BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar belakangSebagai salah satu alat
kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh manusia, kemasan menjadi yang
tidak terpisahkan. Selain untuk keperluan membungkus, kemasan juga
dipergunakan untuk keperluan pengawetan dan lain sebagainya. Karena
banyaknya penggunaan kemasan terutama plastik, mengakibatkan sampah
plastik menjadi melonjak dan mengakibatkan pencemaran lingkungan
yang sering kali menyebabkan bencana alam seperti banjir.Untuk
menangani hal tersebut, para peneliti mulai melakukan terobosan
baru mulai dari pembuatan kemasan plastik ramah lingkungan, yaitu
plastik yang dapat terurai dengan cepat disbanding dengan jenis
plastik sebelumnya. Dan dalam beberapa tahun ini mulai lagi
dikembangkan produk kemasan yang dapat dimakan, yang disebut edible
film. Dimana produk ini akan dijelaskan secara singkat dalam
makalah ini.1.2. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan
pengemasan/kemasan? Kapan manusia mulai menggunakan kemasan?
Bagaimana perkembangan teknologi pengemasan dari masa ke masa?1.3.
Tujuan Mengetahui pengertian dari pengemasan/kemasan Mengetahui
sejarah penggunaan kemasan oleh manusia Mengetahui perkembangan
teknologi pengemasan dari masa ke masa
BAB IIPEMBAHASAN2.1.Sejarah PengemasanPengemasan telah ada sejak
4000 SM, dimulai dengan kemasan alami yang berasal dari bahan-bahan
yang terdapat di alam seperti tanah liat, tulang, kulit binatang,
buluh bambu, pelepah dan daun-daunan. Pada awalnya pengemasan
dilakukan untuk mengatasi aspek penanganan pangan. Pada zaman
kehidupan manusia masih mengembara (nomaden), apapun yang mereka
peroleh dari perburuan hewan dan tanaman liar biasanya dikonsumsi
hingga persediaan di suatu lokasi habis. Lalu mereka berpindah ke
tempat lain dengan membawa bekal makanan sekedarnya yang dikemas
dalam kemasan alami yang mereka temukan pada saat itu di sekitar
lokasi pemukiman mereka.Dengan adanya revolusi neolitik, yaitu
titik waktu dimana manusia beralih ke keadaan hidup menetap dengan
mengembangkan pertanian dan pemeliharaan hewan, mulailah terjadi
pergeseran falsafah pengemasan. Aspek penanganan tidak lagi hanya
sekedar untuk memudahkan transportasi, tetapi juga untuk memudahkan
distribusi dan pengolahan.Teknologi pengemasan berkembang dengan
pesat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
manusia. Revolusi industri yang telah mengubah tatanan hidup
manusia ke arah kehidupan yang lebih modern, telah pula mengubah
teknologi kemasan hingga mencakup aspek perlindungan pangan (mutu
nutrisi, cita rasa, kontaminasi dan penyebab kerusakan pangan) dan
aspek pemasaran (mempertahankan mutu, memperbaiki tampilan,
identifikasi produk, informasi komposisi dan promosi). Saat ini
meskipun kemasan alami masih juga digunakan, namun telah banyak
berkembang kemasan yang termasuk dalam kelompok kemasan sintetis
dan kemasan modern. Berbagai jenis material kemasan sintetis bahan
pangan yang beredar di masyarakat, misalnya kertas, kaca, kaleng
dan plastik mempunyai keunggulan dan kelemahan tertentu, sehingga
penggunaannya juga didasarkan pada kecocokan dengan sifat bahan
pangan yang dikemas. Kemasan modern yang telah digunakan untuk
mengemas bahan pangan antara lain kemasan aseptik, kemasan dengan
variasi atmosfir di dalamnya atau kemasan yang diaplikasikan dengan
penyimpanan suhu rendah, baik sebagai pengemas primer (langsung
kontak dengan bahan yang dikemas) maupun sekunder, tertier dan
seterusnya.Perkembangan ilmu pengetahuan telah meningkatkan
kesadaran manusia untuk hidup sehat.
