BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut merupakan sesuatu yang amat penting sehubungan dengan kesehatan tubuh seseorang , karena rongga mulut merupakan cermin kesehatan seseorang serta pintu utama dan pertama masuknya bahan bahan makanan yang di perlukan untuk pertumbuhan yang sempurna bagi kesehatan yang optimal. Meskipun begitu rongga mulut dapat mengalami berbagai macam perubahan atau kelainan yang merupakan masalah yang belum dapat di atasi sepenuhnya. Perubahan ataupun kelainan di dalam rongga mulut tersebut dapat timbul oleh karena keadaan rongga mulut yang sangat kompleks yang merupakan tempat terpapar tehadap factor local . Faktor local seperti iritasi mekanik , fisik, mekanik, kimiawi, serta berbagai macam organisme dan susunan saliva dapat mempengaruhi perubahan kondisi rongga mulut. Selain factor local rongga mulut juga dapat berubah atau mengalami serangan oleh karena adanya factor sistemik yang di derita seseorang. Perubahan atau manifestasi oral tersebut terkadang dapat muncul sebelum penyakit sistemik yang mendasarinya terdiagnosa pada awal perkembangan penyakit. Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan dapat menjadi orang pertama yang mendeteksi adanya kelainan sistemik pada 1 | ORAL MEDICINE
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rongga mulut merupakan sesuatu yang amat penting sehubungan dengan kesehatan
tubuh seseorang , karena rongga mulut merupakan cermin kesehatan seseorang serta pintu
utama dan pertama masuknya bahan bahan makanan yang di perlukan untuk pertumbuhan
yang sempurna bagi kesehatan yang optimal. Meskipun begitu rongga mulut dapat
mengalami berbagai macam perubahan atau kelainan yang merupakan masalah yang belum
dapat di atasi sepenuhnya. Perubahan ataupun kelainan di dalam rongga mulut tersebut dapat
timbul oleh karena keadaan rongga mulut yang sangat kompleks yang merupakan tempat
terpapar tehadap factor local . Faktor local seperti iritasi mekanik , fisik, mekanik, kimiawi,
serta berbagai macam organisme dan susunan saliva dapat mempengaruhi perubahan kondisi
rongga mulut.
Selain factor local rongga mulut juga dapat berubah atau mengalami serangan oleh
karena adanya factor sistemik yang di derita seseorang. Perubahan atau manifestasi oral
tersebut terkadang dapat muncul sebelum penyakit sistemik yang mendasarinya terdiagnosa
pada awal perkembangan penyakit. Dokter gigi sebagai tenaga kesehatan dapat menjadi
orang pertama yang mendeteksi adanya kelainan sistemik pada pasiennya secara dini. Salah
satu penyakit sistemik yang dapat menyebabkan perubahan kondisi rongga mulut adalah
anemia.
Anemia merupakan penyakit kekurangan zat besi atau lazim disebut defisiensi zat
besi adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius, yang apabila tidak segera
ditanggulangi, akan berkembang menjadi anemia defisiensi zat besi. Anemia defisiensi zat
besi menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh. Hal ini berkaitan dengan senyawa-
senyawa komplek dan enzim-enzim yang bergantung pada zat besi. Gambaran klinis yang
terjadi akibat pengaruh defisiensi zat besi bisa terlihat melalui fisik seseorang pada umumnya
dan mukosa rongga mulut khususnya. Gambaran klinis tidak begitu menonjol apabila anemia
defisiensi zat besi masih dalam taraf ringan dan sedang. Gambaran klinis yang menonjol
apabila anemia defisiensi zat besi telah berat adalah iritabilitas, anoreksia, letargi, infeksi,
takikardia, dilatasi jantung serta sering terdengar bising jantung sistolik, koilonika dan pica.
1 | O R A L M E D I C I N E
Pengaruh defisiensi zat besi pada rongga mulut yang spesifik adalah pada lidah dan sudut
mulut. Manifestasinya pada Iidah adalah adanya atrofi papila filiformis dan papila
fungiformis sehingga Iidah akan terlihat licin, berkilat dan sakit. Disamping itu mukosa akan
terlihat pucat, pada sudut mulut terlihat angular cheilitis, terjadi kandidiasis dan ulser dalarn
bentuk Reccurent Aphthous Ulcer (RAU). Dokter gigi perlu memahami hal ini, karena pasien
sering tidak menyadari penyakitnya sehingga dokter gigi dapat bertindak sebagai penemu
kasus. Perawatan gigi terhadap pasien yang menderita anemia defisiensi zat besi dilakukan
bila telah ada persetujuan darl ahli hematologi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan m/engenai linea alba bukalis baik mengenai definisi, pemeriksaan, dan
