Top Banner
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 99 Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan” Menurut Imamat 19:26b dan Pengaruhnya Terhadap Shio Pada Budaya Tionghoa Suryowati Ketua Program Studi S1 Teologi Sekolah Tinggi Teologi Excelsius [email protected] Abstract Chinese Christianity faces a problem when the congregation begins to doubt the future and wants everything to be fast and instant without wanting to go through a process that feels long. This fact led Christians to turn to Shio's predictions which were nothing more than occult. This study of prediction based on Shio will try to prove that no one in the world can predict what can happen, because God himself plans and regulates everything. True Christianity relies its life on God, its fate is determined by faith and not divination. The history of Shio use in Chinese culture cannot be separated from the origin of its use as a means of making it easier to mark the year and season on the Chinese Luni-Solar calendar. This history and theology is needed for Chinese Christianity to be compatible with the gospel. Abstrak Kekristenan umat Tionghoa menghadapi masalah ketika jemaat mulai ragu akan masa depan dan menginginkan segala sesuatu serba cepat dan instan tanpa ingin melewati proses yang dirasa lama. Kenyataan ini membawa orang-orang Kristen berpaling pada ramalan Shio yang tidak lebih dari okultisme. Penelitian akan ramalan berdasarkan Shio ini akan berusaha membuktikan bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat meramal apa yang dapat terjadi, karena Allah sendiri yang merencanakan dan mengatur segala sesuatu. Kristen sejati menyandarkan hidupnya kepada Allah, nasibnya ditentukan imannya dan bukan ramalan. Sejarah penggunaan Shio pada budaya Tionghoa tidak bisa terlepas dari asal mula pengunaannya sebagai sarana mempermudah menandai tahun dan musim pada kalender Luni- Solar bangsa China. Sejarah dan teologi ini yang diperlukan bagi Kekristenan Tionghoa agar berpadanan dengan Injil.
24

Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Oct 27, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 99

Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan”

Menurut Imamat 19:26b

dan Pengaruhnya Terhadap Shio Pada Budaya Tionghoa

Suryowati

Ketua Program Studi S1 Teologi Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

[email protected]

Abstract Chinese Christianity faces a problem when the congregation begins to doubt the future and wants everything to be fast and instant without wanting to go through a process that feels long. This fact led Christians to turn to Shio's predictions which were nothing more than occult. This study of prediction based on Shio will try to prove that no one in the world can predict what can happen, because God himself plans and regulates everything. True Christianity relies its life on God, its fate is determined by faith and not divination. The history of Shio use in Chinese culture cannot be separated from the origin of its use as a means of making it easier to mark the year and season on the Chinese Luni-Solar calendar. This history and theology is needed for Chinese Christianity to be compatible with the gospel.

Abstrak Kekristenan umat Tionghoa menghadapi masalah ketika jemaat mulai ragu akan masa depan dan menginginkan segala sesuatu serba cepat dan instan tanpa ingin melewati proses yang dirasa lama. Kenyataan ini membawa orang-orang Kristen berpaling pada ramalan Shio yang tidak lebih dari okultisme. Penelitian akan ramalan berdasarkan Shio ini akan berusaha membuktikan bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat meramal apa yang dapat terjadi, karena Allah sendiri yang merencanakan dan mengatur segala sesuatu. Kristen sejati menyandarkan hidupnya kepada Allah, nasibnya ditentukan imannya dan bukan ramalan. Sejarah penggunaan Shio pada budaya Tionghoa tidak bisa terlepas dari asal mula pengunaannya sebagai sarana mempermudah menandai tahun dan musim pada kalender Luni-Solar bangsa China. Sejarah dan teologi ini yang diperlukan bagi Kekristenan Tionghoa agar berpadanan dengan Injil.

Page 2: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

100 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

PENDAHULUAN

Kekristenan dalam masyarakat etnis

Tionghoa di Indonesia dihadapkan pada

suatu cara hidup yang komplek. Unsur

budaya dan kepercayaan nenek moyang

masih sangat kuat dan sangat sulit

dihilangkan. Seringkali didapati jemaat

Kristen yang masih mempercayai dan

melakukan ritual budaya nenek moyang.

Dalam hal ini praktek ramalan berdasarkan

Shio khususnya. Mengapa jemaat Kristen

etnis Tionghoa sulit melepaskan diri dari

mitos, kebudayaan, dan agama nenek

moyang mereka? Bangsa China adalah

bangsa yang amat bangga atas kebesaran dan

kejayaan budayanya. Budaya Tionghoa sejak

dari zaman dahulu kala begitu mengikat para

pengikutnya. Meskipun di kurun waktu ini

China telah mengalami perubahan besar,

termasuk masuknya komunisme ke China,

kebajikan dan kebesaran lama China tidak

akan lenyap dan bahwa peradaban yang telah

berlangsung lebih dari empat ribu tahun itu

tak dapat dengan mudah dihancurkan. 1

Pada era yang sudah sangat modern

seperti ini, sudah seharusnya ramalan (ilmu

metafisika), menjadi lapuk dan hilang ditelan

waktu. Namun kenyataannya mengapa justru

berlaku hal sebaliknya? Ramalan

1Pearls S. Buck, Negara dan Bangsa Jilid 4

(Jakarta: PT. Widyadara, 1998) 1-3. 2Nino Zenjaya, 7 Rahasia Ramalan China

(Jakarta: Mediakita, 2011) v.

mendapatkan tempat spesial di hati manusia

dan semakin popular. Padahal Alkitab secara

jelas mengatakan tidak boleh umat Tuhan

melakukan telaah atau ramalan (Im. 19:26b).

Sebut saja ‘shio’, banyak orang yang

mengenalnya. Kalau direnungkan, ramalan

yang asal usulnya dari China, nyaris tak lepas

dari perhitungan rumit astronomi,

matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.

Dengan demikian, jika ada gelar untuk

ramalan yang paling unik dan komplek, maka

ramalan China pasti juaranya.2

Pada awal ide tentang penanggalan,

masa itu para petani membutuhkan suatu

kalender yang dapat dijadikan pedoman bagi

masa tanam dan masa panen. Semua kegiatan

yang dapat mengikuti musim dari tahun ke

tahun. Singkatnya mereka membutuhkan

kalender matahari. Astronom kuno pada saat

itu menemukan kalender matahari – bulan

(Lunii Solar Calender) yang ternyata dapat

memenuhi keinginan petani secara sederhana

dan tepat. Namun perkembangan dari

kalender dan adanya musim, hari libur dan

perayaan, serta hari raya agama Konghucu

maupun ilmu-ilmu ilmiah yang rumit bagi

masyarakat untuk dipahami, memunculkan

sejumlah cerita legenda dan fiksi yang

dikembangkan untuk menyederhanakan

penjelasan itu.3

3Hendrik Agus Winarso, Almanak Tionghoa,

Makna 12 Shio & Perhitungan (Semarang: Dahara

Prize, 2010) 34.

Page 3: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 101

Seorang pakar “shio” terkenal, dalam

buku yang ditulisnya mengatakan bahwa

menghitung jodoh, rezeki, dan peruntungan

menurut shio (Liok Hap-Shio) adalah bidang

lain dari ilmu pengetahuan praktis China dan

bukan soal ramal-meramal, tetapi

perhitungan berdasarkan pada situasi dan

kondisi alam semesta, terutama pada saat-

saat tertentu yang mempengaruhi hidup dan

kehidupan seseorang berdasarkan

penanggalan China.4 Benarkah demikian?

Alam semesta diciptakan Tuhan dengan

begitu sempurna dan menjadi satu kesatuan

harmoni yang saling melengkapi dan

berkaitan satu dengan yang lain. Semua

diciptakan untuk kepentingan hidup manusia

(Ul. 4:19), tetapi dalam praktek ramalan shio,

astrologi, dan lain-lainnya, unsur maupun

tanda-tanda alam seringkali di kultuskan,

dianggap bahwa kehidupan manusia

bergantung pada unsur, kedudukan dan

proses alam.

Dalam perkembangan penanggalan

China, perlambangan dengan shio itu

dianggap lebih mudah dan kemudian

berkembang dengan pesat dalam kehidupan

4Tan I Be, Menghitung Rezeki &

Peruntungan Menurut Shio (Liok Hap Shio) (Jakarta:

PT. Tangga Pustaka, 2007) iii-iv. 5Rio “Asal Mula Shio” Jawa Pos, Selasa 24

Januari (2012) 31. 6Etnografi disebut juga penelitian

kebudayaan. Dalam penelitian tersebut peneliti

menyelidiki satu kelompok kultural. Data yang

dikumpulkan diperoleh melalui pengamatan, dan

merujuk dokumen-dokumen yang ada. Proses

penelitian etnografi bersifat luwes dan biasanya

bermasyarakat di Tiongkok sebagai penanda

umur seseorang. Selain itu, binatang yang

mewakili cabang bumi dikaitkan dengan

melihat arah mata angin, waktu dari unsur

binatang tersebut. Hal tersebut juga dikaitkan

dengan waktu kelahiran bayi tersebut. Jika

bertepatan, maka akan semakin kuat unsur

dan karakteristiknya. Dalam kepercayaan

masyarakat Tionghoa, juga mempercayai

Yin dan Yang sebagai simbol keseimbangan

dan keserasian dalam kehidupan.5

METODOLOGI

Adapun metode penelitian ini adalah

metode kualitatif etnografi6 dengan

pendekatan eksposisi. Metode kualitatif

adalah penelitian yang menggunakan latar

alamiah, dengan maksud menafsirkan

fenomena yang terjadi dengan

menggambarkan adanya suatu variable,

gejala atau keadaan,7 Yang meliputi

pengumpulan data, analisa, dan interpretasi

tentang arti suatu kata.8 Sedangkan

pendekatan eksposisi mengandung arti

sebuah karangan yang menyajikan sejumlah

pengetahuan atau informasi. Adapun

muncul secara kontekstual, sebagai tanggapan atas

kenyataan hidup yang dihadapi di lapangan. Andreas

B. Subagyo, Pengantar Riset Kuantitatif & Kualitatif

Termasuk Riset Teologi dan Keagamaan (Bandung:

Kalam Hidup, 2004) 109-110. 7Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian

(Jakarta: Rineka Cipta, 2005) 234. 8Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian

Ilmiah: Dasar, Metode, Tekhnik (Bandung: Tarsito,

1994) 139.

