1.1 Pengertian Rangka Sistem rangka merupakan sistem organ terpenting dalam mempelajari morfologi, serta memegang peran utama dalam analisis struktur vertebrata. Rangka vertebrata merupakan endoskeleton (rangka dalam), terdiri atas tulang dan tulang rawan yang saling berhubungan. Selain mempunyai endoskeleton, pada pisces, reptilia dan aves terdapat pula sisik, dan pada golongan kura-kura terdapat karapas dan plastron yang dapat dianggap sebagai rangka luar atau eksoskeleton. Sistem rangka mempunyai fungsi antara lain sebagai: (1) pelindung organ dalam, (2) penunjang tubuh, dan (3) tempat melekatnya otot rangka, (4) alat gerak pasif (penyalur gerakan) dan (5) tempat pembentukan sel-sel darah. Karakteristik rangka vertebrata akuatik berbeda dengan vertebrata terestrial. Tubuh pisces ditopang oleh lingkungan air sekelilingnya, karena itu rangkanya tidak perlu sekuat rangka hewan-hewan darat. Struktur tulang vertebrata merupakan adaptasi terhadap lingkungan hidupnya. Misalnya, struktur tulang burung spesifik dan berongga. Struktur sedemikian menyebabkan berkurangnya massa rangka, yang sangat menguntungkan untuk terbang. 1.2 Penggolongan Rangka Rangka vertebrata dapat dibagi menjadi rangka somatik dan rangka viseral. Rangka somatik terletak pada dinding tubuh dan anggota tubuh, terdiri atas tulang dermal (terbentuk dari jaringan ikat) dan tulang pengganti (perkembangan dari tulang rawan). Rangka viseral terletak lebih dalam, pada tahapan primitif berkaitan dengan dinding faring dan insang; hanya terdiri dari tulang pengganti tulang rawan. Rangka somatik vertebrata dapat dibagi menjadi:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1.1 Pengertian Rangka
Sistem rangka merupakan sistem organ terpenting dalam mempelajari morfologi, serta
memegang peran utama dalam analisis struktur vertebrata. Rangka vertebrata merupakan
endoskeleton (rangka dalam), terdiri atas tulang dan tulang rawan yang saling berhubungan.
Selain mempunyai endoskeleton, pada pisces, reptilia dan aves terdapat pula sisik, dan pada
golongan kura-kura terdapat karapas dan plastron yang dapat dianggap sebagai rangka luar
atau eksoskeleton.
Sistem rangka mempunyai fungsi antara lain sebagai: (1) pelindung organ dalam, (2)
penunjang tubuh, dan (3) tempat melekatnya otot rangka, (4) alat gerak pasif (penyalur
gerakan) dan (5) tempat pembentukan sel-sel darah.
Karakteristik rangka vertebrata akuatik berbeda dengan vertebrata terestrial. Tubuh pisces
ditopang oleh lingkungan air sekelilingnya, karena itu rangkanya tidak perlu sekuat rangka
hewan-hewan darat. Struktur tulang vertebrata merupakan adaptasi terhadap lingkungan
hidupnya. Misalnya, struktur tulang burung spesifik dan berongga. Struktur sedemikian
menyebabkan berkurangnya massa rangka, yang sangat menguntungkan untuk terbang.
1.2 Penggolongan RangkaRangka vertebrata dapat dibagi menjadi rangka somatik dan rangka viseral. Rangka
somatik terletak pada dinding tubuh dan anggota tubuh, terdiri atas tulang dermal (terbentuk
dari jaringan ikat) dan tulang pengganti (perkembangan dari tulang rawan). Rangka viseral terletak lebih dalam, pada tahapan primitif berkaitan dengan dinding faring dan insang; hanya
terdiri dari tulang pengganti tulang rawan.
