Top Banner
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH Penyimpanan Benih Kedelai” Oleh Fitriatul Mafula 135040201111197 Asmita Sihombing 135040201111211 Jaliaman Sipayung 135040201111250 Try Indah Lestari 135040201111253 Dani Adi Saputra 135040201111262 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI 2013 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
38

makalah teknologi produksi benih

Apr 22, 2023

Download

Documents

Lia Cerewetzz
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: makalah teknologi produksi benih

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“ Penyimpanan Benih Kedelai”

Oleh

• Fitriatul Mafula 135040201111197

• Asmita Sihombing 135040201111211

• Jaliaman Sipayung 135040201111250

• Try Indah Lestari 135040201111253

• Dani Adi Saputra 135040201111262

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI 2013

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Page 2: makalah teknologi produksi benih

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai merupakan komoditas pertanian yang mengambil

peranan penting terhadap kebutuhan pangan nasional,

alasann ya karena kedelai merupakan tanaman pangan ketiga

setelah padi dan jagung . S elain itu ,pada kedelai kaya akan

protein, dan Kedelai merupakan salah satu bahan utama dalam

industri khususnya bidang yang bergerak dalam agroindustri

seperti pengrajin tahu, tempe, keripik dll. Oleh karena itu

diperlukan produktivitas yang tinggi untuk menunjang

keberhasilan salah satu nya dengan menerapkan budidaya yang

sehat yaitu dari benih bermutu varietas unggul.

Dalam penyediaan benih bermutu tersebut produsen

benih yang berasal dari dalam nege ri belum banyak berperan

secara optimal dalam menunjang keberhasilan tersebut.

U saha perbenihan kedelai masih tertinggal, petani lebih

banyak memakai benih dari hasil panen pada pertanaman

sebelumnya. Dari total areal pertanaman kedelai,

penggunaan benih bersertifikat kurang dari 10% . Hal ini

merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas

kedelai nasional. Salah satu faktor pembatas produksi

kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih

Page 3: makalah teknologi produksi benih

selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih

berkualitas tinggi.

Penyediaan benih dari dan untuk petani bagi musim

tanam berikutnya sering harus mengalami penyimpanan

terlebih dahulu, sehingga upaya merekayasa penyimpanan

benih untuk memperoleh benih kedelai bermutu sangat

diperlukan. Oleh karena itu, perlu teknologi penyimpanan

yang baik agar vigor dan viabilitas benih tetap tinggi pada

saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil yang

baik. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan hubungan

penyimpanan benih kedelai dengan kemunduran benih dan

beberapa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih kedelai

dalam penyimpanan.

Page 4: makalah teknologi produksi benih

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui cara penyimpanan benih yang baik pada

tanaman kedelai

Untuk mengetahui bagaimana cara penyimpanan benih

dalam menjaga viabilitas dan vigor benih

Untuk mengetahui suhu penyimpanan optimal terhadap

benih kedelai

Untuk mengetahui pengaruh aspek fisiologi dan

biokimia destoriasi benih kedelai dalam penyimpanan

1.3 Manfaat

Untuk menjaga viabilitas dan vigor benih agar tetap optimal

dalam penyimpanan dengan usaha pemyimpanan benih yang baik,

dengan suhu penyimpanan optimal dan menjaga kualitas benih

dalam masa penyimpanan

Page 5: makalah teknologi produksi benih

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara Penyimpanan Yang Baik Terhadap Benih Kedelai

Penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan mutu

fisiologis benih selama periode penyimpanan dengan

menghambat kecepatan kemunduran benih(deteriorasi).

Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pasca

panen kedelai yang penting dari keseluruhan teknlologi

benih dalam memelihara kualitas atau mutu. Menurut Harnowo

et al.(1992) benih kedelai relatif tidak tahan disimpan

lama,sehingga penyimpanan berpengaruh terhadaap mutu

fisiologis dari benih kedelai.oleh karna itu perlu

teknologi penyimpanan yang baik agar vigor dan viabilitas

benih tetap tinggi pada tanam sehingga diperoleh

pertumbuhan dan hasil yang baik. Menurut

Byrd(1983),kemunduran benih adalah semua perubahan yang

terjadi dalam benih yang mengarah ke kematian benih.

Menurut Soemardi dan Thahir (1995), penyimpanan benih

kedelai berhubungan erat dengan perawatan benih. Benih yang

telah terpilih, bersih dan sehat perlu dirawat sebaik-

baiknya agar daya kecambahnya tidak cepat menurun. Benih

kedelai akan turun daya kecambahnya dalam jangka waktu satu

bulan jika tidak dilakukan tindakan perawatan terhadap

benih.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyimpanan Benih

Page 6: makalah teknologi produksi benih

Beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih

kedelai selama penyimpanan adalah:

- M utu dan daya kecambah benih sebelum disimpan;

- K adar air benih

- K elembapan ruang penyimpanan

- S uhu tempat penyimpanan;

- H ama dan penyakit di tempat penyimpanan;

- L ama penyimpanan.

Menurut Direktorat Bina Perbenihan(1996), untuk

mendapatkan benih bermutu tinggi, sebelum disimpan biji

kedelai calon benih harus dibersihkan dari kotoran dan

benda lainnya seperti: kulit polong, potongan batang atau

ranting; 2 batu, kerikil, atau tanah; 3 biji luka,memar,

retak, atau yang kulitnya terkelupas; 4 biji yang mempunyai

bercak ungu; dan 5 biji berbelang cokelat, yang mungkin

mengandung virus mosaik; 6 biji yang kulitnya keriput atau

warnanya tidak mengkilat; dan 7 biji-bijian tanaman lain.

2.3 Cara Menjaga Viabilitas Dan Vigor Benih.

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat

ditunjukkan melalui gejala metabiolisme dan atau gejala

pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak

ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993).

Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang

mengidikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang

cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas.

Page 7: makalah teknologi produksi benih

Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama

proses perkecambahan dan perkembangan kecambah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih

selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan

eksternal . Faktor internal mencakup sifat genetik, daya

tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal.

Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas,

suhu dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan Donald,

l985).