Hal itu telah mengembangkan fungsi teknologi pengemasan pangan
menjadi lebih luas, yaitu untuk:1. Menjaga produk pangan agar tetap
bersih, terlindung dari kotoran dan kontaminasi.2. Menjaga produk
pangan dari kerusakan fisik, perubahan kadar air dan pengaruh
sinar.3. Memudahkan dalam membuka/menutup, memudahkan dalam
penanganan, pengangkutan dan distribusi.4. Menyeragamkan produk
pangan dalam ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan standar
yang ada.5. Menampakkan identifikasi, informasi, daya tarik dan
tampilan yang jelas dari bahan pangan yang dikemas sehingga dapat
membantu promosi/penjualan.6. Memberikan informasi melalui sistem
labelling, bagaimana cara penggunaan produk, tanggal kadaluwarsa
dan lain-lain.Di antara bahan kemasan tersebut, plastik merupakan
bahan kemasan yang paling populer dan sangat luas penggunaannya.
Bahan kemasan ini memiliki berbagai keunggulan yakni, fleksibel
(dapat mengikuti bentuk produk), transparan (tembus pandang), tidak
mudah pecah, bentuk laminasi (dapat dikombinasikan dengan bahan
kemasan lain), tidak korosif dan harganya relatif . Selanjutnya,
disamping memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh
bahan kemasan lainnya, plastik juga mempunyai kelemahan yakni,
tidak tahan panas, dapat mencemari produk (migrasi komponen
monomer), sehingga mengandung resiko keamanan dan kesehatan
konsumen, dan plastik termasuk bahan yang tidak dapat dihancurkan
dengan cepat dan alami. Selain itu, bahan dasarnya tidak dapat
diperbarui karena berasal dari hasil samping pengambilan bahan
bakar minyak bumi.2.2.Teknologi Pengemasan PlastikIndustri plastik
bermula pada tahun 1920 dengan ditemukannya reaksi antara phenol
dengan formaldehide yang merupakan reaksi dasar polimerisasi
plastik. Plastik mempunyai dua bentuk yaitu kemas bentuk
(fleksibel) dan kemas kaku (botol, jerigen, kotak). Sesudah perang
dunia II ditemukanlah polietilen, polipropilen, dan lain-lain.
Plastik terdiri dari senyawa polimer tinggi serta polimerisasi dari
jenis-jenis monomer (etilen, stiren, butadien, dsb).1.
Politen/Polietilen (PE)Politen/Polietilen merupakan hasil
polimerasi adisi gas etilen yang merupakan hasil samping industri
minyak. Berdasarkan densitas dikenal tiga jenis PE , Low Density
Polyethylene (LDPE) yang mudah dikelim dan murah, Medium Density
Polyethylene (MDPE) yang lebih kaku dari LDPE dan lebih tahan suhu
tinggi, serta High Density Polyethylene (HDPE) yang paling kaku dan
tahan suhu tinggi (suhu 120C).2. Poliester/Polietilen Tereptalat
(PET)Biasa digunakan untuk kemasan buah kering, makanan beku dan
permen. Sifat umumnya antara lain transparan, bersih, jernih;
adaptasi suhu tinggi (suhu 300C) sangat baik; permeabilitas uap air
dan gas sangat rendah; tahan pelarut organik; serta tidak tahan
asam kuat, phenol, benzil alkohol.3. Polipropilen (PP)Karakteristik
utama bahan ini antara lain ringan, mudah dibentuk, transparan,
jernih. Dari segi sifat fisik bahan ini memiliki kekuatan tarik
lebih besar dari PE, tetapi sangat rapuh dan mudah pecah pada suhu
rendah, sehingga tidak cocok untuk makanan beku.4. Polistiren
(PS)Sifat utamanya bahan ini adalah kekuatan tarik yang tinggi dan
tidak mudah sobek. Polistiren memiliki titik lebur yang rendah
(80C), tetapi tahan asam, basa dan permeabilitas uap air dan gas
sangat tinggi. Bahan ini relatif mudah dicetak, licin, jernih,
mengkilap, tetapi menjadi keruh jika kontak dengan pelarut
organik.5. Polivinil Khlorida (PVC)Terdapat tiga jenis PVC yaitu
plasticized vinyl chloride, vinyl co polimer, dan oriented film.
