SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DIARE DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD SEI. DAREH DHARMASRAYA Oleh: Nama Kelompok 1 Shelly Yasrianti, S. Kep 1404036 Andri Fadly S.Kep 1404024 Surkani, S. Kep 1404032 Alwendi, S. Kep 1404037 PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMASRAYA DHARMASRAYA 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN DIARE DI RUANG RAWAT INAP ANAK
RSUD SEI. DAREH DHARMASRAYA
Oleh:
Nama Kelompok 1
Shelly Yasrianti, S. Kep 1404036
Andri Fadly S.Kep 1404024
Surkani, S. Kep 1404032
Alwendi, S. Kep 1404037
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMASRAYA
DHARMASRAYA 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair
/setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980),
diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan
mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara
berkembang,terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit
diare bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
diikuti korban yang tidak sedikit. Untuk mengatasi penyakit diare dalam masyarakat
baik tata laksana kasus maupun untuk pencegahannya sudah cukup dikuasai. Akan
tetapi permasalahan tentang penyakit diare masih merupakanmasalah yang relatif
besar(Sudaryat,2010).
Di negara berkembang anak-anak balita mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian
diare per tahun tetapi di beberapa tempat kejadian lebih dari 9 kali kejadian diare per
tahun atau hampir 15-20% waktu hidup dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008)
Hal yang bisa menyebabkan balita mudah terserang penyakit diare adalah
perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk.
Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani secara serius karena tubuh balita
sebagian besar terdiri dari air, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena
dehidrasi (Depkes RI, 2010).
Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi hampir di
seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh kelompok usia baik
laki – laki maupuun perempuan, tetapi penyakit diare dengan tingkat dehidrasi berat
dengan angka kematian paling tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita. Di negara
berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per
tahun dan hal ini yang menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua
penyebab kematian (Depkes RI, 2010)
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan
diare yang menimbulkan banyak kematian terutama pada balita. Angka kesakitan
diare di Indonesia dari tahun ketahun cenderung meningkat, pada tahun 2006 jumlah
kasus diare sebanyak 10.980 penderita dengan jumlah kematian 277 (CFR 2,52%).
Secara keseluruhan diperkirakan angka kejadian diare pada balita berkisar antara 40
juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000 sampai dengan 400.000 balita
(Depkes RI, 2006).
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu tidak
memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan sarana
kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan
lingkungan yang kurang baik, serta pengolahan dan penyimpanan makanan yang
tidak semestinya. Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menjadi faktor pendorong terjadinya diare, terdiri dari faktor agent penjamu,
lingkungan dan perilaku.
Bayi dan anak merupakan kelompok umur yang sering mengelami diare,
masalah ini biasanya di timbulkan bukan hanya kerena infeksi tetapi dapat pula di
sebabkan karena kebersihan makanandi intoleransiterhadap karbohidrat, lemak dan
protein, jika tidak di tangani akan menyebabkan kekurangan keseimbangan volume
cairan dan elektrolit (dehidrasi, syok hipovolemik ),atau berakibat patal atau
kematian. Maka peran perawat sangatpenting untuk menerapaknan metode sebagai
berikut, Promotif melalui penyuluhan tentang pencegahan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan diare.Preventif untuk meningkatkan kemandirian klien akan
pentingnya kebersihan diri, keluarga dan lingkungan yang dapat menyebabkan
diare. Kuratif pemberian cairan yang adekuat dan
penatalaksanaan. Rehabilitative yaitu dengan cara memulihkan pasien sehingga
dapat berfungsi secara optimal seperti memberikan makanan yang bersih, berikan
makanan lunak, bubur dan nasi tim (academia.edu/8512134/askep_diare)
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan , dan makanan. Perubahan iklim,
kondisi lingkungan makanan merupakan faktor utamnya.penularan diare umumnya
melalui 4F yaitu Food, Fly, Feces dan Finger.
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan
alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bias membahayakan
dan ternyata ada beberapa jenis yang menular. Diare kebanyakan disebabkan oleh
virus atau bakteri yang masuk makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam,
alergi makanan, reaksi obat, alcohol,dan bahkan perubahan emosi juga dapat
menyebabkan diare, begitu pula sejumlah penyakit tertentu (sianturi, 2013).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan diare
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Diare.