Page 4: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

102 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

tujuannya agar pembaca mendapat

pengetahuan atau informasi yang sejelas-

jelasnya ketika membaca penelitian yang

dibuat. 9

ANALISIS DAN HASIL

Permasalahan ini menunjukan bahwa

patokan yang diambil dalam menentukan

watak, peruntungan, perjodohan, dan lain-

lain, adalah Shio, elemen, serta unsur dalam

elemen tersebut. Kenyataan ini sudah

menjadi tradisi turun temurun kaum

Tionghoa. Walaupun sudah menjadi tradisi,

bukan berarti menjadi jaminan kebenaran,

karena dalam tradisi juga dapat terjadi

kesalahan, selain juga memperhitungkan

faktor perkembangan (karena penemuan baru

yang berkaitan dengan banyak sumber,

sarana dan pemahaman yang berbeda dapat

terjadi kurang sesuai dan keterikatan kepada

tradisi yang kaku), maka dari itu perlu sikap

kritis terhadap tradisi.10

Kaum Kristen Tionghoa khususnya

perlu menjaga agar tradisi (dalam

penggunaan Shio), dan ilmu pengetahuan

(dalam ilmu penanggalan Tionghoa) tidak

sampai menggantikan otoritas Allah. Orang-

9“Cookies Media”

http://cookies.web.id/2011/10/pengertian-dan-

beberapa-contoh-paragraf-eksposisi.html (diambil

tanggal: 8 maret 2012). 10Piet Go O.Carm, Teologi Moral Dasar

(Malang: DIOMA, 2007) 171. 11Sinclair B. Ferguson, New Dictionary of

Theology jilid 2 (Malang: Literatur SAAT, 2009) 416.

orang Kristen mula-mula juga memiliki

pengalaman yang sama yaitu memisahkan

nubuat yang benar dari yang salah melalui isi

berita berkenaan dengan pribadi Yesus

Kristus (I Yoh. 4:1-3; I Kor. 12:1-3).11

Analisa Telaah atau Ramalan tehadap

“Shio”

Kekristenan umat Tionghoa

menghadapi masalah ketika jemaat mulai

ragu akan masa depan dan menginginkan

segala sesuatu serba cepat dan instan tanpa

ingin melewati proses yang dirasa lama.12

Kenyataan ini membawa orang-orang

Kristen berpaling pada ramalan Shio yang

tidak lebih dari okultisme. Meramal adalah

praktek meminta nasehat kepada

seseorang, secara ilahi, kepada manusia

ataupun arwah, ataupun benda-benda

dengan cara meneliti suatu obyek atau

tingkah laku, untuk mendapat informasi

tentang masa depan atau masalah-masalah

lainnya diluar pengetahuan normal.13

Tenung berarti mencoba mengetahui

sebelumnya atau dari jauh suatu peristiwa

yang tidak dapat dilihat dengan cara

biasa.14

12Wahyu Eko Cahyono, “Pandangan Iman

Kristen terhadap Astrology”,

http://suarainjili.blogspot.com/2008/05/pandangan-

iman-kristen-terhadap.html (diambil tanggal: 19

September 2013). 13Ed. Merrill C. Tenney, the Zondervan,

Pictorial Encyclopedia of the Bible,146. 14John E. Hartley, World Biblical

Commentary 4 Leviticus, 320.

Page 5: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 103

Meramal, ramalan dan telaah dicela

di seluruh Alkitab, sebab gagasan ini

sampai pada pendirian bahwa tidak ada

seseorang atau sesuatupun yang berkuasa,

semua ditentukan oleh takdir, yang menjadi

tujuan akhir segala sesuatu, termasuk juga

akhir para ilah atau dewa (band. Ul. 18:9-

12)15. Gagasan seperti ini menyangkal

bahwa Tuhan adalah yang empunya segala

kuasa, merendahkan dasar pewahyuan

bahwa YAHWEH adalah Allah yang Maha

Tinggi, Pencipta yang Maha Kuasa.

Manusia diciptakan Allah seturut gambar-

Nya (Kej. 1:27), gambar diri manusia harus

mengacu kepada Allah, jika

mengasosiasikan kepada Shio maka

gambar diri manusia mengacu kepada

makhluk yang lebih rendah, kepada

kefanaan, dan kehinaan (Rm. 1:22-23).

Penggunaan Shio sendiri tidak membuat

bangsa China lebih menghargai keberadaan

manusia disbanding bangsa lain pada

umumnya.16

Allah melarang umat-Nya

mencondongkan telinga kepada ramalan

okultisme atau tenung (Ul. 18:13-14)

termasuk menjadi simpatisan horoskop

15Y. Kaufmann, The Religion of Israel

(Chicago: The University of Chicago Press, 1960) 21-

24. 16“Aksi jaringan penjulalan organ tubuh di

pasar gelap Tiongkok semakin mengerikan. Seorang

bocah enam tahun yang sedang bermain di luar rumah

ditemukan mengerang kesakitan setelah matanya

dicungkil seorang tidak dikenal buat di ambil

korneanya” AFP. “Xiao Binbin, Bocah yang Matanya

ataupun Shio (Yes. 44:25; Ul. 4:19; 2Raj.

17:7-8). Tanda-tanda di langit bisa menjadi

ramalan yang menakutkan bagi bangsa-

bangsa kafir. Kristen sejati menyandarkan

hidupnya kepada Allah, nasibnya

ditentukan imannya dan bukan ramalan

(Gal. 4:8-10; 1Yoh. 4:4; Im. 19:31, 20:6).17

Jikalau ramalan Shio benar, maka orang

yang lahir di hari dan jam yang sama akan

sama juga nasibnya. Tetapi fakta

membuktikan bahwa dua anak yang

lahirnya pada waktu yang sama atau anak

kembar sekalipun, bisa saja nasibnya

berbeda atau bertentangan.18

Analisa Telaah atau Ramalan Terhadap

Penanggalan Tionghoa

Pada awal mulanya Shio digunakan

sebagai sarana untuk menetapkan sistem

perhitungan musim, masa panen, dan waktu

kelahiran, yang selanjutnya digunakan

sebagai sistem kalender yang pertama.

Merrill C Tenney, menuliskan bahwa sistem

kalender adalah salah satu praktek ilmu

pengetahuan yang tertua. Tujuannya bukan

hanya untuk pencatatan, tetapi juga untuk

memprediksi perkembangan-perkembangan

Dicungkil Orang Asing” Jawa Pos. kamis 29 Agustus

(2013). 17Tp, “Zodiac Kristen”,

http://kebenaran1.blogspot.com/2006/12/zodiac-

kristen.html (diambil tanggal: 19 September 2013). 18Budi Asali, “Occultisme”,

http://www.golgothaministry.org/artikel/art_occultis

me.htm (diambil tanggal: 19 September 2013).

Page 6: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

104 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

alam dan kehidupan. Dalam komunitas

dimana kehidupan mereka bergantung pada

kemungkinan hidup di setiap musim (untuk

menanam, berburu, yang berganti-ganti tiap

musim) mereka harus tahu waktu yang tepat

untuk beraksi atau bertindak. 19

Pada sekitar 2.679 SM, Kaisar Huang

Ti (黃帝; Kaisar Kuning) memerintahkan

salah seorang menterinya, Da Nao (大撓)

beserta para ahli astronomi kerajaan, untuk

mempelajari bintang-bintang guna

menetapkan sistim perhitungan musim, masa

panen, dan waktu kelahiran. Da Nao (大撓)

mempersiapkan kalender pertama yang

disebut Gan Zi atau Jia Zi, yang

menggabungkan Batang Langit (Wu Xing;

lima elemen) dan Cabang Bumi (12 shio),

yang diumumkan sekitar tahun ke-61 masa

pemerintahannya.20

Sama seperti agama atau kepercayaan

dinamisme lainnya, bahwa ramalan sistem

penghitungan musim merupakan jaminan

sukses akan masa tanam atau berburu. Dan

ketika sukses, masyarakat tersebut harus

mengadakan syukuran semeriah mungkin.

Dalam kepercayaan yang benar semua itu

palsu. Pengamatan-pengamatan harus

dibuatkan daftar perencanaan yang

memungkinkan komunitas itu bersatu dalam

persaudaraan, pentahbisan atau pengabdian.

