Top Banner
i MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM ( Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35 ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh : Anik Risalati NIM : 3103247 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008
79

MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

Mar 04, 2019

Download

Documents

lyhuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

i

MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN

RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM ( Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35 )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Anik Risalati NIM : 3103247

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2008

Page 2: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

ii

ABSTRAK

Anik Risalati (NIM: 3103247). Makna Khalifah dalam al-Qur’an Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam (Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35). Skripsi. Semarang: Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo. 2008 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35; 2) relevansi makna khalifah dalam QS.al-Baqarah ayat 30-35 dengan tujuan pendidikan Islam. Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan Metode Riset Kepustakaan (library research), dengan Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Maudhu’i dan Interpretasi. Dalam penelitian ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa makna khalifah tidak hanya dapat dipahami sebagai penggantian atau pewarisan. Berdasarkan tafsir-tafsir QS. al-Baqarah ayat 30-35, khalifah berarti wakil Allah dalam melaksanakan ketetapan-ketetapan-Nya di bumi. Hal ini adalah sebuah penghormatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia karena ia adalah makhluk yang paling sempurna. Khalifah adalah manusia yang aktif dalam tatanan alam semesta, seorang khalifah adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, keimanan dan amal saleh. Khalifah adalah manusia kritis, kreatif serta dinamis yang mampu membangun dunia ini sesuai dengan ketetapan-Nya.

Secara operasional tugas kekhalifahan dapat dijabarkan melalui: pertama, tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri yakni menuntut ilmu dan menghiasi diri dengan akhlak mulia. Kedua, tugas kekhalifahan terhadap keluarga, menyangkut tugas membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera (keluarga sakinah mawaddah warahmah). Ketiga, tugas kekhalifahan dalam masyarakat, meliputi tugas mewujudkan persatuan dan kesatuan umat, tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, menegakkan keadilan dalam masyarakat, bertanggung jawab terhadap amar ma’ruf nahi munkar dan berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk fakir miskin serta anak yatim. Keempat, tugas kekhalifahan terhadap alam, menyangkut tugas mengkulturkan alam, menaturalkan kultur dan mengislamkan kultur Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik manusia perlu diberikan pendidikan. Melalui proses pendidikan, manusia akan dapat mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya yang selanjutnya akan menjadi bekal bagi dirinya untuk dapat menjalankan tugasnya. Karena pada hakikatnya tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan dan panca indera. Dengan tercapainya kepribadian manusia yang seimbang, manusia akan dapat melaksanakan fungsi kekhalifahannya. Namun sebaliknya, tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal.

Page 3: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

iii

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan dan bahan informasi serta masukan bagi para praktisi pendidikan pada umumnya dan civitas akademika di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Page 4: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

iv

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau

diterbitkan. Demikian pula skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran

orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan

sebagai bahan rujukan.

Semarang, 15 Januari 2008

Deklarator

Anik Risalati

NIM: 3103247

Page 5: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

v

Musthofa Rahman, M.Ag Ikrom, M.Ag

Jl. Karonsih Selatan IX/863 Tugurejo RT.02/I No 38

Ngalian Semarang Tugu Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eks.

Hal : Naskah Skripsi

a.n. Sdri. Anik Risalati

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama

ini saya kirim naskah skripsi saudari :

Nama : Anik Risalati

NIM : 3103247

Judul : Makna Khalifah Dalam Al-Qur’an Relevansinya Dengan

Tujuan Pendidikan Islam ( Analisis QS. Al-Baqarah Ayat 30-

35)

Dengan ini, saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera

dimunaqasyahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Musthofa Rahman, M. Ag Ikrom, M. Ag NIP. 150 276 925 NIP. 150 268 786

Page 6: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

vi

DEPARTEMEN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH Alamat : Jl. Prof. Dr. Hamka Telp./fax ( 024) 7601295, 7615387

PENGESAHAN

Nama : Anik Risalati

NIM : 3103247

Jurusan : PAI

Judul Skripsi : Makna Khalifah dalam al-Qur’an Relevansinya dengan Tujuan

Pendidikan Islam (Analisis QS. al-Baqarah ayat 30-35)

Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama

Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal :

24 Januari 2008

dan dapat diterima sebagi kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan

Studi Program sarjana Strata 1 ( S1) guna memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu

Tarbiyah.

Semarang, 30 Januari 2008

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dra. Hj. Nur Uhbiyati, M.Pd Siti Tarwiyah, S. S. M. Hum NIP. 150 170 474 NIP. 150 290 932

Penguji I Penguji II

Dra. Siti Mariam, M.Pd Dra. Muntholi’ah, M.Pd NIP. 150 257 372 NIP. 150 263 166

Pembimbing I Pembimbing II

Musthofa Rahman, M.Ag Drs. Ikhrom, M.Ag NIP. 150 276 925 NIP. 150 268 786

Page 7: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

vii

MOTTO

øŒÎ)uρ tΑ$ s% š •/u‘ Ïπ s3Í× ¯≈n= yϑù= Ï9 ’ÎoΤ Î) ×≅ Ïã%y` ’Îû ÇÚö‘ F{$# Zπ x‹ Î= yz ( (#þθä9$ s% ã≅ yèøg rB r& $pκ Ïù ⎯tΒ ß‰Å¡ ø ãƒ

$ pκÏù à7Ï ó¡ o„ uρ u™!$ tΒÏe$! $# ß⎯øt wΥuρ ßxÎm7 |¡ çΡ x8 ωôϑ pt ¿2 ⨠Ïd‰s) çΡ uρ y7 s9 ( tΑ$s% þ’ÎoΤÎ) ãΝ n= ôãr& $ tΒ Ÿω tβθ ßϑ n= ÷ès? ∩⊂⊃∪

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi “. Mereka berkata : “ mengapa Engkau hendak menjadikan ( khalifah ) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ( QS. al-Baqarah: 30 )

Page 8: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

viii

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

1. Ayah dan ibu tercinta

2. Suamiku tercinta

3. Saudara-saudaraku terkasih

4. Teman-teman seperjuangan

Page 9: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat taufiq, hidayah dan inayah-Nya. Sehingga penulisan

skripsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi besar

Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang

senantiasa setia jadi pengikutnya.

Dengan pertolongan Allah SWT jualah penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan. Namun penulis yakin bahwa disepanjang pembahasan skripsi ini

terdapat berbagai kelemahan, baik yang menyangkut metodologis maupun

analisisnya. Hal ini dikarenakan akibat dari kemampuan dari penulis yang sangat

terbatas.

Selanjutnya dengan segenap kerendahan hati dan penuh kesadaran, penulis

sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga atas jasa beliau

semua yang telah memberikan secara ikhlas baik berupa tenaga, pikiran,

bimbingan dan saran-saran sebagai sesuatu yang sangat berguna bagi penulis

dalam mencari kesempurnaan dari penulisan skripsi ini. Dan beliau yang penulis

maksud antara lain :

1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang.

2. Musthofa Rahman, M.Ag selaku pembimbing I dan Drs. Ikhrom, M.Ag selaku

pembimbing II dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu

dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan langsung

kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

Page 10: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

x

3. Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan layanan

kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ayah, Bunda serta saudara-saudaraku tercinta yang senantiasa memberikan

motivasi baik secara moral maupun material kepada penulis yang semua itu

telah terbukti menunjang keberhasilan studi penulis sejak awal hingga saat

diselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Suamiku tercinta yang telah setia mendampingi dan membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat karibku semua yang ikut berperan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Atas jasa-jasa beliau semua ini, penulis tidak mampu untuk membalasnya,

kecuali dengan berdo’a semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda.

Penulis berharap kehadiran skripsi ini dihadapan para pembaca budiman

akan memberikan manfaat terutama kepada diri penulis dan para pembaca pada

umumnya. Amin ya Robal ‘alamin.

Semarang, 15 Januari 2008

Penulis

Page 11: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. ii

HALAMAN DEKLARASI ............................................................................ ix

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... v

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Penegasan Istilah........................................................................ 5

C. Perumusan Masalah ................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian .................................................................... 7

F. Kajian Pustaka ........................................................................... 8

G. KerangkaTeori........................................................................... 9

H. Metodologi Penelitian................................................................ 11

BAB II MAKNA KHALIFAH DALAM QS. AL-BAQARAH AYAT 30-

35

A. Pengertian Khalifah.................................................................... 13

B. Deskripsi QS. al-Baqarah Ayat 30-35........................................ 18

C. Khalifah Sebagai Manusia Terdidik.......................... ................ 28

BAB III KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Page 12: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

xii

A. Tahap-Tahap Tujuan Pendidikan Islam .................................... 33

B. Ruang Lingkup Tujuan Pendidikan Islam ................................. 35

C. Tujuan Pendidikan Islam........................................................... 39

BAB IV RELEVANSI MAKNA KHALIFAH DENGAN TUJUAN

PENDIDIKAN ISLAM

A. Hubungan Makna Khalifah dengan Tujuan Pendidikan

Islam........................................................................................... 46

B. Urgensi Makna Khalifah dalam Tujuan Pendidikan

Islam........................................................................................... 49

C. Tujuan Pendidikan Islam Berdasarkan Makna Khalifah ........... 53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 57

B. Saran-Saran .............................................................................. 58

C. Penutup ..................................................................................... 58

LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam Islam, manusia dianggap sebagai khalifah di bumi dan seluruh

ciptaan lainnya tunduk kepadanya. Menurut al-Qur’an (2: 30-31), setelah

menciptakan manusia pertama Adam, Allah SWT mengajarkan kepadanya nama-

nama segala benda.13

Dengan kebesaran-Nya, Allah SWT menciptakan segalanya dari tiada

menjadi ada. Kehendaknya adalah sumber ciptaan dan setiap unsur dalam ciptaan

memanifestasikan kekuasaan Allah SWT. Karena itu setiap objek dalam ciptaan

menunjukkan kualitas dan sifat-sifat Tuhan. Dengan memberitahukan kepada

Adam nama-nama benda, berarti membuatnya sadar akan esensi ciptaan. Dengan

kata lain membuat sadar akan sifat-sifat Tuhan dan hubungan antara Tuhan dan

ciptaan-Nya. Ini bukanlah semata-mata kesadaran intelektual yang terpisah dari

kesadaran spiritual. Ini adalah kesadaran spiritual yang mengontrol, membimbing,

dan mempertajam intelek, dengan menanamkan dalam diri nabi Adam perasaan

ta’dhim dan hormat kepada Tuhan dan membuatnya mampu menggunakan

pengetahuan yang dimilikinya itu untuk kepentingan umat manusia.14

Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam yang memaknai khalifah

sebagai khilafah. Dari hari kehari wacana khilafah Islamiyah makin kencang

dilontarkan oleh sebagian kelompok umat Islam, lebih-lebih setelah jatuhnya

khilafah Islamiyah Utsmaniyah pada tanggal 3 Maret 1924. Khilafah Utsmaniyah

berakhir sejalan dengan kencangnya tuntutan kemerdekaan di berbagai Negara

kolonial yang berpenduduk mayoritas seperti Negara yang ada di kawasan Asia

Tenggara, Afrika Utara, Mesir, negara-negara Teluk, Asia Selatan, dan lain-lain.

Negara-negara kolonial melihat bahwa kekuasaan Turki Usmani yang kuat yang

1 Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta: Departemen Agama RI, 1971), hlm.13-14 2 Ali Asraf, Horison Baru Pendidikan Islam, pen. Sori Siregar, (Jakarta: Puataka Firdaus, 1996),

hlm.1-2.

Page 14: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

2

menguasai Timur Tengah dan Negara-negara “Eropa Timur” karena kekuatan

khalifah yang amat tinggi. Khusus kekuatan Sekularisme didukung oleh kekuatan

intern di Turki waktu itu, mengurangi kekuasaan khalifah dari ranah kekuasaan

politik.15

Sejak merosotnya umat Islam menjelang serbuan tantara Tar-tar nampak

sekali bahwa umat Islam telah gagal merespon kehendak Tuhan karena telah lalai

mengkaji isi al-Qur’an maupun hadist Rasul secara total dan komprehensif. Umat

Islam sampai hari ini pun masih terjebak dalam sekat-sekat penjara parsial dan

hanya mengambil sepenggal-sepenggal untuk kepentingan diri sendiri saja

sehingga gambaran besar yang ada dalam al-Qur’an tentang cara-cara hidup di

bumi yang selaras dengan tuntunan Allah diabaikan. Akibatnya pengetahuan

Tuhan pun seolah lenyap dari umat Islam dan muncul kembali di Eropa untuk

membuka zaman baru disana sebagai Era Renaissance yang mengubah banyak

hal. Meskipun era tersebut mengawali lahirnya sekularisme, namun Tuhan Maha

Adil, sehinnga Dia pun menepati janji bahwa siapapun yang selaras dengan

kehendak-Nya, harmonis dengan diri-Nya sebagai Rabbul Alamin akan menerima

manfaat yang diperoleh dari seluruh pengetahuan yang telah disampaikan Nabi

Adam.

Karena kenyataan demikian, kekhalifahan itu harus dikembalikan kepada

makna dasar yang lebih elementer karena menyangkut kemampuan individual

sebagai manusia berpengetahuan atau khalifah yang unggul, yang bisa menjadi

pembimbing bagi manusia lainnya atau bagi kaumnya. Jadi, secara individual

semua umat Islam harus mempunyai akhlak dan pengetahuan yang benar dahulu

dalam koridor Islam sebagai adab hamba di hadapan pencipta-Nya, yang akhirnya

dari keberadabannya itu akan memberikan rahmat sebelum membangun sistem

kekhalifahan sebagai suatu identitas global.16

3 M. Abdurrahman Assegaf, “Konsep Khilafah Islamiyah”, http//www.persis.co.id/15112007/, hlm.1 4 Suryaningsih,”Umat Islam dan Tantangan Untuk Menciptakan Transformasi Besar”,

http//suryaningsih.wordpress.com/26122007/, hlm.2-3

Page 15: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

3

Manusia diciptakan Allah SWT dalam struktur yang paling baik diantara

makhluk lain. Ia juga dilahirkan dalam keadaan fitrah, bersih, dan tidak ternoda.

Pengaruh-pengaruh yang datang kemudianlah yang akan menentukan seseorang

dalam mengemban amanah sebagai khalifah-Nya, sebagaimana Nabi Muhammad

bersabda :

لووم ا مند عن ايب هر ير ة أنه كا ن يقو ل قال ر سول اهللا صلي اهللا عليه و سلم م 17 )رواه مسلم ( دانه وينصرانه ويمجسا نه طرة فأبواه يهواال يولد على الف

“Dari Abu Hurairah katanya : Bersabda Rasulullah Saw. Tiap-tiap anak dilahirkan dengan keadaan putih bersih maka dua ibu bapaknya yang me-Yahudikan atau me-Nasranikan atau me-Majusikan”. (HR. Muslim).

Allah memberikan anugrah berupa potensi kepada manusia yang harus

dikembangkan dan harus diaktualisasikan agar dapat memberikan manfaat bagi

kepentingan hidupnya. Sebagai khalifah ia haruslah memiliki kekuatan untuk

mengolah alam dengan menggunakan segenap daya dan potensi yang dimilikinya.

Sebagai ‘abd ia harus melaksanakan seluruh usaha dan aktifitasnya dalam rangka

ibadah kepada Allah SWT. Dengan pandangan yang terpadu ini maka sebagai

khalifah tidak akan berbuat sesuatu yang mencerminkan kemungkaran atau

bertentangan dengan kehendak Tuhan.

