Top Banner
24

Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Dec 31, 2016

Download

Documents

Dung Tien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar
Page 2: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Etalase

Nyamuk-Nyamuk "Nakal"

Tuhan tidak menciptakan satu

makhluk pun di dunia hanya

untuk menjadi pelengkap

penderita dan sia-sia,

sekalipun hanya dia seekor nyamuk.

Nyamuk dengan berbagai ukuran

dan jenisnya telah menjadi sarana

belajar manusia. Mulai dari daur hidup,

kebiasaan, lingkungan, perkembangan,

penyebaran, penyakit yang ditularkan,

hingga manfaat nyamuk, telah

dipelajari sejak dulu kala. Hanya

dengan mempelajari nyamuk, ribuan

ilmuan dunia mendapat gelar doktor

hingga professor.

Nyamuk juga telah memicu

penyerapan ribuan angkatan kerja

di berbagai pabrik obat nyamuk, di

berbagai lembaga penelitian dan

pengembangan yang membahas

tentang nyamuk, dan tak ketinggalan

di berbagai lembaga pendidikan

kesehatan yang khusus mempelajari

nyamuk.

Belum lagi manusia yang bekerja

untuk mempelajari dan mengendalikan

pengaruh nyamuk terhadap kesehatan

manusia, mulai dari pencegahan,

pengobatan, hingga rehabilitasi.

Semua mekanisme ini menyebabkan

perputaran uang yang sangat besar

dalam lingkaran bisnis. Ada pekerja

yang mendapat gaji, ada pengusaha

yang mendapat untung, dan ada

pihak-pihak lain yang terkena dampak

kesejahteraan yang pemicu awalnya

adalah mahluk mungil bernama

nyamuk. Jadi, sosok nyamuk ternyata

memberi banyak maslahat dan tak

selalu negatif.

Sayang, manusia seringkali melihat

sosok nyamuk dari sisi negatif. Bahkan

ada lagu “Nyamuk-nyamuk Nakal”

sebagai bentuk sentimen terhadap sang

nyamuk. Persepsi itu juga dapat kita

jumpai dalam berbagai tulisan media.

Mediakom sendiri dalam edisi ini

mengangkat tema nyamuk dengan

tag seperti “kecil-kecil ancaman besar,

cara ampuh melawan nyamuk, ribuan

orang meninggal akibat nyamuk,” dan

seterusnya. Jadi nyamuk dianggap

musuh besar yang berbahaya bagi

manusia, sehingga harus dimusnahkan.

Apakah kalau nyamuk benar-

benar musnah dari muka bumi,

manusia menjadi aman dan nyaman

atau sebaliknya? Nah, bagaimana

menempatkan nyamuk menjadi

makhluk Tuhan yang tepat untuk

kehidupan manusia ? Simak

penjelasannya dalam rubrik Media

Utama.

Selain laporan utama tentang

per-nyamuk-an, Mediakom juga

mengetengahkan berbagai berita

dan artikel dalam rubrik Peristiwa,

Untuk Rakyat, dan Terobosan. Tentu

saja rubrik Kolom dan Lentera tetap

disajikan dengan penuturan yang

sederhana dan inspiratif.

Redaksi.

SUSUNAN REDAKSI

Penanggung Jawab: drg. Murti Utami, MPH Pemimpin Redaksi: drg.Rarit Gempari, MARS

Sekretaris Redaksi: Sri Wahyuni, S.Sos,MM Redaktur/Penulis: Dra. Hikmandari A,M.Ed,

Busroni S.IP, Prawito, SKM, MM , Resty Kiantini, SKM, M.Kes, Giri Inayah,S.Sos,MKM,

Anjari Umarjianto,S.Kom, Awallokita Mayangsari,SKM, Waspodo Purwanto, Hambali,

Eko Budiharjo, Juni Widiyastuti, SKM, Dessyana Fa’as, SE, Desain Grafis & FotoGrafer: drg. Anitasari, S,M, Wayang Mas Jendra,S,Sn, Sekretariat: Endang Retnowaty, Iriyadi, Zahrudi

Alamat Redaksi: Pusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Kesehatan RI, Ruang 109, Jl. Hr Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9

Jakarta, 12950 Tlp: 021-5201590, 52907416-9 Fax: 021-5223002,52960661 Call Center: 021-500567

Email: [email protected]

1Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 3: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Surat Pembaca

Terima kasih kepada Ibu Ahyani, dkk dari Dinas

Kesehatan Kota Bandung. Semangat, dukungan

dan positive thinking-nya semoga mencerminkan

hal yang sama pula di dinas kesehatan lainnya.

Saat ini fasilitas kesehatan dan profesi dalam lingkup

internal yang paling banyak memerlukan sosialisasi. Selain

itu, masih banyak hal memerlukan pembenahan dalam

proses pendaftaran, prosedur, pengelolaan kapitasi, pola

pembagian jasa pelayanan, pemahaman INA CBGs,

baik di kalangan profesi maupun kalangan manajemen,

pola tarif INA CBGs, pola remunerasi, kesiapan buku

petunjuk/pedoman, dll. Semua yang disebutkan di atas

semoga berubah menjadi lebih baik dan sempurna secara

bertahap. Terima kasih atas kerjasama semua pihak yang

terkait.

Redaksi.

Kami sampaikan bahwa setiap hari Dinas

Kesehatan Kota Bandung menerima dan

menfasilitasi berbagai keluhan pelaksanaan

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) melalui

BPJS Kesehatan dari berbagai pihak, anggota dewan,

masyarakat miskin, mantan peserta ASKES (PBI),

peserta non-PBI, fasilitas kesehatan dan dokter. Semua

keluhan yang datang ditampung, diuraikan dan dicari jalan

penyelesaiannya.

Bila staf kami merasa lelah, selalu kami peringatkan

tentang semangat bahwasanya kita terpilih sebagai

pasukan yang membuka jalan menjadi lebih baik. Dalam

dinas kami munculkan slogan penyemangat program BPJS

”Bila Pasien Itu Saya” maka kami tidak akan membiarkan

keluhan sekecil apapun datang dari pasien. Dinas kami

pun menciptakan slogan plesetan BPJS dari awalnya “Bagi

Pasien Jadi Susah” menjadi ”Bagi Peserta Jadi Sehat”.

Saat ini dinas kami sedang disibukkan dengan

permintaan pendampingan reses anggota DPRD yang

meminta agar sosialisasi kembali kepada masyarakat

umum tentang JKN dan BPJS.

Salam sehat dan salam pengabdian dari Kota Bandung.

Ahyani

SEMANGAT MEMPERBAIKI

POSITIVE THINKING

» h.26

» h.10

» h.40

2 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

DAFTARISIINFO SEHAT 4-7

- Aneka Manfaat Pisang untuk Kesehatan- Mengenali Obat-Obat yang Mengandung Babi- 12 Penyebab Gangugan Pendengaran

MEDIA UTAMA 8-23

- Makhluk-Makhluk Kecil dengan Ancaman Besar- Cara Ampuh Melawan Nyamuk- Jangan Ada Lagi Kematian Akibat Nyamuk- Harapan Baru dari Pengembangan Vaksin Dengue- Awas Gigitan Nyamuk Saat Melancong!- DBD Versus Cikungunya

PERISTIWA 24-31

- Waspada Penularan Virus Corona Baru- Indonesia Bebas Polio- Menkas Canangkan Studi Diet Total dan E-Watch Alkes- Kemenkes dan 11 Mitrakerja Berkomitmen Cegah Korupsi- Organisasi Keagamaan Serukan Penghapusan Stigma pada Bekas Penderita Kusta- Indonesia Dorong IDB-OKI Gerakan Sumber Daya Untuk Program Kesehatan- Pemerintah Canangkan Upaya Pengendalian Vektor

REFORMASI BIROKRASI 32-35

- Nilai dan Catatan Stratejik Kemenkes Menuju 2015-2019- CPNS Kementerian Kesehatan Harus Bebas KKN

TEROBOSAN 36-39

- Petunjuk Baru Melawan Lalat Tsetse- Peneliti Temukan Antibodi Virus MERS

POTRET 40-43

- Saya Harus Berkolaborasi

KOLOM 44-49

- Pelayanan Informasi Publik Kemenkes yang Tidak Menerima Gratiikasi- Antara Kereta Listrik dan JKN

UNTUK RAKYAT 50-53

- DPR Prihatin Anggaran Kesehatan Masih Rendah- Komisi IX DPR Pantau Pelaksanaan JKN- DPR Evaluasi Kinerja BPJS Juni Mendatang- DPR : Petugas Kesehatan Harus Tegas Antisipasi MERS

DARI DAERAH 54-61

- Nung Sumiati, Kader Posyandu yang Ingin Mengabdi Sampai Mati- Cianjur Bangkit dari Keterpurukan- Wisata Budaya Lampegan dan Megalitik Gunung Padang- Posyandu Dahlia Teladan di Tengah Keterbatasan- Gerbang Marhamah Cianjur

LENTERA 62-63

GALERI FOTO 64-65

KUIS 66-67

RESENSI BUKU 68

» h. 5 » h.16

» h.24

» h.29

» h.36

» h.44

MEDIAKOM

MENGENALI

OBAt-OBAT YANG

MENGANDUNG BABI

3Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 4: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

ANEKA MANFAAT

PISANG UNTUK

KESEHATAN

Pisang termasuk je-nis buah yang banyak dikonsumsi. Kandung-an nutrisinya beragam, termasuk diantaranya serat, potassium, mag-nesium, zat besi, serta vitamin C dan B6.

Makan pisang bisa membantu

memerangi depresi, menjaga

perut bergerak teratur,

membantu mengatasi rasa

mulas, serta membantu menurunkan risiko

kanker, ginjal, diabetes, osteoporosis, dan

kebutaan.

Menurut Badan Pangan dan Obat-

obatan Amerika Serikat (FDA), pisang bisa

membantu menurunkan tekanan darah

serta mencegah serangan jantung dan

stroke.

Pisang juga bisa membantu menurunkan

depresi dan gejala pre-menstruasi

(Premenstrual Syndrome/PMS). Pisang

punya kadar tryptophan tinggi yang

kemudian berubah menjadi serotonin,

neurotransmitter yang memperbaiki mood

atau suasana hati.

Selain itu vitamin B6 pada pisang bisa

membantu Anda tidur lebih nyenyak dan

magnesium membantu mengendurkan otot-

otot tubuh.

Kandungan serat yang cukup tinggi juga

membuat pisang bisa menyediakan hampir

10 persen dari kebutuhan serat Anda.

Konsumsi serat tinggi membuat perut terasa

penuh dan menurunkan keinginan untuk

mengudap.

Pisang juga bagus untuk tulang. Meski

kandungan kalsiumnya tidak tinggi,

buah berwarna kuning ini mengandung

fructooligosaccharida melimpah yang

meningkatkan kemampuan tubuh untuk

menyerap kalsium. (Sumber: Live Science)

4 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Info Sehat

Peraturan Kepala BPOM

No HK.03.1.23.06.10.5166

Tahun 2010 tentang

Pencantuman Informasi

Asal Bahan Tertentu, Kandungan

Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa

Pada Penandaan/Label Obat, Obat

Tradisional, Suplemen Makanan,

dan Pangan, mewajibkan produsen

mencantumkan tanda khusus berupa

tulisan “mengandung babi” berwarna

hitam dalam kotak berwarna hitam di

atas dasar putih.

Berdasarkan database nomor izin

edar yang telah dikeluarkan BPOM,

sampai 31 Desember 2013 tercatat

hanya ada tiga obat yang mengandung

babi, yaitu obat yang mengandung

heparin molekul rendah.

Ketiga obat itu adalah Lovenox injeksi

mengandung Enoxaparin Sodium yang

didaftarkan oleh PT Aventis Indonesia

(NIE DKI 0185600143A1); Fraxiparin

injeksi dengan kandungan Nadroparin

Calcium yang didaftarkan oleh PT

Glaxo Welcome Indonesia (NIE DKI

0585100343A1); dan Fuluxum injeksi

dengan kandungan Parnaparin Sodium

didaftarkan oleh PT. Pratapa Nirmala

(NIE DKI 0697600443A1).

Kepala BPOM Roy Sparringa

menyatakan obat-obatan yang beredar

di Indonesia wajib mendapatkan izin

edar dari BPOM dan harus memenuhi

Obat yang mengandung babi seharusnya bisa

dikenali dengan melihat tanda khusus berupa tulisan

“mengandung babi” berwarna hitam pada kotak

berwarna hitam di atas dasar putih dalam kemasan

obat sesuai aturan yang dikeluarkan Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM).

MENGENALI

OBAt-OBAT YANG

MENGANDUNG BABI

persyaratan aman, khasiat, dan mutu.

Selain itu produsen juga harus

mencantumkan nama produk, merek

dagang, nama badan usaha yang

memproduksi atau memasukkan ke

wilayah Indonesia, komponen pokok

obat, tata cara penggunaan, tanda

peringatan, efek samping dan tanggal

kadaluwarsa obat. (*)

5Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 5: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Gelombang suara masuk melalui lubang telinga luar dan menyebabkan gendang telinga dan tulang pendengaran (Maleus, Incus, Stapes) bergetar. Getaran ini kemudian berjalan dalam cairan di telinga bagian dalam (kokhlea) tempat bulu-bulu halus yang merupakan ujung serabut syaraf bergetar dan mengirimkan sinyal ke otak sehingga suara dapat dikenali.

12 PENYEBAB GANGGUAN

PENDENGARAN

Gangguan pada proses ini

membuat pendengaran

kita terganggu. Berikut ini

faktor-faktor yang sering

menyebabkan gangguan pendengaran:

1. Terus Menerus Terpapar Suara

Bising.

Mendengar suara bising terus

menerus bisa menurunkan kemampuan

mendengar atau bahkan kehilangan

kemampuan mendengar. Apabila

Anda bekerja di tempat dengan tingkat

kebisingan tinggi atau kebisingan terus

menerus seperti di Bandara dan pabrik

sebaiknya menggunakan pelindung

telinga yang pas. Anda sebaiknya juga

menggunakan waktu istirahat untuk

mengistirahatkan telinga dari gangguan

suara bising.

2. Cedera dan Perubahan Tekanan.

Cedera kepala berat dapat

menyebabkan dislokasi tulang

pendengaran di telinga bagian tengah

atau menyebabkan kerusakan syaraf

yang menyebabkan kehilangan

kemampuan dengar secara permanen.

Perubahan tekanan udara secara

mendadak dapat mengganggu

kemampuan mendengar. Perubahan

tekanan udara saat kita naik pesawat

atau menyelam di bawah laut dapat

menyebabkan kerusakan gendang

telinga dan organ telinga tengah dan

dalam.

3. Obat-obatan.

Beberapa obat dapat menimbulkan

efek samping terhadap sistem

pendengaran. Contohnya, beberapa

antibiotik dan obat-obatan kanker. Oleh

karena itu jangan menggunakan obat-

obatan itu tanpa petunjuk dokter. Obat-

obat ini dapat menyebabkan kehilangan

pendengaran secara permanen namun

bila merupakan suatu efek samping

obat maka akan mengalami perbaikan

setelah penggunaan obat dihentikan.

4. Penyakit Kronis.

Beberapa penyakit kronis seperti

penyakit jantung, stroke, tekanan

darah tinggi dan diabetes mellitus

6 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Info Sehat

bisa menyebabkan gangguan pada

peredaran darah ke telinga bagian

dalam dan otak. Penyakit autoimun

seperti rheumatoid arthritis, juga

berhubungan dengan penurunan

kemampuan mendengar.

5. Tumor.

Tumor jinak seperti osteomas,

exostoses, dan polip dapat

menyebabkan sumbatan dan hambatan

pada lubang telinga. Acoustic neuroma

yang tumbuh pada pusat pendengaran

dan keseimbangan di telinga bagian

dalam dapat menyebabkan gangguan

pendengaran, keseimbangan,

gangguan sensorik pada wajah dan

tinnitus (telinga berdenging).

6. Mendengar Suara Sangat Keras.

Suara tembakan, ledakan atau suara

lain yang mendadak dan keras dapat

menyebabkan pecahnya gendang

telinga dan kerusakan pada telinga

tengah dan dalam. Kejadian ini disebut

sebagai trauma akustik dan bisa

menyebabkan kehilangan pendengaran

sementara atau permanen.

7. Konser Musik.

Rata-rata suara yang

dihasilkan dalam sebuah

konser music rock sekitar 110

desibel, cukup besar sehingga

hanya dalam waktu 15 menit

saja dapat menyebabkan

gangguan pendengaran.

Gangguan pendengaran dapat

terjadi apabila kita terpapar

suara yang lebih besar dari 85

desibel.

8. Headphone dan Earphone.

Penggunaan headphones

atau earphones dapat

menyebabkan gangguan

pendengaran baik sementara

ataupun menetap. Semakin

besar volume dan semakin lama

Anda mendengarkan, semakin besar

risiko Anda mengalami gangguan

pendengaran. Sebaiknya batasi waktu

penggunaan dan volumenya.

9. Kotoran Telinga.

Normalnya lubang telinga luar kita

menghasilkan cairan atau earwax

untuk melindungi lubang telinga kita

dari kotoran dan bakteri. Tetapi cairan

ini dapat mengeras dan menyebabkan

sumbatan di lubang telinga. Sumbatan

ini dapat menyebabkan gangguan

pendengaran dan rasa tidak nyaman

pada telinga.

10. Penyakit Saat Anak-Anak.

Infeksi telinga yang terjadi saat

masih anak-anak dapat menyebabkan

gangguan pendengaran. Seperti

penyakit otitis media dengan gejala

keluarnya cairan kental berbau dari

lubang telinga dapat menyebabkan

gangguan pendengaran. Penyakit lain

pada anak yang dapat menyebabkan

gangguan pendengaran antara lain

cacar air, encephalitis, dan meningitis.

11. Gangguan Dengar Sejak Lahir.

Beberapa anak mengalami gangguan

dengar sejak lahir atau tuli. Gangguan

ini bisa terjadi pada bayi yang lahir

premature atau mengalami trauma

atau cedera saat proses kelahiran yang

menyebabkan gangguan oksigenisasi

pada bayi baru lahir. Kelainan pada saat

kehamilan seperti infeksi dan diabetes

mellitus juga bisa menyebabkan

gangguan dengar sejak lahir.

12. Usia.

Semakin bertambah usia semakin

menurun kemampuan pendengaran

kita. Biasanya ini terjadi akibat dari

kerusakan progresif pada bulu-bulu

pendengaran di telinga bagian dalam.

***

7Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 6: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

MAKHLUK-MAKHLUK KECIL

DENGAN ANCAMAN BESARUkuran tubuh kebanyakan spesies nyamuk memang

hanya beberapa milimeter saja, tapi gangguan yang

mereka timbulkan pada manusia sangat besar, bisa

sebesar kekuatan raksasa.

Serangga dari keluarga

Culicidae ini ada dimana-

mana. Mereka menghisap

darah manusia dengan gigitan

yang meninggalkan rasa gatal sangat

menyebalkan lalu terbang dalam

hitungan milidetik. Saat tidak menggigit

pun, dengungan kepak sayapnya bisa

membangunkan orang yang sedang

tidur nyeyak.

