i Makna Nateek bagi Pembentukan Identitas Sosial Etnik Cina Indonesia (ECI) di Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Sonhalan Niki Niki TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol) Program Studi Teologi Oleh: Tyrsa Noviana Matau 712013047 FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017
37
Embed
Makna Nateek bagi Pembentukan Identitas Sosial Etnik Cina ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16394/2/T1_712013047_Full... · Mereka yang selalu menantikan keberhasilan saya.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
Makna Nateek bagi Pembentukan Identitas Sosial Etnik Cina Indonesia
(ECI) di Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Sonhalan Niki Niki
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi
sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang
Teologi (S.Si.Teol)
Program Studi Teologi
Oleh:
Tyrsa Noviana Matau
712013047
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa
pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur”
Filipi 4 : 6
“Hidup adalah suatu perjalanan, juga
perjuangan. Berjuang dulu baru hidup, bukan
hidup dulu baru berjuang.”
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmatNya yang tak
terhingga dalam kehidupan penulis. Secara khusus, penulis merasakannya selama
empat tahun masa perkuliahan penulis di Fakultas Teologi Universitas Kristen
Satya Wacana (UKSW) hingga penulis dapat mengakhiri dengan menyelesaikan
tugas akhir ini.
Tugas akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai
gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol). Tugas akhir ini ditulis
bukan karena tugas semata. Penulis menyusun Tugas Akhir ini dengan harapan
karya tulis ini dapat berguna secara teoritis dan praktis. Secara teoritis sebagai
sumber pustaka bagi jemaat, masyarakat, terutama kalangan intelektual serta
secara praktis jemaat bahkan masyarakat dapat menerima dan menghargai
keanekaragaman budaya yang ada. Besar pula harapan penulis, semoga tugas
akhir ini dapat menjadi berkat bagi para pembaca.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa selama empat tahun masa perkuliahan
hingga penulisan tugas akhir ini penulis tidak sendirian. Penulis dengan ketulusan
dan rendah hati mengucapkan limpah terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah terlibat.
Salatiga 11 September 2017
Penulis
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Seiring rasa syukur dan cinta, saya sangat berterima kasih kepada..........
1. Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan rahmatNya yang tak terhingga dalam
seluruh kehidupan saya, terkhususnya semasa pendidikan saya.
2. Mereka yang selalu menantikan keberhasilan saya. Dalam penantian mereka
selalu setia mendoakan, menyemangati, bahkan memberikan dukungan
berupa materi baik dalam keadaan suka maupun duka, yang tercinta mama
Aryanti Yublinda Lobo, bapa Agusthim Stiled Matau, adik Tommy Yilzeer
juga kekasihku OT. Serta semua keluarga saya khususnya adik Stessy
Runtuh dan Grace Tjung yang selalu menanyakan kapan selesai dan selalu
memberikan semangat.
3. Rektor Universitas Kristen Satya Wacana, Dekan Fakultas Teologi, ketua
Program Studi Teologi, seluruh staff pengajar Fakultas Teologi khususnya
bapak David Samiyono dan ka Astrid Bonik Lusi selaku pembimbing, Bu
Budi selaku kepala tata usaha serta seluruh staff Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana yang telah setia membantu, memberikan
motivasi serta pelayanan selama perkuliahan.
4. Bapak Yafet, mantan PR III, Bu Tien dan Bu Lis dari Bikem, yang telah
membantu memperlancar proses perkuliahan berupa pemberian beasiswa
selama empat tahun pendidikan saya.
5. Pdt. Daniel Herry Iswanto selaku supervisor lapangan, para majelis jemaat,
para pegawai, serta jemaat di Gereja Kristen Jawa Tengah Utara yang
bersedia menerima dan membimbing saya selama melakukan praktek
pendidikan lapangan I (PPL I) hingga PPL IV.
6. Ibu Sri Sukanik selaku supervisor lapangan, para pengasuh, para pegawai
serta anak didik di Panti Asuhan Sumber Kasih Salatiga yang bersedia
menerima, membimbing, serta menjadi keluarga bagi saya selama
melakukan PPL IX.
7. Bapak Yulian Widodo selaku Ketua Klasis, para pendeta khususnya mama
pendeta Norsy Widodo Banunu selaku Ketua Majelis Jemaat jemaat Oenay
Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Klasis Amanuban Timur Selatan dan
menjadi supervisor lapangan yang bersedia menerima, membimbing, serta
menjadi keluarga saya selama melakukan PPL X.
8. Keluarga besar Fakultas Teologi khususnya Christin E. Molana, Yurischa
A. Makoni, dan Wasty Benu yang sudah menjadi teman rasa saudara selama
perkuliahan saya dan seluruh teman angkatan 2013.
