Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut merupakan sesuatu yang amat penting sehubungan dengan kesehatan tubuh seseorang , karena rongga mulut merupakan cermin kesehatan seseorang serta pintu utama dan pertama masuknya bahan bahan makanan yang di perlukan untuk pertumbuhan yang sempurna bagi kesehatan yang optimal. Meskipun begitu rongga mulut dapat mengalami berbagai macam perubahan atau kelainan yang merupakan masalah yang belum dapat di atasi sepenuhnya. Perubahan ataupun kelainan di dalam rongga mulut tersebut dapat timbul oleh karena keadaan rongga mulut yang sangat kompleks yang merupakan tempat terpapar tehadap factor local . Faktor local seperti iritasi mekanik , fisik, mekanik, kimiawi, serta berbagai macam organisme dan susunan saliva dapat mempengaruhi perubahan kondisi rongga mulut. Selain factor local rongga mulut juga dapat berubah atau mengalami serangan oleh karena adanya factor sistemik yang di derita seseorang. Perubahan atau manifestasi oral tersebut terkadang dapat muncul sebelum penyakit sistemik yang mendasarinya terdiagnosa pada awal perkembangan penyakit. Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan dapat menjadi orang pertama yang mendeteksi adanya kelainan sistemik pada 1 | ORAL MEDICINE
39

makalahOM jadi

Nov 30, 2015

Download

Documents

OM
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalahOM jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rongga mulut merupakan sesuatu yang amat penting sehubungan dengan kesehatan

tubuh seseorang , karena rongga mulut merupakan cermin kesehatan seseorang serta pintu

utama dan pertama masuknya bahan bahan makanan yang di perlukan untuk pertumbuhan

yang sempurna bagi kesehatan yang optimal. Meskipun begitu rongga mulut dapat

mengalami berbagai macam perubahan atau kelainan yang merupakan masalah yang belum

dapat di atasi sepenuhnya. Perubahan ataupun kelainan di dalam rongga mulut tersebut dapat

timbul oleh karena keadaan rongga mulut yang sangat kompleks yang merupakan tempat

terpapar tehadap factor local . Faktor local seperti iritasi mekanik , fisik, mekanik, kimiawi,

serta berbagai macam organisme dan susunan saliva dapat mempengaruhi perubahan kondisi

rongga mulut.

Selain factor local rongga mulut juga dapat berubah atau mengalami serangan oleh

karena adanya factor sistemik yang di derita seseorang. Perubahan atau manifestasi oral

tersebut terkadang dapat muncul sebelum penyakit sistemik yang mendasarinya terdiagnosa

pada awal perkembangan penyakit. Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan dapat menjadi

orang pertama yang mendeteksi adanya kelainan sistemik pada pasiennya secara dini. Salah

satu penyakit sistemik yang dapat menyebabkan perubahan kondisi rongga mulut adalah

anemia.

Anemia merupakan penyakit kekurangan zat besi atau lazim disebut defisiensi zat

besi adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius, yang apabila tidak segera

ditanggulangi, akan berkembang menjadi anemia defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat

besi menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Hal ini berkaitan dengan senyawa-

senyawa komplek dan enzim-enzim yang bergantung pada zat besi. Gambaran klinis yang

terjadi akibat pengaruh defisiensi zat besi bisa terlihat melalui fisik seseorang pada umumnya

dan mukosa rongga mulut khususnya. Gambaran klinis tidak begitu menonjol apabila anemia

defisiensi zat besi masih dalam taraf ringan dan sedang. Gambaran klinis yang menonjol

apabila anemia defisiensi zat besi telah berat adalah iritabilitas, anoreksia, letargi, infeksi,

takikardia, dilatasi jantung serta sering terdengar bising jantung sistolik, koilonika dan pica.

1 | O R A L M E D I C I N E

Page 2: makalahOM jadi

Pengaruh defisiensi zat besi pada rongga mulut yang spesifik adalah pada lidah dan sudut

mulut. Manifestasinya pada Iidah adalah adanya atrofi papila filiformis dan papila

fungiformis sehingga Iidah akan terlihat licin, berkilat dan sakit. Disamping itu mukosa akan

terlihat pucat, pada sudut mulut terlihat angular cheilitis, terjadi kandidiasis dan ulser dalarn

bentuk Reccurent Aphthous Ulcer (RAU). Dokter gigi perlu memahami hal ini, karena pasien

sering tidak menyadari penyakitnya sehingga dokter gigi dapat bertindak sebagai penemu

kasus. Perawatan gigi terhadap pasien yang menderita anemia defisiensi zat besi dilakukan

bila telah ada persetujuan darl ahli hematologi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan m/engenai linea alba bukalis baik mengenai definisi, pemeriksaan, dan

perawatan

2. Jelaskan mengenai Reccurent Aphtous Stomatitis (RAS) dan penegakan diagnosa dari

RAS

3. Bagaimana hubungan antara penyakit anemia dengan rongga mulut?

4. Bagaimana hubungan kartu status dengan pemeriksaan pada pasien?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui linea alba bukalis baik mengenai definisi, pemeriksaan, dan

perawatan

2. Untuk mengetahui Reccurent Aphtous Stomatitis (RAS) dan penegakan diagnosa dari

RAS serta mengetahui different diagnosis (DD) dari RAS

3. Untuk mengetahui hubungan dari penyakit anemia dengan rongga mulut

4. Untuk mengetahui hubungan kartu status dengan pemeriksaan pada pasien

2 | O R A L M E D I C I N E

Page 3: makalahOM jadi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PRINSIP-PRINSIP DIAGNOSIS

A. Riwayat Klinis

Keluhan

Gaya pengambilan riwayat penyakit tergantung pada pribadi masing –

masing klinisi, tetapi perlu diperhatikan bahwa dari awal pemeriksaan sudah

harus ditentukan apakah seorang penderita mempunyai lebih dari 1 keluhan.

