MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS DARI MASA RASULULLAH SAMPAI TABI’IN Mata Kuliah : Ulumul Hadist Dosen Pengampu : Dr. H. Moh. Akib Muslim, M.Ag Disusun oleh kelompok 2 psikologi islam B: Mohamad Adi Yusuf (933404614) M. Azharul Munir (933404214) Fitrianingsih (933405814) Kurota A’yuni (933405414) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM JURUSAN USHULUDDIN
40
Embed
Makalah Ulumul Hadist Sejarah Perkembangan Hadist Dari Masa Rasulullah Hingga Tabiin
berisi materi tentang perkembangan hadits dari masa rasulullah, sahabat, tabiin, hingga itba tabiin.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MAKALAH
SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS DARI MASA RASULULLAH SAMPAI TABI’IN
Mata Kuliah : Ulumul Hadist
Dosen Pengampu : Dr. H. Moh. Akib Muslim, M.Ag
Disusun oleh kelompok 2 psikologi islam B:
Mohamad Adi Yusuf (933404614)
M. Azharul Munir (933404214)
Fitrianingsih (933405814)
Kurota A’yuni (933405414)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2014
A. PENDAHULUAN
Hadist merupakan segala bentuk perbuatan, perkataan maupun ketetapan
dari rasulullah,pada masa awal islam hadist berkembang cukup pesat, sehingga
ajaran islam semakin cepat pula untuk berkembang hingga berbagai wilayah, di
dalam hadist dibahas segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum islam baik
itu yang dianjurkan atau diamalkan maupun yang dilarang atau yang harus
dijauhi. Pada masa awal islam penulisan hadist sagat dilarang karena
dikhawatirkan akan tercampurnya dengan al qur’an yang pada saa itu dalam
proses pembukuan, sedangkan pembukuan hadist dilakukan setelah pembukuan al
qur’an yaitu tepatnya pada abad ke 2 hijriyah.
Dalam mempelajari perkembangan hadist diperlukan juga memahami
pertumbuhan hadist dari zaman rasulullah SAW. hadist merupakan sumber hukum
yang kedua setelah alqur’an, hadist digaunakan saat tidak ditemukannya kunci
permasalahan dalam al qur’an sebagai sumber rujukan utama umat islam, kemudia
hadist bisa dierima bila hadist tersebut telah memenuhi syarat kesahihan hadist,
yaitu dari segi sanad maupun matannya yang telah teruji kuantitas dan
kualitasnya. Dalam perkembangan hadist terdapat tujuh periode dari zaman
rasulullah hingga zaman sekarang.
Pada makalah ini, pembuat makalah menyampaikan tentang bagiamana
setting historis dari hadist masa rasulullah SAW sampai ke masa tabi’in?
Bagaimana karakteristik hadist masa rasulullah SAW sampai ke masa tabi’in?
Bagaimana produk produk hadist masa rasulullah SAW sampai ke masa tabi’in?
1
B. PERIODESASI HADIST NABI
Periodesasi perkembangan hadist ialah tahapan-tahapan masa yang telah
ditempuh dan dialami dalam perkembangan hadist, sejak masa Rasulullah SAW
masih hidup sampai terbentuknya kitab-kitab yang dapat dilihat dimasa sekarang.
Menurut Prof. DR. Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy.1Hadist Rasul
sebagai dasar hukum yang kedua melalui enam masa perkembangan dan sekarang
sedang menempuh periode ketujuh.
Masa pertama, Masa wahyu dan pembentukan hukum serta dasar-dasarnya
dari permulaan Nabi dilahirkan hingga wafat pada tahun 11 H. (dari 13 S.H – 11
H). Nabi Muhammad saat melaksanakan tugas sebagai rasul, berdakwah
menyampaikan dan mengajarkan risalah islamiyah pada umatnya.Sebagai sumber
hadist Nabi Muhammad mendapat perhatian dari seluruh sahabat.Seluruh
perbuatan Nabi diucapkan dan tindak tanduk beliau menjadi tumpuan perhatian
para sahabat. Para sahabat menerima hadits (syari’at) dari Rasulullah SAW dapat
secara langsung, yakni mereka langsung mendengar sendiri dari Nabi, baik karena
ada sesuatu soal yang diajukan oleh seseorang lalu Nabi Menjawabnya, ataupun
Nabi sendiri yang memulai pembicaraannya, tetapi mereka juga menerima secara
tidak langsung, yaitu mereka menerima dari sesama sahabat yang telah menerima
dari Nabi, atau mereka menyuruh seseorang untuk bertanya kepada Nabi jika
mereka sendiri malu bertanya.
