1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sosiologi awalnya cabang dari ilmu filsafat di kembangkan oleh Auguste Comte dr Perancis di pertengahan abad 18.Sosiologi bisa sebagai ilmu murni dan ilmu pengetahuan terapan / praktis. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan karena sosiologi mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yg berdasarkan pada penelitian ilmiah, dan mendasarkan kesimpulannya pada bukti bukti ilmiah. B. CIRI-CIRI UTAMA SOSIOLOGI Sosiologi bersifat empiris, karena berdasarkan pada pengamatan (observasi) terhadap kenyataan – kenyataan sosial dan hasilnya tidak bersifat spekulatif. Sosiologi bersifat teoritis, artinya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sosiologi awalnya cabang dari ilmu filsafat di kembangkan oleh Auguste
Comte dr Perancis di pertengahan abad 18.Sosiologi bisa sebagai ilmu murni
dan ilmu pengetahuan terapan / praktis. Sosiologi termasuk ilmu
pengetahuan karena sosiologi mengembangkan suatu kerangka pengetahuan
yang tersusun dan teruji yg berdasarkan pada penelitian ilmiah, dan
mendasarkan kesimpulannya pada bukti bukti ilmiah.
B. CIRI-CIRI UTAMA SOSIOLOGI
Sosiologi bersifat empiris, karena berdasarkan pada pengamatan
(observasi) terhadap kenyataan – kenyataan sosial dan hasilnya tidak bersifat
spekulatif. Sosiologi bersifat teoritis, artinya sosiologi selalu berusaha untuk
menyusun kesimpulan dari hasil observasi untuk menghasilkan teori
keilmuan.Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori dalam sosiologi dibentuk
atas dasar teori yg sudah ada sebelumnya. Kemudian diperbaiki, diperluas,
serta diperdalam. Sosiologi bersifat nonetis.
2
C. KEGUNAAN SOSIOLOGI
a. Perencanaan Sosial :
1. Memahami perkembangan kebudayaan masyarakat tradisional maupun
modern.
2. Memahami hubungan manusia dengan lingkungan alam, hubungan
antargolongan, juga proses perubahan dan pengaruh penemuan baru
terhadap masyarakat.
3. Memiliki disiplin ilmiah yg didasarkan atas
obyektivitas.
4. Dengan berpikir secara sosiologis.
5. Merupakan alat untuk mengetahui perkembangan masyarakat
guna menciptakan ketertiban masyarakat.
b. Penelitian
1. Memahami simbol kata-kata, kode, serta berbagai istilah yang
digunakan masyarakat sebagai obyek penelitian empiris.
2. Pemahaman pola-pola tingkah laku manusia dlm masyarakat.
3. Mempertimbangkan berbagai fenomena sosial yg timbul dlm kehidupan
masyarakat, terlepas dr prasangka subyektif.
4. Mampu melihat kecenderungan-kecenderungan arah perubahan pola
tingkah laku anggota masyarakat atas sebab-akibat tertentu.
5. Kehati-hatian dalam menjaga pemikiran yang rasional sehingga tidak
terjebak dalam pola pikir yang tidak jelas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR DAN DEFENISI SOSIOLOGI
a. Berdasarkan etimologi (kebahasaan/asal kata)
Secara kebahasaan nama sosiologi berasal dari kata socious, yang artinya
”kawan” atau ”teman” dan logos, yang artinya ”kata”, ”berbicara”, atau
”ilmu”. Sosiologi berarti berbicara atau ilmu tentang kawan. Dalam hal ini,
kawan memiliki arti yang luas, tidak seperti dalam pengertian sehari-hari,
yang mana kawan hanya digunakan untuk menunjuk hubungan di anatra dua
orang atau lebih yang berusaha atau bekerja bersama. Kawan dalam
pengertian ini merupakan hubungan antar-manusia, baik secara individu
maupun kelompok, yang meliputi seluruh macam hubungan, baik yang
mendekatkan maupun yang menjauhkan, baik yang menuju kerpada bentuk
kerjasama maupun yang menunu kepada permusuhan.
Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang berbagai hubungan antar-manusia
yang terjadi di dalam masyarakat. Hubungan antar-manusia dalam
masyarakat disebut hubungan sosial.
b. Definisi menurut para ahli sosiologi
Secara umum sosiologi dapat diberi batasan sebagai studi tentang
kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat.
Berikut dikemukakan definisi sosiologi dari beberapa ahli sosiologi :
4
1. Van der Zanden memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi
ilmiah tentang interaksi antar-manusia.