Berdasarkan pengakuan Islam terhadap fitrah dan potensi manusia maka

dalam pendidikan Islam, manusia perlu dididik sesuai dengan nilai-nilai dan

norma-norma ajaran Islam. Menurut Achmadi dalam buku yang berjudul Islam

sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan menyatakan bahwa: “yang dimaksud dengan

pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang berusaha memelihara dan

megembangkan fitrah serta sumber daya insani yang ada padanya menuju

terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam”.6

5 Imam Abi Husain Muslim Ibn Hajjaj, Shahih Muslim, Juz IV,(Beirut : Darul al-Kutub,

tt).hlm.2047. 6 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,1992),hlm.20.

Page 16: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

4

Karena besarnya peranan manusia di muka bumi dengan segala aspek

kehidupannya, pendidikan Islam sangat perlu dan penting sekali.

Dengan terbinanya seluruh potensi manusia secara sempurna maka

diharapkan mampu untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka

bumi. Atas dasar ini Quraish Shihab berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam

adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu

melaksanakan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya guna membangun

dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.7

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk melahirkan masyarakat yang

berkebudayaan serta melestarikan eksistensi masyarakat selanjutnya, dan

pendidikan akan mengarahkan kepada sumber daya manusia yang berkualitas.8

Selain itu dalam Islam, pendidikan bertujuan menumbuhkan keseimbangan pada

kepribadian manusia melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan

dan kepekaan tubuh manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan

jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, spiritual, intelektual,

imaginatif, fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara

kolektif dan memotivasi semua aspek untuk mencari kebaikan dan kesempurnaan.

Pada gilirannya tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan penyerahan mutlak

kepada Allah SWT pada tingkat individual, masyarakat, dan kemanusiaan pada

umumnya.9

Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik, manusia

perlu diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, ketrampilan, teknologi dan

sarana pendukung lainnya. Ini menunjukkan konsep khalifah dalam al-Qur’an erat

kaitannya dengan pendidikan.

7 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan,2007),hlm.173. 8 Marasudin Siregar, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun: Tinjauan Fenomenologis, dalam Rusman

Thoyyib, Darmu’in, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1999),hlm.16.

9 Ali Asraf, op. cit.,hlm.2.

Page 17: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

5

B. Penegasan Istilah

Untuk mengurangi kekaburan dan untuk nenghindari kesalahan pengertian

atau penafsiran bagi para pembaca, maka penulis perlu memberikan penegasan

istilah terhadap masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.

a. Makna Khalifah dalam QS. Al-Baqarah Ayat 30 -35

Makna dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti arti atau maksud

pembicara atau penulis. Jadi makna adalah arti atau maksud dari suatu obyek

yang dikaji.10 Khalifah adalah kata yang berelemen huruf kha’, lam dan fa’

bermakna mengganti, mewakili, generasi dan belakang.11 Sedangkan dalam tafsir

Alqur’anul Majid An Nur disebutkan bahwa pengangkatan manusia sebagai

khalifah meliputi pengangkatan seluruh manusia pada posisi diatas makhluk lain

dengan diberi kekuatan akal.12

Al-Qur’an biasa didefinisikan sebagai “firman-firman Allah yang

disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai redaksi-Nya kepada Nabi Muhammad

SAW dan diterima oleh umat Islam secara mutawattir dan membacanya

merupakan ibadah.”13 Dengan definisi ini, kalamullah yang diturunkan kepada

nabi-nabi selain nabi Muhammad, tidak dinamakan al-Qur’an seperti Taurat yang

diturunkan kepada nabi Musa dan Injil yang diturunkan kepada nabi Isa.

Sedangkan yang diteliti disini adalah al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30-35

b. Relevansi Tujuan Pendidikan Islam.

Relevansi berasal dari bahasa Inggris relevance yang berarti bersangkut

paut atau bisa disebut juga hubungan.14 Dalam kamus popular dijelaskan bahwa

makna relevansi adalah hubungan, keterkaitan atau pertalian.15 Sedangkan dalam

penelitian ini diartikan dengan hubungan yaitu adanya hubungan antara satu hal

10 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai

Pustaka,1995),hlm.619. 11 A.Mustain Syafi’i, Tafsir Al-Qur’an Bahasa Koran,(Surabaya: Harian Bangsa,2004),hlm.163. 12 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al Qur’anul Majid An Nur,(Semarang:

PT.Pustaka Rizki Putra,2000),hlm.71. 13 M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an,(Bandung: Mizan,2005),hlm.43. 14 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia,1993),hlm.475. 15 M.D.J. Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,(Bandung: CV. Pustaka Setia,2000),hlm.261.

Page 18: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

6

dengan hal lain yang dapat berguna secara langsung untuk menambah atau

melengkapi satu sama lain.

Tujuan menurut Zakiyah Daradjat adalah sesuatu yang diharapkan

tercapainya setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Selain itu tujuan adalah

sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang

melaksanakan suatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan Islam yaitu sasaran

yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan

pendidikan Islam.16

Menurut Achmadi tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi tiga tahapan

yaitu:17

a. Tujuan akhir: pada dasarnya tujuan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia dan

peranannya sebagai ciptaan Allah yaitu menjadi hamba Allah yang bertakwa,

mampu menjadi khalifah di bumi dan memperoleh kesejahteraan hidup di dunia

dan akhirat.

b. Tujuan umum: tujuan ini berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat

diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku, dan kepribadian peserta

didik sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai pribadi yang utuh.

c. Tujuan khusus : tujuan ini bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan

perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama masih

tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi.

Dari penegasan istilah diatas dapat dipahami bahwa yang dimaksud judul

skripsi Makna Khalifah dalam al-Qur’an Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan

Islam (Analisis QS. al-Baqarah Ayat 30-35) adalah hubungan makna khalifah

yang tersurat dalam surat al-Baqarah ayat 30-35 dengan tujuan pendidikan Islam,

artinya unsur kesamaan yang ada antara keduanya dapat dikaji dalam rangka

merealisasikan pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam yang

disampaikan Rasulullah SAW dalam rangka beribadah kepada Allah.

16 Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat pendidikan Islam,(Bandung: CV. Pustaka Setia,2001),hlm.68.

17 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005),hlm.28-29.

Page 19: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

7

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di muka, maka ada

beberapa masalah yang dikaji dalam penelitian ini, permasalahan tersebut antara

lain:

1. Bagaimana makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35 ?

2. Bagaimana relevansi makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35

dengan tujuan pendidikan Islam ?

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi

1. Tujuan penelitian skripsi

Berpijak dari permasalahan tersebut diatas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui makna khalifah dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35.

b. Untuk mengetahui relevansi makna khalifah dalam QS.al-Baqarah ayat

30-35 dengan tujuan pendidikan Islam.

2. Manfaat penelitian skripsi

a. Dengan meneliti dan mengkaji makna khalifah yang terkandung dalam

QS.al-Baqarah ayat 30-35, maka diharapkan akan dapat meningkatkan

wawasan serta pemahaman yang lebih komprehensif tentang makna

khalifah dari berbagai sudut pandang para mufassir.

b. Dari hasil kajian dan pemahaman ayat di atas, diharapkan dapat membantu

usaha penghayatan sekaligus pengamalan terhadap isi, kandungan dan

nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an baik yang tersirat maupun

tersurat dalam QS. al-Baqarah ayat 30-35.

c. Kajian ini dilakukan sebagai salah satu acuan dalam mengarahkan peserta

didik untuk dapat mengoptimalkan potensi diri agar dapat berperan

sebagai khalifah dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 20: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

8

d. Dengan melakukan kajian ini diharapkan dapat merumuskan tujuan

pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran Islam sehingga dapat

membantu peserta didik menjalankan fungsinya sebagai khalifah.

E. Kajian Pustaka

Kajian tentang manusia dan tujuan pendidikan Islam kaintannya dengan

al-Qur’an telah banyak dilakukan, bahkan terdapat beberapa karya ilmiah dan

buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang dikaji telah memberikan

kontribusi yang lebih signifikan dalam rangka mengkaji dan memahami

permasalahan yang dikaji, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih

komprehensif. Diantara karya ilmiah yang mendukung kajian ini adalah sebagai

berikut:

Pertama, Tujuan Pendidikan Islam Relevansinya dengan Fungsi Manusia

Menurut al-Qur’an (kajian filosifis) yang diteliti oleh Nur Imamah.18 Skripsi ini

berisi tentang tujuan pendidikan yang pada dasarnya sesuai dengan tujuan hidup

manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, kemudian dikaitkan dengan

fungsi manusia menurut al-Qur’an yakni sebagai khalifah dan ‘abdullah yang

pada akhirnya menuju terbentuknya insan kamil.

Kedua, Manusia dalam Konsepsi Ibnu Khaldun dan Implikasinya

terhadap Pendidikan Islam yang dikaji oleh Syamsu.19 Penelitian ini berisikan

tentang manusia secara eksistensial adalah makhluk Allah yang diberi tugas

sebagai khalifah di muka bumi, makhluk pribadi yang terdiri dari dwi matra yaitu

jiwa dan raga. Pengenalan tentang manusia merupakan langkah pertama yang

harus diperhatikan para pakar atau pelaksana pendidikan, karena manusia dalam

pendidikan dipandang sebagai subyek dan obyek pendidikan.

18 Nur Imamah, 3100224, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005, Judul Skripsi

: “Tujuan Pendidikan Islam Relevansinya dengan Fungsi Manusia Menurut al-Qur’an (kajian filosifis)”, ( Semarang : 2005), td.

19 Syamsu, 3100056, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005, Judul Skripsi : “Manusia dalam Konsepsi Ibnu Khaldun dan Implikasinya terhadap Pendidikan Islam”,( semarang: 2005), td.

Page 21: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

9

Ketiga, Makna Ibadah dalam al-Qur’an Surat az-Dzariyat ayat 56

Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam yang dikaji oleh Ali Usman.20

Skripsi ini menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dan makna ibadah

mempunyai hubungan atau keterkaitan dalam ramgka mewujudkan tujuan hidup

manusia yaitu sebgai ‘abd dan khalifatullah yang diwujudkan melalui pendidikan.

Berbeda dengan beberapa penelitian di atas, maka penelitian ini

memfokuskan untuk mengetahui makna khalifah yang terkandung dalam surat al-

Baqarah ayat 30-35 kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam. Dengan harapan

agar makna khalifah tersebut dapat menjadi dasar untuk merumuskan tujuan

pendidikan Islam.

F. Kerangka teori

Manusia adalah salah satu makhluk Allah yang paling sempurna, baik

dari aspek jasmaniah maupun ruhaniahnya. Karena kesempurnaannya itulah maka

untuk dapat memahami, mengenali secara dalam dan totalitas dibutuhkan keahlian

yang spesifik. Dan hal itu tidak mungkin dapat dilakukan tanpa melalui studi yang

panjang dan hati-hati tentang manusia melalui al-Qur’an dan sudah tentu di

bawah bimbingan dan petunjuk Allah serta berparadigma kepada proses

pertumbuhan dan perkembangan eksistensi diri yang terdapat pada para Nabi,

Rasul dan khususnya nabi Muhammad SAW.

Dalam sejarah penciptaan manusia, dijelaskan bahwa sebelum

diciptakannya manusia, Tuhan telah menyampaikan rencana penciptaan ini

kepada para malaikat, agar makhluk ini (manusia) menjadi khalifah (kuasa atau

wakil) Tuhan di bumi (QS 2: 30). Dari sini jelas pula bahwa hakikat wujud

manusia dalam kehidupan ini adalah melaksanakan tugas kekhalifahan:

membangun dan mengolah dunia ini sesuai dengan kehendak Ilahi. Berangkat

dari misi al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah dan sebagai pedoman hidup

20 Ali Usman, 3100150, Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2005, Judul Skripsi :

“Makna Ibadah dalam al-Qur’an Surat az-Dzariyat ayat 56 Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam”, (Semarang : 2004), td.

Page 22: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

10

seluruh manusia, maka tugas umat adalah mengkaji dan memahaminya. Tidak

sedikit ayat al-Qur’an yang berbicara tentang manusia. Bahkan manusia adalah

makhluk pertama yang telah disebut dua kali dalam rangkaian wahyu Tuhan yang

pertama (QS. 96 : 1- 5 ).21

Allah juga telah menyuruh seluruh manusia untuk menyadari dirinya

sendiri, merenungkan dan memikirkan hakikat hidupnya, dari mana asalnya dan

hendak kemana dia serta bagaimana ia hidup di dunia ini. Sebagaimana firman

Allah dalam surat adz-Dzariyat: 21 “Dan (juga) pada dirimu sendiri, apakah

kamu tidak memperhatikan”.22

Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut dengan baik, manusia perlu

diberikan pendidikan, pengajaran, keterampilan, pengalaman serta sarana

pendukung lainnya. Hal ini menunjukkkan bahwa konsepsi manusia dalam al-

Qur’an erat kaitannya dengan pendidikan, khususnya pendidikan Islam.karenanya

pembicaraan apapun yang berkenaan dengan pendidikan, pastilah mengupas

tentang manusia terlebih dahulu. Sebab manusia merupakan subyek sekaligus

obyek pendidikan. Dalam artian bahwa aktivitas pendidikan berkaiatan dengan

proses “humanizing of human being“ proses “memanusiakan manusia“ atau

upaya membantu subyek (individual atau satuan sosial) berkembang normatif

lebih baik. Ini tentunya dimulai dengan merumuskan hakekat subyek didik

(manusia). Dari sini disusunlah sistematika tentang bagaimana seharusnya proses

dilaksanakan.23

Persoalan manusia merupakan tema sentral dan titik tolak dalam

memaknai pendidikan Islam, termasuk di dalamnya adalah untuk merumuskan

tujuan pendidikan Islam. Karena pendidikan Islam pada dasaranya ingin

mengantarkan manusia menuju ke kemanusiaan sejati. Dalam pendidikan Islam,

21 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung : Mizan , 2007), hlm. 233 22 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan terjemahnya, ( Bandung : Gema Risalah

Press , 1992 ), hlm. 13-14 23 A. Noerhadi Djamal, Epistemologi Pendidikan Islam : Suatu Telaah Reflektif Qur’any, dalam

Habib Thoha (eds), Reformasi Filsafat Pendidikan Islam, ( Yogya : Pustaka Pelajar, 1996 ) , hlm. 283

Page 23: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

11

pemikiran tentang manusia berdasarkan pada sumber–sumber ajaran Islam

diharapkan dapat membantu dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam yang

sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

G. Metodologi penelitian

1. Metode pengumpulan data

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu

penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan kepustakaan atau literature

baik berupa buku laporan ataupun catatan hasil penelitian terdahulu.24

Secara garis besar, sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi

dua, yaitu:

a. Sumber primer

Sumber primer adalah sumber informasi yang lansung dari subyek penelitian

dengan menggunakan alat pengambilan data lansung pada subyek sebagai

informasi yang dicari.25 Dalam skripsi ini, sumber primernya adalah al-Qur’an

serta tafsir-tafsirnya, terutama tafsir al-Misbah, tafsir Ibnu Katsir, tafsir al-

Qur’anul Majid An-Nur dan tafsir al-Maraghi.

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder adalah sumber informasi secara tidak langsung mempunyai

wewenang dan tanggung jawab atau yang berkaitan dengan tema tersebut.26

Dalam hal ini adalah buku-buku yang relevan dengan pembahasan dalam

penelitian ini, diantaranta adalah buku Membumikan al-Qur’an dan buku-

buku tentang Filsafat Pendidikan Islam.

