MAKALAH ORGANOLOGAMSYNTHESIS AND APPLICATION OF ORGANOMERCURY
HAPTENS FOR ENZYME-LINKED IMMUNOASSAY OF INORGANIC AND ORGANIC
MERCURYCaryn K. Prudente, Rebekah S. Sirios, Shaun Cote
(2010)Sintesis dan Aplikasi dari Organomerkuri Hapten untuk
Enzyme-linked Immunoassay pada Merkuri Anorganik dan Organik
Disusun oleh: Yuni Prasetiowati 103234023Tiva Umaroh
103234025Jepi Isnanto103234030Maulani Anies Shiami 103234035
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Merkuri adalah logam yang secara terus-menerus
berada di lingkungan dan terakumulasi dalam rantai makanan. Merkuri
ada dalam bentuk organik maupun anorganik. Bentuk organik dapat
dibagi sebagai elemental merkuri dan garam merkuri. Organomerkuri
mengandung senyawa alkil da aril didalamnya. Elemental merkuri
menguap pada suhu ruang dan bereaksi dengan banyak unsur membentuk
garam, amalgam, dan senyawa organomerkuri. Pada dasarnya semua
bentuk merkuri adalah toksik. Misalnya senyawa organomerkuri,
sangat beragam dari senyawa dengan toksisitas rendah
(mercurochrome) sampai senyawa dengan toksisitas tinggi
(dimetilmerkuri). Merkuri di alam, secara toksikologikal merupakan
unsur yang penting. Dinyatakan oleh Environmental Protection Agency
(EPA) bahwa merkuri merupakan unsur yang berbahaya akibat sifatnya
yang tetap dan akumulatif di lingkungan dan biota. Meskipun merkuri
bukan unsur kimia yang melimpah di alam, merkuri menjadi tersebar
luas akibat hasil dari banyak industri dan agrikultural proses.
Merkuri memiliki peran penting dalam lingkup kimia bioanalitik,
seperti sejumlah aplikasi berbasis merkuri beragam ditemukan di
seluruh literatur. Misalnya, merkuri yang memiliki sifat elektronik
unik telah terbukti berguna dalam merancang metode pengujian tiol
berbasis elektrokimia. Logam merkuri telah membantu karakterisasi
mikroskop elektron dari protein dan telah dimasukkan ke dalam neon
peptida dan kepingan protein. Baru-baru ini, sensor kimia dan
fluorescent telah dibuat untuk mendeteksi merkuri dan spesies logam
lainnya, dan berbagai metode nanoteknologi telah muncul. Telah ada
minat dalam mengembangkan antibodi anti-merkuri monoklonal (mAb:
monoclonal antibody) untuk digunakan sebagai alat diagnostik yang
mampu memberikan spesifikasi tinggi, murah, mudah digunakan dalam
tes deteksi merkuri. Logam merkuri, garam merkuri, dan senyawa
organomerkuri adalah racun di lingkungan dan ada terus-menerus, dan
bahaya bagi kesehatan manusia, mamalia, dan sistem perairan.
Meskipun kemajuan di teknik instrumental canggih mampu mendeteksi
logam berat pada konsentrasi sangat rendah, masih ada minat dalam
pengembangan uji logam yang mudah digunakan yang menyediakan
efisiensi, hemat biaya, dan deteksi merkuri yang sensitif. Pmbuatan
biokonjugat yang mengandung logam dengan tujuan menghasilkan
antibodi yang mampu mengikat logam dan ion logam, telah menjadi
fokus dari banyak upaya penelitian selama lebih dari 20 tahun.
Karena logam, seperti banyak hapten dengan berat molekul rendah,
tidak imunogenik, salah satu pendekatan yang umum dilakukan untuk
menghasilkan spesies imunogenik berbasis logam yang melekatkan
secara kovalen EDTA atau agen pengkhelat logam lainnya pada
permukaan protein. Bagian khelat memfasilitasi enkapsulasi logam
dalam struktur kandang di permukaan karier melalui pembentukan
ikatan koordinasi antara atom khelat kaya elektron dan atom logam
yang kekurangan elektron. Contoh awal dari biokonjugat dibuat dari
metodologi khelasi logam telah menghasilkan beberapa substrat
berguna. Meskipun beberapa dari ini biokonjugat sebelumnya tidak
menghasilkan antibodi dengan kekhususan mengikat memadai untuk tes
analitis, biokonjugat khelat logam telah menemukan aplikasi praktis
sebagai antibodi terapi logam berlabel, sebagai substrat pencitraan
resonansi magnetik, dan teknik radioimaging. Salah satu ekstensi
terbaru dari metodologi khelasi EDTA telah sintesis sensor optik
neon yang dirancang untuk mendeteksi ion Hg2+. Dalam jurnal ini,
ion Hg2+ terjebak dalam struktur kandang seperti yang timbul dari
suatu dimer porfirin. Pekerjaan awal telah menunjukkan bahwa sensor
kimia mampu mendeteksi Hg2+ pada konsentrasi 104-107 M dengan
derajat spesifitas tinggi atas ion logam divalen lainnya. Saat ini,
hanya ada beberapa contoh protokol yang telah menghasilkan antibodi
yang mengikat logam dari metodologi selain kompleksasi khelat.