2. Roucek dan Warren mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan antar-manusia dalam kelompok.
3. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari: (1) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka
macam gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dengan agama, keluarga
dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik,
dan sebagainya, (2) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala
sosial dengan gejala nonsosial, misalnya pengaruh iklim terhadap watak
manusia, pengaruh kesuburan tanah terhadap pola migrasi, dan
sebagainya, dan (3) ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial yang
terjadi dalam masyarakat
4. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam bukunya yang
berjudul Setangkai Bunga Sosiologi menyatakan bahwa sosiologi atau
ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Struktur sosial merupakan jalinan atau konfigurasi unsur-unsur sosial
yang pokok dalam masyarakat, seperti: kelompok-kelompok sosial, kelas-
kelas sosial, kekuasaan dan wewenang, lembaga-lembaga sosial maupun nilai
dan norma sosial. Proses sosial merupakan hubungan timbal-balik di antara
unsur-unsur atau bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui
interaksi antar-warga masyarakat dan kelompok-kelompok. Sedangkan
5
perubahan sosial meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur
sosial dan proses-proses sosial.
B. RUANG LINGKUP, SIFAT, DAN PERANAN SOSIOLOGI
a. Ruang Lingkup Sosiologi
Sesungguhnya, ruang lingkup kajian sosiologi sebagai ilmu sangatlah
luas, mencakup hampir semua bidang kehidupan masyarakat, baik bidang
ekonomi, politik, agama, pendidikan, kebudayaan, tentu saja dilihat dari
perspektif (asumsi teoritis dan metodologis) sosiologi.
Setidaknya ada sejumlah elemen penting yang menjadi perhatian ahli
sosiologi dalam mempelajari masyarakat. Elemen-elemen tersebut tercakup
kepada lima area sosial, yakni : karakteristik penduduk, prilaku sosial,
lembaga sosial, elemen budaya dan perubahan sosial.
1. Karakteristik penduduk akan menentukan pola-pola hubungan sosial dan
bentuk struktur sosial yang tercipta dalam kehidupan sosial dimana
penduduk bertempat tinggal.
2. Prilaku sosial dipelajari secara komprehensif dalam sosiologi. Dalam teori
psikologi sosial banyak dibahas tentang prilaku kelompok, sikap,
kompromitas, kepemimpinan, moral kelompok dan bermacam-macam
bentuk prilaku lainnya. Juga dipelajari interaksi sosial, konflik sosial,
gerakan sosial dan perang. Disini juga dipelajari tentang konsep status dan
peran, peran (role) adalah harapan sosial terhadap status (position) yang
disandang seseorang di tengah masayarakat (lingkungan).
6
3. Lembaga sosial adalah kumpulan hubungan-hubungan sosial di
masyarakat yang membentuk fungsi sosial khusus. Lembaga sosial
tersebut misalnya, organisasi bisnis, pemerintah, rumah sakit,
mesjid/pesantren atau sekolah. Masing-masing lembaga memiliki
keterkaitan lagsung dengan masyarakat yang eksisis, demikian juga antara
lembaga-lemabag sosial terhadap hubungan timbal-balik, yang saling
pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Lembaga sosial yang dianggap
paling penting adalah: keluarga, ekonomi, politik, pendidikan, dan agama.
4. Elemen budaya membantu menyatukan dan mengatur kehidupan sosial.
Ini memberikan orang-orang landasan umum dalam komunikasi dan saling
pengertian. Elemen budaya mencakup; seni, tradisi, bahasa, pengetahun
dan nilai-nilai agama. Ahli sosiologi melakukan studi terhadap pengaruh
masing-masing elemen tersebut terhadap kondisi, karakter dan prilaku
sosial.
5. Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam kondisi atau pola
prilaku dalam masyarakat. Banyak faktor yang yang menyebabkan
terjadinya perubahan sosial, seperti mode, invensi, revolusi, perang, atau
sejumlah masalah penduduk lainnya. Tetapi teknologi memainkan peran
yang sangat penting dalam perubahan sosial masyarakat, terutama sejak
revolusi industri di Eropa.
b. Sifat Sosiologi
Sebagai ilmu, sosiologi memiliki sifat hakikat atau karakteristik
sosiologi:
7
1. Merupakan ilmu sosial, bukan ilmu kealaman ataupun humaniora
2. Bersifat empirik-kategorik, bukan normatif atau etik; artinya sosiologi
berbicara apa adanya tentang fakta sosial secara analitis, bukan
mempersoalkan baik-buruknya fakta sosial tersebut. Bandingkan dengan
pendidikan agama atau pendidikan moral.
3. Merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, artinya bertujuan
untuk menghasilkan pengertian dan pola-pola umum dari interaksi antar-
manusia dalam masyarakat, dan juga tentang sifat hakikat, bentuk, isi dan
struktur masyarakat.
4. Merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science), bukan ilmu
pengetahuan terapan (applied science)
5. Merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak atau bersifat teoritis. Dalam
hal ini sosiologi selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil
observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang
tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab-
akibat sehingga menjadi teori.
c. Peranan Sosiologi
Sebenarnya di mana dan sebagai apa seorang sosiolog dapat berkiprah,
tidak mungkin dapat dibatasi oleh sebutan-sebutan dalam administrasi
okupasi (pekerjaan/mata pencaharian) resmi yang dileluarkan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS). Di beberapa negara telah muncul pengakuan yang kuat
terhadap sumbangan dan peran sosiolog di berbagai bidang kehidupan dan
pembangunan.
8
Horton dan Hunt (1987) menyebutkan beberapa profesi yang pada
umumnya diisi oleh para sosiolog.
1. Ahli riset, baik itu riset ilmiah (dasar) untuk perkembangan ilmu
pengetahuan ataupun riset yang diperlukan untuk kepentingan industry
(praktis)
2. Konsultan kebijakan, khususnya untuk membantu untuk memprediksi
pengaruh sosial dari suatu kebijakan dan/atau pembangunan
3. Sebagai teknisi atau sosiologi klinis, yakni ikut terlibat di dalam kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan dalam masyarakat
4. Sebagai pengajar/pendidik
5. Sebagai pekerja sosial (social worker)
Di luar profesi yang telah disebutkan oleh Horton dan Hunt tersebut,
tentu saja masih banyak profesi lain yang dapat digeluti oleh seorang
sosiolog. Banyak bukti menunjukkan, bahwa dengan kepekaan dan semangat
keilmuannya yang selalu berusaha membangkitkan sikap kritis, para sosiologi
banyak yang berkarier cemerlang di berbagai bidang yang menuntut
kreativitas, misalnya dunia jurnalistik. Di jajaran birokrasi, para sosiolog
sering berpeluang menonjol dalam karier karena kelebihannya dalam dalam
visinya atas nasib rakyat.
Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat,
keterlibatan para sosiolog di berbagai bidang kehidupan akan semakin
penting dan sangat diperlukan. Perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat akan menuntut penyesuaian dari segenap komponen masyarakat
9
yang menuntut kemampuan mengantisipasi keadaan baru. Para sosiolog pada
umumnya unggul dalam hal penelitian sosial, sehingga perannya sangat
diperlukan.
C. KARAKTERISTIK MASYARAKAT PERKOTAAN DAN PEDESAAN
a. Karakteristik masyarakat kota:
Menurut Dwigth Sanderson, Kota ialah tempat yang berpenduduk
sepuluh ribu orang atau lebih. Dari beberapa pendapat secara umum dapat
dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat
dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan
dalam struktur pemerintahan.
Menurut konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut Kota, karena
memang gaya hidupnya yang cenderung bersifat individualistic. Berikut
beberapa karakteristik dari masyarakat perkotaan :
1. Anonimitas
Kebanyakan warga kota menghabiskan waktunya di tengah-tengah
kumpulan manusia yang anonim.Heterogenitas kehidupan kota dengan
keaneka ragaman manusianya yang berlatar belakang kelompok ras, etnik,
kepercayaan, pekerjaan, kelas sosial yang berbeda-beda mempertajam
suasana anonim.
2. Jarak Sosial
Secara fisik orang-orang dalam keramaian, akan tetapi mereka hidup
berjauhan.
10
3. Keteraturan
Keteraturan kehidupan kota lebih banyak diatur oleh aturan-aturan legal
rasional. (contoh: rambu-rambu lalu lintas, jadwal kereta api, acara
televisi, jam kerja, dll)
4. Keramaian (Crowding)
Keramaian berkaitan dengan kepadatan dan tingginya tingkat aktivitas
penduduk kota. Sehingga mereka suatu saat berkerumun pada pusat
keramaian tertentu yang bersifat sementara (tidak permanen).
5. Kepribadian Kota
Sorokh, Zimmerman, dan Louis Wirth menyimpulkan bahwa kehidupan
kota menciptakan kepribadian kota, materealistis, berorientasi,