Bila ada lebih dari 1 keluhan, masalah utama harus dilakukan terlebih dahulu,

diikuti dengan keluhan lainnya berurutan ke bawah sesuai dengan tingkat

keseriusannya. Ada beberapa pertanyaan dasar yang harus diajukan untuk

memastikan ciri – ciri keluhan :

1. Lokasi

2. Kapan pertama kali diketahui

3. Kapan kehadirannya

4. Faktor – fakor yang mempercepat

5. Faktor – faktor yang memperingan

(Lewis:7)

Rasa sakit

Dalam kasus rasa sakit yang perlu diperhatikan adalah sifat, kehebatan,

serta kapan terasanya. Pasien harus ditanya apakah rasa sakit timbul setiap

hari, dan bila demikian, bagaimana rasa sakit berubah dari waktu ke waktu

dari bangun di pagi hari sampai menjelang tidur dimalam hari.(Lewis:9)

Pembengkakan

Keberadaan dan keparahan pembengkakan yang terus menerus dapat

ditentukan oleh klinisi pada saat pemeriksaan. Dalam sejumlah kondisi,

pembengkakan mungkin episodik dan tidak ada pada saat pada pasien datang.

Dalam keadaan demikian, pasien harus ditanya untuk menggambarkan

basarnya pembengkakan misalnya apakah ukurannya sebesar kacang polong,

3 | O R A L M E D I C I N E

Page 4: makalahOM jadi

jagung atau biji kenari, waktu terjadinya serta kecepatan pertumbuhannya.

Kesadaran pasien akan pembengakakan itu harus dicatat. (Lewis:9)

Ulser

Bila pasien mengeluh tentang adanya ulserasi, apakah ulserasai baru

terjadi untuk pertama kalinya atau apakah sebelumnya udah pernah timbul.

Dalam kasus ulserasi yang berulang, informasi yang harus didapatkan dalah

mengenai lokasi, jumlah, frekuensi, serta lamanya (durasi luka). (Lewis:9-10)

B. Riwayat Medis

Dua alasan medis dalam pengambilan riwayat penyakit yang memadai adalah,

pertama, kesadaran akan adanya penyakit sistemik dan kedua adanya persiapan untuk

segala kemungkinan keadaan darurat medis yang dapat timbul. Selain faktor – faktor

diatas, pengambilan riwayat medis untuk alasan medikolegal sekarang diwajibkan.

(Lewis:12)

C. Riwayat Sosial

Dalam konteks riwayat sosial yang relevan pasien harus ditanya mengenai

status perkawinan, pekerjaan sekarang dan dulu, kebiasaan merokok, jumlah alkhohol

yang diminum, penyalahgunaan obat – obatan perawatan sebelumnya yang

berhubungan dengan kegelisahan dan depresi. (Lewis:12)

D. Riwayat dental

Riwayat dental harus mencakup perincian pola pertumbuhan gigi, tipe dan

umur gigi palsu dan serta kapan dipakainya. Rincian tiap setiap ortodonti lepasan atau

cekat harus dicatat. Hal ini sangat membantu dalam memastikan apakah keluhan itu

ada hubungannya dengan gigi sebelumnya. Bagi pasien yang menggunakan protesa,

pertanyaan mengenai kebersihan protesa harus diajukan, termasuk rincian dari cairan

yang digunakan untuk membersihkan dan merendam protesa pada malam hari. Perlu

juga diketahui apakah pasien memeriksakan diri secara teratur atau tidak karena hal

ini dapat memberikan persepektif tentang arti kesehatan mulut bagi dirinya.

(Lewis:12-13)

E. Pemeriksaan Klinis

Dokter gigi mempunyai kesempatan yang baik untuk mengamati pasien pada saat

pencatatan riwayat klinis. Dengan cara ini, kelainan – kelainan dapat dilihat dengan

jelas, seperti misalnya pelumpuhan saraf kranial, pembengkakan wajah atau ruam –

ruam kulit. Mengamati frekuensi kedipan yang melebihi normal juga sangat berguna

4 | O R A L M E D I C I N E

Page 5: makalahOM jadi

bagi dokter, karena hal ini dapat mengindikasikan adanya serophthalmia. Apabila bila

pasien jelas – jelas ketakutan atau menunjukkan tanda – tanda segera akan menangis,

ini mungkin menunjukkan adanya kekacauan psikologis. Tak ada metode

pemeriksaan klinis tertentu yang bisa dianggap lebih benar selama jaringan diperiksa

secara cermat. Pemeriksaan dapat dibagi atas ekstraoral dan intraoral.

Pemeriksaan Ekstraoral

Mendahulukan pemeriksaan ekstraoral merupakan pemeriksaan yang

logis dan hal ini dapat dimulai dengan palpasi pada leher untuk pemeriksaan

limpadenopati. Tata caranya harus dijelaskan pada pasien dan dilakukan dari

belakang. Semua nodus submental, submandibular, aurikular posterior dan

servikal harus dipalpasi secara bergantian. Vertebra servikalis harus dipalpasi

dan gerak leher harus diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi. Kelenjar

saliva parotis harus dipalpasi dan segala pembesaran atau pelunakan harus

diperhatikan. Dalam pembesran parotis yang sejati ada defleksi ke arah luar

dari bagian bawah lobus telinga bagian bawah lobus telinga; pendeteksian

yang terbaik adalah dengan melihat wajah. Condil mandibula harus dipalpasi

dan pasien diminta untuk mengerak – gerakkan rahang dalam jangkauan

penuh, termasuk membuka mulut secara maksimal dan melakukan gerakan –

gerakan lateral. Setiap pembatasan gerak dan nyeri harus dicatat. Otot – otot

lateralis dan masseter harus dipalpasi dan dengan rahang dalam keadaan

tertutup dan dikeraskan oleh pasien, untuk menentukan bagian paling tebal

serta ada atau tidaknya tersa nyeri. Melakukan tekanan pada daerah – daerah

yang dikeluhkan sakit oleh penderita akan sangat membantu, seperti akan

misalnya pada sinus maksilaris atau pada arteri – arteri temporal. (Lewis:13)

Pemeriksaan Intraoral

Klinisi harus menggunakan sarung tangan operasi untuk melakukan

pemeriksaan intraoral. Bila pasien menggunakan gigi palsu maka gigi palsu ini

harus dilepas dan diperiksa apakah ada bagian yang rusak atau adanya debris.