Sifat genetik benih antara lain tampak pada

permeabilitas dan warna kulit benih berpengaruh terhadap daya

simpan benih kedelai. Penelitian terdahulu menemukan bahwa

varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki

kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan

memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi

penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap deraan

cuaca lapang dibanding varietas yang berbiji besar dan

berkulit biji terang (Mugnisyah, 1991). Sukarman dan

Raharjo (2000), melaporkan bahwa varietas kedelai berbiji

kecil dan kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap

deraan fisik(suhu 42oC dan kelembaban 100%) dibanding

varietas berbiji besar dan berkulit terang.

Menurut Copeland dan Mc. Donald (1985) penggunaan

kemasan sangat berperan dalam usaha mempertahankan

viabilitas benih selama penyimpanan. Untuk penyimpanan

benih efektifitas suatu kemasan ditentukan oleh

Page 8: makalah teknologi produksi benih

kemampuannya mempertahankan kadar air benih viabilitas

benih selama penyimpanan.

Materi kemasan dibagi menjadi tiga golongan yaitu :

1. Kemasan kedap uap air seperti alumunium foil dan kaleng

2. Kemasan yang resisten terhadap kelembaban seperti

plastik dan

3. Kemasan yang porus (sarang sempurna) seperti kain,

karung goni dan kertas.

Menurut Sukarman dan Rahardjo (2000) kemasan dari

kantong plastik lebih baik untuk mempertahankan daya simpan

benih kedelai dibandingkan dengan kemasan dari kantong

lain.

Page 9: makalah teknologi produksi benih
Page 10: makalah teknologi produksi benih

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kajian Aspek Fisiologi Dan Biokimia Deteriorasi Benih

Kedelai Dalam Penyimpanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta

mempelajari dilihat dari aspek fisiologi dan biokimia

deteriorasi benih kedelai selama penyimpanan dan menemukan

cara simpan yang tepat untuk mempertahankan mutu benih

kedelai tetap tinggi selama penyimpanan.

Alat-alat yang digunakan antara lain

spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 1601, ultrasentrifus

Beckman-J6B, germinator, alat pengukur kadar air PM 5002.

Sedangkan metode yang dilakukan meliputi prosesing,

pemilihan benih sehingga diperoleh ukuran yang seragam,

pembersihan, pengeringan sampai diperoleh kadar air yang

ditentukan yaitu 8%, 10% dan 12%; pengujian daya kecambah,

vigor, kadar protein dan fosfolipid benih yang tanpa

disimpan; pengemasan, dan penyimpanan.

Benih yang disimpan pada kadar air 8% dan 10% di dalam

kantong aluminium foil mengalami penurunan setelah bulan

ke-4 dan bulan ke-2, sedangkan benih yang disimpan dengan

kadar air yang sama di dalam kantong terigu mengalami

penurunan pada bulan ke-2 dan bulan ke-1. Aktivitas

spesifik suksinat dehidrogenase benih yang disimpan dengan

kadar air 12% di dalam semua kemasan sudah menurun sejak

bulan ke-1. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air 12%

menyebabkan ketidak teraturan membran karena komponen

Page 11: makalah teknologi produksi benih

fosfolipid kurang terikat pada membran Dengan demikian

transpor elektron dari FADH ke O 2 sepanjang rantai respirasi

menurun sehingga energi menurun yang berakibat pada

menurunnya daya kecambah dan vigor.

Kranook et al. (1976) dan Paul dan Mukherji (1976) cit.

Bewley dan Black (1982) menyatakan bahwa benih jagung yang

sudah mengalami deteriorasi, aktivitas suksinat

dehidrogenasenya menurun. Aktivitas spesifik sitokrom

oksidase benih dengan kadar air 12% dan tanpa disimpan

tertinggi yaitu 0,8432 U/mg dan berbeda nyata dengan

lainnya . Hal ini menunjukkan bahwa kadar air 12% merupakan

kadar air optimum untuk aktivitas spesifik sitokrom

oksidase secara maksimum. Sitokrom oksidase berperan dalam

transfer elektron dari NADH ke oksigen, sehingga apabila

aktivitasnya menurun akan terjadi kekurangan energi untuk

proses metabolisme dan ini ditunjukkan oleh daya

berkecambah dan vigor rendah.

Penurunan daya berkecambah diikuti oleh penurunan

vigor. Benih yang disimpan dengan kadar air awal 8%, 10% dan

12% dalam kantong plastik polietilen mengalami penurunan

vigor masing-masing sejak 3 bulan, 4 bulan dan 2 bulan

sedangkan vigor benih yang disimpan dalam kantong aluminium

foil mengalami penurunan sejak 5 bulan, 3 bulan dan 2 bulan.

Penyimpanan benih dengan kadar air awal 8% dan 12% dalam

kantong terigu telah mengalami penurunan vigor lebih cepat

yaitu pada bulan ke-2 serta 1 bulan untuk benih dengan kadar

air awal 10%

Page 12: makalah teknologi produksi benih

3.2 Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih

Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning.

Benih kedelai yang digunakan adalah kedelai kuning

varietas Wilis dan kedelai hitam varietas lokal Ciwalen.

Penelitian ini menggunakan rancangan 2x2 Faktorial yang

disusun dalam Rancangan Acak Lengkap dengan ulangan 4 kali.

Faktor pertama adalah warna kulit biji yaitu kedelai hitam

dan kedelai kuning. Faktor kedua adalah suhu ruang simpan

yaitu suhu rendah 21o – 23oC (di Ciwalen) dan suhu tinggi 27o

– 29oC (di Yogyakarta).

Setiap kombinasi perlakuan masing-masing terdiri

dari 6 kemasan benih dalam kantong plastik dan kaleng yang

terbagi dalam enam bulan penyimpanan. Setiap bulan

dilakukan pengujian kualitas benih selama enam bulan,

meliputi daya tumbuh, vigor, pertumbuhan bibit (tinggi,

panjang akar, berat kering bibit).

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan

analisis varians dengan taraf 5%. Apabila terdapat beda

nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan uji

jarak berganda (DMRT) dengan taraf 5%. Kondisi awal

kualitas benih kedelai kuning maupun kedelai hitam

mempunyai daya tumbuh dan vigor yang tinggi masing-masing

yaitu > 90%, kadar air 9%, kondisi lingkungan dengan suhu

rendah 20,6oC kelembaban 86% di Ciwalen dan suhu tinggi 27oC

kelembaban 67,5% di Yogyakarta.