Benkovic dan rekan kerja memodifikasi secara kimia situs pengikatan
antibodi katalitik untuk mengakomodasi kompleksasi ion Zn2+. Laju
hidrolisis katalitik yang dihasilkan oleh substrat AbZn2+ diamati
untuk meningkatkan relatifitas terhadap antibodi asli. Mirip dengan
enkapsulasi merkuri dalam khelat, yang lain telah mengeksploitasi
afinitas ikatan yang tinggi dari sulfur untuk logam merkuri.
Setelah secara kovalen mengikat glutathione, tripeptida dari asam
glutamat, sistein, dan glisin, terhadap Keyhole Limpet Hemocyanin
(KLH) melalui karbodiimida kimia, merkuri klorida (HgCl2) melekat
pada karier glutathione termodifikasi oleh pertukaran ligan yang
dimediasi sulfur. Imunogen yang dihasilkan menghasilkan antibodi
yang mampu mendeteksi konsentrasi rendah garam merkuri (II) dalam
air. Rancangan dan persiapan sintesis hapten organomerkuri
dilakukan dengan metode konjugasi protein, dengan tujuan
menghasilkan antibodi yang mampu mengikat baik logam Hg(II) maupun
bentuk organologam merkuri di berbagai media sampel. Strategi
secara keseluruhan adalah dengan melakukan reaksi oxymerkurasi
intramolekul untuk mensintesis struktur sederhana, tapi kuat secara
kimia, hapten organomerkuri yang mudah terikat kovalen pada protein
karier melalui amina yang ada, strategi yang cukup unik
dibandingkan dengan yang sebelumnya dijelaskan dalam metode
khelasi. Dalam studi ini, antibodi anti-merkuri tikus yang sangat
serbaguna diberikan dengan menerapkan strategi yang dievaluasi
secara mendalam melalui berbagai format immunoassay. Hasil dari
penelitian ini memberikan dorongan untuk mengejar produksi mAb.
Berdasarkan hasil yang dijelaskan di bawah ini, bahwa mAb yang
berasal dari hapten organomerkuri akan sangat kuat, sehingga sistem
deteksi merkuri serbaguna dan sangat sensitif.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses sintesis dan
karakterisasi hapten organomerkuri?2. Bagaimana penerapan hapten
organomerkuri sebagai antibodi yang mampu mengikat baik logam
Hg(II) maupun bentuk organologam merkuri diberbagai media
sampel?
C. Tujuan 1. Mengetahui peroses sintesis dan karakterisasi
hapten organomerkuri.2. Mengetahui penerapan hapten organomerkuri
sebagai antibodi yang mampu mengikat baik logam Hg(II) maupun
bentuk organologam merkuri diberbagai media sampel.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Organomerkuri Organomerkuri mengacu pada kelompok senyawa
organologam yang mengandung merkuri. Biasanya ikatan Hg-C stabil
terhadap udara dan kelembaban, tetapi sensitif terhadap cahaya.
Senyawa organomerkuri yang penting adalah kation metilmerkuri
(CH3Hg+), kation etilmerkuri (C2H5Hg+), dimetil merkuri (CH3)2Hg,
dan dietilmerkuri. Merkuri organik (RHg, R2Hg, ArHg) seperti
metilmerkuri dan etilmerkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil
rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam dilingkungan.
Merkuri organik merupakan bentuk senyawa merkuri yang paling
berbahaya. Sebagian besar peristiwa keracunan merkuri disebabkan
oleh senyawa ini. Merkuri organik digunakan secara luas pada
industri pertanian, industri pulp dan kertas, dan dalam bidang
kedokteran. Senyawa ini juga dapat terbentuk dari metabolisme
merkuri metalik atau dari merkuri anorganik dengan bantuan
mikroorganime tertentu baik dalam lingkungan perairan ataupun dalam
tubuh manusia.
B. Reaksi Oksimerkurasi Reaksi oksimerkurasi merupakan reaksi
adisi elektrofilik yang mengubah suatu alkena menjadi alkohol
netral. Dalam oksimerkurasi, akena bereaksi dengan Hg(II) asetat
dalam larutan aquos membentuk adisi gugus asetoksimerkuri (HgOAc)
dan gugus hidroksi (OH).Contoh reaksi Oksimerkurasi:
Mekanisme reaksi oksimerkurasi secara umum dijelaskan oleh
gambar berikut:
Seperti reaksi adisi pereaksi lain terhadap alkena,
oksimerkurasi merupakan reaksi dua tahap. Adisi dimulai dari
serangan nukleofilik (HgOAc)+ yang diikuti oleh serangan
nukleofilik H2O.
C. Immunoassay Immunoassay adalah deteksi dan uji zat dengan
metode serologis (imunologi), pada sebagian besar aplikasi zat
tersebut berfungsi sebagai antigen, baik dalam produksi antibodi
dan dalam pengukuran antibodi oleh zat uji. Metode deteksi secara
Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) yang berdasarkan reaksi
spesifik antara antigen dengan antibodi memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi karena menggunakan enzim sebagai
indikatornya. ELISA juga memiliki keunggulan sebagai metode yang
sederhana, cepat, murah, dapat mendeteksi sampel dalam jumlah
banyak. ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan
spesifisitas untuk antigen tertentu. Sampel dengan jumlah yang
tidak diketahui dari antigen yang bergerak pada dukungan solid baik
non-spesifik (melalui adsorps ke permukaan) atau khusus melalui
penangkapan oleh antibodi lain spesifik terhadap antigen yang sama.