Selain gangguan-gangguan itu,

beberapa jenis nyamuk menjadi

perantara penularan penyakit-

penyakit penyebab jutaan kesakitan

dan kematian di dunia. Dari sekitar

3.500 spesies nyamuk yang sudah

diidentiikasi, setidaknya ada tiga yang paling banyak menyebarkan penyakit

pada manusia yakni Anopheles, Culex

dan Aedes.

Nyamuk Anopheles membawa

penyakit malaria serta menularkan

penyakit ilariasis (kaki gajah) dan encephalitis.

Dari sekitar 430 spesies nyamuk

Anopheles, hanya 30-40 jenis yang

menjadi penyebar parasit Plasmodium

yang merupakan penyebab penyakit

malaria di alam. Jenis nyamuk yang

menularkan malaria di Indonesia antara

lain Anopheles sundaicus, Anopheles

aconitus, Anopheles barbirostris,

Anopheles kochi, Anopheles maculatus,

Anopheles subpictus, dan Anopheles

balabacensis.

Malaria menular melalui gigitan

nyamuk Anopheles betina dewasa,

yang bisa hidup sampai satu bulan

dan setiap kali bertelur mampu

menghasilkan 50-200 telur.

Protozoa parasit Plasmodium masuk

ke tubuh manusia saat nyamuk-nyamuk

8 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Media Utama

malayi, dan Brugia timori.

Filariasis menular melalui gigitan

beberapa jenis nyamuk, termasuk

nyamuk Culex di daerah urban dan

semiurban, Anopheles di daerah

pedalaman dan Aedes, utamanya di

pulau-pulau endemis di Pasiik.Nyamuk-nyamuk itu terinfeksi

mikroilaria saat menghisap darah dari inang yang terinfeksi. Mikroilaria menjadi larva yang infektif dalam tubuh

nyamuk. Ketika nyamuk yang terinfeksi

menggigit orang, larva parasit itu

terkumpul di kulit dan kemudian akan

menjadi jalan untuk masuk ke tubuh

manusia. Larva itu kemudian akan

berpindah tempat ke pembuluh getah

bening dan berkembang menjadi cacing

dewasa dan kemudian melanjutkan

siklus transmisi.

Infeksi yang biasa diperoleh pada

masa kecil itu menyebabkan kerusakan

sistem limfatik tersembunyi. Manifestasi

penyakit yang membikin sakit dan

memperburuk tampilan, lymphoedema,

elephantiasis dan pembengkakan

skrotum terjadi kemudian dan

menyebabkan kecacatan permanen.

Menurut data WHO, lebih dari 1,4

miliar orang di 73 negara tinggal di

daerah penularan ilarisis dan berisiko terinfeksi. Hampir 80 persen dari

mereka tinggal di 10 negara yakni

Bangladesh, Republik Demokratik

Kongo, Ethiopia, Nigeria, Tanzania,

India, Nepal, Myanmar, Filipina dan

Indonesia.

Di Indonesia, jumlah penderita

ilariasis dengan manifestasi limfedema atau elephantiasis atau hidrokel selama

tahun 2013 menurut data Kementerian

Kesehatan sebanyak 12.714 orang.

Meski jumlah kasusnya relatif sedikit,

namun penanggulangan penyakit

ini kurang mendapat perhatian dari

pemerintah daerah karena tidak

menimbulkan kematian, kata konsultan

nasional WHO Prof. Mohammad

Sudomo.

Di Indonesia, karena penderita

ilarisis tidak merasa jadi didiamkan saja sampai kakinya bengkak, tangannya

bengkak. Kalau sudah demikian jadi

sulit diobati, padahal pengobatannya

mudah sekali, tinggal dikasih dietil-

carbamazine dan albendazole sudah

beres,” kata ahli penyakit tropis itu.

“Jadi gejala awalnya sebaiknya

dikenali dan itu mudah sekali. Kalau

dalam sebulan itu sering demam,

demamnya enggak tinggi, demam biasa

saja. Lalu kerja keras sedikit langsung

demam dan kalau jalan timbul gejala

nyeri di paha kemudian ada garis merah

di sepanjang saluran limfa, itu pasti

ilarisis, minum obat itu saja,” jelasnya.

Si Belang penular Dengue

Jenis nyamuk penular penyakit yang

lain adalah nyamuk bertubuh belang

Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Keduanya bisa menularkan virus

dengue, penyebab infeksi berupa

kesakitan serupa lu dan biasanya berkembang menjadi komplikasi

berakibat fatal yang disebut Demam

Berdarah Dengue (DBD).

Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor

utama yang menularkan virus dengue.

Virus itu masuk ke tubuh manusia lewat

betina menghisap darah manusia untuk

memproduksi telur. Darah tersebut

kemudian menjadi penghubung siklus

hidup parasit dalam tubuh nyamuk

dan manusia. Namun berbeda dengan

manusia, tubuh nyamuk tidak menderita

akibat keberadaan parasit.

Tubuh nyamuk Anopheles menjadi

tempat siklus hidup parasit dari tahap

gametosit sampai sporozoit yang

berlangsung selama 10 sampai 18 hari.

Pada saat nyamuk betina dewasa

yang mengandung parasit itu mengigit

manusia, sporozoit yang ada dalam

tubuh nyamuk masuk ke dalam

darah manusia. Siklus hidup parasit

malaria kemudian berlanjut dalam

tubuh manusia. Parasit-parasit itu

memperbanyak diri di dalam hati lalu

menginfeksi sel-sel darah merah,

membuat orang sehat menjadi sakit.

Antara 10 dan 15 hari setelah digigit

nyamuk yang mengandung parasit,

orang biasanya mengalami gejala

infeksi seperti demam, sakit kepala, dan

muntah-muntah.

Jika tidak segera mendapat

penanganan secara tepat, malaria

bisa menyebabkan kematian karena

mengganggu pasokan darah ke

organ-organ penting. Apalagi saat ini

parasit penyebab malaria di banyak

bagian dunia sudah resisten terhadap

beberapa obat malaria.

Menurut estimasi Organisasi

Kesehatan Dunia (World Health

Organization/WHO) pada tahun 2012

setidaknya ada 207 juta kasus malaria

dan sekitar 627.000 di antaranya

berakibat kematian.

Di Indonesia, menurut data

Kementerian Kesehatan, angka

penularan parasit malaria (Annual

Parasite Incidence/API) sudah turun

dari 4,68 kasus per 1.000 penduduk

pada 1990 menjadi 1,38 kasus per

1.000 penduduk tahun 2013. Angka

kejadian positif malaria tahun 2013

sebanyak 343.527 kasus dan 45 di

antaranya mengakibatkan kematian.

Penular Kaki Gajah

Penyakit ilariasis limfatik atau kaki gajah disebabkan oleh cacing ilaria jenis Wuchereria bancrofti, Brugia

Di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan, angka penularan parasit malaria (Annual Parasite Incidence/API) sudah turun dari 4,68 kasus per

1.000 penduduk pada 1990 menjadi 1,38 kasus per 1.000 penduduk tahun 2013. Angka kejadian positif malaria tahun

2013 sebanyak 343.527 kasus dan 45 di antaranya mengakibatkan kematian

9Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 7: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

gigitan nyamuk Aedes betina yang

terinfeksi, yang utamanya mendapat

virus saat menghisap darah orang

terinfeksi dengue. Setelah inkubasi

virus selama 4-10 hari, nyamuk yang

terinfeksi bisa menularkan virus

sepanjang hidupnya.

Kebanyakan nyamuk Aedes aegypti

betina menghabiskan hidup mereka

di dalam atau di sekitar rumah,

tempat mereka muncul sebagai

nyamuk dewasa yang terbang dengan

jangkauan sekitar 400 meter. Artinya

sebenarnya manusia lah, bukan

nyamuk, yang bergerak lebih cepat

dan membawa virus itu di dalam dan di

antara komunitas serta tempat.

Manusia yang sudah terinfeksi virus

dengue menjadi pembawa utama dan

pengganda virus, menjadi sumber virus

bagi nyamuk yang belum terinfeksi.

Pasien yang sudah terinfeksi virus

dengue bisa menularkan infeksi

(selama 4–5 hari, maksimum 12 hari)

via nyamuk Aedes setelah gejala

pertama muncul.

Menurut estimasi Organisasi

Kesehatan Dunia (World Health Or-

ganization/WHO) pada tahun 2012

setidaknya ada 207 juta kasus mala-

ria dan sekitar 627.000 di antaranya

berakibat kematian.

10 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Media Utama

Nyamuk Aedes aegypti hidup

di habitat urban dan kebanyakan

berkembangbiak di wadah penampung

air bikinan manusia, di dalam atau

sekitar rumah.

“Di tempat-tempat yang tidak

bersentuhan langsung dengan tanah,”

kata Prof Sudomo.

Tidak seperti nyamuk yang lain,

Aedes aegypti makan pada siang hari;

puncak periode gigitannya adalah dini

hari dan petang hari menjelang senja,

di dalam ruangan, atau area yang

teduh. Dan Aedes aegypti betina bisa

menggigit banyak orang selama periode

makan.

Nyamuk vektor dengue yang kedua,

Aedes albopictus, menurut laman

resmi WHO tidak hanya menyebar

di Asia, tapi juga Amerika Utara dan

Eropa, terutama karena perdagangan

internasional ban bekas (habitat

perkembangbiakan) dan barang lain

seperti bambu.

Aedes albopictus sangat adaptif

dan karenanya bisa bertahan hidup di

kawasan dengan suhu yang lebih dingin

seperti Eropa. Nyamuk yang dijuluki

“Macan Asia” ini bisa menyebar ke area

yang luas karena punya toleransi tinggi

terhadap suhu di bawah beku serta

mampu melakukan hibernasi dan hidup

di habitat mikro.

Nyamuk Aedes jenis ini juga

berkembangbiak di air jernih dan

tenang yang tidak bersentuhan

langsung dengan tanah. Tapi Aedes

albopictus lebih suka berkembangbiak

di luar rumah.

“Apakah di kebun, pemakaman,

terutama pemakaman Kristen yang

banyak pot bunganya,” kata Prof

Sudomo.

Ia menjelaskan, sebelumnya Aedes

albopictus hanya nyamuk yang

berpotensi menjadi vektor.

“Mungkin karena terus menerus

menggigit orang yang terinfeksi lama-

lama dia bisa adaptasi ya, barangkali

virusnya beradaptasi dengan nyamuk

albopictus,” katanya.

Selain menularkan virus dengue,

Aedes albopictus juga menjadi

perantara penularan penyakit demam

kuning dan chikungunya.

Aedes aegypti dan Aedes albopictus

menjadi penular penyakit yang

menimbulkan jutaan orang sakit dan

meninggal dunia setiap tahun.

Menurut WHO, angka kejadian

dengue telah meningkat dramatis dalam

beberapa dekade terakhir di dunia dan

saat ini lebih dari 2,5 miliar orang atau

lebih dari 40 persen populasi dunia

berisiko tertular dengue.

WHO memperkirakan setiap tahun

ada 50–100 juta kasus infeksi dengue

di seluruh dunia.

Di Indonesia, menurut data

Kementerian Kesehatan, selama tahun

2013 ada 112.511 kasus DBD dengan

angka kematian 0,77 persen (871

kematian). Angka kejadiannya masih

tinggi meski tingkat kematiannya sudah

sangat menurun.

Selain masih tinggi angka

kejadiannya, penyakit ini juga

menyebar ke daerah-daerah baru dan

menimbulkan kejadian luar biasa.

Tahun 1970 hanya sembilan negara

yang mengalami epidemi DBD dan

sekarang penyakit itu sudah menjadi

endemi di lebih dari 100 negara di

Afrika, Amerika, Timur Mediterania, Asia

Tenggara dan Pasiik Barat.Wabah dengue sekarang juga terjadi

di Eropa. Laporan penularan dengue

lokal dilaporkan pertama terjadi di

Prancis dan Kroasia tahun 2010 dan

kasus dengue impor dideteksi terjadi

di tiga negara Eropa yang lain. Tahun

2012, kejadian luar biasa dengue terjadi

di Kepulauan Madeira, Portugal. Selain

itu kasus impor dideteksi terjadi di 10

negara Eropa selain Portugal.

Dengue juga menular di beberapa

negara Amerika Selatan seperti

Honduras, Costa Rica dan Meksiko.

Sementara di Asia, Singapura

Petugas memeriksa keberadaan jentik nyamuk di dalam air yang tergenang

di tumpukan ban bekas.

melaporkan peningkatan

kasus setelah beberapa

tahun berselang dan

kejadian luar biasa

dilaporkan terjadi di Laos.

Tahun 2014, peningkatan

kasus dengue juga

dilaporkan terjadi di Cook

Islands, Malaysia, Fiji dan

Vanuatu.

Dengue tampaknya masih

terus menyebar, merambah

daerah-daerah baru dan

menjatuhkan korban-korban

baru bersama pergerakan

manusia dan peningkatan

populasi nyamuk yang punya

kekuatan untuk menularkan

virus penyebab demam dari

keluarga Flaviviridae itu.

***

11Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 8: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

CARA AMPUH MELAWAN

NYAMUK

Konsultan nasional Organisasi

Kesehatan Dunia (World

Health Organization/WHO)

Prof.Dr. Mohammad Sudomo

mencontohkan, perubahan lingkungan

antara lain menyebabkan perubahan

populasi nyamuk penular malaria di

Jawa Tengah.

“Itu dulu persawahan banyak,

sangat luas. Nyamuk penular malaria di

Jawa Tengah dulu nyamuk Anopheles

aconitus tapi kemudian penduduk

mengubah persawahan menjadi

kebun salak. Nah itu menyebabkan

perubahan, kalau dulu yang dominan

nyamuk Anopheles aconitus, sekarang

Anopheles balabacensis,” jelasnya.

Ia menjelaskan, persawahan yang

terang dengan sinar matahari langsung

merupakan habitat yang disukai

Anopheles aconitus sedangkan kebun

salak yang biasanya rimbun dan gelap

lebih disukai Anopheles balabacencis.

Selain itu, perubahan iklim juga

mempengaruhi perubahan populasi

nyamuk penular penyakit. Nyamuk

penular virus dengue, Aedes aegypti,

misalnya, lebih cepat berproduksi dan

lebih sering menggigit saat suhu tinggi.

Menurut Prof. Sudomo, perubahan

iklim juga mempengaruhi populasi

nyamuk penular malaria di dataran

tinggi Oksibil, Pegunungan Bintang,

Papua.

“Di Oksibil, Papua, dulu tidak ada

malaria sama sekali. Tapi karena

adanya perubahan iklim daerah

yang tadinya dingin menjadi hangat

sehingga nyamuk tahan, bisa naik

ke pegunungan, sehingga kemudian

muncul malaria,” paparnya.

Selain itu penggunaan insektisida

secara berlebihan dan terus menerus

menyebabkan beberapa jenis nyamuk

penular penyakit resisten terhadap

insektisida jenis tertentu.

“Dulu DDT itu insektisida paling

bagus, tapi karena digunakan terus

menerus dan digunakan secara luas

oleh sektor lain juga lama-lama jadi

resisten, kemudian diganti dengan

berbagai jenis obat yang lain, dan

resisten lagi,” katanya.

Mengendalikan Nyamuk

Beberapa terobosan berusaha

Seperti kebanyakan makhluk hidup yang lain, nyamuk

juga berubah bersama berjalannya waktu. Lingkungan

dan iklim yang berubah membuat perilaku nyamuk pun

berubah, populasinya makin padat, dan jangkauannya

makin jauh.

12 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Media Utama

dilakukan untuk menanggulangi

penyakit-penyakit yang menular melalui

gigitan nyamuk, termasuk di antaranya

mengembangkan vaksin.

Pengembangan vaksin sudah

dilakukan untuk melawan infeksi

virus dengue. Saat ini Indonesia

masih menguji coba keefektifan dan

keamanan vaksin DBD pada anak

usia dua sampai 14 tahun di Jakarta,

Bandung dan Denpasar.

“Untuk DBD sampai saat ini belum

ada vaksinnya, sementara obatnya

juga bukan yang spesiikasinya untuk membunuh virus penyakit itu, tapi

hanya untuk menjaga daya tahan

tubuh, yaitu oksigen dan cairan,” kata

kata Direktur Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan Prof. Tjandra

Yoga Aditama pada peringatan Hari

Kesehatan Sedunia 2014, Senin (7/4).

Prof. Sudomo juga mengatakan

bahwa sampai sekarang belum ada

vaksin yang dinyatakan efektif untuk

melawan infeksi virus dengue.

Riset juga dilakukan untuk

mengembangkan vaksin melawan

parasit penyebab penyakit malaria

namun sampai sekarang belum ada

vaksin berlisensi untuk melawan

malaria atau parasit lain yang

menyerang manusia.

Menurut laman resmi WHO, satu

riset yang paling maju adalah tentang

pengembangan vaksin melawan

Plasmodium falciparum, yang disebut

RTS,S/AS01. Penggunaan vaksin itu

masih diuji klinik di tujuh negara di

Afrika. Dan rekomendasi WHO soal

penggunaannya akan tergantung

pada hasiluji klinik skala besar yang

diperkirakan selesai tahun 2014.

Sementara rekomendasi WHO tentang

apakah vaksin ini harus ditambahkan

pada perangkat pengendalian malaria

yang sudah ada kemungkinan baru bisa

disampaikan tahun 2015.

Dengan demikian, sampai saat ini

belum ada cara lain untuk melawan

penyakit-penyakit yang menular melalui

gigitan nyamuk selain menurunkan

potensi penyebarannya melalui

pengendalian populasi nyamuk.

WHO dan negara-negara

anggotanya, termasuk Indonesia, juga

masih mengandalkan pengendalian

vektor untuk mencegah penyebaran

penyakit-penyakit yang menular dengan

perantara nyamuk.

WHO merekomendasikan

pengendalian nyamuk perantara

penyakit dengan pencegahan

terbentuknya habitat perkembangbiakan

nyamuk lewat pengelolaan dan

modiikasi lingkungan.Menurut badan kesehatan dunia itu,

tindakan sederhana seperti membuang

sampah padat pada tempatnya untuk

mencegah terbentuknya tempat

perindukan nyamuk; menutup,

mengosongkan dan membersihkan

penampung air setiap pekan; serta

menyemprotkan insektisida ke

penampung air di luar ruangan penting

untuk mengendalikan populasi nyamuk.

Penggunaan alat perlindungan

rumah tangga personal seperti gorden,

pakaian berlengan panjang, dan

kelambu berinsektisida juga penting

untuk melindungi diri dari gigitan

nyamuk.

Selain itu, menurut WHO, partisipasi

dan gerakan komunitas dalam

pengendalian vektor serta pemantauan

dan pengamatan vektor untuk melihat

efektiitas intervensi juga sangat penting dalam upaya mengendalikan penyakit-

penyakit yang menular melalui gigitan

nyamuk.

Gerakan 3M

Pemerintah Indonesia juga

menerapkan strategi serupa untuk

menekan penyebaran penyakit yang

menyebar dengan perantara nyamuk.

Prof Tjandra mengatakan pemerintah

antara lain berusaha mengendalikan

vektor DBD dengan menggiatkan

kegiatan Pemberantasan Sarang

Nyamuk melalui gerakan 3M Plus di

setiap rumah tangga.

