Tugas Individu MAKALAH TENTANG PROFESI KEPENDIDIKAN D I S U S U N Oleh : Nama : Kintan Jenisa NIM : 5113111020 Jurusan : Pend. Teknik Bangunan M.Kuliah : Profesi Kependidikan UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 1
Tugas Individu
MAKALAH TENTANG PROFESI KEPENDIDIKAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Nama : Kintan JenisaNIM : 5113111020Jurusan : Pend. Teknik
BangunanM.Kuliah : Profesi Kependidikan
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
1
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat hidayah dan karuniaNya,
sehingga dengan segenap kemampuan yang ada, penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Mendeskripsikan Peranan dan Tugas Guru Bidang
Studi dalam Program Bimbingan Konseling di Sekolah”
ini.Tugas yang penulis buat ini, juga sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah
Profesi Kependidikan.
Pada kesempatan ini juga, izinkanlah penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya
:
1. Ibu Masta Ginting,M.Pd., selaku dosen mata
kuliah Profesi Kependidikan.
2. Para pembaca dan teman – teman sekalian.
Dengan ini kami mengharapkan, karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca khusunya kami
pribadi. Dan dengan segala keterbatasan ilmu yang
dimiliki, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan
makalah ini.
2
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Medan, 12 Mei
2014
Kintan Jenisa
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................. i
DAFTAR ISI ...................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................... 1
B. Rumusan Masalah .............................. 2
C. Tujuan Makalah................................ 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Hakikat Bimbingan Konseling.................. 3
B. Asas – asas Bimbingan Konseling ............. 5
C. Fungsi Bimbingan dan Konseling .............. 8
D.Tujuan Bimbingan Konseling ................... 10
E. Peran Guru Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
.................................................. 11
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan................................... 15
B. Saran.......................................... 15
Daftar Pustaka .................................. 16
4
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa selain sebagai pengajar
dan pendidik guru juga harus mampu membina relasi dengan
organisasi profesi. Hal ini merupakan hal yang harus
dilakukan oleh seorang guru sebagaimana tuntutan yang
telah ditentukan, dimana setiap guru wajib menjadi
anggota organisasi profesi serta mempunyai kewenangan
mengatur hal – hal yang berkaitan dengan tugas
keprofesionalan guru. Melalui organisasi profesi ini
diharapkan akan membawa dampak yaitu sebagai alat
pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya
menjalankan tugas serta dapat meningkatkan kemampuan
profesional dari anggotanya. Dari hal ini, tentu saja
membutuhkan kerjasama seluruh anggota profesi untuk
memelihara, meningkatkan mutu serta bertanggung jawab
terhadap organisasi profesi itu.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta perubahan sosio-kultural yang terkadang
sulit diprediksi, profesi pendidikan seakan-akan
dihadapkan pada dilema yang kompleks. Di satu pihak,
masyarakat pengguna jasa kependidikan menuntut akan
kualitas layanan jasa kependidikan secara lebih baik,
tetapi di pihak lain para penyandang profesi kependidikan
dihadapkan pada pelbagai keterbatasan. Bahkan secara
5
individual mereka dihadapkan pula pada suatu realitas
bahwa kesejahteraannya perlu mendapat perhatian khusus.
Imbalan jasa kependidikan yang kurang sesuai menurut
ukuran kebutuhan hidup realistis masih menjadi topik
diskusi keseharian masyarakat. Padahal masyarakat yakin
betul bahwa kelangsungan hidup bangsa ini akan sangat
ditentukan oleh keberhasilan proses sistem pendidikan.
Banyak orang yang menganggap bahwa menjadi seorang
guru itu mudah. Presepsi itu sungguh tidak benar adanya,
karena seseorang guru mempunyai tanggung jawab yang besar
dalam mendidik dan mengajar. Tanggung jawab itulah yang
menjadi professionalitas seorang guru di mata masyarakat.
Seorang guru tidak sebatas mengajar di kelas tetapi juga
harus menjadi teladan bagi muridnya. Keteladanan tersebut
akan menjadi tolak ukur keberhasilan seorang guru. Dalam
mentrasfer ilmu, seorang guru haruslah memperhatikan
murid-murid secara bijak dan cermat, karena antara murid
yang satu dan lainnya berbeda karakter. Ada murid yang
cepat dalam menangkap pelajaran, ada juga murid yang
lamban dalam memahami pelajaran. Selain itu guru juga
harus menjunjung tinggi etika dan norma dalam mendidik.
Yang masih terasa membelenggu kalangan pendidikan
antara lain gelar pahlawan tanpa tanda jasa bagi para
guru di Indonesia. Gelar ini bukan sesuatu yang tidak
baik, tetapi kalau penafsirannya tidak tepat akan
menghasilkan implilkasi yang justru menyudutkan para
6
guru. Apa artinya gelar sebagus itu jika tidak memberikan
jaminan hidup yang layak?
Itulah sekelumit permasalahan yang sesungguhnya akan
terasa amat sulit jika dihadapi secara individual.
Artinya, kalangan profesional kependidikan dipandang
perlu untuk membentuk suatu organisasi profesi dan masuk
di dalamnya sebagai anggota. Melalui fungsi pemersatu
organisasi ini, penyandang profesi kependidikan memiliki
kekuatan dan kekuasaan dalam menjalankan tugas
keprofesiannya. Bukan hanya itu, suatu organisasi
kependidikan berupaya meningkatkan dn mengembangkan
karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan.