2. Metode analisis data

a. Metode Maudhu’i

Metode yang digunakan adalah metode tafsir maudhu’i. Tafsir maudhu’i

ini mempunyai dua macam bentuk kajian. Pertama, pembahasan mengenai satu

24 M. Iqbal Ihsan, Pokok-pokok Materi MetodologiPenelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11

25 Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian , ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001 ) hlm, 90 26 Ibid, hlm..90

Page 24: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

12

surat secara menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat

umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang

dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh

dan cermat. Kedua, menghimpun sejumlah ayat dari berbagai surat yang sama-

sama membicarakan satu masalah tertentu, ayat-ayat tersebut disusun sedemikian

rupa dan diletakkan di bawah satu tema bahasan dan selanjutnya ditafsirkan

secara maudhu’i.27 Kedua bentuk metode tafsir maudhu’i tersebut digunakan

dalam penelitian ini adalah agar mendapat penjelasan makna khalifah dalam al-

Qur’an terutama dalam surat al-Baqarah ayat 30-35 secara komprehensif.

b. Metode Interpretatif

Metode ini berperan untuk mencari makna yang merupakan upaya untuk

menangkap dibalik yang tersurat, selain itu juga mencari makna yang tersirat serta

mengaitkan dengan hal-hal yang terkait yang sifatnya logik teoritis dan

transendental.28 Metode digunakan dalam rangka mencari kandungan surat al-

Baqarah ayat 30-35 tentang khalifah relevansinya dengan tujuan pendidikan

Islam.

27 Abd. Al-Hay Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i: Sebuah Pengantar ( Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1994 ), hlm. 35-36 28 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta: Rake Surasin, 1996 ), hlm. 65.

Page 25: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

13

BAB II

MAKNA KHALIFAH DALAM Q.S AL-BAQARAH AYAT 30-35

A. Pengertian Khalifah

Kata khalifah dalam bentuk tunggal terulang dua kali dalam al-Qur’an

yaitu dalam al-Baqarah ayat 30 dan Shad ayat 26. Sedangkan dalam bentuk plural

ada dua bentuk yang digunakan yaitu: (a) khalaif yang terulang sebanyak empat

kali terdapat dalam surah al-An’am ayat 165, Yunus ayat 14 dan 73 dan Fathir

ayat 39; (b) khulafa’ terulang sebanyak tiga kali pada surah al-A’raf ayat 69 dan

74 dan al-Naml ayat 62. Keseluruhan kata tersebut pada berakar dari kata khalafa

yang pada mulanya berarti “di belakang”. Dari sini kata khalifah sering kali

diartikan sebagai “pengganti”.1

Manusia di dunia ini memiliki kedudukan yang istimewa. Manusia adalah

khalifah Allah di muka bumi. Al-Qur’an menyatakan :

) ٣٠: البقرة......(رض خليفة ربك للمالئكة إني جاعل في األوإذ قال

Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, bahwa sesungguh-Nya aku akan menjadikan di bumi seorang Khalifah …. (QS. al- Baqarah : 30 ) 2

Menurut Quraish Shihab, kata khalifah pada mulanya berarti yang

menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas

dasar ini kata khalifah ada yang memahami dalam arti yang menggantikan Allah

dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya,

namun hal ini bukan berarti Allah tidak mampu atau menjadikan manusia

1Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat,(Bandung: Mizan, 2007) hlm. 157 2 Soenarjo dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama Islam, 1971), hlm.13

Page 26: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

14

berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia

dan memberinya penghormatan.3

Dalam Lisanul Arab disebutkan:

قال ابن االثري اخلليفة من يقوم مقام الذاهب ويسد مسده ومجعه اخللفأ

Ibnu Atsir berkata Al Khalifah ( الخليفة ) artinya adalah orang yang mengambil alih posisi orang lain yang “pergi” dan melanjutkan tugasnya. Dan jamaknya adalah khulafa’ 4 خلفأ

Asy-Sya’rawi mengemukakan bahwa yang menggantikan itu boleh jadi

menyangkut waktu ataupun tempat. Ayat ini dapat berarti pergantian antara

sesama makhluk manusia dalam kehidupan dunia ini, tetapi dapat juga berarti

kekhalifahan manusia yang diterimanya dari Allah. Namun asy-Sya’rawi tidak

memahaminya dalam arti bahwa manusia yang menggantikan Allah dalam

menegakkan kehendak-Nya, akan tetapi ia memahami kakhalifahan tersebut

berkaitan dengan reaksi dan ketundukan bumi kepada manusia yang

dianugerahkan Allah kepada manusia.5

Al Maraghi berpendapat bahwa khalifah berarti jenis lain dari makhluk

sebelumnya, disamping itu bisa juga diartikan sebagai pengganti Allah untuk

melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap manusia. Sebagian mufassir

berpendapat bahwa yang dimaksud dengan khalifah di sini adalah sebagai

pengganti Allah dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya kepada manusia.

Oleh sebab itu istilah yang mengatakan “manusia adalah khalifah Allah di bumi”,

sudah sangat popular.6

3 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan , Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol 1 ( Jakarta : Lentera Hati, 2002 ) hlm. 142

4 Ibnu Manzur Jamaluddin al-Anshary, Lisanul Arab, (Mesir: Darul Misriyah, tt.,), hlm. 437. 5 Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an, Vol 4 ( Jakarta

: Lentera Hati, 2001 ) hlm. 363- 364 6 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Beirut: Darul Kutub,

tt.,) hlm. 134.

Page 27: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

15

Sebagai dalilnya adalah firman Allah kepada nabi Daud :

) ٢٦ :ص (…يا داود إنا جعلناك خليفة في الأرض

Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di bumi… (QS. Shad: 26) 7 Kekhalifahan yang dianugerahkan kepada Daud a.s. berkaitan dengan

kekuasaan mengelola wilayah tertentu. Hal ini diperoleh Daud berkat anugerah

ilahi yang mengajarkan kepadanya al-hikmah dan ilmu pengetahuan.8

Pengangkatan khalifah ini menyangkut juga pengertian pengangkatan

sebagian manusia yang di beri wahyu oleh Allah tentang syari’at-syari’at-Nya.

Kemudian juga mencakup seluruh makhluk (manusia) yang berciri memiliki

kemampuan berpikir yang luar biasa.9

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa khalifah dalam surat al-

Baqarah ayat 30 berarti kaum yang silih berganti menghuni dan meliputi

kekuasaan dan pembangunan nya.10 Sebagaimana firman Allah dalam surah al-

An’am ayat 165:

)١٦٥:األنعام... (ف األرض وهو الذي جعلكم خالئ

Dialah Allah yang menjadikan kalian silih berganti menghuni dan menguasai bumi… (QS. al-An’am: 165)11

Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy menambahkan bahwa Tuhan

mengangkat manusia sebagai khalifah meliputi:12

a) Pengangkatan sebagian anggota masyarakat manusia dengan mewahyukan

syari’at-Nya kepada mereka untuk menjadi khalifah.

7 Soenarjo, op. cit., hlm. 736 8 Quraish Shihab, op. cit., hlm. 157 9 Ahmad Musthofa Al Maraghi, op. cit., hlm. 134 10 Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, (Surabaya : PT.

Bina Ilmu, 1987), hlm. 80 11 Sunarjo, op. cit., hlm. 217 12 Tengku Muhammad Hasybi Ash Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nur, ( Semarang:

PT. Pustaka Rizki Putra, 2000 ), hlm 71

Page 28: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

16

b) Pengangkatan seluruh manusia pada posisi diatas makhluk lain dengan diberi

kekuatan akal.

Sebagian tanda hikmah Allah yang sangat nyata adalah dijadikannya

manusia sebagai khalifah di bumi dengan memiliki kemampuan yang luar biasa

yang menampakkan keajaiban dan rahasia-rahasia yang terpendam dalam ciptaan

Allah.

Makna term khalifah memunculkan banyak pendapat. Perbedaan pendapat

juga muncul dalam pembicaraan mengenai siapa yang mengganti atau mengikuti

siapa, dalam hal ini terdapat tiga pendapat yang berbeda.13 Pendapat pertama

mengatakan bahwa manusia merupakan spesies yang menggantikan spesies lain

yang lebih dahulu hidup di bumi. Menurut pendapat ini, yang mendahului

manusia hidup di bumi adalah jin. Dengan demikian manusia menurut pendapat

ini merupakan khalifah jin di atas bumi.

Pendapat kedua mengatakan bahwa tiada makhluk lain di bumi yang

digantikan manusia. Istilah khalifah bagi kelompok ini menunjuk kepada

sekelompok manusia yang mengganti kelompok lain. Salah satu ayat yang

digunakan sebagai penguat pendapat ini adalah :

...ر إذا دعاه ويكشف السوء ويجعلكم خلفاء الأرض أمن يجيب المضط ) ٦٢:النمل(

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi… (QS. al-Naml: 62)14

Sedangkan pendapat ketiga menjelaskan bahwa khalifah bukanlah sekedar

menunjuk pengertian seorang mengganti atau mengikuti orang lain, namun

13 Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory, A Quranic Outlook, terj. Mutammam, (

Bandung : CV. Diponegoro, 1991), hlm. 68-69 14 Soenarjo, op. cit. hlm. 601

Page 29: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

17

khalifah disini adalah khalifah Allah. Mulanya Allah kemudian datang khalifah-

Nya yang berperilaku dan berbuat sesuai dengan ajaran-ajaran-Nya. Ar-Razi, at-

Thabari, Thabathaba’i dan Qurthubi condong dengan penafsiran yang ketiga ini.

Dengan mengkaji ketiga penafsiran tersebut menunjukkan bahwa secara

umum ketiganya memiliki titik singgung, meskipun perbedaan yang

diekspresikan masing-masing tampak sekali. Makna term khalifah tercakup

dalam ketiga penafsiran tersebut. Dinamakan khalifah adalah karena

menggantikan yang lain apakah Allah, kelompok manusia lain atau makhluk

selain manusia seperti jin. Dalam hal ini dua penafsiran pertama terasa tidak tepat.

Keduanya tidak mengisyaratkan peran yang dimainkan oleh khalifah. Dengan

menyatakan bahwa pengertian sebenarnya adalah khalifah Allah, penafsiran

ketiga memberikan makna lebih dalam terhadap term khalifah. Penafsiran yang

ketiga ini nampak adanya hubungan antara manusia dengan Allah, bukan hanya

antara manusia dengan manusia atau manusia dengan makhluk lain.

Kata khulafa dalam surat al-A’raf menggambarkan manusia sebagai yang

melakukan interaksi dengan lingkungan fisiknya, mereka membangun gunung-

gunung dan dataran. Sedangkan dalam surat al-An’am menerangkan bahwa

khalaif diberi status demikian adalah untuk menguji mereka, sedangkan dalam

surah Fathir manusia diberi status khalifah agar mereka bertanggung jawab

terhadap perbuatan mereka yang salah. Makna yang sama juga dinyatakan dalam

ayat berikut 15:

)١٤:يونس(ظر كيف تعملون األرض من بعدهم لننثم جعلناكم خالئف في

Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami perhatikan bagaimana kalian berbuat. (QS. Yunus: 14) 16 Berdasarkan ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa semua manusia

dipilih menjadi khalifah atau khulafa adalah dalam kondisi tertentu. Pemegang

15 Abdurrahman Saleh Abdullah, op. cit., hlm. 71 16 Soenarjo, op. cit., hlm. 307

Page 30: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

18

jabatan khalifah ini tidak lepas dari pengawasan Allah dalam melaksanakan

fungsinya. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapakah khalifah itu atau

apakah terdapat lebih dari satu khalifah di muka bumi? Dalam hal ini terdapat dua

pendapat yang berbeda. Pendapat pertama mengatakan bahwa gelar khalifah

adalah khusus diberikan kepada Adam, tidak kepada yang lain.

Pendapat kedua tidak menolak gelar khalifah bagi Adam tetapi mereka

tidak membatasi gelar khalifah hanya untuk Adam yang diangkat sebagai khalifah

oleh Allah dihadapan para malaikat. Dengan demikian gelar khalifah tidak khusus

milik Adam namun berlaku untuk seluruh manusia. Penafsiran ini menjelaskan

dan membawa kepada pemahaman langsung ayat-ayat yang berbicara mengenai

khulafa atau khalaif atau Daud sebagai khalifah. Penafsiran ini memberikan

prestis tinggi kepada manusia tanpa mengurangi hak Adam.17

Pendapat kedua ini diperkuat oleh Abdullah Assegaf bahwa yang

dimaksud khalifah adalah khalifah Allah SWT yang secara hakiki mewakili dalam

penyampaian, penghantaran, dan perwujudan hukum-hukum Allah yaitu Zat

dimana kekhalifahan itu berasal. Dengan demikian, makna khalifah tidaklah

dinisbatkan kepada Adam saja melainkan seluruh manusia. Adapun ayat yang

menguatkan pernyataan bahwa makna khalifah itu umum, tersurat dalam al-

A’raf:69, Yunus:14, dan al-Naml:62. ini merupakan penegasan Allah SWT bahwa

khalifah yang diturunkan Allah adalah al-insan.18

B. Deskripsi QS. al-Baqarah Ayat 30 -35

وإذ قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها قدنو دكمبح حبسن نحناء ومالد فكسيونولمعا لا تم لمي أعقال إن لك س

)٣٠: البقر ة (

17 Abdurrahman Saleh Abdullah, op. cit. hlm. 72 18 Abdullah Assegaf , “ Khalifah “, http// www.12-imam.com/05102007/, hlm. 1

Page 31: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

19

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi “. Mereka berkata : “ mengapa Engkau hendak menjadikan ( khalifah ) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. ( QS. al-Baqarah: 30 )19

Dalam ayat ini Allah menyampaikan keputusan-Nya kepada para malaikat

tentang rencana penciptaan manusia di bumi. Penyampaian kepada mereka

penting, karena malaikat akan di bebani sekian tugas menyangkut manusia. Ada

yang akan bertugas mencatat amal-amal manusia, ada yang bertugas

memeliharanya, ada yang membimbingnya dan sebagainya. Penyampaian ini bisa

jadi setelah penciptaan alam raya dan kesiapannya untuk di huni manusia pertama

(Adam) dengan nyaman.20

Mendengar rencana tersebut para malaikat bertanya tentang makna

penciptaan tersebut. Mereka menduga bahwa khalifah ini akan merusak dan

menumpahkan darah. Dugaan itu mungkin berdasarkan pengalaman mereka

sebelum terciptanya manusia, dimana ada makhluk yang berlaku demikian atau

bisa juga berdasarkan asumsi bahwa karena yang ditugaskan menjadi khalifah

bukan malaikat, maka pasti makhluk itu berbeda dengan mereka yang selalu

bertasbih mensucikan Allah SWT. Mendengar pertanyaan mereka, Allah

menjawab singkat tanpa membenarkan atau menyalahkan, karena memang akan

ada diantara yang diciptakannya itu berbuat seperti yang diduga malaikat. Allah

hanya menjawab singkat, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu

ketahui”.21

Menurut Muhammad Abduh ayat ini mengisyaratkan bahwa setelah

menciptakan bumi, mengelola dan mengaturnya, memberikan kekuatan-kekuatan

19 Soenarjo, op.cit,. hlm. 13 20 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,( Jakarta : Lentera

Hati, 2007 ), hlm. 141 21 Ibid. hlm. 142

Page 32: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

20

rohani yang dikehendakinya yang menjadi penegak bumi, serta menjadikan

semacam kekuatan bagi masing-masing yang senantiasa berada padanya, Allah

pun menciptakan manusia dengan dilengkapi kekuatan yang mampu membuat

mereka dapat mengelola dan menata segala bentuk kekuatan serta

menundukkanya untuk kemakmuran bumi.22

Dengan kemampuan akal, manusia bisa mengelola alam semesta dengan

penuh kebebasan. Manusia dapat berkreasi, mengolah pertambangan, tumbuh-

tumbuhan, dapat menyelidiki lautan, daratan dan udara serta dapat merubah

wajah bumi yang tandus menjadi subur dan bukit yang terjal bisa menjadi dataran

atau lembah yang subur. Dengan kemampuan akalnya, manusia juga dapat

merubah jenis tanaman baru sebagai hasil cangkok, sehingga tumbuh pohon yang

sebelumnya belum pernah ada. Semuanya ini diciptakan Allah yang maha kuasa

untuk kepentingan umat manusia.23

Hal ini menunjukkan bahwa manusia dianugerahi oleh Allah dengan

bakat-bakat dan keistimewaan dalam dirinya. Sehingga ia akan mampu

melaksanakan funfsinya sebagai khalifah di muka bumi. Dengan segala

kemampuannya, manusia akan dapat mengungkapkan keajaiban-keajaiban ciptaan

Allah.