Kegiatan 3M Plus meliputi kegiatan

menguras dan menyikat tempat

penampungan air secara rutin,

menutup rapat tempat penampungan

air serta mengubur atau menyingkirkan

barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan plus beberapa

Konsultan Nasional WHO Prof. Dr. Moh. Sudomo

13Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 9: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

upaya memberantas tempat

perkembangbiakan nyamuk.

Upaya pemberantasan tempat

perkembangbiakan nyamuk dilakukan

dengan secara rutin mengganti air

pada vas bunga, memperbaiki saluran

air, membubuhkan bubuk pembunuh

jentik (abate atau altosid) di tempat

yang sulit dikuras, memelihara ikan

pemakan jentik, memasang kawat

kasa, tidur menggunakan kelambu, dan

menggunakan obat nyamuk.

Sedang upaya pengendalian vektor

malaria, dia menjelaskan, dilakukan

dengan penggunaan kelambu

berinsektisida, penyemprotan rumah

dengan insektisida dan penyemprotan

larvasida di genangan air tempat

nyamuk berkembang biak.

Cara paling baik

Prof. Sudomo mengatakan cara jitu

untuk mencegah penularan penyakit-

penyakit yang menular melalui gigitan

nyamuk adalah dengan menghindari

gigitan nyamuk perantara.

“Itu satu-satunya jalan yang paling

baik soalnya kalau sudah tertular

penyakit jadi lebih repot lagi, dia harus

mengobati diri sendiri dan bisa jadi

sumber penular,” kata ahli penyakit

tropis itu.

“Gampang harusnya, yang paling

baik 3M Plus. Itu sudah yang paling

baik, enggak bisa semprot-semprot

saja. Fogging juga hanya membunuh

jentik dewasa, larva dan telur tidak.

Penyemprotan dan fogging itu hanya

efektif saat kejadian luar biasa, biar

nyamuk yang menularkan penyakit

mati,” katanya.

“Tapi sesudah itu, nanti dalam waktu

beberapa hari nyamuk muncul lagi. Jadi

seharusnya masyarakat sendiri yang

harus sadar secara rutin melakukan

3M Plus secara bersama-sama untuk

mencegah nyamuk datang lagi. Itu

sangat penting,” jelas dia.

Seluruh warga, kata dia, harus

menyadari pentingnya melakukan 3M

Plus secara rutin untuk memberantas

sarang nyamuk dan mencegah

penyakit-penyakit yang ditularkannya.

“Misalnya tiap dua atau tiga hari

sekali kita keliling rumah untuk

melihat apakah ada tempat-tempat

yang bisa jadi sarang nyamuk dan

membersihkannya. Kalau seluruh

rumah tangga melakukan hal yang

sama pasti lingkungan itu akan

terhindar dari DBD,” katanya.

“Kalau satu rumah tangga

melakukannya tapi yang lain enggak

tentu nyamuknya akan tetap ada.

Jadi harus bersama-sama, seluruh

lingkungan melakukannya,” tambah dia.

Ia menjelaskan pula bahwa

pemberantasan sarang nyamuk

memang efektif untuk menekan

penularan DBD, namun sulit dilakukan

pada nyamuk perantara penularan

peyakit malaria yang hidup dan

berkembang biak di alam bebas.

“Jadi harus hidup berdampingan

dengan nyamuk. Artinya dia boleh

hidup, kita hidup, tapi tidak saling

mengganggu. Artinya kita harus

berusaha menghindari gigitan nyamuk,”

katanya.

Dalam hal ini, penggunaan kelambu

atau kelambu berinsektisida serta

memasang kasa pada pintu dan jendela

sangat penting untuk mencegah

nyamuk Anopheles masuk ke rumah.

Penggunaan obat nyamuk oles juga

bisa dilakukan untuk melindungi diri dari

gigitan nyamuk.

“Kemudian pakai obat nyamuk bakar

atau semprot,” katanya.

Ia menambahkan, kebanyakan obat

nyamuk bakar maupun semprot hanya

bisa membuat nyamuk pingsan, tidak

bisa langsung mematikan nyamuk.

“Kebanyakan orang pakai obat

nyamuk bakar semalam suntuk di

kamar. Itu salah. Yang paling baik

obat nyamuk bakar dibakar magrib

satu sampai dua jam saja, setelah itu

matikan terus sapu kamarnya,” kata dia.

“Enggak perlu bakar obat nyamuk

sepanjang malam karena itu meracuni

diri sendiri,” tambah dia.

Ia lantas menekankan kembali

bahwa cara paling jitu untuk mencegah

penularan penyakit yang menyebar

melalui nyamuk adalah dengan

melindungi diri dari gigitan serangga itu.

“Itu saja yang penting, enggak ada

cara baru,” demikian Prof. Sudomo.

***

"...3M Plus. Itu sudah yang paling

baik, enggak bisa semprot-semprot

saja. Fogging juga hanya membunuh

jentik dewasa, larva dan telur ti-

dak. Penyemprotan dan fogging itu

hanya efektif saat kejadian luar bi-

asa, biar nyamuk yang menularkan

penyakit mati,”

14 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Media Utama

-Memelihara ikan pemakan jentik

-Memasang kawat kasa, mengatur ventilasi dan pencahayaan dalam ruang

-Mengganti air vas bunga, tempat minum burung minimal satu pekan sekali

-Menghindari menggantung pakaian dalam kamar

-Menggunakan obat anti nyamuk

Menaburkan bubuk larvasida di tempat penampungan air

PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK

LEWAT 3M PLUS

-Menguras dan menyikat tempat penampungan air

-Menutup rapat tempat penampungan air

-Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air

3 M

PLUS

15Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 10: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Binatang perantara seperti

nyamuk, lalat, kutu, dan

siput air telah membuat lebih

dari separuh populasi dunia

berisiko tertular penyakit-penyakit

seperti malaria, dengue, leishmaniasis,

Lyme disease, schistosomiasis, dan

demam kuning

Setiap tahun lebih dari satu miliar

orang terinfeksi penyakit menular

lewat vektor dan lebih dari satu juta

orang meninggal dunia karenanya.

Schistosomiasis saja berdampak

pada 240 juta orang di seluruh dunia.

Penyakit yang menular melalui

siput air itu merupakan salah satu

penyakit menular lewat vektor yang

penyebarannya paling luas. Lalu ada

malaria, yang sampai sekarang masih

menjadi penyakit menular lewat vektor

paling mematikan.

Dan dalam dua dekade terakhir,

banyak penyakit menular lewat vektor

yang muncul lagi atau menyebar ke

daerah baru.

Perubahan lingkungan, peningkatan

masif perjalanan dan perdagangan

internasional, perubahan dalam

praktik pertanian, serta percepatan

urbanisasi tak terencana menyebabkan

peningkatan jumlah dan daerah

penyebaran banyak vektor penyakit

di seluruh dunia, dan memunculkan

kelompok rentan baru yang mencakup

para pelancong dan pelaku bisnis yang

sering bepergian.

Penyakit dengue, yang menular

melalui gigitan nyamuk, kini ditemukan

di 100 negara dan membuat lebih

dari 2,5 miliar orang atau lebih dari

40 persen populasi dunia berisiko

tertular. Infeksi dengue belakangan juga

dilaporkan terjadi di Tiongkok, Portugal

dan negara bagian Florida di Amerika

Serikat.

Laporan dari Yunani menyebutkan

bahwa malaria telah kembali lagi untuk

pertama kalinya setelah 40 tahun.

Penyebaran penyakit-penyakit itu

berdampak paling besar pada populasi

paling miskin, yang umumnya tidak

punya tempat tinggal layak serta tidak

bisa mengakses pasokan air minum dan

sanitasi memadai.

Kondisi tersebut mendorong

Organisasi Kesehatan Dunia (World

Health Organization/WHO) menyerukan

kembali pentingnya upaya berlanjut

untuk mengendalikan penyakit-penyakit

yang menular melalui vektor dalam

kampanye bertajuk “Small Bite, Big

Threat” (Gigitan Kecil, Ancaman Besar)

pada peringatan Hari Kesehatan

Sedunia 2014 pada 7 April.

WHO menekankan bahwa penularan

penyakit-penyakit itu bisa dicegah.

Organisasi kesehatan Dunia ini lalu

menerbitkan penjelasan singkat tentang

penyakit menular lewat vektor serta

langkah-langkah pokok yang bisa

dilakukan oleh pemerintah, kelompok

masyarakat, dan individu untuk

melindungi orang dari infeksi.

“Agenda kesehatan global yang

memberikan prioritas lebih tinggi

pada pengendalian vektor bisa

menyelamatkan banyak jiwa dan

mencegah banyak penderitaan.

JANGAN

ADA LAGI

KEMATIAN

AKIBAT

NYAMUK

16 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Media Utama

Intervensi sederhana dan rendah

biaya seperti penggunaan kelambu

berinsektisida dan penyemprotan

insektisida dalam ruangan telah

menyelamatkan jutaan nyawa,” kata

Direktur Jenderal WHO Margaret Chan.

Kewaspadaan dan aksi berlanjut

mesti ditingkatkan untuk mengendalikan

penyakit menular lewat vektor yang

masih menjadi ancaman dan mencegah

penyakit-penyakit yang sudah berhasil

dikendalikan merebak lagi.

“Pengendalian vektor masih menjadi

alat paling penting untuk mencegah

kejadian luar biasa penyakit-penyakit

yang menular lewat vektor,” kata Dr.

Lorenzo Savioli, Direktur Departemen

Pengendalian Penyakit Tropis

Terabaikan WHO.

“Peningkatan pendanaan dan

komitmen politik diperlukan untuk

mempertahankan perangkat

pengendalian vektor yang sudah

ada, juga perangkat diagnosis dan

pengobatan, dan untuk melakukan riset-

riset yang penting yang dibutuhkan,”

katanya.

Seruan WHO

Pada Hari Kesehatan Dunia 2014,

WHO juga menyeru negara-negara

anggotanya untuk memperbarui strategi

pengendalian vektor dan penyediaan air

minum dan sanitasi aman. Strategi ini

adalah strategi kunci dalam Peta Jalan

Pengendalian, Eliminasi dan Eradikasi

Penyakit Tropis Terabaikan WHO tahun

2011 yang mematok pencapaian target

pada periode 2012–2020.

“Menahan penyebaran penyakit ini

dan mengendalikannya, membutuhkan

banyak tindakan di banyak garis depan.

Ini adalah penyakit-penyakit yang terus

menerus mengirimkan peringatan

bahaya,” kata Direktur Jenderal WHO.

Ia lantas menjelaskan bahwa

penggunaan insektisida secara besar-

besaran tahun 1940-an dan 1950-an

berhasil mengendalikan beberapa

penyakit menular lewat vektor, seperti

demam kuning dan malaria di beberapa

area.

“Kepuasan datang. Program-program

pengendalian kemudian dilepas.

Sumber daya berkurang. Keahlian

hilang. Dan penyakit-penyakit ini

muncul lagi dengan pembalasan,

dan ketiadaan infrastruktur untuk

mengendalikan mereka,” katanya.

Ia mencontohkan, saat ini kejadian

infeksi dengue di seluruh dunia 30

kali lebih besar dibandingkan dengan

situasi 50 tahun lalu. Malaria juga masih

menjadi pembunuh paling mematikan di

antara penyakit-penyakit yang menular

lewat vektor.

Sementara beberapa penyakit,

seperti dengue dan demam kuning,

cenderung muncul dalam kejadian luar

biasa besar yang bisa melumpuhkan

sistem kesehatan dan menyebabkan

gangguan ekonomi dan sosial cukup

besar.

Lalu ada onchocerciasis yang

menyebabkan kebutaan. Chikungunya

menyebabkan sakit sendi parah yang

bisa berlangsung selama beberapa

pekan. Penyakit Chagas yang pada

stadium akhir bisa menyebabkan gagal

jantung dan kematian dini. Japanese

encephalitis menyebabkan kerusakan

sistem syaraf pusat permanen.

Leishmaniasis yang bisa berakibat fatal

dan menyebabkan cacat wajah, dan

limfatik ilariasis yang menginfeksi 120 juta orang dan menyebabkan 40 juta di

antaranya mengalami kecacatan.

“Kehilangan produktivitas hanya

salah satu konsekuensi. Stigma dan

pengasingan sosial dalam masyarakat

adalah sumber penderitaan yang

lain, khususnya pada perempuan,”

kata Direktur Jenderal WHO saat

memberikan sambutan pada peringatan

Hari Kesehatan Dunia di Jenewa,

Swiss.

Selain masalah-masalah itu, muncul

kekhawatiran yang lain akibat resistensi

beberapa vektor penyakit di sejumlah

negara terhadap jenis insektisida paling

efektif yang harganya paling terjangkau.

WHO menyeru negara-negara

anggotanya merevitalisasi upaya

pengendalian vektor-vektor penyakit

yang utamanya berkembang di

pemukiman miskin dengan pasokan

air minum layak yang minim dan

lingkungan terkontaminasi kotoran.

Penyakit-penyakit menular lewat

vektor paling banyak merenggut korban

dalam populasi penduduk miskin,

orang-orang yang tertinggal dalam

pembangunan.Upaya pengendalian

vektor terbaik bisa membantu orang-

orang ini.

“Kita perlu menciptakan kembali

momentum untuk pengendalian

vektor dan kapasitas fundamental

untuk mengalahkannya. Ini mencakup

keahlian staf teknis, sistem surveilans

yang lebih kuat dan infrastruktur

laboratorium yang lebih baik,” kata

Margaret Chan.

“WHO mempromosikan manajemen

vektor terpadu sebagai pendekatan

terbaik untuk memperkuat pengendalian

vektor. Pendekatan ini menerapkan

serangkaian intenvensi, dari

penyemprotan insektisida dalam ruang

sampai penggunaan predator serangga,

dalam kombinasi dan cara yang bernilai

tambah,” katanya.

Ia mengatakan, pengendalian

penyakit-penyakit menular lewat vektor

bisa memberikan kontribusi besar

pada upaya pengurangan kemiskinan

karena program ini terutama memang

ditargetkan pada penduduk miskin.

Dia berharap seruan penguatan

upaya pengendalian vektor pada

peringatan Hari Kesehatan Dunia bisa

mencegah penyebaran lebih lanjut dari

penyakit-penyakit yang menular lewat

binatang perantara.

“Tidak satu orang pun pada abad 21

ini boleh meninggal dunia karena

gigitan nyamuk, agas, lalat,

atau kutu,” demikian

Margaret Chan.

***

Tidak satu orang pun pada abad 21

ini boleh meninggal dunia karena gigitan

nyamuk, agas, lalat, atau kutu,

17Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 11: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Infeksi dengue, yang kebanyakan

menyebar di daerah tropis dan

sebagian subtropis, disebabkan

oleh empat serotipe virus yang

berhubungan dekat yakni Dengue-1,

Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4.

Sampai sekarang tidak ada terapi

spesiik untuk mengatasi infeksi virus dengue. Belum ada obat untuk

melawannya. Upaya pencegahan pun

masih terbatas pada pengendalian

vektor, yang dalam hal ini adalah

nyamuk betina jenis Aedes aegypti dan

Aedes albopictus.

Keberadaan vaksin dengue

diharapkan bisa membawa kemajuan

berarti dalam upaya pengendalian

penyakit dengue, yang sampai

sekarang masih menjadi masalah

kesehatan di negara-negara Asia

Tenggara, Afrika, Amerika Latin dan

Pasiik Barat.Pengembangan vaksin dengue

sudah dilakukan sejak beberapa puluh

tahun lalu, tapi sampai sekarang belum

menghasilkan vaksin berlisensi yang

bisa digunakan untuk mengendalikan

infeksi dengue.

Menurut informasi di laman resmi

Organisasi Kesehatan Dunia (World

Health Organization/WHO), saat ini ada

beberapa kandidat vaksin dengue yang

masih dievaluasi lewat uji klinik.

Kandidat vaksin dengue yang ada

terdiri atas:

A Live Attenuated Tetravalent Dengue

Virus Vaccine dari virus dengue-1,

dengue-2, dengue-3 dan dengue-4

hidup yang dilemahkan.

A Live Attenuated Tetravalent

Dengue–Yellow Fever Virus Chimeric

Vaccine yang merupakan gabungan

dari virus hidup yang dilemahkan dari

virus demam kuning dan satu jenis virus

dengue 1-4.

A Live Attenuated Tetravalent

Dengue–Dengue 4 Virus Chimeric

Vaccine yang merupakan gabungan

dari virus dengue-4 dan satu jenis virus

dengue 1-4 hidup yang dilemahkan.

ALive Attenuated Tetravalent Dengue-

Dengue 2 Virus Chimeric Vaccineyang

merupakan gabungan virus dengue-2

dan satu jenis virus dengue 1-4 hidup

yang dilemahkan.

Kandidat vaksin yang saat ini

pada tahap uji klinik paling maju

adalah vaksin tetravalen hidup yang

dilemahkan dari virus demam kuning

dan dengue (Chimeric Yellow Fever-

Dengue Virus/CYD-TDV). Calon vaksin

itu sudah mencapai fase tiga studi

eikasi.

Keterlibatan Indonesia

Indonesia juga terlibat dalam

penelitian dan uji coba vaksin untuk

melawan infeksi dengue. Bersama

Malaysia, Filipina, Thailand dan

Vietnam, Indonesia melakukan uji coba

untuk melihat eikasi dan keamanan penggunaan vaksin dengue.

HARAPAN BARU DARI

PENGEMBANGAN VAKSIN DENGUE

18 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Media Utama

Menurut Direktur Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Kementerian Kesehatan

Prof. Tjandra Yoga Aditama, uji coba

penggunaan vaksin dengue dilakukan di

Jakarta, Bandung dan Denpasar sejak

tahun 2011. “Tampaknya cukup baik.

Walaupun hasilnya belum diketahui, kita

berharap nanti ada hasilnya,” katanya

pada peringatan Hari Kesehatan

Sedunia di Jakarta 7 April lalu.

Prof. Sri Rejeki S. Hadinegoro dari

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

menjelaskan, di Indonesian uji coba

vaksin dengue dilakukan dari tahun

2011 sampai 2017 pada 2.000 anak.

“Kami memberikan imunisasi pada

anak umur dua tahunsampai 14 tahun.

Sudah kami lakukan tiga kali suntikan

dengan interval enam bulan, sudah

selesai tahun 2012. Jadi sekarang kami

sedang memantau,” katanya.

Para peneliti, ia menjelaskan, akan

memantau dampak penggunaan vaksin

terhadap infeksi virus dengue.

“Dalam penelitian ini ada yang

diberikan vaksin ada yang tidak supaya

kita tahu berapa yang diberi vaksin

yang sakit dan berapa yang tidak diberi

vaksin yang tidak sakit,” katanya.

Ia mengatakan kemungkinan

kemanjuran dan keamanan

penggunaan vaksin dengue baru bisa

diketahui pada akhir tahun 2015.

“Bersama Amerika Latin dengan

20.000 kasus, Asia Tenggara dengan

10.000kasus, total ada 30.000 kasus,

sehingga mungkin kita akan mendapat

kesimpulan yang baik,” katanya.

Saat ini ada beberapa tantangan

dalam upaya pengembangan vaksin

dengue. Salah satunya, infeksi salah

satu dari empat serotipe virus dengue

memberikan perlindungan abadi

terhadap reinfeksi homotypic atau

infeksi akibat virus yang samatapi

hanya memberikan perlindungan

sementara terhadap infeksi heterotypic

sekunder.