Sifat umumnya adalah tembus pandang, permeabilitas gas dan uap air
rendah, tahan terhadap minyak, alkohol dan petroleum. Bahan ini
memiliki kekuatan tarik tinggi, tidak mudah sobek. Secara kimiawi
PVC dapat dipengaruhi oleh hidrokarbon aromatik, keton, aldehid,
dan ester.6. Saran/Poliviniliden Khlorida (PVDC)Sifat umum
saran/PVDC antara lain adalah transparan, luwes, dan jernih. Bahan
ini tahan terhadap bahan kimia, asam, basa, minyak dan merupakan
bahan sekat lintasan yang baik untuk sinar UV.
7. SelopanSifat umum selopan adalah transparan, terang; tidak
termoplastik, tidak bisa direkat dengan panas; tidak larut air,
minyak, tidak melalukan O2; mudah retak pada RH dan suhu rendah;
mudah dilaminasi; mudah dirobek; dan mengkerut pada suhu dingin.
Ada beberapa kode atau jenis selopan, yaitu A/B (Anchored); C
(Colored); D (du Pont); L (kedap air sedang); M (kedap uap air); O
(dilapisi sebelah); P (tidak dilapisi); R (dilapisis dengan vinil);
S (direkat dengan panas); T (tembus pandang); V, X/K (dilapisi
dengan polimer saran); WO (White Opaque).8. Film PlastikContoh dari
plastik film adalah amilosa pada bungkus permen dan sosis; selulosa
asetat butirat, selulosa asetat propionat; selulosa nitrat dan
selulosa triasetat; klorotrifluoroetilin (peralatan bedah); etilen
buten (mirip HDPE); fluoro karbon (teflon, tahan bahan kimia);
ionomer (kemasan vakum); polivinil alk (untuk produk kering);
polietilen oksida (kemasan tepung); polialomer (karakter antara
HDPE dan PP); dan H-film (toleransi terhadap suhu cukup besar,
sekitar 269 400C, tahan terhadap radiasi sinar X).Beberapa faktor
yang menentukan terjadinya perkembangan dalam bidang pengemasan
adalah konsumen, teknologi pembuat kemasan, biaya, teknologi
pangan, mode, teknologi alat masak, teknologi informasi dan
teknologi transformasi.2.3.Teknologi Pengemasan Ramah
LingkunganSaat ini, bahan kemasan plastik telah menimbulkan
permasalahan cukup serius. Polimer plastik yang tidak mudah terurai
secara alami mengakibatkan terjadinya penumpukan limbah dan menjadi
penyebab pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Berbagai
laporan menunjukkan, produk berbahan dasar plastik menjadi penyebab
kerusakan lingkungan di pantai New Jersey, laut Sargasso dan pulau
Scottish. Selain itu, plastik dalam proses pembuatannya menggunakan
minyak bumi, yang ketersediaannya semakin berkurang dan sulit untuk
diperbarui. Kondisi demikian menyebabkan bahan kemasan plastik
tidak dapat dipertahankan penggunaannya secara meluas karena akan
menambah persoalan lingkungan dan kesehatan di waktu mendatang.
Pengemas yang banyak digunakan sekarang ini sebagian besar dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya apabila dibuat dari
bahan yang tidak dapat didaur ulang atau sulit mengalami
biodegradasi, seperti plastik untuk meminimalkan pencemaran
lingkungan, dapat digunakan pengemas alternatif yang tidak
menimbulkan masalah bagi lingkungan yaitu edible film . Edible film
dapat meningkatkan stabilitas dan kualitas makanan dengan berlaku
sebagai penghalang minyak, oksigen, dan uap air. Selanjutnya,
edible film merupakan bahan potensial pembawa antioksidan yang
dapat meminimalkan atau mencegah adanya oksidasi lemak. Bahan yang
biasa digunakan dalam pembuatan edible film adalah metilselulosa,
lilin lebah dan plasticizer.2.4.Teknologi Pengemasan Edible FilmA.
