BIOGRAFI EMPAT MADZHAB MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih II Semester Genap Tahun 2013 Dosen Pembimbing : Drs. H. Yasin, M.Ag Disusun Oleh : 1. Arif Rohman 111075 2. Fitria Zulia 111076 3. Khasan Taufiq 111077 4. Muhammad Choiri 111078 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BIOGRAFI EMPAT MADZHAB
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih II
Semester Genap Tahun 2013
Dosen Pembimbing : Drs. H. Yasin, M.Ag
Disusun Oleh :
1. Arif Rohman 111075
2. Fitria Zulia 111076
3. Khasan Taufiq 111077
4. Muhammad Choiri 111078
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS
TARBIYAH/PAI
TAHUN 2013
BAB I
Pendahuluan
Kata mazhab merupakan sighat isim makan dari fi’il madli zahaba. Zahaba artinya pergi;
oleh karena itu mazhab artinya : tempat pergi atau jalan. Kata-kata yang semakna ialah : maslak,
thariiqah dan sabiil yang kesemuanya berarti jalan atau cara. Demikian pengertian mazhab
menurut bahasa. Pengertian mazhab menurut istilah dalam kalangan umat Islam ialah : Sejumlah
dari fatwa-fatwa dan pendapat-pendapat seorang alim besar di dalam urusan agama, baik ibadah
maupun lainnya.
Setiap mazhab punya guru dan tokoh-tokoh yang mengembangkannya. Biasanya mereka
punya lembaga pendididikan yang mengajarkan ilmu-ilmu kepada muridnya. Berkembangnya
suatu mazhan di sebuah wilayah sangat bergantung dari banyak hal. Salah satunya dari
keberadaan pusat-pusat pengajaran mazhab itu sendiri. Selain itu sedikit banyak dipengaruhi juga
oleh mazhab yang dianut oleh penguasa, dimana penguasa biasanya mendirikan universitas
keagamaan dan mengajarkan mazhab tertentu di dalamnya. Nanti para mahasiswa yang
berdatangan dari berbagai penjuru dunia akan membuka perguruan tinggi dan akan menyebarkan
mazhab tersebut di negeri masing-masing.
Bila pengelilaan perguruan itu berjalan baik dan berhasil, biasanya akan mempengaruhi
ragam mazhab penduduk suatu negeri. Di Mesir misalnya, mazhab As-Syafi’i disana berhasil
mengajarkan dan mendirikan perguruan tinggi, lalu punya banyak murid diantaranya dair
Indonesia. Maka di kemudian hari, mazhab As-Syafi;i pun berkembang banyak di Indonesia.
BAB II
Pembahasan
A. IMAM IBNU HANIFAH
Imam Hanafi dilahirkan di kota Kuffah pada tahun 80H, nama beliau yang sebenarnya
dari kecil adalah Nu’man bin Tsabit bin Zautha Al Taimy, ayah beliau dari bangsa Persi, akan
tetapi sebelum beliau dilahirkan, ayah beliau sudah pindah ke Kuffah. Maka beliau bukanlah
1
keturunan bangsa Arab asli,akan tetapi dri bangsa Ajam. Dan beliau dilahirkan pada masa
pemerintahan ditengah kekuasaan Abdul Malik bin Marwan.
Imam Abu Hanafi terkanal dengan Al Imam Al A’zham,beliau mendapat sebutan gelar
Hanifah dikarenakan beliau mempunyai beberapa orang putera yang diantaranya dinamakan
Hanifah, dan menurut riwayat yang lain: sebab beliau mendapat gelar Abu Hanifah, karena
beliau adalah orang yang rajin melakukan ibadah kepada Allah dan sungguh-sungguh
mengerjakakan kewajiban kewajiban dalam agama. Adapun menurut riwayat yang lain ialah
lantaran beliau erat berteman dengan “tinta”, karena perkataan “Hanifah” menurut lughat Iraq
artinya “dawat” atau “tinta”.
Kemudian setelah beliau menjadi seorang alim besar dan terkenal disetap kota-kota serta
disekitar Jazirah Arabiyah, maka beliau dikenal dengan gelar: imam Abu Hanifah.
Setelah beliau ijtihad dan buah penyelidikan beliau tentang hokum-hukum keagamaan
diakui oleh orang banyak, maka ijtihad beliau dikenal orang banyak dengan sebutan “mazhab
Imam Hanafi1”.