وعلم آدم الأسماء كلها ثم عرضهم على الملائكة فقال أنبئوني بأسماء هؤلاء ادقنيص متق.إن كن ليمالع تأن كا إننتلما عا إلا ملن لا علم كانحبالوا س

كيم٣٢–٣١:البقرة(الح( Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( benda-benda ) seluruhnya, kemudian mengemukakannya pada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!”. Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau

22 Teuku M. Hasbi As-Shidiqie, op. cit; hlm. 73 23 Ahmad Musthafa Al-Maraghi, op. cit.,hlm. 134

Page 33: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

21

ajarkan kepada Kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. al-Baqarah: 31-32)24

Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi Allah potensi

untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda. Misalnya

fungsi api, angin, air dan sebagainya. Dia juga dianugerahi potensi untuk

berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak kecil) bukan di mulai

denghan kata kerja, tetapi mengajarkannya terlebih dahulu nama-nama.

Sebagian ulama ada yang memahami pengajaran nama-nama kepada

Adam dalam arti mengajarkan kata-kata. Di antara mereka ada yang berpendapat

bahwa ketika dipaparkan nama-nama benda itu, pada saat yang sama beliau

mendengar suara yang menyebut nama benda itu pada saat dipaparkannya,

sehingga beliau memiliki kemampuan untuk memberi kepada masing-masing

benda nama-nama yang membedakannya dari benda yang lain. Pendapat ini lebih

baik dari pendapat pertama. Ia pun tercakup oleh kata mengajar karena mengajar

tidak selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu atau menyampaikan suatu kata

atau ide, tetapi dapat juga dalam arti mengasah potensi yang dimiliki peserta didik

sehingga pada akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka

pengetahuan.

Dengan demikian salah satu keistimewaan manusia adalah

kemampuannya mengekspresikan apa yang terlintas dalam benaknya serta

kemampuannya menagkap bahasa sehingga ini mengantarkannya untuk

“mengetahui”. Di sisi lain kemampuan manusia merumuskan ide dan memberi

nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia

berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan. 25

Di samping itu nama-nama segala benda yang oleh para ahli tafsir

diartikan sifat segala sesuatu serta ciri-cirinya yang lebih dalam, segala sesuatu

disini termasuk juga perasaan. Ciri-ciri dan perasaan tertentu yang berada di luar

24 Soenarjo, op.cit,.hlm.14 25 M.Quraish Shihab, op.cit,. hlm.146-147

Page 34: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

22

para malaikat oleh Tuhan diberikan pada sifat manusia. Dengan demikian

manusia mampu menggunakan cinta kasih dan memahami arti cinta kasih dan

dengan ini manusia membuat rencana serta berinisiatif, sesuai kedudukannya

sebagai khalifah.26

Setelah mengajari Adam tentang segala macam nama, Allah

mengemukakan hal itu kepada para malaikat dengan itu mereka mengetahui

bahwa Adam (manusia) mempunyai kemampuan untuk mengetahui apa yang

tidak mereka ketahui dan manusia sanggup memegang kekhalifahan di bumi.

Karakternya sebagai penumpah darah seperti dikhawatirkan malaikat tidak

menghilangkan hikmah Allah menjadikan Adam (manusia) sebagai khalifah.

Ucapan malaikat “Maha Suci Engkau“ yang mereka kemukakan sebelum

menyampaikan ketidaktahuan mereka, menunjukkan betapa mereka tidak

bermaksud membantah atau memprotes ketetapan Allah menjadikan manusia

sebagai khalifah di bumi, sekaligus sebagai pertanda “penyesalan“ mereka atas

ucapan atau kesan yang ditimbulkan oleh pertanyaan itu.27

م إني أعلم قال يا آدم أنبئهم بأسمائهم فلما أنبأهم بأسمائهم قال ألم أقل لكدبا تم لمأعض والأرات واومالس بون غيمكتت متا كنم٣٣ :البقرة(ون و(

Allah berfirman, “Hai Adam beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda, Allah berfirman: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahu rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?. (QS. al-Baqarah: 33)28 Dalam ayat sebelumnya Allah telah mengajarkan nama-nama benda pada

Adam. Kemudian dalam ayat ini Allah membuktikan kemampuan khalifah

(Adam) kepada malaikat. Allah memerintahkan Adam untuk memberitahukan

nama-nama benda kepada malaikat.

26 Abdullah Yusuf Ali, Terjemah The Holy Qur’an,( Jakarta, Pustaka Firdaus: 1993 ), hlm. 24 27 M.Quraish Shihab, op.cit,. hlm.147 28 Soenarjo, loc. cit,.

Page 35: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

23

Hikmah Tuhan mengajarkan nama-nama kepada Adam dan kemudian

mengajarkannya kepada para malaikat adalah untuk memuliakan Adam dan

mengutamakannya, sehingga malaikat tidak membanggakan diri dengan ilmu dan

makrifatnya. Selain itu juga untuk menunjukkan rahasia ilmu yang tersimpan

dalam perbendaharaan ilmu Allah yang Maha Luas dengan perantaraan lisan

seorang hamba yang dikehendaki-Nya.29

Meskipun malaikat merupakan makhluk-makhluk suci yang tidak

mengenal dosa, tetapi mereka tidak wajar menjadi khalifah, karena yang bertugas

menyangkut sesuatu harus memiliki pengetahuan tentang aspek-aspek

pengetahuan yang berkaitan dengan tugasnya. Khalifah yang akan bertugas di

bumi, harus mengenal apa yang ada di bumi, paling sedikit nama-namanya atau

bahkan potensi yang dimilikinya. Hal ini tidak diketahui oleh malaikat, tetapi

Adam mengetahuinya. Karena itu, dengan jawaban para malaikat sebelum ini dan

penyampaian Adam kepada mereka terbuktilah kewajaran makhluk yang

diciptakan Allah itu untuk menjadi khalifah di dunia.

Kekhalifahan di bumi adalah kekhalifahan yang bersumber dari Allah

SWT, yang antara lain bermakna melaksanakan apa yang dikehendaki Allah

menyangkut bumi ini. Dengan demikian pengetahuan atau potensi yang

dianugerahkan Allah itu merupakan syarat sekaligus modal utama untuk

mengolah bumi ini. Tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi

berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal meskipun

seandainya dia tekun ruku’, sujud dan beribadah kepada Allah. Melalaui kisah ini,

Allah SWT bermaksud menegaskan bahwa bumi dikelola bukan semata-mata

hanya dengan tasbih dan tahmid tetapi juga dengan amal ilmiah dan ilmu

amaliah.30

29 Teuku M. Hasbi As-Shidiqie, op. cit; hlm. 76 30 M. Quraish Shihab, op.cit.,hlm. 150-151

Page 36: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

24

ئكة اسجدوا لآدم فسجدوا إلا إبليس أبى واستكبر وكان من وإذ قلنا للملا٣٤:البقرة (الكافرين(

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS. al-Baqarah: 34 )31

Setelah Allah membuktikan kemampuan Adam kepada para malaikat,

selanjutnya Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk sujud kepada Adam

sebagai penghormatan kepada sang khalifah yang dianugerahi ilmu dan mendapat

tugas mengelola bumi.

Ini adalah penghormatan dalam bentuk paling tinggi kepada makhluk yang

akan membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah. Akan tetapi manusia

diberi rahasia yang bisa mengangkat derajatnya lebih tinggi daripada malaikat.

Mereka diberi rahasia makrifat sebagaimana mereka diberi rahasia iradah yang

merdeka untuk memilih jalan hidup. Berbagai macam tabiat dan kemampuannya

untuk mengendalikan iradahnya dalam menghadapi jalan yang sulit dan

keseriusannya mengemban amanah hidayah ke jalan Allah dengan usahanya yang

khusus. Semua ini adalah sebagian rahasia penghormatan kepada mereka.32

Sujud secara bahasa berarti tunduk. Ungkapan paling kongkrit dari sujud

ini adalah meletakkan kening di lantai (tanah). Ada dua makna sujud. Pertama,

sujud penyembahan (sujud ibadah), yakni sujud yang hanya dilakukan seorang

hamba kepada pencipta-Nya. Sujud ini hanya khusus kepada Allah saja. Kedua,

sujud penghormatan (sujud takrim), yaitu sebuah sikap penghargaan dari makhluk

kepada sesama makhluk yang mempunyai kelebihan. Sebagaimana sujud para

malaikat kepada Adam.33

31 Soenarjo, loc.cit,. 32 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Di Bawah Naungan al-Qur’an, Terj. As’ad Yasin

dkk,( Jakarata : Gema Insani Press, 2000 ), hlm. 97 33 A. Mustain Syafi’i, Tafsir Qur’an Bahasa Koran,( Surabaya : Harian Bangsa, 2004 ) , hlm. 195

Page 37: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

25

Mengenai sujud kepada Adam, ada beberapa pendapat:34

1. Sujud untuk memuliakan Adam, bukan menyembahnya.

2. Sujud tahiyyah kepada Adam, sebaigama dikatakan Ibnu Anbar bahwa sujud

malaikat kepada Adam merupakan sujud tahiyyah bukan sujud ibadah.

3. Sujud memuliakan Adam atas nama ibadah kepada Allah. Ibnu Taimiyah

menjelaskan bahwa firman ini bermakna sujudlah bagi Adam dengan perintah

Allah dan ketetapan-Nya.

Ayat ini dapat menjadi dasar tentang kewajiban menghormati orang-orang

yang berilmu pengetahuan, sebagaimana ayat 35 yang mempersilahkan Adam dan

isterinya bertempat tinggal di surga. Hal ini menjadi syarat atas kewajaran ilmuan

dan keluarganya mendapat fasilitas, yang tentu saja antara lain agar ia dapat lebih

dapat mengembangkan ilmunya.

وقلنا يا آدم اسكن أنت وزوجك الجنة وكلا منها رغدا حيث شئتما ولا تقربا الظالمني ا منكونة فترجذه الش٣٥ :البقرة (ه(

Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim. (QS. al-Baqarah: 35)35

Ayat ini berhubungan dengan kandungan ayat 30 sampai dengan ayat 34.

seluruh ayat ini menguraikan satu episode dari kisah Adam. Dalam ayat ini Allah

berfirman sebagai pemberitahuan mengenai perkara yang dengannya Adam

dimuliakan Allah. Allah membolehkannya untuk mendiami surga dimana saja

yang disukainya dan memakan yang diinginkannya dengan sepuas-puasnya yaitu

berupa makanan yang menyenangkan, banyak dan baik.36

34 Teuku M. Hasby As-Shidiqie, Tafsir al-Bayan I ( Semarang : Thoha Putra, 1977 ), hlm. 193 35 Soenarjo, loc.cit,. 36 M. Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, terj. Shihabuddin ( Jakarta : Gema Insani

Press, 2001 ) , hlm. 111

Page 38: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

26

Ada dua statemen dalam ayat ini yang diperuntukkan buat Adam dan

pasangannya. Pertama, perintah bersakinah, mendiami secara damai dan

menikmati segala fasilitas surga. Kedua, larangan mendekati pohon khusus. Ini

adalah dasar semua aturan yang ada di dunia yakni perintah dan larangan.

Seorang hamba disebut sebagai taat dan berbakti jika telah melaksanakan perintah

dan menjauhi larangan.37

1. Perintah hidup sakinah, dalam perintah ini terdapat dua item : 38

a. “Uskun anta wa zaujuk”, yaitu hidup rukun bersama istri. Perintah ini

diawali dengan menunjuk dhamir khitab mufrad mudzakar, “anta” yang

artinya kaum lelaki, Adam, suami adalah isyarat bahwa menciptakan

rumah tangga yang sakinah itu diawali dari suami terlebih dahulu. Seorang

suami adalah pencipta dan pengendali rumah-rumah sakinah. Hal ini

menunjukkan bahwa tugas seorang khalifah diantaranya adalah membina

keluarga sakinah.

b. Puas makan “Wa kula minha raghadan haitsu syi’tuma”. Dalam ayat ini

terdapat korelasi yang positif antara perintah menciptakan kedamaian

dalam rumah tangga dengan makan yang lezat dan puas. Hal ini tersirat

dalm pesan Allah tentang rumah tangga Adam dan Hawa di surga, bahwa

kedamaian keluarga terkait dengan datangnya rizki yang cukup sehingga

dapat makan yang lezat dan nikmat. Kata “raghadan“ menunjuk nilai

makanan yang tinggi baik kualitas maupun kuantitas. Ini adalah lambang

kemapanan ekonomi dan banyaknya rejeki.

2. Jangan melanggar”Wala taqraba hadzih al-syajarah”. Sesungguhnya di dunia

ini tidak ada kebebasan mutlak. Jangankan di dunia, di surga sekalipun tetap

ada aturan termasuk aturan yang melarang Adam untuk mendekati pohon

terlarang. Tuhan menghendaki hidup berumah tangga iru ibarat menempati

surga, atau dengan kata lain menciptakan surga di rumah sendiri. Agar

37 A. Mustain Syafi’i, op.cit,. hlm. 203 38 Ibid, hlm. 203 -207

Page 39: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

27

suasana surga tetap menghiasi rumah, maka anggota keluarga itu jangan

sampai ada yang melanggar aturan.39

Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman hidup di surga adalah arah yang

harus dituju dalam membangun dunia ini yang meliputi kecukupan sandang,

pangan dan papan, serta rasa aman sekaligus arah terakhir bagi kehidupan akhirat

kelak. Sedangkan godaan Iblis dengan akibat yang fatal itu adalah pengalaman

yang amat berharga dalam menghadapi rayuan Iblis di dunia, sekaligus peringatan

bagi manusia bahwa jangankan yang belum masuk, yang sudah masuk ke surga

pun bila mengikuti rayuan Iblis akan terusir dari surga.40 Dengan demikian

manusia harus dapat mengambil hikmah dari pengalaman hidup Adam dan Hawa

di surga ini, agar dalam menjalankan hidupnya ia akan berhati-hati dengan godaan

Iblis yang dapat menggelincirkannya untuk tidak mematuhi perintah-perintah

Allah SWT.

Berdasarkan deskripsi surat al-Baqarah ayat 30-35, maka makna khalifah

tidak hanya dapat dipahami sebagai penggantian atau pewarisan. Khalifah disini

berarti wakil Allah dalam melaksanakan ketetapan-ketetapan-Nya di bumi. Hal ini

adalah sebuah penghormatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia karena ia

adalah makhluk yang paling sempurna.

Isyarat yang paling jelas dalam kisah Adam ini ialah nilai terbesar yang

diberikan oleh tashawwur Islam mengenai manusia dan peranannya di muka

bumi, kedudukannya di dalam tatanan alam semesta dan nilai-nilai yang dijadikan

timbangan serta hakikat hubungannya dengan janji Allah SWT.

Berdasarkan pandangan terhadap manusia yang demikian, dapat diambil

pelajaran yang bernilai tinggi: pertama, manusia adalah khalifah, sayid (majikan)

di bumi, karena itu segala sesuatu yang ada di bumi ini diciptakan untuk manusia.