Setelah antigen tersebut bergerak, antibodi deteksi yang
ditambahkan membentuk kompleks dengan antigen. Deteksi antibodi
kovalen dihubungkan dengan enzim atau dapat dideteksi sendiri oleh
antibodi sekunder yang terkait dengan enzim melalui biokonjugat.
Pada tahapannya, setiap langkah plate biasanya dicuci dengan
larutan deterjen ringan untuk menghilangkan protein atau antibodi
yang tidak terikat secara khusus. Setelah langkah akhir, plate
dikembangkan dengan menambahkan substrat enzimatik untuk
menghaslkan sinyal yang terlihat dan menunjukkan kuantitas antigen
dalam sampel. Antigen adalah suatu substansi kimia yang mampu
merangsang sistem imun untuk menimbulkan respon spesifik. Contoh
antigen tidak lengkap adalah hapten. Hapten adalah molekul organik
kecil yang dapatmengikat bagian reseptor antigen. Meskipun molekul
inikecil tetapi dapat menginduksi responimun sendiri. Selain itu
juga dapat menginduksi antibodi dengan titer yang tinggi
jikadiikatkan dengan pembawa carrier berupa protein yang mempunyai
berat molekul tinggi atau polimersintetik contohnya adalah logam
berat non-mulia. Antibodi merupakan biomolekul yang tersusun atas
protein dan dibentuk sebagai respons terhadap keberadaan
benda-benda asing yang tidak dikehendaki di dalam tubuh kita.
Benda-benda asing itu disebut antigen. Tiap kali ada benda-benda
asing yang masuk ke dalam tubuh diperlukan 10-14 hari untuk
membentuk antibodi. Antibodi dihasilkan oleh limfosit B atau
sel-sel B. Antibodi digunakan untuk menetralkan atau menghancurkan
antigen yang masuk ke dalam tubuh. Setiap detik sekitar 2.000
molekul antibodi diproduksi oleh sel-sel B. Salah satu contoh
peristiwa yang melibatkan antibodi adalah ketika kulit kita terkena
infeksi karena luka maka akan timbul nanah. Nanah itu merupakan
limfosit atau sel-sel B yang mati setelah berperang melawan
antigen. Antibodi tidak dapat menghancurkan antigen. Antibodi tidak
bisa secara langsung menghancurkan antigen. Fungsi utama antibodi
adalah menonaktifkan dan menandai antigen untuk pengancuran lebih
lanjut. Umumnya, jika antibodi bertemu dengan antigen akan
terbentuk kompleks antigen-antibodi. Antibodi dapat ditemukan pada
aliran darah dan cairan nonseluler. Antibodi memilik struktur
molekul yang bersesuaian dengan antigen secara sempurna, seperti
anak kunci dengan lubangnya. Tiap jenis antibodi spesifik terhadap
antigen jenis tertentu.
Jenis-jenis AntibodiAntibodi disebut juga immunoglobulin (Ig)
atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi
tubuh lewat proses kekebalan (immune).Ada lima macam
immunoglobulin, yaitu IgG, IgM, IgA, IgE, dan IgD. ImmunoglobulinG
(IgG)IgG terbentuk 2-3 bulan setelah infeksi, kemudian kadarnya
meninggi dalam satu bulan, menurun perlahan-lahan, dan terdapat
selama bertahun-tahun dengan kadar yang rendah. IgG beredar dalam
tubuh dan banyak terdapat pada darah, sistem getah bening, dan
usus. Senyawa ini akan terbawa aliran darah langsung menuju tempat
antigen berada dan menghambatnya begitu terdeteksi. Senyawa ini
memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, serta menetralkan
racun. IgG juga mampu menyelinap diantara sel-sel dan menyingkirkan
mikroorganisme yang masuk ke dalam sel-sel dan kulit. Karena
kemampuan serta ukurannya yang kecil, IgG merupakan satu-satunya
antibodi yang dapat dipindahkan melalui plasenta dari ibu hamil ke
janin dalam kandungannya untuk melindungi janin dari kemungkinannya
infeksi yang menyebabkan kematian bayi sebelum lahir. Selanjutnya
immunoglobulin dalam kolostrum (air susu ibu atau ASI yang pertama
kali keluar), memberikan perlindungan kepada bayi terhadap infeksi
sampai sistem kekebalan bayi dapat menghasilkan antibodi sendiri.