19 Merrill C. Tenney, The Zondervan,

Pictorial Encyclopedia of the Bible, 687. 20Hendrik Agus Winarso, Almanak

Tionghoa, Makna 12 Shio & Perhitungan, 41

Secara teologis sistem kalender bergantung

kepada imam untuk mengatur kalender,

dengan kalkulasi yang bergantung pada

bagian-bagian teks yang benar dari instruksi,

terbagi sesuai dengan keahlian yang hanya

dipunyai oleh seorang imam. Suatu tugas

yang nyata-nyata diluar kemampuan bagi

yang tidak berpengetahuan tentangnya.21

Masyarakat Perjanjian Lama

mempunyai cara untuk mengukur perjalanan

waktu. Kata Mo’ed, akar katanya berarti

‘menentukan’, dan dipakai dan dipakai untuk

masa-masa seperti bulan baru (Ul. 11:14;

Mzm. 145:15; Yes. 49:8; Yer. 18:23).

Alkitab tidak menekankan kesinambungan

waktu yang abstrak, melainkan menekankan

isi yang diberikan Allah terhadap waktu-

waktu tertentu dalam sejarah. Waktu ini

disebut ‘linear’ (lurus memanjang) bukan

‘siklis’ (berputar-putar) yang biasa dipakai

oleh bangsa dan budaya lain di dunia kuno.

Allah bergerak untuk mencapai penggenapan

tujuan-Nya. Peristiwa-peristiwa itu tidak

berlangsung begitu saja atau kembali ke titik

awalnya, Allah berdaulat dalam menentukan

saat-saat ini, bahkan Anak-Nya sendiri

selama pelayanan jabatan-Nya di bumi tidak

mengetahui hari atau saat dari penggenapan

tujuan Allah (Mrk. 13:32; Kis. 1:7).

21Merrill C. Tenney, The Zondervan,

Pictorial Encyclopedia of the Bible, 687.

Page 7: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 105

Kedaulatan Allah mencakup juga saat-saat

dari hidup perseorangan.22

Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus

berkata pada orang banyak: “Apabila kamu

melihat awan naik di sebelah barat, segera

kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu

memang terjadi. Dan apabila kamu melihat

angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari

akan panas terik, dan hal itu memang terjadi.

Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan

langit kamu tahu menilainya, mengapakah

kamu tidak dapat menilai zaman ini?” (Luk.

12:54-56). Kalimat “menilai zaman ini”

(Yunani: ; Inggris: an appointed time,

season; Ind: suatu masa, musim) pada ayat 56

di implementasikan dengan membandingkan

antara mengobservasi perubahan cuaca

dengan “waktu” Tuhan akan masa itu,

dimana Tuhan berbicara tentang kesempatan

dan tanggungjawab. Disini, kata “orang

munafik” memberi tekanan akan

ketidakmampuan mereka mengerti, menaati

Kitab Suci, tidak mengandalkan Tuhan,23

sehingga menimbulkan ketidakmampuan

mereka menterjemahkan keadaan “waktu

sekarang”.24

22J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa

Kini Jilid II, 539. 23Kalimat “orang-orang munafik” jelas

dalam pengertian Ibrani yang berarti: tidak

mengandalkan Tuhan, lebih tepat dari pengertian

Yunani yang berarti: acting a part. ed. Donald Guthrie,

the New Bible Commentary Revised (London: Inter-

Varsity Press, 1970) 909.

Sekalipun orang Ibrani memakai

kalender yang didasarkan atas perhitungan

bulan (kalender solar), namun mereka

sebagai petani cenderung menyebut bagian-

bagian tahun dengan musim daripada dengan

nama-nama atau bilangan-bilangan bulan.25

Tahun (syana) pertama dihitung mulai

dengan bulan musin rontok (yang ketujuh

pada tabel), yaitu bulan Tisyri (Kel. 23:16;

34:22), juga awal tahun sabat (Im. 25:8-10).

Perhitungan bulan dimulai sejak bulan sabit

terkecil pertama kali muncul setelah matahari

terbenam. Karena tahun yang

perhitungannya berdasarkan peredaran bulan

kurang sebelas hari lebih pendek dibanding

tahun berdasarkan peredaran bumi, maka

secara berkala disisipkan bulan ketigabelas

agar hari tahun baru tidak jatuh pada hari

sebelum musim semi tahun itu (Maret-April).

Mengamati waktu siang dan waktu

malam salah satu hari musim rontok, yaitu

pada akhir tahun (Kel. 23:16) dan mengamati

waktu siang dan waktu malam salah satu hari

musim semi, yang disebut pergantian tahun

(2 Taw. 36:10) penting bagi pengaturan

kalender, dan demikian juga bagi pengaturan

hari raya.26

24ed. Frank E. Gaebelein, the Expositor’s

Bible Commentary (Michigan: Zondervan

Corporation, 1984) 969. 25J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa

Kini Jilid I (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,

2000) 497. 26J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa

Kini Jilid I, 496.

Page 8: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

106 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

Analisa Jalan Hidup Manusia sebagai

Kedaulatan Tuhan

Berdasar atas pikiran orang China

yang sangat dipengaruhi oleh dua kebutuhan

fundamental berikut: ketertiban dan harmoni

dalam kehidupan bermasyarakat. Ketertiban

dan harmoni bermasyarakat adalah ajaran inti

Konfusius, yang percaya bahwa hanya

ketertiban yang dapat memberikan

kebebasan sejati.27 Selain itu, orang

Tionghoa percaya bahwa sukses dalam

kehidupan didasarkan pada lima pengaruh

yang urutannya sebagai berikut: Nasib

(Ming), Keberuntungan (Yun) , Lingkungan

(Feng Shui), Sifat dan kebajikan (Dao de),

Usaha dan pendidikan (Du Shu).28 Terhadap

pemberlakuan Shio dalam hidup dan

kehidupan masyarakat Tionghoa

menunjukan kenyataan yang kurang

menggembirakan. Memakai perlambang

binatang dalam menandai tahun kelahiran

manusia, peruntungan, dan nasib seseorang

pada kelanjutannya bukanlah suatu yang

bijaksana. Jikalau orang-orang mencoba

memperlakukan binatang dan manusia secara

sama atau sejajar, akibatnya dalam dunia

27John Naisbit, China’s Megatrend, 8 Pilar

yang Membuat Dahsyat China, 33-34. 28Mauro Rahardjo, Meramal Cara China, Zi

Wei Dou Shu, 6. 29Jenny Teichman, Etika Sosial (Jogjakarta:

Kanisius, 2006) 53. 30Louis Berkhof, Systematic Theology

(Michigan: WM. B. Eerdmans Publishing Co., 1993)

183. 31Millard J. Erickson, Teologi Kristen vol. 1

(Malang: Gandum Mas, 1999) 193-194.

nyata, bukannya bahwa binatang akan

diperlakukan dengan lebih hormat sejak saat

itu, melainkan bahwa manusia akan

diperlakukan dengan kurang hormat.29

Manusia ditempatkan pada posisi pada

tempat tertinggi dalam ciptaan, dimahkotai

sebagai raja atas ciptaan yang lebih rendah.30

Karena manusia terbatas dan Allah

tidak terbatas, apabila manusia akan

mengenal Allah, maka pengenalan itu

haruslah terjadi oleh pernyataan Allah atau

manifestasi Allah sehingga manusia dapat

mengenal Allah serta bersekutu dengan-Nya.

Pernyataan Allah secara umum melalui:

alam, sejarah, dan susunan manusia (Mzm.

19:2; Rm. 1:20).31

Variabel Kedaulatan Tuhan atas

Keselamatan

Setiap orang adalah makhluk ciptaan

Allah yang dibuat menurut gambar dan rupa

Allah. Mengenai jiwanya, manusia

diciptakan dengan napas Allah (Kej. 1:26;

Ayub 33:4; Peng. 12:7).32 Allah

mengaruniakan kepada setiap manusia

kekuatan-kekuatan personalitas atau

32Kej. 1:26; Ayub 33:4; Peng. 12:7

mencantumkan kedua aspek penciptaan manusia ini

sebagai dalam satu kalimat. Gambaran tentang asal

usul manusia yang diambil secara harafiah dari

Alkitab memberikan kepada manusia suatu martabat

dan kedudukan penuh tanggung jawab yang diberikan

oleh teori lain, serta meletakkan dasar bagi

pembentukan suatu sistem etika dan penebusan yang

bijaksana. Henry C. Thiesen, Teologi Sistematika

(Malang: Gandum Mas, 1993) 235.

Page 9: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 107

kepribadian yang memungkinkan digunakan

segenap kekuatan dan kemampuan untuk

memuja dan melayani Allah Sang Pencipta.

Kemampuan tersebut ialah kecerdasan

berpikir, sensibilitas, dan kehendak, bersama

dengan kemampuan untuk membedakan

serta memberikan dorongan, yang kita sebut

hati nurani.33 Kemanusiaan yang sepenuhnya

terjadi apabila kita berhubungan dengan

Allah, melaksanakan kehendak-Nya dengan

sempurna, sehingga menjadi manusia

sempurna yang seutuhnya.34 Charles Hodge

mengatakan:

“Allah adalah Roh, jiwa manusia adalah roh

juga. Sifat-sifat hakiki dari roh ialah akal

budi, hati nurani, dan kehendak. Roh adalah

unsur yang mampu bernalar, bersifat moral,

dan oleh karena itu juga berkehendak bebas.

