Page 1
LAPORAN TUTORIAL
TONSILITIS
KELOMPOK 1
1. DELVI RAHMAT G1B112077
2. STASIA ARINOPITA G1B114015
3. DARA PUTRI INDRA SARI G1B114016
4. SOVIA LORENZA G1B114042
5. ULBAQ SHEPTIA G1B114043
6. MUHAMMAD AFIF AZIZ G1B114045
7. PRAMAI SELLA ARENDA G1B114046
8. MELA FRASTIKA G1B114047
9. MAWADDAH G1B114050
10. ZULAIKA HARISSYA G1B114051
11. ARMANUSA ADITIA G1B111095
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
1
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel.
Organisme penyebabnya yang utama meliputi streptococcus atau staphylococcus. (Charlene
J. Reeves,2001). Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit amandel, merupakan
penyakit yang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar terjadi pada anak-anak. Namun
tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa, dan masih banyak masyarakat yang
belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari penyakit ini.
Secara umum, penatalaksanaan tonsilitis kronis dibagi dua, yaitu konservatif dan
operatif. Terapi konservatif dilakukan untuk mengeliminasi kausa, yaitu infeksi, dan
mengatasi keluhan yang mengganggu. Bila tonsil membesar dan menyebabkan sumbatan
jalan napas, disfagia berat, gangguan tidur, terbentuk abses, atau tidak berhasil dengan
pengobatan konvensional, maka operasi tonsilektomi perlu dilakukan. Jika penyebabnya
bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan
menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotic, sehingga sering dilakukan
pengangkatan dari tonsil atau disebut tonsilektomi. Kriteria untuk bisa dilaksanakan
tonsilektomi sekarang ini adalah bila terjadi 3 hingga 4 episode tonsiltitis atau faringitis
selama satu atau dua tahun. Tonsil perlu diambil 4-6 minggu setelah abses peritonsilar
muncul (Charlene J. Reeves,2001).
1.2 Tujuan
Makalah ini kami susun sebagai tugas pembelajaran Blok Sistem Persepsi Sensori
mengenai penyakit Tonsilitis untuk menambah pemahaman mengenai konsep dari penyakit
tersebut secara umum dan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada anak dengan
penyakit tonsilitis.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah konsep teori
mengenai penyakit tonsilitis dan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit tonsilitis.
2
Page 3
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi Penyakit Tonsilitis
Tonsilitis adalah inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel.
Organisme penyebabnya yang utama meliputi streptococcus atau staphylococcus (Charlene J.
Reeves,2001). Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus
beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat juga disebabkan
oleh virus (Mansjoer, 2000). Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit amandel,
merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat sebagian besar terjadi pada anak-
anak. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa, dan masih banyak
masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-gejala yang timbul dari
penyakit ini.
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga
mulut yaitu: tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tosil faucial), tonsil lingual (tosil
pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding farin /Gerlach’s tonsil) (Soepardi,
Effiaty Arsyad,dkk, 2007).
Berdasarakan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa tonsilitis
merupakan suatu peradangan yang terjadi pada tonsil atau amandel yang disebabkan karena
bakteri atau virus yang prosesnya dapat berupa tonsilitis akut maupun tonsilitis kronik.
2.2 Etiologi Penyakit Tonsilitis
Penyebab tonsilitis menurut (Firman S, 2006) dan (Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk,
2007) adalah infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus viridans, dan
Streptococcus pyogenes. Dapat juga disebabkan oleh infeksi virus.
Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya secara aerogen
yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus
masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama makanan
(Farokah, 2003). Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis
Akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi
bila fase resolusi tidak sempurna (Colman, 2001).
Pada pendería Tonsilitis Kronis jenis kuman yang sering adalah Streptokokus beta
hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu terdapat Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup
3
Page 4
B, C, Adenovirus, Epstein Barr, bahkan virus Herpes (Boeis, 1989). Penelitian Abdulrahman
AS, Kholeif LA, dan Beltagy di mesir tahun 2008 mendapatkan kuman patogen terbanyak di
tonsil adalah Staphilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, E.coli dan
Klebsiela (Abdulrahman, 2008).
Dari hasil penelitian Suyitno dan Sadeli (1995) kultur apusan tenggorok didapatkan
bakteri gram positif sebagai penyebab tersering Tonsilofaringitis Kronis yaitu Streptokokus
alfa kemudian diikuti Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A,
Stafilokokus epidermidis dan kuman gram negatif berupa Enterobakter, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella dan E. coli (Suyitno dan Sadeli, 1995).