Selain itu infeksi heterotypic sekunder

berhubungan dengan peningkatan risiko

sakit parah. Karena kerumitan spesiik pada virus dengue ini, pengembangan

vaksin difokuskan pada generasi

vaksin tetravalen untuk memberikan

perlindungan jangka panjang terhadap

semua serotipe virus.

Kendati demikian upaya

pengembangan vaksin dengue

menunjukkan kemajuan

menggembirakan dalam beberapa

tahun terakhir dengan munculnya

kandidat-kandidat vaksin yang

menjanjikan.

Harapannya riset-riset pengembangan

vaksin dengue pada akhirnya bisa

menghasilkan vaksin ampuh untuk

melawan semua jenis virus dengue

dan menekan angka kejadian penyakit

akibat infeksi dengue di seluruh dunia.

***

Tampaknya cukup baik. Walaupun hasilnya belum diketahui, kita berharap nanti ada hasilnya,

19Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 12: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Nyamuk bisa ada di mana-

mana, termasuk di tempat-

tempat melancong. Pantai

berair biru jernih dengan pasir

putih dan hijau pohon nyiur atau hutan

bakau di sepanjang tepiannya bisa

menjadi tempat tinggal nyamuk.

Serangga kecil itu juga bisa tinggal di

hutan tropis indah tempat aneka satwa

tinggal, kawasan perkebunan, taman,

situs-situs bersejarah, dan wahana

rekreasi yang lain.

Di antara nyamuk yang hidup di

tempat-tempat indah yang menjadi

tujuan wisata, ada beberapa yang

menjadi perantara penyakit. Jenis-

jenis nyamuk Anopheles, Aedes dan

Culex bisa menularkan beberapa

penyakit seperti malaria, demam

dengue, demam kuning, dan Japanese

Enchepalitis.

Sebelum melakukan perjalanan,

para pelancong sebaiknya melihat

kondisi geograis serta pola penyebaran penyakit di daerah atau negara tujuan

serta menyiapkan antisipasi untuk

melindungi diri dari penularan penyakit.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

(World Health Organization/WHO), para

pelancong sebaiknya memperhatikan

penyebaran penyakit yang angka

kejadiannya tinggi serta penyakit yang

menyebabkan gangguan kesehatan

parah serta mengancam jiwa seperti

berikut:

Dengue

Virus Dengue terutama menular

melalui nyamuk betina jenis Aedes

aegypti, yang biasanya menggigit

pada siang hari. Tidak ada penularan

langsung dari manusia ke manusia.

Dengue terjadi dalam tiga bentuk

klinis yakni demam dengue, Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue

Shock Syndrome (DSS). Demam

dengue adalah sakit akut yang diawali

demam dan diikuti dengan gejala

umum dan kadang ruam kulit makular.

Kadang juga menyebabkan sakit otot,

tulang dan persendian. Kebanyakan

penderitanya sembuh dalam beberapa

hari.

Seementara DBD diawali dengan

demam dan diikuti gejala-gejala lain

akibat thrombocytopenia, peningkatan

permebealitas vaskular dan manifestasi

perdarahan.

Dalam proporsi kecil, infeksi dengue

juga bisa menyebabkan Dengue Shock

Syndrome, tekanan darah rendah

parah yang membutuhkan perawatan

medis segera untuk memperbaiki

hypovolaemia (penurunan volume

darah). Tanpa perawatan rumah

sakit yang memadai, 40–50 persen

kasus bisa berakibat fatal. Namun

penanganan medis tepat waktu oleh

dokter dan perawat berpengalaman

bisa menurunkan tingkat kematian

menjadi satu persen atau kurang.

Dengue menyebar di daerah tropis

dan subtropis di Amerika Selatan dan

Asia Tenggara. Penyakit ini juga muncul

di Afrika dan Oseania. Para pelancong

sebaiknya mengantisipasi risiko

penularan penyakit di daerah-daerah

yang terdampak epidemi dengue.

Sampai sekarang tidak ada vaksin

spesiik atau obat antivirus yang bisa digunakan untuk melawan demam

dengue. Ada indikasi paracetamol bisa

menurunkan demam. Namun aspirin

dan obat-obatan anti-inlamasi non-steroid seperti ibuprofen harus dihindari.

Pelancong sebaiknya mewaspadai

gigitan nyamuk saat siang maupun

AWAS GIGITAN NYAMUK

SAAT MELANCONG!

20 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Media Utama

petang hari di daerah penularan

dengue.

Malaria

Malaria disebabkan oleh parasit

protozoa jenis Plasmodium falciparum,

Plasmodium malariae, Plasmodium

ovale dan Plasmodium vivax. Parasit

malaria menular ke manusia melalui

gigitan nyamuk betina dari beberapa

jenis nyamuk Anopheles, yang biasanya

menggigit antara senja hari sampai

fajar.

Masa inkubasi penyakit malaria

selama tujuh hari atau lebih. Dengan

demikian kesakitan yang terjadi

sebelum sepekan setelah digigit

nyamuk, kemungkinan bukan malaria.

Sakit malaria parah, yang

kebanyakan disebabkan oleh

Plasmodium falciparum, disertai dengan

gejala seperti demam, kedingingan,

sakit kepala, otot sakit dan lemah,

muntah, batuk, diare dan sakit perut.

Selain itu ada gejala lain terkait

kegagalan organ seperti gagal ginjal

akut, pulmonary oedema, kejang,

hambatan peredaran darah, diikuti

koma dan kematian.

Sementara gejala awal malaria

biasanya ringan dan bisa tidak mudah

dikenali sebagai gejala malaria. Oleh

karena itu penting untuk diketahui

bahwa seseorang mungkin tertular

malaria jika mengalami demam tanpa

sebab kapan saja antara tujuh hari

setelah kemungkinan digigit nyamuk

malaria sampai tiga bulan sesudahnya.

Orang yang mengalami demam

dalam kurun waktu itu sebaiknya segera

berkonsultasi dengan dokter untuk

mengetahui diagnosis penyakitnya

dan menjalani perawatan jika benar

tertular malaria. Malaria falciparum

bisa berakibat fatal jika penanganan

tertunda melebihi 24 jam setelah gejala

klinis awal muncul.

Pelancong anak-anak, perempuan

hamil, dan orang tua berisiko tertular

penyakit ini. Pada ibu hamil yang tidak

mendapatkan vaksinasi, penyakit

malaria, khususnya akibat Plasmodium

falciparum, bisa meningkatkan risiko

kematian ibu dan bayi.

Penyakit malaria yang disebabkan

oleh parasit Plasmodium jenis yang

lain juga menimbulkan kesakitan, tapi

jarang sampai mengancam jiwa.

Dalam beberapa tahun terakhir kasus

malaria pada pelancong dilaporkan

terjadi akibat Plasmodium knowlesi.

Manusia bisa terinfeksi parasit “malaria

kera” ini saat tinggal di hutan hujan

dan atau daerah pinggirannya di Asia

tenggara, yang ada dalam jangkauan

kera yang menjadi inang alami dan

nyamuk perantara infeksi itu. Area ini

meliputi Kamboja, Tiongkok, Indonesia,

Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina,

Singapura, Thailand dan Viet Nam.

Siklus hidup parasit ini 24 jam dan

bisa menyebabkan demam sepanjang

hari selama 9–12 hari setelah infeksi.

Pelancong yang melakukan

perjalanan ke kawasan hutan Asia

Tenggara tempat penyebaran infeksi

Plasmodium knowlesi sebaiknya

melindungi diri dari gigitan nyamuk

sejak petang hari sampai fajar supaya

terhindar dari infeksi dan menggunakan

obat chemoprophylaxis yang tepat.

Para pelancong yang tinggal

semalam di daerah pedalaman

juga sangat berisiko tinggi tertular

malaria. Mereka yang hendak

melakukan perjalanan ke kawasan

hutan atau daerah pedalaman di

kawasan penularan malaria sebaiknya

memperhatikan prinsip perlindungan

terhadap malaria yang meliputi:

Waspada risiko, masa inkubasi,

kemungkinan gejala awal tertunda,

dan gejala utamanya. Hindari gigitan

nyamuk, khususnya antara petang

sampai dini hari.

Minum obat antimalaria

(Chemoprophylaxis) jika dibutuhkan

untuk mencegah infeksi berkembang

Segera meminta pertolongan petugas

medis untuk mengetahui diagnosis

dan mendapatkan perawatan jika

mengalami demam sepekan atau lebih

setelah memasuki daerah penularan

malaria sampai tiga bulan sesudah

meninggalkan daerah dengan risiko

penularan malaria

Japanesse Enchepalitis

Kebanyakan infeksi Japanese

Enchepalitis tidak bergejala. Pada

kasus yang disertai gejala, tingkat

keparahannya bergantung pada tingkat

sakit kepala, demam dan meningitis.

Virus Japanese encephalitis

merupakan penyebab viral encephalitis

utama di Asia dan terjadi di hampir

seluruh negara-negara di kawasan itu.

Penularan penyakit umumnya terjadi

di daerah pertanian di pedalaman atau

dekat dengan daerah urban. Umumnya

penularan terjadi pada musim

penghujan di Asia Tenggara, tapi juga

bisa terjadi sepanjang tahun di daerah-

daerah beriklim tropis. Di daerah

beriklim sedang seperti Tiongkok,

Jepang, semenanjung Korea dan

bagian timur Federasi Rusia, penularan

umumnya terjadi pada musim panas

dan musim gugur.

Setelah pelaksanaan imunisasi

secara luas, kejadian penyakit

Japanese encephalitis sudah sangat

menurun di Jepang, Korea dan

sebagian Tiongkok, serta Nepal, Sri

Lanka, Thailand dan Viet Nam.

Namun penularan virusnya tidak

banyak terpengaruh dan individu yang

tidak melakukan imunisasi masih

berisiko tertular. Kejadian penyakit ini

juga dilaporkan terjadi di Bangladesh,

India, Pakistan, Kamboja, Laos, Filipina.

Risiko penularan Japanese

FAKTA NYAMUK

Di dunia ada 3.500 jenis nyamuk yang masuk dalam 41

genus

Di Indonesia ada 25 jenis nyamuk penular malaria, 22 jenis

nyamuk penular ilariasis, dua jenis nyamuk penular DBD dan Chikungunya, dan 11 jenis nyamuk penular Japanese

Encephalitis

21Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 13: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

encephalitis sangat rencah bagi

kebanyakan pelancong yang bepergian

ke Asia, khususnya dalam jangka

pendek ke daerah urban. Meski

demikian, risikonya beragam sesuai

cuaca, tujuan, serta lamanya perjalanan

dan kegiatan yang dilakukan selama

melakukan perjalanan.

Vaksinasi dianjurkan bagi pelancong

yang merencanakan banyak kegiatan

luar ruang seperti camping dan hiking

selama musim penularan, khususnya di

daerah endemis atau daerah irigasi.

Selain itu tentu sebaiknya pelancong

melindungi diri dari gigitan nyamuk,

antara lain dengan menggunakan

obat nyamuk oles, tidur menggunakan

kelambu, menggunakan baju lengan

panjang dan celana panjang.

Demam Kuning

Demam Kuning disebabkan oleh

jenis virus dalam genus Flavivirus.

Penyakit ini biasanya menyebar di

daerah urban dan pedalaman Afrika

dan bagian tengah Amerika Selatan.

Di dalam hutan, kera adalah reservoar

infeksi, yang kemudian menyebar antar-

kera lewat gigitan nyamuk dan kadang

sampai ke manusia.

Di daerah urban, nyamuk menularkan

virus dari manusia ke manusia dan

masuknya infeksi di daerah padat bisa

mengarah ke epidemi demam kuning.

Di Afrika, pola peralihan penularan

biasanya terjadi di daerah savanah

lembab tempat nyamuk menginfeksi

manusia dan kera, menyebabkan

wabah lokal

Meski kebanyakan infeksi ini tidak

bergejala, beberapa bisa menyebabkan

penyakit akut yang meliputi dua fase

yakni fase awal berupa demam,

sakit otot, sakit kepala, kedinginan,

anoreksia, mual dan atau muntah,

seringkali disertai gangguan ritme

jantung. Sekitar 15 persen kasus

berkembang ke fase kedua setelah

beberapa hari, menyebabkan

demam lagi, sakit perut, muntah dan

manifestasi perdarahan. Lebih dari

separuh pasien yang mengalami

kondisi ini meninggal dunia 10-14 hari

setelah mulai sakit.

Selain di daerah dengan endemisitas

demam kuning tinggi, penularan

juga bisa terjadi di daerah dengan

endemisitas rendah jika pelancong

mendatangi daerah-daerah dengan

populasi nyamuk tinggi, misalnya

tinggal lama di daerah pedalaman.

Penularan demam kuning berisiko

terjadi pada siang hari sampai awal

petang.

Untuk menghindari penyakit-penyakit

yang menular melalui gigitan nyamuk

tersebut, para pelancong sebaiknya

melindungi diri dengan melakukan

vaksinasi untuk melawan demam

kuning dan Japanese Enchepalitis,

menggunakan obat nyamuk oles, tidur

dengan kelambu berinsektisida, serta

menggunakan baju lengan panjang dan

celana panjang warna terang. Selain

itu tidak ada salahnya memeriksa

lingkungan sekitar tempat tinggal

dan memastikan tidak ada wadah

terbuka yang bisa menjadi tempat

perkembangbiakan nyamuk.

***

22 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Media Utama

Demam Berdarah Dengue

(DBD) serupa dengan

Chikungunya, sama-sama

disebabkan oleh virus

yang menyebabkan demam pada

penderitanya. Virus penyebab DBD

dan Chikungunya

juga sama-sama

disebarkan oleh

nyamuk jenis

Aedes aegypti dan

Aedes albopictus.

Namun di samping

persamaan-

persamaan

itu, keduanya

sebenarnya

berbeda.

DBD disebabkan

virus dengue. Ada

empat serotipe

virus dengue yang

berbeda namun

berhubungan dekat

yang menyebabkan DBD yakni DEN-1,

DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Infeksi virus

dengue menyebabkan kesakitan serupa

lu dan biasanya berkembang menjadi komplikasi yang berpotensi mematikan

yang disebut DBD.

Direktur Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan Prof Tjandra

Yoga Aditama menjelaskan, DBD

biasanya ditandai dengan gejala

demam tinggi, timbulnya bintik merah

pada kulit, penurunan trombosit dan

peningkatan hematokrit.

Tidak ada penanganan spesiik untuk demam dengue atau DBD, tapi deteksi

dini dan akses ke pelayanan kesehatan

layak bisa menurunkan tingkat kematian

akibat penyakit itu hingga di bawah satu

persen. Pencegahan dan pengendalian

DBD hanya bergantung pada tindakan

pengendalian vektor yang efektif.

Sementara penyakit Chikungunya

(kata dalam Bahasa Swahili yang

artinya tertekuk atau bungkuk)

mengacu pada postur penderita yang

membungkuk akibat nyeri sendi hebat

(Arthralgia), disebabkan oleh Alphavirus

dari famili Togaviridae.

Selain ditandai dengan gejala

demam dan ruam kemerahan, kata

Prof Tjandra, penderita Chikungunya

biasanya mengalami nyeri pada

sendi tangan dan kaki yang bisa

menyebabkan penderita sulit untuk

berjalan.

Kebanyakan pasien Chikungunya

pulih setelah beberapa hari namun

CHIKUNGUNYADBD

dalam beberapa kasus nyeri sendi bisa

bertahan sampai sepekan atau sebulan

atau lebih lama lagi. Gejala umum lain

yang menandai penyakit ini adalah

sakit otot, sakit kepala, leukopenia

dan kadang disertai gangguan

gastrointestinal,

mata, syaraf dan

jantung.

Gejala pada

individu yang

terserang virus

seringkali ringan

sehingga infeksi

tidak dikenali dan

salah didiagnosis

sebagai demam

dengue. Sampai

sekarang belum

ada obat antivirus

spesiik atau vaksin komersial untuk

melawan penyakit

ini. Penanganan

penderita penyakit ini utamanya

diarahkan untuk menyembuhkan gejala,

khususnya nyeri sendi.

Prof Tjandra mengatakan, pemerintah

sudah melakukan banyak hal untuk

mengendalikan penularan DBD dan

Chikungunya.

“Saya sebutkan empat hal saja

yang penting dan perlu perhatian kita

bersama yaitu penyuluhan kesehatan,

penemuan dini dan tatalaksana

kasus yang baik di fasilitas pelayanan

kesehatan, pemberantasan sarang

nyamuk dan pengembangan vaksin

DBD,” jelasnya.

***

VERSUS

23Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 14: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Kasus infeksi virus corona jenis

baru (Middle East Respiratory

Syndrome Corona Virus/

MERS-CoV) yang pertama kali

dilaporkan terjadi di Arab Saudi tahun

2012 sekarang bertambah banyak, dan

menyebar ke sejumlah negara.

Menurut data Organisasi Kesehatan

Dunia (World Health Organization/

WHO), hingga 24 April 2014 sudah

ada 254 kasus dan 93 kematian akibat

MERS-CoV.

Kasus-kasus infeksi virus corona jenis

baru itu dilaporkan terjadi di Yordania,

Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia, Uni

Emirat Arab, Prancis, Jerman, Italia,

Inggris, Tunisia, Philipina, dan Malaysia.

Belakangan Amerika Serikat juga

mengonirmasi satu kasus infeksi MERS-CoV pada satu warganya yang

baru kembali dari perjalanan ke Arab

Saudi dan London.

Satu warga negara Indonesia berusia

41 tahun yang sudah lama tinggal di

Arab Saudi juga dilaporkan meninggal

dunia akibat infeksi virus corona jenis

baru itu dan dimakamkan di Jeddah.

Direktur Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan Prof Tjandra

Yoga Aditama mengatakan, pemerintah

antara lain mengantisipasi penyebaran

penyakit itu dengan mengirimkan

surat edaran berisi imbauan untuk

meningkatkan kewaspadaan terhadap

penyebaran MERS-CoV kepada kepala

dinas kesehatan, kantor kesehatan

pelabuhan, rumah sakit dan asosiasi

pengelola perjalanan umrah.

Pemerintah juga sudah

menyampaikan surat edaran berisi

panduan untuk menghindari penularan

penyakit bagi warga yang hendak

mengunjungi Arab Saudi atau negara

Timur Tengah lain yang terdampak

MERS-CoV.

Berikut anjuran Kementerian

Kesehatan bagi warga yang akan

mengunjungi Arab Saudi dan negara

kawasan Timur Tengah yang lain:

1. Selalu lakukan Perilaku Hidup

Bersih Sehat (PHBS) seperti

mengonsumsi makanan bergizi,

istirahat cukup, dan rajin mencuci

tangan menggunakan sabun untuk

menghindari penularan penyakit.

2. Sedapat mungkin gunakan masker

bila sedang dalam kerumunan orang.

3. Bila memang punya penyakit kronik

seperti Diabetes Melitus, penyakit

jantung paru kronik, atau gangguan

ginjal sebaiknya periksa ke dokter

anda sebelum melakukan perjalanan

dan minum obat secara teratur.

4. Kalau selama di Arab Saudi ada

keluhan batuk, demam, sesak nafas

dan lain-lain yang dengan cepat

memburuk dalam satu sampai dua

hari sebaiknya segera konsultasi ke

petugas kesehatan.