Selanjutnya mintalah pasien untuk memasangkannya kembali ke dalam mulut.

Guna menilai hubungannya dengan daerah abnormalitas mukosa.

Pemeriksaan intraoral yang sistemik harus dilakukan untuk memastikan bahwa

tidak ada daerah dimulut yang terlewati. Bagian dalam bibir, palatum keras

dan lunak, mukosa bukal, dasar mulut, dan tepi dasar serta lateral dari lidah

juga diperiksa. Tepi lateral lidah harus diperiksa dengan jalan ujung lidah

5 | O R A L M E D I C I N E

Page 6: makalahOM jadi

dipegang dengan menggunakan sebuah kasa. Jumlah gigi yang ada harus

dicatat seiring dengan evaluasi singkat mengenai distribusi karies atau

restorasi dan adanya kelainan periodontal termasuk goyangnya gigi – gigi.

Selama pemeriksaan, jumlah dan kekentalan saliva dapat ditentukan. Cara

penilaian yang sederhana adalah kaca mulut harus mudah diangkat dari

jaringan, ketika ditempatkan pada mukosa bukal. Bila ada xerostomia, kaca

akan lengket pada mukosa. Orifice saluran kelnjar parotis dan submandibularis

hrus diidentifikasi. Pada individu yang sehat, palpasi eksternal yang lembut

pada kelenjar saliva utama (mayor) seharusnya ,menambah aliran saliva jernih

dari saluran kelenjar liur yang bersangkutan. Palpasi bimanual pada kelenjar

saliva submandibularis harus dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya

pembesaran atau nyeri. (Lewis:13-14)

F. Rujukan pada Seorang Specialis

Bila pasien perlu dirujuk pada spesialis maka perujukan dilakukan dengan

menggunakan dengan surat, walaupun untuk kasus darurat, perjanjian waktu dapat

dilakukan melalui telepon. Komunikasi verbal secara langsung antara dokter umum

dan specialis dapat dilakukan untuk meminta pendapat sehubungan dengan interaksi

obat dalam hubungannya dengan penyakit mulut atau untuk memberi informasi

tambahan yang bersifat rahasia mengenai pasien yang tidak tercantum pada surat

rujukan.(Lewis:18-20)

RAS (RECURRENT APTHOUS STOMATITIS)

Aptous ulcer merupakan ulcer pada mukosa mulut yang rekuren, terasa sakit dan

tidak diketahui penyebabnya.

Jenis-jenis RAS

Ada terdapat tiga jenis RAS, yaitu : minor, mayor, dan herpetiform. Mayor apthous

memiliki ciri-ciri, ulcernya besar, menembus jauh ke jaringan ikat disertai dengan

limfadenopati submandibula, mempunyai rentang waktu yang lebih lama dan sembuh disertai

dengan pembentukan jaringan parut dan menyerang daerah berkeratin. Minor apthous

memiliki ciri-ciri ulcer Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin

, seperti labial , mukosa bukal dan dasar mulut. Daerah mukosa yang eritematus akan pecah

dalam waktu 24 jam membentuk ulser yang kecil dan akan membesar setelah beberapa hari.

6 | O R A L M E D I C I N E

Page 7: makalahOM jadi

Bentuk ulser ini dapat bervariasi tergantung letaknya. Kemudian jenis herpetiform, ulsernya

kecil, sebesar kepada peniti, dan jumlahnya banyak lebih dari 30.

(J.J Gayford:1-2)

Insiden

Insiden ulcer bervariasi, tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Tetapi tidak ada

insiden yang kurang dari 10% yang ditemukan pada semua daerah. Pada pasien yang datang

untuk mendapat perawatan dari keadaan yang lain, ditemukan insiden 20%, sedang kelompok

pasien tertentu, ditemukan insiden sebesar 60%. Wanita lebih sering terserang daripada pria,

dengan rasio 3:2. Ulcer dapat mengenai anak-anak , tetapi biasanya lebih sering mengenai

remaja. Pada sebagian besar keadaan, ulcer akan makin jarang terjadi pada pasien yang

memasuki dekade kehidupan keempat dan tidak pernah terjadi pada pasien yang memasuki

dekade kehidupan kelima dan keenam. Pada wanita ulser ini terjadi lebih lama dan lebih

cepat daripada pria.

(J.J Gayford:2)

Etiologi

faktor penyebab masih tidak diketahui, ada beberapa faktor penyebab, yaitu :

1. Bawaan

2. Trauma

3. Infeksi, kaitan dengan bakteri dan virus

4. Berhubungan dengan gangguan gastrointestinal

5. Berhubungan atropi

6. Pengaruh hormon

7. Faktor emosi

8. Autoimun

9. Hematologi

7 | O R A L M E D I C I N E

Page 8: makalahOM jadi

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Linea Alba Bukalis

Linea alba bukalis adalah suatu temuan intraoral umum yang tampak sebagai garis

bergelombang putih, menimbul, dengan panjang yang bervariasi dan terletak pada garis

oklusal dimukosa pipi.

Pemeriksaan objektif, tampak lebarnya berkisar antara 1-2mm dan memanjang dari

mukosa pipi daerah molar kedua sampai kaninus, namun pada setiap individu berbeda. Lesi

tersebut biasanya dijumpai bilateral dan tidak dapat dihapus. Secara mikroskopis, terdapat

perubahan-perubahan epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan hiperkeratotik yang

merupakan suatu respon terhadap gesekan dari gigi-gigi. Gambaran klinis menunjukkan ciri

diagnostik dan tidak perlu perawatan karena dianggap normal, kecuali pada beberapa kasus

dimana terdapat luka linea alba bukalis karena kebiasaan menggigit mukosa pipi.

3.2 RAS (Reccurent Apthous Stomatitis)

Definisi

Recurent Apthous Stomatitis (RAS) yang biasa disebut dengan “sariawan” atau

“lumpangen” oleh masyarakat awam merupakan penyakit mulut yang paling sering terjadi.