Keadaan Pribadi dan Keluhuran Budi Imam Hanafi
Menurut riwayat: bahwa keadaan pribadi dan sifat-sifat beliau adalah: lurus tubuhnya,
sedang tingginya, bagus mukanya, terbayang padanya sifst-sifst kekerasan didalam hati
sanubarinya, cerdas fikirannya, luhur cita-citanya, seluruh batang tubuhnya kelihatan dialiri oleh
darah ketangkasan dan keberanian, dan pula tegap dan gagah badannya yang menunjukkan
dadanya penuh ilmu pengetahuan.
Imam Abu Hanifah jika berkata-kata,perkataan beliau manis dan sedap didengar,karena
fasih dan merdu suaranya. Beliau juga memiliki pribadi yang peramah dan tangkas
kelakuannya,rajin bekerja dan rapi buah pekerjaannya, tidak suka bercakap-cakap yang tidak ada
gunanya, dan jika berbicara, pembicaraannya mengandung nasehat dan hikmah, sangat pendiam,
tenang dan tampak biasa berfikir.
Beliau suka berpakaian yang baik-baik dan bersih, senang memakai wangi-wangian yang
harum dan suka duduk ditempat yang baik. Dan beliauu juga senang bergaul dengan saudara-
1 Chalil, Moenawar. 1965. Biography Empat Serangkai Imam Madzhab. Jakarta : Bulan Bintang. Hal 19
2
saudaranya dan para kawannya yang baik-baik, berani menyatakan sesuatu hal yang terkandung
didalam hati sanubarinya, dan berani pula menyatakan kebenaran kepada siapa pun, tidak takut
dicela atau dibenci orang, dan tidak pula gentar menghadapi bahaya asal dalam kebenaran yang
telah diyakininya.
Para Guru dan Murid Imam Hanafi
Menurut riwayat, imam Abu Hanifah pernah bertemu tujuh sahabat Nabi SAW, dan
menurut para ahli tarikh Sahabat itu ialah Anas bin Malik, Abdullah bin Harits, Abdullah bin Abi
Aufa, Watsilah bin Al Asqa, Ma’qil bin Yasar, Abdullah bin Anis, Abu Thufail (‘Amir bin
Watsilah).
Ada pun ulama yang terkenal yang , yang pernah dijadikan guru beliau pada waktu itu
kira-kira ada 200 ulama besar, itu dikarenakan setiap beliau mendengar ada ulama besar, maka
beliau datangi dan berguru kepada ulama tersebut.
Menurut riwayat, kebanyakan guru-guru beliau dikala itu ialah para Tabi’in, yang diantaranya
ialah Atha bin Abi Rabah, imam Nafi’ Maula ibnu Umar, dan lain-lainnya lagi. Sedangkan ahli
fiqih yang menjadi guru beliau yang paling masyhur ialah Imam Hammad bin Abu bu Sulaiman,
imam Abu Hanifah berguru pada beliau kurang lebih 18 tahun.
Dan diantara orang yang pernah menjadi guru imam Hanafi ialah Muhammad Al Baqir,
Imam Adi bin Tsabit, Imam Abdur Rahman bin Harmaz, Imam Amr bin Dinar, Imam Manshur
bin Mu’tamir, Imam Syu’bah bin Hjjaj, Imam Ashim bin Abin Najwad, ImaM Salamah bin
Kuhail, Imam Qatadah, Imam Rabi’ah bin Abi Abdur Rahman, dan lain-lain.
Sedangkan mengenai murid imam Hanafi sangatlah banyak sekali, diantaranya ialah:
1. Imam Abu Yusuf,Yaqub bin Ibrahim Al Anshary.
2. Imam Muhammad bin Hasan bin Farqad Asy-Syaibani.
3. Imam Zafar bin Hudzail bin Qais Al Kufy.
4. Imam Hasan bin Zayad Al Luluy.
Dari keempat murid imam Hanafi tersebut, merekalah murid yang terkenal diantara murid-
murid imam Hanafi yang lain, dan mereka hingga kini masih dikenal nama-namanya diseluruh
dunia Islam.