Definisi dan FungsiEdible film adalah lapisan tipis sebagai
pengemas bahan makanan yang dapat dimakan. Penggunaan edible film
dengan kemampuannya sebagai penghambat uap air, lemak, dan O2 di
dalam setiap sistem pangan diharapkan dapat mengurangi timbulnya
sampah dari bahan pengemas (McHugh dan Krochta, 1994). Edible film
juga berfungsi untuk menghambat perpindahan larutan, memperbaiki
sifat mekanik makanan, melindungi senyawa flavor volatil, dan
sebagai pembawa bahan aditif pada makanan (Fennema,
1976).Penggunaan edible film sebagai pengemas bahan pangan memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya bisa langsung dikonsumsi bersama
dengan produk yang dikemas. Bahan pembuat edible film relatif tidak
mahal. Edible film dapat mengurangi atau menghilangkan penggunaan
pengemas inedible, mengurangi polusi lingkungan, meningkatkan sifat
mekanik, organoleptik, kualitas gizi, serta daya simpannya
(Guilbert dan Biquet, 1990 dalam Bureau dan Multon, 1996).Komponen
edible film (biopolimer) dibagi dalam tiga kategori, yaitu
hidrokoloid, lipid, dan komposit (campuran). Hidrokoloid yang dapat
digunakan meliputi protein, derivat selulosa, alginat, pektin,
pati, dan polisakarida lainnya. Lipid yang dapat digunakan meliputi
lilin (waxes), asil gliserol, dan asam lemak. Komposit merupakan
campuran antara komponen lipid dan hidrokoloid. Film komposit dapat
berupa dua lapis (bilayer) yakni lapisan pertama berupa hidrokoloid
dan lapisan lainnya lipid atau merupakan gabungan antara komponen
lipid dan hidrokoloid yang membentuk satu lapis film (McHugh dan
Krochta, 1994).Edible film yang dibuat dari hidrokoloid memiliki
kemampuan yang baik untuk melindungi produk terhadap O2, CO2, dan
lipid serta memiliki sifat-sifat mekanis yang mampu meningkatkan
integritas struktural pada produk yang mudah retak. Kekurangan
edible film dari hidrokoloid ini adalah tidak dapat melindungi
produk dari migrasi uap air karena sifatnya yang hidrofilik.
Sedangkan edible film yang dibuat dari lipid memiliki sifat-sifat
yang sangat baik untuk melindungi produk dari migrasi uap air.
Pemakaian lipid sebagai komponen murni dalam pembuatan edible film
sangat terbatas karena kurangnya ketahanan serta integritas
struktural film yang dihasilkan. Untuk mengatasi kelemahan kedua
jenis edible film tersebut maka dilakukan penggabungan keduanya.
Hidrokoloid pada edible film komposit mampu memberikan integritas
struktural serta ketahanan yang baik dan lipid mampu melindungi
produk dari migrasi uap air (McHugh dan Krochta, 1994).B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Edible Film Suhu
Konsentrasi polimer Plasticizer Laju transmisi uap air (Water Vapor
Transmission Rate) Kekuatan renggang putus (Tensile Strength) dan
Perpanjangan (Elongasi) Ketahanan dalam air (Water Resistance)
Pensuspensian bahan ke dalam pelarutC. Sifat Fisik dan Mekanik
Edible FilmSifat fisik edible film merupakan sifat kenampakan dari
edible film, yaitu warna, kebeningan, kehalusan permukaan, dan
penampakan keseluruhan. Ketebalan film merupakan sifat fisik film
yang besarnya dipengaruhi oleh konsentrasi padatan terlarut pada
larutan pembentuk film dan ukuran pelat kaca pencetak. Ketebalan
film mempengaruhi laju uap air, gas, dan senyawa volatil lainnya.
Sebagai kemasan, semakin tebal edible film maka kemampuan
penahannya semakin besar sehingga umur simpan produk akan semakin
panjang. Dalam fungsi lainnya ketebalan edible film mempengaruhi
kenampakan produk yang dikemas. Semakin tebal edible film yang
digunakan akan memberikan warna yang tidak transparan sehingga
kenampakan produk menjadi kurang menarik (Gontard et al.,
1993)Sifat mekanik edible film menunjukkan kekuatan edible film
atau mudah tidaknya edible film mengalami kerusakan selama melalui
tahapan proses pengolahan bahan pangan yang dikemasnya. Sifat
mekaniknya adalah sebagai berikut:a. Laju transmisi uap air adalah
jumlah uap air yang hilang persatuan waktu dibagi dengan luas area
film. Laju transmisi uap air menentukan permeabilitas uap air film
(McHugh dan Krochta, 1994).b. Kekuatan perenggangan atau tensile
strength film merupakan kemampuan bahan dalam menahan tekanan yang
diberikan saat bahan tersebut berada dalam renggang maksimumnya.