Sariawan merupakan suatu kelainan pada selauput lendir mulut yang berupa luka pada mulut

yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung. Bercak

itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang bagian

8 | O R A L M E D I C I N E

Page 9: makalahOM jadi

selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam

rongga mulut. Selain itu RAS merupakan ulser yang recurrent, terasa sakit dan tidak

diketahui penyebabnya.

Umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan

penderita sulit untuk menelan makanan, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam.

Gangguan sariawan dapat menyerang siapa saja termasuk bayi yang masih berusia 6-24 bulan

sekalipun. Reccurent apthous stomatitis secara klinis pada ulser yang kambuhan di rongga

mulut terlihat adanya kemerahan,timbul lesi yang dalam,lesi tersebut biasanya berbentuk

oval,warna kekuningan dengan dasar warna nekrotik putih dan dikelilingi warna kemerahan.

Terasa sakit sehingga sulit untuk makan,dan pada umumnya lesi sembuh antara 7

sampai 14 hari,dengan rasa sakit pada tahap permulaan.

Etiologi

Agen-agen virus atau bakteri, alergi makanan, gangguan hormonal, kelainan

haematologi, gangguan emosional dan trauma merupakan beberapa factor penyebab yang

dipostulasikan.

Ada beberapa factor penyebab yang akan dibahas:

a. Bawaan

Pada hampir 50 % pasien mempunyai riwayat aphtous ulser yang mengenai salah

seorang orang tuanya, jarang ulser tersebut terdapat pada kedua orang tua. Saudara-saudara

pasien tidak selalu terserang dan sangat jarang ditemukan adanya serangan ulser pada seluruh

keluarga.

b. Trauma

Ulser dapat terbentuk pada daerah-daerah setelah bekas terjadinya luka penetrasi.

Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah

adanya trauma ringan pada mukosa mulut. Pada umumnya ulser terjadi setelah dilakukan

perawatan gigi, bahkan adanya gulungan kapas pada rongga mulut, atau suntikan anetesi

local dapat menimbulkan ulserasi rongga mulut.

c. Autoimunitas

9 | O R A L M E D I C I N E

Page 10: makalahOM jadi

Epithelium mulut pada kultur jaringan dapat dirusak oleh limfosit penderita

Recurrent aphtous stomatitis.

d. Pengaruh Hormon

Pada wanita, sekelompok aphtous ulser sering terlihat pra menstruasi, dan bahkan banyak

wanita yang mempunyai ulser yang terjadi berulang kali. Terrbentuknya RAS terjadi pada

fase luteal dari siklus menstruasi pada beberapa penderita wanita.

e. Emosi

Recurrent aphtous stomatitis terjadi pada 50% wanita dan 33% pada laki-laki,

terlihat factor emosi dapat merangsang terjadinya sekelompok ulser. Insiden ulser yang besar

pada beberapa kelompok remaja putri, merupakan bukti dari anggapan tesebut. Pada

beberapa pasien kelompok ulser tersebut berhubungan dengan periode stress dalam pekerjaan

atau kehidupan sehari-hari. Hampir 30% dari pasien menunjukkan adanya tanda-tanda

neurosis. Umumnya, terdapat sedikit rasa cemas , walaupun obsesi tak jarang juga terlihat.

Selain itu, kadang-kadang juga terlihat adanya depresi.

f. Psikologis

Ulser sering terjadi pada penderita yang mengalami keadaan cemas maupun stress.

Stress merupakan respons tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang terjadi

terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stomatitis aftosa rekuren (SAR)

dan liken planus merupakan manifestasi sters yang sering dijumpai pada pasien dengan latar

belakang emosi yang jelas SAR merupakan penyebab sebagian besar ulser di rongga mulut.

Orang yang mempunyai tingkat social yang lebih tinggi, sering terkena daripada orang yang

hidup dengan tingkat ekonomi yang rendah. Penyebab SAR tidak jelas. Stres dinyatakan

merupakan salah satu faktor yang berperan penting secara tidak langsung terhadap timbulnya

ulser stomatitis rekuren ini.

Liken planus mulut adalah suatu penyakit inflamasi kronik mukosa mulut.

Mempunyai gambaran klinis yang bervariasi yaitu bentuk striae (reticular), popular, plak,

erosive, bulosa, dan atropik. Penyebab liken planus tidak diketahui dengan jelas, tanda

histologist dengan adanya infitrat limfosit yang berhubungan dengan jaringan ikat subepitel

diduga adanya peranan automium pada perkembangan penyakit ini. Emosional yang berat ,

konflik yang tidak terpecahkan dan bahkan tekanan fisik dapat merupakan penyebab. Sering

10 | O R A L M E D I C I N E

Page 11: makalahOM jadi

terjadi pada wanita yang berumur 40-60 tahun. Seiring keparahan penyakit pararel dengan

tingkat stress pasien.

g. Haematologi

Pengaruh kekurangan zat besi, vitamin B12 dan folat terhadap proses terjadinya

ulser, diperoleh kesimpulan bahwa semua pasien member respon yang baik terhadap

perbaikan gizi. 2/3 diantaranya bahkan menunjukkan hilangnya seluruh ulserasi mulut.

h. Alergi

Kenaikan kadar Ig E dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya

ulser.

i. Infeksi

1). Bakteri

Hasil penelitian isolasi bakteri L-transisional dari aphtous ulser tampak menjajikan,

tetapi organism tersebut ternyata tidak selalu ada pada aphtous ulser.

2). Virus

Hasil sebagian besar penelitian yang menunjukkan herpes simpleks sebagai

penyebab ulser sangat mengejutkan, karena pada penderita RAS, insiden antibody herpes

simpleks lebih rendah daripada kelompok control yang tidak mempunyai riwayat RAS.

Masih diperlukan sejumlah besar bukti dan hasil yang konstan, sebelum teori tersebut dapat

diterima secara umum.