5. Bila dalam kurun waktu 14 hari

setelah sampai di Tanah Air batuk,

demam, dan sesak nafas yang

memburuk dalam waktu satu sampai

dua hari sebaiknya segera konsultasi

ke petugas kesehatan.

6. Situasi penularan MERS-CoV

terus berubah dari hari ke hari karena

itu sebaiknya selalu memantau

perkembangan penyakit itu jika

hendak bepergian ke Arab Saudi atau

negara Timur Tengah lainnya.

***

WASPADA

PENULARAN

VIRUS

CORONA

BARU

24 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Peristiwa

INDONESIA BEBAS POLIOJakarta (Mediakom) - Menteri

Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A,

MPH mengatakan Indonesia sudah

mendapatkan sertiikat Bebas Polio dari Organisasi Kesehatan Dunia

(World Health Organization/WHO).

“Ini suatu hal yang luar biasa, karena

polio merupakan penyakit kedua,

setelah WHO menetapkan Indonesia

bebas dari penyakit cacar pada tahun

1974,” katanya saat menyampaikan

paparan kepada lebih dari 700 peserta

Rapat Kerja Kesehatan

Nasional (Rakerkesnas)

tahun 2014 Regional

Barat di Jakarta, Senin

malam (31/3).

Indonesia menjadi satu

dari 11 negara dalam

wilayah kerja WHO

Kantor Regional Asia

Tenggara (South East

Asia Regional Ofice/

SEARO) yang akan

menerima sertiikat Bebas Polio dari WHO di Conference

Hall WHO SEARO, New Delhi, India

(27/4).

Negara lain yang juga menerima

sertiikat bebas penyakit polio dari WHO adalah Bangladesh, Bhutan, India,

Korea Selatan, Maladewa, Myanmar,

Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor

Leste.

Menteri Kesehatan juga menyatakan

puas dengan cakupan imunisasi

nasional, terutama di 13 provinsi

Regional Barat yang mencakup Daerah

Istimewa Aceh, Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,

Lampung, Sumatera Selatan, Riau,

Kepulauan Riau, Bangka Belitung,

Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta.

“Saya sangat bahagia melihat

graik capaian regional barat terkait imunisasi,” katanya.

Target cakupan imunisasi nasional

sebesar 89,9 persen dan dari 13

provinsi Regional Barat, ada delapan

provinsi yang belum mencapai target

yakni Sumatera Utara (81,5 persen); DI

Aceh (83 persen); Riau (83,9 persen);

Sumatera Barat (84,5 persen); Banten

(87,2 persen); Kepulauan Riau (88,4

persen); dan Sumatera Selatan (88,5

persen).

Pada akhir paparannya, Menteri

Kesehatan menekankan agar cakupan

imunisasi terus ditingkatkan untuk

melindungi generasi bangsa dari

ancaman penyakit menular.

Setiap anak harus sudah

mendapatkan imunisasi lengkap saat

menginjak usia dua tahun

supaya terlindungi dari

delapan penyakit yang

dapat dicegah dengan

imunisasi (PD3I) yaitu

Tuberkulosis, Hepatitis

B, Polio, Campak, Difteri,

Pertusis, Tetanus dan

Haemophilus Inluenzae type B (Pneumonia dan

Meningitis).

“Kita baru terbebas

dari dua penyakit,

kalau cakupan imunisasi dasar ini

terus ditingkatkan, kita bisa benar-

benar terlindung bahkan terbebas

dari 8 penyakit yang sebenarnya

bisa dicegah melalui imunisasi,”

demikian Menteri Kesehatan.

***

Kalau cakupan imunisasi dasar

ini terus ditingkatkan, kita bisa be-

nar-benar terlindung bahkan terbe-

bas dari 8 penyakit yang sebenarnya

bisa dicegah melalui imunisasi.

25Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 15: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

MENKES CANANGKAN STUDI

DIET TOTAL DAN E-WATCH ALKES

Manado (Mediakom) – Menteri

Kesehatan dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH

mencanangkan program Studi Diet Total

2014 dan E-Waych Alat Kesehatan

(Alkes) di sela Rapat Kerja Kesehatan

Nasional (Rakerkesnas) tahun 2014

Regional Timur di Manado, Sulawesi

Utara, Minggu malam (23/3).

Pencanangan Studi Diet Total 2014

ditandai dengan pemasangan rompi ke

perwakilan peneliti.

Studi Diet Total 2014 merupakan

penelitian kesehatan masyarakat yang

akan dilakukan dalam dua tahap di 34

Provinsi (498 Kab/Kota).

Studi ini ditujukan untuk

menentukan tingkat keterpaparan

zat kimia berbahaya dalam makanan

penduduk melalui analisa kimia

makanan (ACKM).

Tahun in proyek percontohan Studi

Diet Total 2014 akan dilaksanakan di

Daerah Istimewa Yogyakarta..

Sementara E-Watch Alkes adalah

sistem pengawasan alat kesehatan

elektronik yang dibangun oleh

Kementerian Kesehatan.

Sistem itu mencakup sistem

pelaporan elektronik dari kejadian

tentang kejadian tidak diinginkan akibat

penggunaan alat kesehatan di fasilitas

pelayanan kesehatan.

Laporan itu akan ditindaklanjuti

oleh Tim Pengawas Nasional Alkes dan

menjadi bahan pertimbangan dalam

pengadaan alat kesehatan di fasilitas

pelayanan kesehatan.

“E-Watch Alkes merupakan inovasi

yang bermanfaat guna mewujudkan

alat kesehatan yang aman, bermutu,

bermanfaat, tepat guna dan terjangkau,”

kata Menteri Kesehatan.

***

26 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Peristiwa

Metode yang digunakan untuk

SKMI adalah dengan food recall

24 jam, artinya responden ditanya

semua makanan dan minuman yang

dikonsumsi (dimakan) untuk periode

waktu sehari sebelumnya (24 jam)

mulai bangun pagi sampai dengan pagi

berikutnya.

Sementara ACKM dilakukan dengan

mengumpulkan sampel makanan

di pasar (retail) berdasarkan daftar

makanan yang diturunkan dari jenis-

jenis makanan yang merupakan 90

persen diet penduduk.

Tahun 2014 SKMI dilakukan di

seluruh wilayah Indonesia yang meliputi

34 provinsi dan 497 kabupaten/kota.

Sampel yang digunakan adalah

sub-sampel Riset Kesehatan dasar

(Riskesdas) tahun 2013, yang meliputi

2.080 Blok Sensus dan mencakup

52.000 Rumah Tangga yang tersebar di

34 provinsi dan 497 kabupaten/kota.

Pengumpulan data akan dilakukan

pada akhir Mei sampai dengan minggu

ketiga Juni tahun 2014. Seminggu

sebelum puasa Ramadan pengumpulan

data SKMI diharapkan sudah selesai

karena SKMI tidak tepat bila

dilakukan beberapa hari menjelang

puasa dan selama bulan puasa (akan

terjadi perubahan pola konsumsi

makanan).

Studi Diet Total nasional ini baru

pertama kali dilakukan di Indonesia,

karenanya ACKM akan dilakukan dalam

dua tahap.

Tahun 2014 akan dilakukan ACKM

untuk wilayah Provinsi DIY sebagai

percontohan untuk pembelajaran

sekaligus penilaian kemampuan

laboratorium dalam pemeriksaan

cemaran kimia makanan secara

kuantitatif (dalam konsentrasi kecil).

Selanjutnya pada 2015 akan dilakukan

ACKM secara nasional.

Apabila data ACKM secara nasional

telah diidentiikasi maka paparan cemaran kimia penduduk Indonesia

dapat dikalkulasi dengan cara

mengalikan data konsumsi makanan

dengan data konsentrasi cemaran

kimia dalam ACKM. Data paparan

cemaran kimia inilah yang dibandingkan

dengan acceptable intake (baik harian,

mingguan, atau bulanan) untuk melihat

tingkat risiko penduduk terhadap

gangguan kesehatan karena paparan

cemaran kimia dalam makanan.

SKMI dalam Studi Diet Total akan

melibatkan masyarakat sebagai

responden penelitian. Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan

meminta bantuan Dinas Kesehatan

Provinsi dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk membantu

kelancaran pelaksanaan studi ini.

***

Sukseskan Studi Diet Total

Studi Diet total setidaknya

mempunyai empat tujuan, yakni

mendapatkan informasi tentang berat

dan jenis makanan yang dikonsumsi

individu dalam 24 jam, menilai

kecukupan asupan zat gizi (gizi makro

dan mikro) dan kalori penduduk,

mendapatkan informasi jenis-jenis

makanan yang merupakan 90 persen

diet penduduk untuk acuan sampel

Analisis Cemaran Kimia Makanan

(ACKM), dan melakukan karakterisasi

risiko penduduk terhadap paparan

cemaran kimia makanan dibandingkan

dengan intake yang diperbolehkan.

Hasil Studi Diet Total itu bisa

digunakan untuk mengevaluasi tingkat

kecukupan asupan zat gizi penduduk

dan tingkat keamanan penduduk

terhadap paparan cemaran kimia dalam

makanan.

Tingkat kecukupan asupan zat gizi

yang bisa dinilai meliputi gizi makro

(karbohidrat, protein, lemak), gizi mikro

(vitamin dan mineral), maupun tingkat

kecukupan asupan kalori. Sementara

paparan cemaran kimia yang dinilai

meliputi pestisida, logam berat, zat

kimia produk samping pengolahan,

mikotoksin, dan bahan tambahan

pangan.

Studi Diet Total meliputi dua tahap

penelitian, yakni Survei Konsumsi

Makanan Individu (SKMI) dan Analisis

Cemaran Kimia Makanan (ACKM).

27Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 16: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

KEMENKES DAN

11 MITRa KERJA

BERKOMITMEN

CEGAH KORUPSIJakarta (Mediakom) - Kementerian

Kesehatan dan 11 mitra kerjanya

menandatangani komitmen bersama

untuk mengendalikan gratiikasi dan mencegah tindak pidana korupsi.

Menteri Kesehatan dr. Nafsiah

Mboi, Sp.A, MPH dan perwakilan

mitra Kementerian Kesehatan

menandatangani komitmen bersama

itu di Jakarta, Rabu (2/4), disaksikan

oleh pimpinan Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK).

Mitra kerja kementerian yang ikut

menandatangani komitmen bersama

itu antara lain Gabungan Perusahaan

Farmasi Indonesia (GPFI); International

Pharmaceutical Manufacturers

Group (IPMG); Perhimpunan Rumah

Sakit Seluruh Indonesia (PERSI);

dan Gabungan Perusahaan Alat

Kesehatan dan Laboratorium Indonesia

(Gakeslab).

Selain itu ada Gabungan Pengusaha

Jamu dan Obat Tradisional Indonesia

(GP Jamu); Asosiasi Produsen Alat

Kesehatan Indonesia (ASPAKI); PT

Kimia Farma (Persero); PT Indofarma

(Persero) tbk; PT Bio Farma (Persero);

PT Rajawali Nusindo Indonesia (RNI);

PT Phapros tbk.

Komitmen Bersama Pengendalian

Gratiikasi dan Pencegahan Tindak Pidana Korupsi berisi pernyataan untuk:

Tidak memberi/menerima suap,

gratiikasi, uang pelicin dan atau fasilitas yang dianggap suap;

Tidak membiarkan adanya praktik

Suap, Gratiikasi, Pemerasan, Uang Pelicin dalam bentuk apapun;

Melaporkan setiap penerimaan

Gratiikasi yang dianggap Suap kepada Komisi Pemberantasan Korupsi

melalui Unit Pengendalian Gratiikasi Kementerian Kesehatan;

Menjaga lingkungan pengendalian

gratiikasi; Mendorong upaya pencegahan

korupsi di lingkungan masing-masing;

Mewajibkan semua anggota

asosiasi dan perhimpunan untuk

melakukan pakta integritas pada saat

melaksanakan pekerjaan di lingkungan

Kementerian Kesehatan.

Saat memberikan sambutan

pada acara itu Menteri Kesehatan

menyatakan upaya untuk mencegah

gratiikasi dan korupsi harus dilakukan secara bersama, tidak bisa dilakukan

sendiri oleh Kementerian Kesehatan.

“Bertepuk itu tidak bisa sebelah

tangan, kan. Saya menolak, tetapi

mereka terus kasih misalnya, ya tidak

akan bisa,” katanya.

“Karena itu, kita melakukan komitmen

bersama, mereka juga tidak boleh

memberi, tidak boleh menawari

gratiikasi. Sehingga kita terjaga, tidak mungkin bisa menerima,” tambah dia.

Wakil Ketua KPK Zulkarnain,

S.H, M.H mengapresiasi komitmen

Kementerian Kesehatan dan mitranya

untuk mencegah korupsi.

“Ini adalah bagian dari upaya

penting kita untuk mencegah korupsi di

tanah air ini. Jika terpaksa menerima

gratiikasi, di Kementerian Kesehatan telah ada unit pengendalinya yang juga

bekerja sama dengan KPK,” katanya.

“Mudah-mudahan ke depan kita

semua sadar bahwa gratiikasi harus kita tolak, harus kita cegah, sehingga

pelayanan yang dilakukan oleh

Pemerintah ke depan, khususnya

Kementerian Kesehatan RI jauh lebih

baik,” katanya.

Menurut hasil penilaian integritas

nasional, Kementerian Kesehatan sudah

meraih angka 7 atau melebihi nilai

standar nasional (6).

Materi Pelatihan

Kepala Badan Pengembangan dan

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan (PPSDM) dr. Untung

Suseno Sutarjo, M. Kes juga sudah

mengeluarkan surat edaran tentang

Penambahan Materi Penunjang Anti

Korupsi pada setiap pelatihan bagi

seluruh pejabat eselon II di lingkungan

Kementerian Kesehatan.

Melalui surat edaran dengan nomor

HK.03.03/III/2/01781/2014 tertanggal

27 Februari 2014, Kepala PPSDM

mengimbau pengelola diklat aparatur

dan non aparatur agar memasukkan

materi anti korupsi sebagai materi

penunjang pada setiap pelatihan.

Menindaklanjuti surat edaran tersebut,

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Aparatur Kementrian Kesehatan

Suhardjono, SE, MM menginstruksikan

agar pejabat terkait melaporkan

kegiatan pelatihan yang telah mencakup

penambahan materi budaya anti-korupsi

beserta lampiran surat undangan

fasilitator, jadwal pelatihan, daftar

hadir peserta, foto dan laporan/notulen

pelaksanaan materi penunjang tersebut.

28 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Peristiwa

Jakarta (Mediakom) – Sebanyak 16

organisasi keagamaan menandatangani

Seruan Nasional Penghapusan Stigma

dan Diskriminasi Terhadap Orang Yang

Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) di

Jakarta, Kamis (3/4).

Seruan untuk menghapus

diskriminasi dan stigma terhadap

bekas penderita kusta itu antara lain

ditandatangani oleh perwakilan Majelis

Ulama Indonesia (MUI),Persekutuan

Gereja-Gereja Indonesia (PGI),

Konferensi Wali Gereja Indonesia

(KWI), dan Parisade Hindu Dharma

Indonesia (PHDI).

Selain itu ada wakil dari Perwakilan

Umat Budha Indonesia (Walubi),

Majelis Tinggi Agama Khonghucu

(Matakin), Pimpinan Pusat

Muhamadiyah, Pengurus Besar

Nahdatul Ulama, Pengurus Pusat

Persatuan Islam, Pimpinan Pusat Al-

Irsyad Al-Islamiyah, Pimpinan Pusat

Dewan Masjid Indonesia, Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia, Ikatan

Da’i Indonesia, Badan Amil Zakat

Nasional, dan Badan Wakaf Indonesia.

Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi,

Sp.A, MPH menyatakan organisasi

keagamaan berperan penting dalam

upaya untuk menghapuskan stigma dan

diskriminasi terhadap bekas penderita

kusta.

Ia mengatakan, dukungan para

tokoh agama dalam menyebarluaskan

informasi yang benar tentang

kusta di masyarakat akan

mempercepat penghapusan stigma dan

diskriminasi.

“Saya berharap agar seruan nasional

yang kita luncurkan hari ini benar-

benar akan ditindaklanjuti dengan

langkah konkrit oleh segenap organisasi

keagamaan yang hadir di sini. Upaya

meyakinkan seluruh umat dan pengikut

agama masing-masing agar tidak lagi

melakukan stigma atau diskriminasi

terhadap OYPMK dan kepada siapa

pun atas dasar apapun sangat kita

harapkan,” katanya.

Ia menjelaskan, saat

ini Indonesia adalah penyumbang

penderita baru kusta nomor

tiga terbesar di dunia, setelah India dan

Brasil.

Tahun 2012, dilaporkan ada 18.99

4 penderita kusta baru di Indonesia

dan 2.131penderita (11,2 persen)

di antaranya ditemukan sudah pada

kondisi cacat tingkat dua atau

cacat yang kelihatan. Selain itu

2.191 penderita (11,5 persen) di

antaranya adalah anak-anak.

Pada Juli 2013, sebanyak 17

negara endemik kusta beserta para

pemangku kepentingan terkait di ti

ngkat internasional bersama WHO

telah meluncurkan Deklarasi Bangkok.

Deklarasi itu ditujukan

untuk meningkatkan komitmen

semua pihak dalam pengendalian

kusta untuk mencapai target

global, yaitu menurunkan angka cacat

tingkat dua akibat kusta menjadi kurang

dari satu per satu juta penduduk tahun

2020.

“Langkah ini perlu diperkuat dengan

mengutamakan upaya promotif-

preventif dalam pengendalian kusta

- termasuk upaya penemuan dini

didukung dengan upaya kuratif-

rehabilitatif,” katanya.

Program Seruan Nasional mengacu

pada Global Appeal to End Stigma and

Discrimination against People Affected

by Leprosy yang diprakarsai pertama

kali oleh Mr. Yohei Sasakawa, Chairman

Nippon Foundation & Goodwill

Ambassador for Leprocy – WHO) tahun

2006 dengan komitmen dari berbagai

instansi yang berbeda.

Peluncuran tingkat nasional pertama

di Indonesia dilakukan tahun 2012,

yang diikuti Organisasi Profesi

Kesehatan.

***

ORGANISASI KEAGAMAAN SERUKAN PENGHAPUSAN

STIGMA PADA BEKAS PENDERITA KUSTA

29Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 17: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Jakarta (Mediakom) - Indonesia

mendorong Islamic Developmet Bank

(IDB) dan Sekretariat Organisasi

Kerja Sama Islam (OKI) menggerakan

kerja sama antar negara untuk

memobilisasi dana dan sumber daya

guna menjalankan program kesehatan

strategis dalam OIC Strategic Health

Programe of Action (SHPA) 2014-2023.

Wakil Menteri Kesehatan RI

Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, Ms.c,

Ph.d mengemukakan hal itu pada

pembukaan Forum Pertemuan 8th

Steering Committee on Health (SCH)

dan 1st Lead Country Coordinators

Meeting (LCCM) untuk implementasi

SHPA di Jakarta, Selasa (25/3).

Dalam pertemuan terbatas yang

berlangsung 25 - 26 Maret 2014 itu,

Wakil Menteri Kesehatan mengatakan

negara-negara anggota perlu

menggabungkan strategi, target dan

aksi pelaksanaan SHPA dalam program

pembangunan nasionalnya.