Ketika menciptakan manusia menurut

gambar-Nya Allah menganugerahkan

kepadanya sifat-sifat yang dimiliki-Nya

sendiri sebagai roh. Dengan demikian

manusia berbeda dari semua makhluk lain

yang mendiami bumi ini, serta berkedudukan

jauh lebih tinggi daripada mereka. Manusia

termasuk golongan yang sama dengan Allah

sendiri sehingga ia mampu berkomunikasi

dengan Penciptanya. Kesamaan sifat antara

Allah dengan manusia ini, juga merupakan

keadaan yang diperlukan untuk mengenal

Allah dan karena itu merupakan dasar dari

kesalehan kita. Bila kita tidak diciptakan

menurut gambar Allah, kita tidak dapat

mengenal Dia. Kita akan sama dengan

binatang-binatang yang akhirnya binasa.” 35

33Augustus Hopkins Strong, Systematic

Theology (Old Tappan: Fleming H. Revell Co., 1969)

497. 34Millard J. Clarkson, Teologo Kristen vol. 2

(Malang: Gandum Mas, 2003) 96-98. 35Charles Hodge, Systematic Theology

(Grand Rapids: WM. B. Eerdmans Publishing Co.,

1972) 237.

Roma 5: 16-17, 24; ayat-ayat ini

menjelaskan bahwa orang yang menjadi

milik Kristus Yesus, yang di dalamnya telah

dihuni Roh Kudus, tetap masih memiliki

daging, bahkan dagingnya masih luar biasa

kuatnya. Ayat 24, “Siapa saja yang menjadi

milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan

daging dengan segala hawa nafsu dan

keinginannya”, ayat ini khusus

memperhatikan aspek dosa daging.

Sedangkan ayat 17, “… Sebab keinginan

daging berlawanan dengan keinginan Roh

dan keinginan Roh berlawanan dengan

keinginan daging ”, ayat ini memperhatikan

aspek ego daging. Dua ayat ini menjelaskan,

melalui salib, Kristus membebaskan orang

yang percaya dari kuasa dosa, hingga dosa

tidak berkuasa lagi, sedang melalui

berhuninya Roh Kudus di batin orang

percaya, dari hari ke hari membuat mereka

mengalahkan ego, hingga mereka mutlak taat

kepada-Nya. Perhatikan bagaimana kerasnya

ilustrasi yang Tuhan Yesus berikan tentang

ketidaktaatan.36 Terlepas dari dosa adalah

perkara yang telah genap, sedangkan

menyangkal ego adalah perkara yang harus

dikerjakan setiap hari.37

36Roberts Liardon, Waktu Tuhan, Memahami

Masa-masa perubahan dalam Dunia Roh (Jakarta:

Immanuel, 1985) 11. 37Watchman Nee, Manusia Rohani

(Surabaya: Yayasan Perpustakan Injil Indonesia,

1999) 126-127.

Page 10: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

108 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

Variabel Kedaulatan Tuhan atas Kesuksesan

Jaminan utama keberhasilan hidup

orang Kristen adalah Tuhan (Ul. 28:1-14).

Kebenaran ini didasarkan atas Janji berkat

Tuhan dimana dia telah menyiapkan berkat

yang melimpah “…bagaikan sumber air

yang tidak pernah kering – kepada umat-

Nya”. Suatu hal yang pasti dari Tuhan bagi

umat-Nya ialah ditetapkannya rancangan

berkat dengan damai sejahtera yang penuh

bagi umat-Nya (Yer. 29:11). Seperti sikap

Bartimeus kepada Tuhan Yesus (Mark. 10:

46-52). Bartimeus yang buta, tidak

membiarkan kebutaan menghalangi berkat

Tuhan. Bartimeus bertindak menggapai apa

yang diberi Tuhan. Inilah contoh sikap iman

yang menjadi dasar penopang umat untuk

berhasil dalam hidup.38

Tuhan sendiri telah menjanjikan

sukses itu kepada segenap umatnya (kej.

12:1-3; Bil. 27; 28: 1-14) yang diperlukan

adalah keberanian untuk mempercayai

Tuhan atas kesuksesan tersebut dengan

melakukan keyakinan tersebut dalam

kehidupan dengan tindakan nyata.39 Dunia

melihat sukses sebagai tujuan hidup, tapi

perlu disadari oleh orang percaya bahwa

sukses adalah sebuah akibat, tidak lebih dari

itu.

38Y. Tomatala, Manusia Sukses (Malang:

Gandum Mas, 1998) 109-110. 39Ibid. 12.

Orang dunia, khususnya kaum

Tionghoa, sebagian besar selalu menekankan

secara ekstrem tentang kekayaan materi

sebagai lambang kesuksesan, dan banyak

orang Kristen beranggapan bahwa

kemiskinan adalah jalan yang yang

berlawanan dengan dunia dan dikehendaki

Tuhan (I Sam. 2:7). Tuhan tidak pernah

mengatakan bahwa orang miskin adalah

umatNya.40 Disamping itu, mulai banyak

paham yang berasumsi bahwa kemiskinan

adalah buruk dan tidak rohani dan kekayaan

identik dengan dengan pertumbuhan rohani.

Allah harus membuat mereka kaya agar

nama Allah terjaga dan tidak dipermalukan.

Mereka juga ingin menunjukan bahwa

kekayaan materi adalah kesaksian hidup

bersama Allah. Dan apabila Allah tidak

menjadikan mereka kaya, mereka berusaha

menolong Allah dengan menggunakan

kemampuan dan rencana sendiri.41

Kenyataan ini yang mengakibatkan

Kekristenan suku Tionghoa masih diwarnai

sinkritisme tentang usaha mereka

menggunakan Shio sebagai sarana menelaah

atau meramal untuk mencari peruntungan

dalam usaha dan karir mereka.

Kekayaan yang sesungguhnya

dimaksud oleh Alkitab adalah berupa

kekayaan rohani, yaitu, mengenal Kristus,

40Bambang Yudho, Kiat Menjadi Pengusaha

Kristen (Yogyakarta: ANDI, 2009) 39. 41Ibid. 40.

Page 11: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 109

menderita karena Kristus (Ibr. 11:26; Mat.

5:11-12), memiliki kasih yang melimpah

(1Tes. 3:12), suka memberi dan membagi (II

Kor. 8:2-3), kaya dalam iman, pengetahuan

dan perkataan (Kol. 2:2-3, II Kor. 8:7).42

Variabel Kedaulatan Tuhan atas Pernikahan

Pernikahan Kristen adalah

pernikahan yang unik dan tidak sama dengan

pernikahan-pernikahan yang lain, oleh

karena iman keselamatan di dalam Tuhan

Yesus Kristus dan kehidupan yang

didasarkan atas kesaksian Alkitab

menghasilkan keunikan-keunikan yang tidak

dimiliki dunia. Pernikahan Kristen adalah

inisiatif Allah oleh karena kesaksian Alkitab

bahwa pada mulanya Allah yang berinisiatif

untuk mendirikan lembaga pernikahan (Kej.

2:18,24). Mengetahui bahwa pernikahan

adalah inisiatif Allah akan membawa

dampak yang luas, baik dalam pengertian

tentang motivasi dan tujuan setiap

pernikahan, maupun dalam penilaian atas

setiap aspek kehidupan pernikahan itu

sendiri.43

Bandingkan dengan masyarakat

Tionghoa yang sebagian besar berpatokan

kepada ramalan Shio. Banyak pantangan

bagi pasangan Tionghoa yang mau menikah.

42S. Christian Robirosa S., Teologi

Kemakmuran (Malang: Gandum Mas, 2009) 23-25. 43Yakub Susabda, Pembinaan Keluarga

Kristen (Bandung: Mitra Pustaka, 2004) 11.

Pada waktu gadis dilamar, jika umur atau

Shio pemuda ‘jiong’ menurut ramalan Shio

maka pinangannya akan ditolak.44

Mengakui bahwa pernikahan

merupakan inisiatif Allah berarti mengakui

adanya tujuan Allah yang agung dari

pernikahan. Pernikahan Kristen bukan hanya

proses munculnya kematangan pribadi,

keinginan untuk mempertanggungjawabkan

kebutuhan seksual, membentuk rumah

tangganya sendiri, bekerja dan

mengumpulkan harta benda, menikmati

kehidupan keluarga, melahirkan dan

mendidik anak-anaknya.45 Kalau Allah yang

hidup adalah Allah yang berinisiatif untuk

membentuk lembaga pernikahan, maka

pastilah lembaga pernikahan mempunyai

tujuan yang agung, lebih daripada sekedar

manifestasi dari hukum alam. Allah

mempunyai tujuan yang kekal dengan

pernikahan, dan tujuan itu hanya dapat

dipahami jikalau pernikahan ditempatkan di

dalam konteks keselamatan Allah dalam

Kristus.46

Di bawah ini dijelaskan pernikahan

yang berhasil menurut iman Kristen.

Pertama, di luar keselamatan dalam Kristus,

pernikahan tidak memiliki keunikan sama

sekali. Kasih Agape yang menyatukan

44Nio Joe Lan, Peradaban Tionghoa

Selayang Pandang, 275. 45Yakub Susabda, Pembinaan Keluarga

Kristen, 13. 46 Ibid. 11.

