BAB I PENDAHULUAN KASUS 1 Kebakaran… Kebakaran… Jeri, 23 tahun masuk ke UGD RS Arifin Ahmad dalam keadaan pingsan dan pakaian hangus terbakar. Ia dievakuasi oleh tim penolong dari lokasi kejadian. Kompor gas dirumahnya meledak dan menghanguskan bagian belakang rumah kosnya. Dokter segera memeriksa keadaan korban. Airway paten, frekuensi nafas 45 kali/menit, nadi cepat dan lemah, tekanan darah 80/45 mmHg, SaO 2 75%, kesadaran somnolen, tampak luka bakar dikedua lengan, dada, dagu dan bibir bawah. Dokter segera melakukan tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan menangani luka bakar pasien. STEP 1 - STEP 2 1. Apa tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan penangan luka bakar pasien? 2. Sudah derajat berapa luka bakar yang dialami pasien?
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
KASUS 1
Kebakaran… Kebakaran…
Jeri, 23 tahun masuk ke UGD RS Arifin Ahmad dalam keadaan pingsan dan
pakaian hangus terbakar. Ia dievakuasi oleh tim penolong dari lokasi kejadian.
Kompor gas dirumahnya meledak dan menghanguskan bagian belakang rumah
kosnya. Dokter segera memeriksa keadaan korban.
Airway paten, frekuensi nafas 45 kali/menit, nadi cepat dan lemah, tekanan
darah 80/45 mmHg, SaO2 75%, kesadaran somnolen, tampak luka bakar dikedua
lengan, dada, dagu dan bibir bawah. Dokter segera melakukan tindakan gawat darurat
untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan menangani luka bakar pasien.
STEP 1
-
STEP 2
1. Apa tindakan gawat darurat untuk mempertahankan fungsi kardiovaskuler dan
penangan luka bakar pasien?
2. Sudah derajat berapa luka bakar yang dialami pasien?
3. Kenapa SaO2 menurun?
4. Pertolongan pertama apa yang diakukan untuk pasien luka bakar?
5. Kapan pasien luka bakar harus dirujuk?
6. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar?
7. Fase luka bakar?
8. Kapan kita memberikan cairan pada pasien luka bakar?
9. Komplikasi luka bakar?
10. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
11. Bagaimana cara mendiagnosa pasien luka bakar?
12. Apa yang menyebabkan hipotensi?
13. Apa terdapat perbedaan penanganan awal pada pasien luka bakar dengan luka
yang lain?
14. Apa saja kriteria pada luka bakar?
STEP 3
1. LO
2. LO
3. LO
4. LO
5. LO
6. LO
7. a. Fase Akut
b. Fase Subakut
c. Fase Lanjut
8. LO
9. a. Trauma inhalasi
b. Keracunan Karbon
c. Shock
10. a. Tergantung derajat luka bakar
b. Luas permukaan
c. Daerah
d. Kesehatan penderita
e. Usia dan luas luka bakar
11. LO
12. LO
13. LO
14. a. Luka bakar ringan
b. Luka bakar sedang
c. Luka bakar berat
STEP 4
STEP 5
Mahasiswa harus mampu untuk menjelaskan luka bakar:
1. Definisi
2. Epidemiologi
a. Trauma inhalasi
b. Keracunan karbon
c. Shock
Klasifikasi
Komplikasi
a. Faseb. Derajatc. Kriteria
Prognnosis
Rujukan
Klasifikasi Klasifikasi
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Epidemiologi
Etiologi
Definisi
Luka Bakar
3. Etiologi
4. Patofisiolgi
5. Manifestasi Klinis
6. Klasifikasi
a. Fase
b. Derajat
c. Kriteria
7. Penatalaksanaan
8. Pemeriksaan penunjang
9. Komplikasi
a. Trauma inhalasi
b. Keracunan karbon
c. Shock
10. Rujukan
11. Prognosis
BAB II
PEMBAHASAN2.1 DEFINISI
Luka bakar adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik
atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam.
2.2 ETIOLOGI
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis
penyebab, antara lain :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, 500 ribu orang dirawat di unit gawat darurat. 74 ribu
pasien perlu perawatan di rumah sakit akibat luka bakar. Lebih dari 20 ribu pasien
mengalami luka bakar yang sangat hebat sehingga memerlukan perawatan pada suatu
pusat perawatan khusus luka bakar. 12 ribu korban luka bakar akan meninggal karena
luka-luka nya.