Klasifikasi RAS

Berbagai klasifikasi RAS telah diajukan,tetapi secara klinis kondisi ini dapat dibagi

menjadi tiga subtype: minor, mayor , dan herpetiform. Semua tipe ulserasi dihubungkan

dengan rasa sakit.

a. Aphtous Ulser Minor

Sebagian besar psien (80%) menderita bentuk minor (MiRAS), yang ditandai oleh

ulser bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh

pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-

keratin , seperti labial , mukosa bukal dan dasar mulut. Daerah mukosa yang eritematus akan

pecah dalam waktu 24 jam membentuk ulser yang kecil dan akan membesar setelah beberapa

11 | O R A L M E D I C I N E

Page 12: makalahOM jadi

hari. Bentuk ulser ini dapat bervariasi tergantung letaknya. Pada bibir dan pipi ulser

cenderung mempunyai outline yang teratur , tetapi pada permukaan lidah dan dasar mulut

outline ulser tidak teratur, sedang pada sulkus vestibulum ulser cenderung berlekuk-lekuk.

Ulser dapat timbul tunggal atau 2-3 buah pada saat yang sama. Umumnya terjadi

penumpukan ulser sehingga bila ulser yang satu sembuh yang lainnya muncul. Ulser dapat

terasa sangat sakit atau sama sekali tidak menimbulkan keluhan kecuali bila terkena trauma.

Kadang-kadang kerusakan jaringan terhenti kibat parastesia local. Ulser dapat sembuh 10-14

hari tanpa disertai jaringan parut dan timbul kembali setelah beberapa minggu sampai bulan.

b. Aphtous Ulser Mayor

Stomatitis aptosa mayor yang rekuren (MaRAS), yang didertita oleh kira-kira 10%

dari penderita RAS, lebih hebat daripada MiRAS. MaRAS merupakan ulser tunggal dan

mempunyai rentang waktu yang lama. Ulser ini berdiameter kira-kira 1-3cm, berlangsung

selama 4 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut,

termasuk daerah-daerah berkeratin (Lewis, 1998). Ulser yang besar, dalam serta bertumbuh

dengan lambat biasanya terbentuk dengan bagian tepi yang menonjol serta eritematus yang

mengkilat yang menunjukkan bahwa terjadi edema. Dasar ulser ditutupi oleh lapisan keabu-

abuan dengan dasar yang sedikit menonjol. Ulser biasanya terasa sangat sakit dan tetap ada

selama 6 minggu. Bila ulser sembuh, akan terbentuk jaringan parut. Mukosa bibir dapat

tampak seperti susunan batu bulat, karena adanya beberapa buah ulser yang sembuh dengan

disertai pembentukan jaringan parut.

c. Ulserasi Herpetiformis (HU)

Tipe RAS yang terakhir adalah ulserasi herpetiformis. Istilah “herpetiformis”

digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada

satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetic primer. Tetapi virus-virus herpes tidak

mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa (Lewis, 1998).

Mempunyai ukuran yang kecil, ulser juga terasa sangat sakit dan dapat membuat mulut

pasien terasa sangat tidak enak, karena jumlahnya yang besar. Ulser ini dapat timbul di

seluruh permukaan mukosa rongga mulut. Mula-mula ulser tampak kecil, dikelilingi oleh

haloritema yang kecil, tetapi ulser akhirnya akan saling bergabung membentuk kelompok.

Kelompok lesi ini menyatu menjadi tunggal dan yang tidak beraturan. Proses penyembuhan

terjadi lebih cepat daripada tipe ulser yang lain dari seluruh siklus tersebut memakan waktu

3-4 hari saja, tetapi segera setelah ulser hilang, akan terbentuk ulser yang baru. Keadaan ini

12 | O R A L M E D I C I N E

Page 13: makalahOM jadi

bersifat persisten dan dapat sangat mengganggu pasien karena sukar dihilangkan.

Pencegahan

Pada saat sariawan bibir kita terasa perih, makan tidak nyaman, maka dari itu

daripada mengobati mendingan mencegah sariawan dengan beberapa tips berikut ini :

1. Menjaga kebersihan dan kesehatan mulut. Sederhana saja, yakni dengan sikat gigi minimal

dua kali sehari. Pagi setelah makan dan menjelang tidur malam. Kalau gusi kita termasuk

yang sensitif sebaiknya memilih sikat gigi dengan bulu yang lebih lembut.

2. Memperbanyak makanan yang mengandung serat seperti sayuran dan buah. Dengan makan

banyak serat dan buah, tubuh kita akan mendapat asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.

Demikian juga dengan makan buah. Buah banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan

tubuh termasuk vitamin C.

3. Hindari makanan yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu pedas. Makanan yang terlalu

panas, terlalu dingin dan terlalu pedas, dapat menyebabkan gusi atau bibir kita luka dan

menyebabkan panas dalam. Sebaiknya hindari yang demikian itu.

4. Minum vitamin tambahan seperti vitamin C dan B 12, asal tidak berlebihan.

Bagaimanapun juga, yang namanya berlebihan itu tidak baik bagi tubuh. Jadi konsumsilah

yang sewajarnya dan secukupnya.

5. Hindari stres. Stres adalah salah satu pemicu terbesar datangnya berbagai penyakit. Tak

hanya penyakit sariawan saja. Jadi, sebisa mungkin stres dihindari.

6. Kenali penyebab. Kalau kita termasuk orang yang sering menderita sariawan, cobalah

mengenali kira-kira apa penyebabnya. Nah, dari situ baru kita bisa melakukan pencegahan

dengan efektif.

Terapi RAS

Banyak obat-obatan termasuk vitamin, obat kumur antiseptic, steroid topical dan

imunomodulator sostemik dianjurkan sebagai pengobatan untuk RAS. Walaupun demikian

hanya sebagian kecil yang secara ilmiah terbukti efisien.