9. IKMASTI khususnya angkatan 2013
10. Sahabat rasa saudara yang menjadi tempat pelarian ketika galau menghadapi
proses perkuliahan termasuk penulisan tugas akhir: Ratih Nenosaet, Ega
Mantolas, Ovi Lakapu, k‟Emmylia Saekoko dan sodara-sodaranya.
11. Ibu kos dan teman-teman kos Bios yang sudah mengajari banyak hal
misalnya disiplin waktu dan bergaul dengan siapa saja.
Semoga Tuhan Sang pemberi Cinta dan Kasih akan membalas semua kebaikan
sodara-sodara.
1
DAFTAR ISI
Lembar Judul i
Lembar Pengesahan ii
Lembar Pernyataan Tidak Plagiat iii
Lembar Pernyataan Persetujuan Akses iv
Motto v
Kata Pengantar vi
Ucapan Terima Kasih vii
Daftar Isi 1
Abstrak dan Kata Kunci 2
Latar Belakang 3
Nateek Okomama 7
Identitas Sosial 10
Nateek dalam Pemahaman ECI, Etnik Timor, dan GMIT Sonhalan
Niki Niki
14
Makna Nateek bagi Pembentukan Identitas Sosial ECI 21
Kesimpulan dan Saran 27
Daftar Pustaka 29
2
ABSTRAK
Indonesia terdiri dari beranekaragam budaya, tampak di GMIT Sonhalan Niki
Niki terdiri dari berbagai etnik di antaranya etnik Timor dan ECI. ECI ketika
melakukan aktivitas sosial kebudayaannya selalu melibatkan nateek. Nateek
menjadi identitas sosial ECI. ECI memahami nateek sebagai penyuguhan
makanan dan minuman bagi arwah. Nateek adalah istilah etnik Timor. Etnik
Timor Sonhalan Niki Niki mengaitkan nateek dengan okomama. Nateek okomama
dipahami sebagai penyuguhan siri, pinang, kapur, bahkan uang bagi tamu atau
tuan rumah. Pada pihak lain Kekristenan percaya bahwa makanan dan minuman
tidak lagi dibutuhkan oleh arwah. Perbedaan pemahaman antara ECI, etnik Timor,
dan GMIT Sonhalan Niki Niki menjadi ketertarikan peneliti untuk melakukan
penelitian tentang makna nateek bagi ECI dan mengapa nateek menjadi identitas
sosial ECI. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Data
diperoleh dengan menggunakan metode observasi, wawancara, serta studi pustaka
(studi dokumen). Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teori
nateek, identitas sosial, serta simbol dan ritual. Pada akhirnya peneliti menemukan
tiga makna nateek ECI. Pertama, mempererat tali persaudaraan, dalam nateek
terkandung nilai etis, budaya, dan moral serta adaanya simbol-simbol. Kedua,
saling menghargai, tampak dalam setiap aktivitas sosial ECI melibatkan nateek
dan selalu diterima oleh arwah. Ketiga, sarana menyampaikan maksud dan tujuan,
tampak dalam nateek ECI terjadi satu arah dan ketika soya bagi arwah biasanya
ECI berdoa. Pemaknaan ini pada akhirnya membuktikan bahwa nateek adalah
identitas sosial ECI. Identitas sosial ECI merangkum identitas individu, interaksi,
dan kolektif. Eksistensi Identitas sosial ECI tampak dalam simbol dan ritual
nateek ECI. Rekomendasi dari penelitian ini yakni dapat membantu ECI untuk
memahami bahwa makna nateek seharusnya untuk mempererat tali persaudaraan,
saling menghargai dan sarana mengenang arwah. Peneliti juga berharap bahwa
dari pemaknaan ini, baik secara teoritis dan praktis, eksistensi dari kebudayaan
ECI dapat diterima oleh GMIT Sonhalan Niki Niki, kalangan intelektual serta
masyarakat sebagai bentuk keanekaragaman budaya yang harus dipertahankan.
Kata kunci: Nateek, Identitas Sosial, ECI, etnik Timor, GMIT Sonhalan Niki Niki.
3
Latar Belakang
Keragaman budaya adalah suatu keniscayaan yang ada di Indonesia.
Keragaman budaya Indonesia tercermin dalam suku-suku bangsa atau etnik
di setiap wilayah Indonesia. Etnik Cina termasuk salah satu suku bangsa
Indonesia. Dalam sensus penduduk Indonesia tahun 1930 menyatakan
bahwa terdapat 300 lebih kelompok etnik, di antaranya Cina dengan jumlah
penduduk 2,3%.1
Menurut M. D. La Ode kelompok etnik Cina yang berada di negara-
negara luar Cina termasuk Indonesia misalnya etnik Hakka/Khek, Tio Ciu,
Hok Cia, Hokkien, dan Kanton, ingin disebut sebagai etnik Tianghoa.