Rangka somatik vertebrata dapat dibagi menjadi:
a. Rangka sumbu (rangka aksial), meliputi:
1) Tulang-tulang tengkorak (kranium dan tulang-tulang wajah)
2) Tulang-tulang belakang (kolumna vertebralis)
3) Tulang-tulang dada (sternum)
4) Tulang-tulang rusuk (kosta)
b. Rangka anggota (rangka apendikular), meliputi:
1) Gelang bahu (gelang pektoral) dan anggota gerak depan
2) Gelang pinggul (gelang pelvis) dan anggota gerak belakang
1.3 Susunan dan Struktur Rangka VertebrataA. Rangka Sumbu (Rangka Aksial)
a. Tulang-tulang TengkorakTengkorak merupakan bagian rangka yang paling tua. Tulang-tulang tengkorak
berfungsi untuk melindungi otak dan organ-organ lunak lainnya di daerah kepala. Di
samping itu tulang-tulang tengkorak juga menjadi perlekatan yang kuat bagi otot-otot
kepala dan wajah.
Vertebrata primitif mempunyai jumlah tulang-tulang tengkorak yang lebih banyak
dari pada vertebrata yang lebih tinggi tingkatannya. Tengkorak beberapa pisces
terdiri dari 180 tulang, tengkorak amphibia dan reptilia terdiri dari 50 – 95 tulang,
sedangkan tengkorak mamalia hanya terdiri dari 35 tulang atau kurang dari itu.
Meskipun berjumlah lebih sedikit, tetapi tulang-tulang tengkorak mamalia lebih kuat
dan lebih padat.
Rangka tengkorak terdiri dari tulang-tulang kotak otak (kranium) dan tulang-tulang
wajah. Sebagai contoh di bawah ini diuraikan tulang-tulang yang menyusun
(sakral atau pelvis), dan vertebra kaudalis (ekor). Ruas vertebra servikalis yang
pertama disebut tulang atlas, dan ruas yang kedua disebut tulang aksis.Pada aves (misalnya burung dara), vertebra torakalis terakhir (posterior),
vertebra lumbalis, vertebra sakralis dan vertebra kaudalis anterior bersatu
membentuk sinsakrum.
Tabel 2.1 Macam dan jumlah vertebra pada beberapa tetrapoda
Hewan V. servikalisV. dorsalis atau
V. torakalis V. lumbalisV. sakralis V. kaudalis
Katak
Salamander
Kadal
Buaya
Burung dara
Kucing
Kelelawar
Paus
Kuda
Manusia
1
1
8
9
12-14
7
7
7
7
7
7
10
22
10 5-6
5 6
13 7
11 5
11 8
18-20 6
12 5
1
1
2
2
2
3
5
0
5
5
Urostil
24
banyak
34-40
15
18-25
9
24
15-21
3-5
(Sumber: Kent, 1973)
c. Tulang-tulang dada (Sternum)Sternum merupakan unsur rangka yang terletak di medioventral toraks, biasanya
bersendian dengan tulang gelang pektoral dan dengan rusuk-rusuk dada.
Sternum hanya terdapat pada kebanyakan tetrapoda (hewan-hewan beranggota
gerak empat, hidup di darat – istilah untuk kelompok hewan vertebrata dari kelas
amphibia, reptilia, aves, dan mamalia). Tetrapoda yang tidak mempunyai sternum
antara lain urodela (golongan amphibia yang berekor), ular, penyu, dan kadal tak
berkaki.
Fungsi sternum antara lain adalah untuk memperkuat dinding tubuh, melindungi
organ-organ visera di dalam rongga dada, sebagai tempat melekatnya otot-otot
pektoral, dan untuk membantu gerakan pernafasan paru-paru (pada beberapa
amniota).
Pada vertebrata rendah, sternum hampir seluruhnya tersusun dari tulang rawan,
sedangkan pada vertebrata tinggi, hampir seluruhnya tersusun dari tulang keras.
d. Tulang-tulang rusuk (kosta)Rusuk vertebrata terdiri atas serangkaian tulang yang tersusun berpasangan.
Seperti halnya tulang dada, tulang-tulang rusuk juga berfungsi untuk melindungi
organ-organ visera di rongga dada dan untuk membantu pernafasan paru-paru.
Golongan ikan Teleostei primitif mempunyai dua rangkaian rusuk yang
berhubungan dengan masing-masing sentrum kolumna vertebralis, yaitu rusuk dorsal dan rusuk ventral. Kebanyakan Teleostei hanya mempunyai rusuk ventral, ini
merupakan ciri khusus dari kelas pisces. Ada pula beberapa jenis ikan yang hanya
memiliki rusuk dorsal, bahkan ada pula yang tidak memiliki rusuk, yaitu golongan
Agnata. Rusuk ventral kiri dan kanan pada bagian ekor bertemu di bawah arteri dan
vena kaudalis untuk membentuk lengkung hemal.