Immunoglobulin A (IgA)Immunoglobulin A atau IgA ditemukan pada
bagian-bagian tubuh yang dilapisi oleh selaput lendir, misalnya
hidung, mata, paru-paru, dan usus. IgA juga ditemukan di dalam
darah dan cairan tubuh lainnya, seperti air mata, air liur, ASI,
getah lambung, dan sekresi usus.Antibodi ini melindungi janin dalam
kandungan dari berbagai penyakit. IgA yang terdapat dalam ASI akan
melindungi sistem pencernaan bayi terhadap mikroba karena tidak
terdapat dalam tubuh bayi yang baru lahir Immunoglobulin M
(IgM)Antibodi ini terdapat pada darah, getah bening, dan pada
permukaan sel-sel B. Pada saat antigen masuk ke dalam tubuh,
Immunoglobulin M (IgM) merupakan antibodi pertama yang dihasilkan
tubuh untuk melawan antigen tersebut. IgM terbentuk segera setelah
terjadi infeksi dan menetap selama 1-3 bulan, kemudian
menghilang.Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur
kehamilan enam bulan. Jika janin terinfeksi kuman penyakit,
produksi IgM janin akan meningkat. IgM banyak terdapat di dalam
darah, tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan dalam organ
maupun jaringan. Untuk mengetahui apakah janin telah terinfeksi
atau tidak, dapat diketahui dari kadar IgM dalam darah.
Immunoglobulin D (IgD)Immunoglobulin D atau IgD juga terdapat dalam
darah, getah bening, dan pada permukaan sel-sel B, tetapi dalam
jumlah yang sangat sedikit. IgD ini bertindak dengan menempelkan
dirinya pada permukaan sel-sel T, mereka membantu sel-sel T
menangkap antigen. Immunoglobulin E (IgE)Immunglobulin E atau IgE
merupakan antibodi yang beredar dalam aliran darah. Antibodi ini
kadang juga menimbulkan reaksi alergi akut pada tubuh. Oleh karena
itu, tubuh seorang yang sedang mengalami alergi memiliki kadar IgE
yang tinggi. IgE penting melawan infeksi parasit, misalnya
skistosomiasis, yang banayk ditemukan di negara-negara
berkembang.
BAB III METODE PENELITIAN
1. Sintesis hapten dan prosedur biokonjugasiTert-butil alil
karbamat (2)
4,87ml alilamin (65 mmol) dalam 80 ml H2OTert-butil alil
karbamatDitambah 40ml Na2CO3 1,5 MDitambah 13,9 ml
di-tert-butilkarbonat (63,7mmol) Distirer semalam dalam suhu
kamar
Tert-butil N-[2-(kloromerkurio)-3-[(1-hidroksipentana-2-il)oksi]
propil karbamat (3)
Merkuri nitrat (162mg, 0.5 mmol)Larutan kuning cerahDilarutkan
dalam 1 ml CH3CNTert-butil alil karbamatDilarutkan dalam 3 ml
CH3CNDimasukkan dalam labu Padatan kuningCampuran kuningDistirer
selama 15 menit di suhu ruangDitambah 1,2-pentanadiol (105l,
0.98mmol) yang dilarutkan dalam 2ml CH3CNDistirer dalam N2 di suhu
ruang semalam Tert-butil N-{3-[(1-hidroksipentana-2-il)oksi]
propil} karbamat (4)
Hasil (3) dalam 2 ml CH2Cl2Direduksi dengan 37 mg (1mol) NaBH4
yang terlarut dalam 1ml NaOH 0,2M Distirer dalam suhu ruangCampuran
menjadi suspensi abu-abuMinyak kuning pucatSetelah distirer 15
menit, produk mentah difiltrasi melalui CeliteFiltrat diekstrak
dengan CH2Cl2 Fraksi organik dicuci dengan air asin da dikeringkan
dengan Na2SO4
2-[3-amino-2-(kloromerkurio)propoksi] pentana-1-ol (5)
Hasil (3) (248mg 0,5mmol) dalam 2 ml CH2Cl2Minyak pekat berwarna
kuningDideproteksi dengan 114 mg (1mmol) TFA yang terlarut dalam 2
ml CH2Cl2 Distirer di suhu ruang selama 1 jamDiekstraksi dengan
air, kemudian fasa aquos dibasakan dengan NaOH sampai pH
8-9Difiltrasi
2. Persiapan fase padat konjugat Persiapan biokonjugat BS3
1,0 ml larutan BSADiencerkan dalam 20 mM fosfat buffer dengan
150 mM saline pada pH 7,2 (PBS)Ditambahkan 0,023 mmol hapten 1 (8,0
mg)Ditambahkan 0,023 mmol hapten 5 (9,0 mg)DistirerDitambahkan 0,6
ml (0,031 mmol) BS3 pada 30 mg/ml dalam PBSDistirer selama 2
jam.Fase padat BS3 biokonjugatDimurnikan dengan kromatografi
(Sephadex G-25) dengan menggunakan PBS sebagai eluenHasil
Persiapan biokonjugat SMCC
Minyak mentah hapten 1 (5,0 mg, 0,014 mmol)Ditempatkan dalam
vialDitempatkan di botol keduaDiencerkan dengan 200 l dari PBS
(masing-masing sampel)Ditambah 200 l dari 30 mg/ml (0,018 mmol)
SMCC (masing-masing sampel)Keduanya dicampurDistrirer selama 1 jam
dalam botol terpisahDitambah 20 mg BSA (10 mg ml dalam PBS) dan 1,0
ml dari 4,0-mg/ml (0,030 mmol) larutan stok dari 2 IMT pada PBS
dicampur bersama-samaDiinkubasi selama 1 jam pada RTlarutan
BSA/2-IMT dilewatkan melalui kolom Sephadex G-25 menggunakan PBS
sebagai eluen.HasilMinyak mentah hapten 5 (6,0 mg, 0,015 mmol)
3. Persiapan immunogen dan antiseraPenelitian bermaksud
menggunakan BSA sebagai pembawa untuk pengujian fase padat
tersebut, IgG ayam terpilih sebagai pembawa imunogen untuk
meminimalkan ikatan spesifik.