Kelompok terbesar dengan luka bakar adalah anak-anak usia dibawah 6 tahun,
bahkan sebagian besar berusia 2 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka bakar
akibat kerja, yaitu pada usia 25-35 tahun. Kendatipun jumlah pasien lanjut usia
dengan luka bakar cukup kecil, tetapi kelompok ini sering kali memerlukan
perawatan pada fasilitas khusus luka bakar. Pada tahun-tahun terakhir ini, daya tahan
hidup dimana penderita dapat kembali pada keadaan sebelum cedera pada penderita
usia lanjut, memiliki perbaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan populasi
umum luka bakar lainnya.
Insiden luka bakar terutama terjadi pada pria, oleh Karena dominasi pekerja
pria pada industri berat dan kehidupan pria yang lebih beresiko. Cedera luka bakar
terutama melibatkan kelompok social ekonomi yang kurang beruntung. Pemakaian
alat-alat pemanas terbuka yang dapat dipindah-pindah, sistem listrik dan pemanas
yang tidak benar, kondisi hidup yang penuh sesak, dan tidak adanya alat pendeteksi
asap merupakan penyebab dari meningkatnya resiko pada luka bakar. Meskipun
sebagian besar pasien luka bakar yang dirawat di rumah sakit menyalahgunakan obat-
obat terlarang dan etanol, tidaklah diketahui apakah kebiasaan ini memudahkan
terbentuknya cedera termal. Peralatan minum rumah tangga yang mengandung etanol
merupakan resiko tinggi untuk terjadinya cedera luka bakar, oleh karena alat
demikian lebih mudah terbakar.
2.4 PATOFISIOLOGI
Respon inflamasi lokal dan sistemik terhadap luka bakar sangat kompleks,
sehingga baik kerusakan jaringan terbakar secara lokal dan efek sistemik terjadi pada
semua sistem organ lain yang jauh dari daerah terbakar itu sendiri. Meskipun
peradangan dimulai segera setelah terjadinya luka bakar, respon sistemik berlangsung
berkala, biasanya memuncak 5-7 hari setelah luka bakar. Sebagian besar perubahan
lokal dan tentu saja mayoritas perubahan luas disebabkan oleh mediator inflamasi.
Luka bakar yang menginisiasi reaksi inflamasi sistemik memproduksi racun
dan radikal oksigen dan akhirnya menyebabkan peroksidasi. Hubungan antara jumlah
produk dari metabolisme oksidatif dan pemulung alami dari radikal bebas
menentukan hasil kerusakan jaringan lokal dan jauh dan kegagalan organ lebih lanjut
dalam luka bakar. Jaringan terluka menginisiasi suatu inflammation induced
hyperdynamic, hipermetabolik yang dapat menyebabkan kegagalan organ progresif
yang parah.
Luka bakar mayor mengakibatkan trauma parah. Kebutuhan energi dapat
meningkat sebanyak 100% di atas pengeluaran energi istirahat (REE), tergantung
pada luas dan kedalaman cidera. Katabolisme protein berlebihan dan ekskresi
nitrogen urin meningkat seiring hipermetabolisme ini. Protein juga hilang melalui
luka bakar eksudat. Pasien luka bakar sangat rentan terhadap infeksi, dan secara nyata
meningkatkan kebutuhan energi dan protein. Karena pasien dengan luka bakar mayor
mungkin berkembang menjadi ileus dan anoreksia, dalam hal ini dukungan gizi
sangat diperlukan.
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam sirkulasi
kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskuler karena hilangnya
atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos atau hilang dari
compartment intravaskuler ke dalam jaringan interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap
dalam sirkulasi dan menyebakan peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan
cairan akan hilang melalui evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh mengadakan
respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang mana dapat terjadi
ileus paralitik, takikardi dan takipnea merupakan kompensasi untuk menurunkan
volume vaskuler dengan meningkatkan kebutuhan oksigen terhadap luka jaringan dan
perubahan sistem. Kemudian menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi
vasokonstriksi yang akan berakibat pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguria.
Respon luka bakar juga akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan
menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital.
Respon metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan
hasil dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi
peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya
pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan
glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status hipermetabolisme dan luka
jaringan. Selain itu, kerusakan pada sel darah merah dan hemolisis menimbulkan
anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah jantung untuk mempertahankan
perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena
terfokus pada penyembuhan jaringan yang rusak.
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan pada
saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang abnormal antara sel dan
cairan interstisial dimana secara khusus natrium masuk ke dalam sel dan kalium
keluar dari dalam sel. Dengan demikian mengakibatkan kekurangan sodium dalam
intravaskuler.
Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap luka pada
anak/orang dewasa dan perpindahan cairan setelah luka bakar :
Dalam 24 jam pertama
Luka bakar
Meningkatnya permeabilitas kapiler
Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi ke dalam