perawatan
2. Jelaskan mengenai Reccurent Aphtous Stomatitis (RAS) dan penegakan diagnosa dari
RAS
3. Bagaimana hubungan antara penyakit anemia dengan rongga mulut?
4. Bagaimana hubungan kartu status dengan pemeriksaan pada pasien?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui linea alba bukalis baik mengenai definisi, pemeriksaan, dan
perawatan
2. Untuk mengetahui Reccurent Aphtous Stomatitis (RAS) dan penegakan diagnosa dari
RAS serta mengetahui different diagnosis (DD) dari RAS
3. Untuk mengetahui hubungan dari penyakit anemia dengan rongga mulut
4. Untuk mengetahui hubungan kartu status dengan pemeriksaan pada pasien
2 | O R A L M E D I C I N E
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PRINSIP-PRINSIP DIAGNOSIS
A. Riwayat Klinis
Keluhan
Gaya pengambilan riwayat penyakit tergantung pada pribadi masing –
masing klinisi, tetapi perlu diperhatikan bahwa dari awal pemeriksaan sudah
harus ditentukan apakah seorang penderita mempunyai lebih dari 1 keluhan.
Bila ada lebih dari 1 keluhan, masalah utama harus dilakukan terlebih dahulu,
diikuti dengan keluhan lainnya berurutan ke bawah sesuai dengan tingkat
keseriusannya. Ada beberapa pertanyaan dasar yang harus diajukan untuk
memastikan ciri – ciri keluhan :
1. Lokasi
2. Kapan pertama kali diketahui
3. Kapan kehadirannya
4. Faktor – fakor yang mempercepat
5. Faktor – faktor yang memperingan
(Lewis:7)
Rasa sakit
Dalam kasus rasa sakit yang perlu diperhatikan adalah sifat, kehebatan,
serta kapan terasanya. Pasien harus ditanya apakah rasa sakit timbul setiap
hari, dan bila demikian, bagaimana rasa sakit berubah dari waktu ke waktu
dari bangun di pagi hari sampai menjelang tidur dimalam hari.(Lewis:9)
Pembengkakan
Keberadaan dan keparahan pembengkakan yang terus menerus dapat
ditentukan oleh klinisi pada saat pemeriksaan. Dalam sejumlah kondisi,
pembengkakan mungkin episodik dan tidak ada pada saat pada pasien datang.
Dalam keadaan demikian, pasien harus ditanya untuk menggambarkan
basarnya pembengkakan misalnya apakah ukurannya sebesar kacang polong,
3 | O R A L M E D I C I N E
jagung atau biji kenari, waktu terjadinya serta kecepatan pertumbuhannya.
Kesadaran pasien akan pembengakakan itu harus dicatat. (Lewis:9)
Ulser
Bila pasien mengeluh tentang adanya ulserasi, apakah ulserasai baru
terjadi untuk pertama kalinya atau apakah sebelumnya udah pernah timbul.
Dalam kasus ulserasi yang berulang, informasi yang harus didapatkan dalah
mengenai lokasi, jumlah, frekuensi, serta lamanya (durasi luka). (Lewis:9-10)
B. Riwayat Medis
Dua alasan medis dalam pengambilan riwayat penyakit yang memadai adalah,
pertama, kesadaran akan adanya penyakit sistemik dan kedua adanya persiapan untuk
segala kemungkinan keadaan darurat medis yang dapat timbul. Selain faktor – faktor
diatas, pengambilan riwayat medis untuk alasan medikolegal sekarang diwajibkan.
(Lewis:12)
C. Riwayat Sosial
Dalam konteks riwayat sosial yang relevan pasien harus ditanya mengenai
status perkawinan, pekerjaan sekarang dan dulu, kebiasaan merokok, jumlah alkhohol
yang diminum, penyalahgunaan obat – obatan perawatan sebelumnya yang
berhubungan dengan kegelisahan dan depresi. (Lewis:12)
D. Riwayat dental
Riwayat dental harus mencakup perincian pola pertumbuhan gigi, tipe dan
umur gigi palsu dan serta kapan dipakainya. Rincian tiap setiap ortodonti lepasan atau
cekat harus dicatat. Hal ini sangat membantu dalam memastikan apakah keluhan itu
ada hubungannya dengan gigi sebelumnya. Bagi pasien yang menggunakan protesa,
pertanyaan mengenai kebersihan protesa harus diajukan, termasuk rincian dari cairan
yang digunakan untuk membersihkan dan merendam protesa pada malam hari. Perlu
juga diketahui apakah pasien memeriksakan diri secara teratur atau tidak karena hal
ini dapat memberikan persepektif tentang arti kesehatan mulut bagi dirinya.