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan Diare.
yaitu:
a. Mampu melakukan Pengkajian pada pasien diare.
b. Mampu menegakkan Diagnosa keperawatan pada pasien diare.
c. Mampu membuat Intervensi keperawatan pada pasien diare.
d. Mampu melakukan Implementasi pada pasien diare.
e. Mampu melakukan Evaluasi pada pasien diare.
f. Mampu membuat Dokumentasi keperawatan pada pasien diare.
1.3 Ruang Lingkup
Adapun pembahasan dalam seminar kasus Asuhan Keperawatan pada An.A
dengan Gastroenteritis yang meliputi pengertian, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, manifestasi klinis, serta pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Dapat melihat angka kejadian diare dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa diare.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada klien diare.
1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan
Sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnose gastroenteritis dan menambah ilmu pengetahuan.
1.4.4 Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan dan sebagai acuan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose Gastrointeritis dan
menambah ilmu pengetahuan.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Menurut Haroen N, S Suraatmaja dan P.O Asdil (1998) diare adalah
defekasi encer lebih dari 3 kali sehari denga atau tanpa darah atau lendir dalam
tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz dan L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi dan Rita (2001) diare diartikan sebagai suatu keadaan
diman terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau
cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai
atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.
2.2 Anatomi dan fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (dimulai dari mulut
sampai anus). Adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati, dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam mulut di lapisi oleh
selapu lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di
permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam,
asin, dan pahit. Makanan di potong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan
di kuyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah di cerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerag bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.Skema melintang
mulut, hidung, faring, dan laring.Didalam lengkung faring terdapat tonsil (
amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit
dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan
antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut
dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso –
“membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”).Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.Menurut histologi.Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
- bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
- bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
- serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai.Terdiri dari 3 bagian yaitu : Kardia, Fundus,
Antrum.Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup.Dalam
keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke
dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-
enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
- Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
- Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
- Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus
kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.Lapisan usus halus ; lapisan mukosa
bersifat naik turun, BB : 5,5 Gram,TB : 59 cm, mata cekung, perut kembung,
konsistensi BAB cair berlendir tanpa darah, warna kekuningan.
3. Riwayat kesehatan Keluarga
Orang tua Klien mengatakan di keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang
di derita klien. Orang tua dan Saudara kandung klien juga tidak mengalami penyakit
yang di derita klien
Genogram
Keterangan:
X : meninggal
: klien
: laki-laki
: perempuan
4. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu klien mengatakan An. F sebelumnya belum pernah menderita
diareataupun gastroenteritis dan baru kali ini An. F dirawat dirumah sakit.
5. Riwayat lingkungan Orang tua Klien mengatakan rumahnya berjarak ± 3 km dari jalan raya.
Disamping kiri dan kanan rumah klien ada rumah tetangga. Keluarga klien
samsung, 26/02/15,
Jelaskan mana yang tinggal serumah
mengatakan lingkungan disekitar rumahnya cukup bersih. Saluran Air pembuangan
mengalir diselokan belakang rumah. Untuk sumber air keluarga menggunakan air
sumur tetapi sedikit berwarna, kelurga mencuci baju dan piring kotor di belakang
rumah dekat dengan sumur. sampah keluarga biasanya di kumpul dan di bakar.
6. Riwayat psikososial
Orang tua klien mengatakan merasa cemas dengan penyakit yang diderita anaknya
karena anaknya mencret terus.
III. Pemeriksaan Fisik
A. Konservasi Energi
1. Nutrisi
a. Makanan
1) Jenis makanan : -
2) Frekuensi makanan : -
3) Porsi makan : -
b. Minum
1) Jenis minuman : ASI / Susu Formula
2) Jumlah asupan minum : berkurang
3) BB : 5,5 Gram
4) TB : 59 CM
5) Kulit
Warna : putih
Tekstur : halus
6) Mulut dan Faring
mukosa bibir : kering
warna : sianosis
karies gigi : tidak ada
pergerakan lidah : normal
7) Rambut
Warna : hitam
Distribusi : tebal, merata
Tekstur : Halus
Kebersihan : bersih
B. Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi/jumlah : 6x/hari
2) Warna : kekuningan
b. BAB
1) Frekuensi : ≥ 8 kali / hari
2) Warna : kuning
3) Konsistensi : cair, lender
c. Istirahat dan tidur
1) Frekuensi tidur siang : 4 jam
2) Frekuensi tidur malam : 6-7 jam
3) Kualitas tidur : sering terbagun
d. Kebersihan diri
1) Frekuensi mandi : 2 x/hari
2) Dibatu/mandir : di bantu
3) Kebersihan kuku : bersih
4) Kebersihan pakaian : bersih
C. Konservasi Integritas Struktural
a. Pertahanan tubuh
1) Imunisasi : Keluarga mengatakan anak sudah mendapat imunisasi BCG,
DPT, Polio,Hepatitis.