Pada amphibia, semua rusuk berukuran pendek dan berfusi dengan vertebra.
Pada ular, terdapat serangkaian rusuk yang berawal dari belakang kepala dan
berakhir pada bagian ekor. Pada buaya dan kadal terdapat sisa rusuk abdomen pada
dinding tubuh bagian ventral.
Rusuk pada Amniota dapat dibedakan menjadi bagian rusuk dorsal (rusuk
vertebral) dan bagian rusuk ventral (rusuk sternal). Bagian rusuk vertebral lebih
panjang, tersusun atas jaringan tulang, berlekatan dengan ruas tulang belakang.
Bagian rusuk sternal lebih pendek, tersusun atas jaringan tulang rawan, berlekatan
dengan tulang dada, atau dengan tulang rusuk yang lain. Rusuk sternal aves tersusun dari jaringan tulang rawan. Rusuk burung dan beberapa jenis kadal
mempunyai prosesus unsinatus yang berbentuk pipih, untuk menghubungkan rusuk
yang satu dengan rusuk lainnya.
Kebanyakan tetrapoda mempunyai rusuk vertebral yang berkepala dua
(bisipital). Kepala bagian dorsal disebut tuberkulum, melekat pada diapofisis dari
vertebra. Kelapa bagian ventral disebut kapitulum, melekat pada parapofisis dari
vertebra.
Homo sapiens mempunyai 12 pasang rusuk yang dibagi menjadi:
- kosta verum (No. 1-7): bagian ventral melekat pada sternum
- kosta spurium (No. 8-10): bagian ventral melekat pada kosta No. 7
- kosta fluktuantes (No. 11-12): bagian ventral tidak melekat pada sternum maupun
kosta, sehingga disebut rusuk melayang (menggantung).
Bagian dorsal seluruh rusuk tersebut melekat pada vertebra torakalis.
B. Rangka Apendikulara. Tulang-tulang Gelang Bahu (Gelang Pektoral)
Tulang-tulang gelang bahu berfungsi untuk mengait anggota gerak depan, atau
sebagai penghubung antara anggota gerak depan dengan rangka aksial. Pola dasar
gelang pektoral terdiri dari tulang-tulang pengganti (berasal dari tulang rawan), meliputi
korakoid dan skapula, dan tulang-tulang membran (berasal dari jaringan ikat), yaitu
klavikula. Komponen, susunan dan struktur gelang pelvis pada vertebrata bervariasi
menurut kelas hewan.
Pada pisces. Gelang pektoral pada pisces merupakan pengait sirip dada (sirip
pektoral). Gelang pektoral ikan bertulang rawan (misalnya Hiu) merupakan tulang rawan
berbentuk huruf U yang berlokasi di posterior daerah insang. Masing-masing sisi gelang
pektoral bersendian dengan sirip pektoral pada permukaan glenoid, kedua ujung
gelang pektoral berhubungan secara tidak langsung dengan vertebra. Pada ikan
bertulang, gelang pektoral terdiri dari korakoid dan skapula yang umumnya tereduksi,
kadang-kadang terdapat pula supraskapula. Struktur dari tulang membran (tulang
dermal) meliputi klavikula yang tereduksi, kleitrum dan suprakleitrum. Gelang pektoral
ikan bertulang berhubungan dengan rangka tengkorak.
Pada tetrapoda. Gelang pektoral tetrapoda umumnya terdiri dari skapula dan korakoid
(dari tulang pengganti) serta klavikula (dari tulang dermal), dengan susunan yang
bervariasi. Ada pula yang dilengkapi dengan interclavikula.
Pada urodela, elemen tulang dermal gelang pektoral tidak berkembang. Amphibia
modern tidak mempunyai interklavikula. Gelang pektoral katak misalnya, terdiri dari
supraskapula (berupa tulang rawan, skapula, clavikula, korakoid dan epikorakoid.
