1 Teknik Pengolahan Tulang Sapi Sebagai Produk Kerajian Oleh: Dwi Yunanto I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan adalah salah satu bidang pertanian yang menghasilkan komoditas daging, susu, telur dan hasil-hasil olahannya serta hasil sisa produksi. Daging sebagai salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani, energi, air, mineral dan vitamin. Disamping itu, daging memiliki rasa dan aroma yang enak, sehingga disukai oleh hampir semua orang. Daging yang umum dikonsumsi berasal dari hasil pemotongan berbagai jenis ternak potong, antara lain ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau, ternak ruminansia kecil seperti domba, kambing, babi, dan kelinci serta berbagai jenis ternak unggas seperti ayam, itik, kalkun, dan lain-lain. Konsumsi daging sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 1998 sebesar 3.672.952 kg, tahun 1999 sebesar 3.458.792 kg turun 6,19% dari konsumsi tahun 1998. Konsumsi tahun 2000 sebesar 4.427.995 kg atau naik 27,89% dari konsumsi tahun 1999, tahun 2001 sebesar 4.417.825 kg atau turun 0,23% dari tahun 2000. Secara rata-rata konsumsi daging sapi di DIY naik 7,16% per tahun (BPS DIY, 2001). Konsumsi kebutuhan daging sapi menyebabkan peningkatan permintaan daging sapi, hal tersebut menyebabkan meningkatnya jumlah sapi yang dipotong. 60(enam puluh) ekor sapi yang dipotong perhari di RPH atau rumah pemotongan hewan di Yogyakarta. Data tersebut belum termasuk yang berada di RPH resmi giwangan dan jetis serta rumah pemotongan hewan yang milik pribadi (Dinas Peternakan, 2011). Melihat sapi yang dipotong perhari maka betapa banyak tulang sapi yang dihasilkan dari beberapa RPH dijadikan satu menjadi rata-rata perbulan sangat besar tulang yang terbuang. Bagian tulang yang masih dapat jual antara lain bagian rusuk, iga, sekengkel, tulang ekor, ujung kaki depan dan belakang. Menurut data yang diperoleh sisa tulang sapi yang dihasilkan 20% dari karkas sapi begitu besar jumlah tulang yang dihasilkan (Natasasmita.1998). Hasil dari peternakan sapi bukan hanya menghasilkan daging semata tetapi hasil turunnya seperti 1)
17
Embed
Makalah Teknologi Pembuatan Produk Tulang Sapi (1)
Bermacam teknik pengolahan tulang untuk kerajinan.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Teknik Pengolahan Tulang Sapi Sebagai Produk Kerajian
Oleh: Dwi Yunanto
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peternakan adalah salah satu bidang pertanian yang menghasilkan komoditas
daging, susu, telur dan hasil-hasil olahannya serta hasil sisa produksi. Daging sebagai
salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap
dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani, energi, air, mineral dan vitamin.
Disamping itu, daging memiliki rasa dan aroma yang enak, sehingga disukai oleh hampir
semua orang. Daging yang umum dikonsumsi berasal dari hasil pemotongan berbagai
jenis ternak potong, antara lain ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau, ternak
ruminansia kecil seperti domba, kambing, babi, dan kelinci serta berbagai jenis ternak
unggas seperti ayam, itik, kalkun, dan lain-lain.
Konsumsi daging sapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 1998 sebesar
3.672.952 kg, tahun 1999 sebesar 3.458.792 kg turun 6,19% dari konsumsi tahun 1998.
Konsumsi tahun 2000 sebesar 4.427.995 kg atau naik 27,89% dari konsumsi tahun 1999,
tahun 2001 sebesar 4.417.825 kg atau turun 0,23% dari tahun 2000. Secara rata-rata
konsumsi daging sapi di DIY naik 7,16% per tahun (BPS DIY, 2001). Konsumsi
kebutuhan daging sapi menyebabkan peningkatan permintaan daging sapi, hal tersebut
menyebabkan meningkatnya jumlah sapi yang dipotong. 60(enam puluh) ekor sapi yang
dipotong perhari di RPH atau rumah pemotongan hewan di Yogyakarta. Data tersebut
belum termasuk yang berada di RPH resmi giwangan dan jetis serta rumah pemotongan
hewan yang milik pribadi (Dinas Peternakan, 2011). Melihat sapi yang dipotong perhari
maka betapa banyak tulang sapi yang dihasilkan dari beberapa RPH dijadikan satu
menjadi rata-rata perbulan sangat besar tulang yang terbuang. Bagian tulang yang masih
dapat jual antara lain bagian rusuk, iga, sekengkel, tulang ekor, ujung kaki depan dan
belakang. Menurut data yang diperoleh sisa tulang sapi yang dihasilkan 20% dari karkas
sapi begitu besar jumlah tulang yang dihasilkan (Natasasmita.1998). Hasil dari
peternakan sapi bukan hanya menghasilkan daging semata tetapi hasil turunnya seperti 1)
2
Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket 2) Tulang, dapat diolah
menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan 3) Tanduk,
digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak
manfaat sapi bagi kepentingan manusia. Hasil dari peternakan sapi ternyata dapat
menghasilkan suatu alur industri dari industri hulu sampai industri hilir, dengan demikian
sangat potensial dan prospektif hasil yang diperoleh dari pemanfaatan sapi sebagai
komoditas industri.