500 l larutan 20 mg/ml IgG ayam pada PBSDitambahkan 10 mg (0,028
mmol) dari (5-metilmerkuri klorida tetrahidrofuran-2-il) -
metilamin (organomerkuri hapten 1)DiadukDitambahkan 170 l dari 30
mg/ml BS3 (8,9x10-3 mmol) Distirer selama 90
menitImmunogenDimurnikan dengan kromatografi (Sephadex G-25) dengan
menggunakan PBS sebagai eluenLarutan immunogenDiencerkan menjadi
3,0 mg/ml dalam PBSDisaringDisimpan pada -20 oC sampai
digunakanHasil
MencitDiimmunisasi setiap minggu dengan 100 g antigen dengan 100
g antigen dicampur dengan volume yang sama dengan Imject
tawas.Darah dikumpulkan melalui pendarahan retro-orbital sebelum
immunisasi awal dan setiap minggu selama proses imunisasiDarah
dibiarkan membeku pada suhu kamar dan kemudian diinkubasi pada 4 oC
semalamDisentrifugasi pada 3000 rpm dalam pendingin microfuge
termoIEC.Serum dipindahkan dan disimpan pada -20 oC tanpa pemurnian
lebih lanjutHasil
4. Pelapisan plat dan prosedur ELISA
Plat mikrotiter skriningDilapisi dengan 100 l dari BSA BS3
hapten 1 yang diencerkan sampai 10 g/ml dalam PBS dan diinkubasi
semalam pada 4 oC atau selama 2 jam pada 37 CKonsentrasi lapisan
optimal ditentukan dengan titrasi fase padat dengan menggunakan
konsentrasi 7-20 10 g/mlPlat dicuci tiga kali dengan 20 mmol PBS
yang mengandung 0,05 % Tween 20 Plat diblok paling sedikit 1 jam
pada RT dengan 250 ml dari 1% baik BSA dalam PBS atau susu kering
3% dalam PBSPlat disimpan pada suhu 4 oC sampai digunakanHasil
Antisera yang serialDiencerkan dalam PBS yang mengandung 0,05%
Tween 20Ditambahakan HRP-label anti-tikus IgG (GAM-HRP) yang
diencerkan menjadi 10,0 ng/ml dalam 0,1 M buffer sitrat (pH
5,0)Ditambahkan 75 l antibodi deteksi HRP label, Gam-HRP
Ditambahkan plat yang telah dilapisiDitambahkan 50 l dari 1,0 mg/ml
OPD pada penyangga peroksida stabilSetelah berdiri selama 15-30
menit pada RT, reaksi diakhiri dengan menambahkan 50 l dari 2,5 M
H2SO4 Absorbansi diukur pada 490 nm dan direkam dengan menggunakan
Bio-Tek Instrumen plate readerHasilSemua analisa diukur setidaknya
diduplikat dan umumnya dalam rangkap tiga.
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sintesis Hapten Organomerkuri Yang pertama dilakukan dalam
jurnal ini adalah melakukan sintesis hapten berbasis organomerkuri.
Hapten adalah molekul kecil yang bersifat antigenik tapi tidak
imunogenik, yang bisa berikatan dengan produk respon imun tapi
tidak bisa membangkitkan respon imun. Antibodi atau limfosit
teraktivasi yang terbentuk untuk melawan ikatan tersebut kemudian
seringkali akan bereaksi secara terpisah terhadap protein atau
hapten. Hapten yang menimbulkan tipe respon imun seperti
obat-obatan dengan berat molekul rendah, unsur kimiawi dalam debu,
produk pemecahan ketombe dari hewan, bahan kimiawi industri ,
toksin dari racun tumbuh-tumbuhan yang menjalar, dll. Hapten +
Protein Karier imunogenik.Keterangan : Hapten yang berikatan dengan
protein karier bersifat imunogenik yang disebut hapten carriers
conjugate. Hapten 1 disintesis dari material awal 2-propen-1-amina
1. Berikut adalah gambaran reaksinya:
Gambar 1. Sintesis 1: pembentukan hapten 1.Sintesis hapten
organomerkuri 1 dimulai dengan melindungi alil amina (dalam hal ini
2-propen-1-amina) dengan t-butil karbamat. Rekristalisasi dari
reaksi campuran t-BOC-alilamina membentuk epoksida 2 akibat adanya
reaksi dengan mCPBA dalam CH2Cl2. Kemudian dibentuk senyawa
hidroksi alkena 3 dengan reaksi menggunakan reagen Grignard dan
dioxane. Tujuan penggunaan dioxane, yang merupakan eter, adalah
untuk membuka cincin nukleofilik dari epoksida. Ketika magnesium
bromida berada dalam larutan, epoksida 2 mudah bereaksi terhadap
ion bromida yang membantu terbukanya cincin nukleofilik membentuk
bromohidrin sebagai produk samping. Pada saat larutan yang kaya
dialilmagnesium, yang dihasilkan dari reaksi Reagen Grignard dan
dioxane, akan terjadi reaksi dengan epoksida 2 menghasilkan
hidroksi alkena 3 tanpa ada gangguan dari bromohidrin. Dengan
terbentuknya senyawa hidroksi alkena 3, sintesis dengan metode
intramolekular oxymerkurasi dapat dilakukan. Senyawa 3 merupakan
prekursor organomerkuri yang dapat digunakan dalam membuaat hapten
organomerkuri.Reaksi oxymerkurasi dilakukan dengan menambahkan
merkuri (II) asetat terhadap larutan hidroksi alkena 3 dalam
asetonitril. Kemudian dalam campuran diberi NaCl untuk
memfasilitasi pertukaran ligan menghasilkan siklis merkuri klorida
4. Tahap akhir dari sintesis hapten 1, senyawa 5, deproteksi
terhadap t-BOC senyawa 4 dilakukan oleh pemberian TFA
(trifluoroacetic acid/asam trifluoroasetat) yang berlebih, yang
hasilnya dilepaskan oleh pemberian NaOH dan diperoleh hasil utama
yaitu amina bebas hapten organomerkuri 5. Dalam jurnal ini tidak
hanya dilakukan satu jenis sintesis hapten organomerkuri saja
melainkan juga dilakukan sintesis hapten 5 yang juga berbasis
organomerkuri. Berikut adalah gambaran reaksinya:
Gambar 2. Sintesis 2: pembentukan hapten 5Prinsip sintesisnya
mirip dengan sintesis hapten 1, yaitu proteksi alilamin 1
(2-propen-1-amina) menggunakan t-BOC untuk menghasilkan senyawa 2.