Kedua, manusia memegang peranan utama di bumi, merekalah yang membuat

perubahan-perubahan dan memodifikasi bentuk dan tatanannya. Pandangan al-

39 Ibid, hlm. 209 40 M. Quraish Shihab, Wawasan al-qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat,

( Bandung : Mizan, 1994 ), hlm. 283

Page 40: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

28

Qur’an menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi sebagai pihak yang aktif

dalam tatanan alam semesta ini. Ketiga, pandangan Islam yang luhur terhadap

hakikat manusia dan tugasnya melahirkan sikap menjunjung tinggi nilai

kesopanan, menjunjung tinggi nilai-nilai keutamaan dan nilai-nilai akhlak, nilai

iman, kesalehan di dalam kehidupannya. Inilah nilai-nilai yang menjadi tumpuan

pelaksanaan janji kekhalifahannya.

Keempat, pandangan Islam menjunjung tinggi iradah manusia yang

merupakan tempat bergantungnya perjanjian dengan Allah, tempat bergantungnya

penugasan dan pembalasan. Ia mengangkat derajat manusia, mengendalikan

kehendaknya, dan mengalahkan gangguan yang menggodanya. Selanjutnya

peristiwa peperangan yang digambarkan oleh kisah ini yaitu antara manusia dan

setan terdapat peringatan. Peperangan ini merupakan peperangan antara

pelaksanaan perjanijian Allah dan penyelewengan setan.41

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa khalifah adalah

manusia yang aktif dalam tatanan alam semesta, seorang khalifah adalah manusia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan, keimanan dan amal saleh serta

manusia kreatif yang mampu membangun dunia ini sesuai dengan ketetapan-

Nya.

C. Khalifah Sebagai Manusia Terdidik

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, ia diciptakan demikian

agar dapat berperan sebagai khalifah di muka bumi. Manusia sebagai khalifah

merupakan cita ideal. Manusia ideal memiliki tiga aspek, yaitu: kebenaran,

kebajikan dan keindahan. Dengan kata lain ia mempunyai pengetahuan, etika dan

seni. Semua ini dapat dicapai dengan kesadaran, kemerdekaan dan kreatifitas.

Dalam kerangka ini kekhalifahan manusia di bumi nampaknya relatif

berhasil. Misalnya Tuhan telah menciptakan matahari guna menerangi rumah

41 Sayyid Quthb, op. cit.,hlm.102-103

Page 41: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

29

manusia. Dengan kreatifitasnya manusia telah mampu membawa sinar surya itu

ke dalam rumah melalui PLTS ( Pembangkit Listrik Tenaga Surya )42 .

Sebagai khalifah, manusia bertugas mengatur dunia ini. Dalam

melaksanakan tugas ini sesungguhnya ia akan diuji apakah akan melaksanakan

tugasnya dengan baik atau sebaliknya. Mengurus dengan baik adalah mengurus

dunia ini sesuai dengan kehendak Allah, sesuai dengan pola yang ditentukan-Nya

agar kemanfaatan alam semesta dan segala isinya dapat dinikmati oleh manusia

dan makhluk lainnya. Kalau sebaliknya, pengurusan itu tidak baik, artinya tidak

sesuai dengan pola yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya menjadi khalifah Allah, manusia

diberi akal pikiran dan kalbu yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Dengan

akal pikirannya, manusia mampu mengamati alam semesta. Menghasilkan dan

mengembangkan ilmu yang benihnya telah “disemaikan“ Allah sewaktu

mengajarkan nama-nama (benda) kepada manusia asal, waktu Allah menjadikan

manusia (Adam) menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini dahulu.

Dengan akal dan pikirannya yang melahirkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, manusia diharapkan mampu mengemban amanah sebagai khalifah

Allah. Dengan mengabdi kepada Allah dan mengemban amanah sebagai

khalifahnya di bumi, manusia diharapkan akan dapat mencapai tujuan hidupnya

memperoleh keridha’an ilahi di dunia ini, sebagai bekal mendapatkan keridha’an

Allah di akhirat nanti.

Manusia sebagai khalifah di bumi bertugas untuk memakmurkan bumi.

Tugas memakmurkan bumi artinya mensejahterakan kehidupan di dunia ini.

Untuk itu manusia wajib bekerja, beramal shaleh yaitu berbuat baik yang

bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya, serta menjaga

42 Widodo Supriyono, Filsafat Manusia Dalam Islam,dalam Reformulasi Pendidikan Islam. Peny.

Chabib Thoha, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996 ).hlm.183

Page 42: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

30

keseimbangan alam dan bumi yang didiaminya, sesuai dengan tuntunan yang

diberikan Allah melalui agama.43

Sebagai khalifah, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas

tugasnya dalam menjalankan mandat Allah. Adapun mandat yang dimaksud

adalah:44

1. Patuh dan tunduk sepenuhnya pada titah Allah serta menjauhi laranganNya.

2. Bertanggung jawab atas kenyataan dan kehidupan di dunia sebagai

pengemban amanah Allah.

3. Berbekal diri dengan berbagai ilmu pengetahuan, hidayah agama dan kitab

suci.

4. Menerjemahkan segala sifat-sifat Allah SWT pada perilaku kehidupan sehari-

hari dalam batas-batas kemanusiaannya (kemampuan manusia) atau

melaksanakan sunah-sunah yang diridhai-Nya terhadap alam semesta.

5. Membentuk masyarakat Islam yang ideal yang disebut dengan

“ummah“, yaitu suatu masyarakat yang sejumlah perseorangannya

mempunyai keyakinan dan tujuan yang sama.

6. Mengembangkan fitrahnya sebagai khalifatullah yang mempunyai kehendak,

komitmen dengan tiga dimensi yaitu: kesadaran, kemerdekaan dan kreatifitas.

Ketiga kehendak ditopang oleh ciri idealnya, yaitu: kebenaran, kebajikan dan

keindahan.

7. Menjadi penguasa untuk mengatur bumi dengan upaya memakmurkan dan

mengelola negara untuk kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang

dijanjikan kepada seluruh masyarakat yang beriman bukan kepada seseorang

atau suatu kelas tertentu.

8. Mengambil bumi dan isinya sebagai alat untuk memperbaiki kesejahteraan

masyarakat dalam semua aspek kehidupan, serta dalam rangka mengabdi

kepada Allah.

43 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Rajawali Pers, 1997 ), hlm15-16 44 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka

Dasar Operasionalisasinya, ( Jakarta : Trigenda Karya, 1993 ), hlm. 61

Page 43: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

31

9. Membentuk suasana aman, tentram, dan damai di bawah naungan ridha Allah

SWT, sebagaimana yang digambarkan dalam al-Qur’an, yaitu negara Saba’

sebagai negara yang memiliki predikat “Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun

Ghafur”.

Manusia sebagai khalifah, bertanggung jawab atas segala perbuatannya

yang dinilai dengan pahala dan dosa. Tanggung jawab ini bersifat pribadi, tidak

dapat dibebankan kepada orang lain atau diwariskan. Apabila amanah dan

tanggung jawab itu dilaksanakan dengan iman dan amal saleh menurut ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan-Nya, jadilah manusia sebagai makhluk ciptaan

Allah yang mulia dan sempurna.

Sebagai pemegang amanah yang bertanggung jawab, manusia sebagai

khalifah memang mempunyai kemerdekaan untuk memilih apa yang diyakini atau

yang tidak diyakininya, merdeka untuk berkehendak, berbuat, berpikir,

berpendapat atau mengembangkan krearifitasnya. Namun kemerdekaan itu harus

dipertanggung jawabkan kelak, karena kemerdekaan yang diberikan oleh Allah itu

tidak boleh melampaui batas-batas amanah dan tanggung jawab yanag telah

ditentukan-Nya baik yang terdapat dalam alam semesta maupun yang terkandung

dalam firman-firman-Nya dalam al-Qur’an.45

Dengan demikian hakekat makna khalifah adalah bahwa:

1. Manusia sebagai khalifah harus sadar, bahwa dia sebagai pemegang mandat

dari Allah yang wajib mengikuti apa yang diinginkan oleh sang pemberi

mandat (Allah) dan tidak boleh mengabaikannya.

2. Manusia sebagai khalifah, harus berusaha menghiasi diri dengan ilmu karena

tidak mungkin ia dapat melaksanakan amanah tanpa ilmu. Allah mengajarkan

atau memberikan kemampuan pada manusia untuk memformulasikan apa

yang ada di muka bumi atau alam semesta ini.

3. Menjadi khalifah bukan sekedar pekerjaan rutin tetapi harus siap menghadapi

problematika kehidupan yang senantiasa mengalami perubahan karena tidak

45 Muhammad Daud Ali, op.cit,.hlm.17

Page 44: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

32

selamanya kehidupan manusia selalu mulus. Karena di balik kesenangan juga

tersimpan kesedihan dan di balik kesuksesan terkandung juga sebuah

kegagalan.

4. Manusia sebagai khalifah harus mengetahui bahwa kekhalifahan itu amanah

yang harus dipertahankan.

Dengan demikian, pendidikan merupakan suatu keharusan bagi setiap

manusia. Dengan memperoleh pendidikan manusia akan memiliki berbagai

macam pengetahuan yang akan dapat menjadi bekal bagi dirinya untuk

melaksanakan tugasnya sebagai khalifah. Karena hanya manusia terdidiklah yang

dapat mengemban anamat dari Allah, apabila sebaliknya yaitu tanpa pendidikan,

tugas kekhalifahan yang diemban manusia itu akan gagal.

Page 45: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

33

BAB III

KONSEP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Tahap-Tahap Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha

atau kegiatan selesai. Apabila pendidikan kita anggap sebagai suatu proses,

maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir dari

pendidikan. Karena pendidikan merupakan sebuah usaha dan kegiatan yang

berproses melalui tahapan-tahapan dan tingkatan-tingkatan, maka tujuannya

juga bertahap dan bertingkat.

Pencapaian tujuan pendidikan Islam tidak mungkin dilakukan

sekaligus secara serentak. Pencapaian tujuan harus dilakukan secara bertahap

dan berjenjang. Meskipun demikian, setiap tahap dan jenjang memiliki

hubungan dan keterkaitan sesamanya karena adanya landasan yang sama serta

tujuan yang tunggal.

Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany membagi tujuan pendidikan

Islam menjadi tiga tahap, yaitu:1

1. Tujuan tertinggi atau terakhir adalah tujuan yang tidak diatasi oleh tujuan

lain. Tujuan tertinggi tidak terbatas pelaksanaannya pada institusi-institusi

tertentu melainkan wajib dilaksanakan oleh semua institusi-institusi

masyarakat.

2. Tujuan umum yaitu perubahan-perubahan yang dikehendaki yang

diusahakan oleh pendidikan untuk mencapainya. Tujuan ini dapat

dikaitkan dengan institusi pendidikan tertentu.

3. Tujuan khas yaitu perubahan-perubahan yang diingini yang bersifat

cabang atau bagian yang termasuk di bawah tujuan umum pendidikan atau

dengan kata lain gabungan pengetahuan, keterampilan, pola-pola tingkah

laku, sikap yang terkandung dalam tujuan tertinggi atau tujuan umum.

1 Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung,

( Jakarta: Bulan Bintang, 1979 ), hlm. 405

Page 46: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

34

Ahmadi menambahkan bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi

tiga tahapan yaitu: 2

1. Tujuan akhir: pada dasarnya tujuan ini sesuai dengan tujuan hidup manusia

dan peranannya sebagai ciptaan Allah, yaitu menjadi hamba Allah yang

bertakwa, mengantarkan subyek didik menjadi khalifatullah di bumi dan

memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Tujuan umum: tujuan ini berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya

dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan

kepribadian peserta didik sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai

pribadi yang utuh.

3. Tujuan khusus: tujuan ini bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk

diadakan perubahan dimana perlu disesuaikan dengan tuntutan dan

kebutuhan, selama masih berpijak pada kerangka tujuan tertinggi, terakhir

dan umum.

Dengan demikian, untuk mencapai tujuan tertinggi atau terakhir

diperlukan upaya yang tidak pernah berakhir, sedangkan tujuan umum sebagai

proses realisasi diri juga terus berlangsung selama hayat masih dikandung

badan dari sinilah dalam Islam dikenal konsep pendidikan sepanjang hayat.

Sedangkan Zakiyah Daradjat membagi tujuan pendidikan Islam

menjadi empat tahap, yaitu:3

a. Tujuan umum, yakni tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar

pada pribadi seseorang yang sudah dididik.

b. Tujuan akhir, tujuan akhir pendidikan Islam dapat dipahami sebagai upaya

untuk kembali kepada Allah dalam keadaan takwa dan berserah diri

kepada-Nya. Insan kamil yang mati dalam keadaan takwa kepada

Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.

2 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam,Paradigma Humanisme Teosentris,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2005), hlm.95-101 3 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996 ), hlm.30-32

Page 47: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

35

c. Tujuan sementara, adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik

diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

kurikulum pendidikan formal.

d. Tujuan operasional, yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan

dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan

mencapai tujuan tertentu yang disebut tujuan operasional.

Sedangkan di lembaga sekolah formal dikembangkan istilah tujuan

institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional, tujuan semester, tujuan

catur wulan, tujuan kelas dan sebagainya. Namun semua itu dapat

dikualifikasikan sebagai tujuan perantara bila diukur dari tujuan pendidikan

Islam yang identik dengan tujuan hidup manusia.4

Pentahapan tujuan pendidikan ini hanya merupakan cara untuk dapat

mencapai tujuan akhir atau tertinggi pendidikan Islam. Tujuan akhir

pendidikan Islam tidak dapat tercapai secara instan melainkan melaui proses.

Sepanjang hidupnya manusia akan terus berusaha mencapai tujuan hidupnya,

selama inilah proses pendidikan akan terus berlangsung.

B. Ruang LingkupTujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan Islam mengacu pada tujuan yang dapat dilihat

dalam berbagai dimensi. Dari sudut pandang yang demikian, maka tujuan

pendidikan Islam memiliki karakteristik yang ada kaitannya dengan sudut

pandang tertentu. Secara garis besarnya tujuan pendidikan Islam dapat dilihat

dari tujuh dimensi utama. Setiap dimensi mengacu kepada tujuan pokok yang

khusus. Atas dasar pandangan yang demikian, maka tujuan pendidikan Islam

mencakup ruang lingkup yang luas. Adapun dimensi tersebut adalah :5

1. Dimensi hakikat penciptaan manusia.

Berdasarkan dimensi ini, tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada

pencapaian target yang berkaitan dengan hakikat penciptaan manusia oleh 4 Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hlm. 29

5 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001 ), hlm. 91 -98

Page 48: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

36

Allah SWT. Dari sudut pandang ini, maka pendidikan Islam bertujuan

untuk membimbing perkembangan peserta didik secara optimal agar

menjadi pengabdi kepada Allah yang setia. Mengacu kepada tujuan

tersebut pendidikan Islam dipandang sebgai upaya untuk menempatkan

manusia pada statusnya sebagi makhluk yang diciptakan oleh Allah.

2. Dimensi tauhid

Mengacu pada dimensi ini, tujuan pendidikan Islam diarahkan kepada

upaya pembentukan sikap takwa. Kepatuhan kepada Allah dalam dimensi

tauhid ini dinyatakan sebagi kepatuhan yang mutlak dengan menempatkan

Allah sebagai dzat yang tunggal. Prinsip tersebut menjadi kerangka acuan

dalam bertindak dan bertingkah laku baik secara lahir maupun batin.

3. Dimensi moral

Dalam dimensi ini manusia dipandang sebagai sosok individu yang

memiliki potensi fitriyah. Maksudnya bahwa sejak dilahirkan pada diri

manusia sudah ada sejumlah potensi bawaan yang diperoleh secara fitrah.

Manusia pada dasarnya cenderung untuk senang dengan yang benar, yang

baik dan yang indah. Dalam hubungan dengan dimensi moral ini, maka

pelaksanaan pendidikan ditujukan kepada upaya pembentukan manusia

sebagai pribadi yang bermoral.