Masa kedua, masa membatasi riwayat, masa Khalaur Rasyidin (12 H - 40H).
Pada waktu khalifah abu bakar, periwayatan hadis belum begitu di perluas.Karena
beliau mengerahkan minat umat (sahabat) untuk menyebarkan al-quran dan
memerintahkan kepada para sahabat untuk berhati-hati dalam menerima
riwayat.Perkembangan hadis dan menyebarkan riwayat yang terjadi pada masa
sesudah abu bakar dan umar yaitu pada masa khalifah Utsman dan Ali r.a.
Masa ketiga, masa perkembangan riwayat dan perlawanan dari kota ke kota
untuk mencari hadist, yaitu masa sahabat kecil dan tabi’in besar (41 H – akhir
abad pertama H). Sesudah masa Utsman dan Ali timbullah usaha yang lebih
sungguh-sungguh untuk mencari dan menghafal hadits.Para sahabat menyebar ke
masyarakat luas mengadakan perlawatan-perlawatan guna mencari dan 1 Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, sejarah & pengantar ulumu hadist, (Semarang: pt pustaka rizki putra, 1999), hal 26
2
mendapatkan hadits.2 Dengan meluasnya daerah kawasanislam, para sahabat pun
berpindah-pindah ketempat-tempat itu. Karena kota-kota dimana para sahabat
bertempat tinggal merupakan tempat mengajarkan Al-Qur’an dan Al-Hadis,
tempat mengeluarkan sarjana-sarjana tabi’in dalam bidang hadis.
Masa keempat, masa pembukuan hadist 3(dari permulaan abad kedua H
hingga akhirnya).Jika pada periode pertama hijriah, mulai dari zaman Rasul, masa
Khalifah empat dan sebagian besar zaman Amawiyah, yakni hingga akhir abad
pertama hijriah, hadits-hadits itu berpindah dari mulut kemulut.Ulama pertama
yang menghimpunkan dan membukukan hadits atas instruksi Khalifah ialah Abu
Bakar Muhammad ibnu Ubaidillah ibnu Syihab Az-Zuhri, seorang tabi’in yang
ahli dalam urusan fiqh dan hadits.Tokoh- tokoh hadits yang muncul pada abad
kedua hijrah ini antara lain : Imam Malik, Yahya ibnu Said Al-Qaththan, Waqi’
“sesungguhnya telah ada dalam diri rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu yaitu orang orang yang mengharap rahamat dari allah
dan hari kiamat dan dia banyak menyebut allah” (al ahzab (33) : 21)10
9 Abdul majid khon, ulumul hadist, (Jakarta, AMZAH, 2008), hal 4110Ibid,.hal 43
7
b) KARAKTERISTIK
1. Hadist diterima secara langsung maupun tidak secara langsung
(delegasi) dan juga menggunakan surat dinas untuk para gubernur,
amir dan para penguasa.
Para sahabat sangat berminat untuk mendapatka hadist nabi ada 2
cara11, yaitu yang pertama secara langsung, yaitu mereka mendengar
sendiri dari rasulullah SAW, biasanya melalui majelis-majelis Rasulullah
SAW, merupakan majelis ilmu untuk memberikan pengajaran kepada para
sahabat, melalui majelis ini para sahabat memperoleh banyak peluang
menerima hadist sehingga mereka mengusahakan diri mereka untuk selalu
hadir, hal ini bisa terjadi karena kedekatan tempat tinggal dari majelis
Rasulullah SAW dan tidak sedang terjadi halangan apapun untuk
menghadiri majelis beliau, ada juga diantara sahabat ada yang bergantian
mendatangi majelis Rasulullah SAW seperti yang dilakukan Umar bin
khattab r.a (w 22 H) dan Ibn zaid yang berasal dari perbukitan madinah.
