Top Banner
i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu lintas Bagi Warga Jemaat GMIT Getsemani Tarus Timur Oleh: IVONNY HERE 712012020 TUGAS AKHIR Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017
47

Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

Apr 23, 2019

Download

Documents

vudan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

i

Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu lintas

Bagi Warga Jemaat GMIT Getsemani Tarus Timur

Oleh:

IVONNY HERE

712012020

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu lintas Bagi Warga

Jemaat GMIT Getsemani Tarus Timur

oleh:

IVONNY HERE

712012020

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Izak Y.M. Lattu, Ph. D Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Ketua Program Studi Dekan

Pdt. Izak Y.M. Lattu, Ph.D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017

Page 3: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ivonny Here

NIM : 712012020 Email : [email protected]

Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi

Judul tugas akhir : Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

Lalu lintas Bagi Warga Jemaat GMIT Getsemani Tarus

Timur

Pembimbing : 1. Pdt. Izak Y.M. Lattu, Ph.D

2. Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di

institusi pendidikan lainnya.

2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan,

rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan

pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah

diketahui dan disetujui oleh pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah

dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini,

serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya

Wacana.

Salatiga, 31 Januari 2017

Ivonny Here

Page 4: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ivonny Here

NIM : 712012020 Email: [email protected]

Fakultas : Teologi Program Studi: Teologi

Judul tugas akhir : Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

Lalu lintas Bagi Warga Jemaat GMIT Getsemani Tarus

Timur

Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas –

Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan

pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir

elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):

a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori

PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori

Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 31 Januari 2017

Ivonny Here

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Izak Y.M. Lattu, Ph.D PPdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang

menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil

karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.

** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan

tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).

Page 5: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

v

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ivonny Here

NIM : 712012020

Program Studi : Teologi

Fakultas : Teologi

Jenis Karya : Jurnal

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas

karya ilmiah saya berjudul:

Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu lintas Bagi

Warga Jemaat GMIT Getsemani Tarus Timur

beserta perangkat yang ada (jika perlu).

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal: 31 Januari 2017

Yang menyatakan,

Ivonny Here

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Izak Y.M. Lattu, Ph. D Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

Page 6: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa,

karena kasih dan anugerah-Nya yang begitu melimpah dalam kehidupan penulis.

Secara khusus, penulis mengucapkan syukur karena tuntunan dan penyertaanNya

yang tidak pernah berhenti bagi penulis selama penulis menjalani masa

pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

hingga pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan Tugas

Akhir dengan baik.

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol). Tugas Akhir ini

disusun dengan harapan karya tulis ini dapat membantu masyarakat Kota Kupang,

warga Gereja dan warga jemaat GMIT Getsemani Tarus Timur secara khusus

yang mana menjadi tempat penelitian penulis, untuk lebih memahami dan

memperlakukan tugu kecelakaan ini sebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman bahwa kebiasaan ini sebagai salah satu bentuk penyembahan

berhala. Penulis juga berharap Tugas Akhir ini dapat berguna di kemudian hari

guna referensi atau sekedar menambah pengetahuan bagi masyarakat dalam

memperlakukan dan memahami keberadaan tugu mini ini. Dalam seluruh

rangkaian tulisan ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan

sehingga diperlukan kritik dan saran agar tulisan ini juga dapat terus

dikembangkan menjadi lebih baik.

Penulis

Page 7: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................ iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI .................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................ ix

MOTTO ................................................................................................. xii

ABSTRAK ............................................................................................. xiii

1. Pendahuluan ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

2. Kematian Manusia dan Simbol ...................................................... 6

2.1 Sikap Manusia Berhadapan dengan Kematian ....................... 6

2.2 Tugu Sebagai Simbol ................................................................. 11

3. Tugu dan Pelestarian Tradisi .......................................................... 15

3.1 Gambaran Tempat Penelitian .................................................. 15

3.2 Latar Belakang Pembangunan Tugu Mini ............................. 16

3.3 Kebiasaan di Sekitar Tugu Mini .............................................. 19

3.4 Tujuan Pembangunan Tugu Mini............................................ 22

4. Makna Keberadaan Tugu Bagi Warga Jemaat GMIT Getsemani Tarus

Timur ..................................................................................................... 25

Page 8: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

viii

4.1 Ada Kehidupan Setelah Kematian............................................ 26

4.2 Reaksi Spontan atas Kematian Secara Mendadak.................. 27

4.3 Makna Tugu Bagi Keluarga...................................................... 28

4.4 Makna Tugu Bagi Teman-Teman............................................ 29

4.5 Makna Tugu Bagi Masyarakat Umum.................................... 30

4.6 Makna Pemberian Makanan di Tugu...................................... 30

4.7 Makna Tugu Bagi Gereja.......................................................... 31

5. Kesimpulan ....................................................................................... 31

Daftar Pustaka ...................................................................................... 33

Page 9: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan

bantuan baik dalam bentuk kritik, saran serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang oleh karena kasihNya selalu menolong penulis

dalam menjalani studi di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya

Wacana.

2. Pdt. Izak Y.M. Lattu, Ph.D dan Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo yang

telah menjadi dosen pembimbing penulis selama masa penulisan Tugas

Akhir ini. Terima kasih atas waktu, motivasi, saran dan kritik yang

diberikan kepada penulis. Mohon maaf jika ada perilaku yang kurang

berkenan selama masa bimbingan.

3. Pdt. Mariska Lauterboom-Tiwa dan Pdt. Agus Supratikno selaku dosen

wali penulis. Terima kasih untuk segala perhatian, dukungan dan motivasi

yang diberikan hingga penulis mampu untuk menyelesaikan studi.

4. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Teologi. Terima kasih sudah membagi

ilmu pengetahuan kepada penulis, mendukung dan memotivasi penulis

untuk terus belajar agar penulis dapat terus berkembang. Buat Bu Budi

yang selalu setia membantu segala keperluan mahasiswa dan tidak bosan

untuk menerima kami dikantornya terima kasih banyak Bu.

5. Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Teologi yang sudah memberikan saya

kesempatan untuk mengasah kreatifitas dan mental yang lebih baik untuk

saya gunakan di kehidupan saya kedepan.

6. Campus Ministry Universitas Kristen Satya Wacana atas kesempatan yang

diberikan untuk belajar bekerja sama dan mengolah kemampuan di bidang

penatalayanan guna kepentingan pelayanan saya ke depan.

7. Jemaat GMIT Getsemani Tarus Timur. Mama Pdt. Juliana Hau Bale S. Th,

Bapak Sekretaris Gereja, semua responden dan teman-teman Pemuda.

Terima Kasih atas bantuannya bagi saya selama masa penelitian. Buat

EBS yang setia menemani selama masa penelitian, Terima Kasih broh.

Tuhan memberkati kita semua

Page 10: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

x

8. Dua orang hebat dengan cinta yang begitu luar biasa untuk saya, berjuang

dengan penuh kasih tanpa mengenal lelah untuk saya, yang meskipun

tidak bisa menyaksikan secara langsung hari bahagia saya saat diwisuda

nanti tetapi saya percaya dari tempat mereka, mereka juga melihat dan

merasakan kebahagiaan yang sama. Terima Kasih Alm. Bapa Saul Here

dan Almh. Mama Elisabeth Here-Rihi Wila. Cinta dan pengorbanan Bapa

dan Mama akan terus mengiringi perjalanan kehidupan Ivon.

9. Keluarga terbaik yang saya miliki. Mama Yuliana Moleong-Rihi Wila,

Bapa Victor Moleong, kakak Selfi Messakh-Here dan keluarga, kakak Ria

Giri-Here dan keluarga juga bungsu tercinta Melan Here serta kakak adik

dan Om, Tante semua. Terima kasih atas doa, dukungan daya dan dana

yang diberikan untuk saya hingga saat ini. Segala kebaikan, ketulusan dan

kerja keras Kalian tidak dapat saya ganti, tetapi doa dan ucapan terima

kasih terus menerus keluar dari mulut saya untuk Kalian semua.

10. Mone Lexiandri Umbu K. Anagoga yang selalu setia untuk mendoakan,

memberikan motivasi dan mendukung penulis selama masa studi. Mohon

maaf apabila dalam kebersamaan kita ada hal-hal yang kurang berkenan.

Sukses untuk masa vicariatnya sayang ayafluuuu....

11. PTT (Petatas) Family. Bontet Hendra, Nyong Vian, Nyong Kurnia, Nyong

Melky, Ibo Dyana, Pencet Bisul (Ziel), Taksi Bebek dan Ucrit Uche.

Terima kasih untuk motivasi dan kebersamaannya. Sukses untuk masing-

masing Kalian, Be Sayang besong semuaa..

12. Sodara-sodara Penghuni Kost asli maupun bayangan Monsa (Monginsidi

Satu) No.12. Kak Nolin, Kak Maya, Dewi, Nanda, Kak Brenda, Dian,

Sarlin, Kak Giner, Kak Ryan, Adik Arie dan Zefanya. Terima Kasih atas

kebersamaan dan motivasi untuk Ivon, suskses untuk kita semuaaa

13. SAPI 2012 yang terus mendukung dan memotivasi satu dengan yang lain.

Terima kasih untuk kalian yang sangat kompak dalam kebersamaan kita

selama empat tahun ini. Sampai ketemu di lain kesempatan dan sukses

untuk kita semua

14. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua orang yang tidak bisa

saya sebutkan satu demi satu. Terimakasih sudah hadir dan memberi

Page 11: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

xi

warna dalam kehidupan saya. Terimakasih untuk semua orang yang

membantu penulis dalam proses penulisan Tugas akhir ini. Tuhan

memberkati Kalian semua

Page 12: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

xii

MOTTo

Waktu TUHAN bukanlah waktu kita, oleh sebab itu teruslah

lakukan yang terbaik yang bisa dilakukan, selebihnya

TUHAN akan memperlengkapi. Percayalah bahwa tidak

ada sesuatu yang sia-sia yang dilakukan di dalam DIA.

Roma 8:28

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam

segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi

mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang

terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Nyanyian KJ. 410

Tenanglah kini hatiku: Tuhan memimpin langkahku Di

tiap saat dan kerja tetap ku rasa tanganNya. Tuhanlah

yang membimbingku ; tanganku di pegang teguh. Hatiku

berserah penuh; tanganku di pegang teguh.

Page 13: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

xiii

Abstrak

Penelitian ini difokuskan pada tradisi warga jemaat GMIT Getsemani

Tarus Timur dalam hal membuat tugu di tempat terjadinya kecelakaan lalulintas.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna

keberadaan tugu tersebut bagi warga jemaat. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini ialah metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan

data yang dipakai yaitu melalui wawancara langsung dengan pihak keluarga,

kerabat dan pihak Gereja yang menjadi tempat penelitian. Landasan teori yang

digunakan dalam menganalisa data penelitian ini adalah teori tentang sikap

manusia ketika berhadapan dengan kematian dan teori simbol. Hasil penelitian

menunjukkan adanya tugu di tempat kecelakaan lalulintas dianggap penting bagi

pihak keluarga, kerabat dan Gereja karena merupakan tradisi yang sudah cukup

lama dilakukan dan perlu untuk terus dijaga. Realitanya keberadaan tugu ini

merupakan simbol kedukaan pihak keluarga maupun kerabat yang menjadi bukti

adanya relasi kasih di antara mereka yang pernah terjalin sekaligus menegaskan

bahwa meskipun tubuh sudah tidak bersama namun memori bersama

almarhum/almarhumah masih terus hidup sepanjang kehidupan mereka sehingga

dibuatlah tugu dan terus dikunjungi selama beberapa waktu.

Kata Kunci: Kematian akibat kecelakaan lalulintas, Tugu, Tradisi, dan Simbol

kedukaan.

Page 14: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kematian merupakan perpisahan terakhir yang menyedihkan karena

menyebabkan terpisahnya manusia secara fisik dengan orang-orang yang dikasihi

atau dengan kata lain perjumpaan dengan mereka akan berakhir dengan

perpisahan oleh kematian.1 Perpisahan oleh kematian tentu saja meninggalkan

duka yang mendalam bagi para keluarga dan kerabat yang ditinggalkan. Apalagi

peristiwa kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang dengan

sekejap dapat merenggut nyawa manusia di tempat terjadinya kecelakaan tersebut.