4. Dimensi perbedaan individu.

Secara umum manusia memiliki sejumlah persamaan, namun di balik itu

sebagai individu manusia juga memiliki berbagai perbedaan antara

individu yang satu dengan yang lainnya. Sehubungan dengan kondisi itu,

maka tujuan pendidikan diarahkan pada usaha membimbing dan

mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, dengan tidak

mengabaikan adanya faktor perbedaan individu serta menyesuaikan

perkembangannya dengan kadar kemampuan dari potensi yang dimiliki

masing-masing.

Page 49: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

37

5. Dimensi sosial

Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang memiliki dorongan

untuk hidup berkelompok secara bersama-sama. Oleh karena itu dimensi

sosial mengacu kepada kepentingan sebagai makhluk sosial yang

didasarkan pada pemahaman bahwa manusia hidup bermasyarakat. Sejalan

dengan hal itu, maka tujuan pendidikan diarahkan kepada pembentukan

manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak dan tanggung

jawab sosial serta sikap toleran, agar keharmonisan hubungan antar sesama

manusia dapat berjalan dengan harmonis.

6. Dimensi profesional.

Setiap manusia memiliki kadar kemampuan yang berbeda. Berdasarkan

perkembangan kemampuan yang dimiliki itu manusia diharapkan dapat

menguasai keterampilan profesional. Adanya perbedaan dalam bidang

kemampuan tersebut menyebabkan profesi manusia jadi beragam. Dalam

hubungan dengan dimensi profesional tujuan pendidikan Islam diarahkan

kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta

didik sesuai dengan bakatnya masing-masing. Dengan demikian

diharapkan mereka dapat memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat

yang dimiliki hingga keterampilan itu dapat digunakannya untuk mencari

nafkah sebagai penopang hidupnya.

7. Dimensi ruang dan waktu

Dimensi ini sejalan dengan tataran pendidikan Islam yang prosesnya

terentang dalam lintasan ruang dan waktu yang cukup panjang. Dengan

demikian secra garis besarnya tujuan yang harus dicapai pendidikan Islam

harus merangkum semua tujuan yang terkait dalam rentang ruang dan

waktu tersebut. Sejalan dengan petunjuk al-Qur’an bahwa dalam kaitan

dengan dimensi ruang dan waktu ini, pendidikan Islam diarahkan pada dua

tujuan utama, yaitu upaya untuk memperoleh keselamatan hidup di dunia

dan kesejahteraan hidup di akhirat.

Page 50: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

38

Dengan demikian ruang lingkup pendidikan Islam meliputi segenap

aspek kehidupan manusia dalam rangka mengembangkan segenap potensi

manusia untuk menjadi insan kamil yang bahagia di dunia dan akhirat.

Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan. Yaitu harus berorientasi pada hakikat

pendidikan yang meliputi beberapa aspek yang diantaranya adalah:6

1. Tujuan dan tugas hidup manusia

Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia-sia, ia hidup dengan

membawa tujuan dan tugas tertentu. Yaitu sebagai hamba Allah dan

sebagai khalifah Allah di muka bumi.

2. Memperhatikan sifat-sifat dasar manusia.

Yaitu konsep tentang manusia bahwa ia diciptakan sebagai khalifah Allah

di bumi dan untuk beribadah kepada-Nya dibekali dengan berbagai macam

fitrah yang berkecenderungan pada al-Hanif (rindu akan kebenaran dari

Tuhan) berupa agama Islam.

3. Tuntutan masyarakat.

Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah

melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupaun pemenuhan

terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi

perkembangan dan tuntutan dunia modern.

4. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam

Dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat

meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia, untuk mengelola dan

memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat, serta

mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih

kehidupan di akhirat yang lebih membahagiakan sehingga manusia

dituntut agar tidak terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi

yang dimiliki. Dimensi ini dapat memadukan antara kepentingan

kehidupan duniawi dan ukhrowi.

6 Muhaimin dan Abdul Mujib,Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, (Jakarta: Trigenda Karya, 1993), hlm. 153-154

Page 51: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

39

Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam memiliki berbagai macam ciri-

ciri sebagai berikut:7

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan

sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan

mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.

b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahanya di

muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga

tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia sehingga ia tidak

menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.

d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya sehingga ia

memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan

guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.

e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

Manusia yang dapat memiliki ciri-ciri tersebut di atas secara umum

adalah manusia yang baik. Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa para ahli

pendidikan Islam pada hakikatnya sependapat bahwa tujuan umum pendidikan

Islam ialah terbentuknya manusia yang baik, yaitu manusia yang beribadah

kepada Allah dalam rangka pelaksanaan fungsi kekhalifahan di muka bumi.

C. Tujuan pendidikan Islam.

Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai

makhluk pedagogis, manusia dilahirkan dengan membawa potensi untuk

dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi. Untuk

mencapai hal itu, maka diperlukan adanya pendidikan, baik pendidikan

keluarga, pendidikan formal maupun pendidikan masyarakat.

Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya

adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi

7 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997 ), hlm. 53-54

Page 52: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

40

manusia yang diinginkan. Nilai-nilai ideal itu mempengaruhi dan mewarnai

pola kepribadian manusia, sehingga menggejala dalam perilaku lahiriyahnya.

Pendidikan juga diarahkan pada perubahan tingkah laku seseorang

dalam segala aspek kehidupan, sebagaimana hal ini di kemukakan oleh MC.

Donald, bahwa pendidikan adalah: “A process or an activity which is directed

at producing desirable changes in the behaviour of human beings”.8 Bahwa

pendidikan adalah suatu proses atau aktivitas yang mengarahkan pada

perubahan tingkah laku seseorang.

Dalam menetapkan tujuan pendidikan, Islam mempertimbangkan

posisi manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang terbaik (at-Tin: 4) dan

sebagai khalifah fil ardl (Yunus: 14). Begitu pula tentang Islam yang

rahmatan lil ‘alamin atau universal, mengandung ajaran-ajaran yang kongkrit

dan dapat disesuaikan dengan situasi setempat serta kebutuhan zaman.

Para pakar pendidikan Islam telah merumuskan beberapa tujuan

pendidikan Islam antara lain: Mohammad Athiyah Al-Abrasy mengemukakan

bahwa, “The first and highest goal of Islamic education is moral refinement

and spiritual training, and all the teacher must be connected by the moral”.9

Bahwa tujuan utama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah mendidik

kehalusan budi pekerti (moral) serta latihan jiwa dan guru harus

menghubungkan pendidikan itu dengan moral.

Secara praktis Mohammad Athiyah Al-Abrasy, menyimpulkan bahwa

tujuan pendidikan Islam terdiri atas lima sasaran, yaitu:10 Pertama,

Membentuk akhlak mulia, pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan

Islam, dan bahwa mencapai akhlak yang mulia adalah tujuan pendidikan

Islam. Kedua, mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, pendidikan Islam

tidak hanya memberikan perhatian pada segi keagamaan saja atau hanya segi

keduniaan saja, melainkan kedua-duanya harus berjalan secara proporsional.

8 F.J. MC. Donald, Educational Psychology, ( California : Wadsworth Publishing Company, 1959 ),

hlm. 4 9 Mohammad Athiyah Al-Abrasy, Education In Islam, ( Cairo : tp. 1963 ), hlm. 11 10 Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, op. cit,. hlm. 416-417

Page 53: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

41

Ketiga, persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi

kemanfaatannya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat agama atau akhlak

atau spiritual semata tetapi juga memberikan perhatian pada segi pemanfaatan

pada tujuan-tujuan kurikulum dan aktivitasnya. Keempat, menumbuhkan

semangat ilmiah di kalangan peserta didik, pendidikan Islam juga

memperhatikan sains, sastra, kesenian dalam berbagai jenisnya. Kelima,

mempersiapkan tenaga profesional yang terampil, pendidikan Islam tidaklah

lupa mempersiapkan peserta didik untuk mencari rejeki demi memenuhi

kebutuhan hidupnya yang berguna demi kelangsungan hidupnya.

Ahmad Marimba berpendapat, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah

terbentuknya manusia yang berkepribadian muslim, tujuan terakhir pendidikan

Islam adalah perwujudan penyerahan mutlak kepada Allah SWT, pada tingkat

individual, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.11

Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam

menurut al-Qur’an meliputi: (1) menjelaskan posisi peserta didik sebagai

manusia di antara makhluk Allah yang lain dengan tanggung jawab dalam

kehidupan ini (2) menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan

tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat (3) menjelaskan

hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah

penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta (4) menjelaskan

hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.12

Selanjutnya menurut Hasan Langgulung, bila berbicara tentang tujuan

pendidikan, tidak bisa dipisahkan dengan tujuan hidup. Sebab pendidikan

bertujuan untuk memelihara kehidupan manusia. Tujuan hidup ini menurutnya

tercermin dalam ayat 162 surat al-An’am yang artinya “Katakanlah:

Sesungguhnya sembahyangku dan ibadahku, seluruh hidup dan matiku,

semuanya untuk Allah, Tuhan semesta alam”.13

11 Achmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, ( Bandung : Al-Ma’arif, 1989 ), hlm.46 12 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, pendekatan Historis Teoritis dan Praktis, ( Jakarta :

Ciputat Press, 2002 ), hlm. 36 13 Abuddin Nata, op. cit,. hlm. 49

Page 54: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

42

Quraish Shihab berpendapat, bahwa tujuan pendidikan Islam adalah

membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan

fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai

dengan konsep yang ditetapkan Allah.14

Sejalan dengan pendapat di atas, M. Nastir mengatakan bahwa

penghambaan kepada Allah yang menjadi tujuan hidup dan menjadi tujuan

pendidikan, bukanlah suatu penghambaan yang memberi keuntungan kepada

yang disembah, melainkan penghambaan yang mendatangakan kebahagiaan

kepada yang menyembah, penghambaan yang memberi kekuatan kepada yang

menghambakan dirinya. Orang yang menghambakan dirinya, segenap rohani

dan jasmaninya kepada Allah untuk kemenangan dirinya dengan arti seluas-

luasnya, itulah tujuan manusia di dunia.15

Menurut al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman

menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam diklasifikasikan kepada: pertama,

membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada

Allah SWT; kedua, membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.16

Ibnu Khaldun merumuskan bahwa tujuan Islam terbagi menjadi dua

macam, pertama tujuan yang berorientasi ukhrowi yaitu membentuk seorang

hamba agar melakukan kewajiban kepada Allah. Kedua, tujuan yang

berorientasi duniawi yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi

segala kehidupan yang lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.17

Sedangkan A. Fatih Syuhud menyatakan, bahawa tujuan dari

pendidikan Islam adalah menciptakan manusia yang baik dan bertakwa yang

menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur

14 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat,

( Bandung : Mizan, 2007 ), hlm. 15 Abuddin Nata, op.cit,. hlm.50

16 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.22

17 Muhaimin dan Abdul Mujib, op. cit,. hlm.160-161

Page 55: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

43

pribadinya sesuai dengan syari’at Islam serta melaksanakan segenap aktivitas

kesehariaannya sebagai wujud ketundukannya pada Tuhan.18

Dari berbagai pendapat para pakar tentang tujuan pendidikan Islam di

atas sebenarnya tidak ada pertentangan satu sama lain. Jika terlihat ada

perbedaan, maka perbedaan terserbut hanyalah segi penekananya saja. Ada

yang mengemukakan tujuan pendidikan Islam secara global, dan ada yang

mengemukakan secara spesifik. Akan tetapi para pakar pendidikan Islam

dalam konferensi pendidikan Islam pada tahun 1977 telah merumuskan tujuan

pendidikan Islam antara lain sebagai berikut :19

1. Menumbuhkan dan mengembangkan ketakwaan kepada Allah,

sebagaimana firman Allah :

نوتملا تقاته وت قح قوا اللهوا اتنآم ا الذينها أيون يلمسم متأنإلا و )١٠٢: ن أل عمرا(

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran: 102)

2. Menumbuhkan sikap dan jiwa yang selalu beribadah kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah :

ون ودبعإلا لي سالإنو الجن لقتا خ٥٦:ألداريات( م ( Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. adz-Dzariyat: 56)

3. Membina dan memupuk akhlak karimah, sebagaimana sabda nabi

Muhammad SAW yang artinya:

Bahwasannya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. al-Bukhari).

18 A. Fatih Syuhud, “ Tantangan Pendidikan Islam di era Globalisasi”, ( http// Sidogiri. Online, 13 Juli

2004 ) 19 M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996 ), hlm. 101-

103

Page 56: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

44

4. Menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa yang selalu amar ma’ruf nahi

munkar. Sebagiaman firman Allah:

)٣٠:البقرة......(لمالئكة إني جاعل في األرض خليفة وإذ قال ربك ل

Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (QS. al-Baqarah: 30)

5. Menumbuhkan kesadaran ilmiah melalui kegiatan penelitian, baik terhadap

kehidupan manusia, alam maupun kehidupan makhluk Allah diseluruh

semesta alam. Sebagaiaman dalam firman Allah :

لباب آيات لأولي الأإن في خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار لم ويتفكرون في خلق الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبه

السماوات والأرض ربنا ما خلقت هذا باطلا سبحانك فقنا عذاب النار)١٩١ -١٩٢ : أل عمران (

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imron: 190-191)

Sedangkan rumusan tujuan pendidikan Islam yang dihasilakan dari

seminar pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad sebagaimana

ditulis dalam buku Pemikiran Pendidikan Islam adalah :20

“Education aims at the balanced growth of total personality of man through the training of man’s spirit, intellect, the rational self, feeling and bodily sense. Education should, therefor, catter for the growth of man in all aspects, spiritual, intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspect toward goodness and attainment of perfection.The ultimate aim of education lies in the realization of complete submission

20 Muhaimin dan Abdul Mujib, op.cit,. hlm. 163

Page 57: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

45

to Allah on the level of individual the community and humanity at large”. Bahwa pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan dan panca indera. Oleh karena itu pendidikan seharusnya memberikan pelayanan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya yang meliputi aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah, linguistik. Baik secara individu maupaun secara kolektif, di samping memotifasi semua aspek tersebut ke arah kebaikan dan pencapaian kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan bertumpu pada terealisasinya ketundukan kepada Allah SWT secara total baik dalam level individu, komunitas dan manusia secara luas. Kalau dicermati, bahwa tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah

mencari ridha Allah SWT. Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir

individu-indidivu yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat

kepada dirinya, keluarga, masyarakat, negara dan umat manusia secara

keseluruhan.

Setelah mengkombinasikan beberapa pandangan para para pakar

pendidikan Islam tentang tujuan pendidikan Islam, dapat disimpulkan bahwa

pada hakikatnya tujuan pendidikan Islam terfokus pada tiga hal berikut yaitu:

terbentuknya manusia sempurna (insan kamil) yang memiliki wujud qur’ani,

terciptanya manusia utuh yang memiliki dimensi-dimensi religius, dimensi

budaya, dan dimensi ilmiah, penyadaran fungsi dan peran manusia sebagai

hamba dan khalifah Allah serta sebagai pewaris nabi dan memberikan bekal

yang memadai dalam rangka pelaksanaan fungsi tersebut.

Dengan demikian pendidikan Islam bertugas di samping

menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai Islam, juga

mengembangkan peserta didik agar mampu mengamalkan ilmu-ilmu itu secara

dinamis dan fleksibel. Hal ini berarti pendidikan Islam secara maksimal harus

bisa mendidik peserta didik agar memiliki kecerdasan atau kematangan dalam

beriman, bertakwa dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperolehnya,

sehingga menjadi pemikir sekaligus pengamal ajaran Islam yang dialogis

terhadap perkembangan zaman.

Page 58: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

46

Page 59: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

46

BAB IV

RELEVANSI MAKNA KHALIFAH

DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Hubungan Makna Khalifah Dengan Tujuan Pendidikan Islam

Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan Islam adalah

aspek tujuan, semua aktifitas dari gerak manusia menjadi terarah dan bermakna.