2.3 Patofisiologi Penyakit Tonsilitis
Menurut Reeves, Roux dan Lockhart (2001) bakteri atau virus memasuki tubuh
melalui hidung atau mulut. Amandel atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti
organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody
terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan
menahan infeksi atau virus.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning
yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang
terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak
detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan
gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit
tenggorokannya sehingga berhenti makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,
panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit
pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada
telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang
tenggorokan akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya
berakhir setelah 72 jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang
maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan,
jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
4
Page 5
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
PATHWAY TONSILITIS
5
Page 6
PATHWAY BERDASARKAN KASUS
6
Bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut atau hidung
Bakteri dan virus di filtrasi oleh tonsil/amandel
Antibodi terbentuk untuk mempertahankan tubuh terhadap kuman yang masuk
Tonsil sudah tidak mampu melakukan melakukan filter terhadap kuman yang masuk
Virus dan Bakteri menginfeksi tinsil
Terjadi peradangan pada tonsil (Tonsilitis)
Respon inflamasi
Rangsangan termoregulasi hipotalamus terhadap tubuh
sehingga suhu tubuh meningkat
MK: Hipertermi
Respon inflamasi
Hipertrofi pada tonsil
Nyeri pada tenggorokan
Kesulitan saat menelan
MK: Nyeri Akut
Page 7
2.4 Manifestasi Klinis Penyakit Tonsilitis
Gejala klinik tonsilitis adalah nyeri tenggorokan atau nyeri telan ringan, kadang-
kadang terasa seperti ada benda asing di tenggorok dimana mulut berbau, badan lesu, nafsu
makan menurun, sakit kepala dan badan terasa meriang – meriang (Aritomoyo D, 1980
dalam Boedi Siswantoro, 2003). Menurut Megantara, Imam (2006) gejala tonsilitis berupa
nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali dirasakan
ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama). Gejala lain yang
dapat timbul yaitu demam, tidak enak badan, sakit kepala, dan muntah.
Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :
1. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
2. Tenggorokan terasa kering
3. Peernafasan bau
4. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar
dan terisi detritus
5. Tidak nafsu makan
6. Mudah lelah
7. Nyeri abdomen
8. Pucat, letargi, nyeri kepala
9. Disfagia (sakit saat menelan)
10. Mual dan muntah
2.5 Komplikasi Penyakit Tonsilitis
Komplikasi yang dapat muncul dari penyakit tonsilitis akut dan kronik yaitu:
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group
A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang
telinga (Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007).
7
Page 8
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007).
4. Laringitis
Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk larynx.
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus, bakter,
lingkungan, maupunmkarena alergi (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari
dinding yang terdiri dari membran mukosa (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan nasopharynx
(Reeves, Roux, Lockhart, 2001).
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Penyakit Tonsilitis
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam
tubuh pasien dengan tonsilitis merupakan bakteri grup A, kemudian pemeriksaan
jumlah leukosit dan hitung jenisnya, serta laju endap darah. Persiapan pemeriksaan
yang perlu sebelum tonsilektomi adalah :
1. Rutin : Hemoglobine, lekosit, urine.
2. Reaksi alergi, gangguan perdarahan, pembekuan.
3. Pemeriksaan lain atas indikasi (Rongten foto, EKG, gula darah,
elektrolit, dan sebagainya.
Tes laboratorium dilakukan dengan cara preparat langsung kuman (dari permukaan
bawah membrane semu). Medium transport yang dapat dipakai adalah Mac conkey
atau Loffter.
2. Kultur
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotik spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat
kumur yang mengandung desinfektan. (Soetomo, 2004). Anti dipteri serum diberikan
8
Page 9
segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung dari
umur dan beratnya penyakit ini.
2.7 Klasifikasi Penyakit Tonsilitis
Menurut Soepardi, Efiary Arsyad, dkk (2007) klasifikasi dari penyakit tonsilitis yaitu:
1. Tonsillitis akut
Tonsilitis akut dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis permukaan nya yang
diliputi eksudat (nanah) berwarna putih kekuning- kuningan. Tonsilitis akut terbagi
menjadi dua, yaitu:
1. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
2. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan bakteri grup A stereptococcus beta
hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus
viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri yang mulai mati.
2. Tonsilitis membranosa
Tonsilitis membranosa dengan gejala eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang
membengkak tersebut meluas menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah
diangkat atau di buang dan berwarna putih kekuning- kuningan.
3. Tonsilitis lakunaris dengan gejala bercak yang berdekatan, bersatu dan mengisis
lakuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil. Tonsilitis lakunalis terbagi menjadi dua,
yaitu:
1. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang
termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung,
faring dan laring.
2. Tonsilitis Septik
Disebabkan oleh streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak
dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang
ditemukan.