Di Provinsi Nusa Tenggara Timur terkhususnya melalui data statistik dari

pihak kepolisian diketahui angka kecelakaan lalu lintas di setiap tahunnya selalu

meningkat. Data terakhir yang diperoleh pihak kepolisian untuk tahun 2015

sebanyak 1.053 kasus kecelakaan lalu lintas. Lebih tinggi dari angka kecelakaan

lalu lintas tahun 2014,2 bahkan oleh pihak pemerintah, Provinsi Nusa Tenggara

Timur masuk urutan ketiga dalam catatan angka kecelakaan lalu lintas terbesar di

Indonesia.3 Faktor utama yang menyebabkan tingginya angka kecelakaan lalu

lintas di Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya Kota Kupang ialah karena

kelalaian dari manusia itu sendiri yang kurang mematuhi aturan lalu lintas yang

ada. Mulai dari mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk sampai dengan

kesengajaan melanggar lalu lintas, menyebabkan setiap hari selalu terjadi

kecelakaan lalu lintas di Kota-kota dalam wilayah NTT terutama di Kota Kupang.

Kebanyakan kecelakaan yang menyebabkan kematian maupun luka berat

disebabkan karena pengendara dalam keadaan mabuk, tidak menggunakan

pengaman dan mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi. Hal ini

1 Gladys Hunt, Pandangan Kristen tentang Kematian, terjemahan cetakan ke-6 (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2009), 10. 2 http://kupang.tribunnews.com/2016/01/01/jumlah-kasus-lakalantas-2015-meningkat,

diunduh pada tanggal 7 Juli 2016. 3file:///F:/Jurnal&Berita/lakalantas/Statistik/Lakalantas/NTT/kecelakaan/lalu

lintas/terbesar/ketiga/diIndonesia.html, diunduh pada tanggal 7 Juli 2016.

Page 15: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

2

sebenarnya menunjukan kesadaran pengendara untuk menjaga keselamatan di

jalan raya masih rendah.4

Berkaitan dengan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas di

Provinsi Nusa Tenggara Timur tepatnya Kota Kupang, terdapat sebuah tradisi

yang sudah kurang lebih sepuluh tahun terakhir dilakukan oleh para warga Gereja,

baik itu oleh keluarga maupun para sahabat pasca kecelakaan yang terjadi di

pinggir jalan. Para keluarga dan sahabat yang berduka ini kemudian membuat

sebuah tugu mini di pinggir jalan tepat di tempat terjadinya kecelakaan yang telah

menyebabkan kematian kerabat mereka tersebut. Tugu mini ini dibuat sebagai

reaksi terhadap peristiwa kematian dengan mengambil beberapa batu berukuran

kecil (±15-20cm) yang ada di sekitar tempat kejadian kemudian menyusunnya

menjadi sebuah tumpukan batu yang tidak beraturan maupun yang beraturan

seperti berbentuk lingkaran, kotak, salib dan bahkan ada juga yang membuatnya

secara permanen berbentuk persegi dengan ukuran ± panjang 75 cm, lebar 50 cm

dan tinggi 20 cm juga mencetak foto dan nama korban kecelakaan di keramik

pada tugu mini tersebut. Jika permanen, tentu saja tugu tersebut akan bertahan

lama namun jika tidak permanen dalam artian hanya dibuat menggunakan susunan

batu yang ada di sekitar tempat kecelakaan maka biasanya hanya bertahan sampai

40 (empat puluh) hari setelah peristiwa kecelakaan terjadi bahkan bisa lebih dari

40 (empat puluh) hari tergantung pihak keluarga atau kerabat yang membuatnya.

Hal ini dapat dikatakan sebagai simbol kedukaan pihak keluarga.

Meskipun tradisi membuat tugu mini masih tergolong baru namun seluruh

lapisan masyarakat di Kota Kupang telah melakukannya ketika ada kerabat

mereka yang mengalami kematian akibat kecelakaan lalu lintas di pinggir jalan.

Tradisi ini dilakukan baik oleh keluarga maupun kerabat dari korban laka lantas

tersebut yang umumnya adalah warga Gereja. Biasanya, mulai malam pertama

kecelakaan sampai beberapa hari setelah korban dimakamkan baik pihak keluarga

maupun kerabat akan pergi mengunjungi tempat tersebut untuk menyalakan lilin

kemudian duduk menunggui tempat itu sambil bernyanyi dan bercerita sampai

lilin yang dinyalakan pun mati (relatif). Setelah itu aktivitas ini sudah tidak rutin

4 http://m.inilah.com/news/detail/2264244/sepanjang-2015-terjadi-1053-kecelakaan-di-

ntt, diunduh pada tanggal 7 Juli 2016.

Page 16: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

3

lagi dilakukan kecuali menjelang hari raya Natal, hari ulang tahun dari korban dan

hari kecelakaan itu terjadi. Di tugu mini tersebut biasanya sebelum menyalakan

lilin, keluarga atau kerabat yang mengunjungi tempat itu akan mendahuluinya

dengan berdoa dan membawa benda-benda tertentu yang menjadi kesukaan dari

korban seperti sirih pinang dan rokok untuk ditempatkan di sekitar tugu tersebut.

Melalui beberapa jurnal, penulis menemukan bahwa tradisi membangun

tugu peringatan ini sudah dilakukan sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.

Di Jerman misalnya, untuk mengenang para korban dari penganiayaan Nazi di

Buchenwald dan Sachsenhausen dibangunlah tugu-tugu peringatan baik yang

terhimpun dalam sebuah museum maupun di luar museum tepatnya di hutan

tempat pembantaian, sehingga melaluinyalah masyarakat Jerman bisa terus

mengabadikan dan mengenang peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi.5

Kemudian di Amerika serikat, dilakukan penelitian tepatnya di kota Oklahoma

yang terdapat sebuah monumen nasional untuk mengenang para korban kematian

di Amerika sekaligus untuk melihat sejauh mana tingkat kepedulian orang

Amerika terhadap kematian rakyat mereka.6

Pertanyaan yang muncul ialah, apakah kuburan sebagai tempat

peristirahatan sementara belum cukup sebagai bentuk peringatan akan kematian?

Apakah masih perlu bentuk peringatan lain di tempat terjadinya peristiwa

kematian? Dalam kegiatan pra-penelitian yang dilakukan, penulis menemukan

bahwa adanya perbedaan antara kuburan sebagai tempat peristirahatan terakhir

dan tugu mini sebagai bentuk penanda atau pengingat peristiwa kematian yang

terjadi. Sehingga perlu untuk membuat pengingat di tempat terjadinya peristiwa

kematian tersebut.

Namun berkaitan dengan dibangunnya tugu-tugu mini di tempat

kecelakaan, sejauh ini penulis belum melihat suatu pemaknaan yang tepat

terhadap tradisi pembangunan tugu mini tersebut yang dilakukan oleh warga

Gereja, sehingga inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan

5 Sarah Farmer, “Symbols that Face Two Ways: Commemorating the Victims of Nazism

and Stalinism at Buchenwald and Sachsenhausen”: Representations, No. 49, (1995) : 97-103. 6 Erika Doss, “Death, art and memory in the public sphere: the visual and material culture

of grief in contemporary America Mortality”, Vol. 7, No. 1, (2002) : 64-68.

Page 17: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

4

penelitian. Apakah tugu mini yang dibuat hanya sebatas pengingat ataukah ada

unsur-unsur penyembahan berhala di dalamnya sebab ada tugu yang dibangun di

tempat terjadinya kecelakaan dan terdapat beberapa kegiatan juga yang dilakukan

di sekitar tugu mini tersebut serta bagaimana sikap Gereja terhadap tradisi ini.

Kemungkinan tradisi membuat tugu mini tersebut memiliki makna yang

mendalam sehingga tugu mini itu dibuat bagi para korban kecelakaan.

Berdasarkan kenyataan tersebut penelitian ini akan dilakukan dengan berfokus

pada makna tugu mini yang dibuat oleh keluarga dan kerabat yang berduka. Hal

ini dibahas agar dapat memahami keberadaan tugu ini sebagai simbol kedukaan

dalam kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian dan duka di kalangan

keluarga secara teologis dalam kehidupan berjemaat maupun bermasyarakat.

Simbol tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dalam segala

situasi hidupnya, dari yang primitif sampai modern. Simbol-simbol yang ada

dalam masyarakat pasti memiliki makna yang sangat penting. A.N. Whitehead

dalam bukunya Symbolism yang dikutip oleh F.W. Dilistone dalam buku The

Power of Symbols mengatakan bahwa “pikiran manusia berfungsi secara simbolis

apabila beberapa komponen pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan,

perasaan dan gambaran mengenai komponen-komponen lain pengalamannya.

Perangkat komponen terdahulu adalah “simbol” dan perangkat komponen yang

kemudian membentuk “makna simbol”. Keberfungsian organis yang

menyebabkan adanya peralihan dari simbol kepada makna itu disebut “referensi”.7

A.N. Whitehead mengisyaratkan tentang adanya pikiran dan pengalaman sehari-

hari yang dapat dipandang sebagai lambang di dalam kehidupan ini.8 Jadi

“simbol” adalah sesuatu yang merupakan tanda sebagai ganti sebuah gagasan atau

obyek tertentu. Dalam arti yang biasa, simbol adalah gambaran yang menunjuk

pada suatu tanda dalam suatu komunitas tertentu yang dapat dipahami maknanya.

Dalam konteks memahami peristiwa kedukaan yang dialami oleh pihak

keluarga korban kecelakaan lalu lintas, bisa saja mereka memaknai tugu mini

7 F.W. Dillistone, The Power of Symbols, SCM Press Ltd.,London 1986, terj. A.

Widyamarta (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 18. 8 A.N. Whitehead, Symbolism, (Cambridge University Press, 1928), 9.

Page 18: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

5

yang dibangun tersebut sebagai sebuah simbol dari kedukaan yang melaluinya

pihak keluarga maupun kerabat dapat terus mengenang keluarga mereka yang

telah meninggal itu sekaligus peristiwa yang telah menyebabkan kematian pihak

kerabat mereka itu.

1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan

Penulis memilih GMIT Getsemani Tarus Timur sebagai lokasi penelitian

karena Gereja ini terletak di pinggir jalan umum dan menjadi tempat yang rawan

terhadap kasus kecelakaan lalu lintas. Selain itu, judul ini diangkat karena adanya

realitas sosial dan budaya yang sejak dulu sampai masa kini masih terus dilakukan

dan tentunya memiliki pengaruh yang cukup besar bagi warga jemaat tersebut

sehingga masih terus dilakukan. Oleh sebab itu penulis merumuskan dua

pertanyaan penelitian yaitu apa makna tugu mini yang dibangun oleh warga

jemaat GMIT Getsemani Tarus Timur bagi korban kecelakaan lalu lintas? Dan

mengapa warga jemaat GMIT Getsemani Tarus Timur membangun tugu mini

sebagai simbol kedukaan? Dari dua pertanyaan penelitian ini, tujuan yang ingin

dicapai ialah mendeskripsikan makna tugu mini yang dibangun oleh warga jemaat

GMIT Getsemani Tarus Timur bagi korban kecelakaan lalu lintas dan

mendeskripsikan alasan mengapa warga jemaat GMIT Getsemani Tarus Timur

membangun tugu mini sebagai simbol kedukaan.

1.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian

yang bersifat deskriptif, bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengklarifikasi

suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah

variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.9 Terutama

pembangunan tugu kematian bagi korban kecelakaan lalu lintas di GMIT

Getsemani Tarus Timur.

Teknik pengumpulan data yang dipakai melalui wawancara:10

dalam hal

ini penulis mencari informasi dengan menanyakan secara langsung kepada nara

9Sanapiah Faisal, Format-format penelitian sosial, dasar-dasar dan aplikasi, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2003), 20. 10

Sanapiah Faisal, 32.

Page 19: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

6

sumber di GMIT Getsemani Tarus Timur berkaitan dengan pemahaman mereka

tentang makna tugu kematian ini. Nara sumber adalah mereka yang menjadi

subjek penelitian penulis, yaitu pendeta, majelis dan warga jemaat yang

melakukan pembangunan tugu mini bagi korban kecelakaan. Selanjutnya melalui

studi kepustakaan, penulis menggunakan buku-buku dan jurnal yang dapat

digunakan untuk menyusun landasan teoritis yang akan menjadi tolak ukur dalam

menganalisa data penelitian lapangan guna menjawab persoalan pada rumusan

masalah penelitian.