Tanpa tujuan, semua aktifitas manusia akan kabur dan terombang-ambing.

H. M Arifin menjelaskan bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah idealitas

(cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islami yang hendak dicapai dalam proses

kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam.1

Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam proses pendidikan,

hal ini disebabkan oleh fungsi-fungsi yang dipikulnya: Pertama, tujuan

pendidikan mengakhiri usaha pendidikan; kedua, tujuan pendidikan mengarahkan

perbuatan mendidik. Fungsi ini menunjukkan pentingnya perumusan dan

pembahasan tujuan pendidikan secara jelas. Tanpa tujuan yang jelas, proses

pendidikan akan berjalan tidak efektif dan efisien. Ketiga, suatu tujuan dapat pula

merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Baik merupakan

tujuan-tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama. Keempat,

tujuan pendidikan memberi semangat dan dorongan untuk melaksanakan

pendidikan.2

Menurut Oemar Muhammad al Taumy al Syaebani bahwa tujuan

pendidikan ialah perubahan yang diingini, yang diusahakan dalam proses

pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkat individu

dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar

dimana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses

1 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, suatu Tinjauan Teoritis dan praktis Berdasarkan Pendekatan

Interdisipliner ( Jakarta : Bumi Aksara, 2000 ) hlm. 224 2 Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan.( Bandung : Al-Ma’arif, 1989 ), hlm.45-46

Page 60: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

47

pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan berbagai proporsi di antara profesi

asasi dalam masyarakat.3

Ketika membicarakan masalah tujuan pendidikan Islam, tidak akan

terlepas dari masalah nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Oleh karena realisasi

nilai-nilai itulah yang pada hakikatnya menjadi dasar-dasar tujuan pendidikan

Islam.

Dengan kata lain pendidikan Islam secara filosofis berorientasi kepada

nilai-nilai Islam yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan manusia selaku

khalifah di muka bumi, yakni sebagai berikut : (a) menanamkan sikap hubungan

yang seimbang dan selaras dengan Tuhannya, (b) membentuk sikap hubungan

yang harmonis, selaras dan seimbang dengan masyarakatnya, (c) mengembangkan

kemampuannya untuk menggali, mengelola, dan memenfaatkan kekayaan alam

bagi kepentingan kesejahteraan hidunya dan hidup sesamanya serta bagi

kepentingan ubudiahnya kepada Allah dengan dilandasi sikap hubungan yang

harmonis pula.4

Islam melalui ayat-ayat al-Qur’an, telah mengisyaratkan tentang

kesempurnaan diri manusia, seperti antara lain dalam fiman Allah:

ثم رددناه أسفل سافلني نسان في أحسن تقومي نا الإلقد خلق )٦ –٤ : ا التني (هم أجر غير ممنون إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات فل

Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik kejadian. Kemudian kami kembalikan ia ke derajat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh. (QS. at Tiin: 4-6)5

3 Oemar Muhammad Al-Taumy Asy-Syaibany,Filsafat Pendidikan Islam. Terj Hasan Langgulung,

( Jakarta : Bulan Bintang, 1979 ) hlm. 399 4Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), hlm.121 5 Soenarjo,Al-Qur’an dan Terjemahnya, , ( Jakarta : Departemen Agama RI, 1971 ), hlm.1076

Page 61: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

48

Kesempurnaan demikian membuat manusia menempati kedudukan

tertinggi diantara makhluk, yakni menjadi khalifah (wakil) Tuhan di muka bumi,

seperti diisyaratkan oleh surat al-Baqarah ayat 30.

Kendati manusia memiliki potensi kesempurnaan sebagai gambaran dari

kesempurnaan citra ilahi, tetapi kemudian ketika ia terjatuh dari prototip

ketuhanan, maka kesempurnaan itu semakin berkurang. Untuk itu, jalan satu-

satunya mencapai kesempurnaan itu ialah kembali kepada Tuhan dengan iman

dan amal saleh.6 Dengan demikian makna khalifah secara lebih dalam adalah

berpuncak pada insan kamil.

Insan kamil membawa misi moral dan intelektual. Dengan dilengkapi

akal dan kemampuan mengkonseptualisasikan, manusia diberi petunjuk melalui

wahyu Tuhan dalam terma-terma keutamaan moral. Kehidupannya di alam raya

ini baginya adalah wahana ujian baginya. Oleh karena itu, manusia memegang

tanggung jawab kekhalifahan yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan

Allah SWT.7

Kedudukan manusia dalam sistem penciptaanya adalah sebagai hamba

Allah sekaligus sebagai khalifah di bumi ini. Kedudukan itu berhubungan dengan

peranan yang ideal. Yaitu pola perilaku yang di dalamnya terkandung hak,

kewajiban, dan tugas manusia yang terkait dengan kedudukannya di hadapan

Allah sebagai pencipta. Dengan demikian, manusia diciptakan bukan sekedar

untuk hidup mendiami dunia ini dan kemudian mengalami kematian tanpa adanya

pertanggung jawaban kepada pencipta-Nya, melainkan manusia diciptakan oleh

Allah untuk mengabdi kepada-Nya.

Fakta moral yang tertanam dalam inilah yang merupakan tantangan abadi

manusia dan yang membuat hidupnya sebagai perjuangan moral yang tidak

berkesudahan. Dalam perjuangan ini, Allah berpihak kepada pada manusia

asalkan ia melakukan usaha-usaha yang diperlukan. Manusia harus melakukan 6 Yunasril Ali, Manusia Citra Ilahi,(Jakarta: Paramadina, 1997),hlm.2-3 7 Amin Syukur dan Fatimah Usman, Insan Kamil, Paket Pelatihan Seni Menata Diri, (Semarang: CV. Bima Sejati, 2006), hlm.70

Page 62: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

49

usaha-usaha ini karena diantara ciptaan-ciptaan Tuhan, ia memiliki posisi yang

unik. Yaitu diberikannya kebebasan berkehendak agar ia dapat menyempurnakan

misinya sebgai khalifah Allah di atas muka bumi. Misi ini merupakan perjuangan

untuk menciptakan tata sosial yang bermoral di atas dunia.8

Manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi memberikan arti penting

yaitu membangun dan memakmurkan bumi, maka Allah membekali manusia

dengan potensi yang menopang terwujudnya jabatan khalifah tersebut.9 Agar

potensi-potensi tersebut dapat berkembang secara optimal maka manusia perlu

diberikan pendidikan.

Setelah melalui proses pendidikan, manusia akan memiliki pengetahuan

yang cukup dan keterampilan yang memadai untuk dapat mengolah dan

memakmurkan bumi sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan oleh Allah

SWT. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir pendidikan Islam yaitu mengantarkan

manusia menjadi khalifah Allah di bumi yang bertaqwa kepada Allah SWT serta

memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat

Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa tujuan pendidikan Islam

dan makna khalifah mempunyai hubungan atau keterkaitan dalam rangka

mewujudkan tujuan hidup manusia, yaitu sebagai ‘abd dan khalifatullah fil ardl,

yang dapat diwujudkan melalui pendidikan dengan mengembangkan potensi-

potensi yang ada dalam diri manusia sehingga terbentuk insan kamil.

B. Urgensi Makna Khalifah Dalam Tujuan Pendidikan Islam

Dalam pandangan Islam, manusia memiliki peran utama. Yaitu sebagai

khalifatullah dan ‘abd. Kedua peran ini sejalan dengan dua tahapan kehidupan,

yaitu kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Sesuai dengan doktrin tauhid, Allah

adalah pencipta dan pemilik alam semesta ini. Allah juga menentukan perjalanan

8 Fazlur Rahman, Major Time of The Qur’an, terj. Anas Mahyuddin, ( Bandung : Pustaka, 1983),

hlm. 27 9 Mansur Isna,Diskursus Pendidikan Islam,(Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), hlm.155

Page 63: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

50

manusia, yang tidak hanya berakhir pada kehidupan dunia semata, melainkan

berlanjut pada kehidupan akhirat.

Sementara itu, manusia sendiri telah diberi peran sebagai khalifatullah fil

ardl, yakni peran yang terbatas di dunia. Agar peran tadi dapat memiliki

keterkaitan dengan kelangsungan hidupnya di akhirat, manusia dituntut untuk

bersikap pasrah secara mutlak kepada Allah, yang disebut ibadah, sesuai

firmanNya.

) ٥٦ :الذريات(وما خلقت الجن والأنس إال ليعبدون

Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Ku. (QS. Ad-Dzariyat: 56)10

Manusia tidak akan dapat menanggung beban tugasnya sebagai khalifah

jika dalam dirinya tidak terbentuk perasaan tunduk (ibadah) yang total kepada

Allah.11

Berkaitan dengan tugas hidup manusia tersebut, Widodo Soepriyono

mengemukakan bahwa tujuan manusia diciptakan adalah: Pertama, manusia

sebagai khalifah (khalifatullah fil ardl) yang merupakan ciri ideal; kedua.

manusia diberi beban beribadah (‘abid) kepada-Nya; ketiga, berperan sebagai

Warosatul Anbiya.12

Sedang menurut Ahmadi, bahwa tujuan diciptakanya manusia oleh Allah

terdiri dari: pertama, tujuan utama penciptaanya ialah agar manusia beribadah

kepada-Nya. Kedua, manusia diciptakan untuk berperan sebagai wakil Tuhan di

muka bumi (khalifatullah fil ardl). Ketiga, manusia diciptakan untuk membentuk

masyarakat, manusia yang saling mengenal hormat-menghormati dan tolong

10 Soenarjo, op.cit ., hlm.862 11 Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya ( Jakarta, Logos wacana Ilmu, 1999),

hlm. 36 12 Widodo Soepriyono, Filsafat Manusia Dalam Reformulasi Pendidikan Islam (peny) M. Chabib

Thoha ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996 ) hlm. 183

Page 64: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

51

menolong antar yang satu dengan yang lain dalam rangka menunaikan tugas

kekhalifahannya.13

Secara operasional tugas kekhalifahan tersebut dapat dijabarkan melalui

bentuk; pertama, tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri : (1) Menuntut ilmu

pengetahuan, karena manusia itu adalah makhluk yang dididik dan mendidik.(2)

Menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang menimbulkan bahaya dan

kesengsaraan.(3) Menghiasi diri dengan akhlak mulia .

Kedua, tugas kekhalifahan terhadap keluarga, menyangkut tugas

membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera (keluarga sakinah mawaddah

warahmah). Ketiga, tugas kekhalifahan dalam masyarakat, meliputi tugas

mewujudkan persatuan dan kesatuan umat, tolong-menolong dalam kebaikan dan

ketaqwaan, menegakkan keadilan dalam masyarakat, bertanggung jawab terhadap

amar ma’ruf nahi munkar dan berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang

lemah, termasuk fakir miskin serta anak yatim. Keempat, tugas kekhalifahan

terhadap alam, menyangkut tugas mengkulturkan alam, menaturalkan kultur dan

mengislamkan kultur.14

Beranjak dari pemahaman makna yang termuat di dalamnya, barangkali

akan jelas bagaimana peran yang harus dilaksanakan manusia menurut statusnya

selaku khalifah Allah, setidaknya peran yang harus dilaksanakan manusia terdiri

dari dua jalur, yaitu jalur horisontal dan jalur vertikal.

Peran menurut jalur yang pertama, mengacu kepada bagaimana dapat

mengatur hubungan baik dengan sesama manusia dan alam sekitarnya. Hubungan

yang dibina adalah hubungan yang sejajar dan sama antar sesama makhluk Allah

serta hubungan yang ramah dan saling menguntungkan, bukan malah sebaliknya.

Adapun hubungan yang vertikal menggambarkan bagaimana manusia

berperan sebagai mandataris Allah, dalam peran ini manusia penting menyadari

13 Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006 ),

hlm. 41 14 Muhaimin, et al, Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pandidikan Agama

Islam di Sekolah, ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya , 2002 ) hlm. 23 -24

Page 65: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

52

bahwa kemampuan yang dimilikinya untuk menguasai alam dan sesama manusia

adalah karena penugasan dari penciptaan-Nya, dengan demikian tugas itu

mencakup cara bagaimana manusia dapat berperan sebagai pengemban amanat

tersebut dengan sebaik mungkin. Dari peran itu diharapkan manusia dapat

menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis di muka bumi.

Tugas hidup berikutnya adalah manusia sebagai ‘abdullah. Ini dapat

dipahami bahwa segala aktivitas dan perilakunya ditujukan hanya untuk Allah,

manusia sebagai ‘abdullah merupakan realisasi dari pemberian amanah dalam arti

memelihara tugas-tugas dari Allah yang harus di patuhi.

Jika pengertian ibadah ini dihubungkan dengan pengertian khalifah

sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka dapat diperoleh pemahaman bahwa

esensi seorang khalifah adalah kebebasan dan kreatifitas sedangkan seorang ‘abd

adalah ketaatan dan kepatuhan.

Dengan demikian kedudukan manusia di alam raya ini, di samping sebagai

khalifah yang memiliki kekuasaan untuk mengelola alam dengan menggunakan

segenap daya dan potensi yang dimilikinya juga sebagai ‘abd, yaitu seluruh

usaha dan aktivitasnya harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada Allah.

Dengan pandangan terpadu ini, maka sebagai seorang khalifah tidak akan

melakukan sesuatu yang mencerminkan kemungkaran atau pertentangan dengan

kehendak Tuhan.

Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik, manusia

perlu diberikan pendidikan, pengajaran, ketrampilan, pengalaman, teknologi dan

sarana pendukung lainnya. Ini menunjukkan bahwa konsep kekhalifahan dan

ibadah dalam al-Qur’an erat kaitannya dengan pendidikan. Manusia dapat

melaksanakan fungsi-fungsinya yang demikian itulah yang diharapkan muncul

dari kegiatan usaha pendidikan.15

Untuk teraktualisasinya potensi yang dimiliki manusia, sesuai dengan

nilai–nilai ilahiyah, maka pada dasarnya pendidikan berfungsi sebagai media yang

15 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam. ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997 ), hlm. 40 - 41

Page 66: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

53

menstimuli bagi pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia ke arah

penyempurnaan dirinya, baik sebagai abd dan khalifah fil ardl.16

Untuk tujuan tersebut, pendidikan Islam bukan hanya sekedar proses

pentransferan ilmu kebudayaan atau kebudayaan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Akan tetapi lebih dari itu, pendidikan Islam merupakan satu bentuk

proses pengaktualisasian sejumlah potensi yang dimiliki peserta didiknya yang

meliputi pengembangan jasmani, rasioanlitas, intelektual, emosi dan akhlak yang

berfungsi menyiapkan individu muslim yang memiliki kepribadian paripurna bagi

kemaslahatan seluruh umat manusia.

C. Tujuan Pendidikan Islam Berdasarkan Makna Khalifah

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar

dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya

memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-

institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-

institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab.

Karena, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia

yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.

Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai

kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya

yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri

bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk

melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan

materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan negara.

Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah

investasi upaya meraih gelar yang dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera

dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai

16 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam ( Jakarta : Media Pratama,

2001 ) hlm. 137

Page 67: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

54

keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak

didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak

akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab.