Benih disimpan selama enam bulan, setiap bulan

dilakukan pengujian kualitas benih, meliputi daya tumbuh

Page 13: makalah teknologi produksi benih

dan vigor, serta pertumbuhan bibit yang merupakan vigor

lapangan (diamati mulai bulan ke empat, karena kualitas

benih kedelai dalam label dapat berlaku sampai tiga bulan).

Berdasarkan hasil analisis varians daya tumbuh dan

vigor menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara warna

kulit dan suhu ruang simpan. Penyimpanan benih kedelai

hitam dalam kantong plastik maupun kaleng pada suhu rendah

dan tinggi sampai 6 bulan masih mempunyai daya tumbuh dan

vigor yang tinggi (> 90%), hanya pada suhu tinggi sudah

mulai menurun menjadi 80% dan berbeda nyata dengan kedelai

kuning. Pada kedelai kuning dalam kantong plastik maupun

kaleng setelah disimpan selama enam bulan , daya tumbuh dan

vigor benihnya masih tinggi (>80%) pada suhu rendah. Pada

suhu tinggi telah mulai menurun setelah disimpan 2 bulan dan

pada akhir penyimpanan daya tumbuh turun sampai 41%. Hal ini

disebabkan adanya perubahan kadar air benih telah naik

sekitar 1 % dari kadar air awal mulai bulan keempat

penyimpanan, perbedaan ini sangat berpengaruh terhadap

kualitas benih.

Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam

kantong plastik maupun kaleng pada suhu rendah selama enam

bulan masih menunjukkan kualitas benih yang lebih baik

Page 14: makalah teknologi produksi benih

dibandingkan dengan suhu tinggi. Laju kenaikan kadar air

benih kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat

dari pada suhu tinggi yaitu rata-rata 0,3% perbulannya.

Oleh karena itu pada suhu rendah, aktivitas enzim terutama

enzim respirasi dapat ditekan, sehingga perombakan

cadangan makanan juga ditekan, proses deteriorasi dapat

ditekan. Matinya sel-sel meristematis dan habisnya

cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat,

sehingga viabilitas dan vigor masih tinggi. Hal ini nampak

pula dari pertumbuhan bibitnya yaitu tinggi bibit, panjang

akar dan berat kering bibit paling tinggi dibandingkan

perlakuan yang lain.

Page 15: makalah teknologi produksi benih

3.3 Pengaruh Metode Penyimpanan Terhadap Viabilitas Dan

Vigor Benih Dalam Penyimpanan.

Benih kedelai yang diuji adalah varietas Wilis. Alat

yang digunakan antara lain kaleng berukuran tinggi 17,5 cm

dan diameter 15,5 cm, kantong plastik, kantong kertas semen

dan kantong kain yang masing-masing berukuran panjang 30 cm

dan lebar 20 cm, kertas stensil, germinator , oven, bak

plastik, cawan aluminium, pinset, meteran kain, pinsil,

spidol dan buku tulis.

Tempat penyimpanan berpengaruh nyata terhadap

viabilitas dan vigor benih kedelai. Pada pengamatan daya

kecambah, persentase kecambah tertinggi didapat pada

perlakuan kaleng tertutup, yaitu 94,80% dan terendah pada

perlakuan kantong kain, yaitu 81,60%. Begitu juga dengan

perkecambahan benih kedelai pada uji keserempakan

berkecambah, angka tertinggi didapat pada perlakuan kaleng

tertutup, yaitu 81,60% dan terendah pada perlakuan kantong

kain, yaitu 72,40%. Pada indeks kecepatan berkecambah,

angka tertinggi juga didapat pada perlakuan kaleng

tertutup, yaitu 11,83 dan terendah pada perlakuan kantong

kain, yaitu 9,93.

Sementara itu, pada kecepatan pertumbuhan akar dan

batang, angka tertinggi juga didapat pada perlakuan kaleng

tertutup, yaitu masing-masing 21,42 cm dan 19,03 cm, dan

terendah pada perlakuan kantong kain, yaitu masing-masing

19,48 cm dan 15,91 cm. Tempat penyimpanan juga berpengaruh

nyata terhadap kadar air benih, di mana kadar air tertinggi

Page 16: makalah teknologi produksi benih

didapat pada perlakuan kantong kain, yaitu 16,21% dan

terendah pada perlakuan kaleng tertutup, yaitu 10,2%.

Terjadinya hal seperti tersebut di atas disebabkan pada

tempat penyimpanan yang tidak kedap udara, benih tersebut

mengadakan keseimbangan kadar air dengan udara sekitarnya

sehingga kadar airnya menjadi tinggi. Sedangkan tempat

penyimpanan yang kedap udara dapat mempertahankan kadar air

tetap rendah. Hal ini sejalan dengan pendapat Isbagio

(1979) yang menyatakan, bahwa jika kadar air benih tetap

rendah dalam batas maksimal selama periode penyimpanan,

maka benih akan dapat mempertahankan mutu dan

kualitasnya,sehingga viabilitas dan vigor benih tetap

baik.

Page 17: makalah teknologi produksi benih

3.4 Pengaruh Kadar Air Terhadap Penurunan Mutu Fisiologis

Benih Kedelai (Glycine max (L) Merill) Varietas Gepak Kuning

Selama Dalam Penyimpanan.

Penelitian dilakukan di sub-laboratorium Balai

Pengawasan Dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Dan

Hortikultura (UPT PSBTPH) di Desa Mangli Kecamatan

Kaliwates Kabupaten Jember provinsi Jawa Timur. Waktu

penelitian dimulai akhir November 2010 – Maret 2011.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Tersarang

(Nested Design) Gabungan yang terdiri dari dua faktor.

Faktor pertama Kadar air dengan 4 taraf kadar air tiap

varietas yaitu (Ka1, Ka2, Ka3 dan Ka4) sebagai sebagai petak

utama (mainplot), dan faktor kedua waktu simpan (P) dengan

sembilan taraf (P0, P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7,dan P8 )

sehingga diperoleh kombinasi perlakuan 1 varietas x 4 kadar

air x 9 waktu simpan yaitu 36 kombinasi perlakuan. Masing-

masing perlakuan diulang 3 kali. Pengamatan yang dilakukan

terdiri dari daya kecambah, laju perkecambahan vigor dan

field emergence.