2. Kematian Manusia dan Simbol

2.1 Sikap Manusia Berhadapan dengan Kematian

Kehidupan dan kematian adalah dua bagian tak terpisahkan dari

keberadaan sebagai ciptaan. Sama seperti kelahiran, manusia pada hakikatnya

juga akan mati.11

Dua hal ini merupakan suatu kepastian dalam kehidupan

manusia yang tidak dapat dihindari. Namun berbeda dari kelahiran yang

membawa sukacita bagi keluarga, peristiwa kematian lebih banyak menimbulkan

duka yang mendalam akibat perpisahan dari orang-orang terkasih untuk selama-

lamanya. Berdasarkan hal inilah, orang cenderung takut ketika berhadapan

kematian. Eseis Francis Bacon menulis bahwa “manusia takut akan kematian

seperti anak-anak takut pergi ke tempat gelap; dan sebagaimana rasa takut alamiah

pada anak-anak makin besar dengan mendengar dongeng-dongeng, demikian juga

rasa takut akan maut pada manusia dewasa bertambah bila mereka mendengar

cerita-cerita tentang kematian.12

Kematian melenyapkan segala kemampuan manusia. Kematian adalah

sesuatu yang belum dimengerti manusia, suatu pengalaman yang tidak dapat

terjejaki. Manusia merasa tidak aman dan tidak berdaya bila menghadapi

kematian, musuh yang begitu menakutkan, musuh yang tidak memandang

11

Ebenhaizer I. Nuban Timo, Allah Menahan Diri Tetapi Pantang Berdiam Diri, (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2015), 386. 12

Gladys Hunt, Pandangan Kristen Tentang Kematian, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

1987, 2.

Page 20: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

7

manusia, kekayaan maupun kedudukan.13

Dengan demikian ada beragam respons

dari manusia ketika berhadapan dengan kematian. Meskipun demikian, peristiwa

kematian dianggap begitu penting karena tidak akan lagi berjumpa dengan

almarhum/almarhumah sehingga pihak keluarga maupun kerabat merasa perlu

membuat upacara atau ritus-ritus yang dapat mengantarkan

almarhum/almarhumah ke tempat peristirahatan terakhir dengan tenang juga dapat

membantu keluarga maupun kerabat dalam mengolah ketegangan pasca kematian

dari orang terkasih. Baik itu dalam upacara pemakaman jenazah, malam ketiga,

malam ketujuh, malam keempat puluh dan malam keseratus seperti tradisi di

dalam masyarakat di kepulauan Riau.14

Pada hakikatnya kematian membawa perpisahan bagi manusia tetapi

kematian tidak dapat menghapuskan memori yang pernah dilewati bersama

almarhum/almarhumah. Meskipun telah ditinggal pergi namun pihak keluarga

maupun kerabat akan tetap berusaha menjaga agar memori atau kenangan

bersama almarhum/almarhumah tetap ada dan hidup dalam kehidupan mereka.

Apalagi ketika perpisahan oleh kematian tersebut terjadi tanpa dipersiapkan

sebelumya seperti kematian karena sakit, tentu saja pihak keluarga dan kerabat

sudah akan mempersiapkan kematian dari orang yang akan mati tersebut. Namun

berbeda ketika perpisahan oleh kematian terjadi karena kecelakaan lalu lintas,

suatu peristiwa tak terduga yang dengan sekejap mampu memisahkan keluarga

dengan almarhum/almarhumah. Perasaan tidak siap dan terkejut inilah yang

menyebabkan duka mendalam bagi keluarga dan kerabat. Oleh sebab itu baik

pihak keluarga maupun kerabat memiliki cara-cara tertentu untuk menjaga agar

memori bersama almarhum/almarhumah tetap hidup bersama mereka walaupun

tubuh fisiknya sudah tidak ada lagi bersama keluarga.

Terdapat berbagai cara yang dilakukan untuk memelihara agar memori itu

hidup, sesuai dengan tradisi dan budaya dari masing-masing daerah. Salah satunya

yang dilakukan oleh masyarakat suku Batak. Untuk memelihara memori mereka

bersama pihak keluarga yang telah meninggal, oleh pihak keluarga yang berduka

13

Gladys Hunt, Pandangan Kristen ...., 1. 14

Moh. Daud Kadir dkk, Upacara Tradisional (Upacara Kematian) daerah Riau, (Jakarta:

Depdikbud, 1985), 70.

Page 21: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

8

mereka membangun tugu-tugu sebagai peringatan akan keluarga yang telah

meninggal. Tradisi membangun tugu-tugu bukanlah merupakan hal yang baru

dilakukan. Mereka telah melakukan tradisi ini sejak zaman nenek moyang mereka

dan masih terus dilakukan sampai masa kini bahkan Gereja pun mengadopsi

tradisi ini namun terus dilakukan pembaharuan. Di tanah Batak, pihak keluarga

membangun tugu-tugu baik berukuran kecil maupun besar dengan bentuk-bentuk

tertentu.

Dalam tradisi tradisional suku-suku di nusantara, dalam hal kematian

dikenal dua istilah yaitu penghormatan atas orang mati dan pemujaan nenek

moyang. Penghormatan atas orang mati adalah semua peristiwa yang menyangkut

kematian dan acara penguburan. Sebaliknya, pemujaan nenek moyang

diselenggarakan bagi bapa-bapa leluhur yang dianggap mempunyai suatu

kuasa/pengaruh yang istimewa, berdasarkan kemuliaan mereka di bumi, kekayaan

mereka dan kedudukan mereka dalam silsilah keluarga.15

Orang-orang Kristen

dari gereja-gereja suku memuja nenek moyang mereka dengan berbagai cara. Di

Sumatera Utara mereka membuka kuburan-kuburan tanah yang sementara,

sesudah lewat waktu pembusukan yang dianggap perlu, lalu mengangkat tulang-

tulang dari dalamnya dan menempatkannya dalam suatu kuburan semen dengan

mengadakan upacara tertentu. Kuburan semen itu bukanlah kuburan biasa karena

dibuat menyerupai patung-patung. Hal yang sama juga dilakukan oleh masyarakat

Nias. Namun bagi masyarakat Nias, batu-batu besar itu bukanlah kuburan,

melainkan merupakan “tugu-tugu jiwa” sebagai “pusat-pusat kekuatan, yang

dengan perantaraannya orang hidup dapat berhubungan dengan orang-orang

mati”.16

Di Kalimantan Selatan, setahun setelah penguburan didirikan salib

kuburan dan dijadikan alasan untuk menghormati orang mati.17

Pembedaan jenis monumen/tugu yang dibangun didasarkan pada status

sosial dan kekuasaan oleh orang yang telah mati. Jikalau yang mati mempunyai

kekuasaan yang besar maka bangunan monumennya akan lebih mewah dan

15

Lothar Schreiner, Adat dan Injil: perjumpaan adat dengan iman Kristen di Tanah

Batak Cetakan ke-7, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003),168. 16

Lothar, Adat dan Injil ....., 171. 17

Lothar, Adat dan Injil......, 173.

Page 22: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

9

berbeda dari orang biasa. Seperti bangunan-bangunan yang dibuat menggunakan

semen dan ubin.18

Dalam hal memindahkan tulang dari tempat semula ke

monumen yang telah disediakan, dalam adat Batak didahului dengan upacara

liturgis atau ibadah syukur yang dipimpin oleh penatua atau seorang pejabat

gerejawi lainnya. Orang bernyanyi bersama dari buku nyanyian gereja, berdoa dan

memohon berkat Tuhan atas orang-orang yang hidup dan orang-orang yang

mati.19

Tulang-tulang tersebut bisa juga disimpan sementara oleh pihak keluarga

di kediaman mereka sambil menunggu terkumpulnya seluruh tulang-tulang yang

akan dikuburkan oleh pihak keluarga. Jika hal ini terjadi maka pihak keluarga

perlu menyuguhkan makanan-makanan kesukaan dari nenek moyang yang telah

mati tersebut. Misalnya mereka disuguhi tuak, “diberi makan” penganan tepung

beras dan ditawari rokok yang sudah menyala.20

Pendukung pembangunan sebuah patung-tugu/monumen di tanah Batak

adalah sekelompok keluarga, pada umumnya cabang suatu marga yang disebut

sanenek (saompu) yaitu satu nenek atau satu bapa leluhur baik yang tinggal di

desa maupun yang merantau dan biasanya dilakukan oleh anggota keluarga yang

mampu dalam artian biaya pembangunan tugu/monumen lebih banyak ditanggung

oleh mereka kemudian ditambahkan oleh anggota keluarga yang sederhana.

Dengan demikian pembangunan tugu/monumen ini berfungsi sebagai perekat,

pemersatu, bahkan sebagai pendorong semangat yang kuat di bidang sosial dan

ekonomi dalam ikatan keluarga (genealogis) sehingga mampu menjaga keutuhan

persekutuan keluarga besarnya. Selain itu patung-tugu/monumen tersebut juga

berfungsi untuk memohon dan menerima berkat-berkat baru, menambah kekuatan

dengan memperlihatkan kebesaran keturunan dan dengan demikian juga mampu

mengamankan masa depan keturunan selanjutnya.21

Dalam hal rencana pembangunan patung-tugu/monumen tersebut ada

beberapa tahap yang harus disepakati bersama, antara lain: pembicaraan awal,

pemilihan ompu-parsadaan yang untuknya akan didirikan tugu, pemilihan tempat,

18

Lothar, Adat dan Injil......, 174. 19

Lothar, Adat dan Injil......, 176. 20

Lothar, Adat dan Injil......, 177. 21

Lothar, Adat dan Injil......, 186.

Page 23: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

10

jenis dan besarnya tugu, tentang kamar tempat tulang-tulang dan jumlah tulang-

tulang nenek moyang yang akan dikumpulkan, sampai pada persiapan-persiapan

buat peletakan batu pertama serta persiapan pesta peresmian atau pemindahan.22

Dari hal rencana pembangunan patung tugu/monumen tersebut, dapat dilihat

bahwa ada beberapa hal yang mau untuk terus dilestarikan oleh masyarakat suku

Batak yaitu untuk melestarikan tradisi dan struktur kekeluargaan agar terus

terjalin meskipun jarak memisahkan mereka.

Berbicara tentang patung-tugu/monumen dalam versi masyarakat

Minangkabau menyebutnya dengan istilah kuburan. Tugu batu/kuburan tersebut

memiliki halaman yang cukup luas di sekitarnya sehingga biasa digunakan

sebagai tempat upacara pada hari-hari tertentu untuk menghormati roh-roh dan

arwah nenek moyang yang telah meninggal. Namun, sampai masa kini ada

kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat ini berkaitan dengan waktu kunjungan

ke kuburan. Biasanya mereka mengunjungi kerabat mereka yang telah meninggal

tersebut menjelang hari raya, hari ulang tahun dari almarhum/almarhumah

maupun terkait acara-acara yang akan dilangsungkan oleh keluarga. Pihak kerabat

maupun keluarga yang berkunjung biasanya menaikkan doa terlebih dahulu dan

harus membawa makanan serta minuman yang berfungsi sebagai sajian dengan

harapan sajian tersebut akan dimakan oleh penghuni kuburan sehingga mereka

nantinya tidak mengganggu orang-orang yang masih hidup.23

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa patung-

tugu/monumen yang dibuat oleh masyarakat suku Batak, Nias, Riau dan

Minangkabau memiliki tujuan-tujuan yang penting, yaitu untuk mempertahankan

memori bersama pihak yang telah mati, sebagai tanda penghormatan terhadap

pihak yang telah mati, untuk melestarikan tradisi-tradisi dari para leluhur yang

sudah ada sejak dahulu kala, untuk mengenal struktur, peran, fungsi dalam

keluarga, untuk mempererat dan mempersatukan ikatan keluarga besar, untuk

memohon dan menerima berkat-berkat baru, untuk mengamankan masa depan

22

Lothar, Adat dan Injil......, 186. 23

Amir. B dkk, Upacara Tradisional (Upacara Kematian) daerah Sumatera Barat,

(Jakarta, Depdikbud, 1985), 39.

Page 24: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

11

keturunan selanjutnya, dan sebagai tempat keluarga atau kerabat untuk rekreasi

serta melepas lelah di tempat tersebut.