Padahal etnik Tionghoa adalah salah satu etnik dalam pluralitas etnisitas di
negara Cina. Berdasarkan persoalan tersebut maka La Ode mengusulkan
penggunaan istilah Etnik Cina Indonesia (ECI) untuk menyatakan semua
etnik Cina yang ada di Indonesia, baik itu warga negara maupun yang bukan
warga negara Indonesia.2 ECI juga disebut sebagai etnik perantauan karena
tidak hanya menetap pada satu wilayah tetapi tersebar hampir diseluruh
wilayah Indonesia, salah satunya kota Kupang (Ibukota Provinsi NTT).
Pada saat Benteng Concordia belum terbentuk, masyarakat Kota
Kupang hidup dari pertanian. Pada tahun 1672 kota Kupang mengalami
iklim yang kurang baik untuk bertani. Kondisi tersebut menarik perhatian
VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) untuk memperkenalkan bibit
jagung dan untuk sementara waktu persediaan bahan makanan misalnya
beras harus didatangkan dari luar Kota Kupang. VOC meminta bantuan dari
ECI untuk memudahkan hal tersebut. Sejak saat itu ECI mulai tinggal
menetap di Kota Kupang terkhususnya di pantai Selatan Timur Benteng
Concordia dan pelabuhan Kota Kupang. Keberadaan ECI nampak dalam
sensus penduduk kota Kupang pada tahun 1825, diantara kurang lebih 4.800
1Nina Widyawati, Etnisitas dan Agama sebagai Isu Politik: Kampanye JK-Wiranto pada
Pemilu 2009 (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), 1. 2M. D. La Ode, Etnis Cina Indonesia dalam Politik: Politik Etnis Cina Pontianak dan
Singkawang di Era Reformasi 1998-2008 (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012), 4
dan 5.
4
jiwa, 200 Jiwa adalah ECI.3 ECI tidak hanya menetap di kota Kupang,
bahkan tersebar di beberapa wilayah. Semula ECI dari kota Kupang
menyebar ke Noelmina, Soe, Kapan, Niki Niki, dan wilayah lainnya di
sekitar Kupang, bahkan menetap di wilayah tersebut.4 Niki Niki adalah
salah satu wilayah menetapnya ECI.
ECI di Niki Niki memiliki budaya yang berbeda dengan masyarakat
setempat. Budaya yang dimiliki dibawa dari negara asal dan dipraktikkan di
daerah tempat mereka berada. ECI yang ada di Niki Niki memiliki hari raya
penting yang selalu dirayakan, misalnya Imlek, Cap go me, Ceng beng, Peh
cun, dan tidak menutup kemungkinan ECI juga merayakan syukuran
kelahiran, kematian, ulang tahun, dan sebagainya. Ketika ECI merayakan
hari raya Ceng beng, Imlek dan perayaan lainnya selalu diawali dengan
melakukan nateek. Tampaknya nateek menjadi identitas sosial ECI di Niki
Niki karena hampir keseluruhan aktivitas sosial ECI melibatkan nateek.
Menurut Richard Jenkins, identitas adalah kemampuan individu untuk
mengetahui siapa diri kita, siapa orang lain, apa yang mereka ketahui
tentang kita, apa yang kita ketahui tentang mereka, bahkan sebagai
klasifikasi multidimensi dan pemetaan dunia manusia yang menempatkan
kita sebagai individu dan anggota kolektivitas. Identitas terkait awal dan
akhir dari kehidupan individu, kolektif dan sejarah.5
Nateek adalah tradisi menyuguhkan makanan bagi arwah ECI atau
dalam bahasa sehari-hari adalah kasih duduk makanan bagi orang mati
(arwah). Istilah nateek diambil dari bahasa dawan atau bahasa yang
digunakan etnik Timor. Etnik Timor Amanuban khususnya Niki Niki
mengaitkan nateek dengan okomama atau menyebutnya sebagai nateek
okomama. Nateek okomama adalah tradisi menyuguhkan tempat siri atau
dalam bahasa sehari-hari berarti kasih duduk tempat siri. Nateek okomama
3R. Z. Leirissa, Kuntowidjojo, M. Soenjata Kartadarmadja, disunting., Sejarah Sosial: Kota
Kupang daerah Nusa Tenggara Timur 1945-1980 (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Investarisasi dan Dokumentasi
Sejarah Nasional, 1984), 29, 32, 94. 4Pra penelitian tanggal 16 Januari 2017 di Niki Niki, Kecamatan Amanuban Tengah,
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia. 5Richard Jenkins, Social Identity, Third Edition (United Kingdom: Routledge, 2008), 3 dan
5.
