MAKNA DAN NILAI TARI PADUPPA DALAM TRADISI SUKU BUGIS DI KABUPATEN SOPPENG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan pada Program Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh ANISAH AAH MARFUAH 10538331915 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEPTEMBER, 2019
99
Embed
MAKNA DAN NILAI TARI PADUPPA DALAM TRADISI SUKU BUGIS …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
MAKNA DAN NILAI TARI PADUPPA DALAM TRADISI SUKU BUGIS
DI KABUPATEN SOPPENG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Jurusan pada Program Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ANISAH AAH MARFUAH 10538331915
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEPTEMBER, 2019
2
3
4
AHMOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Perempuan itu harus terdidik dan berintelektual, Universitas pertama
dan terbaik untuk manusia adalah Rahim perempuan
Setiap penulis akan mati, hanya karyanya yang akan abadi.
Maka tulislah yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti
-Ali bin Abi Thalib-
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini ku
persembahahkan untuk :
Ibu dan Bapakku, yang telah mendukung dan memberikan
motivasi, serta memberikan kasih sayang yang teramat besar
yang tak mungkin bias ku balas, yang selama ini beliau berikan.
Keluarga dan Teman-teman yang selalu memberikanku
semangat dan do‟a yang tiada hentinya.
5
ABSTRAK
Anisah Aah Marfuah. 2019. Makna dan Nilai Tari Paduppa dalam Tradisi Suku Bugis di Kabupaten Soppeng. Skripsi. Program Studi Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammdiyah Makassar. Pembimbing I Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. dan Pembimbing II Dr. Muhajir, M.Pd.
Tari Paduppa merupakan tarian penjemputan tamu yang sekarang ini masih jarang dilakukan karna Tari Paduppa di Soppeng itu hanya dilakukan pada keturunan bangsawan atau yang memliki keturunan Arung. Masyarakat Soppeng itu sendiri masih ada yang belum paham tentang tata pelaksanan Tari Paduppa dan juga belum memahami apa makna dan nilai yang terkadung dalam Tari Paduppa.Tentu hal ini akan menimbulkan pengaruh yang luas pada sistem sosial dan budaya masyakat, tanpa disadari secara perlahan kebudayaan yang dari leluhur mulai luntur.
Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui makna dan nilai Tari Paduppa. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Soppeng dalam penelitian ini terdiri dari tiga informan yang paham akan makna dan nilai Tari Paduppa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sementara analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian dari eksistensi Tari Paduppa di Kabupaten Soppeng tentang pelaksanaan Tari Paduppa itu dari sejak zaman dahulu dilaksanakan, hanya saja orang-orang bangsawan yang bisa melaksanakannya tetapi sekarang ini sudah banyak yang mengadakan Tari Paduppa, bukan hanya dari bangsawan tapi dari berbagai kalangan, baik itu di acara perkawinan atau acara kantor yang kedatangan tamu dari luar Sulawesi.
Makna dan nilai di setiap gerakan Tari Paduppa memiliki banyak makna di dalamnya sehingga menarik untuk dipahami. Adapun yang menjadi makna keseluruhan dari Tari Paduppa ada makna yang terkandung yaitu makkasiriwing yang artinya gerakan penobaan, akkalabbing artinya penghargaan pada raja, soro sappu yaitu istiadat bangsawan, dilanjutkan gerakan mappasoro anjangan artinya mengakhiri tarian dan massimang artinya mohon diri. Tari paduppa mempunyai nilai yang terkandung yang bersifat moral, budaya, religius.
Kata Kunci : Budaya, Suku Bugis, dan Tari Paduppa
6
ABSTRACT
Anisah Aah Marfuah. 2019. The Meaning and Value of Paduppa Dance in the Bugis Tribe Tradition in Soppeng Regency. Thesis. Sociology Study Program Faculty of Teacher Training and Education Muhammdiyah University Makassar. Supervisor I Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. and Supervisor II Dr. Muhajir, M.Pd.
Paduppa Dance is a guest pickup dance which is still rare because the dance of Paduppa in Soppeng was only done on the descendants of nobility or who had a descendant of Arung. The Soppeng community itself still has no idea about the implementation of dance Paduppa and also has not understood what the meaning and value of the dance in Paduppa. Of course this will lead to a wide influence on social and cultural systems, Without slowly realizing the culture of the ancestors began to fade. This thesis uses qualitative research aimed at knowing the meaning and value of dance Paduppa. The location of this research is done in Soppeng Regency in this study consists of three informant that understands the meaning and value of dance Paduppa. The collection of data in this study uses three techniques: observation, interviews, and documentation. While analysis of data in this study uses data reduction, data presentation, and withdrawal of conclusions. The results of the research from the existence of dance Paduppa in Soppeng regency about the implementation of the dance Paduppa since ancient times executed, only those noblemen who can do it but now there are many who hold dance Paduppa, not only from the nobility but from various circles, either at the wedding event or office events that guests coming from outside Sulawesi. The meaning and value in each movement dance Paduppa has a lot of meaning in it so it is interesting to understand. As for the overall meaning of the Paduppa dance there is the meaning of the makkasiriwing which means the movement of the Penobaan, akkalabbing means appreciation to the king, the Sappu of the palace of nobility, continued movement Mappasoro enlargement means to end the dance and the Massimang means please yourself. Dance Paduppa has a value that is of moral, cultural, religious. Keywords: culture, Bugis tribe, and Paduppa dance
7
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis ucapkan atas kepada Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang membantu kelancaraan penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan
moril maupun material. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan
tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Disamping
itu, izinkan penulis untu menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Bapak Prof. Dr. Abdul
Rahman Rahim, SE., M.M.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd.,
MPd., Ph.D sserta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si
dan Sekertaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin,
S.Pd., M.Pd., Ph.D, beserta seluruh stafnya
4. Bapak Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. sebagai pembimbing I (satu)
dan Bapak Dr. Muhajir, M.Pd. sebagai pembimbing II (dua) yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
skrispsi ini
5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan
ALLAH SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat
dikemudian hari.
6. Ungakapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis
hanturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua
penulis yang tercinta, Ayahanda Drs. H. Pannaco M.Si dan Ibunda Hj.
8
Marwa S.Pd. serta kakak dan adik penulis yang dengan segala
pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka.
Doa restu, nasehat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan
moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
7. Sanggar Seni Naurah yang telah memberikan bantuan kepada penulis
untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan yang diberikan
kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung
penyelesaian skripsi ini.
8. Bapak pemimpinan beserta staf Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Fakultas
dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis
untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman Mahasiswa program studi pendidikan Sosiologi khususnya
teman-teman seperjuangan Kelas D yang selalu memberikan support
kepada penulis
10. Sahabat terdekat penulis yang selalu mendukung penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan
pahala dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin ya Rabbal a‟lamin
Unismuh Makassar, 03 September 2019
Anisah Aah Marfuah
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ....................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
ABSTRAK BAHASA INDOSNESIA ................................................................ vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS .....…………………………………………viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
C. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
E. Defini Operasional .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
A. Kajian Konsep ........................................................................................... 10
berkeadilan, efektif dan ekonomis serta akuntabilitas.
Misi
7 Tekad Pemerintahan Yang Melayani
Memantapkan arah kebijakan pertanian yang melayani dan pro petani;
Mewujudkan pendidikan unggul ( lebih baik ) dan murah serta berkeadilan
bagi semua warga;
Menjadikan Kabupaten Soppeng yang lebih baik dalam pelayan publik;
60
Menata kepariwisataan dan transportasi publik yang baik dan nyaman;
Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dari korupsi;
Menjamin ketersediaan sistem pelayanan kesehatan unggul ( lebih baik )
dan murah;
Mendorong peningkatan kehidupan beragama serta partisipasi pemuda dan
perempuan dalam pembangunan.
2 Tekad Menjadikan Soppeng Lebih Baik
Menjadikan Kabupaten Soppeng sebagai pilar utama pembangunan
Sulawesi Selatan;
Menjadikan Kabuptaen Soppeng sebagai daerah yang nyaman dan
terdepan dalam investasi.
61
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Eksistensi Tari Paduppa di Kabupaten Soppeng
Tari adalah gerak indah berirama yang merupakan perwujudan budaya
manusia. Tari merupakan salah satu unsur kebudayaan. Sebagai ahli seni,
berpendapat bahwa ada dua unsure penting dalam tari, yaitu gerak dan irama.
Gerak merupakan gejala primer manusia dan juga bentuk refleksi spontan dari
kehendak yang terdapat dalam jiwa. Tari merupakan gerak berirama yang
mengandung keindahan atau nilai estetika yang berbeda dengan gerak biasa.
Tari paduppa bosara adalah tarian yang mengambarkan bahwa orang bugis
jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda
kesyukuran dan kehormatan. Bosara yang digunakan sebagai wadah kue
tradisional maupun lauk, dijejer rapi di atas meja berkaki pendek, biasanya disebut
meja Oshin. Untuk melengkapi sajian dalam wadah bosara itu, diletakkan baki
kecil yang di atasnya dilapisi kain yang berwarna mirip dengan warna bosara dan
meja..
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa ”Tari Paduppa itu sebagai tari
penjemputan jika kita kedatangan tamu yang dihormati yang diagungkan setiap acara yang dilakukan”(wawancara pada tanggal 29 Juni 2019) Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “Tari Paduppa itu biasa dilakukan
penjemputan tamu agung. Tamu-tamu dari luar” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019) Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “Tari Paduppa itu tari yang sering kita
saksikan pada setiap momen penjemputan tamu, baik tamu negara maupun tamu-tamu pada saat pesta pernikahan” (wawancara pada tanggal 02 Juli
2019)
51
62
Tari Paduppa sebagai tari penjemputan jika kita kedatangan tamu yang di
hormati yang diagungkan seperti tamu-tamu dari luar atau tamu-tamu negara
maupun tamu-tamu pada saat acara pernikaahn.
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa Tari Paduppa
adalah tari penjemputan tamu yang setiap tamu-tamu yang datang di hormati dan
diagungkan. Tari Paduppa juga di lakukan pada saat pesta pernikahan ketika
ingin menjemput tamu-tamu yang menghadiri acara. Tarian ini juga termasuk
tarian yang sakral karena hanya bisa di saksikan pada proses penjemputan tamu.
a) Pelaksanaan Tari Paduppa di Kabupaten Soppeng
Pada zaman dahulu tarian ini sering ditarikan untuk menjamu raja,
menyambut tamu agung, pesta adat, dan pesta perkawinan.
Gerakan tarian ini sangat luwes sehingga enak untuk dilihat. Bosara sendiri
merupakan piring khas suku bugis-Makassar di Sulawesi.
Orang Bugis jika kedatangan tamu senantisa menghidangkan bosara sebagai
tanda kehormatan. yang berisikan kue kue khas masyarakat bugis seperti Cucuru,
Songolo, Bandang Bandang, Kue Lapis, selain itu Tari Paduppa Bosaran
merupakan tarian yang di bawakan oleh wanita wanita manis yang membawa
kue yang hantarkan ke pada tamu sebagai tanda penghormatan
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “Dari sejak zaman dahulu, sudah lama ya kalau ada tamu-tamu selalu Tari Paduppa di adakan untuk penjemputan tamu-tamu dari luar tapi orang hanya keturunan bangsawan. Sekarang sudah banyak yang adakan tari paduppa dari berbagai kalangan” (wawancara pada tanggal
29 Juni 2019)
63
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “Pernah dilakukan Tari Paduppa,
apakah di acara perkawinan atau acara kantor yang kedatangan pimpinan atau tamu yang jauh itu dilakukan Tari Paduppa” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “Tari Paduppa sering dilakukan di
soppeng pada saat acara-acara penyambutan tamu- tamu kehormatan pemerintah Kabupaten Soppeng dan penyambutan mempelai laki-laki beserta rombongan pada saat pesta pernikahan” (wawancara pada tanggal 02 Juli
2019)
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa pelaksanaan Tari
Paduppa di Kabupaten Soppeng itu ada dari sejak zaman dahulu dilaksanakan,
hanya saja orang-orang bangsawan yang bisa melakukan Tari Paduppa tetapi
sekarang ini bukan hanya bangsawan saja tapi sudah banyak yang mengadakan
Tari Paduppa dari berbagai kalangan baik itu di acara perkawinan atau acara
kantor yang kedatangan tamu dari luar Sulawesi.