Kekuatan renggang putus adalah ukuran untuk kekuatan film yang
secara spesifik merupakan tarikan maksimum yang dapat dicapai
sampai film tetap bertahan sebelum putus atau sobek. Menurut
Krochta dan Johnson (1997), edible film harus dapat dipertahankan
keutuhannya selama pemrosesan bahan yang dikemasnya. Cara untuk
menguji kemampuannya harus dilakukan dengan evaluasi terhadap
sifat-sifat yang meliputi kekuatan renggang putus dan
perpanjangan.c. Sifat film yang penting untuk penerapannya sebagai
pelindung makanan adalah ketahanannya di dalam air. Menurut Gontard
et al., (1993), apabila aktivitas air tinggi (saat film harus
kontak dengan air) selama proses pengolahan makanan yang
dikemasnya, maka film harus seminimal mungkin larut dalam air.
Edible film dengan kelarutan air yang tinggi juga dikehendaki,
misalnya pada pemanfaatannya bila dilarutkan atau dalam makanan
panas.D. Mekanisme Pembentukan Edible FilmPembentukan edible film
dari pati, pada prinsipnya merupakan gelatinisasi molekul pati.
Proses pembentukan film adalah suatu fenomena pembentukan gel
akibat perlakuan suhu, sehingga terjadi pembentukan matriks atau
jaringan (McHugh dan Krochta, 1994).Prinsip pembentukan edible
film, melalui tahap-tahap sebagai berikut:1. Pembentukan larutan
film dimulai dengan mensuspensi bahan ke dalam pelarut, misalnya
air, etanol, dan pelarut lain.2. Pengaturan suhu mempunyai tujuan
untuk mencapai suhu gelatinisasi pati, sehingga pati dapat
tergelatinisasi sempurna dan diperoleh film yang homogen serta
utuh. Gelatinisasi merupakan peristiwa pembentukan gel yang dimulai
dengan hidrasi pati, yaitu penyerapan molekul - molekul air oleh
molekul - molekul pati. Apabila tanpa adanya pemanasan, kemungkinan
terjalin interaksi intermolekuler sangat kecil, sehingga pada saat
dikeringkan film menjadi retak. Gelatinisasi dapat terjadi apabila
air melarutkan pati yang dipanaskan sampai suhu gelatinisasinya
(McHugh dan Krochta, 1994). Terjadinya gelatinisasi granula pati
itu disebabkan karena molekul molekul amilosa secara fisik hanya
dipertahankan oleh ikatan hidrogen yang lemah. Atom hidrogen dari
gugus karboksil akan tertarik pada muatan negatif atom oksigen yang
berasal dari gugus hidroksil yang lain. Dengan naiknya suhu
suspensi, maka ikatan hidrogen tersebut akan semakin lemah
(Winarno, 1997).3. Plasticizer merupakan substansi non volatile
yang ditambahkan ke dalam suatu bahan untuk memperbaiki sifat fisik
dan mekanik bahan tersebut. Pada pembuatan edible film sering
ditambahkan plasticizer untuk mengatasi sifat rapuh film, sehingga
akan diperoleh film yang kuat, fleksibel, dan tidak mudah putus.
Oleh karena itu plasticizer merupakan komponen yang cukup besar
peranannya dalam pembuatan edible film. Menurut Gontard et al.
(1992), plasticizer yang umum digunakan adalah gliserol, sorbitol,
dan poli etilen glikol (PEG). Penggunaan plasticizer harus sesuai
dengan polimer, dan konsentrasi yang digunakan berkisar 10 60 %
berat kering bahan dasar tergantung kekakuan polimernya.4.
pengeringan. Pengeringan dilakukan untuk menguapkan pelarut, maka
akan diperoleh edible film. Suhu yang digunakan akan mempengaruhi
waktu pengeringan dan kenampakan edible film yang
dihasilkan.2.5.Teknik Pembuatan Edible FilmBerikut merupakan salah
satu contoh dari teknik pembuatan edible film,
diantaranya:PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI PEKTIN CINCAU HIJAU1.