Page 12: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

110 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

pasangan hanya ada dalam Kristus, tujuan

pernikahan untuk mengerjakan pekerjaan

Allah hanya dapat dimengerti oleh mereka

yang sudah hidup dalam Kristus, melahirkan

dan mendidik anak-anak bagi kemuliaan

Allah sama sekali asing bagi mereka yang

tidak mengenal janji anugerah Allah dalam

Kristus, panggilan Allah bagi suami untuk

menjadi kepala dan istri menjadi penolong

yang sepadan hanya dapat diterima oleh

mereka yang takut akan Allah, dan Alkitab

sebagai standart yang mutlak untuk menilai

motivasi, sikap, dan tingkah laku akan

kehilangan nilainya sebagai Firman Allah

dan menjadi relatif jikalau pasangan tidak

hidup dalam Kristus. Kedua, di luar Kristus,

pernikahan Kristen hanya memiliki

perbedaan, dan bukan keunikan, karena di

luar keselamatan dalam Kristus, apa yang

disebut pernikahan Kristen hanyalah

pernikahan dengan upacara Kristen di dalam

gereja. Ketiga, di luar Kristus manusia tidak

akan mengakui bahwa pernikahan mereka

adalah inisiatif Allah seperti yang disaksikan

Alkitab, karena tidak ada dasar untuk

pengakuan tersebut. Hanya pasangan yang

sudah mengalami keselamatan dalam Kristus

yang bersedia mempertanggungjawabkan

kehidupan pernikahan mereka kepada Allah.

Tingkah laku, kata-kata, cara hidup,

keputusan-keputusan yang diambil dan

setiap jalan kehidupan pernikahan akan

mendapatkan keunikannya tersendiri oleh

karena kepercayaan mereka kepada Kristus

dan Firman-Nya. Keempat, bagi pernikahan

di luar Kristus, pernikahan seringkali

hanyalah bagian dari proses alamiah. Lain

halnya dengan pernikahan Kristen. Allah ada

dan Dia memberikan diri-Nya menjadi

inisiator dari pernikahan anak-anak-Nya.

Pimpinan nyata pada saat anak-anak-Nya

berjalan dalam terang kebenaran Firman-Nya

dan bukan berjalan dalam selera dan

kemauan pribadinya semata-mata.

Pengakuan akan kasih, kebijaksanaan dan

kedaulatan Allah membuat mereka rela

bergaul secara Kristiani dengan setiap orang

percaya yang dilibatkan Allah dengan dirinya

(termasuk dengan mereka yang tidak sesuai

dengan seleranya, atau yang ‘jiong’

Shionya). Karena melalui proses pergaulan

yang bersih dan jujur itulah mereka dipimpin

Allah, melihat tanda-tanda sebagai dasar

pertimbangan, dan akan menemukan jodoh

yang disediakan baginya. Dengan demikian

dapat dipahami bahwa pernikahan atas dasar

inisiatif Allah, akan menimbulkan

penghargaan atas apa yang sudah

dipersatukan Allah. Dan sebagai orang

percaya, dapat menerima dan menjalani kata-

kata Tuhan Yesus bahwa, “apa yang telah

Page 13: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 111

dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan

manusia” (Mat. 19:6).47

Temuan Biblikal terhadap Ramalan

Nabi-nabi di Alkitab bernubuat

bukan meramal, karena: pertama, mereka

adalah pelayan Firman Allah. Kedua, nubuat

timbul karena nabi-nabi berbicara atas nama

Yang Mahakudus Pemerintah sejarah.

Ketiga, nubuat tampaknya termasuk dalam

gagasan asasi dari pelayanan kenabian (Ul.

18:9).48

Dalam Alkitab, ramalan dilakukan

oleh nabi-nabi palsu. Pada saat Mikha dan

Zedekia berhadapan dengan raja Ahab, yang

seorang memperingatkan akan terjadi

kekalahan, sedang yang seorang lagi

menjanjikan kemenangan, padahal keduanya

berdasarkan “ramalan” mereka atas

kewibawaan Tuhan (1 Raj. 22). Bagaimana

dapat membedakan mana yang benar dan

mana yang palsu?49 Perhatikan ketika

Yeremia menghadap Hananya, Yeremia

membungkuk di bawah sebuah gandar

melambangkan perbudakan, tapi Hananya

47Yakub Susabda, Pembinaan Keluarga

Kristen, 12-13. 48Israel ketika memasuki tanah Kanaan,

bukan hanya diperingatkan tentang keburukan-

keburukan orang Kanaan, misalnya pengorbanan bayi,

tapi juga tentang para pelaku agama Kanaan, seperti

peramal. ed. J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa

Kini Jilid II, 163. 49Pada akhirnya, nubuat Mikha yang benar-

benar dari Allah. Zedekia adalah salah satu dari 400

nabi istana Ahab, dan mungkin dialah pemimpin

kelompok itu (1Raj. 22:11, 24:2; Taw. 18: 10,23). ed.

mematahkan gandar itu melambangkan

kebebasan (Yer. 28). Suatu peristiwa yang

lebih ekstrim, seperti nabi tua di Betel

membawa kembali ‘abdi Allah’ dari Yehuda

dengan amanat palsu, dan kemudian

menghadapkannya dengan firman Allah

yang benar (1 Raj. 13:18-22). Hal

membedakan nabi sama sekali tidak bersifat

akademis, tapi sepenuhnya penting secara

rohani. Sifat-sifat lahiriah tertentu yang

umum pada seseorang nabi atau peramal

disarankan untuk membedakan antara yang

benar dan yang palsu. Pertama, bahwa

ekstase50 kenabian itu menjadi tanda nabi

yang palsu. Dicatat bahwa ekstase kelompok

menjadi tanda umum ‘navi’ pada zaman

Samuel (1 Sam. 9-10). Kedua, bahwa nabi-

nabi palsu adalah pelayan-pelayan yang

mengabdi kepada raja demi kepentingan

mereka, bukan kepentingan Allah. Jadi

mereka hanya mengucapkan kata-kata yang

akan menyenangkan raja. Ketiga, amanat

mereka. Amanat itu ialah amanat damai dan

optimisme yang dangkal (Yeh. 13:10-16),

dan tanpa isi moral, mendukakan orang yang

J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II,

650. 50Ekstase berasal dari kata Yunani ekstasis

yang berarti: menempatkan diri di luar atau keadaan

keluar dari dirinya sendiri. Ekstase menunjukkan

pengalaman mistik. Di dalam semua agama, baik yang

bersifat teistis maupun yang panteistis, ditemukan

pola mistik sebagai puncak penghayatan keagamaan.

Ekstase adalah tahap terakhir pengalaman mistik itu,

dimana jiwa menyatu dengan tuhan. Agama, Mistik,

dan Ecstasy, http://www.kompas.com/kompas-

cetak/0311/12/opini/661835.htm.

Page 14: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

112 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

benar, dan meninggikan yang jahat (Yeh.

14:4-5), sebab firman Tuhan senantiasa

adalah firman yang menentang dosa (Yeh.

14:7-8).51

Dalam masa kini, bagaimana umat

Kristen menghadapi dan menyikapi masa

depan yang dirasa tidak menentu? Firman

Tuhan berkata bahwa Tuhan akan

memelihara kita di masa-masa sulit sekalipun

(Yes. 46:4). Janji Tuhan dalam Yohanes

14:16-18, bahwa Tuhan akan memberikan

Roh Kudus yang akan menolong, menyertai,

dan diam di dalam umat-Nya, dan tidak akan

meninggalkan umat-Nya sebagai yatim piatu.

Dalam polemik dunia yang semakin tidak

menentu inipun, umat Kristen dituntut bijak

“membaca zaman” tanpa meninggalkan

kebenaran Firman Tuhan, metode ilmiah ini

akan memberikan wawasan tentang apa yang

akan terjadi di tahun-tahun mendatang.

Pertama, pertumbuhan ekonomi global

masih akan melambat dikarenakan Amerika

belum bangkit sepenuhnya dari krisis

finansial mulai tahun 2008, sementara krisis

hutang yang menghantam Yunani dan

merembet ke Portugal dan Spanyol mulai

mengindikasikan adanya krisis finansial

global jilid 2 yang lebih parah dari krisis

tahun 2008. Kedua, perdagangan dunia yang

diwarnai dengan perang kurs antar negara

51Harianto GP., Yin Yang, Hongsui, Alkitab

(Bandung: Agiamedia, 2001) 49-50. 52Alan, Menghadapi 2011 antara Roh Kudus

VS Astrologi & Shio,

dalam rangka melindungi kepentingan

nasional masin-masing Negara, terutama

Amerika dan China yang mengarah pada

krisis ekonomi yang diakibatkan oleh inflasi.

Ketiga, politik internasional yang suram

dengan dengan berbagai perang dan ancaman

teroris radikal. Keempat, perubahan iklim

yang ekstrem mempengaruhi hasil tanam,

baik pertanian, perkebunan, dan perikanan.

Bahkan terjadi badai dan bencana yang

melanda berbagai negara seperti China,

Filipina, dan bahkan Indonesia.52

Jadi untuk mengetahui masa depan,

nasib, dan peruntungan, sebagai umat Kristen

sangat tidak tepat jika berpaling kepada

ramalan yang membawa kepada okultisme.

Yang diperlukan adalah ketaatan kepada

Firman Tuhan, doa dalam kerendahan hati

kepada Tuhan disertai perenungan terhadap

Firman Tuhan, agar mendapat bimbingan

dari Roh Kudus. Maka apapun situasinya,

Allah akan membawa umat-Nya mengatasi

masa-masa sulit dalam damai sejahtera

kasih-Nya (Mzm. 1:1-6).