Pengamatan untuk daya kecambah meliputi: Kecambah

Normal, Kecambah Abnormal dan Benih Mati. Pengamatan daya

kecambah dilakukan pada hari ketujuh, dengan cara

membongkar media pasir dan memilah dari kecambah normal

dengan kecambah abnormal dan benih mati.

Hasil yang diperoleh dari penelitian kedelai dengan

varietas Gepak Kuning selama 120 hari yaitu ada penambahan

dan penyusutan kadar air benih varietas Gepak kuning dari 4

Page 18: makalah teknologi produksi benih

taraf kadar air (Ka). Di dalam ruang penyimpangan suhu yang

ada adalah sekitar 29o-30oC. Hal ini juga karena perlakuan

penyimpanan benih dengan menggunakan plastik yang kedap

udara dan dilakukan pelapisan dengan plastik pembungkus

yang kedap udara pula sehingga tidak terjadi pertukaran

udara pada kemasan.

Daya Kecambah

Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan

pada berbagai kadar air dan lama simpan terhadap daya

berkecambahnya sangat beda nyata dan terdapat interaksi

yang sangat nyata antara kadar air dengan lama simpan

terhadap daya kecambah benih kedelai. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui adanya penurunan rata-rata

persentase kecambah normal pada semua kadar air selama

periode simpan. Penurunan rata-rata persentase kecambah

normal benih kedelai selama penyimpanan terjadi karena

dimungkinkan benih yang disimpan telah mengalami

kemunduran (deteriorasi). Benih kedelai yang paling cepat

mengalami kemunduran rata-rata persentase kecambah normal

adalah benih dengan kadar air yang tinggi yaitu pada kadar

air 13% (Ka3) dan kadar air 14% (Ka4) dimulai tingkat

kemunduran pada lama simpan P0 – P8. Taraf kadar air 13%

tingkat kemunduran benih dimulai periode simpan 15 hari

(P1) setelah penyimpanan, sedangkan kadar air 14% tingkat

kemunduran benih dimulai periode simpan 0 hari (P0). Dari

tabel persentase kemunduran daya berkecambah periode

simpan P0-P8 (0 – 120 hari) tingkat persentase kemunduran

Page 19: makalah teknologi produksi benih

benih pada kadar air 13% (Ka3) dan kadar air 14% (Ka4)

sebesar 39,5% dan 59,5%. Sedangkan pada taraf kadar air 11%

(Ka1) puncak tingkat kemunduran pada persentase kecambah

normal dimulai dari periode lama simpan 75 hari (P5) sampai

120 hari (P8) dengan nilai rata-ratanya sebesar 78,66%

menurun hingga 65% dan pada tabel persentase kemunduran

benih yang berkecambah dari P0-P8 tingkat kemundurabn benih

sebesar 14,5%, dan pada kadar 12% (Ka2) benih mengalami

kemunduran pada lama simpan 15 hari (P1) sampai 120 hari

(P8) dengan nilai rata-rata persentase kecambah sebesar

82,16% sampai menurun hingga 62,33%, pada kadar air 12%

tingkat kemunduran benih dari lama simpan P0-P8 sebesar

15,67. Ini menandakan bahwa terjadi interaksi antara kadar

air dan lama simpan, apabila benih kedelai kadar air tinggi

disimpan dalam kurun waktu yang lama, akan mempengaruhi

nilai tingkat kemunduran rata-rata daya kecambah.

Laju Perkecambahan

Hasil pengamatan pada rata-rata hari percepatan laju

perkecambahan dengan menggunakan metode UKDdp ( Uji Kertas

Digulung Didirikan dalam Plastik) pada benih kedelai

disajikan pada tabel 3. Dari tabel diketahui rata-rata hari

percepatan laju perkecambahan benih kedelai dari benih awal

tabur pada kadar air 11% sampai pada perlakuan penyimpanan

ke 120 hari (P8) rata-rata hari percepatan laju

perkecambahan yang diperoleh sebesar 1,14 hari dan pada

benih dengan kadar air 12% sampai disimpan selama 120 hari

sebesar 1,36 hari . Sedangkan pada kadar air 13% dan kadar

Page 20: makalah teknologi produksi benih

air 14% berturut-turut sebesar 2,15 hari dan 2.74 hari.

Dilihat dari hasil rata-rata percepatan laju perkecambahan

tiap-tiap taraf kadar air 11%, 12%, 13 % dan 14%, pada

percepatan laju perkecembahan taraf kadar air 11% mampu

memiliki percepatan perlakuan penyimpanan benih kedelai

selama 120 hari (P8) kurang dari 2 hari, kemudian pada taraf

kadar air 12% mampu memiliki percepatan laju perkecambahan

kurang dari 2 hari meskipun terlihat kemunduran lama

perkecambahan, sedangkan pada taraf 13% dan 14% memiliki

percepatan laju perkecambahan lebih dari 2 hari. Ini

menandakan terdapat interaksi sangat nyata antara lama

simpan (P) dan kadar air (Ka). Apabila benih kedelai

disimpan dengan kadar air yang tinggi dengan kurun waktu

simpan yang lama akan mempengaruhi nilai kemunduran rata-

rata hari percepatan laju perkecambahan.

Vigor Benih

Hasil pengamatan pada rata-rata persentase kecambah

normal yang vigor pada benih kedelai disajikan pada tabel 5.

Dari tabel diketahui persentase vigor benih kedelai dari

kecambah yang normal pada kadar air 11% sampai pada

penyimpanan ke 120 hari (P8) persentase vigor sebesar

41,58% dan pada benih dengan kadar air 12% setelah disimpan

selama 120 hari persentase vigor benih sebesar 30,75%.

Sedangkan pada kadar air 13% dan kadar air 14% berturut-

turut sebesar 25,50% dan 16,33 %. Dilihat dari persentase

vigor di atas 40% dari kecambah yang normal benih dengan

kadar air 11% mampu sampai pada penyimpanan ke 120 hari

Page 21: makalah teknologi produksi benih

(P8), pada kadar air 12% mampu sampai pada penyimpanan ke 90

hari (P6) dan kadar air 13% dan 14% mampu sampai pada

penyimpanan ke 75 hari (P5). Pada peubah vigor benih

terdapat interaksi yang sangat nyata antara lama simpan

dengan kadar air. Apabila benih kedelai disimpan dengan

kadar air yang tinggi dengan kurun waktu simpan yang lama

akan mempengaruhi terhadap jumlah kecambah normal yang

vigor.