Banyak hal yang bermanfaat bagi penyandang profesi
kependidikan dari organisasi profesinya sendiri. Sebab
itu, disi dipandang penting untuk dibahas.Berikut ini
dikemikakan hakikat, fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan
maam-macam organisasi profesi kependidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam karya tulis ini
diantaranya:
1. Bagaimana hakikat organisasi profesi kependidikan?
2. Apa sajakah jenis – jenis organisasi profesi
kependidikan di Indonesia?
7
3. Bagaimanakah sikap profesional terhadap guru
pengembangan organisasi kependidikan di Indonesia?
4. Apakah peran organisasi kependidikan di Indonesia
terhadap sikap yang menunjang keprofesionalan?
5. Bagaimana analisis peranan organisasi profesi keguruan
dewasa ini?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dalam karya tulis ini diantaranya:
1. Untuk mengetahui hakikat organisasi profesi
kependidikan?
2. Untuk mengetahui jenis – jenis organisasi profesi
kependidikan di Indonesia?
3. Untuk mengetahui sikap profesional terhadap guru
pengembangan organisasi kependidikan di Indonesia?
4. Untuk mengetahui peran organisasi kependidikan di
Indonesia terhadap sikap yang menunjang
keprofesionalan.?
5. Untuk mengetahui analisis peranan organisasi profesi
keguruan dewasa ini?
8
BAB II
PEMBAHASANA. Hakikat Organisasi Profesi Kependidikan
1. Hakikat Organisasi
Ada banyak pendapat yang mengemukan pengertian dari
organisasi. Seperti berikut ini:
a. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang
melalui mana orang-orang di bawah pengarahan manajer
mengejar tujuan bersama.
b. Organisasi Menurut James D. Mooney
9
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama.
c. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Organisasi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu
organisasi formal dan organisasi non-formal. Dimana
organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau
lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama
secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional.
Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain
sebagainya. Sedangkan Organisasi informal adalah kumpulan
dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu
aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari.
Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-
anak SD, kemping ke gunung pangrango rame-rame dengan
teman, dan lain-lain.
2. Hakikat Profesi
Profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan,
yaitu : profesi, profesionalitas, profesional,
profesionalisasi, dan profesionalisme.Profesi menunjuk
pada suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut keahlian,
tanggung jawab, dan kesetiaan terhadapnya.
Profesionalitas menunjuk pada kualitas atau sikap pribadi
individu terhadap suatu pekerjaan. Dalam profesi
digunakan teknik dan prosedur intelektul yng harus
10
dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan untuk
kemaslhatan orang lain. Profesional menunjuk pada
penampilan seseorang yang sesuai dengan tuntutan yang
seharusnya dan menunjuk pada orangnya itu sendiri.
Profesionalisasi menunjuk pada proses menjadikan
seseorang sebagai profesional. Profesionalisme menunjuk
pada (a) derajat penampilan seseorang sebagai
profesional; tinggi, rendah sedang, dan (b) sikap dan
komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan
standar yang paling ideal dari kode etik profesinya.
Rokhman Natawidjaja mengemukakan beberapa kriteria
sebagi ciri suatu profesi :
a. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas
b. Ada lembga pendidikan khusus untuk pelakunya dengan
programdan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki
standar akademik yang memadai.
c. Ada organisasi yang mewadai para pelakunya.
d. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para
pelakunya.
e. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil
dan baku
f.Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai
suatu profesi.
Sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi
adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang
terbuka.Suatu profesi mengandung unsur pengabdian menurut
11
Oemar Hamalik, suatu profesi bukanlah dimaksudkan untuk
mencari keuntungan materi belaka, melainkan untuk
pengabdian kepada masyarakat.Pengabdian seorang
profesional menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang
banyak daripada kepentingan diri sendiri.
Suatu jabatan profesional harus mempunyai beberapa
ciri pokok yaitu : (a) pekerjaan itu dipersiapkan melalui
proses pendidikan dan latihan secara formal; (b)
pekerjaan itu mendapat pengakuan dari masyarakat; (c)
adanya pengawasan dari suatu organisasi profesi seperti
IDI, PGRI dan IPBI; (d) mempunyai kode etik sebagai
landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
profesi tersebut.
Ciri suatu profesi. Pertama, pekerjaan itu mempunyai
fungsi dan signifikansi sosial karena diperlukan mengabdi
kaepada masyarakat. Kedua, profesi menuntut keterampilan
tertentu yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang
“lama” dan intensif serta dilakukan dalam lembaga
tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan.
Ketiga, profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu.
Keempat, ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku
anggotanya beserta sanksi yang jelas dan tegas terhadap
pelanggar kode etik. Kelima, sebagai konsekuensi profesi
secara perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan
finansial atau materiil.
12
Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya,
dapatlah diterima bahwa jabatan kependidikan / keguruan
merupakan suatu profesi. Pekerjaan sebagai guru muncul
dari kepercayaan masyarakat dan mengabdikan diri pada
masyarakat. Pekerjaan itu menuntut keterampilan tertentu
yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan
yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti IKIP, FKIP di
berbagai universitas dan sekolah tinggi serta LPTK
lainnya. Profesi keguruan didukung oleh suatu disiplin
ilmu, yaitu ilmu keguruan dan ilmu pendidikan. Profesi
ini juga memiliki kode etik dan organisasi profesinya.