2.2 Tugu sebagai Simbol

Dalam bagian ini penulis membahas tentang simbol namun lebih khusus

menguraikan tentang tugu sebagai simbol.

Simbol merupakan kata yang mempunyai arti dan peran yang penting

dalam kehidupan manusia. Pernyataan ini didukung dengan pemaparan M.

Maclver yang dikutip oleh F.W. Dillistone, bahwa: Kesatuan sebuah kelompok,

seperti semua nilai budayanya, pasti diungkapkan dengan memakai simbol.

Simbol sekaligus merupakan sebuah pusat perhatian yang tertentu, sebuah sarana

komunikasi, dan landasan pemahaman bersama. Setiap komunikasi, dengan

bahasa atau sarana lain, menggunakan simbol-simbol. Masyarakat hampir tidak

mungkin ada tanpa simbol.24

Demikian halnya dengan tugu-tugu yang dibangun

oleh keluarga. Tugu tersebut secara tidak langsung menjadi simbol dari kedukaan

pihak keluarga dan kerabat yang mana dengan adanya tugu tersebut dapat terus

melestarikan nama dan cerita hidup dari almarhum/almarhumah sehingga baik

pihak keluarga maupun kerabat dapat terus mengenang peristiwa hidup sampai

kematian dari almarhum/almarhumah.

Simbol dipandang sebagai sebuah kata atau barang atau objek atau

tindakan atau peristiwa atau pola atau pribadi atau hal yang konkret; yang

mewakili atau yang menggambarkan atau mengisyaratkan atau menandakan atau

menyelubungi atau menyampaikan atau menggugah atau mengungkapkan atau

mengingatkan atau merujuk kepada atau berdiri menggantikan atau mencorakkan

atau menunjukkan atau berhubungan dengan atau bersesuaian dengan atau

menerangi atau mengacu kepada atau mengambil bagian dalam atau menggelar

kembali atau berkaitan dengan; sesuatu yang lebih besar atau transenden atau

24

R.M. Maclver, Society, (Macmillan, 1950), dalam F.W. Dillistone, The Power of

Symbols, 15.

Page 25: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

12

tertinggi atau terakhir: sebuah makna, realitas, suatu cita-cita, nilai, prestasi

kepercayaan, masyarakat, konsep, lembaga, dan suatu keadaan.25

Berdasarkan asal katanya, kata simbol berasal dari bahasa Yunani

symbolon dari kata symballo yang berarti menarik kesimpulan, memiliki arti dan

atau memberi kesan. Simbol adalah sesuatu yang biasanya merupakan tanda

kelihatan yang menggantikan gagasan atau objek. Kata, tanda, isyarat, yang

digunakan untuk mewakili sesuatu yang lain. Simbol juga merupakan hasil dari

kesepakatan atau persetujuan umum, misalnya lampu lalu lintas.26

Kata yang

mengikutinya dan yang paling dekat dalam bahas Latin adalah kata signum atau

symbolium (tanda). Simbol dan tanda dianggap sepadan karena masing-masing

menunjuk pada sesuatu yang lain di luar dirinya. Namun sepadan tidak berarti

sama. Menurut Victor Turner, tanda lebih bersifat tertutup dan tidak dapat

menggantikan atau mewakili sesuatu yang ditunjuknya sedangkan simbol lebih

bersifat terbuka, memiliki hubungan yang sangat erat dan mampu mewakili atau

menggantikan sesuatu yang ditunjuknya. Makna simbol tidaklah sama sekali

tetap. Makna-makna baru dapat saja ditambahkan oleh kesepakatan kolektif pada

wahana-wahana simbolis yang lama. Lagi pula, menurut Turner, individu-

individu dapat menambahkan makna pribadi pada makna umum sebuah simbol.27

A. N. Whitehead dalam bukunya Symbolism, sebagaimana yang dikutip

oleh Dillistone, mengungkapkan bahwa:

Pikiran manusia berfungsi secara simbolis apabila beberapa komponen

pengalamannya menggugah kesadaran, kepercayaan dan gambaran

mengenai komponen-komponen lain pengalamannya. Perangkat

komponen yang terdahulu adalah “simbol” dan perangkat komponen

yang kemudian membentuk “makna” simbol. Keberfungsian organis

yang menyebabkan adanya peralihan dari simbol kepada makna itu

disebut referensi.28

Berbeda dengan Whitehead, Goethe mengartikan bahwa “dalam

simbolisme sejati, yang khusus mengungkapkan yang universal bukan sebagai

impian atau bayangan, melainkan sebagai wahyu yang hidup, dari yang tidak

25

F.W. Dillistone, The Power of Symbols., 20. 26

Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), 1007. 27

W. Dillistone, The Power of Symbols, 114. 28

W. Dillistone, The Power of Symbols...,18.

Page 26: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

13

dapat diduga.”29

Singkatnya, bagi Goethe, simbol adalah sesuatu yang

menggambarkan yang universal. Sedangkan Coleridge menandaskan bahwa

sebuah simbol sebenarnya berpartisipasi dalam realitas yang membuatnya dapat

dimengerti.30

Pandangan Coleridge ini dipahami dalam pembahasan Dillistone

sebagai “substansi”, yang mana sebuah simbol dipahami jauh melebihi sebuah

tanda lahir dan terlihat yang arbitrer untuk sebuah konsepsi yang abstrak; nilainya

yang tinggi terletak dalam suatu substansi bersama dengan ide yang disajikan.31

Dari sekian konsepsi tentang simbol yang bersifat mistis atau rohani di

atas, Arnold Toynbee memilih untuk melihat simbol dengan memfokuskan diri

pada dunia intelek. Bagi Toynbee simbol dimaksudkan bukan untuk merepro

objeknya, tetapi untuk meneranginya.32

Toynbee, sebagaimana dikutip oleh

Dillistone, menyatakan:

Pengujian yang menunjukkan bahwa sebuah simbol berhasil atau gagal

bukan karena simbol merepro atau tidak merepro dengan setia objek yang

ditunjuknya; pengujiannya ialah apakah simbol itu memberikan terang atas

objek itu atau mengaburkan pemahaman kita tentangnya. Simbol yang

efektif adalah simbol yang memberi terang, dan simbol yang efektif

merupakan bagian mutlak perlengkapan intelektual kita. Jika sebuah

simbol harus bekerja dengan efektif sebagai alat untuk tindakan

intelektual, artinya, sebagai “model” simbol harus disederhanakan dan

dipertajam sehingga menjadi seperti sesuatu yang mirip peta sketsa dari

sebuah realitas yang hendak diwakili oleh simbol sebagai pemandu.33

Pandangan Toynbee tentang simbol ini berbanding terbalik dengan

pandangan Erwin Goodenough. Goodenough mendefinisikan simbol sebagai

“barang atau pola yang , apa pun sebabnya, bekerja pada manusia, dan

berpengaruh pada manusia, melampaui pengakuan semata-mata tentang apa yang

disajikan secara harafiah dalam bentuk yang diberikan.”34

Menurut Goodenough,

simbol mempunyai maknanya sendiri atau nilainya sendiri dan bersama dengan

ini simbol pun memiliki kekuatannya sendiri untuk menggerakkan kita.35

Singkatnya, bagi Goodenough referensi yang bersifat intelektual semata-mata

29

W. Dillistone, The Power of Symbols...,18. 30

W. Dillistone, The Power of Symbols...,18. 31

W. Dillistone, The Power of Symbols...,19. 32

W. Dillistone, The Power of Symbols ..,19. 33

W. Dillistone, The Power of Symbols...,19. 34

W. Dillistone, The Power of Symbols...,19. 35

W. Dillistone, The Power of Symbols...,19.

Page 27: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

14

tidak diterima, karena kekuatan simbol itu bersifat emosif, yang merangsang

orang untuk bertindak; dan perihal inilah yang dipandang sebagai ciri hakikinya.36

Dengan menyimak 5 (lima) pandangan tokoh di atas secara bersamaan,

dapat dipahami bahwa simbol merupakan alat yang kuat untuk merangsang daya

imajinasi manusia, dan memperdalam pemahaman dengan menggunakan sugesti,

asosiasi, dan relasi. Sebuah simbol pun pada umumnya disepakati sebagai sesuatu

yang tidak berusaha untuk mengungkapkan keserupaan yang persis atau untuk

mendokumentasikan sesuatu keadaan yang setepatnya.37

Menurut pemikiran Saussurean, simbol adalah jenis tanda di mana

hubungan antara penanda dan petanda seakan-akan bersifat arbitrer.

Konsekuensinya, hubungan kesejarahan akan mempengaruhi pemahaman

manusia. Saussurean menerangkan sebagai berikut:

Salah satu karakteristik dari simbol adalah bahwa simbol tak pernah benar-

benar arbitrer. Hal ini bukannya tanpa alasan karena ada

ketidaksempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda. Simbol

keadilan yang berupa suatu timbangan tak dapat digantikan oleh simbol

lainnya seperti kendaraan (kereta) misalnya.38

Suatu simbol, dari perspektif kita, adalah sesuatu yang memiliki

signifikansi dan resonansi kebudayaan. Simbol tersebut memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi dan memiliki makna mendalam. Kita mempelajari

pengertian simbol dan mengasosiakannya dengan semua jenis kejadian,

pengalaman dan sebagainya yang sebagian besar memiliki pengaruh emosional

bagi kita dan orang lain. 39

Dari berbagai penjelasan tentang arti dan makna simbol di atas, penulis

sampai pada suatu pemahaman bahwa tugu atau monumen yang dibangun

merupakan suatu simbol yang menyimpan sejarah, menyimpan memori yang

pernah ada dan menyimpan cerita dari orang-orang atau peristiwa-peristiwa yang

dianggap begitu penting untuk terus dikenang. Tugu tersebut menjadi tanda

36

W. Dillistone, The Power of Symbols...,19. 37

W. Dillistone, The Power of Symbols...,19. 38

Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan

Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2010), 27. 39

Berger, Pengantar Semiotika...,28.

Page 28: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

15

sekaligus menjadi saksi hidup yang mana dengan melihatnya, realitas masa lalu

seakan diwujudkan atau hidup kembali dalam tugu tersebut.

3. Tugu dan Pelestarian Tradisi

3.1 Gambaran Tempat Penelitian

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Getsemani Tarus Timur merupakan

satu dari sekian banyak gereja yang ada di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa

Tenggara Timur, berlokasi tepat di jalan perbatasan negara Kupang – Dili (Timor

Leste), 15 km dari Kupang, Ibukota Provinsi. Secara geografis, GMIT Getsemani

Tarus Timur terletak di jalan Timor Raya, Desa Mata Air, Kelurahan Tarus,

Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.40

Gedung Gereja Getsemani Tarus Timur berdiri pada tanggal 20 Juni 1960

kemudian mengalami renovasi dan ditahbiskan pada tanggal 19 Agustus 2007.

Sampai dengan tahun 2016, sudah empat (4) tenaga pelayan (pendeta) yang

pernah melayani di gereja tersebut dengan total jumlah jemaat yang terdaftar ialah

452 KK, yang tersebar dalam 30 rayon pelayanan (1a-15b) masing-masing

berjumlah antara 10-22 KK/ rayon. Tingkat pendidikan jemaat Getsemani Tarus

Timur sangat baik karena anggota jemaatnya telah menyadari akan pentingnya

pendidikan bagi generai penerus namun tidak dapat disangkali bahwa ada juga

anak-anak yang enggan bersekolah. Sehubungan dengan pekerjaan jemaat maka

jemaat yang berprofesi petani (80%), PNS (10%), Wiraswasta (3%), Pengusaha

(3%) dan Pedagang (4%).41

Komunitas Jemaat Getsemani Tarus Timur tergolong heterogen yang

ditandai dengan pembaruan etnis Sabu, Rote, Timor, Sumba, Alor, Belu dan

begitu pula bahasa yang digunakan sesuai etnis masing-masing dalam relasi

internal keluarga, namun umumnya jemaat Getsemani Tarus Timur dapat

berbahasa Indonesia secara baik. Status ekonomi jemaat tergolong ekonomi

menengah ke atas yang tampak pada persembahan jemaat yang semakin baik,

ditambah lagi dengan kesadaran memberi yang tinggi sebagai rasa syukur atas

40

Dikutip dari Buku Memori Pelayanan Pdt. H.S.E. Nenosono-Nainupu, S.Th tahun

2010-2016, Jemaat Getsemani Tarus Timur, 1. 41

Memori Pelayanan Pdt. H.S.E. Nenosono-Nainupu, S.Th...., 1.