Field Emergence

Pengamatan percepatan kemunculan benih pada

permukaan media tanam dilakukan pada hari ke 4 setelah benih

ditanam. Pada tabel 5 diketahui bahwa benih kedelai dengan

kadar air 11% dapat mempertahankan persentase kemunculan

kecambah diatas 50% sampai pada penyimpanan ke 60 hari (P4)

yaitu sekitar 70,33%. Pada benih kedelai yang disimpan

dengan kadar air 12% juga dapat mempertahankan persentase

kemunculan kecambah diatas 50% sampai pada penyimpanan ke

60 hari (P4), akan tetapi nilai persentase benih kedelai

yang disimpan dengan kadar air 11% jauh lebih besar dari

kadar air 12 % yaitu 77,16% dan di ikuti kadar air 13% dan 14%

sebesar 76,5 % dan 77,66% . Sedangkan pada nilai persentase

benih kedelai yang disimpan di atas perlakuan penyimpanan

di atas 60 hari kemunculan kecambah pada permukaan media

tanam sampai perlakuan penyimpaan 120 hari (P8) terdapat

kemunduran munculnya benih di atas permukaan pada taraf

kadar air 11% sebesar 14,83 % , pada kadar air 12 % sebesar

10,48% dan pada kadar air 13% dan 14% memiliki nilai

Page 22: makalah teknologi produksi benih

persentase sebesar 11,16 % dan 9,33%. Ini membuktikan

adanya interaksi sangat nyata antara kadar air dan lama

simpan. Apabila benih kedelai disimpan dengan kadar air

yang tinggi dengan kurun waktu simpan yang lama akan

mempengaruhi terhadap jumlah munculnya kecambah di atas

permukaan media tanam.

Pembahasan

Hasil penelitian lama simpan dan interaksinya pada

peubah kadar air menunjukkan adanya perubahan kadar air

yang terdapat pada benih. Penurunan maupun kenaikan kadar

air pada benih yang disimpan dikarenakan cara pengemasan

yang menggunakan plastik kedap udara sehingga pada benih

tidak terjadi pertukaran udara. Selain kedap udara,

pengemasan dilakukan dengan mengusahakan tidak ada rongga

pada kemasan. Akan tetapi perubahan kadar air pada benih

kedelai yang disimpan masih berada pada batas toleransi

dari perlakuan. Menurut Kartono (2004) penyimpanan kedap

udara selain menghambat kegiatan biologis benih, juga

berfungsi menekan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu

dan kelembaban, serta mengurangi tersedianya oksigen,

kontaminasi hama, kutu, jamur, bakteri dan kotoran.

Kadar air awal dan bahan kemasan (pembungkus) sangat

berpengaruh dalam mempertahankan kadar air benih selama

penyimpanan. Selain itu faktor yang perlu diperhatikan

dalam penyimpanan kedap udara adalah ukuran kantong plastik

yang digunakan harus sesuai dengan jumlah benih dan lamanya

benih akan disimpan.

Page 23: makalah teknologi produksi benih

Varietas Gepak kuning merupakan varietas kedelai

berbiji kecil. Pada Penelitian ini terdapat adanya

perubahan kadar air dari masing-masing taraf yang terdiri

dar kadar air 11%, 12%, 13%, 14%. Dari tiap – tiap taraf

kadar air terdapat perubahan kadar air dari perlakuan awal

simpan benih sampai dengan penyimpanan akhir benih, akan

tetapi perubahan tiap – tiap taraf kadar air awal tidak jauh

beda dan masih dibatas toleransi yaitu pada kadar air 11%

berkisar antara 10,5% - 11,4%. Untuk kadar air 12 % berkisar

antara 11,6% - 12,2% dan kadar air 13% berkisar antara 12,6%

- 13,2%, untuk kadar air 14% juga tidak jauh beda tingkat

perubahan peningkatan atau penurunan kadar air yaitu

berkisar antara 13,8% - 14,4%. Hasil pengamatan penelitian

ini pada peubah kadar air kemungkinan pengaruhnya

menggunakan jenis kemasan plastik yang kedap udara . Hal

sama juga diungkapkan oleh Suryati (2010) Penyimpanan benih

dengan menggunakan kemasan plastik poliethylen dengan

kadar air awal M1 (8,8 % ) selama 1 bulan penyimpanan belum

mengalami perubahan, sedangkan pada penyimpanan bulan ke-2

sampai dengan bulan ke-8 terjadi peningkatan kadar air

namun peningkatannya tidak berbeda nyata.

Hasil Pengujian daya berkecambah bertujuan untuk

mengetahui kemampuan benih tumbuh normal dalam kondisi yang

optimum. Menurut Soetopo (2004) daya berkecambah benih

memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan

benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar

dalam keadaan kondisi biofisik lapangan yang serba optimum.

Page 24: makalah teknologi produksi benih

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap daya kecambah benih

kedelai varietas Gepak Kuning dengan kadar air awal yang

berbeda yakni dengan kadar air 11%, 12%, 13% dan 14% dengan

periode simpan P0 (0 hari) – P8 (120 hari) diperoleh rata-

rata persentase kecambah normal benih kedelai yang semakin

turun seiring dengan lamanya periode simpan, selain itu

rata-rata persentase kecambah normal benih kedelai yang

semakin turun seiring dengan meningkatnya kadar air. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti

(2004) mengatakan bahwa pada kadar air di atas 11% selama

enam bulan penyimpanan benih kedelai kuning dan kedelai

hitam mengalami penurunan daya berkecambah dan vigor benih

kedelai dan daya tumbuh yang rendah. Benih kedelai yang

mempunyai daya kecambah dan vigor yang sudah menurun

pertumbuhan bibitnya juga rendah, hal ini menyebabkan

tanaman kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Dari hasil penelitian diketahui persentase kecambah

normal (Tabel 2) menunjukan pada kadar air 11% lebih baik

dari pada kadar air 12%, 13% dan 14%. Semakin tinggi kadar

air yang terdapat pada benih dan semakin lama penyimpanan

benih akan mempercepat kemunduran daya kecambah benih

kedelai. Kemunduran daya kecambah benih kedelai dapat

diketahui dari persentase kecambah normal. Benih kedelai

yang paling cepat mengalami kemunduran yaitu benih kedelai

dengan taraf kadar air 14 %. Menurut Tatipata dkk (2002),

perkecambahan benih kedelai akan menurun dari

perkecambahan awal yaitu diatas 90% menjadi 0% tergantung

Page 25: makalah teknologi produksi benih

varietas kedelai dan kadar air selama penyimpanan.