b) Pencipta Tari Paduppa
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “Pencipta Tari Paduppa bernama Ibu
Hj. Andi Sitti Hurhani Sadapa, lahir di pare-pare tanggal 25 Juni 1929. Ibu Andi Sitti Hurhani Sadapa banyak juga ciptaan tarinya bukan saja Tari Paduppa tapi ada juga Tari Pakarena, Tari Pattudu, dan Tari Pattennung. dia juga pendiri Institut Kesenia Sulawesi (IKS)” (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019) Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “Ibu Andi Sitti Hurhani Sadapa
atau biasa dipanggil dengan Petta Nani, beliau ini seorang pengabdi seni karna banyak menciptakan tarian selain Tari Paduppa. Lahir di Pare-pare tahun 1929 dan meninggal di Makassar tahun 2010”. (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019) Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “Yang menciptakan Tari Paduppa
Bosara itu Andi Sitti Nuharni Sapada asal Pare-pare yang termasuk keturunan bangsawan. Termasuk juga alumni IKIP Makassar di Fakultas Sastra dan Seni tahun 1973. Menciptakan berbagai macam Tarian dari zamannya Presiden Soekarno dan tari yang pertama itu yang di ciptakan Tari Pattudu”. (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019) Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa Pencipta Tari
Paduppa yaitu Ibu Hj. Andi Sitti Hurhani Sadapa, lahir pada tanggal 25 Juni 1929
64
di Pare-pare yang termasuk keturunan bangsawan. Beliau juga Menciptakan
berbagai macam Tarian seperti Tari Pakarena, Tari Pattudu, dan Tari Pattennung,
pada masa Presiden Soekarno tari yang pertama itu yang di ciptakan Tari Pattudu.
Termasuk juga alumni IKIP Makassar di Fakultas Sastra dan Seni tahun 1973.
Beliau juga pendiri Institut Kesenia Sulawesi (IKS).
c) Ragam gerak Tari Paduppa
Gerakannya dapat sekedar dinikmati sendiri, merupakan ekspresi suatu
gagasan atau emosi, dan cerita (kisah). Setiap tari juga digunakan untuk
mencapai ekskatase (bermacam masuk atau tak sadar diri) bagi yang
melakukannya.Tari paduppa bosara adalah tarian yang mengambarkan bahwa
orang bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai
tanda kesyukuran dan kehormatan.
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “durasi waktu Tari Paduppa kurang lebih 2 menit yang memiliki 2 ragam yaitu pola 1 gerakan menabur dan pola 2 membuka acara” (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019) Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “Tari Paduppa memiliki 2 ragam yaitu ragam 1 sebagai penaburan dan ragam 2 membuka acara dengan menyambut tamu yang waktu sekitar 3 menit” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019) Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “kurang lebih 3 menit yang memiliki 2
ragam yang pertama penaburan dan yang kedua pembuka acara dan penjemputan tamu” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019) Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa durasi yang
digunakan untuk melakukan Tari Paduppa sekitar 3 menit yang memiliki 2 ragam
yaitu pola 1 gerakan menabur dan pola 2 membuka acara dan penjemputan tamu
65
d) Alat yang digunakan pengirin Tari Paduppa. Tari dalam bahasa Bugis, disebut 'kedo sumange'. Tari Paduppa, ditarikan oleh
para gadis-gadis cantik yang berjumlah ganjil. Musik yang digunakan juga
tentunya musik khas Sulawesi Selatan, dengan alat musik khas gendang, pui-
pui, suling, serta kecapi. Pakaian yang digunakan adalah Baju Bodo (pakaian
adat bugis), sarung sutra, lengkap dengan aksesorisnya (bando bunga, anting,
gelang serta kalung).
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “Pengirin itu terdiri dari suling 1 orang, gendang 2 orang, pui-pui 1 orang dan kecapi 1 orang” (wawancara pada
tanggal 29 Juni 2019)
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “Pengirin Tari Paduppa terkadang 4 - 5 orang diiringi laki-laki di tarikan oleh perempuan” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “Tari Paduppa memiliki pengiring seperti gendang, pui-pui, suling, kecapi” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa pengirin Tari
Paduppa 4 – 5 orang terdiri dari suling 1 orang, gendang 2 orang, kuik 1
orang dan kecapi 1 orang diiringi laki-laki di tarikan oleh perempuan.
e) Busana yang dikenakan Tari Paduppa
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “Busana baju bodo dan sarung sutera” (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019)
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “Busana baju bodo yang warnanya
seragam sama pengirinnya juga” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019) Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “Busana pakaian adat bugis makassar untuk perempuan (baju bodo)” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019) Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa Busana pakaian adat
bugis makassar baju bodo dan sarung sutera yang memiliki warna yang seragam
penari dan pengiringnya.