(Lewis:12-13)
E. Pemeriksaan Klinis
Dokter gigi mempunyai kesempatan yang baik untuk mengamati pasien pada saat
pencatatan riwayat klinis. Dengan cara ini, kelainan – kelainan dapat dilihat dengan
jelas, seperti misalnya pelumpuhan saraf kranial, pembengkakan wajah atau ruam –
ruam kulit. Mengamati frekuensi kedipan yang melebihi normal juga sangat berguna
4 | O R A L M E D I C I N E
bagi dokter, karena hal ini dapat mengindikasikan adanya serophthalmia. Apabila bila
pasien jelas – jelas ketakutan atau menunjukkan tanda – tanda segera akan menangis,
ini mungkin menunjukkan adanya kekacauan psikologis. Tak ada metode
pemeriksaan klinis tertentu yang bisa dianggap lebih benar selama jaringan diperiksa
secara cermat. Pemeriksaan dapat dibagi atas ekstraoral dan intraoral.
Pemeriksaan Ekstraoral
Mendahulukan pemeriksaan ekstraoral merupakan pemeriksaan yang
logis dan hal ini dapat dimulai dengan palpasi pada leher untuk pemeriksaan
limpadenopati. Tata caranya harus dijelaskan pada pasien dan dilakukan dari
belakang. Semua nodus submental, submandibular, aurikular posterior dan
servikal harus dipalpasi secara bergantian. Vertebra servikalis harus dipalpasi
dan gerak leher harus diperiksa dalam gerakan lateral dan rotasi. Kelenjar
saliva parotis harus dipalpasi dan segala pembesaran atau pelunakan harus
diperhatikan. Dalam pembesran parotis yang sejati ada defleksi ke arah luar
dari bagian bawah lobus telinga bagian bawah lobus telinga; pendeteksian
yang terbaik adalah dengan melihat wajah. Condil mandibula harus dipalpasi
dan pasien diminta untuk mengerak – gerakkan rahang dalam jangkauan
penuh, termasuk membuka mulut secara maksimal dan melakukan gerakan –
gerakan lateral. Setiap pembatasan gerak dan nyeri harus dicatat. Otot – otot
lateralis dan masseter harus dipalpasi dan dengan rahang dalam keadaan
tertutup dan dikeraskan oleh pasien, untuk menentukan bagian paling tebal
serta ada atau tidaknya tersa nyeri. Melakukan tekanan pada daerah – daerah
yang dikeluhkan sakit oleh penderita akan sangat membantu, seperti akan
misalnya pada sinus maksilaris atau pada arteri – arteri temporal. (Lewis:13)
Pemeriksaan Intraoral
Klinisi harus menggunakan sarung tangan operasi untuk melakukan
pemeriksaan intraoral. Bila pasien menggunakan gigi palsu maka gigi palsu ini
harus dilepas dan diperiksa apakah ada bagian yang rusak atau adanya debris.
Selanjutnya mintalah pasien untuk memasangkannya kembali ke dalam mulut.
Guna menilai hubungannya dengan daerah abnormalitas mukosa.
Pemeriksaan intraoral yang sistemik harus dilakukan untuk memastikan bahwa
tidak ada daerah dimulut yang terlewati. Bagian dalam bibir, palatum keras
dan lunak, mukosa bukal, dasar mulut, dan tepi dasar serta lateral dari lidah
juga diperiksa. Tepi lateral lidah harus diperiksa dengan jalan ujung lidah
5 | O R A L M E D I C I N E
dipegang dengan menggunakan sebuah kasa. Jumlah gigi yang ada harus
dicatat seiring dengan evaluasi singkat mengenai distribusi karies atau
restorasi dan adanya kelainan periodontal termasuk goyangnya gigi – gigi.
