. Sedangkan hasil yang didapatkan dari perhitungan menggunakan indeks diversitas Shanono & Wiener didapatkan hasil untuk makrobentos, untuk gastropoda. Hasil ini

membuktikan bawa diversitas menunjukan angka yang kecil, sedangkan di alam tidak sebanding dengan perhitungan dari hasil tersebut. Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur), alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang (life form) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus atau spesies. Pemilihan lokasi survei harus memenuhi persyaratan keterwakilan komunitas karang di suatu pulau. Biasanya penentuan ini dilakukan setelah dilakukan pemantauan dengan metode Manta Tow. Umumnya dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 3 m, 5 m dan 10 m, tergantung keberadaan karang pada lokasi di masing-masing kedalaman. Panjang transek digunakan 30 m atau 50 m yang penempatannya sejajar dengan garis pantai pulau. (lablink, 2010). Metode ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain : tingkat akurasi data dapat diperoleh dengan baik karena Data yang diperoleh juga jauh lebih baik dan lebih banyak. Penyajian struktur komunitas seperti persentase tutupan gastropoda hidup/karang mati, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh, bahkan struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang juga dapat disajikan. Di antara beberapa kelebihan, metode ini masih memiliki kekurangan. Antara lain, Membutuhkan tenaga peneliti yang banyak Serta membutuhkan waktu yang lama. Peneliti dituntut sebagai penyelam yang baik serta memiliki keahlian dalam identifikasi gastropoda, minimal life form dan sebaliknya genus atau spesies. Di samping itu Biaya yang dibutuhkan juga relatif lebih besar (lablink, 2010).

Fungsi alat-alat yang di gunakan pada saat praktikum makrobentos adalah PH universal kegunaannya untuk mengukur PH, Thermometer untuk mengukur temperatur udara dan air, Thermohigrometer fungsinya untuk mengukur kelembaban udara, botol film fungsinya untuk menaruh makrobetos, botol air mineral fungsinya untuk mengukur kecepatan arus, metera fungsinya untuk mengukur tali rafia, tali rafia fungsinya untuk menghubungkan tali dan botol air mineral buat kecepatan arus, dan jala surber fungsinya untuk mengambil plankton. Pencemaran perairan sungai, dapat memberikan tekanan yang berat terhadap kehidupan organisme plankton yang terdapat di dalamnya. Ardi (2002), Sastrawijaya (2002) dan Sachlan (1980) menyebutkan bahwa Plankton mempunyai kepekaan dan toleransi yang berbeda-beda terhadap bahan peencemar, sehingga dapat dijadikan indikator perubahan kualitas lingkungan perairan. Sehingga organisme plankton yang toleran terhadap bahan pencemar tersebut yang dapat bertahan pada kondisi tekanan lingkungan yang tinggi. Keuntungan menggunakan bentik untuk studi pencemaran adalah:1) Biasanya bentik mempunyai kemampuan untuk bertambah dalam lingkungan

bentik yang terganggu/tercemar, tidak seperti makrofauna;2) Umumnya bentik mempunyai siklus hidup yang pendek (sekitar 3040 hari),

menghasilkan generasi dalam setahun, organisme yang terekspos tahan terhadap toksikan dan siklus hidupnya lebih komplit;3) Ukuran bentik yang kecil dapat diberikan untuk ukuran sampel yang kecil pula; 4) Komunitas bentik sifatnya lebih stabil, baik kualitas maupun kuantitasnya

terhadap musim dan dari tahun ke tahun daripada makrofauna. Menurut Odum (1993) adapun pedoman mengenai mahluk yang dapat digunakan sebagai bioindikator ekologis yaitu: 1) Spesies steno (kisran toleransinya sempit) lebih baik dipakai sebagai indikator dibandingkan dengan spesies yang euri (kisaran toleransinya luas). 2) Spesies yang dewasa lebih baik dipakai sebagai indikator dibandingkan dengan yang masih muda. 3) Sebelum mempercayai penampakan mahluk sebagai indikator ekologis, maka terlebih dahulu harus ada bukti yang cukup bahwa suatu faktor yang dipermasalahkan memang benar dapat membatasi. 4) Banyak hubungan diantara jenis, populasi, dan seluruh komunitas seringkali memberikan indikator yang lebih dapat dipercaya daripada satu jenis yang

tunggal karena integrasi keadaan yang lebih baik dicerminkan oleh keseluruhan daripada oleh sebagian.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan

1. Penggunaan indeks diversitas Simpson didapatkan hasil

untuk

makrobenthos sedangkan untuk gastropoda 0,99927. Sedangkan hasil yang didapatkan dari perhitungan menggunakan indeks diversitas Shanono & Wiener didapatkan hasil untuk makrobentos, untuk gastropoda.