Page 29: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

16

anugerah Tuhan. Hal ini membuat jemaat Getsemani Tarus Timur berada pada

kategori A, dalam pengelompokan jemaat-jemaat se-Klasis Kupang Tengah.

Persekutuan jemaat cukup solid, relasi sosialnya pun sangat baik karena didukung

oleh ikatan kekeluargaan dan budaya saling membantu dalam urusan adat yang

terkenal dengan “kumpul keluarga” pada saat kematian dan perkawinan.42

3.2 Latar Belakang Pembangunan Tugu Mini

Pada hakikatnya kematian adalah sebuah kepastian, sebagaimana adanya

kehidupan maka kematian pun adalah suatu hal yang pasti akan dialami oleh

manusia. Namun kehidupan dan kematian adalah dua hal yang sangat berbanding

terbalik. Jikalau ada perasaan sukacita yang mengikuti peristiwa kelahiran maka

sebaliknya ada perasaan dukacita yang mengiringi peristiwa kematian. Perasaan

duka, rasa sakit dan kehilangan tentu akan mengikuti pihak keluarga maupun

kerabat yang mengalami peristiwa kematian tersebut. Penyebab kematian pun

terjadi oleh karena berbagai macam peristiwa, seperti kematian karena usia lanjut,

sakit, kecelakaan lalu lintas, dibunuh, bunuh diri dan sebagainya. Tentu ada

perbedaan situasi, perasaan dan reaksi ketika peristiwa kematian yang terjadi

sudah dapat diprediksi atau dipersiapkan sebelumnya, seperti kematian yang

terjadi karena sakit dan usia lanjut. Meskipun sakit karena harus melepaskan

kepergian orang terkasih untuk selamanya namun penerimaan akan peristiwa itu

akan lebih cepat dibandingkan peristiwa kematian secara mendadak yang

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

Bagi warga jemaat Getsemani Tarus Timur, peristiwa kematian yang

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas merupakan sebuah peristiwa yang

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menerimanya. Oleh karena itu,

sebagai reaksi dari perasaan dukacita mereka dibuatlah tanda yang disebut tugu di

tempat kecelakaan itu terjadi. Alasan utama jemaat membuat tanda di tempat

kecelakaan ialah karena sudah merupakan hal yang biasa atau sudah menjadi

tradisi turun temurun di kalangan orang Kupang bahwa ketika ada orang yang

mati karena kecelakaan lalu lintas di jalan raya maka secara spontan baik dari

42

Memori Pelayanan Pdt. H.S.E. Nenosono-Nainupu, S.Th...., 2.

Page 30: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

17

pihak keluarga maupun teman-teman akan membuat tanda di tempat itu. Hanya

saja bentuk dari tugu ini tergantung pihak keluarga dan teman yang membuatnya.

Ada yang membuat secara permanen dan ada yang tidak. Namun lebih banyak

membuat tugu ini secara tidak permanen yaitu hanya dengan susunan batu. Oleh

sebab itu tugu ini tidak akan bertahan lama, biasanya setelah empat puluh hari

tugu ini lama kelamaan akan hilang baik karena dipindahkan maupun karena

tergeser oleh pelebaran jalan, karena hujan dan sudah tidak lagi dikunjungi.43

Menurut mereka tanda yang dibuat di tempat kecelakaan itu berbeda-beda.

Ada yang membuat tugu secara permanen dalam artian tugu tersebut dibuat

dengan bahan pasir, semen dan batu selayaknya kuburan mini dan ada yang hanya

membuat tugu sementara dengan susunan batu, kardus bekas atau karet ban mobil

bekas. Semua ini tentu dilakukan dengan berbagai macam alasan yang

mendasarinya. Bagi jemaat yang membuat tugu secara permanen beranggapan

bahwa tempat itu sangat penting bagi mereka sehingga perlu untuk terus

diabadikan sedangkan bagi jemaat yang membuat tugu sementara yaitu hanya

dengan susunan batu, mereka beranggapan bahwa tempat itu hanya sebagai tanda

untuk mengingatkan keluarga, teman juga pengguna jalan lainnya sehingga

keberadaanya hanya berlangsung beberapa saat pasca kejadian, setelah itu akan

hilang dengan sendirinya atau dipindahkan oleh pihak keluarga maupun pengguna

jalan lain karena dapat mengganggu aktivitas di jalan umum tersebut.44

Di jemaat Getsemani Tarus Timur sendiri lebih banyak yang membuat

tugu secara tidak permanen yaitu dengan susunan batu, karet ban mobil bekas dan

kardus bekas dengan alasan bahwa tempat tersebut hanyalah merupakan sebuah

tanda tempat terjadinya kecelakaan yang menyebabkan kematian pada salah

seorang kerabat mereka dan keberadaannya juga tidak berlangsung lama sehingga

tidak perlu dibuat secara permanen. Jemaat beranggapan bahwa ketika tanda itu

tidak dibuat juga sebenarnya tidak menjadi masalah, sebab dianggap tidak terlalu

penting keberadaannya. Selain itu, mereka juga menganggap bahwa hal yang

43

Wawancara dengan Ibu YH (4 September 2016) dan Pemuda (6 September 2016) di

rumah narasumber dan di Gereja. 44

Wawancara dengan Bapak YT (4 September 2016), Ibu YH (4 September 2016) dan

Pemuda (6 September 2016) di rumah masing-masing narasumber dan di Gereja.

Page 31: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

18

dilakukan tersebut bertentangan dengan iman Kristen, yang mana mereka percaya

bahwa ketika mati, tubuh dan roh telah terpisah, tubuh memang masih ada

bersama keluarga sampai dimakamkan dan roh telah kembali kepada Sang

Pencipta sehingga tidak perlu lagi membuat tugu di tempat kecelakaan itu

terjadi.45

Namun harus diakui bahwa pemahaman setiap orang itu berbeda-beda.

Pada pihak lain, ada jemaat yang merasa perlu untuk membuat tanda

berupa tugu di tempat kecelakaan karena pasca kejadian tersebut tempat itu

disebut sebagai tempat yang “panas” dalam artian arwah dari korban masih ada di

tempat itu sehingga tempat itu perlu untuk dijaga sampai benar-benar arwahnya

telah kembali kepada sang pencipta karena kalau tidak dijaga dapat mencelakakan

orang-orang yang melintasi tempat tersebut. Selain itu ada juga pendapat bahwa

tugu tersebut sebagai bukti cinta kasih dan solidaritas mereka terhadap korban

sehingga mereka merasa wajib untuk membuatnya.46

Ada juga yang berpendapat

bahwa sebenarnya membuat tugu ataupun tidak, itu tidak berpengaruh karena

selagi teman-teman masih merasa bersyukur karena pernah ada dalam

kebersamaan dengan almarhum/almarhumah, masih bisa untuk terus mengenang

mereka dan mendoakannya maka tentunya tanpa tugu pun tidak masalah. Namun

hanya karena tradisi masyarakat Kupang yang kebiasaan membuat tugu di tempat

kecelakaan sehingga dibuatlah tugu tersebut. Ada juga sebuah kebiasaan ketika

melewati tugu tersebut maka para penguna jalan biasanya membunyikan klakson

kendaraannya untuk menegur almarhum/almarhumah seolah-olah mereka ada di

tempat itu.47

Menurut beberapa orang tokoh Gereja, tradisi ini memang sudah sejak

dulu dilakukan dan sampai masa kini pun masih terus dilakukan. Hanya saja ada

perbedaan antara tradisi yang dulu dengan masa kini. Bedanya mungkin kalau

dulu, pengganti menyalakan lilin ialah menyekar bunga-bunga rampai di tempat

kecelakaan tersebut. Namun menandai tempat kecelakaan dengan tugu permanen

atau menyusun batu tersebut baru dimulai beberapa tahun silam agar dapat

45

Wawancara dengan Bapak YT (4 September 2016), Ibu JL, sdr. M (7 September 2016)

rumah masing-masing narasumber. 46

Wawancara dengan Ibu YH (4 September 2016), Pemuda (6 September 2016) dan Pdt.

JH (7 September 2016) di rumah masing-masing narasumber. 47

Wawancara dengan Pemuda (6 September 2016) di Gereja.

Page 32: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

19

menandai tempat itu karena tepat di jalan raya sehingga para pengguna jalan tidak

melintasi tempat tersebut pasca peristiwa itu terjadi.48

Dari uraian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pertama,

tindakan membuat tanda di tempat kecelakaan lalu lintas pada umumnya ialah

merupakan tradisi turun temurun yang masih dilakukan sampai dengan saat ini.

Kedua, tidak ada pengaruh apa pun baik bagi keluarga maupun teman-teman

almarhum/almarhumah untuk wajib membuat tugu tersebut, semuanya tergantung

kepercayaan dan keinginan dari pihak yang membuat tugu tersebut. Ketiga, masih

ada kepercayaan bahwa arwah korban kecelakaan masih ada di tempat peristiwa

kecelakaaan itu terjadi sehingga perlu untuk membuat tugu. Keempat, pembedaan

jenis tugu yang dibuat juga tergantung pemaknaan dari pihak-pihak yang

membuat tugu tersebut. Kelima, tugu yang biasanya dibangun di tempat terjadinya

kecelakaan lalu lintas ialah tugu yang berukuran mini atau kecil, yang tidak

bersifat permanen, dan dibuat dengan menggunakan batu-batu yang ada di sekitar

tempat kejadian, menggunakan kardus-kardus bekas dan karet ban mobil bekas.

Ini menunjukkan bahwa bukan tugunya yang penting melainkan makna dan

manfaat di balik tugu tersebutlah yang menjadi alasan utama tradisi tersebut

masih dilakukan sampai saat ini.

3.3 Kebiasaan di sekitar Tugu Mini

Tindakan membuat tanda di tempat terjadinya kecelakaan lalu lintas di

wilayah jemaat Getsemani Tarus Timur lebih banyak dilakukan oleh teman-teman

korban kecelakaan tersebut. Kebanyakan yang mengalami kematian akibat

kecelakaan lalu lintas ialah pemuda/pemudi sehingga teman-teman merekalah

yang berinisiatif untuk membuat tanda berupa tugu di tempat kecelakaan

tersebut.49

Keluarga sendiri seringkali tidak dilibatkan dalam proses pembuatan

tugu di tempat kecelakaan tersebut, apalagi pihak Gereja. Berdasarkan pernyataan

dari pihak keluarga maupun Gereja, sejauh ini belum ada pihak keluarga maupun

teman-teman almarhum/almarhumah yang datang untuk meminta izin membuat

48

Wawancara dengan Bapak YT (4 September 2016), Bapak BD (14 September 2016)

dan Ibu MP (4 September 2016) di rumah masing-masing narasumber. 49

Wawancara dengan Bapak YT (4 September 2016) di Gereja.

Page 33: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

20

tugu di tempat kecelakaan kepada pihak Gereja. Sama halnya juga dengan teman-

teman almarhum/almarhumah, sejauh ini tidak ada dari mereka yang datang untuk

meminta izin kepada keluarga maupun Gereja untuk membuat tugu di tempat

kecelakaan.50

Hal tersebut dilakukan atas kesadaran dan inisiatif dari teman-teman

almarhum/almarhumah. Meskipun demikian keluarga merasa bersyukur karena

tanpa diperintah, teman-teman dari korban kecelakaan lalu lintas secara spontan

langsung melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Keluarga menganggap

bahwa tindakan tersebut sebagai reaksi ungkapan dukacita dan persahabatan yang

begitu tinggi di antara mereka.51

Tugu tersebut mulai dibuat sejak saat peristiwa kecelakaan yang

menyebabkan kematian itu terjadi. Kemudian malamnya mulai dikunjungi oleh

teman-teman dan malam ketiga setelah pemakaman baru mulai dikunjungi oleh

pihak keluarga.52

Tugu yang telah dibuat tersebut biasanya bertahan sampai

malam keempat puluh, namun rutin dikunjungi setiap malamnya hanya mulai

malam pertama sampai malam kesembilan dan malam keempat puluh, juga ada

yang setiap kali tanggal dan bulan peristiwa kecelakaan itu pergi mengunjungi

tugu tersebut. Setelah itu tempat tersebut sudah tidak rutin lagi dikunjungi bahkan

karena tugu tersebut tidak permanen sehingga dapat dibuang baik oleh teman-

teman almarhum/almarhumah maupun para pengguna jalan tersebut atau hanya

dipindahkan agar tidak mengganggu aktivitas di jalan umum tersebut.53

Setelah

waktu-waktu yang disebutkan di atas, lebih banyak pihak kerabat maupun

keluarga yang langsung mengunjungi tempat korban dimakamkan yaitu kuburan.