Memang cukup besar nilai yang terdapat pada tulang sapi, pedagang menjual
dalam keadaan masih mentah. Tulang betis sapi yang terbuang akan menimbulkan
masalah ditempat pembuangan sampah setiap harinya. Banyaknya tulang betis yang
terbuang maka timbul keinginan untuk dapat memanfaatkan tulang betis sapi sebagai
salah satu komoditas dari kerajinan tulang. Pemanfaatan tulang sapi masih sebatas untuk
pembuatan gelatin, lem, bungkus kapsul dan bubuk campuran makanan ternak belum
semuanya tercover oleh industri hilir yang memanfaatkan tulang untuk keperluan industri
yang lain. Tulang betis yang tidak dapat dipergunakan sebagai komoditas lain, akan
dikerjakan oleh para pekerja seni untuk dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan
elemen aksesoris.
Pemanfaatkan sisa limbah tulang betis sapi yang tidak terpakai maka dalam hal
ini peneliti akan mencoba untuk dapat memanfaatan/mengolah tulang sapi sebagai
salah satu komoditas yang dapat menghasilkan nilai tambah masih terbuka lebar.
Beberapa daerah yang sudah memanfaatkan tulang sapi sebagai komoditas kerajinan
adalah di daerah Tapaksiring di Bali memanfaatkan tulang sebagai komoditas yang
kerajian yang dapat menopang komoditas ekspor di luar negeri. Ukir tulang yang
dikerjakan oleh para pengrajin dapat menghasilkan barang kerajinan yang mempunyai
nilai seni dan nilai jual tinggi. Walapun ekspor tulang dari pulau bali belum maksimal
dibanding kerajinan peraknya, tetapi prospek kerajinan tulang sangat memberikan
peluang untuk bagi pengrajin. Melihat potensi yang ada pada tulang sapi, peneliti
berkeinginan untuk dapat meneliti tentang betis tulang sapi dapat dipergunakan sebagai
komoditas kerajinan. Produk dari tulang sapi dapat memberikan dampak diversifikasi
produk kerajinan akan dihasilkan produk kerajinan yang mempunyai nilai jual tinggi.
Hasil pemanfaatan tulang sapi dapat digunakan sebagai bahan untuk isian aksesoris
3
produk fungsional seperti kaca frame, isian kotak dan aksesoris barang fungsional yang
lain. Peluang pasar masih terbuka lebar oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat bahwa tulang sapi dapat dimanfaatkan sebagai
karya kerajinan mempunyai nilai jual tinggi. Dengan memanfaatkan tulang sapi sebagai
salah satu produk kerajinan berarti akan membantu masyarakat membuka usaha baru dan
lapangan kerja dengan mengolah tulang sapi dan hasil kerajinan yang lain.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah : bagaimana proses pengolahan dari tulang sapi
sebagai bahan komoditas, bagaimana proses pembuatan komoditas kerajinan berbahan
tulang sapi, bagaimana hasil uji kadar air dan hasi uji daya rekat tulang sapi.
Adapun tujuan dari dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknologi dan
pemanfaatan tulang sapi bertujuan untuk mengetahui proses pengolahan tulang sapi
sebagai bahan komoditas, mengetahui proses pembuatan komoditas kerajinan berbahan
tulang sapi, mengetahui hasil uji kadar air dan hasil uji daya rekat tulang sapi.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai secara pribadi, diharapkan dapat
memberikan teknologi tepat guna serta mengembangkan kreatifitas tulang sapi sebagai
komoditas produk alternative, secara keilmuan, penelitian eksperimen ini diharapkan
bermanfaat bagi studio kulit dalam pengembangan produk, secara sosial, hasil penelitian
eksperimen dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pelaku pemanfaatan tulang
sapi, sebagai referensi pelengkap untuk pembelajaran seni maupun unit produksi di studio
kulit, dan bagi P4TK Seni dan Budaya adalah sebagai sumbangsih pemikiran tentang
pemanfaatan tulang sapi untuk memperkaya ide dan kreatifitas yang dapat menambah
apresiasi seni.
B. Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Merry Nursanti (2008) dengan judul Karakteristik
fisik dan mekanik tulang sapi jantan dengan variasi umur sebagai referensi desain
material implant dengan hasil Karakteristik mekanik yang penting untuk tulang adalah
kekuatan tarik, modulus elastisitas, dan ketangguhan. Sifat-sifat ini dapat diketahui
dengan melakukan pengujian tarik. Pengujian tarik ini dilakukan dengan
menggunakan mesin uji tarik (comten testing machine) dengan standar ASTM E-8.
Berhubung karakteristik tulang kelompok vertebrata hampir sama maka pengujian
4
tulang diwakili dengan tulang sapi dengan alasan lebih mudah dijumpai. Pengujian ini
dilakukan terhadap tulang tungkai belakang sapi dengan variasi umur. Dari hasil
penelitian didapatkan nilai sifat mekanik pada pengujian tarik, harga kekuatan tarik
rata-rata untuk sampel dengan mengabaikan umur hidup adalah 159 MPa, harga
regangan rata-rata 0.11 mm/mm, harga modulus elastisitas rata-rata 1.5 GPa dan harga
ketangguhan rata-rata adalah 8.9 Joule.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Wira Indrayani (2011) dengan judul Pengaruh berat
hidup terhadap kuat tarik tulang sebagai referensi desain dengan judul Tulang yang
digunakan adalah tulang tungkai belakang (metatarsus) sapi dari jenis sapi induk lokal
pesisir yang diinseminasi dengan sapi mental dengan rentang berat hidup 200 kg
sampai 500 kg. Karakteristik mekanik dilakukan dengan pengujian tarik menggunakan
mesin uji tarik (comten testing machine) dengan standar benda uji ASTM E-8
sedangkan karakteristik fisik diperiksa dengan mikroskop optik dengan perbesaran 200
kali. Pada pengujian ini didapatkan bahwa pengaruh berat hidup terhadap sifat
mekaniknya meningkat terhadap berat hidup yang meningkat. Kekuatan tarik ratarata
dengan nilai tertinggi didapatkan pada berat tertinggi (500 kg), yaitu 177,26 MPa.
Pada berat yang sama regangan tarik rata-rata bernilai 0,11 MPa, modulus elastisitas
rata-rata 1,61 GPa dan ketangguhan rata-rata 9,89 Mj/m3. Peningkatan kekuatan tarik
terhadap berat hidup ini dapat dijelaskan dengan struktur fisik yang diperoleh dari
pengamatan struktur mikro dan pengukuran massa jenis tulang.
II. KAJIAN TEORI
1. Tulang Sapi
Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh
dan berkembang sejak masa embrional. Sistim pertulangan merupakan salah satu hasil
perkembangan dari sel-sel mesoderm. Pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan
oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut
membentuk suatu susunan atau kelompok tulang yang disebut dengan kerangka.
Tulang-tulang kerangka disebut juga skeleton (Yunani = kering) dalam melaksanakan
fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan (cartilago) dan ligamenta (pita pengikat).
Kerangka pada ternak termasuk dalam endoskeleton. Usaha sapi potong bertujuan
5
menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga potongan daging yang
bisa dikonsumsi menjadi tinggi.
Menurut (Soeparno.1994) tulang pada dasarnya adalah sebuah jaringan
penghubung seperti kartilago yang terdiri atas sel-sel yang bertempat di lakuna dan
serat-serat kolagen. Dalam tulang biasanya hanya satu sel terdapat dalam tiap lakuna
dan berhubungan dengan yang lainnya, melalui serangkaian tulang yang melintasi
sebuah matriks yang banyak terdapat pada serat kolagen/zat albuminoid dan juga
diresapi garam-garam kalsium yang paling berlimpah. Matriks dan serat-serat kolagen
tersusun atas pelat-pelat pada jaringan ossein. Tetapi menurut (Wibowo, 2005) tulang
adalah jaringan keras dalam tubuh yang terdiri dari dua tipe jaringan yaitu jaringan
kompak dan bunga karang mengandung kolagen dalam jumlah yang hampir sama.
Warna tulang segar adalah putih kekuningan dan bila direbus akan menjadi putih
bersih. Tulang terdiri dari bahan organik dan anorganik sebagian besar bahan
anorganik, seperti : kalsium fosfat dan kalsium karbonat. Sedangkan sisanya adalah
ion-ion seperti Mg,K,F,CI. Bahan-bahan anorganik dalam tulang berfungsi untuk
memberikan kekerasan pada struktur tulang. Menurut (Soeparno.1998) karkas adalah
bagian tubuh ternak hasil pemotongan setelah dihilangkan kepala, kaki bagian bawah
(carpus sampai tarsus), kulit, darah, organ dalam (jantung, hati paru-paru, limpa, saluran
pencernaan dan isi, saluran reproduksi). Sapi potong terdiri atas non karkas termasuk kulit