Pola pemikiran, metode istidlal dan faktor-faktor yang mempengaruhi Abu Hanifah dalam
menetapkan hukum islam
3
Abu hanifah hidup selama 52 tahun pada masa dinasti Umayyah dan 18 tahun pada masa
dinasti Abbasiyah. Alih kekuasaan dari Umayyah yang runtuh kepada Abbasiyah yang naik
tahta, terjadi di kufah sebagai ibu kota Abbasiyah sebelum pindah ke Baghdad. Kota bashrah dan
kufah pernah mewarnai intelektual Abu Hanifah di tengah berlangsungnya proses transformasi
sosio-kultural, politik dan pertentangan tradisional antara suku Arab Utara, Arab selatan dan
Persi. Oleh sebab itu pola pemikiran Imam Abu Hanifah sudah tentu sangat dipengaruhi latar
belakang kehidupan serta pendidikannya, juga tidak terlepas dari sumber hokum yang ada.
Abu Hanifah dikenal sebagai ulama ahl al-ra’yi. Dalam menetapkan hokum islam, baik
yang diistinbathkan dari al-Qur’an ataupun hadits, beliau banyak menggunakan nalar. Beliau
mengutamakan ra’yi dan khabar ahad. Apabila terdapat hadits yang bertentangan beliau
menetapkan hukum dengan jalan qiyas dan istihsan.
Adapun metode istidlal imam abu hanifah dapat dipahami dari ucapan
beliau”sesungguhnya saya mengambil kitab suci dari al-qur’an dalam menetapkan hukum,
apabila tidak didapatkan dalam al-qur’an maka saya mengambil sunnah Rasul SAW. Apanila
tidak ada keduanya maka mengambil pendapat orang-orang yang terpercaya yang saya
kehendaki, kemudian saya tidak keluar dari pendapat mereka. Apabila urusan itu sampai kepada
Ibrahim al-Sya’by, hasan ibn sirin dan sa’id ibn musayyab, maka saya berijtihad sebagaimana
mereka berijtihad”. Dalam kesempatan lain dia mengatakan pertama mencari dasar hukum dalam
al-qur’an, kalau tidak ada mencari dalam sunnah nabi, kalau tidak ada mempelajari fatwa-fatwa
para sahabat dan saya pilih mana yang saya anggap kuat, kalau orang melakukan ijtihad, saya
pun melakukan ijtihad.
Dalam menetapkan hukum abu hanifah dipengaruhi oleh perkembangan hukum di
Kuffah, banyak problema kemasyarakatan yang memerlukan penetapan hukumnya, untuk
menghadapinya memerlukan ijtihad atau ra’yi. Abu Hanifah sangat selektif dalam menerima
hadits, karena itu untuk menyelesaikan masalah yang actual, beliau banyak menggunakan ra’yi.
Karya-Karya Abu Hanifah
Menurut Jamil Ahmad, Abu Hanifah meninggalkan 3 karya besar yaitu: fiqh akbar,
al-‘alim wa al-muta’lim dan musnad fiqh akbar. Menurut Syed Ameer Ali dalam bukunya The
Spirit if islam karya-karya abu hanifah baik mengenai fatwa-fatwanya maupun ijtihad-ijtihadnya
ketika itu belum dikodifikasikan.
4
Murid Abu Hanifah Muhammad al-Syaibany telah menyusun kitab buah pemikiran Abu
Hanifah yang dikenal dengan al-kutub al-sittah 6 kitab yaitu:
1. Kitab al-Mabsuth
2. Kitab al-Ziyadat
3. Kitab al-jami’ al-Shaghr
4. Kitab al-Jami’ al-Kabir
5. Kitab al-sair al-shaghir
6. Kitab al-sair al-kabir
Kewafatan Imam Hanafi
Imam Abu Hanifah wafatdi Baghdad pada bulan Rajab tahun 150H/767M dalam usia 70
tahun .
Menurut riwayat, bahwa Abu Ja’far Al Manshur memanggil imam Abu Hanifah, imam Sufyan
Ats Tsauri dan imam Syarik An Nakha’y untuk dating menghadap baginda. Beliau bertiga
dipanggil untuk diberi kedudukan dan diberi surat angkatan untuk menjabat sebagai Qadli.
Setelah menghadap pada baginda beliau diberi jabatan sebagai Qadli, dari ketiga imam
tersebut, hanya imam Syarik yang menerima jabatan itu, sedangkan imam Sufyan melarikan diri
ke Yaman, dan imam Abu Hanifah menolak diberi jabatan dan tidak melarikan diri. Berawal dari
penolakan imam Abu Hanifah itu, maka baginda memerintah pengawal untuk memenjarakan
imam Abu Hanifah untuk diberi hukuman seratus kali cambuk dan leher beliau dikalungi rantai
besi yang besar.