Dari pekerjaan ini seorang guru memperoleh imbalan
finansial dari masyarakat sebagai konsekuensi dari
layanan yang diberikannya.
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan
orang – orang yang memiliki suatu keahlian khusus yang
merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu.
Dikatakan ciri khas oleh karena bidang tersebut diperoleh
bukan secara kebetulan oleh sembarang orang, tetapi
diperoleh melalui suatu jalur khusus. Dalam prakteknya
sebagai pekerjaan profesional yang melayani masyarakat
tentunya memerlukan satu wadah organisasi yang anggotanya
adalah orang–orang yang memiliki pekerjaan atau keahlian
yang sejenis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
organisasi profesi kependidikan adalah sebuah wadah
13
perkumpulan orang – orang yang memiliki suatu keahlian
dan keterampilan mendidik yang dipersiapkan melalui
proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta
dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan.
14
3. Tujuan Organsasi Profesi Pendidikan
Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi
kesadaran sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta
meningkatkan kesejahteraan guru.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992,
pasal 61, ada lima misi dan tujuan organisasi
kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau mengembangkan
(a) karier, (b) kemampuan, (c) kewenangan profesional,
(d) martabat, dan (e) kesejahteraan seluruh tenaga
kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah
terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
Organissi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam
UU RI pasal 40 ayat 1 mempunyai tujuan untuk memajukan
profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteran, dan
pengabdian dalam masyarakat.Sebagaimana dijelaskan dalam
PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan
organisasi kependidikan, yaitu : meningkatkan dan/atau
mengembangkan. Sedangkan visinya secara umum ialah
terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
a. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan
upaya dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan
bidang pekerjaan yang diembannya. Karier yang dimaksud
adalah perwujudan diri seorang pengemban profesi secara
bermakna, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain
(lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas. Organisasi
profesi berperan sebagai fasilitator dan motifator
15
terjadinya peningkatan karier setiap anggota. Adalah
kewajiban organisasi profesi kependidikan untuk mampu
memfasilitasi dan memotifasi anggotanya mencapai karier
yang diharapkan sesuai dengan tugas yang diembannya.
b. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota,
merupkan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang
handal. Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para
pengemban profsi akan memiliki mkekuatan moral untuk
senantiasa meningkatkan kemampuannya.
c. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan
profesional anggota, merupakan upaya para profsional
untuk menmpatkan anggota suatu profesi sesuai dengan
kemampuannya. Organisasi profesi keendidikan bertujuan
untuk megembangkan dan meningkatkan kemampuan kepada
anggotanya melaluai pendidikan atau latihan terprogram.
d. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota,
merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar
anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari
pihak lain dan tidak melakukan praktik melecehkan nilai-
nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi
keendidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan
masyarakat yang tidak mengindahkan martabat kemanusiaan
dan berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat
sesuai dengan standar etis yang disepakati.
e. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraa,
merupakan upaya organisasi profesi keendidikan untuk
meningkatkan kesejahteraanlahir batin anggotanya. Dalam
16
teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati urutan
pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi.
Banyak kiprah organisasi profesi keendidikan dalam
meningkatkan kesejahteraan anggota. Asprasi anggota
melalui organisasi terhadap pemerintah akan lebih
terindahkan dibandingkan individu.
Selain itu organisasi profesi guru juga mempunyai
kewenangan:
a. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru.
b. Memberikan bantuan hukum kepada guru.
c. Memberikan perlindungn profesi guru.
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
e. Memajukn pendidikan nasional.
B. Jenis-jenis Organisasi Profesi Kependidikan
Secara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak
kalangan pendidik menyatakan bahwa organisasi profesi
kependidikan di indonesia berkembang pesat bagaikan
tumbuhan di musim penghujan. Sampai sampai ada sebagian
pengemban profesi pendidikan yang tidak tahu menahu
tentang organisasi kependidikan itu. Yang lebih dikenal
kalangan umum adalah PGRI.
Disamping PGRI yang salah satu organisasi yang
diakui oleh pemerintah juga terdapat organisasi lain yang
disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang
didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan
17
Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan
yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga organisasi
profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana
pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang suda mempunyai
nanyak devisi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Belajar
(IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan
Indonesia (HSPBI), Himpunan Sarjana adminustrasi
Pendidikan Indonesia (HISAPIN) dan lain-lain, hubungannya
secara formal dengan PGRI juga belum tampak secara nyata,
sehingga belum didapatkan kerjasama yang saling menunjang
dalam meningkatkan mutu anggotanya.
Berikut ini jenis-jenis organisasi profesi
kependidikan yang ada di Indonesia:
1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi
PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.