2) Struktur fisik
Tingkat kesadaran : composmentis
Postur tubuh : Normal
Pengukuran antropometri
LD : 34 cm
LK : 38 cm
TTV
S : 38,30C
N : 110 x/i
RR : 45 x/i
System neurologi
S : Klien lemah
samsung, 26/02/15,
Benar anak usia 3 bulan sudah mendapatkan imunisasi sebanyak ini?
I : klien dari pertama masuk rs sampai sekarang tampak lemah, rewel
System pengindraan
S : klien merasa haus
I : kepala simetris, kulit kepala kering, UUB tampak cekung, mata reflek
pupil (-), hidung Nampak adanya pernafasan cuping hidung
System kardiovaskular
S : Badan terasa panas
I : pucat, suhu tubuh meningkat
P : N : 110 x/i
System penafasan
S: sesak
I : bentuk simetris, tidak ada secret
System pencernaan
S : haus
I : BAB konsistensi cair frekuensi lebih dari 8 kali disertai lender, perut
kembung
System muskuloskletal
S : lemah
I : klien tampak lemah, aktivitas menurun
P : kulit kering, BB : 5,5 gram TB : 59 cm
D. Konservasi Integritas Personal
a. Temperamen : -
b. Respon hospitalisasi : rewel
c. Riwayat perkembangan
Kemandirian dan bergaul : -
Kemampuan mototrik halus : klien dapat menggengam jari orang
tuanya
Kemampuan motorik kasar : -
Kemampuan bahasa/kognitif : klien hanya menangis, dan rewel
E. Konservasi Integritas Sosial
Yang mengasuh : orang tua dan keluarga klien
Hubungan dengan anggota keluarga : baik
Hubungan dengan saudara kandung : baik
samsung, 26/02/15,
Apakah tidak ada data penu njang?
samsung, 02/26/15,
S,I,P itu apa?kenapa tidak dibuata inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi saja?Lebih dirinsikan lagi pemeriksaan fisiknya.apalagi ini kasus diare.sesuaikan dengan format yang ada dibuku panduan
Klien mencret 8 x / hari Klien muntah 2x / hari Klien tampak lemah Mata sedikit cekung UUB tampak cekung Perut klien tampak kembung Konsistensi BAB cair, berlendir
cairan dan elektrolit
2. DS :
Ibu klien mengatakan anaknya demam ± 2 hari yang lalu
Ibu klien mengatakan anaknya gelisah
DO :
S : 38,30 C Mukosa bibir klien tampak
kering, sianosis Klien demam bersifat naik turun Klien tampak gelisah Klien tampak lemah
Proses infeksi dampak sekunder hipertermi
3. DS :
Ibu klien mengatakan anaknya lemas
Ibu klien mengatakan anaknya muntah 2x
Ibu klien mengatakan anaknya mencret 5x hari ini
DO :
Klien tampak lemas BB : 5,5 Gram Klien masih mencret 8 x hari ini Klien muntah 2x Kulit klien tampak kering Klien tidak berkeringat
Tidak adekuatnya intake dan
output
Perubahann nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN / KH INTERVENSI RASIONAL
1. gangguan
keseimbagan cairan
dan elektrolit
berhubungan
dengan kehilangan
cairan sekunder
terhadap diare
setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x24 jam
keseimbangan dari
elektrolit di
pertahankan secar
amaksimal
K/H :
Tanda vital dalam batas normal (N : 60-120 x/I, S : 360C, RR : 40 x/i
Turgor elastic, membrane mukosa bibir basah, mata tidak cekung
Konsistensi BAB lemak, frek 1-2 kali per hari
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Pantau intake dan output
Timbang BB anak setiap hari
Anjurkan keluarga untuk memberi minum bayak pada klien 2-3 liter / hari
Kolaborasi dalam pemerikasaan serum elektrolit, cairan parental (IV Line) sesuai dengan umur
Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa, deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit
Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glumerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme
Mendeteksi kehilangan cairan, penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 liter
Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
- koreksi keseimbnagan cairan dan elektrolit yang hilang secara oral- Mengganti cairan
dan elektrolit secara adekuat dan cepat
2. Hipertermi Setelah dilakukan Pantau tanda-tanda Ttv merupakan aluan
34
berhubungan
dengan proses
infeksi sekunder
terhadap cairan
perawatan selama
2x24 jam tidak
terjadi peningkatan
suhu tubuh
K/H :
Suhu tubuh dalam batas normal (360C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor, fungtion lease)
vital terutama suhu
Beri pasien banyak minum air (1500-2000 cc/hari)
Beri pasien kompres hangat