5
digunakan untuk menyambut tamu, sarana mengundang orang untuk hadir
dalam acara tertentu, penyelesaian konflik dan sebagainya.6 Dengan
demikian menurut peneliti terdapat perbedaan pemahaman nateek menurut
etnik Timor dan ECI di Niki Niki.
ECI di Niki Niki dalam hal sistem kepercayaan mereka memeluk
agama Kristen Katolik/Kristen Protestan/Islam. Dari beberapa kepercayaan
yang dianut yang menjadi fokus penelitian peneliti adalah masyarakat ECI
yang memeluk agama Kristen Protestan terkhususnya di GMIT Sonhalan
Niki Niki.7
Dalam Kekristenan Yesus dipercaya sebagai Sang Juru Selamat. Sang
Juru Selamat telah mati dan dibangkitkan, oleh karena kebangkitanNya
maka orang-orang yang percaya kepadaNya akan dibangkitkan.
Kebangkitan orang percaya sebagai wujud dari keselamatan yang
dijanjikan.8 Keselamatan adalah kemungkinan surga bagi jiwa individu
setelah kematian meskipun keselamatan sudah dan akan terus diperoleh
semasa hidup manusia.9 Dengan demikian Kekristenan percaya bahwa
setelah meninggal yang tersisa hanyalah roh yang terpisah dari badan. Oleh
karena itu makanan dan minuman tidak lagi dibutuhkan oleh arwah.
Berbeda dengan ECI di Sonhalan Niki Niki, dengan melakukan nateek ECI
selalu menyediakan makanan dan minuman bagi arwah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka terdapat
pokok-pokok masalah yang akan diteliti. Pertama, apa makna nateek bagi
ECI di GMIT Sonhalan Niki Niki. Kedua, mengapa nateek menjadi identitas
sosial ECI di GMIT Sonhalan Niki Niki. Tujuan dari penelitian ini,
pertama, mendeskripsikan dan menganilisis makna nateek bagi ECI di
GMIT Sonhalan Niki Niki. Kedua, mendeskripsikan dan menganalisis
nateek sebagai identitas sosial ECI di GMIT Sonhalan Niki Niki.
6Pra penelitian tanggal 22 Desember 2016 di Niki Niki, Kecamatan Amanuban Tengah,
Kabupaten TTS, Provinsi NTT, Indonesia. 7Pra penelitian tanggal 22 Agustus 2016 di Niki Niki, Kecamatan Amanuban Tengah,
Kabupaten TTS, Provinsi NTT, Indonesia. 8Adhi T, Perjalanan Spiritual Seorang Kristen Sekuler: 6 Alasan Mengapa Saya Tetap
Menjadi Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 14. 9Thomas H. Groome, Christian Religius Education: Pendidikan Agama Kristen (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010), 139.
6
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis, penelitian ini pada akhirnya menjadi karya
ilmiah yang dapat digunakan sebagai sumber pustaka bagi jemaat,
masyarakat, terutama kalangan intelektual. Sumber pustaka ini terkait
dengan makna nateek bagi pembentukan identitas sosial ECI di GMIT
Sonhalan Niki Niki. Secara praktis, jemaat dan masyarakat dapat menerima
aktivitas sosial ECI di GMIT Sonhalan Niki Niki berupa nateek sebagai
salah satu bentuk keragaman budaya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif. Alasan
memilih metode ini karena pertama peneliti dapat meneliti pada kondisi
yang alamiah.10
Kedua, peneliti mendapatkan informasi yang lebih luas atau
tambahan informasi lainnya yang dapat memberikan tambahan pengetahuan
bagi peneliti. Data diambil dengan cara observasi, wawancara, serta studi
pustaka (studi dokumen). Alasan memilih metode observasi karena peneliti
lebih memahami konteks data, mendapatkan informasi tambahan, serta
mendapatkan kesan-kesan pribadi. Metode wawancara dipilih karena
peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan
dan fenomena yang terjadi.11
Peneliti juga menggunakan metode studi
pustaka (studi dokumen) karena terdapat data-data yang sudah dijadikan
dokumen.
Informan dalam penelitian ini adalah ECI di Niki Niki, ECI di GMIT
Sonhalan Niki Niki, etnik Timor di GMIT Sonhalan Niki Niki, pendeta,
majelis jemaat, dan pegawai di GMIT Sonhalan Niki Niki. Lokasi penelitian
adalah di Kecamatan Niki Niki, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia.
Penulisan tugas akhir ini terdiri atas beberapa bagian. Bagian pertama
memaparkan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bagian kedua memaparkan landasan teori nateek, identitas sosial dari
Richard Jenkins, serta simbol dan ritual dari Emile Durkheim. Bagian ketiga
memaparkan data hasil penelitian yang ditemukan selama di lapangan.