Penurunan daya kecambah benih kedelai disebabkan oleh

meningkatnya kecambah abnormal dan benih yang mati.

Berdasarkan hasil penelitian ini pengaruh yang nyata

terhadap penurunan daya kecambah benih kedelai adalah

meningkatnya kecambah benih kedelai yang abnormal dan benih

yang mati. Peningkatan persentase kecambah yang abnormal

dan persentase benih mati mungkin dikarenakan oleh adanya

kebocoran sel yang berimbas pada hilangnya unsur-unsur

dalam benih yang dirombak untuk menghasilkan energi untuk

mensintesis protein yang mana hasil perombakan tersebut

digunakan untuk menghasilkan sel-sel yang berguna pada saat

berkecambah.

Menurut Pranoto dkk (1990), benih yang mengandung

protein yang tinggi lebih cepat menyerap air. Dengan

cepatnya benih kedelai menyerap air maka cepat pula terjadi

kebocoran-kebocoran pada sel-sel dalam benih kedelai.

Menurut Pitojo (2003), benih kedelai yang keras, berukuran

kecil, atau berkulit hitam lebih tahan disimpan daripada

benih kedelai yang tidak keras, berukuran besar, atau

berwarna kuning. Persentase kecambah abnormal meningkat

seiring dengan lama penyimpanan benih dan tingginya kadar

air benih yang disimpan. Pada kadar air 11% (Ka1) sampai

pada panyimpanan ke 120 hari persentase kacambah abnormal

adalah 22,33%, kadar air 12% (Ka2) sebesar 18% dan pada

kadar air 13% (Ka3) dan 14% (Ka4) sebesar 22,33% dan 25%

(Lampiran, Tabel ). Sedangkan hasil persentase benih mati

Page 26: makalah teknologi produksi benih

yaitu pada penyimpanan ke 120 dengan kadar air 11% (Ka1)

sebesar 47,67%, kadar air 12% (Ka2) sebesar 57%, dan kadar

air 13% (Ka3) dengan kadar air 14% (Ka4) sebesar 101 %.

Hasil penelitian pada laju perkecambahan benih

kedelai gepak kuning bertujuan untuk mengetahui kecepatan

benih untuk berkecambah pada kurun waktu yang telah

ditentukan. Menurut Harjadi,1986 perkecambahan adalah

serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi

sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh. Dari

persentase tabel laju perkecambahan dari 4 taraf kadar air

yaitu 11%, 12%, 13, 14% terlihat perbedaan dari laju

perkecambahan dari lama simpan mulai 0 hari (P0) sampai 120

hari (P8). Berdasarkan hasil pengamatan kecepatan

berkecambah benih kedelai gepak kuning semakin melambat

perkecambahan benih seiring lamanya periode simpan. Dari

data penelitian pada Tabel 3 diketahui bahwa persentase

laju perkecambahan pada kadar air 11% lebih baik dari pada

kadar air 12%; 13% dan 14%. Semakin tinggi kadar air yang

terdapat pada benih dan semakin lama penyimpanan benih akan

memperlambat kecepatan berkecambah benih kedelai. Pada

kadar air 11 % (Ka1) mampu berkecambah dengan rata-rata hari

dari periode simpan 0 hari (P0) sampai 120 hari (P8) kurang

dari 2 hari dengan hasil lama pekecambahan 1,25 hari, pada

laju perkecambahan benih kedelai kadar air 12% (Ka2) mampu

cepat berkecambah kurang dari 2 hari sebesar 1,40 hari,

sedangkan benih dengan kadar air 13 % (Ka3) dan benih kadar

air 14% (Ka4) dilihat dari tabel 3 hasil rata-rata hari

Page 27: makalah teknologi produksi benih

mampu cepat berkecambah selama periode simpan 120 hari (P8)

lebih dari 2 hari dengan rata-rata hari sebesar 2,15 dan

2,74 hari. Pada pengujian laju perkecambahan kedelai gepak

kuning menggunakan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung

Didirikan dalam Plastik), menurut Soetopo (2004) dengan

menggunakan lapisan plastik bertujuan agar mencegah

tembusnya substrat kertas oleh akar. Menurut Baskin (1973)

dalam proses perkecambahan ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor, baik dari dalam benih itu sendiri maupun dari luar

benih. Faktor dari benih meliputi, tingkat kemasakan benih,

ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan.

Sedangkan faktor dari luar meliputi, kelembaban udara,

temperatur, oksigen, cahaya matahari yang tersedia dan

medium perkecambahan.

Hasil Penelitian yang diperoleh dari pengujian vigor

benih kedelai gepak kuning dengan perlakuan lama

penyimpanan dan kadar air terhadap vigor benih sangat

berbeda nyata. Selain itu terdapat interaksi yang sangat

nyata antara kadar air dengan lama penyimpanan terhadap

vigor benih. Penelitan tentang vigor benih dilakukan dengan

melihat rata-rata keseragaman perkecambahan benih dan

pertumbuhan kecambah dari total kecambah normal. Hasil

penelitian pada rata-rata persentase vigor benih kedelai

ditunjukan pada Tabel 5. Dari tabel diketahui persentase

vigor benih kedelai dari kecambah yang normal pada kadar air

11% (Ka 1) sampai pada penyimpanan ke 120 hari (P8)

persentase vigor sebesar 41,58% dan pada benih dengan kadar

Page 28: makalah teknologi produksi benih

air 12% setelah disimpan selama 120 hari persentase vigor

benih sebesar 30,75%, sedangkan pada kadar air 13% dan kadar

air 14% sebesar 25.50% dan 16,33%. Dilihat dari persentase

vigor diatas 40% dari kecambah yang normal benih dengan

kadar air 11% mampu sampai pada penyimpanan ke 120 hari

(P8), kadar air 12% sampai pada penyimpanan ke 90 hari (P6)

dan pada kadar air 13% dan 14% pada penyimpanan ke 75 hari

(P5). Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh

beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis,

morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia (Sutopo,

2004). Menurut Copeland dan McDonald (1995), proses penuaan

atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan

penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah

abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan “field

emergence” terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan

tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang

ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman.