66
f) Properti yang digunakan Tari paduppa
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “Bosara yang berisi benno” (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019)
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “Bosara yang setiap penari pakai sebagai propertinya” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “ propertinya itu biasa bosara yang diisi
beras atau bunga” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa propertinya itu
bosara yang diisi beras, bunga dan benno yang dibawa setiap penarinya
2. Makna Dan Nilai Tari Paduppa
Tari Paduppa merupakan piring khas suku bugis-Makassar di Sulawesi
Selatan. Bahan dasar bosara berasal dari besi dan dilengkapi dengan penutup
khas seperti kobokan besar, yang dibalut kain berwarna terang, seperti warna
merah, biru, hijau atau kuning, yang diberi ornamen kembang keemasan di
sekelilingnya. Bosara biasanya diletakkan di meja dalam rangkaian acara
tertentu, khususnya acara yang bersifat tradisional dan sarat dengan nilai-nilai
budaya. Selain digunakan sebagai salah satu alat yang digunakan para penari
tarian daerah, bosara juga biasanya menjadi tempat sajian aneka kue
tradisional yang diletakkan di meja pada acara resmi pemerintahan sebagai
simbol adat Sulsel, khususnya pada acara-acara sakral seperti pesta pernikahan
adat.
a) Makna dan Nilai Tari Paduppa
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “Makna keseluruhan itu sebagai
gerakan yang ada didalam tari ada makkasiriwing yaitu gerakan penobaan, akkalabbing yaitu penghargaan pada raja, dan soro passappu yaitu istiadat bangsawan, mappasoro anjangan yaitu mengakhiri tarian, massimang yaitu mohon diri” (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019)
67
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “makna dari gerakan itu mempunyai
makna tersendiri dalam tari paduppa adanya nilai yang terkandung yang bersifat moral, budaya, religius”. (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019) Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “Makna keseluruhan itu sebagai
permintaan keselamatan dan kesejahteran itu secara umumnya” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa makna keseluruhan
dari Tari Paduppa itu gerakan yang di tarikan di dalamnya ada makna yang
terkandung yaitu makkasiriwing yang artinya gerakan penobaan, akkalabbing
artinya penghargaan pada raja, soro sappu yaitu istiadat bangsawan, dilanjutkan
gerakan mappasoro anjangan artinya mengakhiri tarian dan massimang artinya
mohon diri. Tari paduppa mempunyai nilai yang terkandung yang bersifat moral,
budaya, religius.
a) Makna dalam panaburan Tari Paduppa
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “makna dari 3x pelemaparan karna 3 itu kan antara 3 dunia yaitu dunia atas, tengah, bawah mungkin seperti itu” (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019)
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “ 3x itu mengikuti pengiringnya saja” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “pelemparan beras itu permohonan keselamtan, kehidupan yang mapan” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa makna dari
penaburan yang di lakukan sebanyak 3 kali yaitu pelemparan meminta
permohonan keselamatan dan kehidupan yang mapan karna kita berada pada 3
bagian seperti dunia atas, menengah, dan bawah. Serta penaburan yang dilakukan
3 kali itu mengikuti pengiring.
68
b) Makna dari beras dalam Tari Paduppa
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “bagusnya digunakan itu benno,
karna dulu sebelum masuk islam memang orang pakai beras tapi sekarang kalau kita pakai beras kemudian ada ustad liat ki kadang-kadang kita di tegur. Tapi cocok juga to beras di buang-buang kan kalau pakai benno tidak di permasalahkan malah kita di sarankan baiknya pakai benno. Filosofinya itu benno dari putik beras yang mengembang, contohnya pengantin nnti kehidupannya juga seperti benno berkembang (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019)
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “kalau memng pakai beras agak-agak apaya karna beras itukan tidak boleh dibuang-buang mungkin agak-gak taqabbur menggunakan beras, biasanya kita menggunakan kembang saja”
(wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “biasanya pakai bunga-bunga kembang pada saat penaburan” (wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa pada saat
penaburan orang zaman menggunakan beras tapi sebaiknya diganti menggunakan
Benno karna hakikat pada beras itu bersifat taqabbur. Banyak juga ustad yang
mempermaslahkan ketika menggunkan beras tapi ketika menggunakan Benno atau
bunga-bunga tidak ada permasalahan dan filisofi Benno dari putik beras yang
mengembang, yang dapat bermakna kehidupan yang baik dan berkembang.
c) Jumlah penari dalam Tari Paduppa
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “tidak ji juga bisa ji juga genap bisa
juga ganjil, kalau saya sih terkantung lokasinya kalau lokasinya luas baru kita sedikit tidak enak juga liat, biasa juga penarinya banyak kan biasa sesak. Jadi sesuaikan saja sama lokasi dan permintaan yang buat acara, nda ada ji ketentuanya” (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019)
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “tergantung saja dari formasinya
saja, bisa genap bisa ganjil. Biasanya kalau ganjil satu di depan itu biasa yang mengantar penganting ke depan, sisanya itu sebaga penjemput saja”
(wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “penari tari paduppa itu biasa dilakukan
dengan banyak anggota tergantung dari permintaan acara bisa mencapai
69
101 asal anggotanya ganjil dan tidak menentu”. (wawancara pada tanggal
02 Juli 2019)
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa jumlah personil
Tari Paduppa itu tidak mesti bersifat ganjil tergantung dari permintaan yang
mengadakan acara dan tempatnya di kondisikan agar pada saat menampilkan Tari
Paduppa polanya bisa di atur.
d) Tingkatan usia dalam Tari Paduppa
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “Penari pada Tari Paduppa itu umurnya terserah saja bagaimana permintaan yang sedang membuat acara dan tempatnya juga disesuaikan” (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019)
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “Umur penari itu kira-kira 8 tahun ke atas yang sudah bisa melakukan dan mengerti gerakan” (wawancara pada
tanggal 02 Juli 2019)
Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “Umur seorang penari paduppa itu tidak menuntut harus berumur 17 tahun tapi bisa saja penarinya dibawah 17 tahun seperti anak-anak asal sudah bisa mengerti gerakan”. (wawancara pada
tanggal 02 Juli 2019)
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa tingkatan usia
pada Tari Paduppa dari usia 8 tahun yang sudah paham tentang gerakan sampai
17 tahun mesti tidak ada patokan umur dan di kondisikan dengan orang yang
ingin membuat acara.