pantau suhu lingkungan
Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik
untuk mengetahui kedaaan umum pasien terutama suhu tubuhnya
Denga minum bayal air diharapkan cairan yang hilang dapat diganti
Dengan kompres hangat akan terjadi pemindahan panas secara kondukdi dan kompres hangat akan mendilatasi pembuluh darah
Suhu ruagan harus di rubahi agar dapat membantu mempertahankan suhu pasien
Pemberian obat antibiotic untuk mencegah infeksi pemberian obat antipiretik untuk penurunan panas
3. Perubahan nutrisi
kurang dari
Setelah dilakukan
keperawatan
Diskusikan dan jelaskan tentang
Serat tinggi, lemak dan air terlalu panas
35
kebutuhan
berhubungan
dengan tidak
adekuatnya intake
dan output
selama di rumah
sakit kebutuhan
nutrisi terpenuhi
K/H :
Nafsu makan meningkat
BB meningkat atau normal sesuai umur
pembatsan diet (maknan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas/dingin)
Ciptakan lingkungan yang bersih jauh dari bau tak sedap / sampah sajikan maknan dalam keadaan hangat
Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Monitor intake dan output dalam 24 jam
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberrian terapi gizi : diet TKTP rendah serat, susu, obat-obatan / vitamin (A)
atau dingin
Situasi yang nyaman rilek akan merangsang nafsu makan
Menguragi pemakaian energy yang berlebihan
Mengetahui jumlah output dapat merencankan jumlah makanan
Mengandung zat yang diperlukan untuk proses pertumbuhan
36
CATATAN PERKEMBANGAN
N
ODIAGNOSA
HARI/
TANGGALIMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
1. gangguan keseimbagan cairan
dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare
Jumat,
20 februari
2015
Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Memantau intake dan output
Menimbang BB anak setiap hari
Menganjurkan keluarga untuk memberi minum bayak pada klien 2-3 liter / hari
Berkolaborasi dalam pemerikasaan serum elektrolit, cairan parental (IV Line) sesuai dengan umur
S : Ibu klien mengatakan
anaknya mencret 8x/hari Ibu mengatakan anaknya
muntah 2 x hari ini Ibu klien mengatakan
anaknya rewel dan lemahO :
Klien mencret 8 x / hari Klien muntah 2x / hari Klien tampak lemah Mata sedikit cekung UUB tampak cekung Perut klien tampak kembung Konsistensi BAB cair,
berlendir
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
2. Hipertermi berhubungan dengan Jumat, Memantau tanda-tanda vital terutama S :
37
proses infeksi sekunder terhadap
cairan
20 februari
2015
suhu
Memberi pasien banyak minum air (1500-2000 cc/hari)
Memberi pasien kompres hangat
Memantau suhu lingkungan
Berkolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik
Ibu klien mengatakan anaknya demam ± 2 hari yang lalu
Ibu klien mengatakan anaknya gelisah
O :
S : 38,30 C N : 110 x/i Mukosa bibir klien tampak
kering, sianosis Klien tampak pucat Klien demam bersifat naik
turun Klien tampak gelisah Klien tampak lemah
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan
Jumat,
20 februari
Mendiskusikan dan jelaskan tentang pembatsan diet (maknan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu
S:
Ibu klien mengatakan
38
tidak adekuatnya intake dan
output
2015 panas/dingin)
Menciptakan lingkungan yang bersih jauh dari bau tak sedap / sampah sajikan maknan dalam keadaan hangat
Memberikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Memonitor intake dan output dalam 24 jam
Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberrian terapi gizi : diet TKTP rendah serat, susu, obat-obatan / vitamin (A)
anaknya lemas Ibu klien mengatakan
anaknya muntah 2x Ibu klien mengatakan
anaknya mencret 5x hari iniO :
Klien tampak lemas BB : 5,5 Gram Klien masih mencret 8 x hari
ini Klien muntah 2x Kulit klien tampak kering Klien tidak berkeringat
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
N
O
DIAGNOSA HARI/
TANGGAL
IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
39
1. gangguan keseimbagan cairan
dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare
Sabtu,
21 februari
2015
Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Memantau intake dan output
Menimbang BB anak setiap hari