Kedua secara tidak lansung atau menggunkan delegasi. hal ini bisa
terjadi karena tidak dekatnya tempat tinggal dari majelis Rasulullah SAW
yang jaraknya sangat jauh dan sedang terjadi halangan untuk menghadiri
majlis beliau seperti sakit atau terjadi tugas mendadak, Para delegasi ini
datang dari segenap kawasan arab untuk berbai’at kepada Rasulullah SAW
dan bergabung dengat umat muslim, Rasulullah mengajari hadist dan
membekali berbagai nasihat dan bimbingan, mereka juga menanyakan
berbagai hal dan Rasulullah SAW juga memberikan jawaban dengan jelas
dan setelah mendapatkan ilmu yang cukup dari rasulullah mereka kembali
ke masyarakatnya, contoh seorang delegasi yang menggunakan cara tidak
langsung yaitu Dhammam ibn Tsalabah dari Hudzaim
Nabi Muhammad SAW juga mengirim surat kepada para gubernur,
amir dan para penguasa12, hal itu dilakukan tidak ada tujuan lain selain
untuk menyebarluaskan agama islam dan juga untuk menjawab segala
permasalahan hukum yang terjadi pada suatu daerah, surat itu dikirim oleh
11Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, sejarah & pengantar ulumu hadist, (Semarang: pt pustaka rizki putra, 1999), hal 3112M. Noor sulaiman, antologi ilmu hadist, (Jakarta: gaung persada, 2008), hal47
8
utusan terpercaya. Isi dari surat tersebut biasanya mengenai suatu
pembahasan masalah contohnya mengenai batas ketentuan zakat unta dan
kambing. Dan adakalanya surat tersebut berisi tentang nasihat dan
bimbingan agar berbuat baik kepada rakyat mereka disamping itu juga
menghormati dan berbuat baik kepada para utusan (delegasi) yang telah
mereka kirim.
2. Hafalan dan tulisan masih sederhana
Ada banyak sahabat yang menggunakan kemampuan hafalannya
dalam menerima setiap hadist yang disampaikan oleh nabi hal tersebut
karena bangsa arab terkenal dengan hafalannya yang sangat kuat
dibandingkan kemampuan membaca dan menulis mereka, selain tidak bisa
menulis, mereka juga tidak sepakat jika hadist itu ditulis, ibn abbas (w 68
H), juga termasuk salah satu dari mereka, ibn abbas berpendapat bahwa
(menulis itu dapat melemahkan hafalan)13
Dibandingkan dengan sahabat yang bisa menhafal jumlah sahabat
yang bisa menulis hadist sangat sedikit, mereka secara pribadi telah
berusaha mencatat hadist hadist, catatan atau shahifah yang terbuat dari
pelepah kurma, kulit kulit kayu dan tulang tulang hewan, menurut Dr.
Muhammad Musthafa al A’zhami, jumlah para sahabat yang mampu
menulis hadist sekitar 50 orang.14
3. Rasulullah menggunakan metode muyyasar (bertahap dan
menyesuaikan dengan audiens)
Rasululah mengunakan cara bertahap agar para sahabat yang
menerima hadist, bisa menerimanya dengan baik tahapanya megajari
akidah yang benar, ibadah, hukum, ajaran kepada etika luhur dan
membangkitkan keberanian orang orang yang berada disekitar nabi
Muhammad SAW, agar selalu bersabar dan teguh hati15.
13zeid B.smeer, ulumul hadist, (Malang: UIN malang press, 2008), hal 2014M. Noor sulaiman, antologi ilmu hadist, (Jakarta: gaung persada, 2008), hal 5015Muhammad ajaj al-khatib, Ushul al-hadist pokok pokok ilmu hadits, (Jakarta: gaya media
pratama, 2001), hal 529
Rasulullah SAW juga dalam berdakwah menyesuaikan dengan
audiens atau sahabat yang menerima hadist, beliau berbicara disesuaikan
dengan kemampuan intelektual dalam menangkap apa yang disampaikan
oleh rasulullah, karena setiap sahabat mempunyai kemampuan intelektual
yang berbeda, jika yang bertanya suatu masalah mempunyai intelektual
yang baik, rasulullah SAW menggunakan isyarat agar bisa berfikir dengan
jernih, saat menyampaikan dakwahnya beliau juga memberikan senggang
waktu agar para sahabat tidak jenuh atau bosan saat waktu pembelajaran.