Tujuan utama pendirian PGRI adalah:
a. Membela dan mempertahankan Republik Indonesia
(organisasi perjuangan)
b. Memajukan pendidikan seluruh rakyat berdasar
kerakyatan (organisasi profesi) Pendirian PGRI sama
dengan EI: “education as public service, not commodity”
c. Membela dan memperjuangkan nasib guru khususnya
18
Makna Visi PGRI adalah:
a. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Perjuangan :
1. Wahana mewujudkan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.
2. Wahana untuk membela, mempertahankan, dan melestarikan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Wahana untuk meningkatkan integritas bangsa dalam
menjamin terpeliharanya keutuhan, kesatuan, dan persatuan
bangsa.
4. Berperan aktif memperjuangkan tercapainya tujuan
nasional dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Wadah bagi para guru dalam memperoleh, mempertahankan,
meningkatkan, dan membela hak asasinya baik sebagai
pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan pemangku
profesi kependidikan.
6. Wahana untuk memberikan perlindungan dan membela
kepentingan guru dan tenaga kependidikan yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan hukum.
b. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Profesi :
1. Wahana memperjuangkan peningkatan kualifikasi dan
kompetensi bagi guru.
2. Wahana mempertinggi kesadaran dan sikap guru dan
tenaga kependidikan dalam meningkatkan mutu profesi dan
pelayanan kepada masyarakat.
3. Wahana menegakkan dan melaksanakan kode etik dan ikrar
guru Indonesia.
19
4. Wahana untuk melakukan evaluasi pelaksanaan
sertifikasi, lisensi, dan akreditasi bagi pengukuhan
kompetensi profesi guru.
5. Wahana pembinaan bagi Himpunan Profesi dan Keahlian
Sejenis di bidang pendidikan yang menyatakan diri
bergabung atau bermitra dengan PGRI.
6. Wahana untuk mempersatukan semua guru dan tenaga
kependidikan di semua jenis, jenjang, dan satuan
pendidikan guna mneningkatkan pengabdian dan peran serta
dalam pembangunan nasional.
7. Wahana untuk mewujudkan pengabidan secara nyata
melalui anak lembaga dan badan khusus.
8. Wahana untuk mengadakan hubungan kerjasama dengan
lembaga-lembaga pendidikan, organisasi yang bergerak
dalam bidang pendidikan, dan atau organisasi
kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan dan kebudayaan.
c. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi Ketenagakerjaan :
1. Wahana untuk memperjuangkan terwujudnya hak-hak guru
dan tenaga kependidikan
2. Wahana untuk memperjuangkan kesejahteraan guru yang
berupa: imbal jasa, rasa aman, hubungan pribadi, kondisi
kerja dan kepastian karier.
3. Wahana untuk mewujudkan prinsip dan pendekatan
ketenagakerjaan dalam upaya meningkatkan harkat dan
martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan anggota.
20
4. Wahana untuk memperkuat kedudukan, wibawa dan martabat
guru serta kesetiakawanan organisasi.
5. Wahana untuk membela dan melindungi guru sebagai
pekerja.
6. Wahana untuk membina dan meningkatkan hubungan
kerjasama dengan organisasi ketenagakerjaan baik lokal,
regional maupun global.
d. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Mandiri :
1. Menjalin kerjasama dengan semua pihak atas dasar
kemitrasejajaran, saling menghormati dan berdiri di atas
semua golongan.
2. Menggali dan mengembangkan potensi baik sumber daya
manusia maupun sumber daya keuangan dan sumber daya
organisasi lainnya yang tidak tergantung dari pihak
manapun.
3. Membangun transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan organisasi dengan menempatkan iuran
anggota sebagai sumber utama pembiayaan organisasi.
e. Makna dari terwujudnya PGRI sebagai Organisasi yang Non Partisan :
1. PGRI tidak menjadi bagian dari partai politik manapun
dan tidak berafiliasi dengan partai manapun.
2. PGRI memberikan kebebasan kepada anggotanya untuk
menentukan pilihan politiknya secara merdeka.
3. PGRI selalu menjalin hubungan baik dengan seluruh
partai dan komponen masyarakat dalam memajukan pendidikan
nasional.
Misi PGRI adalah:
21
a. Menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan persatuan
dan kesatuan bangsa, membela dan mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta mewujudkan
cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
b. Berperan aktif dalam pembangunan nasional di bidang
pendidikan dan kebudayaan yang berlandaskan asas
demokrasi, keterbukaan, pengakuan terhadap hak asasi
manusia, keberpihakan pada rakyat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
c. Mengembangkan dan meningkatkan kompetensi,
profesionalisme dan kesejahteraan anggota.
d. Melaksanakan, mengamalkan, mempertahankan dan
menjunjung tinggi kode etik profesi guru Indonesia.
e. Membangun sikap kritis terhadap kebijakan pendidikan
yang tidak memihak kepada kepentingan masyarakat.
f. Melaksanakan dan mengelola organisasi berdasarkan
tata kelola yang baik (good govermance).
g. Memperjuangkan perlindungan hukum, profesi, dan
kesejahteraan anggota PGRI.
h. Mewujudkan PGRI sebagai organisasi profesi yang
mempunyai kewenangan akreditasi, sertifikasi, dan lisensi
pendidik dan tenaga kependidikan.
i. Memperkuat solidaritas, soliditas, demokratisasi,
dan kemandirian organisasi di semua level/tingkatan.
22
j. Menyamakan persepsi, visi, dan misi para
guru/pendidik dan tenaga kependidikan sebagai pilar utama
pembangunan pendidikan nasional.
k. Mewujudkan PGRI sebagai organisasi yang memiliki
kekuatan penekan (pressure group), pemikir (thinker), dan
pengendali (control).