Field emergence adalah munculnya kecambah di lapangan

(Copeland dan McDonald, 1995). Pada kenyataannya kondisi

penanaman di lapang lebih sering tidak se-optimum kondisi

di laboratorium, sehingga lot benih yang mempunyai

persentase daya berkecambah tinggi dapat memiliki nilai

pemunculan kecambah (field emergency) yang rendah di lapang

(Taliroso, 2008). Hasil analisis sidik ragam menunjukan

bahwa perlakuan lama penyimpanan benih kedelai pada kadar

air berbeda tarhadap kemunculan kecambah di permukaan media

tanam sangat berbeda nyata akan tetapi antara kadar air

Page 29: makalah teknologi produksi benih

dengan lama simpan tidak ada interaksi yang nyata (Tabel 5).

Berdasarkan data rata-rata pemunculan kecambah terhadap

lama simpan, semakin lama benih disimpan mengakibatkan

penurunan persentase kecambah yang muncul. Penyimpanan

benih selama 2 bulan atau 45 hari (P3) rata-rata pemunculan

kecambah pada ka 11% adalah 78,33%, kadar air 12 % sebesar

84%, kadar air 13 % sebesar 84,5 % dan kadar air 14 % sebesar

83,5%. Setelah penyimpanan benih selama 4 bulan (P8) benih

yang digunakan mengalami kemunduran (detiorasi) dan

pemunculan kecambah turun 60 % yaitu pada kadar air 11%

(Ka1) menjadi 14,83%, kadar air 12 % (Ka2) menjadi 10,83%,

kadar air 13% (Ka 3) menjadi 11,16%, dan kadar air 14 % (Ka4)

menjadi 9,33%. Menurut Baskin (1973 ) , benih yang telah

mengalami deteriorasi setelah terjadinya imbibisi

mempunyai laju respirasi yang lebih rendah dibanding benih

yang belum mengalami deteriorasi. Laju respirasi benih yang

rendah maka kemunculan kecambah dilapang akan semakin

menurun.

Page 30: makalah teknologi produksi benih

3.5 Kajian Suhu Dan Kadar Air Terhadap Kualitas Benih

Kedelai Selama Penyimpanan.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji

kedelai varietas Wilis, Burangrang, dan Baluran yang

berasal dari Kabupaten Kabupaten Semarang, kantong plastic

dengan ketebalan 0,8 mm, kapas, dan air. Adapun alat yang

digunakan adalah moistertester , oven (pengukuran kadar air),

spray, penjebit, cawan petri, dan bak perkecambahan.

Kondisi Benih Awal Penyimpanan

Sebelum dilakukan penyimpanan terhdap benih kedelai

dilakukan pengujian benih awal meliputi kadar air, daya

tumbuh benih, suhu dan kelembaban ruang simpan.

Kadar air benih diatas 13% dapat meningkatkan laju

kemunduran mutu benih selama penyimpanan. Laju kemunduran

mutu benih dapat diperlambat, dengan cara kadar air benih

harus dikurangi sampai kadar air benih optimum. Kadar air

benih optimal, yaitu kadar air tertentu dimana benih

tersebut disimpan lama tanpa mengalami penurunan mutu

benih. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian

besar benih adalah antara 6-11%. Dari tabel 1 terlihat bahwa

kadar air awal benih adalah 10% diharapkan benih tidak

mengalami kemunduran mutu selama empat bulan penyimpanan.

Pada kondisi awal sebelum penyimpanan tiga varietas

kedelai mempunyai daya tumbuh yang tinggi diatas 95%.

Secara statistic daya tumbuh tiga varietas benih kedelai

sebelum penyimpanan adalah tidak berbeda nyata. Benih

Page 31: makalah teknologi produksi benih

kemudian disimpan selama empat bulan, dan setiap bulan

dilakukan pengamatan dan pengujian kualitas benih meliputi

susut bobot, kadar air, daya tumbuh, serta keadaan fisik

benih.

Benih kedelai yang disimpan dengan perlakuan tehnik

pengemasan dan suhu ruang penyimpanan mengalami perubahan

kadar air selama 4 (empat) bulan penyimpanan

Dari gambar 1. Terlihat bahwa terjadi kenaikan kadar air

setelah benih disimpan selama 4 (empat) bulan, hal ini

terjadi karena terjadinya karena sifat biji kedelai yang

hidroskopis, mudah menyerap uap air dari udara sekitar.

Biji kedelai menyerap atau mengeluarkan zat air sampai

kandungan airnya seimbang dengan udara sekitar. Jika

dianalisa secara statistic dengan uji Duncan taraf

kepercayaan 95%, perlakuan tehnik pengemasan dan suhu ruang

penyimpanan tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap perubahan kadar air selama 4 (empat) bulan

penyimpanan. Untuk mengetahui keeratan hubungan atau

interaksi antara susut berat dengan kadar air benih kedelai

perlakuan tehnik pengemasan dan suhu ruang penyimpanan

selama 4 (empat) bulan dilakukan analisa statistic dengan

uji korelasi taraf kepercayaan 95% yang hasilnya tersaji

dalam tabel .

Dari tabel 2. Terlihat tingkat keeratan hubungan atau

interaksi antara susut berat dengan kadar air benih kedelai

selama penyimpanan tidak begitu besar masih dibawah 20%.

Page 32: makalah teknologi produksi benih

Susut Berat

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi fisik benih

kedelai sampai bulan ketiga penyimpanan masih bagus, tidak

ditemukan adanya hama bubuk, hama bubuk mulai muncul pada

penyimpanan bulan keempat pada perlakuan penyimpanan pada

suhu kamar dengan tehnik pengemasan benih tanpa vakum. Hal

ini terjadi karena pada tehnik penyimpanan tanpa kedap

udara masih dimungkinkan adanya pertukaran udara dari dalam

tempat penyimpanan benih dengan lingkungan sekitar

sehingga memungkinkan hama bubuk untuk masuk dan berkembang

biak. Tetapi populasi benih yang terkena hama bubuk

relative sangat sedikit hanya sekitar 1%. Terjadi perubahan

berat benih dari berat awal sampai benih mengalami proses

penyimpanan dengan perlakuan tehnik pengemasan dan suhu

ruang penyimpanan selama empat bulan.