Namun, reaksi oxymerkurasi yang dilakukan dalam pembentukan hapten
5 adalah reaksi oksimerkurasi intermolekular, dimana t-BOC-alilamin
direaksika dengan merkuri (II) nitrat, diikuti adisi in situ
1,2-pentanadiol yang menghasilkan intermediet merkurinium. Jika
dalam sintesis hapten 1 merkuri (II) asetat memfasilitasi reaksi
oksimerkurasi, dalam sintesis hapten 5 t-BOC-alilamin 2 membutuhkan
merkuri (II) nitrat yang lebih elektrofil untuk mempercepat reaksi
adisi yang menghasilkan senyawa 3. Sedikit dari senyawa 3 direduksi
menjadi senyawa 4 dengan pemberian NaBH4 untuk meminimalisasi
pembongkaran terhadap merkuri selama karakterisasi. Tahap akhir
dari sintesis hapten 5, senyawa 5, dilakukan deproteksi terhadap
t-BOC senyawa 4 dilakukan oleh pemberian TFA yang berlebih, yang
hasilnya dilepaskan oleh pemberian NaOH dan diperoleh hasil utama
yaitu amina bebas hapten 5.
B. Karakterisasi Hapten OrganomerkuriDalam jurnal ini tidak
dipaparkan secara pasti bagaimana hasil dari karakterisasi hapten
organomerkuri yang dihasilkan. Hanya pada proses sintesis
organomerkuri hapten 5, dikatakan bahwa analisis NMR dari senyawa 4
pada sintesis hapten 5 menunjukkan adanya regioisomer pentanadiol
yang dihasilkan dalam campuran produk. Namun dalam jurnal pendukung
yang kami gunakan, dikatakan bahwa pada sintesis hapten 1, melalui
data GC menunjukkan bahwa epoksida yang dihasilkan merupakan produk
yang murni.
C. Aplikasi Hapten Organomerkuri Hapten organomerkuri yang telah
dihasilkan, diaplikasikan dalam immunoassay enzime-linked terhadap
merkuri organik dan anorganik. Immunoassay adalah suatu metode
analisis yang menggunakan antibodi atau antigen sebagai pereaksi
untuk mengukur bahan kimia tertentu, atau analit. Immunoassay
sangat akurat dan sensitif terhadap tingkat konsentrasi yang sangat
rendah dari analit.Dalam jurnal ini, hapten 1 dikonjugasikan
terhadap BSA (Bovine Serum Albumin) melalui BS3
(bis[sulfosuccinimidyl]suberate) dan SMCC (Succinimidyl
4-[N-maleimidomethyl]-cyclohexan-1-carboxylate) sebagai reagen
cross-linkingnya. Berikut adalah prosesnya:
Gambar 3. Biokonjugasi hapten organomerkuri terhadap BSA melalui
BS3 dan SMCC sebagai reagen cross-linkingDalam penelitian ini juga
dibuat konjugat imonugen ayam IgG-hapten1 sebagai kontrol dalam
analisis.Setelah diketahui bahwa hapten organomerkuri itu terikat
kovalen dengan karier, empat tikus diimunisasi dengan IgG
ayamhapten1 dicampur dengan Imject Alum. Antisera tikus discreening
tanpa purifikasi setiap 2 minggu dimulai 12 minggu setelah
imunisasi awal. BSA diencerkan pada 10 mg/ml dalam PBS dan BSABS3
ditutup dengan allylamine sebagai kontrol negatif dalam percobaan
ini. Berdasarkan uji dengan ELISA, dapat dikatakan bahwa karakter
nonpeptida hidrofilik hapten, dikopling dalam bentuk kaku dengan
backbone siklopentana, menghasilkan antibodi menunjukkan derajat
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Hapten 1 dianggap
sebagai pilihan yang logis untuk imunisasi karena ketersediaan
merkuri tampaknya lebih menguntungkan untuk memunculkan respon imun
daripada hapten dengan struktur yang kurang kaku. Ini adalah contoh
pertama dari antibodi anti-merkuri yang diturunkan dari imunogen
yang dibuat secara kovalen dari hapten berbasis organomerkuri
terhadap protein karier. Beberapa modifikasi sintesis fase padat
dieksplorasi untuk mengevaluasi spesifisitas antibodi terhadap
bentuk-bentuk organik dan anorganik merkuri dan untuk menentukan
korelasi antara struktur konjugat fasa padat dan sensitivitas uji
logam. Sebuah fase padat kedua konjugat disiapkan dengan kopling