e) Makna Pengalungan dalam Tari Paduppa
Menurut Ibu Ros menyatakan bahwa “Makna pengalungan tidak masuk dalam ragam tari paduppa, itukan pengalungan hanya dilakukan kalau ada tamu, contohnya kantor yang mengadakan acara penjemputan tamu itu baru di pakai pengalungan tapi kalau pengantinkan tidak pakai pengalungan. Kalau untuk Pengalungan itu kayak cenderamata juga dan rangkaian penjemputan sedangkan Tari Paduppa bagian dari rangkaian penjemputan. (wawancara pada tanggal 29 Juni 2019)
Menurut Ibu Farida menyatakan bahwa “makna pengalungan seperti
memberikan penghargaan kepada tamu” (wawancara pada tanggal 02 Juli
2019)
70
Menurut Ibu Sri menyatakan bahwa “pengalungan pada tari paduppa itu
hanya sebagai tanda penghargaan kepada tamu yang jauh yang datang di Soppeng, penghargaan tamu agung tapi tdk berlaku dicara pengantin”
(wawancara pada tanggal 02 Juli 2019)
Berdasarkan ketiga narasumber dapat di simpulkan bahwa makna
pengalungan yang di lakukan pada saat penjemputan tamu sebagai simbolik
penghargaan tamu dan cenderamata kepada tamu. Pengalungan juga hanya di
peruntuk kepada acara-acara yang kedatangan pimpinan sedangkan di acara
pernikahan tidak melakukan pengalungan karna yang di sambut disitu kedua
mempelai yang menajdi raja dan ratu sehari. Pengalungan di lakukan sebelum
menarikan Tari Padduppa hanya iringan musik yang di mainkan. Pengalungan
hanya dilakukan untuk dua atau tiga orang yang dikalungi Setelah pengalungan
barulah dimulai dengan sambutan Tari Paduppa.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakasanakan di Kabupaten
Soppeng pada ketiga informan mengenai makna dan nilai Tari Paduppa dalam
tradisi suku bugis di Kabupaten Soppeng, bahwa Tari Paduppa sering ditarikan
pada setiap acara penting untuk menyambut raja dengan suguhan kue-kue
sebanyak dua kasera. Tarian ini juga sering ditarikan saat menyambut tamu
agung, pesta adat dan pesta perkawinan. Ini menggambarkan bahwa suku
Bugis jika kedatangan tamu akan senantiasa menghidangkan bosara sebagai
tanda syukur dan penghormatan. Budaya Bosara merupakan peninggalan
budaya khas Sulawesi Selatan dari jaman kerajaan dulu, khususnya kerajaan
Gowa dan kerajaan Bone. Kata bosara tidak terlepas dari kue-kue tradisional
71
sebagai hal yang saling melengkapi. Bosara merupakan piring khas Suku
Bugis Makasar di Sulawesi Selatan.
1. Eksistensi Tari Paduppa di Kabupaten Soppeng
Tari Paduppa sering ditarikan pada saat acara penting untuk penyambutan
raja-raja dengan suguhan kue-kue sebanyak dua kesera. Tarian ini juga sering
ditarikan saat menyambut tamu agung, pesta adat dan perta pernikahan. Ini
menggambarkan bahwa suku bugis kedatangan tamu yang senantiasa
menghidangkan bosara sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.
Tari Paduppa itu berasal dari bahasa Bugis yang artinya bertemu, Tari
Paduppa yaitu tari penjemputan tamu yang diciptkan oleh Andi Sitti Nurhani
Sapada yang disuguhkan saat kedatangan tamu waktu beliau masih menjadi Ibu
Bupati Sidrap ditahun 70an. Tari Paduppa yang di ciptakan oleh ibu Andi Sitti
Nurhani Sapada dengan cara menciptkan gerakan dengan menyesuaikan melodi
lagu yang populer saat itu. Paduppa artinya pa’dupang sebagai ikon kesakralan
yang biasa digunakan sebagai media ritual. Beliau sering menggunakan tarian
tersebut sebagai tari pembuka pertunjukan untuk permohonan berkah meskipun
untuk permohonan tarian tersebut bukanlah sebagai pengubung antara masyarakat
dan leluhur.
Tari Paduppa memliki macam dan corak gerak yang terkadang terlihat seperti
untaian pola – pola gerak yang seperti dikenal dan pernah di tampilkan. Gerakan
yang terlihat asing atau aneh menambah kepekaan pengamatan yang biasa
mengidentifikasi dari sisi jenis gerakannya, apakah itu gerak keseharian atau
gerak yang telah mengalami strilisasi. Gerak dalam bahasa bentuk menjadi pola-
pola gerak dari seorang penari (Sumandinyo, 2010: 25)
72
Tari Paduppa selalu diiringi dengan musik tradisional yang menjadi salah satu
ciri khas budaya Suku Bugismenggunakan alat-alat tradisional yang ada di
Sulawasi Selatan yang mudah di mainkan dari segala umur baik itu anak-anak
maupun orang dewasa. Adapun alat-alat yang digunakan pengirin Tari Paduppa
antara lain sebagai berikut :
Gambar 5.1 Gendang
Rangkanya terbuat dari kayu campaga yang dikuatkan dengan ikatan rotan.
Bagian yang dipukul terbuat dari kulit kambing jantan. Gendang ini sering
digunkan pada acara penganting dan sebagai iringan tarian
Gambar 5.2 Kecapi
Kecapi merupakan salah satu alat musik petik. Kecapi biasanya digunakan untuk
73
memperkaya suara-suara yang dihasilkan dalam musik-musik tradisional. Kecapi
memliki beberapa senar yang dimainkan dan dipetik secara horizontal Sulawesi
Selatan yang digunakan untuk mengiringi sebuah tarian.
Gambar 5. 3. Suling
Suling juga digunakan sebagai iringan musik pada sebuah tarian musik pada
sebuah tarian dengan alunan alunan nada yang merdu membuat penari lemah
lembut dalam menari.
Gambar 5.4. Pui- pui
Pui-pui merupakan alat musik tradisional yang digunakan mengiring pementasan
seni tradisi yang berasal dari Sulawesi Selatan dan dimainkan dengan cara ditiup.