Pelaksanaan SHPA, ia melanjutkan,

juga harus dilakukan dengan

melibatkan organisasi pemerintahan,

pihak swasta, dan pemangku

kepentingan terkait lainnya supaya bisa

terlaksana tepat waktu.

Prof Ali Ghufron juga menjelaskan

empat kunci utama dalam pelaksanaan

SHPA yaitu mekanisme implementasi

yang jelas, mobilisasi sumber daya

dan mekanisme inansial, strategi komunikasi serta mekanisme evaluasi.

SCH dan LCCM diikuti oleh delegasi

dari 10 negara anggota Komite

Pengarah Bidang Kesehatan yaitu

Indonesia, Khazakstan, Turki, Malaysia,

Mesir, Sudan, Arab Saudi, Oman,

Djibouti dan Guinea.

Selain itu hadir pula perwakilan

Sekretariat Jenderal OKI; The

Statistical, Economic and Social

Research and Training Centre for

Islamic Countries (SESRIC); Ministerial

Standing Committee on Scientiic and Technological Cooperation

(COMSTECH); Islamic Educational,

Scientiic and Cultural Organization

(ISESCO); Global Fund to Fight Aids,

TB, Malaria (GF ATM); The United

Nation Population Fund (UNFPA),

World Health Organisation (WHO) dan

Islamic Development Bank (IDB).

Pertemuan itu membahas enam tema

SHPA dan negara yang terpilih menjadi

leading country.

Menurut kesepakatan, bidang

penguatan sistem kesehatan

akan dipimpin oleh Khazakstan,

pengendalian penyakit oleh Turki, serta

bidang kesehatan dan gizi ibu dan bayi

dipimpin oleh Indonesia.

Sementara Malaysia memimpin

bidang teknologi medis, obat dan

vaksin; Oman bidang intervensi dan

respons darurat kesehatan serta Mesir

menangani bidang informasi, riset,

pendidikan dan advokasi kesehatan.

Pertemuan itu juga membahas

masalah Status Implementasi

keputusan Pertemuan Menteri

Kesehatan Islam ke-4 bulan Oktober

2014, Implementasi SHPA 2014-2023

dan laporan perwakilan negara yang

menjadi pionir pelaksanaan program

tersebut.

Selain itu ada pembahasan

tentang kemandirian produksi Obat

dan Vaksin, Pembentukan Unit

Implementasi Keseahatan OKI (Health

Implementation Unit OIC), serta

Program Kesehatan bagi Jamaah Haji

dan Umrah. (YN)

INDONESIA DORONG IDB-OKI GERAKKAN

SUMBER DAYA UNTUK PROGRAM KESEHATAN

30 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Peristiwa

Jakarta (Mediakom) – Kementerian

Kesehatan dan Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) mencanangkan upaya

pencegahan pengendalian vektor

untuk menekan kejadian penyakit yang

menular melalui gigitan nyamuk pada

peringatan Hari Kesehatan Sedunia,

Senin (7/4).

Manajer Program Penyakit Tropis

WHO Indonesia Anand Joshi

mengatakan, nyamuk bisa menjadi

ancaman besar bagi populasi 1,5 miliar

manusia di kawasan Asia Tenggara.

Beberapa jenis nyamuk menjadi

sarana penularan penyakit yang

mengancam hidup manusia. Nyamuk

Anopheles sp menularkan malaria,

Aedes aegypti menularkan Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan

chikungunya, Culex sp/Anopheles sp/

Mansonia sp/Armigeres sp menularkan

ilariasis dan Culex tritaeniorhynchus membawa penyabab penyakit japanese

encephalitis.

PEMERINTAH CANANGKAN UPAYA PENGENDALIAN

VEKTOR

Lima penyakit yang menular

melalui gigitan nyamuk setiap tahun

menyebabkan kematian ribuan orang di

seluruh dunia.

“Filariasis telah menginfeksi 60 juta

orang dan 75 persen populasi atau

sekitar 1,1 miliar orang tinggal di area

rentan malaria,” kata ujar Joshi pada

temu media di Jakarta, Senin (7/4).

Direktur Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga

Aditama mengatakan saat ini ada

tiga penyakit menjadi fokus perhatian

pemerintah Indonesia yaitu DBD,

malaria, dan ilariasis. Menurut data Kementerian Kesehatan

tahun 2013, jumlah penderita DBD

sebanyak 45,85 orang per 100.000

penduduk dengan tingkat kematian 0,77

persen dan jumlah kasus malaria 1,38

orang per 1.000 penduduk.

Selain itu masih ada 302 kabupaten/

kota endemis ilariasis dari 497

kabupaten/kota yang ada di Indonesia.

Prof Tjandra mengatakan pemerintah

menggalakkan upaya pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan

3M Plus untuk menekan angka kejadian

penyakit yang menular melalui gigitan

nyamuk seperti DBD.

Gerakan itu meliputi kegiatan

menguras dan menutup bak air

serta mengubur barang bekas yang

bisa menampung air ditambah

pemberantasan tempat perindukan

nyamuk, dan perlindungan diri

menggunakan kelambu berinsektisida

serta obat anti-nyamuk.

“Selain itu juga dilakukan pelbagai

upaya mencegah penyebaran malaria

serta penanganan ilariasis dengan menambah penerima obat massal

pencegahan,” ujarnya.

***

31Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 18: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

NILAI DAN CATATAN STRATEJIK

KEMENKES MENUJU 2015-2019

Oleh Nagiot Cansalony

Tambunan, SKM, ME

Kesehatan sebagai sebuah

nomenklatur kementerian

diadopsi di banyak negara

dengan bunyi yang beragam,

a.l. kementerian kesehatan (health),

kementerian kesehatan dan pelayanan

manusia (health and human services),

kementerian kesehatan publik (public

health), kementerian kesehatan dan

kesejahteraan keluarga (health and

family welfare).

Nilai Kesehatan dan Kemenkes

Secara deinisi, sehat sudah paripurna adalah mewujudkan

kondisi badan, jiwa, sosial yang

berproduktivitas positif. Kesehatan

merupakan 1 dari 3 esensi dalam

pelayanan publik selain ekonomi dan

pendidikan, yang mana hakekat publik

adalah menyangkut perorangan secara

keseluruhan dan menguasai kebutuhan

semua orang. Istilah sederhana adalah

kesehatan “bermain” dengan nyawa

manusia (kehidupan), bila memahami

arti nominal dalam indikator angka

mortalitas dan angka morbiditas.

Menurut UURI No. 39 Tahun

2008 tentang Kementerian Negara,

Kemenkes adalah perangkat

pemerintah yang membidangi urusan

kesehatan dalam pemerintahan, yang

mana ruang lingkup urusan disebutkan

dalam Konstitusi. Kemenkes dalam

melaksanakan urusan pemerintahan

bidang kesehatan, memiliki ruang

untuk stewardship (penatalaksanaan/

penatalayanan) dan rowing

(pelaksanaan) dalam rangka kebijakan,

program dan kegiatan skala nasional.

Selain itu, Kemenkes dapat diubah

dengan pertimbangan a) eisiensi dan efektivitas, b) perubahan tugas dan

fungsi, c) cakupan dan proporsionalitas

tugas, d) kesinambungan, keserasian,

dan keterpaduan tugas, e) peningkatan

kinerja dan beban kerja pemerintah, f)

kebutuhan penanganan urusan tertentu

dalam pemerintahan secara mandiri;

dan/atau g) kebutuhan penyesuaian

peristilahan yang berkembang.

Sejak tahun 2010, Kemenkes

membangun komitmen dan aksi

bersama untuk mengimplementasikan

nilai PIREC meliputi: 1) pro rakyat,

Kemenkes harus mendahulukan

kebutuhan dan yang terbaik untuk

rakyat, 2) inklusif, Kemenkes harus

proaktif membangun komitmen dan

aksi bersama dengan semua pihak,

32 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Reformasi Birokrasi

3) responsif, Kemenkes harus

memahami segala determinan dan

faktor risiko, tanggap dan sigap

menghasilkan prestasi dengan berbagai

cara positif, 4) efektif, Kemenkes

harus mengawal pengalokasian,

pemanfaatan dan monev sumberdaya

dalam implementasi kebijakan-program-

kegiatan, sehingga efektif dan eisien,

dan 5) clean (bersih), Kemenkes harus

berani jujur untuk akuntabilitas dan

tranparansi dalam administrasi dan

manajemen pembangunan kesehatan.

Catatan Stratejik Kemenkes

Sejak tahun 2003, sistem anggaran

negara bersifat integral, yang mana

pendekatan kinerja dilakukan

dengan memperhatikan kaitan antara

sumberdaya (input) dengan luaran

(output) dan hasil (outcome) dari

program dan kegiatan, termasuk

eisiensi dalam pencapaian luaran dan hasil tersebut (proses). Anggaran

yang disusun sesuai dengan beban

target kinerja dan kapasitas tugas dan

fungsi organisasi, dan memperhatikan

lingkungan internal dan eksternal.

Penguatan fungsi perencanaan

kebijakan-program-kegiatan,

penganggaran, dan monev (P2ME)

sangat dibutuhkan untuk menjamin nilai

dan mutu akuntabilitas, transparansi

dan efektivitas proses dan kinerja

anggaran.

Kemenkes memiliki aktivitas inti

dan pendukung untuk mendukung

tercapainya derajat kesmas yang

optimal. Aktivitas inti adalah

memroduksi kebijakan, program,

kegiatan dan melayani kesehatan skala

nasional, dilakukan oleh ditjen-ditjen.

Aktivitas pendukung adalah layanan

internal Kemenkes untuk mendukung

(memodali) aktivitas inti, melalui

pengelolaan sumberdaya a.l. sarana,

prasarana, iptek, informasi, modal

manusia dll, dilakukan oleh setjen, itjen,

badan dan/atau pusat.

Kemenkes berkontribusi utama dalam

ketahanan nasional. Pembangunan

kesehatan harus berkontribusi

mewujudkan manusia sebagai modal

unggulan dalam pembangunan

nasional. Peran Kemenkes dalam

ketahanan nasional terwujud dalam

implementasi gerakan penanggulangan

daerah bermasalah kesehatan

(PDBK) dan pelayanan kesehatan

daerah tertinggal, perbatasan,

dan kepulauan (DTPK). Nilai-nilai

esensial dari ke 2 gerakan tersebut

perlu lebih digali karena secara

langsung sudah mengutamakan

kesatuan wilayah dan menghargai

kebhinekaan. Secara Wawasan

Nusantara, kontribusi Kemenkes sudah

mengakomodasi, membangkitkan

dan mengarusutamakan nilai2 positif

dari kearifan lokal, sumberdaya alam

lokal, dan internalisasi semangat

perjuangan kemerdekaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

dalam kebersamaan, keberterimaan,

dan embracing error (pihak yang salah

bukan harus disingkirkan, bukan harus

bodoh, bukan harus dihukum, dalam

kesalahan ada nilai pembelajaran

bersama, pen.).

Dinamika dalam hal anggaran,

aktivitas, dan realita ketahan nasional

tersebut, tentu selalu membutuhkan

penataan organisasi yang sesuai

kapasitas tugas dan fungsi serta tata

hubungan dengan provinsi dan KK.

Memasuki periode pembangunan

jangka menengah tahun 2015-2019,

penataan harus menyentuh dan dimulai

dari sisi stratejik s.d. optimalisasi

aktivitas inti dan pendukung untuk

meningkatkan dan memperbaiki mutu

produktivitas dan hasil pembangunan

kesehatan. Penataan bermanfaat agar

Kemenkes dapat lebih fokus terhadap

kreativitas dan inovasi yang mempunyai

nilai unggul dalam implementasi tugas

dan fungsi pembangunan kesehatan.

Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan bukan

merupakan sesuatu yang lebih baik

(better things), tapi untuk mengetahui

bagaimana mengerjakan sesuatu

dengan lebih baik (things better). Tentu

pernah mendengar/membaca “orang

bodoh dan organisasi gagal adalah

pihak yang mengharapkan nilai tambah/

lebih, melalui pekerjaan dengan cara

yang sama secara berulang”.

Pembangunan kesehatan berbasis

pengetahuan secara sederhana

dapat diartikan sebagai kemauan dan

komitmen menggunakan manajemen

pengetahuan dalam proses dan proaktif

dalam community empowerment

sehingga mampu mengeksekusi

peluang dan tantangan, bersaing

dan sukses berkontribusi dalam

pembangunan berkelanjutan. Esensi

pendekatan adalah membangkitkan dan

mengelola kreativitas dan inovasi dalam

setiap aktivitas.

Secara jamak, motivasi organisasi

yang menerapkan manajemen

pengetahuan adalah untuk mewujudkan

1) pengetahuan eksplisit dalam

pengembangan produk dan jasa,

2) siklus pengembangan produk baru

yang lebih cepat,

3) inovasi dan pembelajaran

organisasi,

4) kepakaran/keahlian orang-orang di

seluruh penjuru organisasi,

5) jejaring mutualisme antara pribadi

internal dan juga eksternal,

6) anggota organisasi yang

memahami relevansi dari pengertian

dan gagasan terhadap pekerjaan,

7) modal intelektual dan aset

intelektual di tempat kerja.

"Pembangunan kesehatan berbasis pengeta-

huan secara sederhana dapat diartikan se-

bagai kemauan dan komitmen menggunakan

manajemen pengetahuan dalam proses dan

proaktif dalam community empowerment..."

33Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 19: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Mengutip Catatan Akhir Tahun

Bidang Ekonomi (KOMPAS Cetak, 17

Desember 2013),

bagi para ahli ekonomi, di dunia ini

hanya ada dua ilmu, yakni ilmu ekonomi

dan ilmu nonekonomi. Pesan yang

tersirat bahwa setiap perkembangan

ekonomi harus juga ditanggapi

secara ekonomi. Seminimal mungkin

ditanggapi secara nonekonomi jika

tak ingin mengundang krisis ekonomi

yang berdampak memprihatinkan

dalam jangka pendek, menengah,

ataupun jangka panjang. Pesan

tersebut bukan berarti semua harus

saklek ekonomi, ibarat kuantitatif vs

kualitatif yang sebenarnya adalah data/

informasi kualitatif bisa dikuantiisir dan sebaliknya. Di sini adalah kemauan

dan keterbukaan wawasan yang

dibutuhkan. Ke depan dalam tataran

aplikasi, bila nak mbicarakan dan

mbumikan ekonomi berkaitan dengan

kesehatankah, sosiobudayakah,

politikkah, dll, ingatlah prinsip hakiki

tradisional konvensional ekonomi

“eisiensi-efektivitas”, dan pahamilah pendekatan ekonomi berbasis

pengetahuan (knowledge-based

economy). Bawalah bidang kesehatan

dengan kemasan iptek berupa

hasil olah kreasi dan inovasi dari

pengetahuan, yang memberikan nilai

manfaat keeisienan dan keefektifan (wujud dari motivasi menerapkan

manajemen pengetahuan). Hindari

dan jangan ngomong sekedar,

misalnya kesehatan kan HAM,

sosiobudaya sangat esensial, politik

jadi panglima.....ahhhhh....tak masuk

logika the Economy apalagi bila hanya

berdasarkan hasil riset muluuu yang tak

kunjung ada bukti otentik produk yang

bernilai manfaat sesuai prinsip hakiki

tradisional konvensional ekonomi!

Kemenkes yang sukses dan selalu

menjadi organisasi pembelajar dengan

manajemen pengetahuan dapat

diidentiikasi dengan beberapa kriteria indikator a.l.:

1) inovasi, menerapkan pendekatan

“Out of the Box”, membangkitkan

proses/ produk/layanan baru, memicu

terobosan/dinamika positif, promotes

evidence-based practise,

2) adaptasi/dapat direplikasi,

memicu dan membangkitkan institusi

mitra untuk berkinerja aktif dalam

pembangunan kesehatan, dan

mampu membangun kerjasama

lintas sektor dan bidang untuk

kesejahteraan negara bangsa,

3) berbasis hasil (outcome-based),

hasil dan kinerja Kemenkes jelas,

tegas dan terukur dalam kontribusi

untuk mencapai derajat kesmas

yang optimal, eisiensi pemanfaatan sumberdaya, efektivitas proses, dan

berbasis data atau bukti ilmiah akan

kebutuhan, kelayakan dan relevansi,

dan

4) berkesinambungan/

dilembagakan, komitmen dan aksi

bersama yang berhasil dibangun

dan dibangkitkan oleh Kemenkes,

selalu dimonev dan dilembagakan

dalam regulasi dan tata nilai sehingga

kesinambungan terpelihara.

Semoga Kemenkes memasuki

periode 2015-2019 semakin

berkontribusi mewujudkan Tujuan

Nasional “untuk melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk

mewujudkan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial”.

* Alumni Program Perencanaan dan

Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Bekerja di

B2P2TOOT Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan

Catatan Penulis:

- community empowerment tidak dapat

diartikan sebagai pemberdayaan

masyarakat. Empowerment refers

to increasing the spiritual, political,

social, educational, gender, or economic

strength of individuals and communities

- sasaran community empowerment

adalah komunitas masyarakat yang

marjinal (terpinggirkan atau dipinggirkan)

dalam lingkungan dan masyarakat besar

yang bebas

- community empowerment adalah

manusia merdeka, sadar dan paham

bahwa dia sebagai pribadi bersama

komunitas, secara hakiki memiliki

hak kontrol atas kehidupan mereka.

Ini merujuk pada membangkitkan,

meningkatkan, dan menguatkan.

Community empowerment terbangun

dalam peradaban kemanusiaan luhur

yang merdeka secara hakiki dan selalu

meningkatkan nilai2 baik peradaban

- pemberdayaan merujuk pada kondisi

tidak berdaya, yang disadari dan

dilakoni sudah terjajah dan tersandera.

Pemberdayaan adalah khas muncul dari

peradaban terjajah dan tersandera, yang

dialami dan dilakoni secara sadar dan

menaikan hakikat kemanusiaan.***

34 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Reformasi Birokrasi

Jakarta (Mediakom) – Kementerian

Kesehatan menerapkan sistem seleksi

yang objektif, transparan dan bebas

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),

kata Sekretaris Jenderal Kementerian

Kesehatan dr. Supriyantoro, Sp.P,

MARS.

Ia mengemukakan hal itu di Jakarta,

Senin (3/3), saat menyerahkan Surat

Keputusan (SK) Pengangkatan Calon

Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Pelamar

Umum tahun 2013 di Lingkungan

Kementerian Kesehatan kepada

Sekretaris Unit Utama dan Perwakilan

Kepala Satuan Kerja atau Unit

Pelaksana Teknis (UPT).

“Rekrutmen diarahkan untuk

mewujudkan sistem seleksi CPNS

yang berprinsip objektif, transparan,

kompetitif, bebas dari korupsi, kolusi

dan nepotisme serta tidak dipungut

biaya,” katanya.

Ia juga menyampaikan selamat

kepada seluruh CPNS yang lolos

seleksi dari 87.328 pelamar online

dan 30.229 peserta yang mengikuti

ujian CPNS Kementerian Kesehatan di

seluruh Indonesia.

Pengumuman kelulusan telah

dilakukan pada 25 Desember 2013

dengan jumlah lulusan 1.519 peserta

dan peserta yang lolos seleksi CPNS

tahun 2013 untuk total 1.753 formasi.