2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan
bagi guru mata pelajaran yang berada di suatu
sanggar/kabupaten/kota yang berfungsi sebagai sarana
untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran
dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru
sebagai praktisi/perilaku perubahan reorientasi
pembelajaran di kelas (Depdiknas,2004: 1).
Menurut Mangkoesapoetra (2004:1) MGMP merupakan
forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang
berada pada suatu wilayah
kebupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah.
Tujuan MGMP adalah:
Tujuan diselenggarakannya MGMP menurut pedoman MGMP
(2004: 2) adalah:
a. Tujuan umum.
Tujuan MGMP adalah untuk mengembangkan kreativitas dan
inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru.
b. Tujuan khusus.
23
1. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran
dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan
efisien.
2. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai
tempat proses pembelajaran yang menyenangkan,
mengasyikkan dan mencerdaskan siswa.
3. Membangun kerjasama dengan masyarakat sebagai mitra
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. (Depdiknas,
2004: 2)
Menurut Mangkoesapoetra (2004: 2) tujuan
diselenggarakannya MGMP adalah untuk:
a. Memotivasi guru, meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan dan membuat
evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan
keyakinan diri sebagai guru profesional.
b. Meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha
peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.
c. Mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami
oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan
mencari solusi alternative pemecahan sesuai dengan
kaarakteristik mata pelajaran masingmasing, guru, sekolah
dan lingkungannya.
Peranan MGMP adalah
Menurut pedoman MGMP (Depdiknas. 2004: 4) MGMP berperan
untuk:
a. Mengakomodir aspirasi dari,oleh dan untuk anggota.
24
b. Mengakomodasi aspirasi masyarakat/stokeholder dan
siswa
c. Melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif
dalam proses pembelajaran.
d. Mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan
informasi kebijakan pendidikan.
Sedangkan menurut Mangkoesapoetra (2004: 3) peranan MGMP
adalah:
a. Reformator dalam classroom reform, terutama dalam
reorientasi pembelajaran efektif.
b. Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi
guru terutama dalam pengembangan kurikulum dan sistem
pengujian
c. Supporting agency dalam inivasi manajemen kelas dan
manajemen sekolah.
d. Collaborator terhadap unit terkait dan organisasi
profesi yang relevan.
e. Evaluator dan developer school reform dalam konteks
MPMBS.
f. Clinical dan academic supervisor dengan pendekatan
penilaian appraisal.
Fungsi MGMP adalah
Adapun fungsi MGMP menurut Mangkoesapoetra (2004: 3)
adalah:
a. Menyusun pogram jangka panjang, jangka menengah dan
jangka pendek serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan
secara rutin.
25
b. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP
secara rutin, baik di tingkat sekolah, wilayah, maupun
kota.
c. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi
pembelajaran di kelas sehingga mampu mengupayakan
peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di sekolah.
3.Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir
pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi
profesi kependidikan ini bersifat regional karena
berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya.
Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai
kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan
ISPI, yaitu: (a) Menghimpun para sarjana pendidikan dari
berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia; (b)
meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para
angotanya; (c) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan
teknologi pendidikan dalam rangka membantu pemerintah
mensukseskan pembangunan bangsa dan negara; (d)
mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan
dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; (e)
meindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para
anggota; (f) meningkatkan komunikasi antaranggota dari
berbagai spesialisasi pendidikan; dan (g)
menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.
26
Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum
Organisasi Profesi Ilmiah (FOPI) yang terlealisasikan
dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada himpunannya
adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia
(HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan
lain sebagainya.
4. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan
di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi
profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan
profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut
serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan
kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru pembimbing.
Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan
se-Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan
bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka
peningkatan mutu layanannya.
Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut ini.
a. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam
wadah organisasi.
b. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli,
keahlian dan keterampilan, teknik, alat dan fasilitas
yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan,
dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan
keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
27
c. Meningatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini
meliputi peningkatan profesi dan tenaga ahli, tenaga
pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun
program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI,
1975).
Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut
dicanangkan empat kegiatan, yaitu:
a. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
b. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
c. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan
lembaga-lembaga, baik dalam maupun luar negeri; dan
Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).
Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran
rumah tangga (ART IPBI, 1975) sebagai berikut ini.
a. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan
Indoesia dan brosur atau penerbitan lain.
b. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
c. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan
penyebarannya.
d. Penelitian di bidang bimbingan.
e. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan
kegiatan-kegiatan lain yang sejenis.
f. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan
mengembangkan bimbingan.
28
5. HISAPIN (Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan
Indonesia)
HISAPIN lahir pada tahun 1991 di Bukit Tinggi,
Sumatera Barat, dengan Ketua Dr. Sutjipto yang ketika itu
menjabat sebagai Pembantu Rektor II IKIP Padang; beberapa
tahun kemudian beliau menjadi Rektor IKIP Jakarta (1997-
2005). Ketika itu IKIP Padang melaksanakan Seminar
Nasional di bidang Pendidikan dengan mengundang seluruh
pimpinan jurusan dan dosen Administrasi Pendidikan di
lingkungan FIP dan FKIP. Seminar tersebut didukung oleh
Prof. H. A. R. Tilaar (Deputi Bappenas).