Disamping itu untuk menyebarkan dan menyampaikan islam
rasulullah juga menempuh jalan tegas , tetapi juga memilih yang termudah
tidak berbelit belit agar mudah diterima oleh para sahabat, beliau juga
mengajak sahabat untuk berbuat kemudahandari ibn abbas (w 68 H),
alqur'an menjadi satu mushaf, para sahabat lebih berkonsentrasi untuk
membukukan al qur'an, para sahabat takut jika terkonsentrasi untuk hadist,
proses pembukuan alqur'an menjadi terabaikan, hal ini bisa menyebabkan
tercampurnya ayat ayat al qur'an dengan ayat yang bukan alqur'an, termasuk
hadist , karena hadist dan al qur'an mempunyai kesamaan dari segi bahasa,
yaitu menggunakan bahasa arab.
2. Adanya tasyabuh (penyerupaan kitab dengan agama lain)
Terjadi banyak problem yang dihadapi oleh para sahabat salah satunya
timbul kelompok yang murtad, timbulnya peperangan sehingga banyak penghafal
alquran yang gugur dan kosentrasi mereka untuk membukukan al qur’an.
Demikian pula kasus lain, kondisi orang orang asing/non arab yang masuk islam
yang tidak paham bahasa arab secara baik sehingga dikhawatirkan tidak bisa
membedakan al quran dan hadist.
Dalam kasus pembukuan alquran khalifah umar bin khatab sangat
khawatir jika terjadi adanya tasyabuh atau penyerupaan kitab agama islam
dengan agama lain yakni ahli kitab dari Yahudi dan Nasrani yang meninggalkan
kitab allah dan menggantikannya dengan kitab mereka dan menempatkan biogafi
para nabi mereka didalam kitab tuhan mereka20.
b) KARAKTERISTIK
1. Tasyadud fi riwayah (kesungguhan membatasi riwayat)
Para sahabat tetap memelihara hadist seperti halnya hadist hadist yang
diterimanya dari rasulullah SAW. Secara utuh ketika beliau masih hidup.Akan
tetapi, dalam meriwayatkannya mereka sangat berhati hati dan membatasi diri,
kehati hatian dalam meriwatkan dan usaha membatasi periwayatan yang
dilakukan oleh para sahabat disebabkan karena mereka mengkhawatirkan
terjadinya kekeliruan pada hdist yang diriwatkan. Mereka menyadari bahwa hadist
merupaka sumberhukum tasryi’ setelah alqur’an yang harus dijaga dari
kekeliruan, sebagaimana alnya al qur’an.
Oleh karena itu, para sahabat khususnya para Khulafa Ar-rasyidin (abu
bakar, umar, utsman dan ali) dan para sahabat lainnya, seperti Az-Zubair, ibnu
abbas dan abu ubaidah (w 18 H) berusaha memperketat periwayatan dan
20Abdul majid khon, ulumul hadist, (Jakarta: AMZAH, 2008), hal 5313
penerimaan hadist. Untuk menyaring hadist yang akan diriwayatkan baik dari segi
perawi maupun kualitas sanad yang harus bersambung dan matan hadist hadist
yang akan diriwayatkan.
2. Taqlil ar riwayah
Para sahabat terkesan untuk meminimalisasi periwayatan hadist nabi21,
pada masa khalifah umar bin khatab memberlakukan hukuman dera bagi siapa
saja yang yang memperbanyak periwayatan hadist, ada beberapa faktor penyebab
mengapa sahabat membatasi riwayat, yaitu:
1) Pada masa khalifah abu bakar ash shidiq pusat perhatian masih tertuju
pada pemecahan masalah politik, yaitu terpusat demi kesetabilan umat
muslim sepeninggalan nabi Muhammad SAW.
2) Pada era sahabat masih banyak sahabat yang mengetahui hadist nabi,
sehingga setiap persoalan hukum dan social mereka mengetahui sendiri
jawabannya.