74
Pakaian yang digunakan yaitu baju bodo yang merupakan pakaian tradisonal
perempuan Suku Bugis. Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan
pendek. Baju bodo tidak hanya berfungsi sebagai penghias tubuh tapi juga
berfungsi sebagai kelengkapan suatu acara atau tarian. Aksesoris yang digunakan
di kepala yaitu mahkota atau bando (saloko), sanggul berhiaskan 2 tusuk bunga
dan anting panjang/(bangkarak)
Properti yang digunakan dalam tarian ini yaitu Bosara merupakan piring
khas suku bugis Makassar di Sulawesi Selatan. Bahan dasar bosara berasal dari
besi dan dilengkapi dengan penutup khas seperti kobokan besar, yang balut kain
berwarna terang, yaitu warna merah, biru, hijau dan kuning. Diberikan ornamen
kembang keemasan di sekelilingnya. Bosara pada awalnya terbuat dari kerangka
bambu yang kemudian disiikan piring sebagai tempat kue atau makanan penutup
lainnya sedangkan penutup bosara dari keranga bambu yang kemudian dilapisi
dengan kain di tambah manik-manik pada pinggir penutup bosara sehingga sangat
menarik dan mewah. Bosara biasanya diletakkan di meja dalam rangkaian acara
tertentu, khusus acara yang bersifat tradisional dan sarat dengan nilai- nilai
budaya.
Pada penelitian yang dilakukan M.Zulham yang berjudul Makna Simbol
Tari Paduppa (Tari Selamat Datang ) Kota Palopo, Tari Paduppa yaitu tari yang
dibuat untuk menjemput para raja-raja, bangsawan, tamu-tamu penting, yang
Bosaranya berisikan beras dan lilin. Beras diartikan sebagai pakkuru sumange
sedangkan lilin diartikan sebagai pencerah atau petunjuk jalan menuju kebahagian
rumah tangga. Baju bodo merupakan baju tradisional bugis, baju bodo juga
merupakan baju tertua di dunia. Untuk pasangan baju bodo digunakan sarung
75
sutera dan assesoris lainnya digunakan perhiasan lainya seperti bando bunga,
gelang panjang, kalung, dan anting-anting.
Terkait dengan penelitian yang saya lakukan dari hasil wawancara
menjadikan penguat dari penelitian sebelumnya yang hanya menggambarkan
sebagian besar dari Makna dan Simbol Tari Paduppa. Makna dan nilai yang
menjadi temuan ini akan memperdalam pengetahuan tentang nilai yang terkadung
setiap gerakan inti dalam tarian tersebut. Ini menjadi pembelajaran yang lebih
muda dipahami khususnya masyarakat di Kabupaten Soppeng.
2. Makna dan nilai Tari Paduppa di Kabupaten Soppeng
Makna merupakan pengertian-pengertian (conceptions) yang dihayati
seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih
baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar.Sedangkan
Nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan individu
atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang memengaruhi tindakan
pilihan terhadap cara, tujuan antar dan tujuan akhir. Defenisi ini berimplikasi
terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya. (Mulyana, 2004:1)
Menurut Syarifuddin Daeng Tutu Kata pa’duppa itu berasal dari bahasa
Bugis yang artinya bertemu. Tari Paduppa yaitu tari penjemputan yang
diciptakan oleh Andi Nurhani Sapada yang disuguhkan saat kedatangan
tamu waktu beliau masih menjadi Ibu Bupati Sidrap ditahun 70. Tari ini
diciptakanoleh Andi Nurhani Sapada dengan cara menciptaka gerak dengan
menyesuaikan melodi lagu yang populer saat itu. Lagu yang menjadi
mus iringan yaitu lagu Bugis yakni Anak Ma‟bura Malik dan Ongkona
Sidengreng. Instrument musik yang digunakan yaitu Gendang, Suling,
76
dan Kacaping. Seiring perkembangannya, tarian tesebut direkam dan
dibagikan kebeberapa sekolah untuk dijadikan bahan ajaran.
Menurut Syarifuddin Daeng Tutu, beliau mengatakan bahwa Pa’duppa
arti pa’dupang (bahasa maskassar) yang artinya Dupa. Dupa dalam
kebudayaan suku Makassar dianggap sebagai ikon kesakralan yang
biasa digunakan sebagai media ritual. Para penari membawa dupa
yang merupakan representas semacam sifat kesakralan dan kepercayaan tua
masyaraka Sulawesi Selatan. Andi Nurhani Sapada sering menggunakan
tarian tersebut sebagai tari pembuka pertunjukan untuk permohonan berkah
meskipun tarian tersebut bukanlah sebagai penghubung antara
masyarakat dan leluhur.
Tari Paduppa sekarang ini tidak punya tujuan atau orientasi karya. Artistik
yang dimunculkan seperti tidak punya dasar kebudayaannya. Contoh kasus yang
dipaparkan adalah kostum yang telalu dibuat-buat, Selain itu warna kostum
tidak lagi diperhatikan sementara dalam budaya Makassar warna kostum masing-
masing mempunyai makna tersendiri. Selain itu beliau juga mengungkapkan
bahwa penari yang sering ia jumpai diberbagai acara sudah tidakditemukan
Wirasa, Wirama, Wiraga, Harmonisasi, dan Komposisi, sementara kesemua
hal ini merupakan unsur yang terpenting dalam seni tari. Ketika
menarika tarian, penari membawa bosara, diisi beras, buah pinang, daun sirih serta
lilin dibagian tengah yang memiliki kesan sakral sangat terasa. Untuk gerakan,
hampir keseluruhan gerakan dalam tarian ini adalah gerakan menyebar beras (isi
dari bosara) sebagai tanda penghormatan.