Klavikula, korakoid dan skapula bertemu pada fossa glenoid, tempat bersendian
dengan kepala tulang lengan atas (humerus).
Pada buaya dan kadal tak berkaki klavikula tereduksi atau tidak ada sama sekali.
Pada kura-kura klavikula dan interklavikula berfusi dengan karapas dan plastron. Gelang
pektoral tidak terdapat pada ular dan beberapa jenis kadal.
Pada aves yang dapat terbang kedua klavikula bersatu di bagian tengah dengan
interklavikula, membentuk furkula yang berbentuk huruf V, bagian ujungnya dilekatkan
dengan sternum oleh suatu ligamen. Korakoid sepasang, kokoh, bersendian dengan
sternum. Skapula sepasang, panjang, bersendian dengan kosta.
Mamalia dari golongan insektivora, kelelawar, rodensia, beberapa marsupialia dan
primata tinggi (termasuk manusia) memiliki klavikula yang berkembang dengan baik.
Klavikula mengadakan persendian dengan tulang dada.Skapula selalu terdapat pada
mamalia, merupakan bentukan yang lebar dan pipih, di bagian tengahnya terdapat spina
skapula. Ujung anterior spina skapula bersendian dengan klavikula. Selain itu skapula
bersendian dengan kepala tulang lengan atas. Korakoid yang terdapat pada mamalia
hanya korakoid posterior yang bersatu dengan skapula membentuk prosesus korakoideus.
b. Tulang-tulang Gelang Pinggul (Gelang Pelvis)Tulang-tulang gelang pelvis vertebrata berfungsi untuk mengait anggota gerak
belakang. Berbeda dengan tulang-tulang gelang pektoral, gelang pelvis tidak
mempunyai komponen tulang dermal (tulang membran).
Pada pisces. Gelang pelvis pada kebanyakan pisces terdiri dari keping-keping
pelvis bertulang atau bertulang rawan yang bersendian dengan sirip pelvis, strukturnya
lebih sederhana dari pada gelang pektoral, dan tidak berikatan dengan kolumna
vertebralis. Pada ikan bertulang rawan, keping-keping tersebut bertemu di bagian
tengah ventral membentuk gelang pelvis tunggal (simfisis pelvis), sedangkan pada
ikan bertulang gelang pelvis tetap berpasangan. Beberapa ikan bertulang tidak memiliki
gelang pelvis.
Pada tetrapoda. Berbeda dengan penyusun gelang pektoral yang bervariasi,
gelang pelvis tertapoda selalu terdiri dari 3 macam tulang, yaitu ilium (tulang usus) di
sebelah dorsal yang bersendian dengan vertebra sakralis, tulang pubis (tulang
kemaluan) di bagian anterior dan tulang iskhium (tulang duduk) di bagian posterior.
Terdapat homologi secara serial antara rangka apendikular posterior dan anterior. Ilium
homolog dengan skapula, pubis dengan prekorakoid, iskhium dengan korakoid. Pubis
dan klavikula tidak dapat dihomologkan, karena pubis terbentuk dari tulang pengganti,
sedangkan klavikula dari tulang membran. Pada pertemuan ketiga komponen gelang
pelvis terdapat asetabulum, yaitu suatu lekukan tempat bersendian dengan kepala
femur.
Gelang pelvis tetrapoda harus lebih kuat dari gelang pelvis pisces, karena ikut serta
menanggung bobot tubuh (bobot tubuh harus dipindahkan melalui gelang pelvis ke kaki
dan tanah). Berbeda dengan gelang pektoral yang tidak berhubungan secara langsung
dengan vertebra (hubungannya melalui otot dan ligamen), gelang pelvis berikatan
secara langsung dengan vertebra pada daerah sakral.
Gelang pelvis Anura (misalnya katak) mempunyai ujung berupa ilium yang panjang
dan condong ke depan. Pubis terbentuk dari tulang rawan.
Pada gelang pelvis reptilia terdapat fenestrum puboiskhiadika yang besar, yang
terletak di antara tulang pubis dan iskhium. Pada umumnya ular tidak memiliki gelang
pelvis.