3) Para sahabat lebih memfokuskan dalam hal kegiatan penulisan dan
pengkodifikasian hadist nabi, dalam masa khlifah umar bin khattab
penyebaran al qur’an lebih di prioritaskan ketimbang hadist hal ini
disebabkan kekhawatiran oleh khalifah umar bin khatab jika hadist lebih di
utamakan maka pemeluk islam yang baru akan lebih mengutamakan
hadist ketimbang al qur’an yang hal tersebut telah menyalahi kedudukan al
qur’an sebagai kitab utama agama islam.
4) Para sahabat takut akan terjadinya pemalsuan hadist dan juga takut akan
terjerumus dosa kalau salah dalam meriwayatkan hadist.
3. Sistem periwayatan hadist
Ada 2 sistem dalam meriwayatkan hadist dari rasulullah.Pertama, dengan jalan
periwayatan lafzhi (redaksinya persis dengan yang diwurudkan rasulullah SAW).
Kedua dengan jalan periwayatan ma’nawy (makna).22
1) Periwayatan lafzhi
21 Abdul majid khon, ulumul hadist, (Jakarta: AMZAH, 2008), hal 48
22M. Noor sulaiman, antologi ilmu hadist, (Jakarta, gaung persada, 2008), hal 5214
Yaitu periwayatan hadist yang redaksi atau matannya persis seperti
yang diturunkan oleh rasulullah SAW. Hak ini dapat dilakukan apabila
mereka hafal hadist yang disabdakan oleh rasulullah SAW.
Mayoritas sahabat menempuh periwayatan hadist melalui jalan ini
mereka berusaha agar periwayatan hadist sesuai dengan redaksi dari
rasulullah SAW. Dan bukan mnurut redaksi mereka. Bahkan menurut ajaj
al-khatib, seluruh sahabat mengingkan agar periwayatan hadist itu
dilakukan dengan lafzhi agar tidak ada salah dalam menfalami hadist yang
diriwayatkan.
Sebagian dari mereka secara ketat melarang mereka agar secara
ketat melarang meriwayatkan hadist dengan carama’nawy bahkan mereka
tidak boleh mengganti satu huruf atau satu kata pun, diantara para ssahabat
yang menuntut meriwayatkan hadist dengan cara lafzhi adalah ibnu umar.
Dia sering menegur sahabat yang membacakan hadist yang berbeda walau
satu katapun, dengan apa yang didengar dari rasulullah SAW.
2) Periwayatan ma’nawy
Para sahabat lainnya berpendapat bahwa dalam keadaan darurat
karena tidak hafal persis seperti yang diwurudkan rasulullah, dibolehkan
meriwayatkan hadist secara ma’nawy. Periwayatan ma’nawy artinya
periwayatan hadist yang matannya tidak saama dengan yang didengar dari
rasulullah SAW, tetapi isi atau maknanya tetap terjagadengan utuh sesuai
dengan dimaksudkan oleh rasulullah SAW.
Periwayatan hadist yang ma’nawy mengakibatkan munculnya
hadist hadist yang redaksinya antara satu hadist dengan hadist lainnya
berlainan meskipun maksud dan maknanya.Hal ini sangat bergantung para
sahabat kepada para sahabat atau generasi berikutnya untuk meriwayatkan
hadist tersebut dengan hati hati.
4. Rihlah fi talabil hadist\ (perjalanan mendapatkan hadist nabi)
Tradisi melakukan perjalanan menuntut hadist sudah berlaku sejak masa
rasulullah SAW, beberapa sahabat mendengar risalah baru melakukan perjalanan
menghadap rasulullah SAW, melakukan perjalanan menuntut hadist merupakan
15
hal yang umum, seringkali mereka menempuh perjalanan yang sangat jauh demi
mendengarkan satu hadist atau sekedar mengukuhkan atau mencermati hadist
yang diterima.