Penyiapan Bahana. Pembuatan Bubuk Cincau Hijau (Premna Oblongifolia
Merr.,)Pembuatan bubuk cincau diawali dengan mencuci daun cincau
segar dengan air suhu kamar, kemudian dikeringkan dengan oven 50oC
selama 18 jam atau dijemur dari jam 08.00 sampai 15.00 selama tiga
hari (total 21 jam). Kemudian daun yang sudah kering tersebut
digiling dan diayak dengan ayakan berdiameter 0,5 milimeter.
Diagram Alir pembuatan bubuk
b. Tahap Ekstraksi PektinBubuk cincau hijau sebanyak 25 gram
ditambah dengan 500 ml aquadest dalam bekker glass 1000 ml pada
suhu 25oC, dan diaduk-aduk sampai rata dengan menggunakan magnetic
stirrer untuk membantu dalam proses ekstraksi. Kemudian dilakukan
penyaringan dengan menggunakan kain saring, sehingga diperoleh
filtrat berupa cairan dan ampas. Filtrat selanjutnya ditambah
dengan etanol 96% dengan perbandingan 1:1. Diperoleh dua fraksi,
yaitu gel yang terdapat diantara cairan supernatan. Dilakukan
penyaringan untuk memisahkan dua bagian tersebut. gel yang
diperoleh dan bebas dari air dan impurities lainnya, selanjutnya
dikeringkan dengan cabinet driyer pada suhu 50oC selama 5 jam.
Diperoleh bentuk lembaranlembaran kering ekstrak daun cincau hijau
(pektin). Kemudian diblender sampai halus dan dilakukan pengayakan
dengan ayakan 100 mesh. Diagram Alir Ekstraksi Pektin
2. Pembuatan Edible film Pektin Cincau HijauPada pembuatan
edible film ini mengacu pada metode yang dikembangkan oleh
Murdianto, et. al. (2005), yang dimodifikasi dengan variasi
konsentrasi pektin cincau hijau (0%, 10%, 20%, 30% b/b berat
tapioka), diagram alir pembuatan edible film komposit pektin cincau
hijau dapat dilihat pada gambar 3.4. Dua jenis larutan awalnya
disiapkan terlebih dahulu, yaitu pertama adalah larutan yang berisi
larutan pektin cincau hijau dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30%
(b/b tapioka), CaSO4 0,05% (b/b pektin cincau). Pektin cincau
hijau, dan CaSO4 0,05% (b/b pektin cincau) dilarutkan dalam 150 ml
aquadest. Larutan kedua berisi 4 gram tapioka yang dilarutkan dalam
150 ml aquadest, dipanaskan dalam hot plate selama 30 detik (sampai
warnanya berubah menjadi bening), dan dilanjutkan dengan pengadukan
menggunakan magnetic stirrer selama 30 detik. Kemudian larutan
tapioka dituang ke dalam baker glass yang telah berisi larutan
pektin cincau hijau dan CaSO4 0,05%. Selanjutnya gliserol 0,87%
(b/v) atau 2,6 gram ditambahkan pada larutan yang telah mengandung
larutan pektin cincau hijau, CaSO4 0,05%, dan tapioka, kemudian
diaduk dan dipanaskan terus sampai 750C (dipertahankan selama 5
menit), selanjutnya dipanaskan sambil diaduk hingga suhu 800C-850C
(dipertahankan selama 10 menit). Larutan dicetak dan dikeringkan
pada suhu 60OC selama 12 jam.