Aktivitas yang biasanya dilakukan ketika mengunjungi tempat kecelakaan

tersebut ialah berdoa, menyalakan lilin kemudian ditempatkan di tugu itu, duduk

melingkari tugu tersebut sambil bernyanyi, bercerita satu dengan yang lain

tentang kisah hidup dari almarhum/almarhumah, apa yang biasa dilakukan, apa

50

Wawancara dengan Pdt. JH, Ibu JL (7 September 2016 (7 September 2016), Bapak YT

(4 September 2016) , Ibu MP (4 September 2016) dan Bapak HT (20 September 2016) di rumah

masing-masing narasumber 51

Wawancara dengan Ibu YH (4 September 2016) di rumah narasumber. 52

Wawancara dengan Ibu JL, Sdr. ML (7 September 2016) dan Pemuda (6 September

2016) di rumah masing-masing narasumber. 53

Wawancara dengan Bapak YT, Ibu MP (4 September 2016), Pemuda (6 September

2016), Ibu JL, Sdr. ML (7 September 2016) dan Sdr. JB, PH, DL (9 September 2016) di rumah

masing-masing narasumber.

Page 34: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

21

yang disukai dan masih banyak cerita tentang kehidupan dari

almarhum/almarhumah seraya mengingat kembali teman mereka semasa

hidupnya. Selain itu, ada juga yang datang ke tugu tersebut dengan membawa

makanan, minuman, maupun benda-benda yang disukai oleh

almarhum/almarhumah kemudian diletakkan di tempat itu, seperti membawa

rokok, sirih pinang, kue dan teh. Tujuan meletakkan makanan-makanan ini di

tempat kecelakaan bukan karena meyakini bahwa arwah dari

almarhum/almarhumah akan datang dan menikmati makanan juga minuman

tersebut melainkan hanya sekedar membawa dan meletakan di tempat itu karena

mengingat bahwa tempat itu merupakan tempat terakhir dari kehidupan

almarhum/almarhumah.54

Meskipun demikian, ada juga yang beranggapan bahwa

arwah dari almarhum/almarhumah masih ada di tempat itu sehingga mereka

merasa perlu untuk terus mengunjungi tempat tersebut sampai malam keempat

puluh dan perlu membawa makanan juga benda-benda kesukaan

almarhum/almarhumah sehingga mareka lebih senang, kemudian arwahnya dapat

pergi dengan tenang dan tidak mengganggu kehidupan keluarga maupun teman-

teman yang masih hidup.55

Sebab ada juga di antara jemaat yang masih percaya

bahwa setelah peristiwa kecelakaan tersebut, arwah dari almarhum/almarhumah

masih ada di sekitar tempat kecelakaan itu sampai malam keempat empat puluh,

setelah itu arwah almarhum/almarhumah dapat kembali kepada Sang Pencipta.

Biasanya waktu yang biasa dihabiskan untuk mengunjungi tempat kecelakaan

tersebut ialah berkisar dari 30 menit sampai 1 jam.56

Berdasarkan pemahaman dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh

jemaat Getsemani Tarus Timur pada tugu tersebut, penulis dapat memberikan

kesimpulan bahwa pertama, karena kebanyakan yang menjadi korban kecelakaan

lalu lintas itu adalah kaum muda sehingga lebih banyak yang membuat tanda

berupa tugu di tempat kecelakaan ialah rekan-rekannya sesama kaum muda.

Kedua, pembuatan tugu tersebut dilakukan secara spontan oleh teman-teman

almarhum/almarhumah tanpa dikomunikasikan lebih dulu kepada keluarga

54

Wawancara dengan Ibu YH (4 September 2016) di rumah narasumber. 55

Wawancara dengan Bapak HT (20 September 2016) dan Ibu YH (4 September 2016) di

rumah masing-masing narasumber. 56

Wawancara dengan Ibu YH (4 September 2016) di rumah narasumber

Page 35: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

22

maupun pihak Gereja. Ketiga, tugu tersebut mulai dibuat sejak peristiwa kematian

itu terjadi dan bertahan sampai hari ke empat puluh. Keempat, tugu tersebut mulai

rutin dikunjungi saat malam pertama di hari peristiwa itu terjadi sampai malam ke

sembilan, kemudian malam ke empat puluh dan ada juga yang mengunjungi saat

peringatan satu atau dua tahun kejadian tersebut. Kelima, saat mengunjungi tugu

tersebut, ada juga yang membawa makanan dan benda-benda kesukaan

almarhum/almarhumah dengan tujuan hanya untuk diletakkan di tugu tersebut

karena semasa hidupnya almarhum/almarhumah menyukai hal-hal tersebut dan

sebagai bukti bahwa meskipun tubuh dan jiwa telah tiada namun kasih sayang dari

keluarga dan teman-teman masih tetap ada buat mereka. Keenam, masih ada

kepercayaan bahwa setelah peristiwa kematian itu terjadi, arwah dari

almarhum/almarhumah masih tinggal di sekitar tempat kecelakaan sehingga

mereka datang mengunjungi tempat itu sambil membawa makanan dan benda

kesukaan almarhum/almarhumah supaya mereka lebih senang dan ketika sudah

tiba waktunya, mereka bisa pergi dengan tenang kepada Sang Pencipta. Ketujuh,

aktivitas yang biasa dilakukan ketika rutin mengunjungi tugu tersebut ialah

bernyanyi, berdoa, menyalakan lilin dan berbagi cerita tentang masa hidup

almarhum/almarhumah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tempat tersebut

mampu menyatukan teman-teman maupun keluarga dan tugu itu menyimpan

kenangan tersendiri tentang kehidupan almarhum/almarhumah.

3.4 Tujuan Pembangunan Tugu Mini

Keberadaan tugu tersebut memiliki tujuan serta harapan bagi jemaat

Getsemani Tarus Timur. Adapun beberapa tujuan dan harapan yang terkandung

dalam tugu di tempat kecelakaan lalu lintas yaitu pertama, untuk mengingatkan

keluarga bahwa di tempat itulah nyawa almarhum/almarhumah terenggut

sekaligus menjadi tempat terakhir dari kehidupan mereka. Kedua, ada hubungan

atau relasi kasih antara pihak yang membuat tugu dan almarhum/almarhumah,

sehingga bisa dikatakan bahwa pembangunan tugu tersebut menunjukkan bukti

kasih dari keluarga maupun teman yang membuat tugu itu. Ketiga, untuk

memperingatkan para pengguna jalan agar lebih berhati-hati dalam berkendara,

karena sudah ada bukti dari ketidakhati-hatian seperti yang ditandai melalui tugu

Page 36: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

23

tersebut. Keempat, agar tempat itu jangan dulu di lintasi oleh para pengguna jalan

karena masih “panas”. Kelima, sebagai ungkapan perasaan kehilangan dan duka

yang mendalam dari kerabat almarhum/almarhumah. Keenam, untuk mengenang

kembali kisah hidup almarhum/almarhumah sampai menemui ajalnya. Ketujuh,

untuk meluruskan jalan pulang almarhum/almarhumah menuju Sang Pencipta

agar mereka bisa pulang dengan tenang dan tidak mengganggu teman/keluarga

yang masih hidup.57

Tujuan lain mereka membuat dan mengunjungi tempat kecelakaan itu

ialah sebagai ungkapan syukur dengan apa yang telah Tuhan lakukan dalam hidup

almarhum/almarhumah sampai kematiannya dan juga bersyukur karena

almarhum/almarhumah pernah ada dalam kebersamaan dengan mereka. Namun

ada juga yang mengatakan bahwa sampai dengan saat ini mereka tidak tahu pasti

mengapa orang perlu datang dan menyalakan lilin di tempat kecelakaan, apalagi

sampai berdoa di tempat tersebut. Menurutnya, ini merupakan satu hal yang salah

dan tidak sesuai dengan ajaran Kristen. Banyak yang hanya sebatas “ikut arus”

dalam artian mengikuti tradisi atau kebiasaan yang sudah ada dan terus dilakukan

sampai masa kini. Meskipun demikian, ketika melihat tugu tersebut mereka dapat

mengenang kembali masa pahit bagaimana kerabat mereka menemui ajalnya dan

perasaan sakit ketika peristiwa itu terjadi kembali muncul ketika melihat tugu

tersebut maupun mengunjungi tempat itu. Jadi, tempat itu mampu mengolah

perasaan berduka dari pihak keluarga untuk bisa menerima kenyataan bahwa

memang almarhum/almarhumah sudah tiada. Namun juga di lain pihak dengan

melihat tugu tersebut keluarga dapat kembali merasakan saat-saat di mana

peristiwa itu terjadi yang tentu sangat menyakitkan. Selain itu, ketika teman-

teman mengunjungi tugu tersebut maka mereka dapat berbagi informasi tentang

peristiwa kecelakaan itu kepada orang-orang yang melintasi tempat kecelakaan

tersebut sehingga bukan hanya keluarga dan teman saja yang mengetahui tetapi

orang lain pun bisa mengetahui tentang peristiwa tersebut sekaligus belajar dari

peristiwa tersebut.58

57

Wawancara dengan Bapak YT, Ibu MP, Ibu YH (4 September 2016) dan Pdt. JH (7

September 2016) di rumah masing-masing narasumber. 58

Wawancara dengan Pemuda (6 September 2016) di Gereja.

Page 37: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

24

Tentu ada kesan tersendiri bagi keluarga maupun teman-teman sehingga

mereka membuat dan mengunjungi tugu tersebut. Ada makna yang mendalam

bagi mereka ketika membuat tugu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan

bertindak mereka. Meskipun almarhum/almarhumah sudah tidak ada namun

mereka masih bisa merasakan keberadaannya dan almarhum/almarhumah tetap

menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga mereka membuat tugu dan

mengunjunginya untuk menyalakan lilin. Menurut salah seorang tokoh jemaat,

tradisi ini tidak perlu dihilangkan sebab sudah merupakan tradisi turun-temurun

sejak zaman dulu dan sejauh tradisi ini tidak menyimpang dari ajaran Kristen

maka boleh untuk diteruskan. Ini juga merupakan budaya lokal sehingga jangan

sampai dihapuskan atau dihancurkan. Hanya saja kita bisa membaharuinya agar

tidak terjadi kesalahpahaman dan penyimpangan.59

Keberadaan tugu tersebut hanyalah simbol kedukaan yang merupakan

ungkapan turut berduka, rasa empati, ungkapan kesedihan dan bukan sebagai

suatu bentuk penyembahan berhala di dalamnya. Biasanya dilihat dari kisah hidup

almarhum/almarhumah, misalnya ketika almarhum/almarhumah suka

mengkonsumsi alkohol, rokok, sirih pinang dan sebagainya maka baik itu teman-

teman maupun keluarga yang datang mengunjungi tugu tersebut, mereka datang

dan membawa makanan dan minuman tersebut, menikmati bersama dan juga

ditinggalkan di tempat itu kemudian pulang. Penyembahan berhala tentu berbeda,

tempatnya bukanlah di tempat umum melainkan di tempat-tempat yang telah

dikhususkan dan tidak dikunjungi beramai-ramai seperti yang dilakukan oleh

jemaat Getsemani Tarus Timur. Kemudian berkaitan dengan doa biasanya mereka

berdoa bukan sebagai sebuah penyembahan berhala melainkan hanya sebatas doa

pribadi untuk almarhum/almarhumah agar pergi dengan tenang bersama Sang

Pencipta. Tetapi ada juga yang berdoa di tugu tersebut karena

almarhum/almarhumah berada jauh dari mereka dalam artian tempat kecelakaan

dan tempat jenazah disemayamkan letaknya sangat berjauhan, jikalau seperti ini

biasanya teman-teman ataupun keluarga datang ke tugu itu dan berdoa untuk

mereka yang telah meninggal. Selain itu, terdapat juga pemahaman bahwa

keberadaan tugu dan aktivitas mengunjungi tugu tersebut memang tidaklah

59

Wawancara dengan Pdt. JH (7 September 2016) di Pastori.