Selama pemeriksaan, jumlah dan kekentalan saliva dapat ditentukan. Cara
penilaian yang sederhana adalah kaca mulut harus mudah diangkat dari
jaringan, ketika ditempatkan pada mukosa bukal. Bila ada xerostomia, kaca
akan lengket pada mukosa. Orifice saluran kelnjar parotis dan submandibularis
hrus diidentifikasi. Pada individu yang sehat, palpasi eksternal yang lembut
pada kelenjar saliva utama (mayor) seharusnya ,menambah aliran saliva jernih
dari saluran kelenjar liur yang bersangkutan. Palpasi bimanual pada kelenjar
saliva submandibularis harus dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya
pembesaran atau nyeri. (Lewis:13-14)
F. Rujukan pada Seorang Specialis
Bila pasien perlu dirujuk pada spesialis maka perujukan dilakukan dengan
menggunakan dengan surat, walaupun untuk kasus darurat, perjanjian waktu dapat
dilakukan melalui telepon. Komunikasi verbal secara langsung antara dokter umum
dan specialis dapat dilakukan untuk meminta pendapat sehubungan dengan interaksi
obat dalam hubungannya dengan penyakit mulut atau untuk memberi informasi
tambahan yang bersifat rahasia mengenai pasien yang tidak tercantum pada surat
rujukan.(Lewis:18-20)
RAS (RECURRENT APTHOUS STOMATITIS)
Aptous ulcer merupakan ulcer pada mukosa mulut yang rekuren, terasa sakit dan
tidak diketahui penyebabnya.
Jenis-jenis RAS
Ada terdapat tiga jenis RAS, yaitu : minor, mayor, dan herpetiform. Mayor apthous
memiliki ciri-ciri, ulcernya besar, menembus jauh ke jaringan ikat disertai dengan
limfadenopati submandibula, mempunyai rentang waktu yang lebih lama dan sembuh disertai
dengan pembentukan jaringan parut dan menyerang daerah berkeratin. Minor apthous
memiliki ciri-ciri ulcer Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin
, seperti labial , mukosa bukal dan dasar mulut. Daerah mukosa yang eritematus akan pecah
dalam waktu 24 jam membentuk ulser yang kecil dan akan membesar setelah beberapa hari.
6 | O R A L M E D I C I N E
Bentuk ulser ini dapat bervariasi tergantung letaknya. Kemudian jenis herpetiform, ulsernya
kecil, sebesar kepada peniti, dan jumlahnya banyak lebih dari 30.
(J.J Gayford:1-2)
Insiden
Insiden ulcer bervariasi, tergantung pada daerah populasi yang diteliti. Tetapi tidak ada
insiden yang kurang dari 10% yang ditemukan pada semua daerah. Pada pasien yang datang
untuk mendapat perawatan dari keadaan yang lain, ditemukan insiden 20%, sedang kelompok
pasien tertentu, ditemukan insiden sebesar 60%. Wanita lebih sering terserang daripada pria,
dengan rasio 3:2. Ulcer dapat mengenai anak-anak , tetapi biasanya lebih sering mengenai
remaja. Pada sebagian besar keadaan, ulcer akan makin jarang terjadi pada pasien yang
memasuki dekade kehidupan keempat dan tidak pernah terjadi pada pasien yang memasuki
dekade kehidupan kelima dan keenam. Pada wanita ulser ini terjadi lebih lama dan lebih
cepat daripada pria.
(J.J Gayford:2)
Etiologi
faktor penyebab masih tidak diketahui, ada beberapa faktor penyebab, yaitu :
1. Bawaan
2. Trauma
3. Infeksi, kaitan dengan bakteri dan virus
4. Berhubungan dengan gangguan gastrointestinal
5. Berhubungan atropi
6. Pengaruh hormon
7. Faktor emosi
8. Autoimun
9. Hematologi
7 | O R A L M E D I C I N E
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Linea Alba Bukalis
Linea alba bukalis adalah suatu temuan intraoral umum yang tampak sebagai garis
bergelombang putih, menimbul, dengan panjang yang bervariasi dan terletak pada garis
oklusal dimukosa pipi.
Pemeriksaan objektif, tampak lebarnya berkisar antara 1-2mm dan memanjang dari
mukosa pipi daerah molar kedua sampai kaninus, namun pada setiap individu berbeda. Lesi
tersebut biasanya dijumpai bilateral dan tidak dapat dihapus. Secara mikroskopis, terdapat
perubahan-perubahan epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan hiperkeratotik yang
merupakan suatu respon terhadap gesekan dari gigi-gigi. Gambaran klinis menunjukkan ciri
diagnostik dan tidak perlu perawatan karena dianggap normal, kecuali pada beberapa kasus
dimana terdapat luka linea alba bukalis karena kebiasaan menggigit mukosa pipi.
3.2 RAS (Reccurent Apthous Stomatitis)
Definisi
Recurent Apthous Stomatitis (RAS) yang biasa disebut dengan “sariawan” atau
“lumpangen” oleh masyarakat awam merupakan penyakit mulut yang paling sering terjadi.