77
3. Kaitan Teori
NO Rumusan
Masalah Interpretasi Analisa Kaitan Teori
1 Bagaimana Eksisten Tari Paduppa
Tari Paduppa di
Kabupaten Soppeng
sejak zaman dahulu
di laksanakan, hanya
orang-orang
bangsawan tetapi
sekarang ini sudah
banyak yang
mengadakan Tari
Paduppa baik itu di
acara perkawinan
atau acara kantor
yang kedatangan
tamu dari luar
Sulawesi.
Berdasarkan hasil
analisa peneliti
eksistensi Tari
Paduppa di
Kabupaten
Soppeng itu ada
dari sejak zaman
dahulu
dilaksanakan,
hanya saja orang-
orang bangsawan
yang bisa
melakukan Tari
Paduppa sekarang
ini bukan hanya
bangsawan saja
tapi sudah banyak
yang mengadakan
Tari Paduppa
dari berbagai
Menurut Peter L
Berger
Terbagi menjadi 3
Tahapkonsep
dialektika
fundamental :
a. Tahap
eksternalisasi :
proses
pencurahan diri
manusia secara
terus-menerus
ke dalam dunia
melalui
aktivitas fisik
dan mental.
b. Tahap
objektivitas :
tahap aktivitas
manusia
78
kalangan baik itu
di acara
perkawinan atau
acara kantor yang
kedatangan tamu
dari luar
Sulawesi.
menghasilkan
suatu realita
objektif yg
berada diluar
diri manusia.
c. Tahap
internalisasi :
tahap ketika
realitas objektif
hasil ciptaan
manusia diserap
oleh manusia
kembali.
Berdasarkan
dengan teori ini
dapat di
kaitkan dengan
esksistensi Tari
Paduppa bahwa
munculnya Tari
Paduppa
diciptakan oleh
seorang
perempuan yang di
79
dikenal Hj. Andi
Sitti Nurhani
Sapada. Tari
paduppa sering m
tarian tersebut
sebagai tari
pembuka
pertunjukan untuk
permohonan
berkah
meskipun tarian
tersebut bukanlah
sebagai
penghubung
antara
masyarakat dan
leluhur. Tapi
dengan Tari
Paduppa dapat
menggambarkan
aktivitas rasa
kesyukaran.
Setiap gerakan-
gerakan yang ada
80
dalam tarian
terkandung makna
tersendiri. Maka
dari itu Tari
Paduppa yang
sudah ada pada
zaman dahulu kini
masih dijaga dan
dilestarikan oleh
masyarakat, pada
saat acara-acara
penting untuk
menyambut tamu
di Sulawesi
Selatan
2 Bagaimana Makna dan Nilai Tari Paduppa
Tari Padupa
ataupenjemputan,
kata pa’duppa itu
berasal dari bahasa
Bugis yang artinya
bertemu.
Tari Paduppa yaitu
tari penjemputan
Berdasarkan hasil
analisa peneliti
Tari Paduppa itu
gerakan yang di
tarikan di
dalamnya ada
makna yang
terkandung yaitu
Menurut Herbert
Blumer untuk
tujuan tertentu
Terkait dengan
teori yang di
gunakan
menjadi pokok
perhatian dari
81
yang diciptakan oleh
Andi Nurhani
Sapada yang oleh
Andi Nurhani
Sapada yang
disuguhkan saat
kedatangan tamu
Pa’duppa artinya pa
’dupang (bahasa
maskassar) yang
artinya Dupa.
Dupa dalam
kebudayaan suku
Makassar dianggap
sebagai ikon
kesakralan yang
biasa digunakan
sebagai
media ritual. Para
penari membawa
dupa
yang merupakan
representasi Makna
keseluruhan dari Tari
makkasiriwing
yang artinya
gerakan
penobaan,
akkalabbing
artinya
penghargaan pada
raja, soro sappu
yaitu istiadat
bangsawan,
dilanjutkan
gerakan
mappasoro
anjangan artinya
mengakhiri tarian
dan massimang
artinya mohon
diri. Tari paduppa
mempunyai nilai
yang terkandung
yang bersifat
moral, budaya,
religius.
analisis sosiologi
dari teori interaksi
simbolik.Ciri khas
dari interaksi
simbolik terletak
pada penekanan
manusia dalam
lansung antara
stimulus -response,
tetapi di dasari
pada pemahaman
makna yang di
berikan terhadap
tindakan orang lain
melalui
penggunaan
simbol-simbol dan
interpretasi yang
pada akhirnya tiap
individu tersebut
akan berusaha
saling memahami
maksud dan
tindakan masing-
82
Terkait dengan teori yang di gunakan menjadi pokok
perhatian dari analisis sosiologi dari teori interaksi simbolik.Ciri khas
dari interaksi simbolik terletak pada penekanan manusia dalam lansung
antara stimulus -response, tetapi di dasari pada pemahaman makna yang
di berikan terhadap tindakan orang lain melalui penggunaan simbol-
simbol dan interpretasi yang pada akhirnya tiap individu tersebut akan
Paduppa itu gerakan
yang di tarikan di
dalamnya ada makna
yang terkandung
yaitu makkasiriwing
yang artinya
gerakan penobaan,
akkalabbing artinya
penghargaan pada
raja, soro sappu yaitu
istiadat bangsawan,
dilanjutkan gerakan
mappasoro anjangan
artinya mengakhiri
tarian dan massimang
artinya mohon diri.
masing untuk
mencapai
kesepakatan
bersama
83
berusaha saling memahami maksud dan tindakan masing-masing untuk
mencapai kesepakatan bersama
Teori interaksi simbolik adalah hubungan antara simbol dan interaksi.
Orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi
tertentu. Sedangkan simbol adalah reprensati dari sebuah fenomena, dimana
simbol sebelumnya sudah disepakati bersama dalam sebuah kelompok dan
digunakan untuk mencapai sebuah kesamaan makna bersama. Simbol dibedakan
menjadi dua. Simbol Verbal (penggunaan kata-kata atau bahasa, contohnya kata
motor itu mempresentasikan tentang sebuah kendaaraan beroda dua). Simbol non
verbal (lebih menekannya pada bahasa tubuh atau bahasa isyarat)
Semua itu tadi mempunyai makna sendiri-sendiri yang dapat dipahami
oleh individuindividu.Yang dimaksudkan penulis adalah adanya hubungan antara
teori simbolik dan kesenian Tari Paduppa di Sanggar Seni. Jika dilihat dari setiap
bentuk gerakan, sya‟ir, pola lantai, kostum, serta properti yang mengandung
makna simbol tertentu didalamnya.