9
Page 10
4. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan
pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala
berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala, badan lemah dan kadang gangguan
pecernaan.
2.8 Penatalaksanaan Penyakit Tonsilitis
Penatalaksanaan dibagi menjadi penatalaksanaan dengan:
1. Medikamentosa
Medikmentosa yaitu dengan pemberian antibiotika sesuai kultur. Pemberian
antibiotika yang bermanfaat pada penderita Tonsilitis Kronis Cephaleksin ditambah
metronidazole, klindamisin (terutama jika disebabkan mononukleosis atau abses),
amoksisilin dengan asam klavulanat (jika bukan disebabkan mononukleosis) (Adam,
1997; Lee, 2008).
2. Operatif
Dengan tindakan tonsilektomi (Adam, 1997; Lee, 2008). Pada penelitian
Khasanov et al mengenai prevalensi dan pencegahan keluarga dengan tonsilitis
kronis didapatkan data bahwa sebanyak 84 ibu-ibu usia reproduktif yang dengan
diagnosa tonsilitis kronis, sebanyak 36 dari penderita mendapatkan penatalaksanaan
tonsilektomi (Khasanov et al, 2006).
Penatalaksanaan pasien tonsilitis menurut ( Mansjoer, 2000) yaitu:
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
1. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin
atau klindomisin.
2. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
3. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
4. Pemberian antipiretik.
10
Page 11
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
1. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
11
Page 12
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Identifikasi klien
Nama : Anak A
Umur : 10 tahun
2. Keluhan utama
An. A di bawa oleh ibu nya ke RSUD Raden Mataher Jambi dengan keluhan demam
sudah dua hari yang lalu nyeri dan sulit waktu menelan, sakit pada tenggorokan, rasa
gatal dan kering di tenggorokan dan tidak mau makan.
3. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Anak A mengalami demam sejak 2 hari yang lalu, nyeri dan sulit waktu menelan,
sakit pada tenggorokan, rasa gatal dan kering di tenggorokan dan tidak mau
makan.
2. Riwayat penyakit dahulu: -
3. Riwayat penyakit keluarga: -
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran : -
BB sebelum sakit : -
BB setelah sakit : -
TB : -
2. Pemeriksaan TTV
1. TD :120/80mmHg
2. Suhu :390C
12
Page 13
3. Pemeriksaan Fungsi pendengaran/penghidu/tenggorokan
1. Mengalami sakit pada tenggorokan, nyeri dan sulit ketika menelan, rasa gatal
dan kering pada tenggorokan.
2. Bengkak pada submandibularis dan terdapat eksudasi.
3. Tonsil: T2<50%
4. Mulut klien berbau
4. Pemeriksaan Laboratorium
1. Leukosit : 14.500/mm3
2. Hemoglobin : 10gr/dl
Analisa data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS:
Klien mengeluh demam
sudah dua hari yang
lalu
DO
Suhu tubuh 390C
Leukosit 14.500/mm3
Proses inflamasi Hipetermi
DS:
Klien merasakan nyeri
Klien mengatakan sakit
pada tenggorokan
DO:
Terlihat bengkak
submandibula dan
eksudasi
Proses penyakit Nyeri akut
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi b.d proses inflamasi
2. Nyeri akut b.d proses penyakit
4.3 Intervensi Keperawatan
13
Page 14
No DiagnosaTujuan dan kriteria
hasilIntervensi Rasional
1. Hipertermi b.d
proses inflamasi
Tujuan :
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 2x24 jam
masalah hipertermi
pada klien dapat
teratasi dengan
KH :
1. Suhu tubuh dalam
rentang normal
2. Tidak ada
pembengkakan
1. Kaji tingkat
demam
2. Anjurkan
kompres hangat
pada daerah
frontal/dahi
3. Anjurkan
Pasien untuk
banyak minum
4. Anjurkan
keluarga klien
untuk
memakaikan
pakaian yang
tipis pada klien
5. Kolaborasi
dengan dokter
untuk
memberikan
obat golongan
antipiretik
1. Dengan mengkaji
tingkat demam
maka akan
diketaahui
seberapa berat
infeksi yang
dialami.
2. Kompres hangat
membantu
vasodilatasi
pembuluh darah
dikepala
sehingga
mempercepat
penguapan
panas.
3. Pakaian tipis
membantu proses
radiasi pada
tubuh secara
tidak langsung.
4. Pemberian obat
antipiretik
bertujuan untuk
menurunkan
panas.