Sariawan merupakan suatu kelainan pada selauput lendir mulut yang berupa luka pada mulut
yang berbentuk bercak berwarna putih kekuningan dengan permukaan agak cekung. Bercak
itu dapat berupa bercak tunggal maupun berkelompok. Sariawan dapat menyerang bagian
8 | O R A L M E D I C I N E
selaput lendir pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi, serta langit-langit dalam
rongga mulut. Selain itu RAS merupakan ulser yang recurrent, terasa sakit dan tidak
diketahui penyebabnya.
Umumnya ditandai dengan rasa nyeri seperti terbakar yang terkadang menyebabkan
penderita sulit untuk menelan makanan, dan bila sudah parah dapat menyebabkan demam.
Gangguan sariawan dapat menyerang siapa saja termasuk bayi yang masih berusia 6-24 bulan
sekalipun. Reccurent apthous stomatitis secara klinis pada ulser yang kambuhan di rongga
mulut terlihat adanya kemerahan,timbul lesi yang dalam,lesi tersebut biasanya berbentuk
oval,warna kekuningan dengan dasar warna nekrotik putih dan dikelilingi warna kemerahan.
Terasa sakit sehingga sulit untuk makan,dan pada umumnya lesi sembuh antara 7
sampai 14 hari,dengan rasa sakit pada tahap permulaan.
Etiologi
Agen-agen virus atau bakteri, alergi makanan, gangguan hormonal, kelainan
haematologi, gangguan emosional dan trauma merupakan beberapa factor penyebab yang
dipostulasikan.
Ada beberapa factor penyebab yang akan dibahas:
a. Bawaan
Pada hampir 50 % pasien mempunyai riwayat aphtous ulser yang mengenai salah
seorang orang tuanya, jarang ulser tersebut terdapat pada kedua orang tua. Saudara-saudara
pasien tidak selalu terserang dan sangat jarang ditemukan adanya serangan ulser pada seluruh
keluarga.
b. Trauma
Ulser dapat terbentuk pada daerah-daerah setelah bekas terjadinya luka penetrasi.
Pendapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan klinis, bahwa sekelompok ulser terjadi setelah
adanya trauma ringan pada mukosa mulut. Pada umumnya ulser terjadi setelah dilakukan
perawatan gigi, bahkan adanya gulungan kapas pada rongga mulut, atau suntikan anetesi
local dapat menimbulkan ulserasi rongga mulut.
c. Autoimunitas
9 | O R A L M E D I C I N E
Epithelium mulut pada kultur jaringan dapat dirusak oleh limfosit penderita
Recurrent aphtous stomatitis.
d. Pengaruh Hormon
Pada wanita, sekelompok aphtous ulser sering terlihat pra menstruasi, dan bahkan banyak
wanita yang mempunyai ulser yang terjadi berulang kali. Terrbentuknya RAS terjadi pada
fase luteal dari siklus menstruasi pada beberapa penderita wanita.
e. Emosi
Recurrent aphtous stomatitis terjadi pada 50% wanita dan 33% pada laki-laki,
terlihat factor emosi dapat merangsang terjadinya sekelompok ulser. Insiden ulser yang besar
pada beberapa kelompok remaja putri, merupakan bukti dari anggapan tesebut. Pada
beberapa pasien kelompok ulser tersebut berhubungan dengan periode stress dalam pekerjaan
atau kehidupan sehari-hari. Hampir 30% dari pasien menunjukkan adanya tanda-tanda
neurosis. Umumnya, terdapat sedikit rasa cemas , walaupun obsesi tak jarang juga terlihat.
Selain itu, kadang-kadang juga terlihat adanya depresi.
f. Psikologis
Ulser sering terjadi pada penderita yang mengalami keadaan cemas maupun stress.
Stress merupakan respons tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang terjadi
terus menerus yang berpengaruh terhadap fisik dan emosi. Stomatitis aftosa rekuren (SAR)
dan liken planus merupakan manifestasi sters yang sering dijumpai pada pasien dengan latar
belakang emosi yang jelas SAR merupakan penyebab sebagian besar ulser di rongga mulut.
Orang yang mempunyai tingkat social yang lebih tinggi, sering terkena daripada orang yang
hidup dengan tingkat ekonomi yang rendah. Penyebab SAR tidak jelas. Stres dinyatakan
merupakan salah satu faktor yang berperan penting secara tidak langsung terhadap timbulnya
ulser stomatitis rekuren ini.
Liken planus mulut adalah suatu penyakit inflamasi kronik mukosa mulut.