Sebanyak 234 formasi tidak terisi

karena tidak ada peserta yang

memenuhi batas nilai Tes Kompetensi

Dasar (TKD).

Kepada seluruh CPNS, Sekretaris

Jenderal menekankan bahwa salah

satu program Reformasi Birokrasi

di Kementerian Kesehatan adalah

penerapan reward dan punishment

untuk meningkatkan kinerja dan disiplin

pegawai.

Ia juga meminta seluruh unit kerja

segera menindaklanjuti keputusan

pengangkatan pegawai itu dengan

menerbitkan Surat Pernyataan

CPNS KEMENTERIAN KESEHATAN

HARUS BEBAS KKN

Melaksanakan Tugas (SPMT), usulan

gaji, serta orientasi bagi CPNS dengan

masa orientasi disesuaikan dengan

kebutuhan organisasi.

Pada akhir sambutannya, Sekretaris

Jenderal berpesan kepada seluruh

CPNS Kementerian Kesehatan untuk

mengedepankan pelayanan.

“Kementerian Kesehatan adalah

lembaga yang mengedepankan

pelayanan. Untuk itu, jadilah

abdi negara yang betul-betul

mengedepankan pelayanan terbaik bagi

masyarakat. Tunjukan sikap profesional

dan kemampuan sebagai kader terbaik,

karena kesehatan bangsa Indonesia

ada di tangan kita,” katanya.

Acara penyerahan SK Pengangkatan

CPNS itu juga dihadiri oleh Plt. Direktur

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil

Badan Kepegawaian Negara Sayadi,

SH, MM dan Kepala Biro Kepegawaian

Kementerian Kesehatan dr.Pattiselano

Robert Johan, MARS. ***

35Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 20: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Tim peneliti internasional

berhasil mengurai kode

genetik lalat tsetse, serangga

penghisap darah penyebar

penyakit tidur Afrika yang mematikan,

dan berharap bisa menggunakan

rahasia biologis lalat itu untuk

membasmi penyakit tidur.

Lalat yang gigitannya mengandung

mikroorganisme parasit penyebab

penyakit tidur di Sub-Sahara Afrika dan

penyakit yang bisa menghancurkan

kawanan ternak itu memiliki sekitar

12.000 gen dan 336 juta kode genetik.

Ukuran genomnya dua kali dari genom

lalat buah tapi hanya sepersepuluh dari

ukuran genom manusia.

Perunutan genom lalat tsetse

mengunjukkan landasan molekuler

dari biologinya yang aneh: melahirkan

nyamuk muda dan bukan bertelur

seperti serangga yang lain; memberi

makan larva dalam uterusnya dengan

satu bentuk susu; tertarik pada warna

biru dan hitam; dan hanya makan

darah.

Temuan cetak biru genetik lalat itu

merupakan puncak dari upaya satu

dekade bernilai jutaan dolar AS yang

melibatkan lebih dari 140 ilmuwan

dari 78 lembaga riset di 18 negara.

Para ilmuwan optimistis cetak biru

genetik lalat itu bisa mengarah ke

penemuan cara baru untuk memerangi

lalat tsetse, seperti penemuan bahan

kimia yang bisa mempengaruhi

proses reproduksinya, atau cara untuk

memperbaiki jebakan untuk membunuh

lalat itu.

“Seperti penemuan yang lain, akan

ada petunjuk baru yang bisa kita lihat

sekarang. Saya optimistis aspek biologi

unik lalat tsetse akan membawa kita

ke metode baru untuk memerangi

penyakit,” kata salah satu peneliti,

Daniel Masiga, ahli biologi molekuler

dari International Centre of Insect

Physiology and Ecology di Kenya.

“Jika bisa datang dengan

penghambat reproduksi tsetse spesiik yang tidak bisa meracuni mamalia, itu

akan ideal,” tambah peneliti yang lain,

ahli biologi Geoffrey Attardo dari Yale

School of Public Health, seperti dilansir

kantor berita Reuters.

Misteri

Lalat tsetse telah menjadi misteri

bagi manusia selama beribu-ribu tahun.

Mereka sudah ada jauh lebih lama

dari manusia. Satu fosil lalat tsetse

yang ditemukan di Colorado misalnya,

berasal dari masa 34 juta tahun lalu.

Penyakit tidur Afrika, yang juga

PETUNJUK BARU

MELAWAN LALAT TSETSE

36 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Terobosan

disebut trypanosomiasis, adalah

penyakit tropis yang menyebar luas di

seluruh wilayah sub-Sahara Afrika dan

bisa berakibat fatal jika tidak segera

mendapat penanganan.

Pada binatang, lalat itu membawa

penyakit yang disebut nagana. Ini

menyebabkan kerugian miliaran dolar

AS dan memaksa para peternak

memelihara ternak-ternak kurus yang

menghasilkan lebih sedikit susu dan

daging tapi tahan parasit, kata peneliti

penyakit tropis Matthew Berriman dari

Wellcome Trust Sanger Institute di

Inggris.

Lalat itu tidak terlahir dengan parasit

tapi menelannya ketika menggigit orang

atau binatang yang terinfeksi saat

menghisap darah untuk makan. Lalat itu

menyebarkan parasit lewat saliva ketika

menggigit korban yang lain.

Parasit itu menyebabkan penyakit

tidur, yang pada tahap lanjut menyerang

sistem syaraf pusat dan menyebabkan

perubahan jam biologis (ritme

sirkadian), perubahan kepribadian,

kebingungan, bicara cadel, kejang serta

kesulitan untuk berjalan dan bicara.

“Penyakit tidur mengancam jutaan

orang di 36 negara sub-Sahara

Afrika,” kata John Reeder, yang

memimpin program riset dan pelatihan

penanganan penyakit tropis di

Organisasi Kesehatan Dunia (World

Health Organization/WHO).

“Banyak dari populasi terdampak

hidup di daerah pedalaman dengan

akses terbatas ke fasilitas kesehatan

memadai, yang memperumit

pemantauan serta diagnosis dan

penanganan kasus,” tambah dia.

Dalam beberapa tahun terakhir,

berbagai upaya kesehatan masyarakat

dilakukan untuk memangkas kasus

dan kematian akibat penyakit itu.

WHO menyatakan penyakit itu “sudah

memasuki fase eliminasi.” Menurut

data WHO, ada 5.967 kasus yang

dilaporkan tahun lalu, jauh lebih rendah

dibandingkan jumlah kasus tahun 2000

yang mencapai 26.574 kasus.

Kini upaya pencegahan penyakit

difokuskan pada pengendalian populasi

lalat karena menurut pemikiran para

ahli penggunaan vaksin tidak akan

memungkinkan mengingat parasit itu

menghindari sistem kekebalan tubuh

mamalia.

Penyakit tidur menyebabkan jauh

lebih sedikit infeksi dan kematian

dibandingkan penyakit tropis lain yang

menular melalui gigitan nyamuk seperti

malaria dan dengue. Pada nyamuk,

hanya yang betina yang menghisap

darah dan menggunakan proteinnya

untuk bertelur. Sementara lalat tsetse,

baik yang jantan maupun betina

menghisap darah untuk makanannya.

Dalam hasil studi yang dipublikasikan

dalam jurnal Science, para ahli

mengatakan lalat tsetse juga lebih

mudah disasar ketimbang nyamuk.

Dalam satu hal, nyamuk betina bisa

menghasilkan lebih dari 100 telur sekali

bertelur sementara tsetse lebih lambat

menggandakan populasi karena mereka

hanya melahirkan satu larva dalam satu

siklus reproduksi.

***

37Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 21: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

PENELITI TEMUKAN ANTIBODI VIRUS MERS

Para peneliti menemukan an-

tibodi manusia alami untuk

virus baru Sindrom Perna-

pasan Timur Tengah (Middle

East Respiratory Syndrome/MERS),

yang sedang merebak di beberapa

negara Timur Tengah dan menimbulkan

kekhawatiran global.

Saat ini tidak ada obat atau vaksin

untuk MERS, penyakit pernapasan akut

yang menimbulkan gejala batuk, de-

mam, napas tersengal serta bisa meng-

arah ke pneumonia dan gagal ginjal.

Dalam studi yang dipublikasikan dua

jurnal ilmiah pada Senin (28/4), para pe-

neliti dari Amerika Serikat, Tiongkok dan

Hong Kong menyatakan bahwa mereka

menemukan beberapa antibodi penetral

yang mampu mencegah bagian kunci

dari virus menempel ke reseptor yang

memungkinkannya menginfeksi sel-sel

tubuh manusia.

Antibodi adalah protein yang dibuat

oleh sistem kekebalan tubuh, yang me-

ngenali virus dan bakteri asing. Antibodi

penetral merupakan salah satu yang ti-

dak hanya bisa mengenali virus tertentu

namun juga mencegahnya menginfeksi

sel inang.

Menurut hasil studi yang dipublikasi-

kan dalam jurnal Science Translational

Medicine, tim yang dipimpin oleh pene-

liti Tiongkok menemukan dua antibodi

yang disebut MERS-4 dan MERS-27

mampu memblokir sel dalam cawan

laboratorium dari infeksi virus MERS.

“Meski masih awal, hasil studi ini

menunjukkan bahwa antibodi, terutama

yang digunakan dalam kombinasi, bisa

menjadi kandidat menjanjikan untuk

mengatasi MERS,” tulis para peneliti

itu seperti dilansir laman kantor berita

Reuters.

Dalam studi kedua yang dipublika-

sikan di Proceedings of the National

Academy of Sciences (PNAS), satu tim

peneliti dari Amerika Serikat mengung-

kap penemuan atas panel tujuh antibodi

Menurut hasil studi

yang dipublikasikan

dalam jurnal Science

Translational Medicine,

tim yang dipimpin

oleh peneliti Tiongkok

menemukan dua antibodi

yang disebut MERS-4

dan MERS-27 mampu

memblokir sel dalam

cawan laboratorium dari

infeksi virus MERS.

38 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Terobosan

kemungkinan besar menjadi binatang

pembawa penyakit itu yang kemudian

menularkannya pada manusia.

***

penetral yang memberikan peluang

jangka panjang bahwa vaksin maupun

obat bisa dikembangkan untuk mela-

wan MERS.

MERS, penyakit yang disebabkan

virus mirip SARS, pertama kali terdetek-

si pada 2012 dan menyebabkan wabah

di Timur Tengah serta kasus-kasus

sporadis di seluruh dunia. Penyakit

ini menimbulkan kekhawatiran dunia

dalam beberapa pekan terakhir karena

jumlah kasus dan kematian akibat infek-

si meningkat Arab Saudi.

Pada akhir April, pejabat Arab Saudi

sudah mengkonirmasi 26 kasus baru MERS dan 10 di antaranya berakibat

kematian sehingga jumlah kasus infeksi

di negara itu mencapai 339 kasus dan

102 di antaranya berujung kematian.

Saat ini kebanyakan kasus MERS

terjadi di Arab Saudi dan negara lain

di timur Tengah. Kasus-kasus penyakit

itu juga secara sporadis dilaporkan

terjadi di Inggris, Yunani, Prancis, Italia,

Malaysia dan negara lain, meningkat-

kan kekhawatiran terhadap potensi

penyebaran global penyakit itu melalui

penumpang pesawat yang terinfeksi.

Meski penyakit itu belum dilaporkan

terjadi di Amerika Utara, “ada peluang

seseorang terinfeksi MERS menda-

rat di pantai Amerika Serikat ,” kata

Wayne Marasco, ahli penyakit menular

di Dana-Farber Cancer Institute yang

memimpin studi PNAS.

Peneliti belum mengetahui secara

pasti cara virus MERS menular ke ma-

nusia, namun virus ini sudah ditemukan

pada kelelawar dan unta.

Para pakar mengatakan unta

39Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 22: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Sekilas sosok Dr. Anung

Sugihantono, M.Kes

mengingatkan pada Gubernur

DKI Jakarta Joko Widodo.

Bukan hanya penampilan isiknya yang mirip, tapi pembawaannya yang

rileks, ringan dan apa adanya yang

membuat terasa ada ”nuansa Jokowi”

di diri Direktur Jenderal Bina Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak (Dirjen GIKIA)

ini.

“Ha..ha..ha.. Jangan terlalu kenceng

kalau bilang saya mirip Jokowi,” kata

dr. Anung yang dilantik menjadi Dirjen

pada 7 Januari 2014 sambil tertawa

lepas.

Meskipun ia tidak terlalu memikirkan

kemiripannya dengan tokoh yang kini

paling popular di tanah air tersebut, dr.

Anung mengakui beberapa temannya

memang kerap menyebut kemiripan itu.

“Apalagi Mantan Ibu Sekjen, Ibu

Ratna (Dr. Ratna Rosita Hendardji,

MSc.). Kalau ketemu saya beliau

itu sejak saya masih di Jawa Tengah

suka bilang ‘ ini pesaing ku’. Karena

beliau kan suaminya kebetulan ketika

itu nyalon jadi Gubernur DKI Jakarta.

Katanya saya ini pesaingnya. Padahal

yang nyalon itu kan Jokowi , gak ada

hubungannya dengan saya…,” kata dr.

Anung.

Jika ada perbedaan yang mencolok

"SAYA HARUS BERKOLABORASI”

Dr. Anung Sugihantono, M.Kes:

antara dr. Anung dengan Jokowi

adalah ukuran tubuhnya. Jika Jokowi

relatif tinggi kurus, maka dr. Anung lebih

mungil. Tapi di balik postur kecilnya

itu, pria kelahiran 20 Maret 1960 ini

ternyata menyimpan pengalaman nan

kaya dan berwarna yang sangat jarang

dimiliki oleh pejabat lain.

Berbeda dengan kebanyakan para

dokter yang lain, perjalanan karir

lulusan Fakultas Kedokteran Universitas

Dipenogoro (UNDIP) Semarang ini,

tidak melulu di dunia kedokteran

atau kesehatan masyarakat pada

umumnya, tapi ia juga ikut mengurus

bidang-bidang lain ketika ia berdinas di

Provinsi Jawa Tengah. Bidang sosial,

kontruksi, hingga promosi dan penaman

modal pernah ia urus. Dari tugas-

tugas administratif, teknis, hingga yang

bersifat makro telah ia jalani dengan

baik.

“Saya memang sempat tersesat pada

jalan yang benar..ha…ha…ha… Tapi

banyak hikmahnya, temen saya jadi

banyak. Tapi sekaligus juga musuhnya

banyak. Pasti akan ada yang seneng

dan enggak seneng. Itu kan biasa. Tapi

lebih banyak temennya daripada yang

tidak suka.,” katanya mengomentari

karirnya yang lumayan “berliku” itu.

Sebelum diangkat sebagai Dirjen

GIKIA, pria kelahiran Temanggung,

Jawa Tengah ini adalah Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah. Dokter alumni FK Universitas

Diponegoro Semarang ini mengawali

karier setelah lulus pada tahun

1984 sebagai Kepala Puskesmas

di Puskesmas Poncor, dilanjutkan

ke Puskesmas Sumber dan Sarang.

Ketiganya berada di wilayah Kabupaten

Rembang, Jawa Tengah. Selanjutnya,

dr. Anung malang melintang berkarier di

jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, antara lain sebagai Ka Seksi

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Dinkes Prov Jateng, Ka Seksi Usaha

Kesehatan Institusi Dinkes Prov Jateng,

dan Ka Subdin P2M Dinkes Prov

Jateng.

Sukses mengemban amanah di

jajaran Dinas Kesehatan, dr. Anung

kemudian dipercaya memegang jabatan

di lingkungan Sekretariat Daerah

Saya memang sempat tersesat pada jalan yang be-nar..... Tapi banyak hikmahnya, temen saya jadi banyak...

40 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Potret

Provinsi Jawa Tengah. Beberapa

jabatan yang pernah dipegangnya

antara lain sebagai Kepala Biro

Kesejahteraan Rakyat Setda Prov

Jateng, Ka Biro Pembangunan Setda

Prov Jateng, dan Wakil Kepala

Bappeda Prov Jateng, Kepala Bappeda

Prov Jateng, Kepala Badan Litbang

Prov Jateng, dan Kepala Badan

Penanaman Modal Daerah Prov Jateng.

Tahun 2011, dr. Anung “kembali ke

khitah”. Alumni S2 Magister Kesehatan

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ini dipercaya kembali mengurus bidang

kesehatan. Gubernur Jawa Tengah

ketika itu mengangkat Anung sebagai

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah.

Beberapa upaya terobosan dalam

percepatan penurunan Angka Kematian

Ibu (AKI) sukses diterapkannya di

Jawa Tengah, antara lain ekstensiikasi pembangunan Poskesdes di seluruh

desa, kebijakan Persalinan 4 Tangan

(persalinan ditolong oleh 2 orang

bidan), dan pelaksanaan MDGs

Acceleration Framework (MAF)

Percepatan Penurunan AKI.

Tiga Hal

Dengan segala pengalamannya

mengurus berbagai ragam pekerjaan,

membuat dr. Anung menjadi sosok yang

lengkap, dan diharapkan membawa

angin segar di lingkungan Dirjen

GIKIA. Mengenai programnya di Dirjen

GIKIA, ayah dari dua orang anak

ini berpatokan pada tiga hal pokok

seperti yang diamanatkan oleh Menteri

Kesehatan saat ia mengikuti seleksi

terbuka eselon satu Kementerian

Kesehatan akhir tahun lalu.

Menurut dr. Anung, ketika itu Menkes

mengatakan, setidaknya ada tiga hal

yang harus dipecahkan. Pertama,

masalah kesehaatan Ibu dan Anak;

kedua masalah gizi; ketiga masalah

upaya menyiapkan generasi muda

melalui kegiatan Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS).

“Masalah kesehatan ibu dan anak

secara keseluruhan, karena hal ini

berkaitan dengan target-target MDGs

yang belum tercapai atau beliau

(Menkes) lebih vulgar mengatakan

Kementerian Kesehatan mendapat

raport merah.”

Dr. Anung menjelaskan bahwa

sebenarnya tidak ada hal baru

mengenai masalah kesehatan ibu

dan anak. “Masalah hanya berkaitan

dengan angka, karena kematian ibu

dan kematian bayi polanya juga tidak

banyak berubah, jadi tidak ada hal

yang baru. Yang baru dalam 10 tahun

terakhir adalah aspek desentralisasi

data kelola pemerintahan.”

Mengenai persoalan gizi , secara

umum dr. Anung menyebut ada dua sisi

yang harus dicermati. Sisi satu adalah

persoalan kekurangan gizi masyarakat

yang belum sepenuhnya dapat

ditangani dan belum dapat dipecahkan.

Adapun sisi lain adalah persoalan gizi

lebih yang saat ini terjadi pada anak-

anak maupun orang tua.

“Sisi pertama di antaranya persoalan

anemi ibu hamil, anemi pada remaja.

Itu persoalan lama yang sampai

sekarang belum bisa kita pecahkan.

Anak-anak kurus, anak-anak pendek,

itu juga persoalan yang belum

bisa dipecahkan. Tapi Menkes juga

menyampaikan persoalan gizi lebih

yang saat ini terjadi pada anak-anak

maupun orang tua. Ini kemudian akan

menjadi pemicu penyakit-penyakit

tdk menular yg saat ini semakin tinggi,

seperti hipertensi, gagal ginjal, stroke,”

kata penyuka olahraga Badminton dan

Futsal ini.