2. Nyeri b.d proses
penyakit
Tujuan :
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
selama 1x24 jam
1. Kaji tingkat
nyeri dengan
mengintruksika
n klien untuk
1. Agar dapat
mengetahui
sejauh mana
tingkatan nyeri
14
Page 15
masalah nyeri pada
klien daat teratasi
dengan
KH :
1. Klien mengata-kan
tidak sakit saat
menelan
2. Klien tidak nyeri
tengorokan
menelan air
minum
2. Anjurkan klien
melakukan
kompres hangat
pada leher
3. Anjurkan klien
untuk
berkumur–
kumur dengan
air hangat
setiap jam
4. Berkolaborasi
dengan dokter
mengenai
pemberian obat
golongan
antibiotik dan
analgetik
yang dirasakan
oleh klien
sehingga dapat
diberikan
tindakan
selanjutnya
secara tepat.
2. Kompres air
hangat dapat
mengurangi rasa
nyeri dan
mengurangi
pembesaran
kelenjar limfa.
3. Berkumur –
kumur dapat
memberikan rasa
nyaman,
membunuh
mikroorganisme
sekaligus
mengurangi bau
mulut.
4. Pemberian obat
golongan
antibiotik seperti
Eritromicin
bertujuan
melawan
mikroorganisme,
sedangkan
pemberian
analgetik
bertujuan untuk
15
Page 16
mengurangi rasa
nyeri.
BAB IV
PENUTUP
16
Page 17
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tonsilitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada
tonsil atau amandel yang disebabkan karena bakteri atau virus yang prosesnya dapat berupa
tonsilitis akut maupun tonsilitis kronik. Penatalaksaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
tonsilitis adalah dengan cara pemberian antibiotika sesuai kultur maupun melalui prosedur
operatif.
4.2 Saran
Diharapkan untuk masyarakat lebih memperhatikan kesehatan untuk mencegah
timbulnya masalah kesehatan dalam keluarga. Selain itu agar meningkatkan mutu kesehatan
dalam masyarakat melalui penatalaksanaan penyakit kesehatan dalam masyarakat atau
keluarga.
KASUS TUTORIAL KE 2
17
Page 18
An. A umur 10 tahun di bawa ibunya kerumah sakit umum raden mattaher jambi, dengan
keluhan demam sejak 2 hari yang lalu, nyeri dan sulit waktu menelan, sakit pada
tenggorokan, rasa gatal dan kering di tenggorokan, dan tidak mau makan. Pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik oleh perawat, TD : 120/80 mmHg Suhu : 39ºc terlihat bengkak
submandibular dan eksudasi, mulut berbau, malaise, T2<50%, leukosit 14500/ mm³,
hemoglobin 10gr/dl.
STEP 1
KLASIFIKASI ISTILAH SULIT
1. Eksudasi adalah aliran cairan yang cepat melalui dinding pembuluh ke jaringan
interstisial daerah rahang.
2. Submandibularis adalah salah satu abses leher dalam, yang banyak disebabkan oleh
infeksi
3. Malaise adalah keadaan umum tidak sehat, tidak nyaman atau lesu (tidak enak badan)
4. T2 adalah batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior uvula sampai uvulola
atau lebih.
STEP 2
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa yang menyebabkan sakit pada tenggorokan ?
2. Apa yang menyebabkan pembengkakan pada submandibula?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya demam ?
4. Apa yang menyebabkan anak itu mengalami malaise ?
5. Apa penyebab rasa gatal pada tenggorokan ?
6. Peran perawat kepada pasien yang susah menelan ?
STEP 3
ANALISA MASALAH
1. Karna adanya infeksi atau peradangan pada kelenjar submandibularis.
2. Berawal dari bakteri atau kuman yang masuk melalui hidung dan mulut menempel
pada jaringan pada epitel yang menyebabkan terjadinya reaksi dari
leukosit/peradangan. Leukosit mengalami penumpukan darah atau cairan yang
menyebabkan pembengkakan pada submandibular
18
Page 19
3. Tubuh terserang oleh bakteri atau virus yang menyebabkan system imun melemah
menyebabkan leukosit meningkat lalu menyebabkan inflamasi.
4. Karena adanya infeksi kemudian terjadi perubahan pH, ion dan toksik menyerang
saraf.
5. Cairan berfungsi untuk melindungi tenggorokan dari iritasi, jika cairan mengering
maka tenggorokan bisa gatal.
6. Dianjurkan pasien untuk makan bubur atau makanan yang mudah di telan, atau roti
agar kebutuhannya terpenuhi.
STEP 4
HIPOTESA
Klien mengalami penyakit TONSILITIS
DAFTAR PUSTAKA
19
Page 20
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeus Calpius.
Price, Silvia.1995 Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27640/4/Chapter%20II.pdf
http://www.utomoaliyah.com/downlot.php?file=tonsilitis.pdf
20