Mempunyai gambaran klinis yang bervariasi yaitu bentuk striae (reticular), popular, plak,
erosive, bulosa, dan atropik. Penyebab liken planus tidak diketahui dengan jelas, tanda
histologist dengan adanya infitrat limfosit yang berhubungan dengan jaringan ikat subepitel
diduga adanya peranan automium pada perkembangan penyakit ini. Emosional yang berat ,
konflik yang tidak terpecahkan dan bahkan tekanan fisik dapat merupakan penyebab. Sering
10 | O R A L M E D I C I N E
terjadi pada wanita yang berumur 40-60 tahun. Seiring keparahan penyakit pararel dengan
tingkat stress pasien.
g. Haematologi
Pengaruh kekurangan zat besi, vitamin B12 dan folat terhadap proses terjadinya
ulser, diperoleh kesimpulan bahwa semua pasien member respon yang baik terhadap
perbaikan gizi. 2/3 diantaranya bahkan menunjukkan hilangnya seluruh ulserasi mulut.
h. Alergi
Kenaikan kadar Ig E dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya
ulser.
i. Infeksi
1). Bakteri
Hasil penelitian isolasi bakteri L-transisional dari aphtous ulser tampak menjajikan,
tetapi organism tersebut ternyata tidak selalu ada pada aphtous ulser.
2). Virus
Hasil sebagian besar penelitian yang menunjukkan herpes simpleks sebagai
penyebab ulser sangat mengejutkan, karena pada penderita RAS, insiden antibody herpes
simpleks lebih rendah daripada kelompok control yang tidak mempunyai riwayat RAS.
Masih diperlukan sejumlah besar bukti dan hasil yang konstan, sebelum teori tersebut dapat
diterima secara umum.
Klasifikasi RAS
Berbagai klasifikasi RAS telah diajukan,tetapi secara klinis kondisi ini dapat dibagi
menjadi tiga subtype: minor, mayor , dan herpetiform. Semua tipe ulserasi dihubungkan
dengan rasa sakit.
a. Aphtous Ulser Minor
Sebagian besar psien (80%) menderita bentuk minor (MiRAS), yang ditandai oleh
ulser bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh
pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-
keratin , seperti labial , mukosa bukal dan dasar mulut. Daerah mukosa yang eritematus akan
pecah dalam waktu 24 jam membentuk ulser yang kecil dan akan membesar setelah beberapa
11 | O R A L M E D I C I N E
hari. Bentuk ulser ini dapat bervariasi tergantung letaknya. Pada bibir dan pipi ulser
cenderung mempunyai outline yang teratur , tetapi pada permukaan lidah dan dasar mulut
outline ulser tidak teratur, sedang pada sulkus vestibulum ulser cenderung berlekuk-lekuk.
Ulser dapat timbul tunggal atau 2-3 buah pada saat yang sama. Umumnya terjadi
penumpukan ulser sehingga bila ulser yang satu sembuh yang lainnya muncul. Ulser dapat
terasa sangat sakit atau sama sekali tidak menimbulkan keluhan kecuali bila terkena trauma.
Kadang-kadang kerusakan jaringan terhenti kibat parastesia local. Ulser dapat sembuh 10-14
hari tanpa disertai jaringan parut dan timbul kembali setelah beberapa minggu sampai bulan.
b. Aphtous Ulser Mayor
Stomatitis aptosa mayor yang rekuren (MaRAS), yang didertita oleh kira-kira 10%
dari penderita RAS, lebih hebat daripada MiRAS. MaRAS merupakan ulser tunggal dan
mempunyai rentang waktu yang lama. Ulser ini berdiameter kira-kira 1-3cm, berlangsung
selama 4 minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut,
termasuk daerah-daerah berkeratin (Lewis, 1998). Ulser yang besar, dalam serta bertumbuh
dengan lambat biasanya terbentuk dengan bagian tepi yang menonjol serta eritematus yang
mengkilat yang menunjukkan bahwa terjadi edema. Dasar ulser ditutupi oleh lapisan keabu-
abuan dengan dasar yang sedikit menonjol. Ulser biasanya terasa sangat sakit dan tetap ada
selama 6 minggu. Bila ulser sembuh, akan terbentuk jaringan parut. Mukosa bibir dapat
tampak seperti susunan batu bulat, karena adanya beberapa buah ulser yang sembuh dengan
disertai pembentukan jaringan parut.
c. Ulserasi Herpetiformis (HU)
Tipe RAS yang terakhir adalah ulserasi herpetiformis. Istilah “herpetiformis”
digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada
satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetic primer. Tetapi virus-virus herpes tidak
mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa (Lewis, 1998).