Pada aves, gelang pelvis berukuran besar, ketiga tulang penyusun berbentuk pipih ,
berfusi bersama-sama dan melekat erat pada sinsakrum.Tidak terdapat simfisis pubis
(kedua tulang pubis tidak berhubungan).
Pada mamalia, ilium, iskhium dan pubis menyatu membentuk tulang inominatus pada masing-masing sisi. Rongga yang dibentuk oleh pertemuan kedua tulang
inominatus dan vertebra sakrokaudalis disebut rongga pelvis. Selama periode
kehamilan, ligamen yang melekatkan kedua tulang inominatus di bagian ventral menjadi
lunak oleh pengaruh hormon-horman. Hal ini penting untuk memperbesar rongga pelvis
sejalan dengan bertambah besarnya kandungan.
c. Tulang-tulang Anggota Gerak (Ekstremitas liberae)Pada Pisces. Anggota gerak bebas pada pisces berupa sirip (pinna). Terdapat dua
macam sirip, yaitu sirip tunggal dan sirip berpasangan.
Sirip tunggal disebut juga sirip median, terdiri dari:
Sirip dorsal atau sirip punggung (pinna dorsalis): terdapat di sepanjang garis medio
dorsal.
Sirip anal (pinna analis): terdapat di antara anus dan ekor.
Sirip ekor (pina kaudalis): terdapat pada ujung ekor.
Sirip dorsal dan sirip anal berfungsi untuk menjaga agar posisi tubuh tidak terbalik atau
oleng ketika berenang, sedangkan sirip ekor berfungsi sebagai kemudi.
Terdapat empat tipe sirip ekor:
- Tipe protoserkal: merupakan tipe yang paling primitif. Kolumna vertebralis lurus dan
meluas pada ujung ekor, membagi ekor menjadi bagian ventral dan dorsal yang hampir
sama besar. Ujung ekor membulat. Terdapat misalnya pada Cyclostomata dewasa.
- Tipe difiserkal: Kolumna vertebralis lurus ke ujung ekor. Ekor terbagi simetris dari luar
maupun dalam. Ujung ekor meruncing. Terdapat misalnya pada ikan paru-paru
(Dipnoi).
- Tipe heteroserkal: Kolumna vertebralis ekor agak membelok ke dorsal, sehingga ekor
terbagi secara asimetris dari dalam maupun luar. Terdapat misalnya pada Selachei,
Cancidae.
- Tipe homoserkal: kolumna vertebralis berhenti pada pangkal ekor. Ekor terbagi simetris
dari luar, tetapi asimetris dari dalam. Terdapat pada kebanyakan ikan kerangka tulang.
Sirip berpasangan terdiri dari:
- Sirip dada atau sirip pektoral (pinnae pektorales/ torakales)
- Sirip perut atau sirip pelvis (pinnae abdominales/ pelvikales)
Sirip-sirip berpasangan pada ikan selain berfungsi sebagai pendayung, juga sebagai
penyeimbang tubuh.
Sirip-sirip pisces biasanya mempunyai fungsi yang hampir sama, tetapi struktur dasarnya
bervariasi menurut kelas dan subkelasnya. Sirip yang paling kuat dan paling erat
berhubungan dengan rangka aksial adalah sirip pektoral.
Pada tetrapoda. Tetrapoda umumnya mempunyai dua pasang anggota gerak, yaitu
sepasang anggota gerak depan (anterior) dan sepasang anggota gerak belakang
(posterior). Anggota gerak tetrapoda dibedakan menjadi tiga segmen, yaitu stilopodium,
zeugopodium, dan autopodium. Tulang-tulang penyusun ketiga segmen tersebut
homolog antara anggota gerak depan dan belakang (Tabel 2.2). Stilopodium anggota
gerak depan disebut brakhium,, sedangkan pada anggota gerak belakang disebut femur. Zeugopodium anggota gerak depan disebut antebrakhium, sedangkan pada anggota
gerak belakang disebut krus. Autopodium anggota gerak depan disebut manus,
sedangkan pada anggota gerak belakang disebut pes. Anggota gerak belakang lebih kuat
dari pada anggota gerak depan.
Tabel 2.2 Segmen-segmen homolog pada anggota gerak depan dan anggota gerak
belakang Tetrapoda.