Pengobatan RAS dapat mengurangi rasa sakit ataupun memperpendek waktu

penyembuhan. Beberapa pengobatan yang dianjurkan adalah:

a. Pemeliharaan kebersihan mulut. Penting untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi

sekunder yang dapat memperparah lesi.

b. Penggunaan bahan pelapis

13 | O R A L M E D I C I N E

Page 14: makalahOM jadi

Bahan pelapis tersedia dalam bentuk pasta atau gel yang dapat digunakan untuk melapisi

permukaan ulkus sehingga terlindungi dari infeksi sekunder dan iritasi mekanis. Beberapa

gel dicampur dengan suatu bahan seperti kolin salsilat yang dapat mengurangi rasa sakit.

c. Penggunaan antibiotic antisepik. Terdapat bebagai macam bentuk dari antiseptic seperti

obat kumur, pastiles, lozenges.

d. Penggunaan antibiotic topical. Dapat digunakan obat kumur yang berisi 2% tetrasiklin atau

klor tetrasiklin yang sangat efektif untuk menghilangkan gejala-gejala yang timbul akibat

infeksi sekunder sehingga mengurangi rasa sakit.

e. Penggunaan steroid topical. Dapat digunakan suatu preparat seperti hidrokortison

hemisuksinat atau triamsinolon asetonid yang berfungsi sebagai anti inflamasi, anti alergi,

dan imunosupresi.

f. Penggunaan anastesi topical. Efek dari obat ini adalah untuk mengurangi rasa sakit pada

saat makan.

g. Pemberian hormon. Dapat diberikan pada wanita yang memiliki pola kekambuhan RAS

yang berkaitan dengan siklus menstruasi. Penggunaan hormone esterogen dapat

mengurangi gejala yang timbul.

Penyembuhan

Penyembuhan adalah suatu proses penggantian sel yang mati oleh sel hidup. Proses

penyembuhan dibagi menjadi dua fase sebagai berikut:

a. Fase I : fase inisial yaitu dimulai dari vasodilatasi pembuluh darah diikuti pembentukan

fibroblast secara cepat. Pembentukan jaringan baru terdiri dari fibrin dan jaringan mati

yang telah diganti jaringan ikat baru dan pembuluh-pembuluh darah yang disebut jaringan

granulasi.

b. Fase II : jaringan granulasi mengganti jaringan yang rusak sampai terjadi penyembuhan

yang sempurna. Jaringan granulasi secara bertahap menjadi lebih kompak sebagai

manifestasi dari matangnya fibroblast. Bentukan jaringan baru yang matang dapat

berfungsi secara adekuat untuk mengganti jaringan yang rusak. Proses tersebut ditandai

dengan menurunnya warna kemerahan, pembengkakan dan konstensi normal.

Faktor- faktor penghambat penyembuhan adalah sebagai berikut:

a. Faktor local seperti suplai darah buruk, retensi benda asing dan pengulangan trauma atau

pergerakan setempat.

14 | O R A L M E D I C I N E

Page 15: makalahOM jadi

b. Faktor umum. Sintesis kolagen teganggu pada keadaan defisisensi vitamin C. Zinc atau

protein (khususnya asam amino yang mengandung sulfur). Diabetes mellitus juga

menghambat penyembuhan, karena mudahnya terkena infeksi dan penyakit pembuluh

darah. Hormon glukokortikoid yang berlebihan secara aktif menekan peradangan dan

penyembuhan. Umumnya proses penyembuhan penderita tua lebih lambat.

Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan RAS, antara lain sebagai berikut:

a. Keadaan oral hygiene. Semakin baik keadaan oral hygiene seseorang, maka semakin cepat

terjadinya penyembuhan.

b. Diameter ulkus. Ulkus dengan diameter kecil lebih cepat sembuh dibandingkan dengan

ulkus berdiameter lebih besar.

c. Lokasi ulkus. Ulkus yang terjadi pada mukosa bergerak lebih lama sembuh dibandingkan

pada mukosa tak bergerak.

d. Pengobatan. Pengobatan yang cepat dan berkelanjutan akan mempercepat terjadinya

penyembuhan RAS.

e. Nutrisi. Kurangnya salah satu zat yang berperan penting dalam proses penyembuhan

seperti protein dan vitamin C.

f. Mental dan fisik. Karena salah satu penyebab RAS adalah stress, maka upaya untuk

mengurangi frekuensi kekambuhannya maka pasien harus bermental sehat yang didukung

dengan keadaan fisik yang sehat pula.

3.3 Diagnosa Banding Recurrent Apthous Stomatitis

Diagnosa banding recurrent apthous stomatitis yakni traumatic ulcer.

RAS (RECURRENT APTHOUS STOMATITIS)

1. Etiologi: -herediter (keturunan)

-strees,kelelahan

-infeksi oleh bakteri atau virus

-pengaruh hormon (menstruasi)

-perawatan gigi (contoh : orthodontik)

-kekurangan nutrisi(contoh : zat besi, fosfor, vitamin B12)

-alergi (contoh : makanan)

-trauma (contoh : waktu makan tergigit, trauma sikat gigi)

15 | O R A L M E D I C I N E

Page 16: makalahOM jadi

-penyakit sistemik (contoh : anemia)

2. Gejala klinis

Sebelumnya recurrent apthous stomatitis ini dibagi menjadi 2 yakni recurrent

apthous stomatitis mayor dan minor

Recurrent apthous stomatitis minor

-tepi ulser kemerahan

-mengenai jaringan epitel

-ukurannya tidak lebih dari 5 mm

-berbentuk oval, dangkal, tidak menimbulkan jaringan parut

-penyembuhannya 10 – lebih hari

-lesi akan hilang 7 - 10 hr

Recurrent apthous stomatitis mayor

-mengenai jaringan ikat (makanya sakit banget)

-lebih parah dan lebih dalam dari recurrent apthous stomatitis minor

-ukuran bisa 1 – 3 cm

-menyerang daerah berkeratin

-menimbulkan jaringan parut

-indurasi ulser tinggi

-tampak eritema dan mengkilat

-dasar ulser lebih menonjol

-ulser tunggal

-demam ringan

Recurrent apthous stomatitis herpetiform

-terdapat banyak ulser (kadang sampai lebih dari 100 ulser)

-30 ulser jg bisa disebut herpetiform)

-menimbulkan bau mulut

-ulser kecil sebesar ujung peniti (buku penyakit mulut, J.J.Gayford,alih

bahasa Drg.lilian yuwono, tahun 90, penerbit buku kedokteran

EGC,jakarta)