C. Mengetahui Sikap Profesional Guru Terhadap
Pengembangan Organisasi Kependidikan Di Indonesia
Kalau kita ikuti perkembangan profesi keguruan di
Indonesia, jelas pada mulanya guru-guru Indonesia
diangkat dari orang-orang yang tidak berpendidikan khusus
untuk memangku jabatan guru. Dalam bukunya Sejarah
Pendidikan Indonesia, Nasution (1987) secara jelas
melukiskan sejarah pendidikan di Indonesia terutama dalam
zaman colonial Belanda, termasuk juga sejarah profesi
keguruan. Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari
orang-orang yang tidak dididik menjadi guru, secara
berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru
yang lulus dari sekolah guru (kweekschool) yang pertama
kali didirikan di Solo tahun 1852. Karena kebutuhan guru
29
yang mendesak maka pemerintah Hindia Belanda mengangkat
lima macam guru, yakni :
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru
yang berwenang penuh.
2. Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus
ujian yang diadakan untuk menjadi guru.
3. Guru bantu yakni yang lulus ujian guru bantu.
4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior,
yang merupakan calon guru.
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak
yang berasal dari warga yang pernah mengecap pendidikan.
Tentu saja yang terakhir ini sangat beragam dari
satu daerah dengan daerah lainnya. Walaupun sekolah guru
telah dimulai dan kemudian juga didirikan sekolah normal,
namun pada mulanya bila dilihat dari kurikulumnya dapat
kita katakanhanya mementingkan pengetahuan yang akan
diajarkan saja. Kedalamnya belum dimasukan secar khusus
kurikulum ilmu mendidik dan psikologi. Sejalan dengan
pendirian sekolah-sekolah yang lebih tinggi tingkatnya
dari sekolah umum seperti Hollands Inslandse School
(HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO), Hogere
Burger School (HBS), dan Algemene Middlebare School (AMS)
maka secara berangsur-angsur didirikan pula lembaga
pendidikan guru atau kursus-kursus untuk mempersiapkan
guru-gurunya seperti Hogere Kweekschool (HKS)untuk guru
HIS dan kursus Hoofdacte (HA) untuk calon kepala sekolah
(Nasution,1987).
30
Keadaan yang demikian berlanjut sampai zaman
pendudukan jepang dan awal perang kemerdekaan, walaupun
dengan nama dan bentuk lembaga pendidikan guru yang
disesuaikan dengan keadaan waktu itu. Selangkah demi
selangkah pendidikan guru meningkatkan jenjang
kualifikasi dan mutunya, sehingga saat ini kita hanya
mempunyai lembaga pendidikan guru yang tunggal, yakni
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebagai
jabatan profesional penuh, statusnya mulai membaik. Di
Imdonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI) yang mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai
perwakilan di DPR / MPR. Apakah para wakil dan organisasi
ini telah mewakili semua keinginan para guru, baik dari
segi profesional ataupun kesejahteraan? Apakah guru
betul-betul jabatan profesional, sehingga jabatan guru
terlindungi, mempunyai otoritas tinggi dalam bidangnya,
dihargai dan mempunyai status yang tinggi dalam
masyarakat, semuanya akan tergantung kepada guru itu
sendiri dan unjuk kerjanya, serta masyarakat dan
pemerintah yang memakai atau mendapatkan layanan guru
itu.
Dalam sejarah pendidikan guru di Indonesia, guru
pernah mempunyai status yang sangat tinggi dalam
masyarakat, mempunayi wibawa yang sangat tinggi, dan
dianggapsebagai orang yang serba tahu. Peranan guru saat
itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas, tapi
31
mendidik masyarakat, tempat bagi masyarakat untuk
bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi ataupun
masalah sosial. Namun, kewibawaan guru mulai memudar
sejalan dengan kemajuan zaman, perkembangan ilmu dan
teknologi, dan kepedulian guru yang meningkat tentang
imbalan atau balas jasa. Dalam era teknologi yang maju
sekarang, guru bukan lagi satu-satunya tempat bertanya
bagi masyarakat. Pendidikan masyarakat mungkin lebih
tinggi dari guru, dan kewibawaan guru berkurang antara
lain karena status guru dianggap kalah gengsi dari
jabatan lainnya yang mempunyai pendapatan yang lebih
baik.
D. Peran Organisasi Profesi Kependidikan Terhadap Sikap
yang Menunjang Keprofesionalan
Jabatan professional harus memiliki wadah untuk
menyatakan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan
profesi yaitu organisasi profesi guru di negara kita
wadah ini telah ada dan dikenal dengan Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI). Organisasai ini didirikan
sebagai wujud aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan
cita-cita perjuangan bangsa. Salah satu tujuan organisasi
ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan
guru. Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri
suatu profesi kependidikan, sekaligus juga memiliki
32
fungsi tersendiri yang bermanfaat bagi anggotanya.