Anggota gerak depan Anggota gerak belakang
Nama segmen Tulang Nama segmen Tulang
Lengan atas (brakhium)
Lengan bawah (antebrakhium)
Pergelangan tangan tangan (karpus) (karpus)
Tangan Telapak tangan(manus) (metakarpus)
Jari-jari tangan (digiti)
Humerus
Radius, ulna
Karpal
Metakarpal
Digiti(tersusun
dari falangs)
Tungkai atas (femur)
Tungkai bawah (krus)
Pergelangan kaki (tarsus)
Kaki Telapak kaki(pes) (metatarsus)
Jari jari kaki (digiti)
Femur
Tibia, fibula
Tarsal
Matatarsal
Digiti(tersusun
dari falangs)
Keterangan: Anggota gerak depan homolog dengan sayap (pada aves)
Berbeda dengan sirip pisces, anggota gerak tetrapoda mempunyai fungsi yang
bervariasi, tetapi tetap mempunyai kesamaan struktur (homologi) mulai dari amphibia
sampai mamalia. Anggota gerak belakang lebih kuat dan berhubungan lebih erat
dengan rangka aksial.
Karpal dan tarsal tetrapoda umumnya terdiri dari beberapa baris tulang berukuran kecil.
Tulang terbesar penyusun tarsal manusia adalah tulang tumit (kalkaneus). Metakarpal
dan metatarsal umumnya terdiri dari lima tulang. Digiti (jari-jari) anggota depan dan
belakang umumnya berjumlah lima (pentadaktili), masing-masing digiti tersusun atas
tulang-tulang falangs.
Pola dasar tulang-tulang penyusun rangka anggota gerak pada terapoda dapat
mengalami modifikasi struktur maupun jumlah komponen tulang penyusunnya, sesuai
dengan kebutuhan hidupnya. Pada katak misalnya, tulang radius bersatu dengan ulna
membentuk radioulna, tulang tibia bersatu dengan fibula membentuk tibiofibula; tarsal
tersusun atas kalkaneus (bersendian dengan digiti V) dan astragalus (talus).
Pada burung, tulang-tulang karpal bersatu dengan tulang-tulang metakarpal membentuk
karpometakarpus. Tulang tibia bersatu dengan tulang-tulang tarsal bagian proksimal,
membentuk tibiotarsus.; Tulang-tulang tarsal bagian distal bersatu dengan tulang-
tulang metatarsal membentuk tarsometatarsus. Pada anggota gerak atas, yaitu sayap,
hanya terdapat 3 digiti, sedangkan pada anggota gerak bawah terdapat 4 digiti.
Anggota gerak sangat tereduksi pada beberapa jenis salamander dan beberapa jenis
kadal. Paus dan duyung hanya mempunyai anggota gerak depan. Ular dan beberapa
jenis kadal tidak mempunyai anggota gerak.
1.4 PersendianKomponen-komponen rangka baik yang berupa tulang atau tulang rawan, saling
berhubungan dengan perantaraan sendi, yang terbentuk dari jaringan ikat, tulang, atau
tulang rawan.
Berdasarkan ada/tidaknya atau banyak/sedikitnya gerakan yang dihasilkan oleh
adanya sendi, persendian dapat dibagi menjadi sinartrosis dan diartrosis.
A. Sinartrosis,
Sinartosis yaitu persendian yang hanya menimbulkan sedikit gerakan atau tidak
menimbulkan gerakan sama sekali. Persendian ini dibedakan menjadi sinostosis,
sinkondrosis dan sindesmosis.
Sinostosis: kedua keping tulang dihubungkan oleh jaringan tulang. Pada
persendian ini tidak terjadi gerakan sama sekali. Misalnya terdapat pada sutura yang
menghubungkan tulang-tulang kranium, juga sutura yang menghubungkan kedua tulang
nasal.
Sinkondrosis: antar ruas atau keping tulang dihubungkan oleh tulang rawan hialin.
Persendian ini memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Misalnya terdapat pada
persambungan antara tulang rusuk dan tulang dada, dan pada simfisis pubis.
Sindesmosis. Antar ruas tulang dihubungkan oleh jaringan ikat. Persendian ini
menghasilkan gerakan yang terbatas. Misalnya terdapat pada persambungan antara
tulang radius dan ulna, atau antara tibia dan fibula.