16 | O R A L M E D I C I N E

Page 17: makalahOM jadi

3. Gambar

Recurrent apthous stomatitis minor

Recurrent apthous stomatitis mayor

17 | O R A L M E D I C I N E

Page 18: makalahOM jadi

Recurrent apthous stomatitis herpetiform

18 | O R A L M E D I C I N E

Page 19: makalahOM jadi

TRAUMATIC ULSER

A. Etiologi trauma meliputi : -menggosok gigi

-tergigit

-perawatan gigi

-makan makanan keras

(www.meduweb.com/showthread.php?t=5601)

B. Gejala klinis

-tepi ulser tidak kemerahan

-tidak indurasi

C. Gambar

19 | O R A L M E D I C I N E

Page 20: makalahOM jadi

3.4 Penegakan Diagnosa Recurrent Apthous Stomatitis

Penegakkan diagnosa di oral medicine didasarkan pada pemeriksaan-pemeriksaan

yang dilakukan, baik pemeriksaan subjyektif, obyektif maupun penunjang. Hal yang pertama

kali dilakukan untuk dapat mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan yaitu berusaha

mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari pasien tentang keluhan penyakit dan riwayat

kesehatan umum pasien. Cara yang dilakukan adalah anamnesis. Misalkan, kapan mulai

timbul lesi, apakah sedang menjalani/meminum obat-obat tertentu, apakah gejala yang timbul

sudah sering terjadi, pernahkah alergi . Setelah anamnesis, untuk dapat mempermudah

mendiagnosa sebuah lesi maka harus diketahui bagaimana karakteristik lesi tersebut yaitu

dengan pemeriksaan obyektif baik eksta oral maupun intra oral. Pemeriksaan ekstra oral

dilakukan dengan melakukan palpasi di kelenjar-kelenjar ludah maupun limfe, apakah ada

pembengkakan atau tidak. Pemeriksaan intra oral berupa inspeksi ke daerah rongga mulut

yang dikeluhkan pasien, mulai dari bentuk warna permukaan, besar, dsb.

Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk dapat memastikan diagnose suatu penyakit.

Candidiasis hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan laboratories (HPA). Berikut ini

contoh dasar penegakkan diagnose pada beberapa penyakit yang umum ditemukan di oral

medicine:

Diagnose traumatic ulser ditegakkan berdasarkan riwayat penyakitnya (anamnesis)

atau identifikasi sumber iritasi.

Diagnose aphtous ulsers ditegakkan berdasarkan manifestasi klinik, terjadinya lesi,

dan riwayat adanya rekuren (kambuh berulang).

Diagnose erythema multiformis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis yang

terjadi. Pada pasien terdapat lesi yang khas dari erythema multiformis yaitu lesi target,

lesi yang tengahnya berwaran hitam dikelilingi kemerahan.

Oleh karena itu sangat penting kiranya seorang dokter gigi memahami gejala klinis

dari seluruh penyakit yang ada sehingga akan dapat menegakkan diagnosa dengan tepat.

Diagnosa yang tepat dapat menjadikan rencana perawatan yang tepat pula sehingga pasien

dapat mendapatkan petawatan yang benar dan tujuan perawatan dapat berhasil.

DAFTAR CEK UNTUK DIAGNOSIS RECCURENT APTHOUS STOMATITIS

20 | O R A L M E D I C I N E

Page 21: makalahOM jadi

(RAS)

Riwayat Kekambuhan

Bentuk?minor, major atau tipe

herpetiform?

Mulai muncul ketika anak-anak atau

remaja

Riwayat keluarga

Distribusi (hanya pada daerah mukosa

yang tidak berkeratin)

Tanda atau symtom dari Behcet

disease (mata, genital, kulit)

Pemeriksaan Cek:

Ulcer yang berbatas jelas

Ada luka parut (scar) atau melibatkan

palatum molle karena RAS tipe

mayor

Menghindarkan penyakit lain dengan

tanda klinis yang khas, seperti : lichen

planus atau penyakit vestibullous

Pemeriksaan penunjang Cek :

Status anemia, zat besi, asam folat,

vitamin B12.

Riwayat diare, konstipasi atau

penyakit gastrointestinal, seperti

coeliac disease atau malabsorpsi.

3.5 Oral Manifestasi dari Anemia

Anemia defisiensi Vitamin B12

Gejala yang paling sering timbul dari anemia defisiensi B12 adalah mukosa yang

berwarna pucat. Selain itu, sel epitel oral menjadi atropik. Dengan kehilangan keratinisasi

yang normal. Lidah akan menjadi halus karena atropi dari papilla filiform dan papilla

fungiform, dan glossodynia bisa tampak atau dapat berhubungan dengan simtom. Pada kasus

21 | O R A L M E D I C I N E

Page 22: makalahOM jadi

yang parah, timbul penyempitan atau selaput pada esophageal, akibat dari dyspagia. Baru-

baru ini, pemeriksaan klinis menunjukkan tanda lingual. Pemeriksaan HPA pada mukosa

lidah menunjukkan penurunan ketebalan epitelium, dengan penurunan jumlah sel di air liur

dari peningkatan di permukaan sel progenitor. Ukuran sel akan menurun di sel yang matur

(pada laki-laki), dan ratio nucleocytoplasmik lebih tinggi dari normal. Mukosa lidah

mengalami atropi mungkin terjadi pada tanda-tanda klinis yang lain.

Anemia Hemolitik

Ketika terjadi hemolisis, yang sering terjadi pada pucat. Yang paling mudah

diobservasi adalah daerah kuku dan konjungtiva. Pucat pada daerah oral mukosa-terutama

sering terjadi pada daerah palatum lunak, lidah, dan jaringan sublingual-juga dapat

mendeteksi keparahan anemia. Berlawanan dengan anemia oleh karena pendarahan atau

karena faktor defisiensi, anemia hemolitik menyebabkan jaundice dikarenakan

hiperbilirubinemia sekunder oleh karena detruksi eritorisit. Yang paling tampak adalah pada

sklera, tapi pada kulit, palatum molle, dan jaringan pada dasar mulut juga menjadi ikterik

seperti peningkatan serum bilirubin. Terjadi hiperplastik erythroid pada bone narrow karena

berusaha untuk mengkompensasi dari anemia. Karakteristik dari produk dari hiperplasia

tersebut tampak pada dental radiograph.