Tujuan pendidikan Islam diharapkan lebih bersifat problematis, strategis,

antisipatif, serta menyentuh aspek aplikasi. Artinya, pendidikan Islam harus

berupaya membangun manusia dan masyarakat secara utuh dan menyeluruh

(insan kamil) dalam semua aspek kehidupan yang berbudaya dan berperadaban

yang tercermin dalam kehidupan manusia yang bertakwa dan beriman,

berpengetahuan, berakhlak mulia, berkemampuan kompetitif dan kooperatif

dalam era global dan berpikir lokal dalam rangka memperoleh kesejahteraan

hidup di dunia dan akhirat.17

Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya sama dan sesuai dengan tujuan

diturunkannya agama Islam itu sendiri, yaitu untuk membentuk manusia muttaqin

yang rentangannya berdimensi infinitum (tidak terbatas menurut jangkauan

manusia), baik secara linier atau secara algoritmik (berurutan secara logis) berada

dalam garis mukmin, muslim dan muhsin.18

Dalam rangka mewujudkan tujuan hidup manusia, maka diperlukan

pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Maka penting dirumuskan tujuan

pendidikan Islam yang berdasarkan makna khalifah. Penentuan tujuan dalam

proses pendidikan merupakan bagian sentral dan penting dalam rangka

menentukan arah, isi dan langkah pendidikan yang dikembangkan. Untuk melihat

dan mencermati tujuan pendidikan Islam, pada umumnya tercermin dalam makna

yang diberikan terhadap pendidikan Islam.

Menurut Azyumardi Azra, pendidikan Islam adalah suatu proses

pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan oleh

Allah kepada nabi Muhammad SAW. Melalui proses pendidikan seperti itu

17 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam : Membangun Masyarakat Madani

Indonersia, ( Yogyakarta : Safiria Insania Press, 2003 ), hlm .157 18 Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, ( Jakarta : Gema Insani Press, 1995 ), hlm

.96

Page 68: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

55

individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi supaya ia mampu

menunaikan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dan berhasil mewujudkan

kebahagian di dunia dan akhirat.19

Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam diarahkan dalam rangka

menjadikan manusia sebagai khalifatullah yang mampu menjalankan tugas-tugas

kehidupan di muka bumi ini, mampu beribadah sebagai hamba Allah, mampu

berakhlak mulia dan mampu mengembangkan segenap potensi kehidupannya.

Karena manusia dalam perjalanan hidupnya pada dasarnya mengemban amanah

atau tugas-tugas, kewajiban dan tanggung jawab yang dibebankan Allah kepada

manusia agar dipenuhi, dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya.

Tugas manusia sebagai khalifah Alllah merupakan realisasi dari

pengemban amanah dalam arti memelihara, memanfaatkan atau mengoptimalkan

penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial (indera dan akal) atau

potensi-potensi dasar manusia guna menegakkan keadilan, kemakmuran dan

kebahagiaan hidupnya.20

Pandangan dunia Islam bersifat humanis teosentris. Maka sifat humanis

teosentris sebagai pandangan dunia dalam Islam akan menjadi konsep dasar dari

pemikiran pendidikan Islam. Sifat ini terlihat pada watak dasarnya yang tidak

pernah terlepas dari konsep khalifah sebagai mabda’nya dan konsep abd’ sebagai

maqshad al-a’dham. Artinya konsep pendidikan Islam haruslah berpijak pada

konsep khalifah baik sebagai titik awal, proses maupun produk. Sebagi titik awal,

artinya dalam pendidikan subyek didik haruslah dipandang sebagai manusia yang

berfungsi sebagai khalifatullah yang mempunyai misi untuk memakmurkan bumi.

Sebagai proses, artinya agar subyek didik mampu mengemban amanah Allah

yang dibebankan kepadanya, yakni sebgai khalifatullah. Maka ia harus diproses

dalam dunia pendidikan dengan cara menanamkan niulai-nilai ke dalam dirinya.

19 Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektualisme Muslim dan Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos

Wacana Ilmu, 1999 ), hlm. 6 20 Muhaimin, et.al, op. cit.,hlm. 23

Page 69: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

56

Pengertian nilai-nilai di sini bukan hanya sebatas pada pentransferan ilmu

pengetahuan, budaya, moral, etika dan sopan santun. Namun nilai-nilai itu juga

mempunyai daya motivator yang tinggi bagi subyek didik untuk bersikap kreatif

dan pro aktif dalam memecahkan problematika hidup dan merubah tatanan sosial

yang dianggapnya tidak baik.

Sedangkan sebagai produk, artinya setelah subyek didik mengalami proses

pendidikan, ia diharapkan mampu untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang

didapat dari proses pendidikan sehingga dalam produknya ia benar-benar menjadi

khalifatullah. Kemudian konsep ‘abd sebagai maqshad al-a’dham, artinya segala

prilaku yang merupakan produk dari pendidikan itu harus bertujuan untuk

mengabdi pada Allah semata, bukan kepada selainnya. 21

Itulah terjemahan dari sifat humanis teosentris dalam konsep pendidikan.

Apabila pendidikan Islam benar-benar berpijak pada konsep khalifah sebagai

mabda’ dan konsep ‘abd sebagai maqshad al-a’dham, maka pendidikan Islam

akan mampu mencetak generasi muslim yang dapat menjalankan fungsinya

sebagai khalifah yaitu menjadi manusia yang berbudaya, berperadaban

berkualitas, kreatif yang dapat membangun dunia ini serta dapat menghadapi

tantangan era global serta mampu menjadi hamba Allah yang senantiasa

menghiasi dirinya dengan iman dan takwa.

Dengan memahami konsep tersebut manusia akan mampu merealisasikan

tujuan hidupnya di muka bumi yaitu tugas untuk senantiasa melestarikan tatanan

kehidupan yang harmonis, sebagaimana yang telah diciptakan oleh Allah SWT.

21 Ismail SM. (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001 ) hlm.

301-302

Page 70: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

57

BAB V

PENUTUP

Dari berbagai uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat penulis simpulkan

sebagai berikut :

1. Khalifah dapat dipahami sebagai pengganti atau makhluk yang menganti spesies

lain yang ada sebelumnya. Akan tetapi juga dapat berarti sebagai makhluk yang

mendapatkan mandat dari Allah untuk memelihara dan memakmurkan bumi.

Gelar khalifah, walaupun pada mulanya hanya untuk Adam semata. Tetapi pada

hakekatnya adalah untuk manusia secara umum.

Berdasarkan tafsir-tafsir QS. al-Baqarah ayat 30-35, khalifah disini berarti wakil

Allah dalam melaksanakan ketetapan-ketetapan-Nya di bumi. Hal ini adalah

sebuah penghormatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia karena ia adalah

makhluk yang paling sempurna. Khalifah adalah manusia yang aktif dalam

tatanan alam semesta, seorang khalifah adalah manusia yang menjunjung tinggi

nilai-nilai kesopanan, keimanan dan amal saleh serta khalifah adalah manusia

kreatif yang mampu membangun dunia ini sesuai dengan ketetapan-Nya.

Pada hakikatnya manusia sebagai khalifah harus sadar, bahwa dia sebagai

pemegang mandat dari Allah yang wajib mengikuti apa yang diinginkan oleh sang

pemberi mandat (Allah) dan tidak boleh mengabaikannya, karena amanat yang

dilimpahkan padanya akan dipertanggungjawabkan kelak. Sebagai khalifah yang

mendapatkan amanah pengelolaan bumi, manusia harus berusaha menghiasi diri

dengan ilmu karena tidak mungkin ia dapat melaksanakan amanah tanpa ilmu.

Secara operasional tugas kekhalifahan dapat dijabarkan melalui: pertama, tugas

kekhalifahan terhadap diri sendiri yakni menuntut ilmu dan menghiasi diri dengan

akhlak mulia. Kedua, tugas kekhalifahan terhadap keluarga, menyangkut tugas

membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera (keluarga sakinah mawaddah

warahmah). Ketiga, tugas kekhalifahan dalam masyarakat, meliputi tugas

Page 71: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

58

mewujudkan persatuan dan kesatuan umat, tolong-menolong dalam kebaikan dan

ketaqwaan, menegakkan keadilan dalam masyarakat, bertanggung jawab terhadap

amar ma’ruf nahi munkar dan berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang

lemah, termasuk fakir miskin serta anak yatim. Keempat, tugas kekhalifahan

terhadap alam, menyangkut tugas mengkulturkan alam, menaturalkan kultur dan

mengislamkan kultur.

2. Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan dengan baik manusia perlu

diberikan pendidikan. Melalui proses pendidikan, manusia akan dapat

mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya yang selanjutnya akan

menjadi bekal bagi dirinya untuk dapat menjalankan tugasnya. Karena pada

hakikatnya tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai pertumbuhan yang

seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan spiritual,

kecerdasan, rasio, perasaan dan panca indera. Dengan tercapainya kepribadian

manusia yang seimbang, manusia akan dapat melaksanakan fungsi

kekhalifahannya. Namun sebaliknya, tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi

berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal.

Pendidikan Islam bukan hanya sekedar proses penstranferan ilmu pengetahuan,

namun pendidikan Islam merupakan suatu bentuk proses pengaktualisasian

segenap potensi peserta didik. Sehingga mampu menciptakan individu muslim

yang memiliki kepribadian sempurna bagi kemaslahatan seluruh manusia yang

sesuai dengan perannya sebagai khalifah di muka bumi.

B. Saran – saran

1. Pendidikan Islam menjadi sebuah keharusan bagi setiap muslim, dengan

memperoleh pendidikan, segenap potensi yang ada dalam diri manusia akan dapt

berkembang dengan optimal sehingga akan terbentuk kepribadian yang mulia.

2. Pendidikan Islam seharusnya mengarahkan peserta didik untuk dapat

mengoptimalkan potensi diri agar dapat berperan sebagai khalifah dalam

kehidupan bermasyarakat.

Page 72: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

59

C. Penutup

Dengan berakhirnya skripsi ini, penulis mengucapkan syukur kehadirat

Allah SWT, karena hanya dengan pertolonganNya lah penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan. Dengan kerendahan hati tentunya dalam skripsi ini terdapat banyak

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis

harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis mengharapkan ridha Allah semoga skripsi ini dapt

menambah khasanah ilmiah umat Islam dan bermanfaat bagi penulis pada

khususnya serta bagi pembaca pada umunya.

Page 73: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

60

MOTTO

øŒ Î) uρ tΑ$s% š•/ u‘ Ïπ s3 Í× ¯≈ n=yϑù=Ï9 ’ ÎoΤ Î) ×≅ Ïã% y` ’Îû ÇÚ ö‘ F{ $# Zπ x‹ Î=yz ( (# þθä9$s% ã≅ yèøg rB r& $pκ Ïù ⎯ tΒ ß‰Å¡ø ム$pκ Ïù

à7 Ï ó¡o„ uρ u™!$tΒÏe$! $# ß⎯ øt wΥuρ ßxÎm7 |¡çΡ x8 ωôϑ pt ¿2 ⨠Ïd‰s) çΡuρ y7 s9 ( tΑ$s% þ’ ÎoΤ Î) ãΝ n=ôã r& $tΒ Ÿω tβθßϑn=÷è s? ∩⊂⊃∪ Dan ingatlah ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan di bumi seorang Khalifah”, mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah)dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkankan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau”. Tuhan berfirman : “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”( QS. Al-Baqarah : 30 )1

1 Soenarjo. dkk, AlQur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta : Departemen Agama RI, 1971) hlm. 13

Page 74: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

61

MAKNA KHALIFAH DALAM AL-QUR’AN

RELEVANSINYA DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

( Analisis QS. al-Baqarah Ayat 30-35 )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Anik Risalati

NIM: 3103247.

Page 75: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

62

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2008

Page 76: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

_______, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 1992.

Abdullah, Abadurrahman Saleh, Educational Theory, A Quranic Outlook, terj. Mutammam, Bandung: CV. Diponegoro, 1991.

Al-Abrasy, M. Athiyah, Education in Islam, Cairo: tp.,1963.

Al-Anshary, Ibnu Manzur Jamaluddin, Lisanul Arab, Mesir: Darul Misriyah, tt.

Al-Bary, M.D.J, Kamus Ilmiah Populer, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000.

Al-Farmawy, Abd al-Hay, Metode Tafsir Maudhu’i:Sebuah Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.

Al-Maraghi, Ahmad Musthofa, Tafsir al-Maraghi 1, terj. Bahrun Abu Bakar, Beirut:

Darul Kutub, tt. Ali, Abdullah Yusuf, terjemah the Holy Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.

Ali, M. Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1997.

Ali, Yunasril, Manusia Citra Ilahi, Jakarta: Paramadina, 1997.

Al-Taumy, Oemar M, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang , 1979.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Perss,

2002. Arifin, Muzayyin, Manusia Citra Ilahi, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Arrifai, M. Nashir, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, terj. Shihabuddin, Jakarta: Gema

Insani Press, 2001 Asshidiqie, Tafsir al Qur’anul Majid An Nur, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000.

_________, Tafsir al Bayan I, Semarang: Al Ma’arif, 1977.

Ashraf, Ali, Horizon Baru Pendidikan Islam, peny. Sori Siregar, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.

Page 77: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

Assegaf, M. Abdurrahman, “Konsep Khilafah Islamiyyah”, http//www.persis.co.id/15112007/

Azra, Azyumardy, Esei-Esei Intelektualisme Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1999. Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid I,

Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987. Daradjat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Djamal, A. Noerhadi, Epistimologi Pendidikan Islam: Suatu Telaah Reflektif Qur’any, dalam Chabib Thoha (eds), Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: pustaka Pelajar, 1996.

Donald, F.J.MC., Educational Psychology, California: Wadsworth Publishing Company,

1959. Echols, John M, dan hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia,

1999. Faisal, Yusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Ibnu Hajjaj, Imam abi Husain Muslim, Shahih Muslim, Juz. IV, Beirut: Darul Kutub, tt.

Ihsan, Hamdani, dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001.

Isna, Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001.

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Al-Ma’arif, 1989.

Muhaimin, dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Jakarta: Trigenda Karya, 1993.

Muhaimin et al, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis Teoritis dan praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2000.

________, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Media

Pratama, 2001.

Page 78: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an,Di Bawah Lindungan al-Qur’an, terj. As’ad

Yasin dkk, Jakarta: Gema Insani Press, 2000. Rahman, Fazlur, Major Time of The Quran, terj. Anas Mahyuddin, Bandung: tp. 1983.

Sanaky, Hujair AH, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003.

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2007. ________, Mu’jizat al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2005.

________, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol.I, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Siregar, Marasudin, Konsepsi Pendidikan Ibnu Khaldun: Tinjauan Fenomenologis, dalam

rusman Thoyyib, Darmu’in, Pemikiran Pendidikan Islam:Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.

SM, Ismail (eds), Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Soenarjo,dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1971.

Soepriyono, Widodo, Filsafat Manusia dalam Islam, dalam Reformulasi Pendidikan Islam,peny. Chabib Thoha, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Suryaningsih, “Umat Islam dan Tantangan untuk Menciptakan Transformasi Besar”,

http//suryaningsih.word press.com/26122007/ Syafi’i, A Mustain, Tafsir Al-Qur’an Bahasa Koran, Surabaya: Harian Bangsa, 2004.

Syar’i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005.

Syuhud, A. Fatih, “Tantangn Pendidikan Islam di Era Globalisasi”, http//sidogiri.online/13122007/

Syukur, Amin, dan Fatimah Usman, Insan Kamil,Paket Pelatihan seni Menata Hati,

Semarang: CV. Bima Sejati, 2006. Thoha, M Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.

Tim penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Page 79: MAKNA KHALIFAH DALAM AL- QUR’AN RELEVANSINYA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/79/jtptiain-gdl... · Akan tetapi banyak sekali diantara umat Islam ... berakhir sejalan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Anik Risalati

Tempat/Tgl Lahir : Demak, 04 Oktober 1983

Alamat Asal : Jln. TPI Lama RT. 02/ VIII Sabetan Barat Wedung Demak

Jenjang Pendidikan

1. SD Negeri Ngawen I lulus tahun 1995

2. MTs NU RAUM Wedung lulus tahun 1998

3. MANU RAUM Wedung lulus tahun 2001

4. IAIN Walisongo Semarang angkatan tahun 2003

Semarang, Januari 2008 Penulis