B. DiartrosisDiartrosis yaitu persendian yang memungkinkan banyak gerakan atau gerakan
yang lebih leluasa. Lancarnya persendian ini disebabkan oleh adanya tulang rawan
pada kedua ujung tulang yang bersedian. Selain itu, di antara kedua tulang terdapat
rongga yang berisi cairan sinovia, semacam minyak pelumas untuk menjaga agar
gesekan antara kedua ujung tulang yang bersendian sesedikit mungkin.
Berdasarkan macam gerakan yang ditimbulkan, diartrosis dapat dibedakan menjadi
sendi engsel, sendi pelana, sendi peluru, sendi putar, dan sendi luncur. Macam gerakan
yang ditimbulkan oleh adanya persendian ditentukan oleh susunan tulang-tulang yang
bersendian.
Sendi engsel (hinge joint): hanya memungkinkan gerakan ke satu arah (berporos
satu). Misalnya terdapat pada siku, lutut, antara tulang mandibula dan kranium.
Sendi pelana (saddle joint): bidang sendi berbentuk lengkung (pelana),
memungkinkan gerak yang lebih bebas ke dua arah (berporos dua). Misalnya terdapat di
antara tulang-tulang karpal dan metakarpal, antara tulang-tulang falangs ibu jari.
Sendi peluru (ball and socket joint): ujung tulang yang satu berbentuk peluru
(bonggol), masuk ke dalam mangkuk tulang yang kedua yang berukuran hampir sama,
memungkinkan gerakan ke segala arah. Misalnya terdapat pada pangkal paha (antara
tulang humerus dan tulang inominatus), pada pangkal lengan (antara tulang humerus
dan skapula).
Sendi putar (pivot joint): hubungan antar tulang yang menyebabkan tulang yang
satu berputar pada sumbunya. Misalnya: antara tulang atlas dan tulang aksis (tulang
pemutar), antara humerus dan radius (tulang pengumpil).
Sendi luncur (gliding joint): permukaan kedua tulang yang bersendian relatif datar.
Misalnya: antar ruas-ruas vertebra, menghasilkan gerakan ke depan – ke belakang dan
ke samping kiri-kanan.
2.1 Pengertian OtotJaringan otot mempunyai struktur yang dikhususkan untuk melakukan gerakan, baik
secara keseluruhan dari tubuh maupun oleh bagian-bagian tubuh yang satu terhadap yang
lain. Sel-sel otot sangat berkembang dalam fungsi kontraktil. Kekhususan ini meliputi
pemendekan sel-selnya sesuai sumbu kontraksi, oleh karena itu, sel-sel otot sering disebut
sebagai serat-serat otot.
Sel-sel otot atau serat-serat jaringan otot, umumnya tergabung dalam berkas-berkas,
sehingga jaringan otot tidak terdiri atas serat-serat otot saja. Karena harus melakukan kerja
mekanik, serat-serat otot memerlukan kapiler darah yang mendatangkan makanan dan
oksigen , serta mengangkut keluar produk sisa yang toksik. Pembuluh-pembuluh darah itu
terdapat di dalam jaringan ikat fibrosa, jaringan ini juga berguna untuk mengikat serat-serat
otot menjadi satu dan sebagai pembungkus pelindung sehaingga tarikannya dapat
berlangsung secara efektif.
2.2 Pembagian OtotSusunan otot tubuh dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu otot somatis dan otot
visera.
Otot somaticOtot somatis disebut juga rangka, karena otot-otot tersebut umumnya melekat pada
tulang rangka. Jenis otot ini membina perototan dinding tubuh secara keseluruhan, meliputi
daerah kepala, badan dan anggota. Otot somatis merupakan otot lurik. Bersifat volunter,
bekerja dibawah pengaruh saraf kranial dan saraf spinal.
Otot visera
Jenis otot ini membina perorotan organ dalam. Terdapat pada dinding berbagai
saluran, yaitu pernafasan, pencernaan, kelamin, kemih dan pembuluh darah. Selain itu
terdapat pula pada mata, mulut, tekak, kulit dan jantung. Kebanyakan otot visera tersusun
dari otot polos yan bersifat involunter, disarafi oleh saraf otonom. Ada pula otot visera yang
berhubungan dengan lengkung visera (otot brankhial) dan otot jantung yang terdapat pada
dinding jantung.