3.6 Tujuan Kartu Status OM

22 | O R A L M E D I C I N E

Page 23: makalahOM jadi

Data Pribadi

Nama penderita, kita perlu mengetaui sebagai identitas agar memudahkan kita

memanggil namanya karena pasien lebih senang jika dipanggil namanya. Dan memudahkan

kita mencari kartu status terdahulu untuk perawatan ulang kemusian hari.

Alamat, untuk memudahkan kita mungkin untuk keperluan berkomunikasi dengan

keluarga, kemudian mengetahui keadaan disekeliling rumah pasien, apakah tinggal didaerah

endemik atau yang banyak mengandung fluor, hidup didaerah kumuh dan lain – lain.

Pekerjaan, untuk mengetahui status ekonomi pasien yang nantinya kita akan

memberikan rencana perawatan serta obat – obatan yang sesuai dengan status ekonomi

pasien.

Jenis kelamin, laki – laki atau perempuan, dari ini kita bisa melihat contoh pada laki

– laki ukuran gigi, rahang lebih besar daripada wanita.

Umur, dari sini bisa kita lihat berapa umur pasien. Contoh pada pasien umur 6 tahun

dalam tahap gigi pergantian, kalau pada orang tua seperti xerostomia.

Riwayat Umum

Informasi tentang Riwayat pasien dibagi menjadi 3 bagian: riwayar social, dental,

dan medis. Riwayat ini memberikan informasi yang berguna yang merupakan dasar dari

rencana perawatan. Keluhan utama penting untuk mengetahui alasan kedatangan pasien.

Riwayat Penyakit ini untuk mengetahui gejala-gejala sakit pada rongga mulut

memberi indikasi macam kelainan yang terjadi mada mukosa mulut. Disini pasien diminta

untuk menceritakan asal usul lesi tersebut pertama kali muncul, perkembangannya, gejalanya,

riwayat penyakit sebelumnya (kekambuhan) dari riwayat pengobatannya.

Riwayat Kesehatan ini dengan menanyakan penyakit-penyakit sistemik yang

mungkin diserita. Pentung untuk ditanyakan sebab kelainan sistemik.

Ditanyakan obat-obatan yang saat itu diminum atau belum lama ini digunakan

(dalam waktu enam minggu terakhir).

23 | O R A L M E D I C I N E

Page 24: makalahOM jadi

Terdapat beberapa kasus yang berkaitan dengan kehidupan social dan

pekerjaan ,misalnya kasus bismuthisme. Kebiasaan ini diketahui jika pasien mempunyai

kebiasaan buruk tertentu, misalnya: menggigit bibir, merokok, mengunyah sirih, minum

alkohol, dan lain-lain.

Riwayat keluarga ini untuk mengetahui kasus tertentu yang berhubungan dengan

keluarga atau penyakit keturunan.

Pemeriksaan Klinik

Pemeriksaan kesehatan umum untuk mengetahui keadaan pasien misalnya tanda

vital, cara berjalan, adanya deformitas fisik, dan lain-lain.

Pemeriksaan Kesehatan Mulut dan Sekitarnya

Setiap kelainan ekstraoral yang nampak dicatat selama pencatatan riwayat dapat

diperiksa lebih lanjut. Pemeriksaan ini dibatasi pada inspeksi, palpasi dari jaringan superficial

dan rongga mulut, kepala dan leher, dan bagian-bagian yang terpapar dari ekstrimitas.

Pada struktur-struktur ekstraoral dan intraoral dilakukan inspeksi dan palpasi pada

seluruh bagian seperti ditanyakan dalam kartu status. Hasil palpasi meliputi: macam lesi,

bentuk lesi, ukuran, jumlah, warna, batas, tepi, permukaan, dan hal lainyang dianggap perlu.

Hasil palpasi meliputi: konsistensi, fluktuasi, krepitasi, mudah berdarah atau tidak, sakit atau

tidak, ada perubahan suhu lokal apa tidak.

Setelah pemerikasaan terperinci terdapat lesi atau daerah yang tercangkup dalam

keluhan utama. Perhatikan lokasi, penampilan, ukuran, karakter fisik, dan distribusi dari

semua lesi. Pada gambar struktur jaringan lunak rongga mulut, berikan arsiran pada daerah

yang terdapat kelainan.

Diagnosis Sementara

Kelainan yang didiagnosis disesuaikan dengan pemeriksaan klinisyang dilakukan

yaitu semua kelainan jaringan rongga mulut dan sekitarnya. Penulisan berurutan dari kelainan

24 | O R A L M E D I C I N E

Page 25: makalahOM jadi

yang paling parah. Bila didapatkan gejala klinis yang samara dan meragukan untuk

didiagnosis maka dapat ditulis sebagai suspect dan dapat disertai dengan diagnosis banding.

25 | O R A L M E D I C I N E

Page 26: makalahOM jadi

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Pasien didiaognosa mengalami Reccurent Apthous Stomatitis berdasarkan bentuk lesi,

warna lesi, ukuran lesi, letak lesi, kekambuhan, rasa sakit, waktu timbul lesi, riwayat

penyakit sistemik

2. Padien diberi obat :

R/ SOLCOSERYL pasta tube 1 § oles pada lesi 3xsehari

R/ VITAMIN C tabs 500mg No.X § 1 dd 1

Vitamin C berfungsi untuk mempercepat dan merangsang pembentukan

kolagen di mukosa rongga mulut

26 | O R A L M E D I C I N E

Page 27: makalahOM jadi

DAFTAR PUSTAKA

Cawson, R.A,dkk.2002. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine Seventh Edition.

Edinburgh:Churcill Livingstone.

Gayford, J.J, and Haskell, R. 1990. Penyakit Mulut. Jakarta: EGC.

Greenberg, Martin.S, dkk. 2003. Burket’s Oral Medicine Diagnosis & Treatment Tenth Edition.

Spain:BC Decker Inc.

Lewis, M.A.O, and Lamey, P.J. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta: Widya Medika.

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8005

www.meduweb.com/showthread.php?t=5601

27 | O R A L M E D I C I N E