Temuan Biblikal terhadap Penanggalan

Kanaan sering disebut tanah yang

subur (berlimpah susu dan madu). Allah

memberikan tanah itu bukan semata-mata

tanpa usaha sebagai prosesnya, melainkan

http://indonesiaindonesia.com/f/93814-menghadapi-

2011-antara-roh-kudus-vs/ (diambil tanggal: 19

September 2013)

Page 15: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 113

semua itu dapat dinikmati oleh Israel bila ia

mengusahakan tanah tersebut. Implikasinya

adalah bahwa manusia memang harus

bekerja keras dan berusaha untuk mendapat

makanan atau mempertahankan hidupnya.53

Ketika budaya Tionghoa

mempraktekan Shio dalam penanggalan,

seperti dijelaskan diatas bahwa sejarah

mencatat kebudayaan Israel dan bangsa-

bangsa lain yang terdapat di Alkitab

mempraktekannya juga. Allah sendiri

membuat peraturan yang harus dipelihara

bangsa Israel tentang perayaan hari-hari raya

dan musim menabur dan menuai (Kel. 23:14-

17). Dari ineransi Alkitab tentang

pemahaman praktek penanggalan dapat

dipakai sebagai tolak ukur bagi umat Kristen

Tionghoa untuk mempraktekan Shio sebagai

tanda pada penanggalan.

Temuan Biblikal terhadap Jalan Hidup

Manusia

Variabel Keselamatan dalam Jalan Hidup

Alkitab menyajikan hanya satu

langkah menuju keselamatan. Ketika kepala

penjara di Filipi bertanya “…. Apakah yang

harus aku perbuat, supaya aku selamat?”

Paulus menjawab, “Percayalah kepada

Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan

selamat, engkau dan seisi rumahmu” (Kis.

53Robert Setio, Teologi Ekonomi (Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2002) 55. 54Tp, “Apakah Langkah-langkah

Keselamatan?”,

16:30-31). Iman kepada Yesus Kristus

sebagai Juruselamat adalah satu-satunya

langkah kepada keselamatan. Berita Alkitab

sudahlah jelas, semua manusia sudah berdosa

kepada Allah (Rm. 3:23). Karena dosa,

manusia terpisah dengan Allah untuk selama-

lamanya (Rm. 6:23). Hanya karena kasih-

Nya (Yoh. 3:16), Allah mengambil wujud

manusia dan mati menanggung hukuman

yang sepantasnya diterima manusia (Rm.

5:8; 2Kor. 5:21). Oleh anugerah melalui

iman, Allah menjanjikan pengampunan dosa

dan hidup kekal di surga bagi semua yang

menerima Yesus sebagai Juruselamat (Yoh.

1:12; 3:16; 5:24, Kis. 16:31).54

Sebagaimana bangsa Israel sebagai

umat Tuhan menerima tanah perjanjian

sebagai anugerah dan harus hidup di

dalamnya dengan penuh tanggungjawab,

umat Kristen juga menerima keselamatan

sebagai anugerah dan dengan “takut dan

gentar” menghasilkan buah-buah

keselamatan dalam segala perbuatan baik.

Keselamatan dalam Kristus tidak cuma

berlaku di bumi sekarang ini, tetapi juga

bumi yang akan dibarui. Memang

kebangkitan dari orang mati merupakan

puncak hidup dalam Kristus (Yoh. 6:39, 44,

54). Namun secara keseluruhan, Injil

menekankan hidup selamat di bumi, hidup

http://www.gotquestions.org/Indonesia-pertanyaan-

pertanyaan Alkitab terjawab (Diambil tanggal 14

November 2013)

Page 16: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

114 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

benar di bumi, hidup sejahtera di bumi, dan

pada akhirnya hidup bersama Tuhan di Surga

kekal abadi.55

Variabel Kesuksesan dalam Peruntungan

(Hokki)

Sukses adalah konsekuensi, bukan

kebetulan semata-mata. Itu adalah

konsekuensi tindakan kita yang tepat waktu

dan kepercayaan kita yang tidak lekang oleh

zaman. Lama sebelum ilmu mengemukakan

prinsip bahwa semua aksi punya reaksi

(konsekuensi), Alkitab sudah menjajikan hal

yang sama.56

Sebagai seorang Kristen, menakar

kesuksesan berdasarkan Shio merupakan

langkah yang terlalu tergesa-gesa dan

merendahkan harkat manusia sebagai

“gambar dan citra Allah”. Gambaran diri

manusia bersifat rasional, tetapi sangat

mempengaruhi sikap setiap orang. Sehingga

rasio dan rasionalisasi positif akan

mewujudkan sikap yang positif juga.

Pertama, pengembangan pikiran positif.

Kembangkan kemauan untuk memikirkan

hal-hal positif (Kol. 3:1-2; Fil. 4:8-9).

Selanjutnya, kembangkan kebiasaan untuk

memikirkan hal positif (I Kor. 15:31; Rm.

12:1-2, 9-21). Kedua, pengembangan sikap

positif, melalui cara: (1) Sikap proaktif dan

55Yonky Karman, Bunga Rampai Teologi

Perjajian Lama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007)

97.

antisipatif, untuk siap berkembang

menghadapi kemungkinan yang ada. (2)

Sikap inovatif dan kreatif, menemukan hal

baru guna bekerja lebih baik. (3) Sikap

sinergetis, untuk berpikir komprehensif

(luas, meliputi banyak hal). (4) Sikap selektif

proporsional, untuk mengambil tindakan

yang tepat. (5) Sikap antusias untuk

membangkitkan dan mempertahankan

semangat hidup serta kerja dalam segal

kondisi. (6) Sikap asertif, kemampuan untuk

melihat aspek negative dan positif serta

mengambil keputusan yang tepat. (7) Gaya

perseverans, untuk mengembangkan

ketabahan guna bertahan dalam segala

kondisi atau situasi. (8) Sikap kritis untuk

tidak terjebak, yang menolong untuk

membuat penilaian dan keputusan yang

tepat. (9) Sikap pragmatis-produktif, untuk

terus mendatangkan atau mencipta hal-hal

yang membangun serta membawa

keberhasilan.57

Pengembangan diri dari sisi

psikologis, kalahkan sikap pesimis dengan

berkata saya akan bangkit, kalahkan perasaan

kuatir dalam diri dengan berkata masih ada

cara lain untuk maju dan berhasil, berikanlah

semangat kepada diri sendiri, jadikan setiap

hari sebagai hari yang baik, tolaklah sikap

menanti nasib. Dari sisi rohani, awali setiap

56Richard Gaylord Briley, 7 Rahasia

Spiritual Menuju Sukses (Jakarta: Binarupa Aksara,

1997) xii. 57Y. Tomatala, Manusia Sukses, 98-101.

Page 17: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 115

hari dengan doa, doakanlah semua hal, dan

semua orang yang berkaitan langsung dengan

anda, ucapkanlah keinginan dalam doa untuk

berbuat baik kepada semua orang pada setiap

saat (Mat. 7:12; Gal. 6:9-10). Dari sisi sosial,

binalah hubungan baik dengan semua orang,

perbaiki hubungan yang retak, berpantanglah

untuk menyalahkan orang lain, situasi dan

kondisi yang dihadapi dan siap mengoreksi

diri, mulailah dengan senyum atau sopan dan

ramah kepada siapa saja, bukalah mata untuk

mengenal orang lain, tahu tempat dan waktu,

bicaralah sepatutnya. Dari sisi ekonomi,

bekerja dengan benar, baik, keras dan lebih

setia. Menciptakan iklim kerja yang kondusif

bagi diri sendiri dan orang lain. Uang bukan

tujuan akhir, tetapi uang digunakan untuk

mencapai tujuan. Tidak mengalah pada

kegagalan melainkan bangkit untuk berhasil.

Sukses adalah bagian dari kerja, bukan tujuan

akhir.58

Variabel Kesuksesan dalam Pasangan Hidup

atau Pernikahan

Untuk memulai suatu hubungan yang

baik, ada teori yang Alkitabiah yang akan

menjamin kelangsungan suatu hubungan

tersebut, yaitu: dari sisi psiko-emosional,

menyangkut sikap diri terhadap diri sendiri.

Sikap ini berkenaan dengan rasa hormat

(esteem) kepada diri berdasarkan nilai-nilai,

serta harga sosial yang telah dibakukan

58Y. Tomatala, Manusia Sukses, 103.

dalam diri yang bersifat subyektif. Hakekat

dan nilai diri bisa membuat seseorang tegak

dan tegar, tetapi bisa juga membuat orang

menjadi inferior serta cenderung menyesali

serta menyusahkan diri sendiri. Secara

Kristen, sikap penghargaan subyektif bagi

diri dapat dikembangkan dengan cara

berikut: kenyataan rohani, yakin bahwa diri

bernilai atau berharga di mata Tuhan (Ul.

16:15). Menerima diri sebagai anugerah

Tuhan dan mensyukurinya. Bersyukur atas

pengampunan Tuhan. Bersyukur atas

anugerah menjadi manusia baru bagi-Nya (II

Kor. 5:17). Kenyataan psikologis, menolak

kecenderungan memikirkan masa lalu yang

suram, yang gagal, yang memalukan, yang

merendahkan, yang mungkin dipendam

selama ini. Tolak perasaan yang

meremehkan diri sendiri. Tersenyum dan

yakin bahwa masa depan pasti cerah.