Organisasi profesi kependidikan Organisasi profesi
kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi
kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota
profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya,
dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional
profesi ini. Kedua fungsi tersebut dapat diuraikan
seperti berikut ini :
1. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas
dari motif yang mendasarinya, yaitu dorongan yang
menggerakkan para profesional untuk membeantuk suatu
organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi,
ada yang bersifat sosial, politik, ekonomi, kultural, dan
falsafah tentang sistem nilai. Namun, umumnya dilatar
belakangi oleh dua motif, yaitu motif intrinsik dan
ekstrinsik.[ Abin Syamsudin, 1999. hlm. 95 ] Secara
intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya
medapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas
profesi yang diembannya, bahkan mungkin mereka terdorong
oleh semangat menunaikan tugasnya sebaik dan seikhlas
mengkin. Secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tmntutan
masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang semakin hari
semakin klompleks.
Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan
bagi pengemban suatu profesi, yang secara teoritis sangat
sulit dihadapi dan diselesaikan secara individual.
33
Kesadaran atas realitas ini menyebabkan para profesional
membentuk organisasi profesi. Demikian pula organisasi
profesi kependidikan , merupakan organisasi profesi
sebagai wadah pemersatu pelbagai potensi profesi
kependidikan dalam menghadapi kopleksitas tantangan dan
harapan masyarakat pengguna pengguna jasa kependidikan.
Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan
organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan
kekuatan dalam menentukan kebijakan dan melakukan
tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi dan
memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi
kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat
pengguna jasa profesi ini.
2. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi kedua dari organisasi profesi adalah
meningkatkan kemampuan profesional para pengemban profesi
kependidikan. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP
No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi : Tenaga
kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah
untuk meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan,
kewenangan profesional, martabat, dan kesejahteraan
tenaga kependidikan. PP tersebut menunjukkan adanya
legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan para
anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan
kemampuan profesionalnya melalui organisaasi atau ikatan
profesi kependidikan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989,
Pasal 31; ayat 4 dinyatakan bahwa : Tenaga kependidikan
34
berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan
profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi serta pembangunan bangsa.
Kemampuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah apa
yang disebut dengan istilah kompetensi , yang oleh Abin
Syamsuddin dijelaskan bahwa kopetensi merupakan kecakapan
atau kemampuan mengerjakan pekerjaan kependidikan. Guru
yang memiliki kemampuan atau kecakapan untuk mengerjakan
pekerjaan kependidikan disebut dengan guru yang kompeten.
Peningkatan kemampuan profesional tenaga
kependidikan berdasarkan Kurikulum 1994 dapat dilakukan
melalui dua program, yaitu program terstruktur dan tidak
terstruktur. Program terstruktur adalah program yang
dibuat dan dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan
dan produk kegiatan belajar yang dapat diakreditasikan
secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Dengan
demikian , Pada akhir program para peserta akan
memperoleh sejumlah SKS yang pada gilirannya dapat
disertakan dengan kualifikasi tetrtentu tenaga
kependidikan. Program tidak terstruktur adalah program
pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan yang
dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan
tuntutan waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup dalam
program tidak terstruktur ini adalah:
· Penataran tingkat nasional dan wilayah;
35
· Supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat
yang terkait seperti Kepala Sekolah, Kepala Bidang,
Kakandep;
· Pembinaan dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesama
tenaga kependidikan sejenis melalui forum konunikasi,
seperti MGI.
· Pembinaan dan pengembangan individual, yaitu upaya atas
inisiatif sendiri dengan partisipasi dalam seminar, loka
karya, dan yang lainnya.
E. Analisis Peranan Organisasi Profesi Keguruan Dewasa
Ini
1. Keadaan yang Ditemui
Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul
menyusul keluarnya Undang-undang Rep. Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam UU
tersebut, tenaga kependidikan mendapat perhatian yang
amat besar, melebihi bidang-bidang lain. Ada 6 pasal
(pasal 39 s/d 44) terdiri atas 17 ayat, yang secara
khusus menyangkut tenaga kependidikan. Ini menunjukan
bahwa kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam
rangka upaya memajukan pendidikan secara keseluruhan.
Bagi profesi kependidikan, UU tentang SPN mempunyai
arti yang sangat penting, karena dalam undang-undang ini
profesi kependidikan telah jelas dasar hukumnya, bahkan
pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi
keberadaannya. Gagasan yang mendasar yang terkandung UU
36
tentang SPN dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan
ialah perlindungan dan pengakuan yang lebih pasti
terhadap jabatan guru khususnya dan tenaga kependidikan
umumnya. Profesi-profesi ini secara tegas akan
dilindungi, dihargai, diakui, dan dijamin keberadaannya
secara hukum. Perlindungan itu secara eksplisit
dikemukakan dalam pasal 42 yang menyatakan bahwa
pendidikan harus memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar.
2. Permasalahan yang Ada
Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga
organisasi profesi guru masa sekarang ini adalah sebagai
berikut :
a. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-
ketentuan yang tersurat dalam peraturan yang berlaku yang
berkenaan dengan profesi guru beserta kesejahteraannya,
seperti keputusan MENPAN No.26 tahun 1989 tentang Angka
Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen
pendidikan dan Kebudayaan.
b. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program
pendidikan guru yang lebih terara, yang memelihara
keterpaduan antara pengembangan profesional dengan
pembentukan kemampuan akademik guru, dengan memberikan
peluang kepada setiap calon guru untuk melatih unjuk
kinerjanya sebagai calon guru yang profesional.