Mempunyai ukuran yang kecil, ulser juga terasa sangat sakit dan dapat membuat mulut
pasien terasa sangat tidak enak, karena jumlahnya yang besar. Ulser ini dapat timbul di
seluruh permukaan mukosa rongga mulut. Mula-mula ulser tampak kecil, dikelilingi oleh
haloritema yang kecil, tetapi ulser akhirnya akan saling bergabung membentuk kelompok.
Kelompok lesi ini menyatu menjadi tunggal dan yang tidak beraturan. Proses penyembuhan
terjadi lebih cepat daripada tipe ulser yang lain dari seluruh siklus tersebut memakan waktu
3-4 hari saja, tetapi segera setelah ulser hilang, akan terbentuk ulser yang baru. Keadaan ini
12 | O R A L M E D I C I N E
bersifat persisten dan dapat sangat mengganggu pasien karena sukar dihilangkan.
Pencegahan
Pada saat sariawan bibir kita terasa perih, makan tidak nyaman, maka dari itu
daripada mengobati mendingan mencegah sariawan dengan beberapa tips berikut ini :
1. Menjaga kebersihan dan kesehatan mulut. Sederhana saja, yakni dengan sikat gigi minimal
dua kali sehari. Pagi setelah makan dan menjelang tidur malam. Kalau gusi kita termasuk
yang sensitif sebaiknya memilih sikat gigi dengan bulu yang lebih lembut.
2. Memperbanyak makanan yang mengandung serat seperti sayuran dan buah. Dengan makan
banyak serat dan buah, tubuh kita akan mendapat asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Demikian juga dengan makan buah. Buah banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan
tubuh termasuk vitamin C.
3. Hindari makanan yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu pedas. Makanan yang terlalu
panas, terlalu dingin dan terlalu pedas, dapat menyebabkan gusi atau bibir kita luka dan
menyebabkan panas dalam. Sebaiknya hindari yang demikian itu.
4. Minum vitamin tambahan seperti vitamin C dan B 12, asal tidak berlebihan.
Bagaimanapun juga, yang namanya berlebihan itu tidak baik bagi tubuh. Jadi konsumsilah
yang sewajarnya dan secukupnya.
5. Hindari stres. Stres adalah salah satu pemicu terbesar datangnya berbagai penyakit. Tak
hanya penyakit sariawan saja. Jadi, sebisa mungkin stres dihindari.
6. Kenali penyebab. Kalau kita termasuk orang yang sering menderita sariawan, cobalah
mengenali kira-kira apa penyebabnya. Nah, dari situ baru kita bisa melakukan pencegahan
dengan efektif.
Terapi RAS
Banyak obat-obatan termasuk vitamin, obat kumur antiseptic, steroid topical dan
imunomodulator sostemik dianjurkan sebagai pengobatan untuk RAS. Walaupun demikian
hanya sebagian kecil yang secara ilmiah terbukti efisien.
Pengobatan RAS dapat mengurangi rasa sakit ataupun memperpendek waktu
penyembuhan. Beberapa pengobatan yang dianjurkan adalah:
a. Pemeliharaan kebersihan mulut. Penting untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi
sekunder yang dapat memperparah lesi.
b. Penggunaan bahan pelapis
13 | O R A L M E D I C I N E
Bahan pelapis tersedia dalam bentuk pasta atau gel yang dapat digunakan untuk melapisi
permukaan ulkus sehingga terlindungi dari infeksi sekunder dan iritasi mekanis. Beberapa
gel dicampur dengan suatu bahan seperti kolin salsilat yang dapat mengurangi rasa sakit.
c. Penggunaan antibiotic antisepik. Terdapat bebagai macam bentuk dari antiseptic seperti
obat kumur, pastiles, lozenges.
d. Penggunaan antibiotic topical. Dapat digunakan obat kumur yang berisi 2% tetrasiklin atau
klor tetrasiklin yang sangat efektif untuk menghilangkan gejala-gejala yang timbul akibat
infeksi sekunder sehingga mengurangi rasa sakit.
e. Penggunaan steroid topical. Dapat digunakan suatu preparat seperti hidrokortison
hemisuksinat atau triamsinolon asetonid yang berfungsi sebagai anti inflamasi, anti alergi,
dan imunosupresi.
f. Penggunaan anastesi topical. Efek dari obat ini adalah untuk mengurangi rasa sakit pada
saat makan.
g. Pemberian hormon. Dapat diberikan pada wanita yang memiliki pola kekambuhan RAS
yang berkaitan dengan siklus menstruasi. Penggunaan hormone esterogen dapat
mengurangi gejala yang timbul.