Kenyataan sosial budaya, Tolak pikiran

bahwa status sosial diri lebih rendah atau

lebih tinggi dari orang lain. Percaya diri

untuk belajar menempatkan diri secara layak

di tengah masyarakat. Tolak sikap

menganggap diri penting, bersikaplah wajar,

sehingga menjadi individu yang relevan bagi

diri dan orang lain. Buktikan diri dengan

kesetiaan, dalam perkataan dan perbuatan,

semua ini akan bersaksi, menjadikan diri

layak dipercaya, layak diandalkan.

Page 18: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

116 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

Kenyataan individu, lebih mengenal diri

sehingga tahu apa yang terbaik bagi diri

sendiri. bercermin dari sikap orang lain

terhadap diri, karena sikap orang lain adalah

reaksi atau pencerminan sikap diri seseorang.

Menghargai diri sendiri dan orang lain. Buat

daftar kekuatan dan kelemahan diri, coret

daftar kelemahan dengan tinta merah dan

berkata, “Kekuatanku telah menelan

kelemahanku oleh kasih Tuhan”.59

Dalam pernikahanpun, terdapat

kunci-kunci yang Alkitabiah mengenai

tingkah laku yang akan sangat membantu

keberhasilah hubungan suatu pernikahan,

yaitu: pertama, kedewasan. Inti dari

kedewasaan adalah ketidakegoisan. Jika

seseorang tidak diberi disiplin yang

sebagaimana mestinya, maka dia akan

memasuki pernikahan dalam keadaan tidak

dewasa, sehingga kemauannya harus selalu

dituruti dalam hampir setiap situasi. Sikap

seperti ini, akan sangat sukar disadari dan

diakui oleh orang yang tidak dewasa, dan

merupakan suatu hal yang akan

mencelakakan pernikahan. Cara untuk

mengatasi egoisme adalah: akuilah bahwa

egoisme itu dosa dan jangan mencoba

bersembunyi di balik kesuksesan akdemis

maupun ekonomi untuk menutupi

egoisme.60 Konflik biasanya disebabkan oleh

keinginan-keinginan yang berbeda yang

59Y. Tomatala, Manusia Sukses, 103-106.

membutuhkan ketidakegoisan untuk

menyesuaikan diri. Justru perkawinan yang

tidak pernah mengalami pertengkaran pada

umumnya merupakan perkawinan yang kaku

ataupun tidak serasi dimana ada aspek yang

disembunyikan dan telah dikompromikan

dalam usaha untuk menipu orang lain bahwa

ada perdamaian dan keharmonisan dalam

pernikahan. Masalah adalah ujian untuk

menguji kedewasaan. Tapi belum tentu juga

pertengkaran merupakan jawaban yang

benar. Menurut sistem perekonomian Tuhan,

seseorang tidak akan pernah mendapatkan

sesuatu dengan cara mengharapkan saja akan

memperolehnya dari orang lain. Cara

mendapatkan sesuatu adalah dengan

memberikan hal itu kepada orang lain.

Sebagai contoh, jika menginginkan cinta

kasih, jangan mencarinya tapi berikanlah

cinta kasih. Jika menginginkan teman, jangan

mencoba mencarinya tapi jadilah orang yang

ramah tamah. Kedua, tunduk. Tuhan

menghendaki pria sebagai kepala rumah

tangga. Jika ini tidak terjadi maka pria tidak

akan memiliki rasa tanggungjawab, dan di

bawah sadarnya pria akan merasa menikah

dengan ibunya yang kedua. Anak-anaknya

akan segera mengetahui siapa bos dalam

rumah tangga, dan mereka tidak atau kurang

menghormati ayah mereka lagi.

Sesungguhnya, rasa hormat yang alamiah

60Tim Lahaye, Kebahagiaan Pernikahan

Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996) 99-100.

Page 19: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 117

pada anak-anak terhadap ayahnya

merupakan hal yang penting bagi

penyesuaian diri mereka terhadap kehidupan.

61 Ketiga, kasih.62 Alkitab berkata bahwa

kasih seorang suami terhadap istrinya

seharusnya sama dengan kasih terhadap

dirinya sendiri dan dengan penuh

pengorbanan (Ef. 5:25). Tidak ada seorang

wanita pun yang tidak berbahagia bila

diberikan kasih semacam itu. Dan suami

yang memberikan kasih semacam itu akan

menjadi penerima suatu bentuk kasih yang

penuh pengorbanan.63 Keempat, komunikasi.

Semua perbedaan dan persoalan dalam suatu

pernikahan tidak merupakan hal yang

berbahaya. Yang berbahaya ialah,

ketidakmampuan untuk berkomunikasi

mengenai segala perbedaan atau persoalan

itu. Alkitab mengajarkan untuk “menyatakan

kebenaran dengan hati penuh kasih” (Ef.

4:15, terj. Kabar Baik) yang dapat

ditunjukkan dengan dua kata, yaitu: maafkan

aku, dan aku mengasihimu. Kelima, doa.

Kunci dari pernikahan yang berbahagia

tidaklah lengkap bila tidak menyertakan doa.

Doa kepada Allah Bapa di Surga adalah alat

komunikasi yang paling baik diantara dua

61Tim Lahaye, Kebahagiaan Pernikahan

Kristen, 106-108. 62Simon & Christoper Danes, Masalah-

masalah Moral Sosial Aktual dalam Perspektif Iman

Kristen (Yogyakarta: Kanisius, 2006) 49. 63Tim Lahaye, Kebahagiaan Pernikahan

Kristen, 114

orang. Yang terakhir adalah Kristus.64 Bila

dua orang secara pribadi berhubungan

dengan tepat kepada Kristus, mereka

kemungkinan akan menjadi sangat besar

untuk berhubungan dengan tepat satu pada

yang lain. Yesus Kristus sebagai Juruselamat

pribadi, akan menjadi Tuhan dan Juruselamat

dalam pernikahan yang lestari.65 Bila ini

terjadi, rumah tangga akan berjalan di dalam

damai dan berkat yang kekal.66

Tanda-tanda pertumbuhan dalam

pernikahan Kristen: pertama, pertumbuhan

dalam kebenaran Firman Allah. Dari

orientasi praktis menjadi berorientasi

teologis dimana sikap dan tingkah laku suami

istri berorientasi pada kebenaran Firman

Allah. Kedua, pertumbuhan dalam kasih.

Merupakan proses peralihan dari kasih

natural yang subyektif menjadi kasih yang

obyektif. Ketiga, pertumbuhan dalam

komunikasi, yang juga ditandai dengan

peralihan dari komunikasi monologis, ke

komunikasi dialogis. Keempat, pertumbuhan

dalam iman Kristen. Pertumbuhan yang

sejati dalam hubungan suami istri ditandai

dengan proses peralihan dari kasih dengan

jiwa legalitas yang bersyarat, menjadi kasih

64Weinata Sairin, Pelaksanaan Undang-

undang Perkawinan dalam Perspektif Kristen

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996) 30. 65Eka Darmaputera, Pergulatan Kehadiran

Kristen di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2005) 659. 66Tim Lahaye, Kebahagiaan Pernikahan

Kristen, 128-130.

Page 20: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

118 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

dengan jiwa anugerah Allah dalam Kristus

yang tidak bersyarat, Sehingga masing-

masing mereka dapat dengan tulus berkata,

“Aku mengasihimu sebagaimana engkau

ada, pada saat sehat maupun sakit, pada saat

engkau menyenangkan perasaanku maupun

pada saat engkau tidak berhasil menyukakan

hatiku”. Inilah yang Galatia 5:13 disebut

sebagai “kemerdekaan untuk mengasihi”.67

KESIMPULAN

Hasil mengenai makna “Janganlah

kamu melakukan telaah atau ramalan”

menurut Imamat 19:26b dan Pengaruhnya

terhadap “Shio” pada budaya Tionghoa bagi

umat Kristen, sebagai berikut: Pertama,

Penerapan makna kitab Imamat 19:26b

tentang “Janganlah kamu melakukan telaah

atau ramalan” adalah, mereka yang

mempraktekkan “Shio” sebagai ramalan

sama dengan sinkritisme, melakukan nubuat

kosong, sama dengan berpaling kepada roh-

roh peramal, dan melakukan praktek

okultisme. Allah menegaskan bahwa

perbuatan ramal tidak boleh ada pada hidup

orang percaya. Kedua, Tidak ada seorangpun

di dunia ini yang dapat meramal apa yang

dapat terjadi, karena Allah sendiri yang

merencanakan dan mengatur segala sesuatu.