Diagram Alir pembuatan Edible film
3. Aplikasi Edible filmAplikasi edible film ini dilakukan dengan
cara coating dan wrapping pada buah anggur hijau.a. Coating
(pelapisan) buah anggur hijauAnggur mula-mula dicelukan pada
larutan Natrium Benzoat 0,05%, hal ini dimaksudkan untuk mencegah
timbulnya jamur selama penyimpanan; kemudian anggur dicelupkan ke
dalam laruan edible film selama 5 menit. Anggur yang telah
dicelupkan, selanjutnya dipindahkan dan dikeringkan pada suhu 40OC
selama 35 menit dengan hair driyer. Pencelupan dilakukan 3 kali
agar semua bagian pada biji buah anggur terlapisi merata. Lima biji
buah anggur yang telah dicoating tersebut, dimasukkan ke dalam
cawan petri selanjutnya dimasukkan dalam toples plastic yang telah
diberi silica gel, kemudian disimpan pada suhu 25-27OC selama 3
hari. Diagram Alir Aplikasi Edible film Pada Biji Buah Anggur Hijau
dengan Cara Coating
b. Wrapping (pengemasan) buah anggur hijauEdible film dari
pektin cincau hijau yang memiliki nilai permeabilitas uap air yang
terendah, diuji dengan cara dibandingkan dengan plastik saran,
edible film dari agar-agar (nutrijel), dan perlakuan tanpa wrapping
sebagai control. Diagram Alir Aplikasi Edible film Pada Biji Buah
Anggur Hijau dengan Cara WrappingMasing-masing cawan pengujian
berisi lima biji buah anggur hijau dengan berat total kelima buah
anggur hijau yang relatif sama untuk setiap cawan, selanjutnya
disimpan apada suhu kamar selama 24 jam. Pengamatan dilakukan
terhadap susut berat buah anggur dalam cawan-cawan terebut pada
hari ke- 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8. Nilai susut berat yang
terbentuk dari titik-titik merupakan hasil ploting nilai susu berat
(sumbu y), dan hari pengamatan (sumbu x). selain itu, diamati pula
kandungan vitamin C pada buah anggur tersebut.Teknik Pembuatan
Edible Film dari Pati KentangKentang (Solanum tuberosum L.) adalah
tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat
dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang telah
menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada
awalnya didatangkan dari Amerika Selatan.Penjelajah Spanyol dan
Portugis pertama kali membawa ke Eropa dan mengembangbiakkan
tanaman ini.Tanaman kentang asalnya dari Amerika Selatan dan telah
dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam.
Tanaman ini merupakan herba (tanaman pendek tidak berkayu) semusim
dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam di
dataran tinggi.Bunga sempurna dan tersusun majemuk. Ukuran cukup
besar, dengan diameter sekitar 3cm. Warnanya berkisar dari ungu
hingga putih.1. Penyiapan bahana. Pembuatan pati kentang (Solanum
tuberosum L.)Siapkan kentang secukupnya. Kemudian kupas kulit
kentang lalu cuci hingga bersih. Parut semua kentang, lalu peras
hasil parutan dengan menggunakan kain penyaring. Hasil penyaringan
kemudian didiamkan selama 2 jam agar pati kentang mengendap di
bagian bawah.Selanjutnya buang air hasil saringan tadi lalu
keringkan pati kentang yang didapat selama satu hari. Hasil pati
kentang yang didapat tergantung dari kentang yang digunakan,
semakin banyak kentang yang digunakan maka semakin banyak pati yang
akan didapatkan.b. Pembuatan GelSiapkan 5 gram pati kentang yang
telah kering, air sebanyak 100 mL, dan gliserin 1 sendok makan.
Campurkan semua bahan ke dalam sebuah wadah sambil terus diaduk.
Kemudian campuran tadi di panaskan dalam api sedang sambil terus
diaduk sampai terbentuk gel.Tuangkan gel yang masih dalam keadaan
panas ke dalam sebuah media dengan permukaan datar, lalu ratakan.c.
PengeringanKeringkan gel tersebut selama kurang lebih satu hari di
bawah sinar matahari. Setelah kering, edible film siap
digunakan.
BAB IIIKESIMPULANPengemasan telah ada sejak 4000 SM, dimulai
dengan kemasan alami yang berasal dari bahan-bahan yang terdapat di
alam seperti tanah liat, tulang, kulit binatang, buluh bambu,
pelepah dan daun-daunan. Teknologi pengemasan berkembang dengan
pesat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
manusia.plastik merupakan bahan kemasan yang paling populer dan
sangat luas penggunaannya. Namun, dibalik itu semua, plastik juga
menyimpan bahaya apabila digunakan dalam kondisi tertentu. Maka
dari itu, penggunaan kemasan (plastik) yang ramah lingkungan lebih
disarankan. Salah satunya yaitu penggunaan kemasan edible film,
selain ramah lingkungan, kemasan ini juga bias dimakan.TEKNOLOGI
PANGAN | Teknologi Pengemasan Edible Film 16