84
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sebagai penutup tulisan ini penulis dapat menyimpulkan dari
pembahasan yaitu :
1. Eksisitensi Tari Paduppa di Kabupaten Soppeng itu dari sejak zaman
dahulu dilaksanakan, hanya saja orang-orang bangsawan yang dapat
mengadakan Tari Paduppa tetapi beriringnya waktu sekarang ini sudah
banyak masyarakat Soppeng yang melakukan Tari Paduppa baik itu dari
kalangan biasa maupun kalangan atas, pada saat acara perkawinan atau
acara kantor yang kedatangan tamu dari luar Sulawesi.
2. Makna dan Nilai Tari Paduppa di Kabupaten Soppeng Tari Paduppa yaitu
tari penjemputan, kata pa’duppa itu berasal dari bahasa Bugis yang artinya
bertemu. Tari Paduppa yaitu tari penjemputan yang diciptakan
oleh Andi Nurhani Sapada yang oleh Andi Nurhani Sapada yang
disuguhkan saat kedatangan tamu Pa’duppa artinya pa’dupang (bahasa
maskassar) yang artinya Dupa. Dupa dalam kebudayaan suku
Makassar dianggap sebagai ikon kesakralan yang biasa
digunakan sebagai media ritual. Para penari membawa dupa
yang merupakan representasi . Makna keseluruhan dari Tari Paduppa
itu gerakan yang di tarikan di dalamnya ada makna yang terkandung yaitu
makkasiriwing yang artinya gerakan penobaan, akkalabbing artinya
penghargaan pada raja, soro sappu yaitu istiadat bangsawan, dilanjutkan
74
85
gerakan mappasoro anjangan artinya mengakhiri tarian dan massimang
artinya mohon diri. Tari Paduppa mempunyai nilai yang terkandung yang
bersifat moral, budaya, religius
B. Saran
Berangkat dari kesimpulan Makna Dan Nilai Tari Paduppa Dalam Taridisi
Suku Bugis Di Kabupataen Soppeng mengemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memberikan perhatian
kepada kebudayaan yang ada di Kabupaten Soppeng sekarang ini,
agar tejaga tidak hilang dan masih bisa diwarisi menerus
selanjutnya.
2. Kepada masyarakat agar lebih bisa mnegetahui apa makna dan
nilai tari paduppa dalam tradisi suku bugis di Kabupaten Soppeeng
3. Kepada mahasiswa agar lebih bisa melestarikan budaya suku bugis
pada Tari Paduppa pada proses penyambutan tamu di Kabupaten
Soppeng.
86
DAFTAR PUSTAKA Arista, D. (2015). Transparansi informasi situs web pemerintah daerah di sulawesi
selatan sebagai implementasi keterbukaan informasi publik. Mahassar: Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin.
Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers Ambar. (2017). Teori Interaksi Simbolik. (online) https://pakarkomunikasi.com/teori-interaksi-simbolik. Diakses Selasa, 25 Juni 2019
Christian Pelras. (2006). Manusia Bugis.Jakarta : Nalar Elly m. Setiadi dkk. (2013). Ilmu sosial budaya dasar. Bandung:Prenada Media Group. hal.27. Gani Nur Pramudyo. (2015). Etika Ilmiah dan Penelitian.Universitas Brawijaya Hosnan, M., & Warits, A.(2011). Aksiologi dalam Dimensi Filsafat Islam. Mangiri, I. (2018). Analisis Tata Guna Lahan Di Kabupaten Soppeng Berbasis Gis Menggunakan Citra Sentinel 2. Rizal. (2015). Tari dari Sulawesi Selatan.(online). http://muhrhyzal.co.id/2015_0
1_01_archive.html diakses pada tanggal 09 April 2019 Saskia. (2018). Pengertian Budaya dan Unsur-Unsurnya. http://sosiologis.com/pengertian-budaya. (online) diakses selasa 09 April 2019 Satriawan, M. (2018). Kajian Aksiologi: Elaborasi Nilai-Nilai Moral Dalam Konsep Mekanika Sebagai Upaya Untuk Membentuk Generasi Emas Yang Berkarakter. Sazali, H. (2012). Etika Penelitian. (online) http://kampungsharing.com diakses
rabu 10 April Sedyawati, E., & Damono, S. D. (2010). Seni dalam masyarakat Indonesia: bunga rampai. Gramedia. Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan RD. Bandung
Alafabeta Suriasumantri, J. S. (1988). Filsafat ilmu. Jakarta: Sinar Harapan. Sumandinyo, Y. 2010. Kajian Tari Teks Dalam Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Susanto, N. A. (2014). DIMENSI AKSIOLOGIS DARI PUTUSAN KASUS “ST”. JurnalYudisial, 7(3), 213-23
Sukman, F. F. (2014). Makna Simbolik Tari Paolle Dalam Upacara Adat Akkawaru Di Kecamatan Gantarangkeke Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan (Doctoral dissertation, Penciptaan Dan Pengkajian ISI Yogyakarta) Soekanto, soerjono .(2013). sosiologi suatu pengantar,cetakan ke-45. Jakarta:Rajawali Pers. Hal.212 Wahya, dkk. (2013). Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: Ruang Kata Yaya badriya. (2018). Unsur-unsur Keindahan Seni Tari Terlengkap. (online).
https://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/seni-tari/unsur-unsur-keindahan-seni-tari. Diakses Selasa, 09 April 2019
Zulham, M. (2018). Makna Simbol Tari Paduppa (Tari Selamat Datang) Kota Palopo. Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra, 3(2).