Kristen sejati menyandarkan hidupnya

kepada Allah, nasibnya ditentukan imannya

67Yakub Susabda, Pembinaan Keluarga

Kristen, 61.

dan bukan ramalan (Gal. 4:8-10; 1Yoh. 4:4;

Im. 19:31, 20:6). Kejadian-kejadian yang

terdapat dalam Alkitab bukanlah ramalan

tetapi nubuatan. Nabi-nabi di Perjanjian

Lama maupun di Perjanjian Baru

melakukannya atas arahan Allah. Misalnya:

Abraham (nubuat Abimelekh kepada raja

Gerar mengenai Sara. Kej. 20:7), nabi Yoel

(bernubuat pada masa penguasa Raja Yoas,

Amazia, dan Uzia), Amos (bernubuat pada

masa pemerintahan Yerobeam II), Yunus

(bernubuat pada pemerintahan Yerobeam II),

nabi Hosea (bernubuat masa Yerobeam II,

Zakharia, Salum, Menahem, Pekahya, Pekah,

dan Hosea), sampai pada Maleakhi. Semua

nabi-nabi itu pilihan Allah dan bernubuat

atas arahan Allah. Ketiga, Sistem

penghitungan musim dan kalender adalah

salah satu praktek ilmu pengetahuan yang

tertua yang merupakan jaminan sukses akan

masa tanam atau berburu. Masyarakat

Perjanjian Lama mempunyai cara untuk

mengukur perjalanan waktu (Ul. 11:14;

Mzm. 145:15; Yes. 49:8; Yer. 18:23). Allah

menekankan isi yang diberikan terhadap

waktu tertentu dalam sejarah yang bersifat

linear (lurus memanjang) dalam mencapai

penggenapan-Nya, bukan secara siklis

(berputar-putar). Dalam Perjanjian Baru,

Tuhan Yesus mengimplementasikan

observasi alam dengan membandingkan

Page 21: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 119

perubahan cuaca dengan “waktu” Tuhan

akan masa itu. Dimana umat Tuhan mengerti

akan tanda-tanda alam secara harafiah tetapi

tidak mampu menerjemahkan menurut Kitab

Suci. Seperti umat Israel, masyarakat

Tionghoapun mempelajari bintang-bintang

guna menetapkan sistem perhitungan musim,

masa panen, dan waktu kelahiran. Cabang

Bumi yang disimbolkan dengan 12 Shio,

digabungkan dengan Batang Langit (lima

elemen), dipersiapkan sebagai kalender

pertama yang disebut Gan Zi atau Jia Zi.

Keempat, Karena manusia terbatas dan Allah

tidak terbatas, apabila manusia akan

mengenal DIA maka pengenalan itu haruslah

terjadi oleh pernyataan Allah atau

manifestasi Allah sehingga manusia dapat

mengenal DIA serta bersekutu dengan-Nya.

Itulah yang dinamakan kedaulatan Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian.

Jakarta, Rineka Cipta, 2005.

Be, Tan I. Menghitung Rezeki &

Peruntungan Menurut Shio, Liok

Hap Shio. Jakarta, PT. Tangga

Pustaka, 2007.

Berkhof, Louis. Systematic Theology.

Michigan, WM. B. Eerdmans

Publishing Co., 1993.

Boeker, T. G. R. Bahasa Ibrani Jilid II. Batu,

YPPII, 1992.

Briley, Richard Gaylord. 7 Rahasia Spiritual

Menuju Sukses. Jakarta, Binarupa

Aksara, 1997.

Buck, Pearls S. Negara dan Bangsa Jilid 4.

Jakarta, PT. Widyadara, 1998.

Buck, Pearl S. Negara dan Bangsa, China:

Sebuah Pengantar . Jakarta, Grolier

International, 1998.

Clarkson, Millard J. Teologo Kristen vol. 2.

Malang, Gandum Mas, 2003.

Darmaputera, Eka. Pergulatan Kehadiran

Kristen di Indonesia. Jakarta, BPK

Gunung Mulia, 2005.

Douglas, J. D. Ensiklopedi Alkitab Masa

Kini jilid I. Jakarta, Yayasan

Komunikasi Bina Kasih, 2000.

Douglas, J. D. Ensiklopedia Alkitab Masa

Kini Jiid II (M-Z). Jakarta, Yayasan

Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2001.

Echols, John M. Kamus Inggris Indonesia.

Jakarta, Gramedia, 1996.

_____, Encyclopaedia Britannica volume 7.

Chicago, Encyclopaedia Britannica

Inc., 1968.

Erickson, Millard J. Teologi Kristen vol. 1.

Malang, Gandum Mas, 1999.

Ferguson, Sinclair B. New Dictionary of

Theology jilid 2. Malang, Literatur

SAAT, 2009.

Gaebelein, Frank E. (ed). the Expositor’s

Bible Commentary. Michigan,

Zondervan Corporation, 1984.

Guthrie, Donald. the New Bible Commentary

Revised. London, Inter-Varsity Press,

1970.

Page 22: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

120 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)

GP, Harianto. Yin Yang, Hongsui, Alkitab.

Bandung, Agiamedia, 2001.

GP, Harianto. Metodologi Kuantitatif dan

Kualitatif, Termasuk Penelitian

Biblika, Teologi dan Filsafat Agama.

Surabaya, STT Bethany, 2013.

Hartley, John E. World Biblical Commentary

4 Leviticus. Colombia, Nelson

Reference & Electronic, 1992.

Hayes, John H. Biblical Exegesis: A

Beginner’s Handbook. London, SCM

Press Ltd, 1982.

Hodge, Charles. Systematic Theology II.

Michigan, Baker Book House, 1988.

Hubbard, D.A. Pengantar Perjanjian Lama

1, Taurat & Sejarah. Jakarta, BPK

Gunung Mulia, 2010.

Karman, Yonky. Bunga Rampai Teologi

Perjajian Lama. Jakarta, BPK

Gunung Mulia, 2007.

Kaufmann, Y. The Religion of Israel.

Chicago, The University of Chicago

Press, 1960

Lahaye, Tim. Kebahagiaan Pernikahan

Kristen. Jakarta, BPK Gunung Mulia,

1996.

Lan, Nio Joe. Peradaban Tionghoa

Selayang Pandang. Jakarta,

Gramedia, 2013.

Lasor, Pengantar PL 1. Jakarta, BPK

Gunung Mulia, 2005.

Liardon, Roberts. Waktu Tuhan, Memahami

Masa-masa perubahan dalam Dunia

Roh. Jakarta, Immanuel, 1985.

Milgrom, J. A new translation with

introduction and commentary,

Leviticus 17-22. London, Yale

University Press, 2008.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian

Kualitatif. Bandung, Remaja

Rosdakarya, 2005.

Motyer, Alec. Handbook to the Bible.

Bandung, Kalam Hidup, 2004.

Mulder, D.C. Pembimbing ke Dalam PL.

Jakarta, Badan Penerbit Kristen,

1963.

Naisbit, John. China’s Megatrend, 8 Pilar

yang Membuat Dahsyat China.

Jakarta, Gramedia, 2010.

Nee, Watchman. Manusia Rohani. Surabaya,

Yayasan Perpustakan Injil Indonesia,

1999.

O’Brien, Joanne dan Kwok Man Ho. The

Element of Feng Shui. Britian,

Element Books Limited, 1991.

O.Carm, Piet Go. Teologi Moral Dasar.

Malang, DIOMA, 2007.

Ong, Suhu. Tahun 2013-Tahun Ular Air,

Ular yang Misterius dan

Kontroversial. Jakarta, Prestasi

Pustakaraya, 2013.

Ong, Suhu. Tahun 2014 Tahun Kuda Kayu

Yang Gagah Berani Penuh Semangat

Tinggi. Jakarta, Prestasi Pustakaraya,

2013.

Paterson, Robert M. Tafsiran Alkitab, Kitab

Imamat. Jakarta, BPK Gunung

Mulia, 2011.

Rahardjo, Mauro. Meramal Cara China, Zi

Wei Dou Shu. Jakarta, Bhuana Ilmu

Populer, 2010.

Rooker, M. F. Logos Library System, The

New American Commentary Vol. 3A,

Page 23: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan | 121

Leviticus. Nashville, Broadman &

Holman, 2001.

Sairin, Weinata. Pelaksanaan Undang-

undang Perkawinan dalam

Perspektif Kristen. Jakarta, BPK

Gunung Mulia, 1996.

Setio, Robert. Teologi Ekonomi. Jakarta,

BPK Gunung Mulia, 2002.

Stamps, Donald C. (ed.). Alkitab Penuntun

Hidup Berkelimpahan. Malang,

Gandum Mas, 2009.

Strong, Augustus Hopkins. Systematic

Theology. Old Tappan, Fleming H.

Revell Co., 1969.

Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset

Kuantitatif & Kualitatif Termasuk

Riset Teologi dan Keagamaan.

Bandung, Kalam Hidup, 2004.

Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian

Ilmiah: Dasar, Metode, Tekhnik.

Bandung, Tarsito, 1994.

Tenney, Ed. Merrill C. The Zondervan,

Pictorial Encyclopedia of the Bible.

Michigan. Regency Library, 1975.

Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika.

Malang, Gandum Mas, 1993.

Tomatala, Y. Manusia Sukses. Malang,

Gandum Mas, 1998.

Wahono, Satrio. Animal Based Management,

Rahasia Merek-merek Raksasa

Berjaya. Jakarta, Gramedia, 2010.

Werner, E. T. C. Mitos & Legenda China,

Kumpulan Kisah Fantastis dan

Rahasia di Baliknya. Jakarta,

Gramedia, 2008.

Winarso, Hendrik Agus. Almanak Tionghoa,

Makna 12 Shio & Perhitungan.

Semarang, Dahara Prize, 2010.

Yudho, Bambang. Kiat Menjadi Pengusaha

Kristen. Yogyakarta, ANDI, 2009.

Zenjaya, Nino. 7 Rahasia Ramalan China.

Jakarta: Mediakita, 2011.

Page 24: Makna “Janganlah Kamu Melakukan Telaah Atau Ramalan ...

Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan

122 | Vol. 3 No. 2 (Januari-Juni 2019)