Setiap hari imam Abu Hanifah diberi hukuman seratus kali cambuk, akan tetapi beliau
tetap berpendirian semula, menolak jabatan dari baginda. Pada masa itu ibunda imam Abu
Hanifah masih hidup dalam usia yang sudah lanjut, pada setiap hari sang ibunda diperintah
baginda Al Manshur untuk membujuk imam Abu Hanifah supaya suka menerima jabatan yang
diberikan baginda, namun segala upaya ibunda untuk membujuk imam Abu Hanifah ditolak
olehnya dengan keterangan atau perkataan yang baik.
Begitu tabah dan teguhnya pendirian imam Abu Hanifah membuat sang baginda merasa
tidak puas dengan hukuman cambuk, maka baginda memberi segelas minuman yang telah diberi
racun dan imam Abu Hanifah meminumnya, seketika itu dipenjara imam Abu Hanifah merasa
5
tidak enak badan, dan wafatlah beliau imam besar imam Abu Hanifah. “inna lillahi wa inna ilaihi
rajiun”.
B. IMAM MALIK
Imam Malik adalah imam yang kedua dari imam-imam empat serangkai dalam islam dari
segi umur. Nama lengkapnya Abu abdillah Mālik ibn Anas ibn Malik ibin Abu ‘Amir ibn al-
Harist. Lahir di negeri Hijaz tahun 93 H/12 M. Dan wafat pada hari Ahad, 10 Rabiul Awal 179
H/798 M di Madinah pada masa pemerintahan Abbasiyah di bawah kekuasaan Harun Al-Rasyid.
Ibunya bernama Siti Aliyah binti Syuraik ibn Abd. Rahman ibn Syuraik al-Azdiyah. Ada
riwayat yang mengatakan bahwa Imam malik berada dalam kandungan rahim ibunya selama dua
tahun; ada pula yang mengatakan sampai tiga tahun.
Imam malik adalah seorang yang berbudi mulia, dengan pikiran yang cerdas, pemberani
dan teguh mempertahankan kebenaran yang diyakininya.
Imam malik terdidik di kota Madinah pada masa pemerintahan Khalifah Sulaiman ibn
abd malik dari bani Umaiyah VII. Pada waktu itu kota tersebut hidup beberapa golongan
pendukung islam, antara lain: golongan sahabat Anshar dan Muhajirin serta para cerdik pandai
ahli hukum.
Pelajaran pertama yang diterimanya adalah al-Quran, yakni bagaimana cara membaca,
memahami makna dan tafsirannya. Dihafalnya al-Quran itu diluar kepala. Kemudian ia
mempelajari hadits Nabi SAW. Dengan tekun dan rajin, sehingga mendapat julukan sebagai ahli
hadits.
Sebagai seorang ahli hadits, beliau sangat menghormati dan menjunjung tinggi hadits
Nabi SAW. Sehingga bila hendak memberi pelajaran hadits, beliau berwudlu terlebih dahulu,
kemudian duduk di atas alas sembahyang dengan tawadhu’. Beliau sangat tidak suka
memberikan pelajaran hadits sambil berdiri di tengah jalan atau dengan tergesa-gesa2.
Guru Imam Malik
Adapun guru yang pertama dan bergaul lama serta erat adalah Imam Abd. Rahman ibn
Hurmuz salah seorang ulama besar di Madinah. Kemudian beliau belajar fiqh kepada salah
seorang ulama besar kota Madinah, yang bernama Rabi’ah al-Ra’yi (wafat tahun 136).
Al-Husaini. Bandung : Pustaka HidayahChalil, Moenawar. 1965. Biography Empat Serangkai Imam Madzhab. Jakarta : Bulan Bintang Mahmassani, Sobhi. 1977. Filsafat Hukum dalam Islam.diterjemahkan Ahmad Sudjono.
Bandung : Al Maarif.Yanggo, Huzaemah Tahido. 1999. Pengantar Perbandingan Mazhab. Ciputat : Logos Wacana
Ilmu. Diunduh pada tanggal 03 Maret 2013 dari http://kacepigebe.wordpress.com/2011/06/06/sejarah-
singkat-4-imam-mazhab/Diunduh pada tanggal 03 Maret 2013 dari http://pesantren.uii.ac.id/content/view/119/52/1/2/ Diunduh pada tanggal 03 Maret 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Syafi%27i
17 Chalil, Moenawar. 1965. Biography Empat Serangkai Imam Madzhab. Jakarta : Bulan Bintang. Hal 250-303