Adapun persoalan ketiga yang

dirisaukan oleh Menkes dan harus

dijawab oleh Dirjen GIKIA yang baru

adalah menyiapkan generasi muda

untuk lebih peduli tentang kesehatan

melalui program Usaha Kesehatan

Sekolah ( UKS) . “Kenapa ini kemudian

dilakukan, karena beliau (Menkes)

melihat angka merokok. Makin muda

sekarang. Angka kesakitan karena

HIV juga makin bergeser ke arah anak

muda. Program UKS yang sudah

terorganisir di sekolah menjadi hal yang

sangat penting.”

Kolaborasi

Menurut dr. Anung, ia akan bekerja

keras memimpin Dirjen Bina Gizi KIA

guna memecahkan tiga persoalan

yang diamanatkan Menkes tersebut,

namun ia menyadari bahwa pemecahan

masalah tidak mungkin hanya dilakukan

oleh Dirjen GIKIA, tapi harus ada

kolaborasi dengan pihak-pihak lain, baik

di lingkungan Kementerian Kesehatan,

maupun di kementerian-kementrian lain

yang terkait.

“Karena setelah saya tahu ketika

saya di dalam, saya melihat betul

bahwa ketiga-tiganya tidak ada satu

pun yang mutlak 100 persen yang

dilakukan oleh Dirjen Bina Gizi KIA. Jadi

saya melihat persoalan kematian ibu

dan bayi, persoalan gizi masyarakat,

dan persoalan kesehatan anak usia

sekolah termasuk persoalan reproduksi

dan lain-lain itu tidak satu intervensi pun

bisa dilakukan olh Dirjen Bina Gizi dan

KIA sendiri,” kata dr. Anung.

Dengan kondisi seperti itu, pola

operasional yang akan dikembangkan

dr. Anung dalam menjalankan tugas

sebagai Dirjen Bina GIKIA adalah

melakukan kolaborasi dalam hal

pencapaian target-target yang ada.

“Artinya apa pola komunikasi yang

Ada tiga hal yang harus dipecah-

kan.Pertama, masalah kesehaatan

Ibu dan Anak; kedua masalah gizi;

ketiga masalah upaya menyiapkan

generasi muda melalui kegiatan

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

41Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 23: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

harus saya jalin dengan berbagai pihak

untuk kemudian menjawab berbagai

tantangan yang ada itu. Saya ambil

contoh kematian ibu dan bayi yang

saat ini ada. Kalau Dirjen Bina Gizi

KIA melalui Direktorat Kesehatan

Ibu dan Kesehatan Anak melakukan

berbagai aktivitas untuk meningkatkan

kesadaran ibu, membuat kelas ibu,

memberikan suplemen Fe yang ada

di gizi. Tetapi kalau tenaga kesehatan

yang memberikan pelayanan itu juga

tidak kompeten, tidak tersebar secara

merata di semua fasilitas kesehatan,

tentu hasilnya juga tidak akan ideal,”

kata dr. Anung.

Dr. Anung memberi ilusterasi bahwa

upaya meningkatkan kesadaran ibu

sebenarnya sudah relatif bagus. Hal

ini terlihat antara lain dari tingkat

kunjungan pertama pada proses

kehamilan (K1) yang rata-rata mencapai

90 persen, bahkan di Jawa sudah 90

persen lebih.

“K4 kita juga sudah di atas 80 persen,

persalinan nakas kita juga sudah lebih

dari 80 persen. Nah, tentu kalau masih

ada kematian, ada faktor-faktor lain

yang harus kita sikapi. Bagaimana

dengan obat di Puskesmas? bagaimana

dengan sarana transportasi?

bagaimana peran serta masyarakat

yang ada di sana? dan itu semuanya

bukan domain Dirjen GIKIA secara

keseluruhan,” katanya.

Banyak faktor yang menentukan

pencapaian target kesehatan ibu dan

anak yang tidak semata-mata bisa

dilakukan di Dirjen GIKIA. “Misalnya

peningkatan peran serta masyarakat

tentu temen-temen Promkes

mempunyai peran itu. Emergency

pada saat persalinan itu temen-temen

Binfar dan Alkes yang menyiapkan.

Kemudian rasio Puskesmas yang harus

kita tingkatkan, itu urusan temen-temen

MPUK. Tenaga bidan yangg secara

administratif cakupan sudah di atas 80

persen - 90 persen tetapi masih ada

kematian ibu dan bayi, tentu temen-

temen BPSDM juga harus terlibat.

Belum lagi pelayanan KB yang harus

disikapi oleh temen-temen BKKBN .”

Demikian juga dengan persolaan gizi

yang target pencapaiannya ditentukan

oleh banyak faktor, karena persoalan

gizi ternyata bukan sekedar bagaimana

Direktorat Gizi mampu menyediakan

pedoman. “Tapi, persoalan dasarnya

justru bagaimana ketersediaan,

bagaimana dengan distribusi,

bagaimana dengan pengolahan,

bagaimana dengan pilihan orang tua

dalam menyediakan zat makanan

pada anaknya, dan seterusnya hingga

keamanan pangan ..panjang ceritanya,”

kata dokter yang gemar membaca

komik Donal Bebek ini.

Lebih jauh dr. Anung menjelaskan

bahwa kolaborasi yang dilakukan

bahkan bukan hanya di lingkungan

Kementerian Kesehatan saja,

melainkan harus dilakukan lintas

kementerian.

“Makanya satu satunya yang bisa

saya lakukan atau yang menjadi

fokus adalah kolaborasi pelayanan-

pelayanan yang ada ini dalam satu

koridor yang arahnya sama yakni

menurunkan kematian ibu dan bayi,

meningkatkan status gizi masyarakat

dan tentu kesehatan remaja usia

anak sekolah melalui UKS pun harus

kolaborasi dengan temen-temen

Kementrian Pendidikan, Kementerian

Agama, dan Kementrian Dalam Negeri .

Kita mengaktifkan lagi pembinaan UKS

yang ada surat keputusan bersama 4

menteri yg sudaj sejak thn 2001 atau

sesudah reformasi belum dilakukan

42 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Potret

revitalisasi lagi , padahal dinamikanya

di luar sudah sangat banyak.”

Melihat kondisi itu, dr. Anung

mengatakan bahwa langkah awal yang

dilakukannya saat mendapat amanat

memimpin Dirjen Bina Gizi dan KIA

adalah menyerap sebanyak mungkin

informasi. “Maka langkah-langkah

awal dalam satu dua minggu terakhir

ini saya lebih banyak mendengar

semua orang yang pengen ketemu

memberikan input.”

Dr. Anung menegaskan bahwa ia

memang lebih suka menggunakan

istilah kolaborasi disbanding

koordinasi, misalnya. “ Makanya

saya gunakan istilah kolaborasi kalau

koordiansi hanya berbagi informasi

dan tanggungjawab, tetapi kalau

kolaborasi itu berbagi sumber daya.

Jadi apa yang bisa kita lakukan dan

apa yang tidak bisa kita lakukan.

Saya enggak mungkin sendirian, saya

butuh dukungan temen-temen untuk

suatu hal yang penting dan harus kita

wujudkan ke depan.”

Menurut pria asal Temanggung ini,

pengalamannya berpindah-pindah

bidang kerja dalam perjalanan karirnya

memberikan keuntungan tersendiri

dalam menjalankan strategi kolaborasi

tersebut. “Kebetulan saya pribadi

punya pengalaman pindah…pindah…

pindah…pindah. Akhirnya punya

banyak temen… Di Kementerian Dalam

Negeri hampir semua eselon satunya

saya pernah bekerjasama dengan

mereka karena saya punya pengalaman

di Bapeda. Ini barangkali sebagai entry

point.”

Keluasan pergaulan dan banyaknya

teman tersebut akan dimaanfaatkan

oleh Anung dalam menjalankan tugas

yang diembannya sebagai Dirjen Bina

Gizi KIA. “Strategi yang bisa saya

lakukan saat ini menurut saya dan itu

relatif lebih efektif adalah pendekatan

personal dulu sebelum kita bicara

pendekatan institusional.”

NKRI

Dalam menjalankan setiap tugas

yang mengharuskannya berkolaborasi

dengan berbagai kalangan, dr. Anung

memiliki ilosoi tersendiri yang ia

namakan NKRI yang ia rumuskan

berdasarkan pengalamannya.

NKRI adalah singkatan dari Niat

baik, Kerja keras, Realistis, dan Ikhlas.

“ Saya menggunakan prinsip NKRI.

Semua kolaborasi itu hanya bisa

dilakukan kalau kita sama-sama punya

niat baik. Jadi semua hrs diawali

dengan niak baik. Dasarnya harus dari

niat baik. Kemudian yang kedua kerja

keras. Tapi itu sesungguhnya kalau

bahasa operasional kita melakukan

sesuatu dengan sungguh-sungguh,

mencari jalan keluar dari persoalan

yang kita hadapi. Banyak persoalann

yang ada, ya harus cari jalan

keluarnya.”

Selain niat baik dan kerja

keras, menurut dr. Anung, dalam

membuat program dan menjalankan

pekerjaan juga harus realistis dengan

mempertimbangkan situasi dan kondisi

yang ada.

“Kita harus realistis dan rasional

karena memang pada strata tertentu

pendekatan kolaboratif itu hanya bisa

dilakukan secara realistis. Saya

tidak mungkin berbicara dengan

temen-temen Kementrian

Pendidikandan Kebudayaan

saat ini jika berbicara

tentang pendidikan

kesehatan di

madrasah,

karena

madrasah punya Kenterian Agama.

Anak usia sekolahnya sama , tapi

madrasah itu kepentingan Kementrian

Agama. Jadi kita harus realistis. Kalau

memasukan ilmu atau kurikulum

atau muatan lokal untuk makanan

tambahan misalnya, kebijakannya juga

hrs diambil oleh mereka yang ada

atau memposisikan. Silahkan kalau

Kemenag mau, kami akan memsuport.”

Hal yang tak kalah pentinya bagi dr.

Anung dalam menjalankan pekerjaan

adalah keikhlasan. “ I nya itu ikhlas

. Ikhlas itu misalnya kalau hendak

diganti kalau tdk perform harus ikhlas

lah. Enggak masalah. Saya sudah

16 kali pindah. Kita harus ikhlas.

Selalu ada niat baik daari pemimpin

untuk menempatkan kita di tempat

yang tepat. Dan yang paling penting

kalo kita bicara ikhlas itu yang paling

penting yang paling tahu tempat yang

paling tepat untuk diri kita adalah Allah

Subhanawataala.” (YN)

43Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM

Page 24: Makhluk Kecil Dengan Ancaman Besar

Pelayanan informasi publik

Kementerian Kesehatan

(Kemenkes) mempunyai peran

yang strategis dan merupakan

ujung tombak dalam meningkatkan citra

positif Kemenkes, serta meningkatkan

pemahaman publik terhadap kebijakan

dan hasil pembangunan kesehatan.

Adapun pelayanan informasi publik

yang saat ini ada di Kemenkes yaitu

Pojok Informasi, Unit Layanan Terpadu

(ULT), Pelayanan Perpustakaan serta

pengembangan Saluran Informasi,

Aspirasi dan Pengaduan (SIAP) melalui

Halo Kemkes, Faksimili, WEB, SMS,

e-mail serta berbagai sosial media

lainnya.

Pojok Informasi yang terletak di

lobby gedung Suyudi Kemenkes

jl, H.R. Rasuna Said merupakan

layanan langsung bagi masyarakat

yang membutuhkan informasi pada

saat jam kerja. Sementara ULT juga

berada di gedung Suyudi Kemenkes

lantai 5, yang dapat memberikan

pelayanan administrasi perijinan di

bidang kesehatan, seperti pelayanan

perijinan sarana PBF, industri farmasi,

industri obat tradisional, kosmetik,

layanan perijinan Rumah Sakit, layanan

proses akreditasi Rumah Sakit, layanan

pengurusan Administrasi Kepegawaian,

Layanan proses registrasi Apoteker,

layanan ijin edar Alat Kesehatan

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

KEMENKES TIDAK MENERIMA

GRATIFIKASI

Rarit Gempari

dan perbekalan Kesehatan Rumah

Tangga (PKRT), layanan sertiikasi produk Alkes dan layanan sertiikasi sarana alkes dan PKRT serta distribusi

alkes. Selanjutnya untuk pelayanan

perpustakaan berada di lantai satu

gedung dr. Adhyatma Kemenkes dan

buka setiap hari dan pada jam kerja.

Berbeda dengan pelayanan

informasi publik di atas, Halo Kemkes

dapat memberikan layanan informasi

kesehatan dan juga sekaligus

menerima pengaduan serta masukan

di bidang kesehatan melalui telepon

500567 selama 24 jam. Pelayanan

publik yang diberikan jelas memerlukan

kecepatan, kemudahan dan keakuratan

44 MEDIAKOM Edisi 49 . April 2014

Kolom

serta diharapkan dapat memberikan

solusi. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka proses pelayanan publik

ini mempunyai risiko besar terjadinya

gratiikasi ataupun suap.Gratiikasi menurut Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 adalah

pemberian dalam arti luas, yaitu

mencakup pemberian uang, barang,

rabat (discount), komisi, pinjaman

tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas

penginapan, perjalanan wisata,

pengobatan cuma-cuma dan fasilitas

lainnya. Gratiikasi tersebut baik yang diterima di dalam negri maupun di

luar negei dan yang dilakukan dengan

sarana elektronik atau tanpa sarana

elektronik. Setiap gratiikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara

negara dianggap sebagai pemberian

suap, apabila berhubungan dengan

jabatannya dan yang berlawanan

dengan kewajibannya atau tugasnya.

Berapapun nilai gratiikasi yang diterima seseorang pegawai negeri, bila patut

diduga berkaitan dengan jabatan/

kewenangan yang dimiliki, maka

sebaiknya pegawai negeri tersebut

segera melaporkannya kepada KPK

untuk dianalisis lebih lanjut.

Kementerian Kesehatan

mempunyai komitmen yang besar

terhadap pencegahan korupsi,

suap dan pemberian gratiikasi. Hal ini tampak antara lain pada

saat Rakerkesnas Tahun 2014 lalu,

Ibu Menteri Kesehatan bersama

Ketua KPK telah menandatangani

kesepakatan kerjasama tentang

Komitmen Bersama Pengendalian

Gratiikasi dan Pencegahan, dengan sebelas Perusahaan obat. Mengapa

demikian? Karena Gratiikasi ini dapat dikatagorikan sebagai tindakan atau

bahkan akar dari korupsi. Gratiikasi ‘seolah-olah’ hal biasa dan sah

saja diterima, karena berdalih tidak

diminta apalagi dipaksa, bahkan

sebagai tanda terima kasih, dan

diberikan dengan ikhlas. Dengan

demikian untuk menghindari terjadinya

konlik kepentingan yang timbul karena gratiikasi, maka seluruh penyelenggara negara di lingkungan

Kementerian Kesehatan harus bisa

menolak penerimaan gratiikasi, termasuk petugas pelayanan informasi

publik. Apabila terpaksa menerima,

maka harus melaporkan gratiikasi yang diterimanya kepada KPK atau

Unit Pengendalian Gratiikasi di Lingkungan Kementerian Kesehatan

RI. Selanjutnya penerimaan gratiikasi ini wajib dilaporkan kepada Komisi

Pemberantasan Korupsi selambat-

lambatnya tiga puluh hari kerja terhitung

sejak tanggal gratiikasi tsb diterima. Kementerian Kesehatan memiliki

kepentingan dan bertanggung jawab

dalam pembinaan dan pencegahan

korupsi termasuk suap dan gratiikasi. Oleh karena itu, Kementerian

Kesehatan telah memberikan

perhatian penuh untuk mewujudkan

institusi yang bersih, bahkan dengan

memasukkan substansi Pendidikan

Budaya Anti Korupsi (PBAK) kedalam

kurikulum baku di Politeknik Kesehatan

(Poltekkes) dan Balai Pelatihan

Kesehatan (Bapelkes) di seluruh

Indonesia, serta mensosialisasikan

PBAK dalam setiap pertemuan

Nasional ataupun capasity building.

Untuk pelayanan informasi publik di

Kemenkes, terlihat bahwa semua

petugas telah menggunakan pin yang

bertuliskan sehat tanpa korupsi. Pin

ini dipakai setiap hari pada jam kerja.

Juga di semua tempat yang strategis

telah dipasang CCTV, standing banner,

poster dan lealet anti gratiikasi, anti suap dan anti korupsi. Harapan

kedepan kiranya bukan hanya sekedar

memakai pin anti korupsi tetapi

implementasinya yang lebih utama.

Secepat mungkin pendidikan budaya

anti korupsi harus dimengerti dan

dipahami serta dilaksanakan, bukan

semata-mata karena ada konsekwensi

hukumnya (sanksi yang diberikan) jika

memberi dan menerima gratiikasi. Hal ini sesuai dengan yang tercantum

dalam UU no 20 tahun 2001 pasal 12B

bahwa pemberian sanksi minimum

empat tahun dan maksimum dua puluh

tahun atau penjara seumur hidup dan

pidana denda paling sedikit dua ratus

juta rupiah, dan maksimum satu milyar

rupiah. Dari peraturan ini jelas sekali

bahwa penerimaan gratiiksi merupakan hal yang sangat serius sebagai salah

satu bentuk tindak pidana korupsi,

dengan sanksi pidana yang persis sama

dengan tindakan pidana suap lainnya

dalam Undang-Undang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

Pengendalian gratiikasi harus merupakan sistem yang merupakan

perangkat dan mekanisme

pengendaliannya dibangun dan

dikembangkan oleh masing-masing

instansi untuk menjaga integritas

pegawainya. Sementara pengendalian

secara individu dapat menggunakan

self assessment sederhana dengan

langkah ‘AMATI’. Yang dimaksud

dengan AMATI adalah sebagai berikut :

Aturan, yaitu bagaimana aturan yang

berlaku di instansi Saudara terkait

dengan penerimaan gratiiksiMaksud, apa maksud si pemberi

memberikan gratiikasi kepada Saudara?

Agenda, apakah agenda kegiatan

yang sedang berlangsung pada saat

dilakukannya pemberi gratiikasi kepada Saudara?

Terbuka, apakah pemberian tersebut

sah dan dilakukan secara terbuka?

Identitas, bagaimana identitas dan

latar belakang pemberi dalam kaitannya

dengan jabatan dan pelaksanaan tugas

serta kewajiban Saudara?

Jika kita mendapatkan gratiikasi , hal-hal yang harus kita lakukan antara

lain :

Menolak pemberian gratiikasi tersebut secara baik dan sopan,

sehingga tidak menyinggung perasaan

dari pemberi gratiikasi.Apabila gratiikasi sudah terlanjur

diberikan, misalnya melalui orang

terdekat seperti suami/isteri, anak dll,

maka sebaiknya gratiikasi yang telah terlanjur diterima dilaporkan ke KPK

melalui unit pengendali gratiikasi, yang berkantor di Inspektorat Kementerian

Kesehatan Blok A lantai 3, ruang 304

Jalan HR Rasuna Said Jakarta Selatan.

Untuk penerimaan yang merupakan

barang yang cepat kadaluarsa misalnya

makanan/minuman, maka dapat

diserahkan kepada Lembaga Sosial

dengan menyampaikan bukti tanda

45Edisi 49 . April 2014 MEDIAKOM