Penyembuhan
Penyembuhan adalah suatu proses penggantian sel yang mati oleh sel hidup. Proses
penyembuhan dibagi menjadi dua fase sebagai berikut:
a. Fase I : fase inisial yaitu dimulai dari vasodilatasi pembuluh darah diikuti pembentukan
fibroblast secara cepat. Pembentukan jaringan baru terdiri dari fibrin dan jaringan mati
yang telah diganti jaringan ikat baru dan pembuluh-pembuluh darah yang disebut jaringan
granulasi.
b. Fase II : jaringan granulasi mengganti jaringan yang rusak sampai terjadi penyembuhan
yang sempurna. Jaringan granulasi secara bertahap menjadi lebih kompak sebagai
manifestasi dari matangnya fibroblast. Bentukan jaringan baru yang matang dapat
berfungsi secara adekuat untuk mengganti jaringan yang rusak. Proses tersebut ditandai
dengan menurunnya warna kemerahan, pembengkakan dan konstensi normal.
Faktor- faktor penghambat penyembuhan adalah sebagai berikut:
a. Faktor local seperti suplai darah buruk, retensi benda asing dan pengulangan trauma atau
pergerakan setempat.
14 | O R A L M E D I C I N E
b. Faktor umum. Sintesis kolagen teganggu pada keadaan defisisensi vitamin C. Zinc atau
protein (khususnya asam amino yang mengandung sulfur). Diabetes mellitus juga
menghambat penyembuhan, karena mudahnya terkena infeksi dan penyakit pembuluh
darah. Hormon glukokortikoid yang berlebihan secara aktif menekan peradangan dan
penyembuhan. Umumnya proses penyembuhan penderita tua lebih lambat.
Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan RAS, antara lain sebagai berikut:
a. Keadaan oral hygiene. Semakin baik keadaan oral hygiene seseorang, maka semakin cepat
terjadinya penyembuhan.
b. Diameter ulkus. Ulkus dengan diameter kecil lebih cepat sembuh dibandingkan dengan
ulkus berdiameter lebih besar.
c. Lokasi ulkus. Ulkus yang terjadi pada mukosa bergerak lebih lama sembuh dibandingkan
pada mukosa tak bergerak.
d. Pengobatan. Pengobatan yang cepat dan berkelanjutan akan mempercepat terjadinya
penyembuhan RAS.
e. Nutrisi. Kurangnya salah satu zat yang berperan penting dalam proses penyembuhan
seperti protein dan vitamin C.
f. Mental dan fisik. Karena salah satu penyebab RAS adalah stress, maka upaya untuk
mengurangi frekuensi kekambuhannya maka pasien harus bermental sehat yang didukung
dengan keadaan fisik yang sehat pula.
3.3 Diagnosa Banding Recurrent Apthous Stomatitis
Diagnosa banding recurrent apthous stomatitis yakni traumatic ulcer.
RAS (RECURRENT APTHOUS STOMATITIS)
1. Etiologi: -herediter (keturunan)
-strees,kelelahan
-infeksi oleh bakteri atau virus
-pengaruh hormon (menstruasi)
-perawatan gigi (contoh : orthodontik)
-kekurangan nutrisi(contoh : zat besi, fosfor, vitamin B12)
-alergi (contoh : makanan)
-trauma (contoh : waktu makan tergigit, trauma sikat gigi)
15 | O R A L M E D I C I N E
-penyakit sistemik (contoh : anemia)
2. Gejala klinis
Sebelumnya recurrent apthous stomatitis ini dibagi menjadi 2 yakni recurrent
apthous stomatitis mayor dan minor
Recurrent apthous stomatitis minor
-tepi ulser kemerahan
-mengenai jaringan epitel
-ukurannya tidak lebih dari 5 mm
-berbentuk oval, dangkal, tidak menimbulkan jaringan parut
-penyembuhannya 10 – lebih hari
-lesi akan hilang 7 - 10 hr
Recurrent apthous stomatitis mayor
-mengenai jaringan ikat (makanya sakit banget)
-lebih parah dan lebih dalam dari recurrent apthous stomatitis minor
-ukuran bisa 1 – 3 cm
-menyerang daerah berkeratin
-menimbulkan jaringan parut
-indurasi ulser tinggi
-tampak eritema dan mengkilat
-dasar ulser lebih menonjol
-ulser tunggal
-demam ringan
Recurrent apthous stomatitis herpetiform
-terdapat banyak ulser (kadang sampai lebih dari 100 ulser)
-30 ulser jg bisa disebut herpetiform)
-menimbulkan bau mulut
-ulser kecil sebesar ujung peniti (buku penyakit mulut, J.J.Gayford,alih
bahasa Drg.lilian yuwono, tahun 90, penerbit buku kedokteran