Page 38: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

25

bermasalah atau tidak dapat dilarang. Namun menjadi berlebihan apabila datang

dengan membawa makanan maupun benda-benda favorit dari

almarhum/almarhumah dan ditempatkan di tugu tersebut. Namun demikian, hal-

hal tersebut juga tidak dapat dikatakan sebagai penyembahan berhala karena

kebanyakan makanan dan benda-benda favorit itu hanyalah sebatas simbol

kepedulian terhadap almarhum/almarhumah dan ketika pemberian makanan atau

benda tersebut hanya sebagai simbol dan iman mereka masih tertuju pada Yesus

Kristus yang memberi kehidupan dan mengambil kehidupan menurutnya tidak

menjadi masalah. Keberadaan tugu itu merupakan bagian dari kesedihan keluarga

dan teman-teman dan sebagai simbol dari kesedihan mereka. Tugu adalah simbol

relasi juga simbol kematian. Aktivitas menyalakan lilin pun hanya sebagai tanda.

Tujuannya juga hanya untuk mengenang dan sambil mengimani Yesus Kristus

yang punya kuasa untuk memberi dan mengambil kehidupan manusia.60

Berdasarkan semua uraian di atas, penulis dapat memahami bahwa

keberadaan tugu yang dibuat oleh jemaat Getsemani Tarus Timur hanyalah

sebagai simbol kedukaan dari pihak keluarga maupun teman-teman. Tugu tersebut

membuktikan bahwa ada relasi kasih yang pernah terjalin antara pembuat tugu,

pengunjung dengan almarhum/almarhumah. Lilin yang dinyalakan maupun

makanan yang dibawa saat mengunjungi tempat itu hanyalah sebagai tanda dari

bentuk kepedulian mereka kepada almarhum/almarhumah. Ke depan tradisi ini

masih bisa untuk diteruskan karena ini juga bagian dari warisan leluhur yang

bernilai dan memiliki makna untuk menjaga keutuhan relasi kasih yang ada.

Selain itu di balik tugu tersebut tersimpan sejarah panjang tentang kehidupan

almarhum/almarhumah sampai menemui ajalnya. Sehingga tradisi ini masih layak

untuk diteruskan asalkan tidak bertentangan dengan iman Kristen.

4. Makna Keberadaan Tugu bagi warga jemaat GMIT Getsemani Tarus

Timur

Berdasarkan hasil studi teoritis, dan lapangan yang dilakukan dalam

penelitian ini penulis menemukan fakta-fakta yang menarik, yaitu:

60

Wawancara dengan Pdt. JH (7 September 2016) di Pastori.

Page 39: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

26

4.1 Ada Kehidupan Setelah Kematian

Pertama, ada kepercayaan warga jemaat Getsemani Tarus Timur bahwa

kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Setelah mengalami kematian, tubuh dan

jiwa akan terpisah. Mereka meyakini bahwa kematian merupakan sebuah babak

kehidupan baru bersama para pendahulunya. Kepercayaan seperti ini ternyata

bukan hanya ada dalam wilayah jemaat Getsemani Tarus Timur namun ada juga

dalam kepercayaan orang Sabu dan orang Sumba. Orang sabu dan Sumba percaya

bahwa kehidupan di dunia seberang (setelah kematian) itu ada dan perlu

dilakukan ritual khusus untuk mengantarkan arwah dari orang yang telah mati

tersebut ke tempat tujuan mereka, yang bagi orang Sabu disebut Kolo Rai A, Tana

Ra Deo yang berarti tempat manusia pertama, Allah Pencipta manusia pertama,61

dan bagi orang Sumba disebut Paraingu Marapu.62

Dalam iman Kristen ada

pandangan para teolog Kristen tentang keberadaan manusia pada saat kematian

dan dibagi dalam 4 tipologi. Pertama, diskontinuitas yang berkembang antara

tubuh dan jiwa. Pengalaman menunjukkan bahwa ada perbedaan perkembangan

antara tubuh dan jiwa. Perkembangan tubuh makin melemah seiring dengan

bertambahnya usia seseorang sementara jiwa menjadi makin kuat. Pada saat

kematian terjadi anima separate, yakni terpisahnya jiwa dari tubuh. Kematian

hanya berlaku bagi tubuh sedangkan jiwa bersifat kekal. Jiwa manusia itu

immortal, tidak takluk pada kematian. Pada saat tubuh mati, jiwa masih berada di

sekitar tubuh. Ia baru akan pergi ke negeri para leluhur jika diantar melalui satu

upacara. Kematian adalah sebagai saat dimana tubuh dan jiwa yang semua adalah

satu berpisah. Tubuh yang fana ini kembali ke tanah yang adalah asalnya.

Sementara jiwa kembali kepada Allah yang daripadanya dia berasal. Kedua,

kontinuitas yang berkelanjutan dan permanen antara tubuh dan jiwa. Kematian

adalah akhir dari kehidupan. Kematian membuat manusia tidak ada lagi.

Kematian terjadi atas tubuh dan jiwa atau roh. Manusia adalah satu totalitas:

tubuh dan jiwa atau roh. Karena itu tubuh dan jiwa takluk pada kematian. Hanya

Tuhan Allah saja yang tidak takluk pada maut (1 Tim. 6:16), karena kematian

61

Ebenhaizer I. Nuban Timo, Sabu Punya Cerita: Injil di Rai Due Nga Donahu 100

tahun Lalu, (Salatiga: Sata Wacana University Press, 2014), 87. 62

F.D. Wellem, Injil dan Marapu: Suatu studi historis-teologis tentang perjumpaan Injil

dengan masyarakat Sumba periode 1876-1990, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004) ,85.

Page 40: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

27

berhubungan dengan tubuh dan roh sekaligus. Ketiga, kontinuitas yang positif

akan kesatuan tubuh dan jiwa. Kesatuan tubuh dan jiwa mendapat perhatian untuk

berbicara tentang kehidupan. Kalau tidak ada tubuh maka tidak ada jiwa, karena

itu jiwa membutuhkan sesuatu di tempat dia menetap. Dengan binasanya tubuh,

jiwa mencari tempat tinggal yang baru kesetiaan Allah terletak dalam hal

kemurahannya untuk menjamin adanya tempat tinggal yang baru bagi jiwa. Allah

bertindak untuk mencarikan rumah baru bagi jiwa. Rumah baru itu adalah dari

kenyataan ciptaan yang ada. Pandangan ini membawa kita pada ajaran tentang

reinkarnasi. Keempat, kontinuitas yang transformatif dari kesatuan tubuh dan

jiwa. Pandangan ini hampir sejajar dengan pendapat pertama. Akan tetapi, jika

pendapat pertama hanya mengatakan tentang menurunnya perkembangan tubuh,

sementara perkembangan jiwa terus meningkat serta mengabaikan adanya

kebangkitan, pandangan keempat berbicara tentang transformasi tubuh yang

menurun itu ke dalam bentuk baru yang mulia, sehingga layak untuk penyatuan

kembali di masa depan dengan jiwa pada saat kebangkitan orang mati.63

Dari keempat pandangan para teolog tersebut, dapat dipahami bahwa

pandangan pertama berhubungan dengan kepercayaan tradisional dan budaya dari

setiap daerah yang masih meyakini bahwa kematian bukanlah akhir dari

kehidupan melainkan sebuah kelanjutan hidup yang baru, dalam artian manusia

tidak mati dalam pengertian habis, hilang secara total dan definif. Kemudian

pandangan keempat merupakan transformasi atau pembaharuan pandangan

pertama dengan berlandaskan pada iman Kristen yang menegaskan bahwa ada

pemulihan tubuh yang telah mati sehingga layak untuk dipersatukan kembali

dengan jiwa pada saat kebangkitan orang mati. Ini menunjukkan bahwa iman

Kristen telah membawa pengaruh yang kuat dalam membaharui pola pemikiran

manusia yang menganggap bahwa kematian adalah akhir dari kehidupan.

4.2 Reaksi Spontan atas Kematian secara Mendadak

Kedua, kematian secara mendadak atau tanpa persiapan seperti kematian

yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas membuat arwah dari korban yang

63

Ebenhaizer I. Nuban Timo, Allah Menahan Diri Tetapi Pantang Berdiam Diri,

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 390-393.

Page 41: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

28

telah meninggal belum siap menerima kematian yang terjadi pada dirinya. Arwah

yang seperti itu diyakini dapat mengganggu bahkan mencelakakan baik keluarga,

teman-teman maupun orang-orang yang melintasi tempat kecelakaan tersebut

sehingga dibuatlah tugu untuk menandai dan menjaga tempat kecelakaan tersebut

selama beberapa waktu pasca kejadian, dengan demikian setiap orang yang

melintasi tempat itu bisa mengetahui bahwa pernah terjadi kecelakaan di tempat

itu dan mereka harus lebih berhati-hati. Bagi masyarakat lain, terutama orang

Sabu, justru pengalaman demikian dianggap begitu mengerikan dan membuat

mereka menjadi takut untuk mengunjungi tempat-tempat yang membuat orang

mati secara mendadak karena diyakini bahwa rohnya akan kembali dan membawa

malapetaka. Oleh sebab itu tidak ada seorang pun yang berani untuk berada dekat

tempat kejadian, baik untuk sekedar lewat apalagi membuat bangunan atau rumah

tinggal.64

Mengacu pada apa yang dikatakan oleh Eseis Francis Bacon bahwa

manusia takut akan kematian seperti anak-anak takut pergi ke tempat gelap; dan

sebagaimana rasa takut alamiah pada anak-anak makin besar dengan mendengar

dongeng-dongeng, demikian juga rasa takut akan maut pada manusia dewasa

bertambah bila mereka mendengar cerita-cerita tentang kematian. Maka hal itu

tidak lagi dijumpai dalam kehidupan warga jemaat Getsemani Tarus Timur.

Pengaruh iman Kristen telah memberikan perubahan persepsi mereka tentang

kematian, sehingga dari tempat yang mengerikan dan menakutkan berubah

menjadi menjadi tempat untuk berkumpul dan menghidupkan kembali kenangan

bersama almarhum/almarhumah. Hal ini juga sepadan dengan makna simbol

sebagai alat yang kuat untuk merangsang daya imajinasi manusia dan mampu

memperdalam pemahaman manusia melalui simbol tersebut, artinya keberadaan

tugu mampu menghadirkan kembali memori bersama almarhum/almarhumah dan

secara tidak langsung keberadaan tugu mampu membuat pihak keluarga maupun

kerabat yang berduka bisa memaknai dengan baik peristiwa tersebut.

4.3 Makna Tugu bagi Keluarga

Ketiga, bagi keluarga tugu tersebut menjadi tempat untuk dikunjungi pasca

peristiwa kecelakaan terjadi sekaligus menjadi sarana untuk mengingat kembali

64

Ebenhaizer, Sabu Punya Cerita...., 85.

Page 42: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

29

bagaimana perjalanan hidup dari orang yang mereka kasihi sampai menemui

ajalnya. Tugu tersebut menjadi simbol ungkapan kedukaan dan kesedihan dari

keluarga. Hal serupa juga ada dalam tradisi orang Batak yang juga membuat tugu-

tugu peringatan sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada para

leluhur yang telah meninggal.65

Pemaknaan tugu sebagai simbol ungkapan

kedukaan dan kesedihan keluarga sepadan dengan arti simbol menurut Erwin

Goodenough yang dikutip oleh F.W Dillistone dalam bukunya yang mengatakan

bahwa simbol mempunyai maknanya sendiri atau nilainya sendiri dan simbol pun

memiliki kekuatannya sendiri untuk menggerakkan kita. Simbol mampu

mewakili, menggambarkan, mengisyaratkan, menandakan, menyelubungi,

menyampaikan, menggugah, mengungkapkan dan mengingatkan.66

Hal ini berarti

tugu menyimpan sejarah atau cerita dibaliknya. Keberadaan tugu yang demikian

tentu memiliki daya tersendiri untuk menggerakkan dan menggugah perasaan

manusia apalagi keluarga dan kerabat terdekat.