hapten 1 terhadap BSA via SMCC. Kondisi pengkoplingan tidak
dioptimalkan untuk memberi kerja awal dengan BS3, melainkan
menyarankan protokol kopling (Gambar 3). Enam pengenceran antiserum
ditambahkan ke plate dengan tiga replikasi, dan dua konsentrasi
antibodi HRP-label (80 dan 40ng/ml) digunakan untuk mengevaluasi
ikatan antibodi pada setiap fase padat (Gambar 4). Pada konsentrasi
deteksi antibodi yang lebih tinggi (80 ng/ml), dua kurva yang
dihasilkan sangat mirip. Namun, konjugat SMCC menunjukkan
peningkatan jarak dinamis (25%) dibandingkan dengan konjugat BS3
ketika konsentrasi antibodi deteksi HRP-label dikurangi menjadi
40ng/ml. Hasil ini jelas menunjukkan bahwa antibodi secara spesifik
terikat pada struktur hapten daripada arm linker atau beberapa
bagian dari hapten dan arm linker. Kiranya mudah untuk memprediksi
bahwa sensitivitas uji kemungkinan akan meningkat secara signifikan
pada optimalisasi kimia cross-coupling dan atau pemilihan agen
cross-linking. SMCC dapat memberi kesempatan yang lebih baik untuk
ikatan antibodi dikarenakan jarak relatif linker arm yang lebih
panjang terhadap BS3 (1,97 vs 1,14 nm) dan/atau karena kekakuan
relatif SMCC yang lebih besar untuk BS3, akhirnya mengarah ke uji
yang lebih peka. Selain itu, kinerja immunoassay umumnya meningkat
ketika linker arm di imunogen yang secara struktural berbeda dari
linker arm yang digunakan untuk menyiapkan komponen uji. Karena
struktur hapten sintetik meliputi amina, maka dapat segera
dikoplingkan ke berbagai pilihan reagen cross-linking untuk
menghasilkan amida linkage yang stabil antara hapten dan kariernya,
memberi ikatan yang lebih tahan lama dibandingkan dengan ikatan
sulfur-merkuri yang digunakan dalam konjugat dengan dasar Hg2+
sebelumnya.
Gambar 4. Respon ikatan antibodi anti-merkuri tikus pada
konjugat fasa padat yang dibuat dari kopling hapten 1 ke BSA
melalui dua reagen cross-linking (BS3 vs SMCC). Kedua konjugat fasa
padat dilapisi 10g/ml. respon antibodi terhadap kedua konjugat fasa
padat diukur menggunakan 80 dan 40ng/ml peroksidase anti-mouse
IgG.Kemudian untuk hapten 5, dikonjugasikan terhadap BSA melalui
SMCC untuk mengevaluasi lebih lanjut selektivitas antibodi
anti-merkuri. Berikut adalah prosesnya:
Gambar 5. Kopling hapten 5 terhadap BSA via SMCCAntibodi
anti-merkuri menunjukkan derajat ikatan tinggi pada kedua konjugat
fase padat (Gambar 6). Secara keseluruhan, ikatan antibodi dengan
hapten 5 lebih tinggi daripada dengan hapten 1. Rentang dinamis
yang ditampilkan oleh kedua konjugat fase padat meningkat ketika
menggunakan konsentrasi antibodi deteksi rendah HRP label (20
ng/ml) dibandingkan dengan 40 ng/ml. Sensitivitas tinggi antibodi
terhadap hapten 5 relatif terhadap hapten 1 tampaknya sedikit
mengejutkan, namun biokonjugat BSASMCC tidak dianalisis dengan
MALDI, yang mengungkapkan rasio hapten/protein. Mungkin hapten 5
lebih efisien untuk BSA karena merupakan hapten yang lebih polar
dari hapten 1, memberi rasio hapten/protein yang lebih tinggi dari
8:1 dan permukaan fase padat yang lebih kompak dengan hapten.
Gambar 6. Respon antibodi terhadap hapten 1 dan 5. Kedua hapten
dikoplingkan ke BSA melalui SMCC dan dilapisi pada plate microtiter
10g/ml. Respon antibodi terhadap kedua hapten diukur dengan 40 dan
20 ng/ml peroksidase anti-mouse IgG.Linker lengan panjang dan
kepadatan epitop telah terbukti berdampak pada sensitivitas
antibodi. Hasil ini mendorong karena antibodi anti-merkuri yang
dihasilkan menampilkan kemampuan unik untuk mengikat berbagai
konfigurasi fase padat, memberikan tingkat fleksibilitas yang
tinggi dalam format desain assay.