2. Makrobentos (benthic macroinvertrbrate) adalah salah satu indikator kualitas

lingkungan akuatik yang dapat diandalakan. Oleh karena itu peran makrobentos dalam keseimbangan suatu ekosistem perairan termasuk lahan budidaya dapat menjadi indikator kondisi ekologi terkini pada suatu kawasan tertentu.3. Metode line transeck merupakan metode yang cocok dalam pengambilan

sampel untuk organisme yang ada disekitar sungai.

Karena metode ini

memiliki beberapa kelebihan, antara lain : tingkat akurasi data dapat diperoleh dengan baik karena Data yang diperoleh juga jauh lebih baik dan lebih banyak. Penyajian struktur komunitas seperti persentase tutupan gastropoda hidup/karang mati, kekayaan jenis, dominasi, frekuensi kehadiran, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh, bahkan struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang juga dapat disajikan.

b. Saran Untuk praktikum selanjutanya sebaiknya dilakukan pada saat cuaca mendukung atau bukan setelah hujan.

DAFTAR PUSTAKA Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir. Tesis PS IPB. Bogor. Arinandri, dkk. 1995. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Predominan Disekitar Pulau Sumatera. LIPI, Jakarta.

Chessman, B. C. 1995. Rapid assesment of Rivers Using Macroinvertebrates: A Procedure Based on Habitat specific sampling, Family Level Identification and a Biotic Index. Australian Journal of Ecology 20 122 129. Hawkes. 1976. Principle standard methods for determining ecological criteria on hydrobiocoenose. Pergamon Press, Oxford. Lablink. 2010 ,www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-trmbu.htm tgl 25 april 2012, pukul 20.00 Lawrence J. L. Lumingas, Ruddy D. Moningkey dan Alex D. Kambey. 2011. Efek Stres Anthropogenik Terhadap Struktur Komunitas Makrozoobentik Substrat Lunak Perairan Laut Dangkal di Teluk Buyat, Teluk Totok dan Selat Likupang (Semenanjung Minahasa, Sulawesi Utara) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Lind, O. T. 1979. Handbook of common methods in limnology. Mosby company. St. Louis, Toronto-London. Mann, K. H. 1982. Ecology of coastal waters. A system approach. Blackwell Scientific Publishing, Oxford. Nontji, A. 2006. Plankton. LIPI, Jakarta. Nybakken, J. W. 1982. Biologi Laut: suatu pendekatan ekologi; alih bahasa : H. Muhammad Edman et al. Gramedia. Jakarta. 420 hal. Odum, E. P. 1971. Fundamental ecology 3rd ed. W. B. Saunders Company. Phildelphia. Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Alih Bahasa : Samingan, T. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Odum, E. P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Petrus, dkk. 2006. Komunitas Makrozoobentos pada Kawasan Budidaya Tambak di Pesisir Malakosa Parigi-Moutong, Sulawesi Tengah. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros, Sulawesi Selatan 90512. Prihati, Yekti. 2008. Analisis Kualitas Air Sungai Krakat Di Kabupaten Sragen Dengan Indikator Nilai Coliform Fecal Setelah Diberi Perlakuan TanamanEnceng Gondok. (online) Sachlan. M. 1980. Planktonologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Universitas Diponegoro, Semarang. Sahri et al. 2009. Keragaman Makrobentos pada Berbagai Substrat Buatan di Sungai Ciglagah Cilacap. Jurnal Biosfera 15. Sastrawijaya,T.A. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Setiawan D. 2009. Studi Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Hilir Sungai Lematang Sekitar Daerah Pasar Bawah Kabupaten Lahat Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia. Suwondo, Elya F., Dessy dan Mahmud A. 2004. Kualitas biologi perairan sungai senapelan, sago dan sail di kota pekanbaru berdasarkan bioindikator plankton dan bentos. Laboratorium zoologi jurusan pmipa fkip universitas riau, pekanbaru 28293.