2.3 Bentuk-bentuk OtotDalam sistem otot terdapat berbagai macam bentuk otot, antara lain :
1. silinder panjang, misalnya otot-otot leher
2. “tear drops”, misalnya otot-otot pinggang, paha, lengan atas.
3. Kumparan, misalnya otot-otot anggota gerak
4. Lembaran, misalnya otot-otot abdominal
5. Seperti kipas, misanya otot-otot bahu, punggung, dada
6. Bulatan berongga, misalnya otot-otot lambung, uterus, (seperti cincin).
2.4 Penamaan OtotPemberian nama suatu otot dapat didasarkan pada beberapa hal, antara lain :
- menurut susunan serabut-serabut otot : obligus, rektus
- menurut lokasi atau posisi : pektoralis, superfisial
- menurut jumlah belahan/ bagian : biseps, triseps
- menurut bentuk : romboideus, trapezius
- menurut ukuran : mayor, longisimus
- menurut perlekatan (origo dan insersio) : sternomastoideus, koksigeoiliakus
- menurut kerjanya : levator maksilaris, aduktor mandibularis.
Nama beberapa otot rangka katak beserta origo dan insersio serta fungsi tertera pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Nama, origo, insersio dan fungsi beberapa otot rangka pada katak :
Nama otot Origo Insersio FungsiM longisimus dorsi
M koksigeoiliakus
Urostil
Urostil bagian posterior
Prosesus transversus vertebra dan bagian posterior kranium
Tulang ilium bagian anterior
Menegakkan punggung dan mengangkat kepala
Mempertahankan posisi urostil
M depressor mandi bularis
M obligus eksternus
M rektir abdominis
M nilohioideus
M deltoideus
M triseps brakhii
M dorsalis skapula
M aduktor magnos
M peroneus
M gastroknemios
Fascia dorsalis
Fasia dorsalis
Tulang pupis
Tulang mandibula
Episternum, skapula
Permukaan dorsal dari ujung distal tulang korakoid
Supraskapula
Tulang iskhium dan pubis
Ujung distal femur
Ujung distal tulang femur; tendon dari otot triseps
Madibula bagian belakang
Linea alba
Sternum dan korakoid
Tulang mandibula
Tulang humerus
Ujung proksimal tulang radiolna
Humerus
Ujung distal tulang femur
Ujung distal tulang tibiofibula; tulang kalkaneus
Tendon achiles
Menurunkan rahang bawah
Menyangga abdomen dan visera
Menyangga abdomen dan sternum
Memperbesar rongga mulut
Menekuk lengan atas
Merentangkan siku
Menggerakan lengan atas ke arah luar
Menggerakan anggota belakang ke arah dalam
Menaikkan betis dan menekuk pergelangan kaki
Menekuk kaki, merenggangkan pergelangan kaki (untuk gerakan melompat dan berenang)
2.5 Pergerakan OtotPada vertebrata, otot melekat pada tulang-tulang atau kartilago secara berpasang-
pasangan, cenderung untuk menarik dalam arah yang saling berlawanan. Oleh karena otot
hanya dapat menarik dan tidak dapat mendorong, susunan antagonistik semacam ini
memungkinkan adanya pergerakan dalam dua arah. Ujung otot yang relatif tetap, terfiksasi
pada saat otot berkontraksi disebut origo, sedang ujung lain yang bergerak disebut insertio.
Jenis-jenis Otot berdasarkan pergerakannya, antara lain:
- Fleksor : otot yang mereduksi besarnya sudut antara tulang-tulang yang berlekatan.
- Ekstensor : memperbesar sudut antara tulang-tulang yang berlekatan.
- Aduktor: menggerakkan bagian-bagian organ menjauhi bidang sagital tubuh atau sumbu
anggota.
- Levator : menggerakkan bagian tubuh ke arah atas.
- Depresor : menggerakkan bagian tubuh ke arah bawah.
- Protaktor : mendorong sebagian atau seluruh organ atau anggota menjauhi pangkalnya.