37
c. Proses profesionalisme guru melalui sistem pengadaan
guru terpadu sejak pendidikan prajabatan, pengangkatan,
penempatan, dan pembinaannya dalam jabatan.
d. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada
bentuk wahana untuk pelaksanaan prows profesionalisasi
guru, dan dapat memberikan batasan yang jelas mengenai
profesi guru dan profesi lainnya.
e. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang
berkenaan dengan rambu-rambu prilaku profesional yang
tegas, jelas, dan operasional, serta perumusan sanksi-
sanksi terhadap penyimpangannya.
f. Pemasyarakatan kode etik guru ditetapkan oleh setiap
guru dan diindahkan oleh masyarakat rekanan, sehingga
tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar terhadap
profesi guru itu.
3. Pengembangan Organisasi Keguruan
PGRI sebagai organisasi profesi perlu penekanan
upaya penataan dan peningkatan dalam bidang misi profesi
dari PGRI. Dalam hal ini perlu dikembangkan kerangka
konseptual yang memadai dan terarah untuk melandasi
program kerja mengenai pengembangan profesi itu. Kerangka
konsep itu seyogyanya diselaraskan dengan patokan-patokan
profesional dan akademik yang digunakan sebagai dasar
pengembangan standar unjuk kerja, pengembangan progran
kependidikan guru, dan penataan proses profesionalisasi
guru berdasarkan pendekatan pengadaan guru terpadu.
38
Kekolegaan profesional guru sebagai suatu kesadaran
profesional merpakan keharusan bagi setiap guru sebagai
konsekuensi kesediaan untuk menerima tanggung jawab
individual dan kolektif. Kekolegaan ini hanya dapat
terwujud jika dituangkan dalam kode etik yang operasional
dan diakui oleh pemerintah dan masyarakat yang tertuang
dalam peraturan atau undang-undang seperti dalam UU
tentang SPN.
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis yang telah dijabarkan, penulis dapat
menyampaikan beberapa kesimpulan, diantaranya:
1. Organisasi profesi keguruan adalah suatu wadah
perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu keahlian
khusus dalam mendidik yang dipersiapkan melalui proses
pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan
dalam lembaga tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Fungsi organisasi profesi keguruan yaitu sebagai
pemersatu dan peningkatan kemampuan professional.
3. Lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu:
meningkatkan dan/atau mengembangkan (1) karier, (2)
kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4) martabat, dan
(5) kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan.
4. Jenis-jenis organisasi profesi kependidikan yang ada
di Indonesia: Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI), Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana Administrasi
Pendidikan Indonesia ( HISAPIN ).
40
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan diantaranya:
1. Setiap orang yang berprofesi dalam bidang
kependidikan hendaknya lebih mengenal dan memahami
tentang organisasi profesi kependidikan itu sendiri
karena banyak hal yang bermanfaat bagi penyandang profesi
kependidikan dari organisasi profesinya sendiri.
2. Organisasi profesi kependidikan hendaknya lebih
aktif lagi dalam menjalankan perannya sebagai pemersatu
dan melakukan kegiatan-kagiatan yang meningkatkan
kemampuan profesional anggotanya.
3. Hubungan antar organisasi profesi kependidikan yang
satu dengan yang lainnya hendaknya lebih ditingkatkan
secara nyata.
4. Kepada struktural organisasi yang menaungi aktifitas
guru, baik itu PGRI, MGMP, maupum KKG bisa lebih berperan
dalam pembinaan, pengawasan kepada guru sehingga nantinya
guru bisa maksimal dalam menjalankan tugas serta
aktifitasnyapun terjaga dari segala bentuk asusila.
5. Kepada siswa yang menjadi objek pengaran guru, juga
bisa memberi masukan jika dalam pelaksanaannya ada guru
yang bertindak menyimpang dari kode etik guru yang sedang
berlaku.
6. Untuk siswa selalu belajar dengan tekun dan rajin
sehingga nantinya bisa menjadi manusia yang mampu
memahami organisasi profesi, dalam hal ini organisasi
41
profesi guru, serta mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
7. Untuk orang tua, serta pihak yang terkaik dengan
organisasi profesi guru, maupun pelaksanaan guru dalam
kesehariannya yang kurang sesuai dengan kode etik guru,
bisa ikut andil dalam memecahkan masalahnya.
42
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Haris. 2009. Organisasi Profesi Keguruan. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Hadi, Sopwan. 2010. Makalah Profesi Keguruan.
(http://sopwanhadi.wordpress.com/2010/02/28/makalah-
organisasi-keguruan.html, diakses tanggal 31 Maret 2013)
Hamalik, Oemar. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara
Syamsuddin, M. Abin. 1999. Pengembangan Profesi dan Kinerja
Tenaga Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia
Tim Pengampu. 2012. Profesi Kependidikan. Medan: Universitas
Negeri Medan.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen.
Jakarta : Depdiknas.
(http://repository.upi.edu/operator/upload/
s_adp_0704694_chapter_1.pdf, diakses tanggal 31 Maret
2013)
http://ruangguru.blogspot.com/2009/05/profesi-keguruan-
dalam-mengembangkan.html , diakses tanggal 31 Maret 2013)
https://www.academia.edu/4480767/
Implementasi_Sikap_Profesional_Guru_Terhadap_Organisasi_P
rofesi_di_Sekolah
43