Perubahan berat benih setelah mengalami penyimpanan

selama tiga bulan,p erubahan berat ini berkaitan dengan

perubahan kadar air selama penyimpanan. Dimana selama

penyimpanan benih kedelai berusaha menyeimbangkan

kandungan airnya dengan udara sekitar, mengingat sifat biji

kedelai yang hidroskopis mudah untuk menyerap atau

mengeluarkan air dari atau ke udara sekitar. Tetapi jika

diuji secara statistic dengan uji regresi taraf kepercayaan

95%, perubahan berat ini tidak signifikan dan dengan uji

Duncan taraf kepercayaan 95% tidak terlihat adanya beda

nyata susut berat antara perlakuan penyimpanan selama empat

bulan.

Page 33: makalah teknologi produksi benih
Page 34: makalah teknologi produksi benih

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Jurnal 1

1.Benih kedelai yang mengalami kemunduran dapat

dicerminkan oleh menurunnya kadar fosfolipid, protein

membran, fosfor anorganik mitokondria, aktivitas spesifik

suksinat dehidrogenase dan sitokrom oksidase serta laju

respirasi 2.Benih kedelai yang disimpan dengan kadar air 8%

dan 10% di dalam kantong plastik polietilen dan kantong

aluminium foil dapat mempertahankan mutu yang tetap tinggi

selama penyimpanan 6 bulan.

Jurnal 2

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat interaksi antara warna kulit benih kedelai dan

suhu ruang simpan.

2. Benih kedelai hitam yang disimpan dalam kantong plastik

dan kaleng pada suhu rendah dan tinggi selama enam bulam,

mampu mempertahankan daya tumbuh (>90%) dan vigor serta

pertumbuhan bibit yang tinggi.

3. Benih kedelai kuning yang disimpan pada suhu rendah

dapat mempertahankan daya tumbuh (80%), vigor dan

pertumbuhan bibit yang tinggi. Penyimpanan pada suhu tinggi

menyebabkan penurunan kualitas benih dipercepat mulai dua

bulan disimpan (41,0%).

Page 35: makalah teknologi produksi benih

4. Penyimpanan benih kedelai hitam dan kuning pada suhu

rendah mampu mempertahankan kualitas benih tetap tinggi

selama enam bulan disimpan.

Jurnal 3

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa tempat

penyimpanan benih kedelai dengan kaleng tertutup dapat

mempertahankan viabilitas dan vigor benih tetap tinggi.

Jurnal 4Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan :

1. Benih kedelai varietas Gepak Kuning dengan kadar air 11%

mulai terjadi kemunduran benih setelah periode simpan 75

hari (P5), sedangkan kadar air 14% mulai terjadi kemunduran

benih setelah benih mulai disimpan selama 15 hari (P1).

2. Benih kedelai dengan kadar air yang tinggi lebih cepat

mengalami kemunduran dan tidak dapat disimpan dengan masa

simpan yang lama.

Jurnal 5Susut berat dan kadar air benih kedelai selama tiga bulan

dengan perlakuan tehnik pengemasan dan suhu ruangan

penyimpanan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap daya

berkecambah benih semua varietas.

• Penyimpanan benih kedelai selama tiga bulan dengan

perlakuan tehnik pengemasan plastic kedap udara memberikan

rata-rata daya berkecambah lebih baik dari pada tanpa vakum

meskipun secara statistic dengan uji Duncan α=95% tidak

berbeda nyata untuk semua varietas.

• Selama tiga bulan penyimpanan factor suhu ruangan belum

berpengaruh terhadap daya berkecambah semua perlakuan.

4.2 Saran

Page 36: makalah teknologi produksi benih

Selain pengaruh suhu, kadar air, kelembapan, dan kemasan,

dalam penyimpanan benih kedelai sebaiknya perlu

memperhatikan faktor yang lain pula seperti sifat genetik,

kondisi kulit benih, dan komposisi gas yang belum banyak

diteliti sebelumnya.

Page 37: makalah teknologi produksi benih

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, R. L. 1980. Seed Technology . Oxford and IBH

Publishing Co., New Delhi –Bombay – Calcuta.

Byrd, H.W.1983.” Pedoman Teknologi Benih ”.diterjemahkan oleh

Emid Hamidin.PTPEmbimbing Masa. Jakarta.

Chai, J., R Ma, L. Li, Y. Du. 2002. Optimum Moisture Contents of

Seed Agricultural

Copeland. L.O. and M.B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed

Science and Technology. Burgess Publishing Company, New York.

Delouche, J. C. And E. D. Rodda. 1976. Seed Quality Storage of

Soybeans . in R. M.

Goodman (ed.) Expanding the Use of Soybean . Proc. Conf. For Asia

and Oceania.University of Illinois, Urbana

Harwono,D.,Fathan Mujahir,M.Muchlis dan Soleh

Solahudin.19992.” Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadapa Hasil

dan Mutu Kedelai” . Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman

Pengan diBialiitan Malang.61-67.

Isbagio, P. 1979. Evaluasi dan Interpretasi dalam Pengujian Benih

Menuju Standarisasi Benih. Lembaga Penyuluhan Pertanian, Bogor

Kartono. 2004. Teknik penyimpanan benih kedelai varietas wilis pada

kadar air dan suhu penyimpanan yang berbeda. Buletin Teknik

Pertanian 9: 79-82.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan

Penyimpanan Benih. Kanisius, Yogyakarta.

Page 38: makalah teknologi produksi benih

Tatipata, Aurellia. 2008. Pengaruh kadar air awal, kemasan, dan

lama simpan terhadap protein membrane dalam mitokondria benih

kedelai. Buletin Agronomi 36: 8-16

Viera. R.D. ; D.M. Tekrony ; D.B. Egli and M. Rucker. 2001.

Electrical conductivity of Soybean seeds sfter storage in several

environments. Seed Science and Technology., 29. 599-608.

Soeprapto, H. 1985. Bertanam Kedelai . PT. Penebar Swadaya,

Jakarta.