Gambar 7. Hasil uji persaingan inhibisi menggunakan plate yang
dilapisi dengan BSABS3hapten1 dan Hg(Oac)2, Hg(NO3)2, dan hapten 1
sebagai inhibitor.Sebuah studi pendahuluan inhibisi kompetitif
dilakukan menggunakan coated plate dari BSABS3hapten 1. Antisera
tikus diencerkan 1:10.000, 1:15.000, 1:20.000, dan 1:30.000 di PBS.
Setiap pengenceran dipreinkubasi dengan merkuri asetat (Hg(OAc)2)
pada 20 ppm, merkuri nitrat (Hg(NO3)2) pada 20 ppm , dan 10 ppm
hapten 1 tak terkonjugasi selama 1 jam pada suhu kamar sebelum
menambahkan 50l masing-masing sampel ke plate dalam dua replikasi.
Setiap pengenceran serum juga diinkubasi pada kondisi yang sama
dengan tidak adanya inhibitor apapun. Ketika antibodi anti-merkuri
fase padat berikatan dihambat dengan Hg(OAc)2 dan Hg(NO3)2, sinyal
rata-rata untuk semua sampel yang diinhibisi setara dengan tingkat
kontrol negatif (Gambar 5). Hapten 1 tidak memblokir kemampuan
ikatan fase padat antibodi seefisien garam merkuri. Mungkin hapten
1 tak terkonjugasi kurang tersedia untuk ikatan antibodi karena ada
fleksibilitas konformasi yang lebih besar dan impedansi kurang
sterik ketika larut dibandingkan dengan konformasi kaku yang
terjadi ketika konjugat haptenBSA diserap ke permukaan
plate.Immunoassays sangat kuat, tapi mudah digunakan, alat-alat
analisis untuk mendeteksi kontaminan lingkungan hadir dalam
konsentrasi rendah. Penelitian ini memvalidasi strategi untuk
sintetis hapten berbasis organomerkuri unik dan dapat digunakan
untuk mengembangkan immunoassay yang sangat sensitif yang mampu
mendeteksi kontaminasi merkuri dalam berbagai kondisi lingkungan.
Pendekatan dalam penelitian ini memanfaatkan reaksi oxymerkurasi
untuk mensintesis hapten organomerkuri yang stabil dan larut dalam
air. Fungsi hapten mudah membentuk ikatan kovalen dari bagian
organomerkuri terhadap protein karier. Penelitian ini telah membuat
immunogen berbasis merkuri dengan metode dasar yang sama, yaitu,
koordinasi garam Hg2+ untuk kelat atau sulfur. Disini, antibodi
yang dihasilkan menunjukkan tingkat ikatan terhadap merkuri yang
tinggi dalam berbagai format uji dan mampu mengikat bentuk merkuri
anorganik (Hg2+) dan organik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Sintesis hapten organomerkuri dilakukan dengan
reaksi oxymerkurasi yang hasilnya dikonjugasikan ke protein, dengan
tujuan menghasilkan antibodi yang mampu mengikat baik logam Hg(II)
maupun bentuk organologam merkuri di berbagai media sampel.
Strategi secara keseluruhan adalah dengan melakukan reaksi
oxymerkurasi intramolekul untuk mensintesis struktur sederhana,
tapi kuat secara kimia, hapten organomerkuri yang mudah terikat
kovalen pada protein karier melalui amina yang ada, strategi yang
cukup unik dibandingkan dengan yang sebelumnya dijelaskan dalam
metode khelasi.2. Sintesis hapten berbasis organomerkuri dapat
digunakan untuk mengembangkan immunoassay yang sangat sensitif yang
mampu mendeteksi kontaminasi merkuri dalam berbagai kondisi
lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Mengenal Antibodi dan Antigen.
http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2011/04/mengenal-anti-bodi-dan-antigen.
html. (Diakses pada 16 Desember 2013). Anonim. 2013. What is ELISA?
Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
http://www.elisa-antibody.com/ELISA-Introduction. (Diakses pada 16
Desember 2013). Fesenden, R.J. dan J. S. Fessenden. 1992. Kimia
Organik Jilid 1 Edisi ke-3. Terjemahan Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka. Jakarta: Penerbit Erlangga.Prudente, Carry K. dan
Margaret C. H.. 2003. Organomercury Bioconjugate Synthesis and
Characterization by Matrix Assisted Laser Desorption Ionization
Mass Spectrometry. Bioconjugates Chemistry 14: 1270-1278.
Sriwahyuni, Reni. 2012. Organomerkuri.
http://kimia-reni.blogspot.com/2012/11/ organomerkuri.html.
(Diakses pada 16 Desember 2013).Yan, Li dan Zhe Ming Ni. 2002.
Determination of Trace Mercury in Environmental and Food Samples by
Online Coupling of Flow Injection Displacement Sorption
Preconcentration to Electrothermal Atomic Absorption Spectrometry.
Environmental Science & Technology, Vol. 36 (22):
4886-4891.
Anonim.2010.Antibodi dan Jenis Jenis Antibodi.Immune
system.wordpress.com/.../antibodi-dan-jenis-jenis-antibodi/ diakses
16 Desember 2013