Menganjurkan keluarga untuk memberi minum bayak pada klien 2-3 liter / hari
Berkolaborasi dalam pemerikasaan serum elektrolit, cairan parental (IV Line) sesuai dengan umur
S :
Ibu klien mengatakan anaknya mencret 3x hari ini
Ibu mengatakan anaknya tidak muntah lagi
Ibu klien mengatakan anaknyamasih rewel dan terlihat lemah
O :
Klien mencret 3 x / hari Klien tidak muntah Klien tampak lemah Mata sedikit cekung UUB tampak cekung Perut klien tampak kembung Konsistensi BAB cair,
berlendir
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
2. Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi sekunder terhadap
cairan
Sabtu,
21 februari
2015
Memantau tanda-tanda vital terutama suhu
Memberi pasien banyak minum air
S :
Ibu klien mengatakan demam anaknya naik
40
(1500-2000 cc/hari)
Memberi pasien kompres hangat
Memantau suhu lingkungan
Berkolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik
turun Ibu klien mengatakan
anaknya gelisah
O :
S : 37,60 C Mukosa bibir klien tampak
kering, sianosis Klien demam bersifat naik
turun Klien tampak gelisah Klien tampak lemah
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake dan
Sabtu,
21 februari 2015
Mendiskusikan dan jelaskan tentang pembatsan diet (maknan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas/dingin)
S:
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mmau
41
output
Menciptakan lingkungan yang bersih jauh dari bau tak sedap / sampah sajikan maknan dalam keadaan hangat
Memberikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Memonitor intake dan output dalam 24 jam
Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberrian terapi gizi : diet TKTP rendah serat, susu, obat-obatan / vitamin (A)
menyusui sedikit-sedikit Ibu klien mengatakan
anaknya masih lemas Ibu klien mengatakan
anaknya tidak muntah lagi Ibu klien mengatakan
anaknya mencret 3x hari ini
O :
Klien tampak lemas BB : 5,3 Gram Klien masih mencret 3 x
hari ini Klien tidak muntah Kulit klien tampak kering
A :
Masalah belum teratasi
P :
Intervensi dilanjutkan
N
O
DIAGNOSA HARI/TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
42
1. gangguan keseimbagan cairan
dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare
Minggu,
22 februari 2015
Memantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
Memantau intake dan output
Menimbang BB anak setiap hari
Menganjurkan keluarga untuk memberi minum bayak pada klien 2-3 liter / hari
Berkolaborasi dalam pemerikasaan serum elektrolit, cairan parental (IV Line) sesuai dengan umur
S :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak mencret lagi
Ibu mengatakan anaknya tidak muntah lagi
Ibu klien mengatakan anaknya masih rewel dan terlihat lemah
O :
Klien mencret berkurang Klien tidak muntah Klien tampak lemah
A :
Masalah teratasi sebagian
Pasien masih lemah Pasien APS
P :
Intervensi dihentikan
2. Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi sekunder terhadap
cairan
Minggu,
22 februari 2015
Memantau tanda-tanda vital terutama suhu
S :
Ibu klien mengatakan demam anaknya naik
43
Memberi pasien banyak minum air (1500-2000 cc/hari)
Memberi pasien kompres hangat
Memantau suhu lingkungan
Berkolaborasi dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik
turun Ibu klien mengatakan
anaknya gelisah
O :
S : 37,60 C Mukosa bibir klien tampak
sianosis Klien demam bersifat naik
turun Klien tampak lemah
A :
Masalah teratasi sebagian
Klien masih demam Klien tampak lemah Klien APS
P :
Intervensi dihentikan
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake dan
Minggu,
22 februari 2015
Mendiskusikan dan jelaskan tentang pembatsan diet (maknan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas/dingin)
S:
Ibu klien mengatakan anaknya sudah mau menyusui sedikit-sedikit
44
output Menciptakan lingkungan yang bersih jauh dari bau tak sedap / sampah sajikan maknan dalam keadaan hangat
Memberikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
Memonitor intake dan output dalam 24 jam
Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam pemberrian terapi gizi : diet TKTP rendah serat, susu, obat-obatan / vitamin (A)