Sudah sewajarnya sahabat yang hendak mengumpulkan hadist rasulullah
SAW, harus melakukan Rihlah fi talabil hadist (perjalanan mendapatkan hadist
nabi) dari satu negara ke negara lain, menjumpai sahabat lainnya yang telah
mengambil hokum dari rasulullah SAW23, perjalanan mendapatkan hadist tidaklah
terhenti karena banyak umat islam saat itu melakukan hal ini untuk mengkaji
ulang atau menunjukan hadist yang diterima kepada ahlinya untuk diseleksi
c) PRODUK-PRODUK HADIST
Pada umumnya para sahabat tidak mensyaratkan apa-apa dalam menerima
hadist dari sesama mereka. Namun agar hadist tetap terjaga dari pemalsuan atau
hadist bohong maka para khalifah menggunakan cara apapun untuk
melindunginya, salah satu nya dengan menggunakan saksi saksi bagaimana hadist
tersebut diriwayatkan.24
Seseorang yang menyampaikan hadistnya dengan meminta seorang saksi
atau menyuruh seorang perawi bersumpah untuk membenarkan riwayatnya, tidak
ada suatu peraturan dalam menerima hadist. Yang perlu dilakukandalam
menerima hadist yaitu kepercayaan penuh kepada perawi. Jika seorang sahabat
suatu waktu ragu tentang hadist yang telah dirawatkan sahabat lain, maka sahabat
yang ragu tersebut boleh meminta oarng yan meriwayatkan tadi mendatangkan
seorang saksi atau menyuruh dia untuk bersumpah.
Seleksi terhadap hadist nabi dan bukan hadist nabi
Seleksi terhadap hadist nabi pada masa-masa sahabat berlangsung sangat
ketat, para sahabat sangat membatasi dan sangat hati hati dalam menyeleksinya,
dalam menyeleksi hadist sendiri para sahabat hanya berbekal kewaspadaan, daya
ingat yang kuat dan ketelitian yang tinggi, karena keterbatasan alat indra juga
pernah terjadi kesalahan dalam menyeleksi, kesalahannya seputar kesalahan tidak
sengaja, salah mempersepsikan fakta dan juga kekeliruan lain biasanya dalam
23Muhammad ajaj al-khatib, Ushul al-hadist pokok pokok ilmu hadits, (Jakarta, gaya media pratama, 2001), hal 10024Teungku muhammad hasbi ash shiddieqy, sejarah & pengantar ulumu hadist, (Semarang: pt pustaka rizki putra, 1999), hal 47
16
pengindraan terutama pendengaran, skala kesalahan diatas dapt diseleseikan
dengan baik oleh para sahabat yaitu dengan saling menegur atau mengingatkan
antar sahabat jika terjadi kesalahan.
Ada beberapa faktor agar hadist tersebut dapat diterima saat penyeleksian
yaitu dari segi matannya dan sanadnya, dari segi matan hadist tersebut harus tidak
tidak syadz dan juga tidak berillat, kemudian dari segi sanadnya, sanadnya harus
bersambung, perawi harus adil yaitu pada setiap kesehariannya tidak bertindak
zhalim, tidak menyimpang dan mempunyai kejujuran yang tinggi dan juga perawi
tersebut harus kuat hafalannya yaitu harus mampu menghafal apa yang didengar
kemudian mampu menyampaikan hafalan tersebut kapan dan dimana saja
diperlukan.
E. HADITS PADA MASA TABI’IN
Tabi’in adalah mereka yang bertemu dengan sahabat nabi dalam keadaan
beriman dan meninggal dalam keadaan beriman.
a) SETTING HISTORIS
1. Semakin jauhnya dari masa rasulullah membuat kecenderungan
mendapatkan hadits dari sahabat
Masa tabiin muncul pada abad kedua hijriyah yaitu tahun 100
hijriyah, kecenderuangan para tabi'in mendapatkan hadist dari para
sahabat, karena sahabat adalah guru yang paling menetahui perihal
rasulullah SAW bukan dari rasulullah langsung karena rasulullah telah
meninggal cukup lama dari masa ini25 yaitu tahun hijriyah, hal tersebut
menimbulkan kecenderungan mendapatkan hadits dari sahabat, pada masa
ini islam sudah mulai merbah semakin luas diberbagai wilayah dan juga
mulai muncul pengkodifikasian hadist yang dilakukan oleh khalifah umar
bin abdul aziz (w 101 H) pada tahun hijriyah.
Pada masa ini sahabat yang sangat berjasa menyebarkan ajaran
kepada kalangan tabi'in adalah .para sahabat menggunakan metode untuk
mengajarkan islam kepada para tabi'in agar mudah diserap ilmunya,
dikalangan tabi'in mulai berkurang yang memiliki kemampuan yang kuat