4.4 Makna Tugu bagi Teman-teman

Keempat, bagi teman-teman dalam hal ini mereka yang paling aktif dalam

hal membuat dan mengunjungi tugu serta berdasarkan kebiasaan yang dilakukan

di sekitar tugu menunjukan bahwa tugu tersebut sangat berarti bagi mereka.

Meskipun awalnya hanya merupakan bagian dari tradisi atau kebiasaan turun

temurun yang diusahakan untuk terus ada dan tidak punah namun pada akhirnya

ada makna tersendiri yang begitu penting dibalik tugu tersebut bagi mereka.

Keberadaan tugu itu sebagai bukti solidaritas persahabatan mereka, sebagai

ungkapan kesatuan dalam sebuah kebersamaan yang pernah terjalin di antara

mereka. Tugu itu mampu menjadi pusat perhatian baik dari teman maupun kerabat

jauh maupun dekat. Ada pemahaman maupun cerita yang akan dibahas di tempat

itu dan akan terus dikenang meskipun tidak ada lagi tugu di tempat kecelakaan itu

sehingga memunculkan kebiasaan membunyikan klakson kendaraan ketika

melintasi tempat kecelakaan tersebut, seolah-olah almarhum/almarhumah masih

65

Lothar Schreiner, Adat dan Injil: Perjumpaan adat dengan iman Kristen di Tanah

Batak Cetakan ke-7, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), 168. 66

F.W. Dillistone, The Power of Symbols, SCM Press Ltd.,London 1986, ter. A.

Widyamarta (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 18.

Page 43: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

30

berada di tempat itu. Pemaknaan seperti ini selaras dengan arti simbol menurut M.

Maclver yang tertulis dalam buku The Power of Symbols yang menyatakan bahwa

simbol mengungkapkan kesatuan sebuah kelompok sekaligus merupakan sebuah

pusat perhatian, sebuah sarana komunikasi dan landasan pemahaman bersama.67

Keberadaan tugu memiliki daya tarik tersendiri yang mampu mengajak dan

merangkul teman-teman yang jauh maupun dekat untuk duduk bersama dalam

sebuah kebersamaan di tugu tersebut degan satu ikatan perasaan yang sama yaitu

berduka. Selain itu, tugu yang dibuat oleh teman-teman juga mau mengisyaratkan

bahwa kematian adalah hal yang tidak dapat dihindari tetapi kematian tidak dapat

menghilangkan memori atau memutuskan persahabatan yang sudah terjalin dan

lewat keberadaan tugu tersebut mampu mempertegas akan hal itu.

4.5 Makna Tugu bagi masyarakat Umum

Kelima, bagi masyarakat umum tugu tersebut bermakna universal

sebagaimana pemaparan dari Goethe yang mengatakan bahwa simbol adalah

adalah sesuatu yang menggambarkan yang universal dalam artian keberadaan tugu

sebagai simbol kedukaan dapat dilihat oleh semua orang dan semua orang dapat

mengambil pelajaran dari peristiwa di balik tugu tersebut, sehingga tugu tersebut

menjadi sarana untuk mengingatkan mereka bahwa di tempat itu pernah terjadi

kematian akibat kecelakaan lalu lintas karena kecerobohan, ketidakpedulian, sikap

meremehkan aturan dari para pengguna jalan sehingga mereka yang melihat tugu

tersebut dapat lebih berhat-hati dalam bekendara. Tugu sebagai simbol layaknya

rambu-rambu lalu lintas di jalanan yang bisa mengingatkan masyarakat umum

agar lebih bijaksana ketika melintas di jalan raya karena tentu ada dampak yang

besar dari setiap kesalahan fatal yang dilakukan.

4.6 Makna Pemberian Makanan di Tugu

Keenam, ada kebiasaan yang terus dilakukan oleh jemaaat Getsemani

Tarus Timur ketika berkunjung ke tugu mini tersebut. Mereka datang dengan

berbagai bekal di tangan mereka. Ada yang datang dengan membawa makanan,

benda-benda favorit dari almarhum/almarhumah atau pun makanan tradisional

67

F.W. Dillistone, The Power of Symbols....,15.

Page 44: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

31

seperti sirih pinang kemudian diletakkan di tugu tersebut. Kebiasaan ini pada

awalnya hanyalah tradisi tanpa makna namun perlahan-lahan berubah menjadi

suatu pemberian yang bermakna bagi mereka. Fungsi dari makanan ataupun

benda-benda kesukaan almarhum/almarhumah yang dibawa ke tugu dipahami

sebagai bentuk kepedulian, ungkapan kasih sayang dan tanda dari pihak keluarga

maupun teman-temannya bahwa meskipun almarhum/almarhumah telah tiada

namun kenangan bersama mereka akan selalu ada, sehingga hal tersebut masih

terus mereka lakukan sampai masa kini. Hal serupa juga dilakukan oleh orang-

orang Batak ketika mengunjungi tugu hanya saja ada tujuan yang berbeda dari

orang Batak ketika membawa makanan dan minuman ke tugu yang di buat.68

4.7 Makna Tugu bagi Gereja

Ketujuh, Gereja sebagai rumah bersama yang mewadahi kehidupan dan

perkembangan iman Kristen memaknai keberadaan tugu yang dibuat oleh anggota

jemaat sebagai warisan budaya orang tua zaman dulu yang perlu untuk terus

dilestarikan sejauh tidak bertentangan dengan iman Kristen karena sudah tentu

ada ikatan kasih yang pernah terjalin sejak dulu dan perlu untuk terus dijaga

sampai masa kini. Gereja juga memaknai adanya tugu tersebut sebagai bukti dari

kemahakuasaan Tuhan yang berkuasa memberi dan mengambil kehidupan

manusia melalui cara apapun. Selain itu tugu tersebut juga dapat menjadi bukti

dari kelalaian manusia yang tidak menghargai hidupnya sehingga mengendarai

kendaraan tanpa mematuhi aturan dan pada akhirnya menyebabkan kematian

secara tragis.69

5. Kesimpulan

Pada akhirnya tugu mini di jemaat Getsemani Tarus Timur hanya sebagai

reaksi spontan atau reaksi emosional dari pihak keluarga maupun kerabat atas

peristiwa kecelakaan yang terjadi dan memiliki makna yang penting bagi orang-

orang terdekat, Gereja maupun masyarakat umum. Tugu Mini yang dibuat oleh

warga jemaat Getsemani Tarus Timur dapat dimaknai sebagai simbol ungkapan

68

Lothar Schreiner, Adat dan Injil....,177. 69

Wawancara Pdt. JH (7 September 2016) dan Bapak YT (4 September 2016) di rumah

masing-masing narasumber.

Page 45: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

32

berduka dari pihak kerabat maupun keluarga yang tentunya memiliki relasi kasih

yang menjadi dorongan utama dari reaksi spontan tersebut.

Meskipun hanya merupakan benda mati, keberadaanya pun hanya

bertahan beberapa bulan namun tugu mini tersebut seakan memiliki kekuatan atau

daya tarik tersendiri bagi pihak-pihak yang melihatnya sehingga mampu

menggugah perasaan manusia yang melihat tugu tersebut.

Keberadaan tugu juga menunjukkan bahwa kehidupan jemaat sebagai

gereja sangat kuat dipengaruhi oleh budaya, relasi sosial dengan sesama, pola

pikir tradisional juga dalam pertemuan dengan kehidupan modern. Hal ini terbukti

dengan adanya tugu, bunga, rampai, lilin yang merupakan bagian dari kehidupan

modern dan sirih pinang juga makanan khas lain bisa dikategorikan sebagai

bagian dari budaya tradisional yang masih kuat sampai masa kini.

Penghayatan akan iman Kristen dan sikap terhadap kematian menunjukkan

bahwa iman Kristen itu berinteraksi dengan relasi sosial dan budaya sehingga kita

tidak dapat menolak budaya yang ada di tengah-tengah kehidupan kekristenan

karena kekristenan adalah bagian dari budaya itu sendiri. Hal ini diperjelas dengan

sebuah kebiasaan untuk berdoa di tugu ketika mengunjungi tugu tersebut.

Gereja sebagai tempat bertemunya iman Kristen dan budaya harus mampu

menggabungkan kedua hal ini sehingga kekristenan tidak berjalan sendiri dan

budaya tidak berjalan sendiri bahkan masing-masing tidak saling menghakimi

bahwa pahamnya yang paling benar melainkan keduanya dapat saling mengisi

serta membuka ruang lingkup pemahaman yang baru bagi jemaat dalam hidup

sebagai umat Kristen yang berbudaya. Pengalaman-pengalam berjemaat seperti itu

harus terus diperhatikan oleh Gereja sehingga bisa ditransfomasi untuk panca

tugas GMIT yaitu Diakonia, Marturia, Koinonia, Liturgia dan Oikonomia.

Page 46: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

33

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abineno, J.L. Ch. (1993). Pokok-pokok penting dari Iman Kristen. Jakarta: BPK

Gunung Mulia

Berger, Arthur Asa. (2010). Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam

Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana

Bagus, Lorens. (1996). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

A. Amir. dkk. (1985). Upacara Tradisional (Upacara Kematian) daerah

Sumatera Barat. Jakarta: Depdikbud

Dilistone, F.W. (2002). The Power of Symbols, SCM Press Ltd.,London 1986,

terj. A. Widyamarta. Yogyakarta: Kanisius

Faisal, Sanapiah. (2003). Format-format Penelitian Sosial, dasar-dasar dan

aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Fashri, Fauzi. (2014). Pierre Bourdieu: Menyingkap Kuasa Simbol. Yogyakarta:

Jalasutra

Hunt, Gladys. (2009). Pandangan Kristen tentang Kematian, terjemahan cetakan

ke-6. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Herusatoto, Budiono. (1987). Simbolisme dalam budaya Jawa. Yogyakarta: PT.

Hanindita Graha Media

Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua. (1995). Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pustaka

Kadir, Moh. Daud dkk. (1985). Upacara Tradisional (Upacara Kematian)

daerah Riau. Jakarta: Depdikbud

Min, Suh Sung. (2001). Injil dan Penyembahan Nenek Moyang. Yogyakarta:

Media Pressindo

Nuban Timo, Ebenhaizer I. (2015). Allah Menahan Diri Tetapi Pantang Berdiam

Diri. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Nuban Timo, Ebenhaizer I. (2014). Sabu Punya Cerita: Injil di Rai Due Nga

Donahu 100 Tahun Lalu. Salatiga: Satya Wacana University Press

Owen, John. (2009). Kematian yang menghidupkan, terjemahan cetakan ke-3.

Surabaya: Momentum Christian Literature

Page 47: Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan Lalu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13406/1/T1_712012020_Full... · i Makna Tugu Mini Tanda Kematian Korban Kecelakaan

34

Piliang, Yasraf Amir. (2003). Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies Atas

Matinya Makna. Yogyakarta: Jalasutra

Schreiner, Lothar. (2003). Adat dan Injil: Perjumpaan adat dengan iman Kristen

di Tanah Batak, Cetakan ke 7. Jakarta: Gunung Mulia

Whitehead. A.N. (1928). Symbolism. Cambridge University Press

Wellem, F.D. (2004). Injil dan Marapu: suatu studi historis-teologis tentang

perjumpaan Injil dengan masyarakat Sumba pada periode 1876-1990.

Jakarta: Gunung Mulia

Jurnal

Doss Erika. (2002). “Death, art and memory in the public sphere: the visual and

material culture of grief in contemporary America Mortality”, Vol. 7,

No. 1, 97-103.

Farmer Sarah. (1995). “Symbols that Face Two Ways: Commemorating the

Victims of Nazism and Stalinism at Buchenwald and Sachsenhausen”:

Representations, No. 49, 64-68.

Website

http://kupang.tribunnews.com/2016/01/01/jumlah-kasus-lakalantas-2015-

meningkat, diunduh pada tanggal 7 Juli 2016, Pukul 10.05 WIB

file:///F:/Jurnal&Berita/lakalantas/Statistik/Lakalantas/NTT/kecelakaan/lal

u lintas/terbesar/ketiga/diIndonesia.html, diunduh pada tanggal 7 Juli 2016, Pukul

10.13 WIB

http://m.inilah.com/news/detail/2264244/sepanjang-2015-terjadi-1053-

kecelakaan-di-ntt, diunduh pada tanggal 7 Juli 2016, Pukul 11.39 WIB